Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tentang Sebuah Rasa

CHAPTER XXVII

Karena aku tulang rusukmu



Hana mendengar dari Mbak Tini jika Dara akan dibawa Ken ke Galeri. Dia ingin ikut ke galeri bersama anaknya. Makanya dia meminta ijin ke Ken. Dia naik lantai 3, tepat diatas kamarnya Ken ada rooftop untuk santai dan juga ada tempat finessnya Ken.

Dadanya berdebar saat dia naik dan dia lihat Ken hanya menggunakan celana pendek yang agak ketat serta tanpa memakai baju. Ini pertama kalinya dia melihat suaminya shirtless seperti ini. Badannya yang berotot, perutnya yang rata, terlihat sangat seksi. Dan yang membuat Hana agak gemetar, karena sudah mau 3 bulan tidak mendapat siraman rohani, ialah saat melihat tonjolan di selangkangan suaminya yang menonjol.

Gila, kata Hana dalam hati. Itu benjolan atau pipa paralon yah? Dadanya berdesir hebat, lututnya lemas seketika. Dan kemudian Ken menyadari kedatangannya. Dia menghentikan angkat barbelnya, mengambil handuk untuk menutupi badannya. Dia bangun dan menghampiri Hana yang memandanginya namun sambil menunduk saat dia mendekat.

“yah...??”

“hmmmmm.....Dara mau dibawa di galeri?”

“iya....”

‘Hmmmm....aku ikut boleh kan?”

Ken tersenyum tipis, dilarang salah, ngga dilarang salah juga. Lalu

“iya...boleh aja...”

Hana tersenyum

“makasih yah....nanti aja dia agak siangan...bareng ama aku dan Mbak Siti...”

“oke...”

Dia lalu sempat memandang benjolan dan juga wajah Ken yang berkeringat. Gila, seksi banget sih yah laki gue, pikir dia. Kok gue selama ini ngga kepikiran betapa seksinya dia? Trus tuh tonjolan di pangkal pahanya itu? Ampun sampe gemetaran lututnya membayangkan. Bisa jebol kali jika kena hantaman pipa jumbo segitu besarnya.

Yang jelas hari ini Hana sangat senang, karena dia dan anaknya akan mengunjungi Galeri milik Ken. Sudah setahun lebih mereka menikah dan baru kali ini dia punya kesempatan mengunjungi galeri suaminya.

Dan saat mereka bertiga sampai di galeri, Hana terkagum melihat galeri yang lumayan besar, ada coffeshop yang kopi dan rotinya suka dibawa Ken ke rumah. Hana melihat sejenak, lalu dia masuk ke dalam galeri, nampak beberapa anakbuah Ken menganggukan kepalanya ke dirinya, mungkin bertanya tanya siapa dia.

Dia lalu naik ke lantai atas ikut dengan Mbak Tini, Dara yang kena AC mobil malah tertidur, makanya diangkut langsung ke atas, dan Hana kaget melihat ada box bayi untuk Dara disitu, dan ada foto Dara banyak dibuat seperti kolase di dinding di belakang meja kerjanya Ken.

Foto aku juga harus aku pajang disini nih, pikir Hana.

Hana sedikit miris, baru kali ini dia masuk ke ruangan kerja suaminya. Keluarga macam apa ini yah, dia saja tidak pernah masuk ke kamar Ken, apalagi jika ada Ken dirumah, kecuali Ken sudah keluar ke galeri dan Dara ada disana.

Dia lalu turun lagi kebawah, melihat lihat kondisi di galerinya. Dia mengakui memang Ken sangat berbakat, rancangan dan hasil karyanya dia rapih dan menarik. Ada 3 orang yang jaga galeri sepertinya mungkin mulai tahu dia siapa, pada mengangguk memberi hormat.

Hana lalu pindah ke tempat kopi yang disamping. Dia memesan kopi, juga kue-kue seperti roti saos coklat dan juga klappertart mini. Sambil menscrolling ponselnya, dia menikmati kopi dan kue-kue disitu, dipotretnya dan diupload di IG yang baru.

Rasa enak dan pas di lidah, membuat dia lalu bertanya ke kasir yang dekat dia duduk

“ini apa namanya yah Mbak?” menunjuk roti yang dia makan

“Roti saus coklat Kak...”

“enak....”

“Makasih Kak”

“kopinya juga enak...”

“makasih banyak Kak....”

“ini kalian cuma disini?”

“kayaknya memang cuma disini Kak....”

“Kok kayaknya...??”

“habis ngga tau saya Kak....itu yang punya....”

Dia lalu memanggil seseorang yang duduk agak di pojok

“Bang Iksan, ada kakak nih nanya...”

Yang disapa Iksan bangun dari duduknya lalu menghampiri Hana

“ia Kak, apa yang bisa dibantu?”

“ngga...kue kalian ini enak...kopinya juga enak...makanya aku nanya kalian Cuma disini atau ada cabang lain?”

“Cuma disini Kak...?”

“masa sih? Enak lho kue kalian ini...”

“iya Kak...sementara sih kita disini dulu....nanti tunggu lah kalo boss ada keinginan buka lagi...soal pelanggan sih alhamdulillah rame Kak....”

“oh gitu....”

“iya Kak... kita masih fokus disini sih...gedein ini dulu...”

“udah lama kalian disini?”

“sebulan setelah galeri ini buka Ka....”

“oh...enak lho... minumannya juga enak...”

“makasih Kak...”

“ini Mas yang punya?” tanya Hana lagi ke Iksan

“gabung sih Kak....”

“oh..ada berapa orang....?”

“ada 3 kita Ka....saya, Teh Dinar, sama Ken...”

Ken? Dia juga pemilik cafe ini? Tanya Hana dalam hati. Dipikir dia mereka hanya nyewa disini ama Ken

“oh gitu.... pendirinya siapa?” tanya Hana sedikit detail lagi

“mas Ken sih....saya memang spesialis minuman, meracik kopi dan lain-lain itu spesialisasi saya, kalo Teh Dina yang bikin kue-kue ama makanan...”

“mas diajak ama Ken gitu....”

“bukan...tadinya saya udah kenal lama... tapi kemudian saya diajak oleh Mira...kawan saya juga waktu di komunitas musik dulu...katanya Mas Ken perlu untuk buka cafe dan perlu yang spesailis barista, jadi saya diajak...”

Mira? Nama yang sepertinya tidak asing di telinga Hana. Kalau ngga salah Mbak Tini sering sebut nama itu.

“oh oke...jadi kalau saya mau ajak kerjasama, saya bicara sama Mas atau Mas Ken...” pancing Hana

Iksan kaget mendengarnya

“kayaknye ke Mas Ken sih.... karena dia khan pendirinya...saya ama Teh dinar sih ikut-ikut aja...”

“oke-oke....nanti coba saya bicara sama Ken deh....”

“iya Ka....” angguk Iksan

“kaka mau invest yah...” tanya Iksan lagi

“kenapa emang? “

“yah namanya usaha khan kita kalau ada penegmbangan khan senang Ka....”

“hahahahah...nanti aku bicara ama Ken...

Mereka berdua sempat bicara sejenak lagi, dan Iksan blak-blakan masalah koposisi sahamnya, juga masalah sistem kerjasama mereka seperti apa. Dia antusias dengan rencana Hana.

Hana lalu masuk kedalam galeri, Ken yang sedang keluar kantor belum balik, makanya Hana lalu jalan ke belakang melihat lihat ke workshop, dia melihat banyak sekali kesibukan disana. Dia terharu melihat perjuangan Ken dalam membangun bisnisnya. Pantas aja dia ngomelin aku pas aku dengan seenaknya minta uang ke dia, pikir Hana.

Setiba Ken dari luar, dia kaget lihat ada Hana di workshop.

Hana menghampiri, mencium tangan suaminya. Yang pada kerja melihat itu kaget. Lalu Ken memperkenalkan Hana ke pegawainya.

Cantik kali istrinya boss, bisik sesama mereka. Trus si Teh Mira? Tanya yang lain? Bodoh ah, namanya Boss ganteng duitnya ada yah wajar banyak cewek cakep merapat. Bisik lagi sesama mereka

“Pah... tadi aku ke coffeshop....” ujar Hana ke Ken

“oh...trus??’

“rasanya enak banget deh.... kalo dikembangkan kayaknya bagus tuh....teman-teman yang nyobain kopi dirumah juga bilang enak....”

Ken menganggukan kepalanya

“trus? Kembangin gimana?”

“buka cabang lagi....bikin kayak franchise gitu....”

“waduh.... belum kuat kalo itu....”

“hmm...ngga lah... modalnya khan cuma sewa tempat, ama setting tempat... bisa disetup sendiri malahan....”

“siapa yang mau urus? Aku ribet ama galeri...Iksan ama Dinar taunya minuman ama makanan mereka laku.... buat bicara pengembangan kasihan lah mereka...”

Mereka lalu naik ke atas

“ngga, mereka tetap kerja....kita invest atau cari investor....”

Ken diam sambil melihat anaknya yang tidur pulas

“kalo aku yang atur gimana?’ tawar Hana

Ken bingung, meski tidak ada nama Mira dalam pembuatan cafe ini tapi Iksan kan yang ngajak Mira, nanti gimana jika mira tahu. Tapi dia tidak mungkin juga bilang tidak ke Hana, dia akan bawa-bawa masalah kedaulatan istri pula nanti

“coba aja....” jawab Ken

“aku telpon Dewi, dia konsultan untuk pengembangan kuliner begini....dia kawan SMAku dulu...biar dia datang, lihat dan dengar apa nasehat dia... masalah modal kalau visible kan ngga susah kita carinya....”

Ken menganggukan kepalanya

“ya sudah,,,segera aku suruh datang lihat dan kasih reviewnya dia...”

“bicara dulu ke Iksan dan Dinar....”

Hana tersenyum

“sudah....kata mereka semua keputusan di Boss Ken....”

Ken mengernyitkan dahinya

“Kok ke aku sih?”

“hmmmm..... masih mau rahasiaan ama istri? “

Ken tersenyum kecut

“share Mas Ken itu 65%, Iksan 20%, Dinar 15 %.... ayo?? Mo bicara apa lagi?” tanay Hana sedikit meledek Ken.

Dia senang sediki demi sedikit Ken agak mulai tidak kaku ke dirinya, meski masih ada jarak, tapi dia sudah senang melihat proses yang ada berjalan. Yang dia bertanya tanya ialah kemana Ken membuang “cairannya?” dia khan normal dan sehat pastinya, masa iya dia ngga ada kepikiran mau senggol-senggol istrinya? Padahal Hana sudah sering memberi signal agar Ken agak majulah dikit, kan tidak lucu jika dia yang nerjang duluan ke Ken.

Lalu dia mulai bertanya tanya siapa Mira?? Kok nama itu sering disebut dan juga sering muncul bahkan Mbak tini sampai kenal? Apa hubungannya dia sama Ken? Bahkan tadi di coffeshop pun namanya disebut.

“gatel....” kata Hana tiba-tiba sambil menggaruk punggungnya

“gara-gara ke workshop kali...” ujar Ken.

Mbak Tini lagi diluar ngobrol dengan kasir dibawah semenjak Ken dan Hana masuk ke ruangannya Ken diatas.

Hana mencoba menggaruk punggungnya tapi sepertinya kesulitan. Dia seperti memberi kode agar Ken peka

“kenapa?” tanya Ken

“gatel punggungku...”

Ken bingung, lalu

“sini aku garukin....”

Hana memberikan punggungnya ke hadapan Ken , dan digaruk oleh Ken.

”udah?”

“belum...ngga berasa.....”

Memang digaruk dari luar kaos mana berasa

“trus??”

Hana bingung, Ken juga bingung

“mau digarukin langsung ke kulitnya?” tanya Ken agak bego.

“iya kali yah....”

Hana lalu mengangkat sedikit kaosnya, lalu Ken memasukan jarinya ke punggungnya dan menggaruk punggung Hana di balok kaosnya. Punggung putih mulus itu mengintip saat Ken menggaruknya, dia menggeser ke kiri dan ke kanan, sampai menyentuh branya Hana. Tangannya agak bergetar karena menyentuh secara langsung kulit Hana pas dia menggaruk punggungnya.

Kaos yang tertarik ke belakang membuat buah dada Hana terlihat ketat dan membusung, membuat Ken agak bergetar sedikit. Namun dia membuang mukanya. Tengkuk Hana yang mulus dan anak rambut yang menghiasi lehernya itu seakan menggodanya. Wangi tubuhnya juga dan kulitnya yang mulus membuat Ken jadi sedikit kesetrum.

Tapi .....

“sudah?”

“hmmmm...iya sudah....makasih yah...” ujar Hana sambil menarik lagi kaosnya kebawah.

Hana kesel banget rasanya. Ken ngerti kek, elus-elus kek punggungnya, atau peluk ke gue, tetek gue udah sampe mengeras begini malah Cuma garuk punggung gue aja yah, pikir Hana kesel dalam hatinya. Padahal sepertinya dia sudah pasrah, minta Ken agresif sedikit, khan gue istri lu Ken, gue bini lu, Papah.

Kesel bercampur senang tapinya, ada kemajuan menurutnya dalam kedekatannya dengan Ken, meski masih ada satu nama yang jadi misteri baginya, siapa Mira dan sejauh apa hubungannya dengan suaminya?
terimakasih om
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd