Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Teman Minum

02. Simbiosis

Sudah beberapa hari sejak pertemuan dan perkenalan hangat tak terdugaku dengan Nica berlalu, hingga saat ini aku masih bisa mengingat dengan jelas tentang suara manjanya, candanya, wajah cantiknya, indah tubuhnya serta aroma khas tubuhnya yang benar-benar memberikan impresi nyaman yang menyenangkan. Namun aku belum sempat kembali mengunjunginya karena disibukkan dengan kewajiban menyelesaikan beberapa tugas terstruktur dari mata kuliah yang kuambil, serta kewajibanku untuk membuat laporan progress kemajuan kerja serta list kebutuhan material di site konstruksi tempat aku bekerja. Sejak semester 4 aku sudah mulai diajak oleh beberapa senior dan alumni kampusku untuk ikut belajar kerja di perusahaan konstruksi mereka. Mereka merekrut aku bukan karena alasan nilai atau prestasiku melainkan karena kemampuanku yang dapat dengan mudah berbaur dengan seseorang atau suatu kelompok yang mereka anggap bisa berperan penting untuk kelancaran team work dalam pekerjaan mereka. Itu mungkin alasan professional merekalah, padahal yang aku tahu mereka mengenal dan mengingatku lantaran aku selalu ready dan available meladeni dan menemani mereka setiap mereka pengen happy minum-minum ketika sesekali mereka berkunjung ke kampus.

Siang itu selepas mengantar kedua orangtuaku ke bandara yang hendak berangkat kembali ke kota tempat papaku bertugas, aku menyempatkan diri untuk singgah ke toko minuman sembunyi-sembunyi langgananku. Aku berencana untuk sedikit menikmati me time dengan minuman buat melepas penat setelah banyak menghabiskan waktu berkutat di depan laptop serta bolak balik mendata dan memeriksa kondisi real kemajuan pekerjaan serta persediaan material di site pekerjaanku. Setibanya di toko ternyata aku bertemu dengan Gina yang sedang memiih minuman, Gina ini dulu adalah teman sekelas waktu aku SMA, dia merupakan idola di sekolahku dan sempat menjadi duta provinsiku di event kontes putri-putri kecantikan apalah gitu aku udah lupa. Dengan postur tubuh dan kecantikannya maka tak heran bila dia selalu menjadi target tatapan mata para siswa laki-laki di setiap keberadaannya di sekolah. Banyak teman sekolahku mencoba meraih hatinya dan di masa itu akhirnya dia dekat dengan temanku Leo, anak pengusaha yang tampil menjadi cowok idola di sekolahku berkat support modal dari orang tuanya.

Aku :ā€Seingatku Leo suka minuman ini Naā€

Ucapku sambil mengacungkan botol Vodka ke arahnya membuyarkan momen ngeblank saling bertatapan mata setelah kami bertegur sapa, Gina lalu memalingkan pandangannya kembali ke susunan botol minuman di depannya sambil tertawa, lalu kembali menyibukkan diri memilih minuman. Begitulah Gina, semenjak dia terpilih menjadi duta putri kecantikan perilakunya berubah menjadi tidak sehumble dan secatchy dulu ketika kami masih sekelas, tapi setidaknya dia masih mengingat dan mau menyapaku meski sekarang penampilanku sudah berambut gondrong dan kulitku juga lebih taning karena kerap terpapar terik matahari karena pekerjaanku. Setelah aku beranjak dari kasir dan hendak meninggalkan toko Gina kembail memanggil namaku dan meminjam HPku yang katanya mau nelfon temannya buat nanya merk minuman yang hendak dibeli dengan alasan HPnya ketinggalan di dalam mobil. Di masa kejadian cerita ini, HP belum menjadi gadget yang tidak bisa terpisahkan dari genggaman tiap orang, karena fasilitas yang bisa dinikmati dari HP ya cuma nelfon sama smsan doang. Setelah urusan Gina selesai akupun bergegas pulang karena sudah tak sabar ingin segera menikmati minuman yang sudah kubeli ini.

Saat tiba di rumah aku agak kesulitan mengarahkan mobil untuk dapat masuk ke halaman, karena mobil adik perempuanku satu-satunya serta sebuah mobil yang rasanya tidak asing sedang terparkir dengan posisi sembarangan. Setelah masuk ke rumah kudapati adikku sedang ngobrol bersama teman-temannya, dan setelah melihat wajah salah seorang temannya barulah kusadari bahwa mobil yang tidak asing itu adalah milik Anya, perempuan gila best friendnya adikku yang kebetulan orang tua Anya itu juga teman baik papaku sejak mereka remaja. Keakraban Anya dan adikku juga berdampak positif bagiku, karena setiap weekend ketika Anya menginap di rumah aku selalu dimanjakan dengan sajian pemandangan kemolekan tubuh yang dipamerkan Anya, yang seringnya hanya dibalut pakaian tidur berukuran mini. Bukan hanya sekedar memamerkan keindahan tubuhnya saja, lambat laun prestasi Anya semakin meningkat ketika mulai mengikuti kebiasaan adikku yang sering bersandar dan memeluk tubuhku, lalu mulai memanipulasi memanfaatkan adikku untuk kerap nongkrong dan tidur bersama di kamarku sehingga bisa lebih leluasa untuk dekat dengan aku. Hingga akhirnya pada suatu pagi aku tersadar dari tidur mendapati Anya sedang duduk di atas tubuhku sambil menggoyangkan pinggulnya maju mundur menindih menekankan vaginanya yang masih mengenakan CD ke atas penisku, sedangkan di sebelah kulihat adikku masih tertidur lelap dengan posisi miring menghadap ke arahku. Sejak saat itu terjadilah hubungan simbiosis untuk mencari kenyamanan satu sama lain antara aku dan Anya.

Baru saja aku masuk ke kamarku setelah menyempatkan diri bercanda dengan adikku dan teman-temannya, tak lama kemudian HPku mulai berdering, mendapat panggilan dari nomor yang tidak dikenal. Awalnya aku enggan menerima panggilan itu, biasanya kalau nomor tak dikenal itu seringnya panggilan dari urusan kerjaan atau apalah yang memusingkan kepala endingnya nanti. Kubiarkan saja panggilan itu dan aku lebih memilih untuk menikmati absolut vodka yang baru saja kubeli. Setelah beberapa kali panggilan yang tak kuhiraukan, akhirnya ada pesan masuk dari nomor yang sama mengabarkan bahwa nomor itu adalah nomor Nica serta memintaku menelfonnya kembali. Entah kenapa mendadak aku merasa senang sekali dan dengan bersemangat langsung saja kutelfon dia sembari aku menuangkan Vodka ke dalam gelas
N :ā€Abang kenapa sih susah sekali ditelfon? Ndak usah sok artislah ya! Kemana sih udah 2 hari ndak nongol-nongol?ā€
N :ā€œAku kan bimbang mikirkan abang, emang abang ndak mikirkan aku?ā€
N :ā€œMikirkan mungkin sekarang aku lagi ngidam gara-gara abang jackpot di dalamā€
N :ā€œMikirkan untuk mengulang sukses ML lagi sama aku? Emang ndak kepikiran apa?ā€

Aku hanya bisa tertawa membalas rentetan pertanyaan gencar yang dikatakan Nica, bukan tertawa karena merasa lucu atas pertanyaan tersebut, tapi jujur ini tertawa gembira yang spontan keluar begitu saja.​

N :ā€Bang aku sekarang lagi ndak pakai baju nih, lagi dipijitin sama mbak Tikaā€
N :ā€Dari kemarin badanku pegal semua, mungkin karena kelamaan duduk dalam bus, ditambah semalaman kena ML sama kamuā€

A :ā€Iya yang aku dengar infonya mbak Tika itu memang kerjaannya Therapist pijat gituā€
A :ā€Cuma belum ada reviewnya, belum ketahuan bagus apa ndak pijatannyaā€

Dan percakapan kamipun terus mengalir desilingi candaan sembari aku sesekali menenggak Vodka yang baru saja kubeli tadi. Nica juga menceritakan sensasi dari pijatan dan sentuhan tangan mbak Tika di tubuhnya secara mendetail, serta sesekali dia mendesah dan mengatakan merasa geli ketika tubuhnya disentuh pada bagian tertentu hingga akupun jadi ikut menghayalkan dan membayangkan tubuh indah Nica. Karena mulai terbawa suasana penuturan Nica di telfon aku mulai merasakan rasa sesak pada penisku yang sedang berada dalam posisi yang tidak benar dibalik celanaku, lalu aku berdiri dan berusaha membuka pakaian.

Namun baru saja aku melepas ikat pinggangku tiba-tiba Anya memeluk aku dari belakang, berusaha menguping percakapan di telfon sambil tangannya mulai melepas kancing dan resliting celanaku lalu tangannya mulai merayap ke balik CD menggerayangi penisku. Aku merasa enggan setelah sudah hampir 6 bulan lamanya kami tidak pernah berhubungan, lalu aku berusaha melepaskan pelukannya, mencoba memutar tubuhku supaya bisa mendorong Anya menjauh dari aku dengan sebelah tangan, sementara tanganku yang satu lagi masih tetap memegang HP meladeni pembicaraan Nica. Tapi Anya perempuan gila ini tidak mudah menyerah, dia yang masih menggenggam penisku lantas berlutut dan langsung melumat penisku, sementara di telfon Nica memberitahukan bahwa saat ini mbak Tika sedang fokus melakukan massage pada payudara serta putingnya, dengan diselingi suara suara mendesah menceritakan dengan rinci perlakuan mbak Tika serta sensasi rasa yang diterima oleh payudaranya. Jantungku berdegup kencang menyimak dan mendengarkan penuturan Nica tersebut, kurasakan kenyamanan aliran darah ke penisku yang berangsur mulai ereksi karena terpancing oleh penuturan Nica, dan kenyamanan itu terasa semakin menjadi-jadi akibat lumatan dan hisapan nyaman oleh mulut Anya yang sudah sangat akrab dengan penisku.

Menyadari penisku yang semakin kencang mengalami ereksi, Anya semakin menggila mengulum serta mengocok penisku bahkan sesekali kurasakan sensasi sesak yang nyaman pada kepala penisku karena sedotan yang dilakukan oleh mulutnya. Aku berusaha tetap tenang menerima cobaan ini, berusaha menjaga nada suaraku tetap datar ketika berbicara dengan Nica yang mulai intens mendesah dan mengerang sembari menceritakan prosesi massage pada payudaranya itu. Merasakan kenyamanan yang mendera di penisku kucoba mengalihkan pandangan kearah Anya yang sedang melumat penisku lalu mataku terpesona oleh payudaranya yang mengkal ketika dia baru saja selesai melepaskan kemeja dan bra yang dipakainya, payudara Anya semakin menambah sensasi perasaan yang memaksa aliran darahku bertambah deras mengalir memadati ereksi pada penisku.

Di HP Nica menceritakan bila saat ini mbak Tika sedang memassage di bagian kedua belah pahanya. Kembali Nica menceritakan dengan rinci perlahan tangan mbak Tika mulai memijat naik kearah pangkal pahanya dan sesekali tangan itu mulai menyerempet memijat vaginanya dan bahkan sekarang mulai menyentuh dan meraba bagian bibir vagina dan klitoris Nica serta menggambarkan sensasi yang dirasakannya sembari semakin intens mendesah dan mengerang merespon pijatan tersebut. Mendadak Anya menyudahi aksinya melumat penisku, lalu berdiri sambil melepas celana pendeknya lalu menarik penisku hingga aku mengikuti langkahnya yang maju mengatur posisi tubuhnya menungging bertumpu dengan lututnya membelakangi aku di atas sofa yang ada di depan TV kamarku. Tanpa sempat melepas dan hanya menyibak bagian tengah CDnya ke samping, tangan kanan Anya sekarang mengarahkan penisku ke sela pada belahan pantatnya. Anya kemudian mendorong mundur pantatnya sehingga penisku terhimpit diantara perutku dan belahan pantatnya, perlahan dia menggerakkan pinggulnya membuat penisku bergesekan dengan belahan pantatnya yang merayap naik turun merasakan setiap permukaan lembut belahan pantatnya itu. Dia kembali meraih penisku menggosokkan kepala penisku ke bibir vaginanya yang telah basah lalu kepala penisku diarahkannya untuk bergerak dari bibir vaginanya bergesekan merasakan kerutan relief labianya hingga merayap menyentuh klitorisnya. Sensasi rasa nyaman di kepala penisku semakin meningkat ketika berangsur-angsur gesekan penisku itu mulai membuat sekujur permukaan vagina dan klitorisnya semakin basah terlumasi oleh cairan vaginanya, lalu tangan Anya memainkan kepala penisku dan menekan ke klitoris yang terasa sudah mengeras menambah sensasi rasa nyaman yang kurasakan pada kepala penisku.

Suara desahan serta erangan Nica di HP semakin menambah kencang aliran darah yang terpompa menuju penisku yang saat ini sedang merasakan rasa nyaman bergesekan dengan vagina dan klitoris Anya. Sejenak Anya menghentikan kegiatannya lalu berusaha mengarahkan tangannya ke meja kecil di sebelah sofa untuk menggapai botol vodka lalu menenggaknya sebanyak dua atau tiga kali lalu membagi botol itu ke aku. Sambil menenggak vodka kini aku memandang Anya yang kembali memegang penisku berusaha memasukkan penisku ke dalam rongga vaginanya. Setelah meletakkan botol aku mulai membelai permukaan kulit pantat Anya yang lembut dengan tangan kiriku, mencoba meremas pantat besarnya yang terasa kenyal itu sambil memposisikan pinggangku membantu upaya Anya memasukkan penisku. Lalu aku dikejutkan dengan erangan lantang Nica di HP, dan tak lama sambil terengah-engah dan sesekali mendesah dia mengabarkan bahwa mbak Tika bisa membuat dia orgasme dengan hanya memassage klitoris dan bibir vaginanya saja. Di depanku Anya juga sedang berteriak ketika sudah berhasil mendorong masuk penisku ke dalam vaginanya yang terasa berkedutan merespon proses penetrasi yang terjadi, bahunya yang hanya ditumpu ke sandaran sofa oleh tangan kirinya tampak sedikit bergetar. Sesaat kemudian Anya mulai menggerakkan tubuhnya, mengayunkan pantatnya maju mundur sambil sesekali dia meliukkan pinggulnya. Tubuh Anya begitu indah kulihat dari posisiku ini, kupandangi kulitnya yang bersih mulai dari bahunya, punggungnya yang sedikit dibasahi oleh keringat, pinggangnya yang tampak ramping dan pinggulnya yang lebar menopang pantatnya yang padat menonjol. Tubuhku terasa menggelenyar merespon begitu banyak sensasi rasa nyaman dari kombinasi pemandangan ini ditambah dengan suara desahan dan erangan Nica di HP serta liukan gerakan pinggul Anya yang menimbulkan berbagai macam rasa nyaman di penisku, rasa nyaman berada di dalam vagina Anya setelah cukup lama aku tak menjamahnya.​


Sembari mendesah Nica mengabarkan saat itu mbak Tika sedang memasukkan jarinya fingering ke dalam vagina Nica yang semakin lama semakin terdengar terbata-bata menelfonku. Didepanku kulihat Anya mulai menambah kecepatan memaju mundurkan pantatnya, pantat Anya yang sekal dan padat terasa begitu nyaman ketika beradu dengan tubuhku dan pada setiap beradunya tubuh kami terasa otot-otot yang ada di dalam vagina Anya terutama pada bibir vaginanya merespon dengan memberi gerakan seperti meremas penisku. Suara tepukan ketika tubuh kami saling bertemu ditambah dengan suara erangan dan teriakan Anya terdengar semakin lantang di kamarku. Lalu kudengar di HPku Nica sedang mengarahkan mbak Tika untuk tetap memainkan jarinya di posisi tertentu sambil tetap berusaha menceritakan pengalaman yang sedang dialaminya kepadaku. Nica mengabarkan bahwa saat ini mbak Tika sedang memasukkan jari manis dan telunjuknya ke dalam vagina Nica dengan posisi ditempelkan dan dimainkan di dinding dalam bagian atas bibir vagina Nica serta jari jempol mbak Tika yang ada di luar sedang dimainkan di klitoris Nica. Lalu setelah itu aku hanya mendengar desahan dan suara nafas Nica yang semakin meningkat temponya hingga tak lama kemudian kudengar suara mengerang dan melenguh mirip seperti ketika Nica mendapat orgasme saat dia ML denganku beberapa malam lalu. Semua sensasi itu bercampur aduk memenuhi kepalaku ditambah suara Anya yang semakin nyaring terdengar setiap dia menekankan pantatnya hingga penisku masuk sepenuhnya ke dalam. Aku yang semakin terbawa suasana mulai ikut menggerakkan pinggangku menyesuaikan dengan gerakan pinggul Anya untuk semakin meningkatkan rasa nyaman pada penisku yang maju mundur di dalam vagina Anya.

Di HP kudengar kembali suara Nica mengabarkan untuk menyudahi percakapan karena dia sudah selesai di massage dan mau mandi. Di depanku Anya semakin cepat menggerakkan pinggulnya maju mundur menyesuaikan dengan gerakan maju mundur yang kulakukan, hingga sekujur bagian tubuhku yang berbenturan dengan pantat Anya merasakan sensasi yang sangat kunikmati setiap kali bagian tubuhku beradu dengan pantatnya yang terasa kenyal dan nyaman itu. Aku meletakkan HPku, kini kedua tanganku sudah bebas menggerayangi tubuh Anya, meremas payudaranya yang mengkal dan kenyal, memainkan putingnya yang sudah tegang mengeras, lalu kuturunkan kedua tanganku meremas pinggulnya, membantu menarik tubuhnya untuk semakin menambah tekanan ketika aku menekankan penisku. Kini sekujur dinding vagina Anya semakin intens berkontraksi, menimbulkan sensasi seperti meremas-remas batang penisku yang semakin kencang kugerakkan maju mundur. Seiring kutambah kecepatan gerak pinggangku menjejalkan penisku ke vaginanya tak lama kemudian kulihat tangan Anya mulai meraba memainkan klitorisnya. Tubuh Anya mulai bergetar dan kemudian Anya mengerang, tubuhnya mengejang hingga penisku juga ikut merasakan rasa nyaman dari kontraksi berkedut keras dinding vaginanya, serta kedua kakinya gemetaran menikmati orgasmenya sambil berkali-kali berteriak panjang hingga akhirnya kurasakan kaki Anya yang terus bergetar itu tak lagi mampu menopang dengan benar, pinggulnya mulai merendah membuat penetrasi penisku terlepas dari dekapan vaginanya lalu dia mulai berbaring di sofa dengan nafas yang masih terengah dan sesekali masih berteriak mengiringi sensasi sisa orgasme yang dirasakannya.

Aku memandangi ekspresi wajahnya serta indah tubuhnya yang masih mengejang dan menggeliat menikmati sisa orgasmenya lalu aku merendahkan tubuhku meletakkan lutut kiriku ke atas sofa dan kembali mengarahkan penisku untuk masuk ke dalam vaginanya. Kali ini penisku dapat dengan mudah masuk ke dalam vagina Anya yang telah basah oleh banyak cairan dari dalam vaginanya, perlahan kugerakkan pinggangku maju mundur kembali memompa penisku hingga terdengar suara berdecakan dari dalam rongga vaginanya. Posisi Anya yang terbaring di sofa dengan kedua kakinya yang terbuka lebar membuat mataku fokus tertuju pada klitorisnya yang telah mengeras, menimbulkan keinginan untuk memegang dan memainkannya. Langsung saja kuhentikan gerakan pinggangku lalu memposisikan penisku hanya masuk sebagian saja ke dalam vaginanya, lalu kurendahkan pinggangku sehingga kepala penisku menekan ke atas rongga vaginanya, seolah seperti menadah permukaan dinding vagina yang ada di belakang klitorisnya sementara kumainkan dan kupijat klitorisnya dengan jariku. Anya mulai mengerang dan berteriak ketika semakin kutingkatkan kecepatan jariku memainkan klitorisnya, nafasnya semakin kencang, tubuhnya menggeliat terutama pada bagian pinggulnya yang bergerak naik turun beriringan dengan kontraksi pada rongga vaginanya yang terasa nyaman meremas penisku, hingga akhirnya Anya berteriak sembari mengejang dan mengangkat pinggulnya kembali merasakan orgasme sehingga membuat penisku merasa nyaman menerima remasan berkedutan dari dalam rongga vaginanya. Suara teriakan Anya menikmati orgasme perlahan semakin dipelankannya, namun kulihat kedua kakinya yang menggantung mengangkang di kedua sisi tubuhku masih tetap bergetar, kutatap wajah ayunya yang tersenyum menatapku dengan ekspresi yang masih meresapi rasa nyaman orgasmenya. Aku mulai kembali berlutut mengambil posisi untuk kembali memompa penisku ke dalam vaginanya. Suara berdecakan mulai terdengar dari vagina Anya yang terasa semakin basah itu, beriringan dengan suara tepukan ketika kedua tubuh kami saling beradu dan semakin lantang terdengar ketika aku makin menambah kecepatan dan tekanan pada penetrasi itu. Hingga pada saat aku merasakan sensasi nyaman menjelang ejakulasi baru mulai terkumpul di sekujur penisku, tiba-tiba Anya bergegas membangunkan badannya seraya mendorong aku sehingga membuat lepas penetrasi penisku. Sambil menatap wajahku Anya mengucapkan terima kasih, lalu beranjak memunguti pakaiannya di lantai. Anya memancing supaya aku memohon kepada dia agar bisa menuntaskan prosesi ML ini hingga aku bisa ejakulasi. Aku sudah cukup mengenal Anya, selalu punya banyak ide untuk mempermainkan orang lain, kucoba meredam hasratku dengan cara berpaling darinya untuk meraih kembali botol vodka di meja.

Anya masih berpakaian di depan cermin, perlahan-lahan dia mengenakan kemejanya namun masih belum memakai celana dan cdnya, masih berusaha menggoda aku dengan memamerkan bagian lower bodynya sambil dia memperbaiki make upnya, memamerkan kemolekan dari pinggul dan kakinya yang memang selalu memancing ereksiku ketika memandangnya. Dia masih mengulur waktu, menunggu aku memohon untuk menikmati kembali tubuhnya demi menuntaskan ejakulasiku, tapi aku tak mau mengikuti permainannya. Kubaringkan tubuhku di ranjang sambil menyalakan televisi, mencoba mengalihkan pandanganku dari godaan pinggul dan pantat indahnya untuk meredam hasratku, hingga tak lama kemudian kudengar Anya membanting pintu kamar dan berlalu pergi.

Aku yang belum sempat berpakaian kini mulai terlelap menikmati lantunan lagu yang diputar dari channel musik di televisi, kemudian aku tersadar ketika adik perempuanku masuk ke kamar memarahiku sambil memukulkan bantal ke penisku, dia menyatakan keberatan dan menyalahkan aku yang melanggar janji karena mau ML kembali dengan Anya teman baiknya. Aku hanya bisa menceritakan kebenaran kejadian tadi, kejadian spontan yang tidak kurencanakan. Dengan masih tetap mengomeliku adikku pergi kembali ke kamarnya untuk menyusul Anya. Sebenarnya aku dan adikku sudah tahu dan mengenal Anya, perempuan gila yang suka mempermainkan dan mengecewakan orang lain, yang sedang mencoba mempermainkan hasratku. Tapi selain sifat dan kebiasaannya kami juga mengenal persis hasrat dan kebutuhan Anya, hasrat untuk selalu mengisi dan membuat sesak rongga vaginanya dengan penisku, dan juga kebutuhannya yang haus untuk menikmati orgasme, dengan bermacam cara supaya dapat berkali-kali orgasme setiap ML denganku.

Anyway tentang janji yang dikatakan adikku tadi, adalah janji yang kubuat 6 bulan sebelumnya, setelah kejadian mamaku memergoki aku dan Anya di garasi belakang rumahku, waktu itu mamaku dan dua orang temannya sedang menuju ke gazebo halaman belakang, rencananya mau bergibah santai dengan suasana outdoor sambil ngegrill gitu, dan apesnya mereka lebih memilih lewat jalan garasi belakang ketimbang selasar samping yang berdampingan dengan jalan akses buat mobil kami biar bisa sampai ke garasi belakang sehingga secara tak sengaja mereka memergoki kami. Aku masih mengingat ekspresi wajah mamaku dan kedua orang temannya, terutama ekspresi wajah tante Kiki yang sejak aku kecil menjadi idolaku karena fashionnya yang keren dan postur tubuhnya yang indah. Masih tergambar jelas ekspresi wajah mereka yang memergoki kami yang pada saat itu Anya sedang duduk bersimpuh memblowjob penisku dengan aku sedang duduk di sofa yang letaknya berhadapan dengan sofa panjang yang sedang dipergunakan adikku untuk berbaring sambil membaca majalah. Setelah itu kami bertiga disidang papa dan mamaku, diceramahi panjang lebar sampai akhirnya mereka memaksaku berjanji untuk tidak membujuk, mempengaruhi dan meminta Anya melakukan perbuatan yang menjurus kearah ML dan semacamnya. At least aku masih menjaga janji itu, karena kejadian tadi mutlak disebabkan oleh ajakan dan provokasi sepihak yang dilakukan Anya untuk mendapat kepuasan. Lagipula dalam statement perjanjian lisan itu papaku tidak ada meminta aku untuk menolak atau melarang apabila Anya memaksa untuk ML denganku.

Kerennya papa dan mamaku di setiap kejadian yang mengharuskan mereka menyidang dan memberikan sanksi kepada kami anak-anaknya setelah itu bakal ada sesi mereka masing-masing mendatangi kami yang bermasalah ini untuk kembali berbicara dan memberi masukan dengan peran yang tidak seformil ketika mereka menyidang kami, mereka datang dengan bahasa dan pembicaraan yang lebih akrab seolah-olah berperan seperti teman kami, lalu memberikan pandangan dan pertimbangan bijaksana yang mudah kami terima. Di kasus Anya kemaren papaku kembali mendatangi aku mengatakan kalau wawasanku belum luas, di luar sana masih ada banyak bunga yang bisa aku jumpai, berpesan kepadaku harus hati-hati dalam bertindak, dan mengambil keputusan harus dengan kepala dingin, tidak gegabah dan selalu bijaksana. Dia juga berpesan agar aku tetap selalu menjaga komitmen dari keputusan yang aku ambil, tidak boleh sekalipun ingkar atau lari. Lalu seperti biasa setelah itu mamaku juga mendatangiku berusaha mengatakan kalau dia tidak marah dan membenciku, hanya menyesalkan pilihan yang aku buat, terus mengatakan kalau mau cari pacar setidaknya secantik dia, dan selebihnya kurang lebih seperti pesan papaku.

Karena rasa kantukku telah buyar setelah dilabrak adikku tadi, akhirnya aku memutuskan untuk mandi lalu pergi menjemput Nica buat kuajak jalan atau pergi makan atau apalah, yang jelas beberapa hari belakangan aku selalu kepikiran tentang dia. Setibanya di sana kujumpai si Abah sedang nyantai selonjoran kaki di teras, sambil memberikan sebungkus rokok Marlboro merah kesukaannya akupun berlalu menuju kamar mencari Nica yang ternyata lagi asik main PS sendirian.

A :ā€Hey mandi gih, ikut pergi makan yuk!ā€

Nica mendadak bersorak sambil mulai berdiri lalu melompat memeluk tubuhku, gerak refleksku langsung memegang kedua pantatnya menahan berat tubuhnya yang sedang bergantung merangkulkan kedua tangannya di belakang leherku. Kurasakan permukaan kulit lembut di pantatnya yang kemudian beberapa kali kuremas sambil mencandai dia

A :ā€™Ini kenapa makin kendor ya? Padahal baru beberapa hari ditinggalā€
N :ā€ye sembarangan, nih coba cek lagi yang benar!ā€

Dia melepaskan pelukannya dan langsung menurunkan celana pendek yang dikenakannya sambil berputar memamerkan pantatnya yang putih mulus itu ke arahku

N :ā€Duduk sini lihat dari dekat!ā€

Dengan nada yang sedikit tinggi dia memerintahkan aku untuk duduk. Lalu dia menarik tanganku untuk mendekat duduk berlutut memperhatikan pantatnya, dan ketika dari dekat tampak jelas terlihat lekukan gundukan kecil vaginanya yang menonjol meski masih ditutupi oleh CDnya serta kulit putih bersih di sekujur paha yang mengapitnya. Pantat indah itu kemudian semakin didorongnya kebelakang disodorkan menempel ke wajahku sambil tangan kanannya memegang dan menahan kepalaku. Terasa permukaan lembut gundukan vaginanya menekan di tulang hidungku yang kemudian digerakkannya naik turun mengikuti alur hidungku sambil dia bercanda dengan mengeluarkan suara oh yes oh my god menirukan dialog yang sering ditemui pada adegan di film bokep. Aku membalas dengan mulai meraba lalu meremas serta menepuk-nepuk kedua belah pantatnya, dengan maksud untuk menyuruhnya menyudahi aksinya, tapi sepertinya malah semakin menambah semangat Nica menggoyangkan pinggulnya.

A :ā€Udah ah, cepetan mandi sana!ā€

Kucoba menghentikan kegiatan Nica dengan menyuruhnya mandi sekaligus mencoba meredam keinginan kuatku untuk menarik turun CDnya supaya bisa melihat dengan jelas gundukan itu dan menjilati vaginanya, ditambah lagi sekarang penisku mulai meronta-ronta bereaksi dengan perasaan nyaman dari sensasi yang dilakukan Nica.

N :ā€Nanti saja mandinya, abis selesai inilah baru aku mandiā€

Sambil dia melepaskan pegangan tangannya di kepalaku dan mulai menurunkan CD ketatnya kebawah, membuat aku tertegun menikmati pemandangan vagina yang terpampang di antara pantat dengan lekukan indah dikedua sisinya yang ditopang dengan kaki jenjang putih mulusnya.

N :ā€Enak ini kena hidung kamu bangā€

Ujar Nica sambil kembali dia menyodorkan pantatnya ke arah wajahku, mengulang kembali memasturbasi vaginanya dengan menggunakan hidung dan wajahku yang kali ini terasa nyata dan semakin hangat karena tidak lagi terhalangi oleh CDnya, serta sekarang hidungku bisa merasakan dengan jelas scent khas dari vaginanya yang menimbulkan kesan relax dan nyaman, scent yang jarang aku dapati dari sekian banyak vagina cewek yang pernah aku temui. Tangannya kembali memegangi kepalaku berusaha membantu menekan wajahku ke vaginanya yang kembali bergerak naik turun merayapi sepanjang ruas batang hidungku. Nica mulai mendesah seiring dengan vaginanya yang bersentuhan dengan hidungku ini berangsur-angsur mulai terasa basah oleh cairan vaginanya. Pinggulnya semakin lincah bergerak, tangannya semakin keras menekan kepalaku mendorong hidung dan bibirku untuk semakin maju menjejali bibir vaginanya. Desahannya semakin keras terdengar ketika aku mulai memainkan lidahku, mencoba mengikuti rasa penasaranku untuk menyentuh dan mencicipi permukaan vaginanya, yang ternyata terasa sticky dan sedikit salty di lidahku, namun aku tidak bisa dapat gambaran untuk mengcompare flavor itu ke bahan yang lebih spesifik. Tangan Nica mulai meremas dan menjambak rambutku seiring dia menikmati sensasi yang dirasakannya, kakinya mulai bergetar seakan sudah tak mampu menopang berat tubuhnya ketika lidahku semakin gencar kulumatkan ke permukaan bibir vaginanya.

A :ā€™woy kamu kalau mau pipis bilang-bilang yaā€

Dengan spontan aku mengatakan itu ketika aku tiba-tiba menyadari kebiasaan Nica yang sewaktu-waktu bisa squirt bila vaginanya terlalu banyak menerima rasa nyaman.

N :ā€Ndak tiap kali juga aku kayak gitu bang, lagipula kemarin kan aku belum sempat pipis pas di ML sama kamuā€

N :ā€Kemarin waktu di rumah makan aku udah minum es jeruk sama air mineral, terus sampai di sini kita minum tequila sama makan jeruk manis ya penuhlah bang, makanya bisa nyemprot kayak pemadam kebakaran.ā€

N :ā€Bawa masuk sini bang punya kamu, dari tadi siang aku udah banyak keluar gara-gara membayangkan di ML sama kamu bang.ā€

Nica lalu menurunkan tubuhnya dan memposisikan dirinya bersujud, merebahkan wajah cantiknya ke bantal ukuran jumbo di lantai lalu mengacungkan pantatnya ke arahku sambil membuka lebar kedua kakinya. Aku tidak lagi menunda-nunda, langsung saja membuka seluruh pakaianku dan bergegas mengatur posisi untuk berlutut di belakang pantatnya dan mengarahkan penisku ke vaginanya. Kuusapkan sebentar saja kepala penisku ke sekujur permukaan vaginanya yang telah basah itu, sekedar untuk membasahi permukaan kepala penisku supaya mudah melewati bibir liang vaginanya karena aku sudah tidak sabar lagi untuk segera memasukkan penisku kembali merasakan kenyamanan yang bisa dilakukan vaginanya pada penisku.

Namun bibir rongga vagina itu masih terasa sulit terbuka, kembali aku mengulangi proses penetrasi secara hati-hati seperti dua malam lalu, mencoba menggerakkan maju mundur beberapa kali hingga akhirnya sedikit demi sedikit bibir vagina Nica mulai bisa merekah membuka menyesuaikan diri sehingga kepala penisku dapat masuk ke dalam vaginanya. Aku terus saja menarik dan menekan-nekan tubuhku ke arahnya, memaksa penisku sedikit demi sedikit supaya dapat masuk semakin dalam di rongga vaginanya. Hingga akhirnya penisku dapat sepenuhnya masuk ke dalam hingga membuat Nica melenguh, tangannya meremas ujung bantal sambil melentikkan punggungnya, mirip seperti kucing adikku yang sering melentikkan punggung seperti melakukan stretching setiap bangun tidur.

Aku mulai menggerakkan pinggangku mendorong dan menarik penisku keluar masuk merasakan kenikmatan permukaan beserta relief-relief yang ada di sekujur rongga vaginanya yang basah dan hangat itu. Sesekali kudorong kuat pinggangku ke depan untuk memberi tekanan, hingga tubuhku membentur pantatnya dengan keras dan vagina Nica bereaksi atas benturan itu dengan berkontraksi meremas sekujur batang penisku, lalu ketika remasan kontraksi itu terasa semakin intens kuarahkan penisku untuk bergerak maju mundur hanya sebatas bagian mulut rongga vaginanya saja, memfokuskan kepala penisku sepenuhnya menikmati kontraksi yang benar-benar terasa sangat meremas di bagian itu. Aku semakin kencang menggerakkan tubuhku, hingga suara tepukan yang diakibatkan tubuhku yang berbenturan dengan pantat Nica semakin nyaring terdengar, suara desahan dan erangan Nica semakin tak karuan dan kurasakan denyutan kontraksi rongga vaginanya semakin keras. Tubuh Nica tiba-tiba bergetar dan mengejang berkedutan, Nica orgasme dengan berteriak sambil membekapkan mulutnya ke bantal, bersamaan juga kurasakan remasan erat vaginanya yang terasa begitu nyaman menjalar di sekujur penisku. Rasa nyaman itu sekarang sudah memuncak, sekujur tubuhku mulai terasa menggelenyar, kurasakan sesuatu mulai merambat dari sekitar pangkal penis dan testisku, bergerak naik ke batang penisku dan akhirnya memuntahkan spermaku kembali ke dalam vagina hangat Nica. Rasa nyaman yang menjalar dari penisku itu kemudian semakin menyebar ke seluruh tubuhku di setiap kejutan semburan yang terjadi pada ejakulasiku, membuat tubuhku bergetar hebat. Ejakulasi yang bisa kunikmati dengan sensasi kenyamanan yang luar biasa setelah cukup lama tertunda akibat disabotase secara sepihak oleh Anya siang tadi.

Belum tuntas rasanya aku menikmati ejakulasiku pada posisi ini, Nica lalu merubah posisinya yang sedari tadi bersujud di depanku untuk bergeser duduk bersimpuh menyamping di lantai. Sambil membetulkan posisinya yang duduk bertumpu pada pantat dan kaki kirinya Nica lalu meraih kembali penisku, memaksaku untuk mengikuti gerakan tangannya mengarahkan penisku ke mulutnya. Kembali Nica melumat penisku, mengulum serta menyedotnya sembari tangannya membantu memijat batang penisku dari pangkal lalu naik ke atas memaksa semua cairan sperma di dalam penisku untuk tersedot ke dalam mulutnya. Tubuhku terasa menggelenyar seperti kesemutan pada tulang punggung, tengkuk dan belakang kepalaku.

Aku merebahkan badanku, menjejakkan kepalaku ke pinggiran kasur yang terletak di lantai tepat di belakang punggungku. Sambil berbaring aku benar-benar bisa menikmati kecantikan wajah Nica yang diterangi pantulan sinar matahari sore yang masuk dari jendela, wajah cantik yang masih saja telaten melumat penisku, dengan rambut panjangnya yang dicepol seadanya menjuntai ke bahunya, bahu yang dibasahi oleh keringat yang satu per satu mengalir turun ke permukaan dada dan payudara yang menggantung indah. Lalu pandanganku beralih ke pinggul indahnya yang tampak menonjol naik dari perut rampingnya dan perlahan elevasinya kembali menurun mengikuti arah paha kanannya yang jenjang itu.

Nica :ā€Bang ini kenapa jadi bangun lagi?ā€

Ucapan Nica membuyarkan konsentrasiku yang sedang menikmati kecantikan dan keindahan bentuk tubuhnya, lalu kulihat dia mulai merangkak maju merayapi tubuhku, menekan payudaranya yang terasa kenyal mendekap penisku kemudian mulai merangkak lebih maju lagi hingga penisku merasakan tekanan dan gesekan yang nyaman dengan permukaan perutnya.

Aku :"Itu karena kamu...."

Belum sempat aku menyelesaikan kata-kataku kini wajah cantik Nica sudah ada di depan wajahku dan mulai menciumi bibirku, kurasakan payudaranya yang kenyal menempel di dadaku dan penisku merasakan sensasi yang nyaman karena sedang bersentuhan dengan bulu pubicnya yang halus beserta bibir vaginanya sembari Nica menggerak-gerakkan pinggulnya. Sudah lama sekali aku tidak merasakan kenyamanan bercampur dengan feel yang memberi kesan rasa betah seperti ini.

Lalu tangan kanan Nica kembali merayap ke bawah, sambil meninggikan pinggulnya dia mulai mengarahkan kembali penisku untuk dapat masuk ke dalam vaginanya, kali ini tidak terlalu ribet, Nica hanya perlu tiga atau empat kali berusaha menekankan pinggulnya untuk dapat membuat penisku kembali masuk dan dia melenguh menikmati sensasi penetrasi itu, sambil menghembuskan nafas yang terasa hangat menyapu permukaan kulit wajahku. Ciumannya terasa semakin gencar di bibirku, aku menikmati kenyamanan ciuman bibir Nica yang berpadu dengan sensasi rongga vagina Nica yang sedang mendekap penisku dengan nyaman sehingga menimbulkan perasaan comfortable sekali berada bersamanya.

Nica mulai menggerakkan pinggulnya naik turun membuat penisku merasakan kembali kenikmatan permukaan beserta relief-relief yang ada di sekujur rongga vaginanya, namun dari arah pintu kamar terdengar suara cempreng Della dan tertawa cekikikan Eric, ternyata mereka berdua sudah berdiri di depan pintu kamar dan entah sudah berapa lama mereka berada di situ.

Della :ā€ML teroooos, ntar ledes meki anak orang tuā€

Aku ::ā€Ah bangke kalian berdua, mengganggu sajaā€

Sambil tertawa Nica berdiri dari atas tubuhku, melepaskan penetrasi penisku di dalam vaginanya lalu berjalan kearah toilet meninggalkan kami. Eric dan Della lantas lanjut kembali menggodaku, sambil meraih tisu basah Della lalu duduk dan langsung menggenggam penisku sambil membersihkan sisa cairan yang menempel di sekujur penisku seraya sesekali mengocokkannya dan mendekatkan ke mulutnya, sementara Eric menindih dan memegangi badanku sehingga aku tak bisa menghindar dan mencegah Della.

Della :ā€Eh kok bangun lagi ini? Baru selesai jackpot masih juga bisa horny sama akuā€

Eric :ā€Nica gimana komentar kamu setelah ML sama temanku ini? Kasi reviewnya pleaseā€

Nica yang sudah selesai bersih-bersih kembali masuk ke kamar sambil menertawai kelakuan kami bertiga, seraya menjawab dengan hanya memberikan ekspresi wajah memelototkan mata sambil membuat ekspresi mulut seperti menirukan huruf O besar seolah-olah sedang melahap batang penisku, membuat kami bertiga tertawa setelah melihat ekspresi wajah itu.

Della :ā€Melar ya Nica? Kamu terima saja nasibmu, kalau sayang itu kan harus menerima kondisi pasangan apa adanya, iya kan?

Eric :ā€Kalau ndak tahan kamu sama abah saja, punya abah masih ukuran standarā€

Selanjutnya kami terus saja bercanda sambil menikmati makan malam dan setelah itu kembali melakukan ritual kebiasaan kami menikmati malam menghabiskan beberapa botol mansion house dan vodka yang tadi siang kubeli, sambil membahas rencana dan persiapan untuk ikut di event adventure offroad minggu depan. Hingga akhirnya Nica dan Della tertidur, lalu aku dan Eric beralih untuk minum di teras buat ganti suasana dan bergabung ngobrol dengan si Abah yang lagi merokok sendirian......​
 
Terakhir diubah:
03. Imajinasi

Di teras depan kami kembali ngobrol dan bercanda sambil menikmati mansion house yang masih tersisa, reaksi alkoholnya jadi lebih terasa nyaman berkat udara malam di ruangan terbuka ini serta view yang lebih luas daripada pemandangan di dalam kamar tadi. Dari teras rumah Eric di seberang jalan terdengar gelak tawa mbak-mbak yang ngekost di situ yang sepertinya juga sedang asik menikmati malam. Hingga akhirnya pembicaraan kami kembali terfokus ke pembahasan Nica, yang kurang lebih kayak ginilah dialognya seingat aku

Eric :ā€Ini gimana statusnya si Nica ini Nam? kamu keep dia jadi pacar kamu atau gimana?

Pertanyaan Eric bukan sekedar pertanyaan biasa, ada beberapa siasat yang telah disiapkannya dibalik pertanyaannya itu dan jawabanku yang akan menjadi penentu siasat mana yang akan dijalankannya. Bila aku menjawab untuk keep Nica jadi pacarku, maka Eric bersama Della akan bersekutu dengan Nica menutup semua akses kenyamanan yang bisa kulakukan dengan banyak cewek. Mereka akan berusaha untuk menjaga supaya aku tetap setia sama Nica, Eric akan menutup aksesku untuk menikmati cewek-cewek yang ngekost di tempatnya, bahkan memanfaatkan cewek-cewek itu untuk jadi informan yang melaporkan kepadanya apabila aku melakukan aktifitas nakal di tempat mereka masing-masing bekerja. Della juga akan menutup diri tidak lagi mau berbagi kenyamanan tubuhnya denganku, serta menutup akses kenyamanan yang bisa kudapatkan dari teman-teman ceweknya. kerugian besar yang akan kutanggung dengan jangka waktu yang tidak dapat aku prediksi, kembali seperti kondisi dulu ketika Jessie masih bersamaku.

Dan bila aku menjawab untuk tidak menjadikan Nica pacarku, maka nasib Nica akan sama seperti nasib cewek-cewek yang sering kami ajak party, dia akan menjadi bulan-bulanan yang bebas diakses oleh aku, Eric dan juga Della beserta teman-teman tongkrongan lainnya, bahkan oleh si Abah bila dia kepingin juga. Aku dan Eric sudah sering melakukan negoisasi seperti malam ini, baik itu teman cewek yang aku bawa maupun yang Eric atau Della bawa untuk bergabung memeriahkan party kami. Dan kesepakatannya selalu sama, cewek-cewek tersebut kami sepakati untuk bisa shareable buat kesenangan kami. Namun kali ini aku bimbang untuk menjawab, terbersit rasa enggan dan tidak tega untuk membiarkan teman-temanku ikut menikmati kenyamanan yang bisa diberikan oleh Nica. Bahkan pikiranku merasa ingin sekali untuk memiliki Nica, menjadikan dia pendampingku, menggantikan Jessie yang sudah lama tidak lagi bisa mendampingi aku. Namun masih ada keraguan dihatiku, apakah Nica layak?

Aku masih berkutat dengan pikiranku, lalu teralihkan oleh panggilan telfon di HP dari nomor yang tidak dikenal dengan empat digit belakang semuanya angka sembilan, nomor yang sama yang sudah berkali-kali menelfon sejak tadi sore. Sambil menekan tombol volume di HP aku berusaha untuk mematikan suara deringnya, aku kembali menuangkan mansion house ke gelasku dan segera menghabiskannya.

Aku :ā€Aku belum tahu Ric, masih terlalu awal. Aku ndak mau buru-buru lagi ngeclaim cewek buat jadi pacarku semenjak kejadian Mia kemaren.ā€

Aku :ā€Udah bela-belain ngeclaim awal-awal, belakangan baru ketahuan bangsatnya dia?ā€

Eric :ā€Yah memang ndak gampang nyari cewek yang bisa setia kayak Jessie.ā€

Aku :ā€Aku belum bisa kasi jawaban, aku minta waktu buat cari tahu. Biar lebih pastiā€

Eric :ā€Aku tahu kamu suka dengan Nica, terlihat jelas dari tatapan mata dan gerak tubuhmu serta caramu memperlakukan Nica."

Eric :"Gini aja Nam, biar malam ini aku sama Della yang cari tahu. Kita kasi kesempatan buat Nica menentukan tempatnyaā€

Aku :ā€Oke, berarti semua terserah Nica, kalau dia ngasi ya kalian lanjut, tapi kalau ndak jangan dipaksa.ā€

Eric :ā€Selama ini kita ndak pernah maksa orang lain buat ikut nyaman di party kita kan?ā€

Aku :ā€Abah mau ikut party juga?

Timpalku mencoba mencairkan suasana dengan melemparkan pertanyaan ke si Abah, dan dijawab dengan sombong oleh si Abah ā€œSheā€™s not my type!ā€ membuat kami serentak ngakak menertawakan gayanya si Abah. Setelah kami menghabiskan minuman akhirnya Eric kembali menuju ke kamar menyusul Della dan Nica, kubiarkan saja dia berlalu dengan rasa penasaran bakal seperti apa kejadiannya nanti. Setelah memberikan sejumlah uang ke si Abah untuk belanja keperluan beberapa hari ke depan, aku pamit pulang karena senin pagi nanti ada banyak agenda yang harus kukerjakan.

Sepanjang perjalanan pulang aku terus memikirkan Nica, sambil membayangkan apa yang sedang mereka bertiga kerjakan setelah aku tinggalkan. Yang jelas semua tergantung keputusan Nica, dan aku percaya Eric sahabat baikku itu tetap menjaga janjinya. Eric dan aku sudah lama melewati kejadian dan pengalaman yang aneh-aneh, namun di luar kebiasaan buruk kami yang sudah jauh meninggalkan jalan yang benar ini, belum pernah sekalipun kami menjadi orang yang ingkar janji. Karena bagi kami menjaga janji itu sama seperti menjaga harga diri kami. Namun sejujurnya kami tidak suka berjanji, bagi kami menjaga janji itu tidak mudah, bakal banyak menghabiskan waktu, tenaga, biaya, yang pasti akan sangat merepotkan hidup kami yang sudah cukup bahagia kami nikmati dengan kondisi seperti sekarang ini. Makanya kami jarang sekali mau berjanji, dan selalu mencari kelemahan dari janji yang sewaktu-waktu harus terpaksa kami buat.

Hingga Akhirnya aku sampai di rumah, kulihat mobil Anya sudah mengambil posisi di tempat parkir salah satu mobilku di garasi halaman belakang rumah yang berada tepat di bawah kamarku. Setelah memarkirkan mobil, HPku kembali berdering mendapat panggilan kembali dari nomor yang sama dengan empat digit belakang angka sembilan, kembali kuacuhkan panggilan itu dan bergegas naik ke kamarku. Aku memasuki kamarku mendapati Anya dan adikku sudah tertidur di sofa di depan televisi kamarku dalam keadaan yang masih menyala memutar film yang mungkin tadinya mereka tonton bersama. Kumatikan televisi dan aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah satu malam lalu aku langsung membuka pakaian dan mencoba untuk mandi, mendinginkan kepalaku yang terlalu banyak memikirkan Nica serta membayangkan kejadian yang sedang mereka kerjakan bertiga di rumah si Abah.

Kulihat kelebat bayangan di balik pintu kaca toilet, lalu kemudian terdengar seseorang mengetuk pintu itu. Sambil mengenakan handuk aku membuka pintu dan mendapati Anya sedang berdiri dengan tubuh indahnya yang hanya terbalut pakaian tidur berbahan tipis, sehingga terlihat tonjolan puting payudaranya dari balik pakaian itu dan hanya mengenakan celana dalam tipis berwarna putih senada dengan pakaiannya.

Anya :ā€Kamu kenapa lama bener di dalam? coli ya?

Buru-buru dia memasuki toilet kamarku, sambil dengan sengaja membenturkan badan kami saat berpapasan di pintu, menekankan payudaranya ke bagian perut dan lenganku membiarkan tubuhku merasakan rasa empuk dan kenyal payudaranya. Sambil duduk di kloset dia lalu kembali memanggil namaku hingga membuat aku kembali berpaling memandang ke arahnya

Anya :ā€Tadi ada yang nelfon kamu, suara cewek nanyain kamu. Aku bilang aja kamu udah tidur, kecapean habis nemanin aku. Ndak sopan juga nelfon jam segini!ā€

Kutinggalkan saja Anya yang masih berbicara, beralih menuju sofa di depan TV untuk memasangkan selimut serta memperbaiki posisi tidur adikku. Lalu aku berbaring di di ranjang empukku dengan hanya mengenakan celana boxer yang kutemukan tergeletak di atas ranjangku. Kulihat Anya berjalan keluar dari toilet sambil masih sibuk memperbaiki posisi celana dalamnya lalu berjalan ke arah sekitar sofa tempat adikku tertidur, seperti sedang kasak kusuk mencari sesuatu. Lalu Anya mendatangi aku sambil kali ini menenteng whiskey botol gepeng dan menyodorkannya ke aku

Anya :ā€Mohon diterima pemberian yang seadanya ini sebagai niat tulus permintaan maafkuā€

Perempuan gila ini selalu tahu cara untuk mengambil hatiku, aku langsung menyambut whiskey itu dan segera menenggaknya, sambil kulihat dia mulai merangkak naik ke ranjangku dan duduk menempatkan tubuh indahnya di sisiku

Anya :ā€Itu tadi siapa cewek yang nelfon kamu? Korban pelampiasan kamu ya?ā€

Aku :"Kamu kan tahu aku tidak pernah mau membicarakan perihal orang lain. kalau sedang bersama kamu, ya aku fokus meladeni kamu."

Sambil tersenyum dia mengambil botol di tanganku, ikut menenggak menikmati whiskey sambil mengerang menahan rasa membara minuman itu merayap turun di tenggorokannya. Anya lalu berbaring di sampingku sambil kembali membujukku, memaksa aku untuk memaafkan kelakuannya siang tadi. Aku tidak menjawab, aku hanya menarik tubuhnya untuk berbaring menyandarkan kepalanya di dadaku dan merangkul tubuhnya dengan tangan kiriku. Lalu dia bercerita beberapa bulan belakangan dia sibuk merawat dan menjaga papanya yang dirawat di rumah sakit, dia kewalahan memanage waktu untuk bolak balik rumah sakit dan mengurus perkuliahannya. Dia menggambarkan perasaan rindu dan keinginannya untuk bermesraan denganku, namun terkendala dengan tanggung jawab mengurus papanya. Untungnya beberapa hari ini kakaknya yang bekerja di negara tetangga bisa cuti pulang ke sini dan barulah dia bisa sedikit relax bergantian merawat papanya dan bisa menyempatkan waktu untuk memanjakan dirinya. Malam itu kudengarkan dia bercerita sambil kami saling berbagi menikmati whiskey pemberiannya, hingga akhirnya kami tertidur saling berpelukan.

Paginya aku terbangun mendengar suara bising yang bergema di kamarku, Anya masih tertidur lelap dengan wajah ayunya direbahkan di sampingku. Lalu aku berpaling ke sofa di depan tempat tidurku, di situ kulihat adikku sedang berbincang dengan Sari ART di rumah kami yang sedang membersihkan karpet dengan vacuum cleaner yang mengeluarkan suara bising itu. Aku beranjak dari ranjang lalu mendatangi mereka, dan langsung pura-pura memarahi Sari sambil beberapa kali menepuk pantat empuknya

Aku :ā€Kamu ini resek banget bikin rusuh bangunin aku pagi-pagi gini!ā€

Sari :ā€Pagi apa mas, ini udah jam tujuh lewat! Kalau di kampung orang-orang udah pada keringatan bekerja jam segini.ā€

Akupun segera mandi untuk bergegas berangkat ke kampus mengumpulkan tugas terstruktur yang telah kukerjakan beberapa hari belakangan ini. Setibanya di kampus, ketika aku sedang antri menunggu asisten dosenku menanda tangani blangko lembar asistensi tugas, aku mendapat telfon dari bang Andre yang menjadi kepala manajerial di perusahaan tempat aku bekerja, dia meminta aku untuk menggantikannya menghadiri undangan pertemuan asosiasi pengusaha konstruksi di salah satu hotel di kotaku, serta memintaku mengirimkan email progress kemajuan dan rekap kebutuhan material yang menjadi tugasku kepadanya. Bang Andre adalah orang lapangan sejati, dia jarang mau menghadiri pertemuan atau rapat yang banyak omong bertele-tele. Dia lebih memilih berpanas-panasan di lokasi proyek atau menghabiskan waktu bekerja di direksi keet. Seperti saat ini dia lebih memilih untuk menugaskan aku menggantikannya menghadiri undangan pertemuan, dan menggantikan aku mengurusi pekerjaan di site konstruksi.

Setibanya di hotel tempat pertemuan tersebut diadakan, aku bergegas naik ke lantai ballroom tempat pertemuan itu dan mengisi buku kehadiran peserta sambil sedikit mencandai si mbak yang bertugas menjadi receptionist penjaga buku itu. Dari informasinya si mbak tadi mengatakan sekarang sedang sesi coffee break jadi aku ndak bakal ketahuan kalau datang terlambat. Lalu aku beranjak ke coffee shop sambil celingukan mencari teman buat kuajak ngobrol, akhirnya mataku tertuju pada satu table dengan pemandangan indah, kulihat Gina sedang duduk sendirian di table itu memandang ke arahku dengan sebelah tangannya sedang menempelkan HP ke telinganya. Tak lama kemudian HPku berdering mendapat panggilan dari nomor dengan empat digit belakang angka sembilan yang kerap selalu menelfonku. Lalu kulihat Gina melambai ke arahku, lalu tangannya beberapa kali menunjuk ke arah HP yang sedang dipegangnya memberi isyarat agar aku menerima panggilan telefon itu.

Gina :ā€Sini gabung ngopi sama aku!ā€

Terdengar suara Gina memintaku untuk bergabung ke tablenya di HPku, ternyata nomor HP dengan empat digit angka sembilan yang belakangan sering menelfonku adalah nomornya. Lalu kututup panggilan telfon itu dan berpaling menuangkan kopi yang telah disediakan di meja bundar bersama dengan susunan kue cemilan. Lalu aku menyusul untuk duduk bersama Gina, dan serentak semua mata para undangan pertemuan di ruangan itu langsung memandang ke arah kami. Aku mengenal hampir sebagian besar undangan yang hadir pagi itu, kebanyakan dari mereka merupakan abang dan kakak seniorku, ada juga beberapa alumni dari universitas lain serta beberapa pelaksana konstruksi dari kalangan pengusaha. Dan kulihat di meja pojok ada sekelompok abang seniorku sedang tersenyum bangga sambil bertepuk tangan tanpa mengeluarkan suara ke arahku, lalu kubalas dengan melambaikan tangan kearah mereka. Gina menyambutku dengan akrab, dia mengabarkan bahwa hari ini dia diminta untuk menjadi host di pertemuan itu dan mengatakan agar aku bersyukur bakal seharian bisa memandang kecantikannya. Gina juga menceritakan dia sengaja meminjam HPku ketika bertemu di toko minuman kemarin, supaya dia bisa mendapatkan nomorku dengan melakukan panggilan ke HPnya karena dia pengen sekali ngobrol denganku. Belum puas rasanya aku memandang kecantikan serta mendengar tutur kata dengan suara lembutnya namun sesi coffee break ini sudah berakhir dan kami harus beralih kembali ke ballroom tempat pertemuan diselenggarakan.

Hingga berakhirnya seluruh materi dipaparkan pandangan mataku selalu menikmati kecantikan Gina yang berada di meja depan, hingga tak ada satupun materi yang kuperdulikan dan kuingat siang itu, tatapanku selalu tertuju ke arah Gina namun pikiranku masih bimbang memikirkan nasib Nica yang tadi malam kutinggalkan bersama Eric dan Della. Setelah sesi foto bersama, aku buru-buru bersalaman dengan para pemateri dan para undangan lainnya, berniat untuk segera pulang. Sepanjang pertemuan tadi aku selalu penasaran membayangkan apa yang terjadi dengan Nica, Eric dan Della malam tadi, dan berusaha untuk segera mendatangi dan mendapatkan informasi langsung dari mereka. Baru saja aku keluar dari lift kulihat Gina sedang berbicara dengan receptionist di lobby hotel, kubiarkan saja dia dengan kesibukannya dan aku tidak menyapanya karena memang dia juga tidak memandang kehadiranku dan aku langsung keluar menuju ke halaman parkir mencari mobilku. Di parkiran ternyata mobilku terparkir dengan posisi lantang terpapar panas matahari, lalu kunyalakan AC untuk mendinginkan udara di dalam mobilku sambil aku berteduh di bawah canopy di pinggir bangunan hotel dan menikmati sebatang rokok. Hingga kemudian HPku kembali berdering mendapat panggilan kembali dari Gina

Gina :ā€Hai kamu kemana? Aku masih pengen ngobrol banyak sama kamu, Nam!ā€

Aku :ā€Iya sorry Na aku nggak sempat pamitan sama kamu tadi, ini aku udah di parkiran mau berangkat masih ada urusan lain.ā€

Gina :ā€Sayang sekali kita nggak bisa ngobrol lagi ya, padahal masih ada banyak yang mau aku ceritakan sama kamu."

Gina :"Besok pagi aku mesti berangkat ke kota lain memenuhi agendaku, nggak tau juga kapan sempatnya bisa pulang lagi ke siniā€

Gina terus saja membujuk aku untuk kembali menemuinya, dan akhirnya akupun mulai luluh, kumatikan kembali mesin mobilku dan menyusulnya kembali ke dalam. Di coffee shop tempat kami pertama bertemu tadi, aku kembali menemui Gina yang sudah menungguku sambil dia sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya. Aku berpapasan dengan bang Dony senior 6 tahun di atasku yang langsung mengajakku berjabat tangan dan berbisik

Bang Dony :ā€Dasar setan, main pepet aja tiap ada barang bagus!ā€

Aku hanya bisa tersenyum saat membalas jabat tangannya, dia lalu mendorong aku ke arah table tempat Gina yang sedang duduk dan menunggu aku. Kulihat di table sekitar masih ada beberapa seniorku yang juga bersantai di situ, lalu aku melambaikan tangan menyapa mereka dan langsung duduk disambut dengan perbincangan hangat oleh Gina. Tanpa disengaja sesekali Gina menepuk pundak dan bahuku ketika dia tertawa saat bercanda mengenang kelakuan kami semasa sekolah dulu, suasana menjadi sangat akrab, Gina yang belakangan kabarnya berubah menjadi kaku dan selalu menjaga sikap sekarang telah kembali menjadi seperti Gina yang akrab sebagai teman sekelasku dulu. Hingga akhirnya canda tawa kami disela dengan kehadiran Rudi adik tingkatku di kampus yang kebetulan juga hadir memenuhi undangan di pertemuan tadi. Rudi menyapa kami dan meminta untuk dikenalkan dengan Gina, setelah kuperkenalkan ternyata Rudi belum juga beranjak pergi, dia malah ikut duduk bersama kami dan memulai percakapan dengan Gina.

Rudi ini teman sekumpulanku juga, tapi sempat ada masalah sama aku waktu kejadian satu bulan sebelumnya saat kami party bersama di room karaoke di salah satu hotel ternama di kotaku, masalah yang terjadi karena aku tidak sengaja membawa pulang cewek bawaan Rudi yang malam itu datang ke room karaoke bersama dia. Masalahnya berawal di basement waktu aku baru menyalakan mobilku pas mau pulang, lalu tiba-tiba ada cewek yang nyelonong masuk dan langsung berbaring di kursi belakang mobil Galant yang kukendarai malam itu. Awalnya aku pikir cewek yang ada di kursi belakangku itu si Della, yang memang tertib ketika mabuk dia tidak pernah mau mengendarai mobil dan selalu memilih untuk ikut di mobilku. Aku yang malam itu udah mabuk berat memilih untuk langsung mengantarkan cewek yang kukira si Della itu ke rumahnya, setibanya di rumah Della aku yang sudah sempoyongan ini akhinya meminta bantuan ART di rumah Della untuk membantuku mengangkatnya masuk ke kamar. Memang saat itu si ART sempat kebingungan, namun dia tetap menuruti setelah kupaksa dan kuberikan sejumlah uang yang kurogoh dari kantong celanaku

Pas udah di dalam kamar, karena udah mabuk aku yang memang sudah terbiasa berbagi kenyamanan dengan Della mulai ngerasa kepengen ML waktu itu sama dia, ditambah dengan posisi tubuhnya waktu itu yang sedang tertelungkup mengenakan terusan ketat pendek hanya sebatas sebagian pahanya saja, yang saat ini sudah terangkat dan tersingkap hingga celana dalam dan bentuk pantatnya bisa terlihat dari posisi aku berdiri, membuat penisku bereaksi untuk ikut berdiri ereksi merespon pemandangan itu. Langsung saja kubuka celana dalamnya, lalu kuposisikan tubuhnya yang masih tertelungkup dengan melipat kedua kakinya agar berlutut dan menempatkan tubuhnya ke pinggir ranjang memposisikan pantatnya untuk menungging ke arahku dan langsung saja kupenetrasi penisku ke dalam vaginanya. Belum lama rasanya proses penetrasi itu kunikmati lalu tiba-tiba Eric dan Della masuk ke kamar mengagetkan dan membuat bingung aku yang sedari tadi merasa sedang melakukan penetrasi ke vagina Della. Mereka juga kaget melihat aku dan akhirnya menertawakan aku setelah kujelaskan semuanya. Si cewek yang awalnya kukira Della ini ternyata bernama Siska, cewek bawaannya si Rudi ketika datang ke room karaoke. Pas udah bangun karena kami paksa untuk sadar dari tidurnya, dia ngaku sengaja nyeruduk masuk ke mobilku sewaktu pulang tadi, karena sejak awal memang udah merasa illfeel sama si Rudi dan sudah eneg mendengar omongan Rudi yang selalu membanggakan diri dan menceritakan kehebatannya saja. Tanpa perlu membujuk akhirnya malah si Siskanya yang meminta aku untuk kembali ML dengan dia dan akhirnya kita berempat lanjut party lagi di kamar Della semacam swinger-swingeran gitulah.

Di table coffe shop ini Rudi kembali mulai menyombongkan dirinya di depan aku dan Gina, aku berusaha meladeni pembicaraannya, namun kulihat Gina mulai jengah dan mengemasi perlengkapannya lantas langsung menyela pembicaraan Rudi dengan berpamitan menggandeng tanganku untuk pergi ke arah lift. Kujabat tangan Rudi dan berpamitan seadanya sembari aku mengikuti Gina yang masih tetap menggandeng tangan kiriku. Di dalam lift kulihat Gina malah menekan tombol lantai enam bukannya ke lantai bawah, membuat aku bingung dan memandang ke arahnya

Gina :ā€Aku udah tau bakalan ada yang annoying, makanya tadi aku turun ke bawah buat pesan kamar supaya bisa lebih private kita ngobrol berdua."

Gina :"Kamu bukannya nungguin malah nyelonong pergi pas ketemu di lobby tadi.ā€

Aku hanya bisa tersenyum menyadari rencana yang telah dibuat Gina, namun pikiranku masih saja teringat sama Nica dan berkecamuknya perasaanku memikirkan kejadian mereka bertiga di rumah si Abah. Setibanya di kamar, Gina mulai melucuti pakaian formilnya, menyisakan tank top dan shortpant ketat yang sekarang menutupi tubuh indahnya. Lalu menelfon ke receptionist untuk mengantarkan bir ke kamar ini, sambil menanyakan berapa jumlah botol yang mau dipesan kepadaku. Aku merasa sungkan, kulambaikan tanganku membuat kode untuk mencegah dia memesannya, namun Gina malah menganggap kelima jariku yang kulambaikan itu sebagai jawabanku dan segera mengatakan ke receptionist di telfon untuk mengantarkan lima botol bir ke kamar dan menutup telfon lalu kembali berbincang denganku.

Gina :ā€Nam, tadi makasih banyak ya udah bantu melancarkan skenario spontan yang kubuat untuk menghindari gangguan om-om genit yang ngebet sama aku."

Aku :ā€hah?ā€

Gina lalu bercerita bahwa sejak mereka sedang gladi menyiapkan acara pertemuan di malam sebelumnya ada salah seorang om pengurus asosiasi yang selalu menggodanya, dia merasa risih dan berusaha menghindari si om itu. Kemudian saat pertama dia melihat aku hadir di coffe shop lantas tercetus idenya buat menanfaatkan situasi untuk berdekatan dengan aku supaya si om itu urung mendekatinya. Makanya dia buru-buru memanggil aku untuk menemaninya, supaya si om genit itu tidak bisa mendatangi dan menggoda dia di sesi coffee break tadi.

Aku :ā€Ah bangsat lu Na! kupikir kamu beneran mesra-mesra keganjenan gitu sama aku. Ternyata cuma akal-akalan kamu!"

Aku :"Padahal tadi aku udah merasa keren banget diliatin banyak orang waktu kamu mesra-mesra sama aku!ā€

Gina :ā€wkakaka, sorry Nam, aku memanfaatkan kamuā€¦..."

Gina :"Tapi damage kamu memang masih bisa diandalkan, terbukti si om genit itu langsung melipir mundur, kalah muka, kalah body, kalah keren sama kamu.ā€

Aku :ā€Mulai dah muji-muji, nggak mempan Na! Kesel aku sama kamu!ā€

Gina :ā€wkakaka, Tapi serius aku cerita soal damage kamu."

Gina :"Buktinya kulihat beberapa kelompok mbak-mbak di acara tadi juga sering menatap ke arah kamu sepanjang acara."

Gina :"Kamunya aja yang nggak nyadar, seharian fokus amat memandang ke depan."

Aku :ā€hehehe damage kamu tuh yang lebih parah, seharian tadi aku fokus ngeliatin kamu sama ngebayangin berbuat yang tidak-tidak dengan kamu.ā€

Setelah itu kamipun mulai bercerita panjang lebar tentang apa yang telah masing-masing kami lalui setelah kami berpisah sejak tamat SMA. Setelah beberapa gelas bir yang ditenggaknya, Gina semakin banyak menceritakan masalah pribadinya, perihal kesuciannya yang direnggut Leo dengan cara yang dianggapnya kurang berkenan dan tidak berkelas, hingga berpisahnya dia dengan Leo pacarnya semasa SMA dulu yang disebabkan karena si Leo kerap selingkuh, dan Gina sudah tidak tahan lambat laun perlakuan Leo semakin kasar kepadanya. Lalu bercerita tentang pahit manisnya proses dia merintis karir modelling dan beberapa kali terjebak dengan agency yang pura-pura cari bakat padahal ujung-ujungnya ngajak ML hingga akhirnya kini dia terikat kontrak dengan agency dan sekaligus menjadi sugar daddynya.

Aku :ā€Iya dulu aku mikirnya perlu modal besar buat bisa dekat sama kamu Na, ditambah lagi setelah kamu dekat dengan Leo yang udah tajir dari lahir.ā€

Aku :ā€Kita-kita yang rakyat jelata ini mana berani mau dekat dan coba-coba pacaran sama kamu Na."

Aku :"Aku cuma berani membayangkan kamu jalan bareng aku, pelukan sama aku, ciuman sama aku..."

Aku :"Kadang adalah juga sempat membayangkan yang enak-enak sama kamu, heheheā€¦ā€

Gina :ā€wkakak brengksek kamu. Eh tau nggak kamu, sejak pertama masuk sekolah aku tuh udah suka banget lihat kamu...."

Gina :"Rasanya senang banget tiap ngobrol sama kamu, meskipun kamu ngomongnya selalu ceplas ceplos nggak pakai otak...."

Gina :"Kamu nggak tau kan bencinya aku menjalani hari di sekolah kalau kamu bolos dan boringnya aku bila kamu tidak ada di belakang bangku aku.ā€

Gina :ā€Dulu aku sering marah karena pakaian seragammu berantakan, namun itu cuma alasan agar aku selalu bisa menikmati memegangi tubuhmu...."

Gina :"Setiap aku berusaha membantu merapikan pakaianmu, merasakan menyentuh tubuhmu...."

Gina :"Serta menikmati wangi parfum di tubuhmu yang sampai sekarang masih terngiang di ingatanku."

Gina :ā€Aku selalu merinding dan berdebar tiap melihat ke arah sekitar resliting celanamu...."

Gina :" Yang tampak menonjol tertekan oleh sesuatu yang membuat penasaran dari balik celanamu...."

Gina :"Ingin sekali aku merabakan tanganku untuk merasakannya, tapi selalu kuurungkan karena malu.ā€

Aku :ā€Ribet amat kamu Na, coba dari dulu kamu pegang, mungkin kamu nggak bakal bisa lulus SMA...."

Aku :"Udah keburu beranak karena tiap hari pasti ku ML dengan semangat pantang menyerah.ā€

Kemudian kami kembali tertawa bercanda menghayalkan kelakuan yang bakal kami kerjakan bila dulu kami berpacaran semasa masih satu kelas di SMA. Aku kemudian mencoba berdiri dari kursi tempat dudukku untuk membuka botol terakhir yang ada di buffet, lalu Gina yang sedari tadi berbaring di ranjang beranjak masuk ke toilet. Iya kalau ngebir pasti gini deritanya, mabuknya ndak dapat-dapat, dapatnya cuma bolak balik pipis ke toilet. Lalu Gina kembali keluar dengan mengenakan handuk bentuk kimono dan kembali ngobrol denganku menanyakan kabar Resti adik kelas kami yang dulu kurekrut jadi vokalis di bandku semasa SMA. Menanyakan tentang hubunganku sama Resti dan memaksa aku menjawab pertanyaan bodoh lainnya

Gina :ā€Si Resti itu udah pernah kamu apa-apain belum?ā€

Gina :"Secara kulihat dulu kalian kan gayanya anak band banget, terus si Resti itu kan nyebelin suka kegatelan ngelendot dempetan sama kamu terus.ā€

Aku :ā€Nggak pernah aku apa-apain dia Na, nggak bisa!"

Aku :"Soalnya bapaknya sama abang-abangnya juga kenal dan akrab sama aku, ya makanya udah kayak adek aku sendiri bawaannya."

Aku menenggak habis bir dari botol terakhir yang tersisa, lalu aku beranjak ke toilet meninggalkan Gina yang masih terbaring di ranjang. Di dalam toilet aku melihat tank top, shortpant serta dalaman Gina sudah tergantung di hanger yang menempel di pintu toilet. Sambil pipis aku jadi kembali membayangkan keindahan tubuh Gina yang sudah tidak mengenakan apa-apa lagi di balik handuk kimono yang dipakainya, yang sejak dulu kerap menjadi bahan imajinasiku dan tak sadar imajinasi itu mulai membuat penisku berangsur mengalami ereksi.

Setelah selesai mencuci penis kesayanganku aku kembali keluar untuk berbincang dengan Gina, namun aku terperangah karena saat kupandang ke arah ranjang aku melihat Gina sedang tertelungkup sudah dalam kedaan telanjang, dan handuk kimono yang dikenakannya tadi nya sudah terletak di kursi. Akhirnya hari itu aku bisa menyaksikan secara langsung keindahan tubuh Gina, tubuh cewek cantik kandidat putri kecantikan yang selalu menjadi bahan imajinasiku semasa SMA dulu. Aku tak sempat bergerak dan berkata-kata, mataku terus menggerayangi sekujur tubuh indah itu, setiap jengkal kulit putih mulusnya, setiap lekukan tubuhnya, keindahan dua kakinya, serta gundukan indah bibir vagina yang mulus dan bersih di pangkal kedua kaki indahnya itu.

Gina :ā€Kalau sekarang kamu mau ngapa-ngapain aku nggak?"

Gina :"Ke sini deh, aku pingin merasakan kembali debar jantungku seperti waktu aku memegangi tubuhmu saat merapikan pakaian seragammu dulu.ā€

Kalimat Gina membuyarkan kenyamananku menikmati pemandangan indah tubuhnya, aku segera menuruti permintaannya lalu mulai melangkah mendekati sisi ranjang sambil berusaha melepas kancing kemeja yang kukenakan. Gina merubah posisinya menjadi duduk bersimpuh di ranjang menyambut aku dan langsung melepaskan celanaku. Dengan cekatan lentik jarinya berhasil melepas ikat pinggang, kancing serta resliting celanaku lalu dengan cepat memaksa celanaku untuk segera melorot turun mendahului aku yang belum selesai melepas kemejaku. Gina membelaikan tangannya merasakan setiap jengkal permukaan tubuhku, hingga kemudian belaian itu beralih menyentuh mengikuti lekukan penisku yang berangsur mulai mengeras mengalami ereksi dari balik CDku. Digerakkannya jemari yang dihiasi dengan kuku yang terawat rapi itu merasakan bentuk penisku dari ujung hingga ke pangkal dan meraba testisku. Rasa nyaman dan sensasi perasaan menyenangkan bercampur aduk membuat degup jantungku berdetak kencang memompa aliran darah mendesak penisku untuk semakin keras mengalami ereksi.

Lalu kurasakan sensasi rasa geli yang menggelitik hangat pada penisku, ternyata Gina sudah menjilati sebagian batang penisku yang sudah nongol keluar melewati karet CD yang kukenakan. Kenyamanan itu semakin menambah debar jantungku ketika aku menyadari saat ini Gina gadis yang kupuja sebagai model cantik semasa kami SMA sedang menjilati kepala penisku. Gina bergerak menggeser letak tubuhnya sambil dia menurunkan celana dalamku hingga akhirnya penisku yang sudah sesak karena ereksi ini terpampang mengarah tepat ke wajahnya. Sesaat dia terdiam dan hanya memandangi penisku, lalu menggenggamnya dengan kedua tangan serta mengocok pelan penisku sembari dia mendongak menatap wajahku

Gina :ā€Kenapa nggak dari dulu kamu liatin ini ke aku setan!ā€

Aku tidak bisa berkata apa-apa, hanya terdiam menikmati sensasi pemandangan sosok idola berwajah cantik yang kupuja semasa SMA dulu sedang memandangi dan memainkan penisku. Aku hanya mampu membelai rambut serta wajah cantiknya dengan tanganku, hingga Gina kemudian mulai menciumi sekujur penisku, menyentuhkan batang penisku ke wajahnya, dan sebelah tangannya meraba sekujur tubuhku yang keras mengejang menikmati sensasi nyaman yang diberikannya.

Gina :ā€Akhirnya aku bisa merasakan bagian tubuhmu yang selalu kuhayalkan ini Namā€

Lalu kurasakan sensasi rasa basah dan hangat yang diberikan oleh lidah dan rongga mulut Gina yang sekarang mulai mengulum dan melumat penisku. Tubuhku mendadak merinding dan kurasakan kulit kepala serta akar rambutku menggelenyar merespon kenyamanan ini. Tangan Gina yang menggerayangi tubuhku lalu mulai beralih membelai serta meremas testisku sambil sesekali dia meraba permukaan kedua belah paha yang mengapit penisku. Cukup lama kubiarkan Gina memuaskan dirinya memblowjob penisku, karena pikiranku juga kerap masih memikirkan Nica dan kejadian yang dialaminya bertiga bersama Eric dan Della. Hingga kurasakan penisku terasa semakin sesak dan terlihat urat-urat yang menghiasi batang penisku sudah menonjol merasakan sensasi kenyamanan yang diberikan oleh mulut Gina.

Gina :ā€Capek ah, udah sekeras ini tapi masih nggak keluar-keluar juga!ā€

Gina lalu menghentikan blowjobnya pada penisku sambil sesekali masih menggenggam dan mengocok pelan penisku yang telah basah oleh salivanya. Lalu dia berbaring ke ranjang, memposisikan tubuhnya mengangkang lebar dengan sebelah kaki bertekuk membuat aku merasa sangat terpanggil untuk mendekat dan menjejakkan penisku ke vaginanya yang terpampang dengan indah di hadapanku.

Aku merayap turun ke ranjang, mendekatkan wajahku ke arah selangkangannya. Aroma harum dari tubuhnya terasa nyaman terhirup oleh hidungku. Aku mulai menjejakkan lidahku merasakan sekujur permukaan bibir vagina Gina. Tercium scent aroma manis seperti aroma roti ketika lidahku mulai menjilati mulut rongga vaginanya yang terasa basah oleh pelumas yang berangsur keluar di situ. Kedua tangan Gina meraba dan meremas rambutku sambil dia mendesah menikmati sensasi sentuhan lidah yang kulakukan pada vaginanya. Cukup lama aku menjilati dan merasakan kenyamanan bibir vagina indah Gina yang selalu menjadi bahan imajinasiku di masa SMA dulu, tubuh Gina kini kerap bergetar dan meliuk tak tentu arah merespon jilatan lidahku. Gerak tubuh dan suara desahannya membuat aku tak mampu lagi menunda untuk merasakan kenyamanan yang bisa diberikan oleh rongga vaginanya.

Aku segera duduk di depan tubuhnya sambil mengarahkan penisku agar bisa bersentuhan dengan bibir vaginanya yang tampak indah dan mulus tanpa sehelai bulu yang menempel di permukaan kulitnya. Aku mulai meraba permukaan bibir vaginanya dengan kepala penisku dan merasakan setiap kenyamanan dari sentuhan itu. Kuresapi kenyamanan yang dirasakan kepala penisku disetiap sentuhan di sekujur bibir vagina mulus Gina gadis idola bahan imajinasiku. Perlahan kugesekkan kepala penisku sambil menekan di antara kedua bibir labianya yang tampak mulai mengeras dan kurasakan kepala penisku menyentuh permukaan yang licin karena telah basah oleh campuran salivaku serta cairan pelumas dari vaginanya. Kudengar suara desahan lembut dari bibir indah yang menghiasi wajah cantiknya saat kembali kumainkan kepala penisku menjalari sekujur bagian bibir vaginanya hingga lambat laun rasa licin itu semakin terasa nyaman karena telah merata melumasi seluruh permukaan vaginanya.

Gina semakin keras mendesah, tangannya mulai bergerak menggapai lalu ikut memainkan penisku merayapi sekujur permukaan vaginanya. Aku melepaskan genggamanku pada penisku, kubiarkan tangan Gina bebas memainkan penisku untuk bersentuhan dengan bibir vaginanya dan mengalihkan tanganku untuk meraba merasakan permukaan sekujur paha dan betisnya yang halus mulus. Kuangkat sebelah kakinya ke atas, supaya bisa mendekat ke wajahku, lalu kuciumi kulit betis indahnya yang mulus sambil tetap membelai sekujur kakinya yang terasa hangat dan lembut itu. Kurasakan sensasi rasa nyaman memadati kepala penisku ketika aku menyadari Gina sedang menekan kepala penisku untuk sedikit masuk ke mulut rongga vaginanya lalu membuat gerakan seperti mencongkel dengan menggunakan penisku di mulut rongga vaginanya. Gina mulai menarik batang penisku untuk semakin maju menekan kepala penisku mendesak masuk ke dalam vaginanya, aku membantu dengan menggerakkan pinggangku menekan maju penisku. perlahan kugerakkan pinggangku maju mundur hingga akhirnya penisku dapat masuk sempurna ke dalam vagina indah Gina yang menyambut penetrasi itu dengan memberikan sensasi remasan hangat penuh kenyamanan. Gina meraung mengeluarkan suara teriakan yang tertahan sembari mengangkat kepalanya mencoba memandang ke arah vaginanya yang telah terisi penuh oleh penisku, kulihat perut rampingnya mengeras mengejangkan otot perutnya, dan kedua tangannya meremas dan menekankan kukunya ke permukaan pahaku yang berada di kedua sisi pinggulnya.

Lalu perlahan mulai kugerakkan pinggangku agar penisku bisa bergerak maju mundur menikmati setiap sisi permukaan rongga vagina nyaman Gina. Dari posisiku yang sedang duduk menjejakkan lututku ini aku menikmati pemandangan indah wajah cantik Gina, model cantik teman sekelasku semasa SMA dulu yang selalu menjadi bahan imajinasiku. Yang sedang menatap wajahku dengan ekspresi yang sepertinya sangat menikmati kenyamanan penetrasi ini sambil nafasnya terengah-engah dan mengeluarkan suara mengerang yang terasa nyaman terdengar di telingaku. Tak pernah aku membayangkan untuk mendapati kenyataan aku bisa menikmati memandang, menyentuh dan bahkan merasakan kenikmatan tubuh indah ini. Kucoba meraba dan meremas payudaranya yang kenyal dihiasi dengan putting merona mengacung ke atas pada kedua payudara itu, kugenggam dengan sepenuh hati merasakan euphoria karena berhasil meraih sesuatu yang mustahil.

Kudengar suara teriakan Gina di setiap pertemuan kedua tubuh kami yang saling beradu, beriringan dengan suara tepukan akibat benturan tubuh kami yang kini sudah kugerakkan pinggangku dengan kecepatan maksimal memompa penetrasi penisku menikmati kenyamanan rongga vaginanya. Tangan Gina meremas kedua belah payudaranya, pinggulnya bergerak-gerak tak tentu arah menikmati kenyamanan penetrasi ini, sekujur rongga vaginanya telah berkedutan berkontraksi meremas penisku. Semakin kurasakan sensasi rasa nyaman menikmati kontraksi vaginanya yang kian bertambah keras meremas merespon tekanan penisku masuk ke dalam vaginanya yang semakin kudorong dengan penuh semangat. Gina lalu berteriak keras mengiringi orgasme yang terjadi pada tubuhnya yang bergetar bergelinjang menikmati sensasi nyaman orgasmenya itu. Kupandangi wajah cantiknya sedang memejamkan mata meresapi kenyamanan itu sembari sesekali teriakannya masih terdengar di sela nafasnya yang ngos-ngosan. Kugerakkan dengan pelan pinggangku memompa penetrasi penisku, mengiringi dia menikmati kenyamanan orgasmenya.

Gina :ā€ML sama kamu enak banget Nam!ā€

Sambil terengah dan mendesah Gina mencoba berbicara denganku, mendapat pujian itu aku menjadi bersemangat dan mulai kembali menambah kecepatan gerak pinggangku, suara berdecakan vagina dan suara teriakannya mulai terdengar kembali menghiasi keheningan kamar hotel ini. Sambil kupegangi kedua kaki Gina yang mengangkang kucoba mengarahkan kedua kaki itu untuk saling berdekatan merapatkan kedua belah pahanya hingga kurasakan bagian atas pada rongga vaginanya semakin menebal menekan ke permukaan penisku. lalu kucoba mengarahkan kedua pahanya dengan mendorongnya hingga bertekuk merapat ke payudaranya membuat pinggulnya terangkat dan aku dapat memandang jelas klitoris mengacung ke arah wajahku. Sekujur pangkal penisku sudah dipenuhi dengan cairan berwarna putih dari vaginanya, dan kulihat kain yang menutupi ranjang juga sudah banyak dibasahi oleh cairan yang meleleh dari vaginanya.

Lalu kuarahkan kedua kaki itu kembali ke posisi mengangkang, sambil tetap menggerakkan pinggangku maju mundur lalu tangan kiriku ini mulai jahil menggerayangi dan memainkan klitoris Gina yang terasa kenyal dan nyaman di jariku. Kulihat tangan Gina kembali meremas payudaranya sambil sesekali memainkan putingnya serta ekspresi wajah cantiknya yang tersenyum menikmati sensasi rasa nyaman yang direspon oleh tubuhnya. Tanpa sadar jari kiriku semakin keras kutekankan sambil memainkan klitorisnya membuat pinggulnya mulai berkedutan bergoyang serta rongga vaginanya semakin berkontraksi meremas penisku. Lalu kurasakan sebelah tangan Gina mulai merayap memegangi pangkal penisku sambil membelai kedua belah bibir vaginanya yang telah melar terbuka menyesuaikan lebarnya dengan lingkaran batang penisku. Kedutan kontraksi meremas di dalam vaginanya semakin intens terasa, suara nafas dan erangan Gina semakin keras terdengar. Tangannya yang semula meraba pangkal penisku kini sudah bergeser membantu jariku memainkan klitorisnya serta semakin menambah kecepatan serta tekanan jariku pada klitorisnya. Hingga tak lama kemudian Gina kembali berteriak dengan tubuh bergetar berkedutan sembari menekankan kedua pahanya menjepit pinggangku, orgasme yang kembali dirasakan oleh tubuh Gina dan juga ikut kurasakan kenyamanannya melalui remasan kontraksi rongga vaginanya pada penisku.

Kali ini aku tidak mengurangi kecepatan laju pinggangku memompa penetrasi penisku karena aku terlalu menikmati kenyamanan rongga vaginanya yang mendekap dan meremas sekujur permukaan batang penisku. Nafas Gina terengah-engah tak karuan menikmati orgasme yang terjadi pada tubuhnya ditambah kenyamanan dari gerakan maju mundur penisku yang masih tetap kupompakan ke dalam vaginanya. Setelah beberapa saat aku memompa penisku ke dalam vagina nyaman itu diiringi suara erangan dan teriakan Gina, perlahan rasa nyaman yang menggelitik mulai terasa di sekitar bagian testisku, kecantikan wajah Gina yang sedang terengah-engah serta keindahan tubuhnya yang sedang menggeliat itu semakin menambah rasa nyaman itu untuk mulai merangkak naik merayapi batang penisku. Remasan kontraksi di sekujur rongga vaginanya semakin memaksa rasa nyaman itu untuk semakin naik memadati kepala penisku, hingga akhirnya rasa nyaman itu memuncak dan memuntahkan semua cairan ejakulasi yang terkumpul di penisku ke dalam vagina nyaman Gina dan menambah basah rongga vagina yang sudah banjir oleh banyak cairan dari orgasme Gina itu.

Tubuhku mengeras, mengejang menikmati sensasi nyaman pada ejakulasi di penisku dan rasa nyaman itu kemudian terasa menyebar ke sekujur tubuhku membuat bulu tengkuk dan akar rambut di belakang kepalaku terasa merinding menerima sensasi nyaman itu. Aku kemudian menurunkan badanku untuk berbaring terlentang di samping kiri Gina, gerakanku membuat penetrasi penisku terlepas dari vaginanya, diiringi desahan manjanya ketika kepala penisku baru saja lepas dari mulut rongga vaginanya. Gina lalu bergeser ke dekatku, berbaring miring menghadap ke arahku sambil tangannya memegang pipi kiriku memaksa wajahku untuk menoleh ke kanan menyambut ciuman dari bibir hangatnya. Terasa payudaranya menempel ke otot lengan kananku saat dia semakin merapatkan tubuhnya ke aku, serta kurasakan penisku kembali merasakan sensasi kenyamanan karena ditindih dengan paha kanannya yang diletakkannya di atas tubuhku. Ciuman di bibir Gina terasa nyaman sekali karena bercampur dengan perasaan euphoriaku yang baru saja berhasil menikmati kenyataan dari imajinasi di masa SMAku yang kerap menghayalkan mencumbui gadis cantik sang model yang dulu menjadi teman sekelasku ini.

Gina :ā€Nam aku bersih-bersih dulu ya, kamu mau ikut nggak?ā€

Saat aku menyusulnya ke toilet, kulihat dia sedang bercermin di kaca wastafel toilet sambil menghisap rokok, kulihat dia buru-buru membersihkan air matanya ketika dia melihat bayangan tubuhku dari balik cermin.

Aku :ā€Kamu kenapa Na? kayak sedih baru abis ilang perawan aja.ā€

Gina :ā€Aku nggak sedih Nam! Aku malah happy banget bisa ngelakuin sesuatu dengan kemauan aku sendiri, makin happy setelah aku sadar akhirnya bisa merasakan kenyamanan dari kamu cowok yang aku suka dari masa sekolah dulu.ā€

Sambil bersih-bersih Gina menceritakan tentang kebebasannya yang terbatas semenjak dia ikut di agency om sugar daddynya yang membebaninya dengan schedule yang padat, dan masih banyak cerita sedih lainnya yang sepertinya tidak perlu diceritakan di sini. Sorenya kamipun check out dan Gina meminta aku untuk mengantarkannya pulang ke rumah orang tuanya. Di perjalanan dia meminta aku untuk merahasiakan kejadian di kamar hotel tadi, cukup kami berdua saja yang mengetahui apa yang telah kami rasakan dan mengatakan untuk tidak banyak berharap kepadanya. kami singgah dulu buat makan karena aku kelaparan cuma makan sedikit saja saat sesi lunch di event pertemuan tadi.

Di parkiran tempat makan kesukaanku, aku melihat beberapa mobil teman-temanku. Dan setelah kami masuk kulihat teman-temanku sudah rame nongkrong di tempat makan langganan kami itu, termasuk Eric, Della, Rudi dan Nica. Kuajak Gina bergabung bersama mereka, sambil memperkenalkannya. Setelah berkenalan Gina langsung duduk di sebelah Eric, menanyakan kabarnya dan langsung ngobrol akrab dengan Eric yang memang juga teman sekelas kami semasa SMA. Dan aku memilih duduk di kursi kosong, diantara Nica dan Della sambil iseng mencolek-colek dan menggerayangi tubuh mereka sembari menunggu makanan yang kupesan datang. Gina sesekali memandang ke arahku, melihat kelakuan manja Nica yang kerap bersandar dan memeluk tubuhku. Mungkin Nica sedang membuat statement untuk melindungi penemuan barunya, seperti yang pernah dikatakannya beberapa hari yang lalu.

Setelah kenyang dan lelah bercanda sebagian teman-temanku berencana buat nyoba mobil Della yang baru selesai disetting di trek yang biasa dipakai teman-teman buat mencoba kemampuan mobilnya atau ngedrift dan semacamnya. Sedangkan aku melanjutkan rencana mengantarkan Gina pulang dan Nica meminta untuk ikut menemaniku. Di perjalanan mereka yang sengaja kuminta untuk duduk berdua di kursi belakang tampak akrab berbincang, Nica banyak memuji kecantikan Gina dan meminta advice tentang make up, produk perawatan serta tips menjaga dan merawat tubuh. Nica dengan polosnya mengatakan akan banyak berusaha untuk menjaga kecantikan dan penampilannya demi menjaga agar aku tidak melirik dan berpaling ke cewek lain, entah apakah itu karena kepolosannya atau dia memang sengaja untuk terus membuat statement kedekatannya denganku kepada Gina. Hingga akhirnya kami tiba di rumah orang tua Gina, Aku mengantarkan Gina turun dari mobil dan memayungkannya supaya tidak basah oleh guyuran hujan yang turun mengiringi perjalanan kami sedari tadi. Di teras rumahnya Gina mengatakan kalau nomor yang dipergunakannya untuk menelfonku hanya diaktifkannya bila dia sedang berada di kota ini, dia memintaku untuk tidak pernah melakukan panggilan ke nomornya, cukup dia saja nanti yang menghubungi aku bila next time dia kembali ke kota ini.

Dalam perjalanan selepas meninggalkan rumah Gina, kembali aroma nyaman yang terasa seperti sangat akrab sejak lama di ingatanku yang berasal dari tubuh Nica menyebar tertiup oleh hembusan AC di mobilku. Namun kenyamananku menikmati aroma itu terusik ketika tak lama kemudian aku diinterogasi dengan bermacam-macam pertanyaan oleh Nica yang sebagian pertanyaan itu mungkin kira-kira seperti ini seingatku

Nica :ā€Tadi sore Rudi banyak cerita tentang Abang sama Gina, katanya abang mesra-mesraan sama Gina. Dia pacar kamu ya bang? Atau mantan pacar abang?

Nica melancarkan banyak lagi pertanyaan yang membuat aku tak sempat menjawabnya, aku hanya bisa tertawa menanggapi pertanyaan yang beruntun ditanyakannya kepadaku. Namun Nica tetap memaksa, sambil mencubit dan memukul bahkan menggigit tubuhku memaksa aku untuk menjawab pertanyaannya

Aku :ā€Aku ndak pernah berani ngajak dia pacaran Nica!"

Aku :"Dulu aku sama Eric terkenal sebagai murid bermasalah, sering bolos, suka berantem, suka ganggu orang, sering kena hukum.ā€

Aku :ā€Ndak ada cewek yang mau jadi pacar aku di sekolah dulu, apalagi Gina yang ngetop jadi idola semua orang.ā€

Aku :ā€Dulu dia lebih memilih pacaran sama anak baik-baik, murid teladan, anak pengusaha.ā€

Aku :ā€Aku sama kawan-kawan lainnya cuma bisa berhayal menjadi pacarnya.ā€

Aku memilih untuk menjawab pertanyaan Nica dengan kenyataan yang sesuai dengan pikiran dan keadaanku dulu, karena memang aku tidak pandai berbohong. Dan kurasa jawabanku bisa meredam rentetan interogasinya kepadaku di dalam mobil ini.

Nica :ā€Abang pernah ML sama dia ndak?ā€

Pertanyaan yang kuharap tidak pernah dilontarkannya itu akhirnya ditanyakannya juga. Cukup lama aku berpikir untuk memberi jawaban kepada Nica, karena tidak ingin berbohong kepada Nica namun aku khawatir dengan dampak yang akan terjadi bila aku menjawab dengan jujur. Hingga akhirnya Nica kembali mencubit dan memukuli tubuhku dan akhirnya....

Aku :ā€Pernah!ā€

Pasrah aku menjawab dengan jujur pertanyaan sulit yang dilontarkan Nica kepadaku malam itu, lalu kurasakan hawa dari blower AC mobilku ini semakin dingin menusuk ke tubuhkuā€¦ā€¦
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd