Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Teman Minum

05. Evolusi Della

Aku terganggu dari kenyamanan tidurku oleh suara ringtone di HP yang terus-terusan berdering, kucoba menerima panggilan itu yang ternyata dari om Lucky mekanik andalanku, dia meminta maaf kepadaku karena terpaksa harus mengcancel janjinya hari ini yang rencananya mau bantu preparekan jeepku yang akan kupakai di event adventuran weekend nanti. Setelah selesai telfonan dengan om Lucky aku jadi tidak bisa lagi melanjutkan tidurku, lalu kucoba untuk bangkit dari ranjang, mencoba mencari Nica, Yona dan Anya, namun mereka semua sudah tidak lagi berada di kamarku. Kulihat meja di depan TV juga sudah kembali tertata rapi dan bersih, tidak lagi terlihat jejak peninggalan sisa minuman yang tadi malam berserakan di meja itu.

Selesai mandi kulihat jam dinding menunjukkan waktu sekitar jam satu lewat beberapa menit, aku langung turun ke bawah menuju ke dapur karena dituntun oleh rasa laparku. Seperti biasa hari ini si Sari lagi-lagi menyajikan makan siang dengan menu standar, tumisan kentang, sayur lalapan sama telur dadar. Sambil makan aku mencandai si Sari yang menemaniku menikmati makan siang sambil tangannya sibuk memainkan game ular-ularan di HPnya, dia mengabarkan barusan tadi Yona mengajak Nica ikut pergi mengantar Anya ke rumah sakit tempat bapaknya sedang dirawat. Aku merasa senang karena adikku Yona mau mengakrabkan diri dengan Nica, dan suddenly aku jadi kembali membayangkan wajah cantik Nica serta kejadian yang telah kami alami berdua semenjak aku mengenalnya. Karena terus-terusan memikirkan Nica, aku jadi teringat kembali dengan Eric dan Della sehingga membangkitkan kembali rasa penasaranku dengan apa yang malam itu mereka lakukan bersama terhadap Nica di rumah si Abah. Aku langsung mencoba menghubungi Della karena tadi malam aku merasa tidak puas dengan penuturan Eric. Della menerima panggilan telfonku dengan suara manjanya yang khas, dia memintaku untuk datang ke rumahnya sore nanti, dan akan mengabariku jika dia sudah pulang ke rumahnya.

Mendengar suara Della yang manja di telfon membuat aku kembali teringat dengan kisah dan kejadian yang mengawali keakrabanku dengannya. Si Della ini awalnya merupakan sahabat dekatnya Jessie mendiang kekasihku, mereka sangat akrab, kemana-mana selalu bersama, mereka juga punya banyak kemiripan mulai dari postur tubuh, penampilan, fashion sampai ke gaya rambut mereka yang selalu sama. Bahkan banyak orang yang menyangka kalau mereka itu kakak adik. Dimana ada Jessie disitu juga pasti ada Della, bahkan disaat Jessie sedang bercumbu denganku. Hingga belakangan tercetuslah ide Jessie yang mulai memaksaku untuk mengizinkan Della ikut bergabung menikmati kemesraan kami, awalnya aku agak sedikit enggan karena aku sungguh sangat menyukai Jessie. Actually ketika berkomitmen untuk menjadi kekasihnya, tak pernah terbersit sedikitpun niatku untuk menduakannya, tidak pernah aku berpikir untuk berkhianat mencari kenyamanan dengan gadis lain. Namun persahabatan mereka menggiring hubungan percintaanku dengan Jessie ke sebuah hubungan tak lazim yang tidak pernah aku rencanakan sama sekali.

Akhirnya kita mulai bersepakat untuk bebas making out bercumbu bertiga. Jessie memberi kebebasan kepada Della untuk memuaskan dirinya bersamaku dengan syarat Della tidak diperbolehkan untuk kupenetrasi, Jessie mengatakan seumur hidupnya aku cuma boleh mempenetrasi vaginanya seorang. Hari itu Della benar-benar memuaskan keinginan terpendamnya, melumat penisku dengan blowjob yang luar biasa sekali kurasakan, kenyamanan belaian mulut dan lidahnya mampu membuat aku mengalami ejakulasi hebat, hingga mengeluarkan banyak sperma CIM ke dalam mulutnya. Mereka berdua begitu bersemangat mengerjai penisku, terutama Della yang benar-benar melampiaskan dahaganya setelah cukup lama menjadi silent viewer disetiap kali aku dan Jessi ML. Itulah saat pertama Della mulai akrab dengan penisku, dan di hari itu untuk pertama kalinya aku bisa menikmati sensasi kenyamanan penisku yang diblowjob oleh wanita lain di depan mata kekasihku yang menyaksikannya, pengalaman baru yang terasa extraordinary sekali bagiku kala itu.

Meskipun aku sangat menikmati hubungan saling menyamankan antara aku, Jessie dan Della ini, namun lambat laun aku mulai merasa tidak tega kepada Della. Tidak mungkin dia bisa puas dan mencapai orgasme dengan hanya memblowjob penisku, atau hanya sekedar melakukan masturbasi dengan duduk menggesekkan bibir vaginanya di atas penisku. Pernah beberapa kali aku mencoba mempenetrasikan penisku ke vaginanya, mencoba untuk mencari tahu seberapa besar hasrat dan nafsunya untuk bisa merasakan penisku memenuhi rongga vaginanya, sambil kuperhatikan ekspresi wajahnya disaat aku mulai merayapkan penisku ke sekujur bibir vaginanya, dia selalu menatap tajam ke wajahku dengan ekspresi yang sama, ekspresi wajah dan tatapan mata penuh harapan yang di tujukan kepadaku, seperti mengisyaratkan permintaan agar aku segera mengisi ruang kosong di dalam vaginanya, menyudahi dahaganya untuk dapat menikmati penisku. Namun setiap kali ketika aku mulai mencoba mendorong masuk kepala penisku, kembali akal sehatnya mengalahkan nalurinya. Dia tetap saja menolak, tetap teguh menjaga komitmen antara dia dan sahabatnya, meskipun tubuhnya mengisyaratkan keinginan yang berbeda. Karena perasaan tidak tega itu aku kemudian mencoba Mendekatkan dia dengan Eric, dengan harapan dia bisa mendapatkan kepuasan secara utuh bersama Eric. Dan sesuai dengan harapanku Della ternyata bisa dengan mudah connect sama Eric hingga akhirnya dia bisa merasakan kenyamanan meraih orgasme bersama Eric yang bebas meladeni dia ML tanpa ada batasan perjanjian yang menghambatnya.

Lalu tak lama setelah incident Jessie, setelah berbulan-bulan aku meratapi kepergian kekasihku itu, aku semakin merindukan kehangatan dan kenyamanan tubuhnya, semua kenangan kemesraanku dengan Jessie malah semakin nyata terngiang dalam ingatanku. Aku masih mengingat setiap detail kejadian ketika kami bercumbu mesra bersama, aku masih bisa mengingat suara dan ekspresi wajahnya yang menikmati sensasi nyaman ketika ML denganku. Hingga akhirnya naluriku mulai memaksa tubuhku untuk kembali merasakan kenyamanan seperti yang selalu terngiang dalam ingatanku itu. Kucoba untuk mendapatkan kenyamanan itu bersama Della, karena dia juga kerap ada dalam kenangan disetiap kali aku bermesraan dengan Jessie. Meskipun Della selalu bersedia memberikan kenyamanan kepadaku, namun blowjob yang diberikan olehnya tidak bisa mengobati kerinduanku untuk merasakan kenyamanan ejakulasi seperti yang kurasakan setiap kali aku ML dengan Jessie semasa hidupnya. Lalu aku mulai mencoba untuk dekat dengan beberapa gadis yang kuanggap mampu memberikan kepuasan seperti yang pernah diberikan mendiang Jessie dulu. Namun Della menjadi terlalu posesif dan protektif mengekang ruang gerakku yang mulai kembali mengikuti naluri untuk merasakan kenyamanan ML dengan beberapa gadis yang kukenal itu. Della selalu menghalang-halangi setiap kali aku mulai dekat dengan cewek yang kuanggap bisa membantu aku untuk mendapatkan kepuasan, dia selalu complain dan memberi pendapat negative kepada setiap gadis calon partner ML yang kupilih, dia selalu mengatakan kalau gadis-gadis tersebut tidak ada seujung kukunya bila dibandingkan dengan Jessie dan tidak layak untuk menggantikan sahabatnya itu. Hingga akhirnya aku bertengkar dengan Della ketika kami sedang party di semacam villa di sebuah Kawasan wisata pantai, tanpa sengaja Della dan Eric mendapati aku yang sudah mabuk sedang ML dengan salah satu cewek yang ikut gabung di party itu. Malam itu akhirnya tercetus rasa keberatanku atas sikap dan perlakuan Della yang kuanggap menghalangi kebebasan aku mencari kepuasan. Sepenggal perdebatan itu kira-kira seperti inilah seingatku:

Aku :”Ya udah kalau semua cewek ndak ada yang bisa gantikan Jessie, mending kamu aja sini yang ML sama aku!”

Della :”Ndak mungkin bisa Nam, kita berdua kan udah bikin janji sama Jessie! Aku masih ingat kata-katanya waktu itu!”

Della :”Aku boleh bebas ikut bergabung mencari kepuasan bersama kalian tapi seumur hidupnya kamu cuma boleh ML sama dia!”

Eric :”Hah?”

Della :”Iya Jessie bilang kayak gitu! Seumur hidupnya Jessie memonopoli si jahanam ini cuma boleh ML sama dia!”

Eric :”Lah kan Jessienya udah nggak ada…..”

Baru malam itu kami menyadari janji yang kita jaga bersama telah tunai bersamaan dengan kepergian Jessie yang meninggalkan kami. Malam itu Della benar-benar melampiaskan semua dendam kesumat yang ada di dalam vaginanya yang telah lama dipendamnya kepada penisku. Karena pertengkaran malam itu akhirnya aku bisa menikmati tubuh Della seutuhnya, merasakan sensasi kenyamanan yang bisa diberikan oleh vaginanya yang selama ini forbidden untuk kupenetrasi. Tidak cukup puas dengan aku saja, malam itu Della juga meminta Eric untuk ikut bergabung memuaskan nafsunya dalam mencari orgasme. Malam itu baru aku sadari ternyata gadis yang selama ini menjadi assist pendamping disetiap aku dan Jessie bercumbu dan berhubungan seks ternyata memiliki nafsu dan fantasi yang luar biasa. Malam itu merupakan awal permulaan perjalanan dari rangkaian eksplorasi dan eksperimen yang dilakukan Della kepada aku dan Eric dalam pengembangan dirinya untuk semakin berevolusi mencari kenyamanan yang bisa drasakan oleh tubuhnya, dan perlahan seiring berjalannya waktu Della mulai merelaksasi sikapnya, dia mulai mengizinkan aku dan Eric untuk membawa gadis-gadis lain sebagai pendamping atau rekan swinger untuk ikut meramaikan party kami.

Setelah selesai makan aku memutuskan untuk singgah ke kantor, rencananya aku mau menghabiskan waktu di sana sambil menunggu kabar dari Della. Aku menyempatkan diri untuk singgah membeli sejumlah Snack dan penganan buat oleh-oleh. Setibanya di kantor aku disambut akrab oleh teman-teman admin di kantor dan juga adik-adik dari STM yang sedang magang dikantorku, aku meminta salah satu dari mereka membantu mengambilkan snack dan penganan yang kelupaan kubawa turun dari mobil. Salah satu anak magang yang tampangnya agak sedikit selengean menyodorkan segelas kopi kepadaku, aku berterima kasih sambil aku memuji karakternya yang aware dengan adab dan sopan santun meskipun penampilannya terlihat serampangan. Dia tersipu sambil menggaruk kepala dan kulihat teman-teman lainnya ikut mencandai dia sambil mendorong dan menepuk kepalanya.

Lagi asik-asiknya ngobrol tak lama kemudian kulihat dari arah tangga turun beberapa orang senior dan alumniku serta beberapa petinggi di perusahaan kantorku bekerja, mungkin mereka baru selesai rapat. Bang Andre langsung menghampiri kami, dengan rakusnya dia mencoba satu persatu penganan yang ada di meja sambil meminta salah seorang anak magang menyediakan kopi untuknya. Tak lama kemudian mbak Tania juga menyempatkan diri untuk singgah menghampiri kami, dia langsung duduk di sebelahku sambil menanyakan pendapatku perihal salary yang diberikannya kepadaku. Mbak Tania ini basicnya adalah seorang pengusaha, bukan satu akademis dengan kami dan tidak berlatar belakang pendidikan di bidang engineering, cuma di perusahaan ini dia merupakan pemilik modal utama dan sekaligus menjabat sebagai bendahara di sini, entah seperti apa rangkaian dan kesepakatan kerja antara dia dengan para senior dan alumniku, aku juga tidak pernah mendapat informasi mengenai hal itu, yang jelas aku tahu dia punya power yang mampu membuat para senior dan alumni di kantor ini menghormatinya.

Semerbak harum parfum dari tubuhnya membangkitkan perasaan yang menimbulkan kesan relax ketika tercium olehku, aku menatap wajah cantiknya serta mengagumi kulit kencangnya yang berwarna cerah mulai dari wajah, leher hingga ke belahan dadanya. Pemandangan indah kulit tubuhnya di beberapa bagian tubuh yang tidak tertutup oleh pakaiannya itu malah menjadi semacam teaser yang membangkitkan keinginanku untuk dapat memandang keindahan kulit yang menyelimuti tubuhnya yang masih tertutup di balik pakaian kerjanya itu, hingga tak lama kemudian mbak Tania membuyarkan kenyamananku menikmati keindahannya dan mulai bertanya kepadaku

Mbak Tania :”Kira-kira worth it nggak salarymu, kalau kamu ngerasa kurang bilang aja! Nanti kita bicarakan berdua.”

Mbak Tania :”Kalau mau habis ini kamu ikut mbak, kita cari tempat biar lebih private membahasnya.”

Aku mencoba menolak secara halus ajakan si mbak Tania, karena firasatku merasakan kesan yang berbeda dari ajakannya, dan aku belum berani meningkatkan kedekatanku dengannya karena aku merasa masih kalah jauh bila dibandingkan dengan jam terbang si mbak Tania ini. Lagipula kalimat ajakan “mencari tempat yang lebih private” yang langsung dikatakan si mbak ini secara terang-terangan di depan bang Andre yang menjadi mentorku di perusahaan ini, membuat aku harus berhati-hati dalam memberikan jawaban, mengingat aku harus menjaga sikapku demi nama baik bang Andre. Mbak Tania tiba-tiba meraih HPku, lalu memencet sejumlah angka dan kemudian melakukan panggilan dengan menggunakan HPku itu. Dia kemudian mengeluarkan HP yang sedang berdering dari dalam tasnya, dan langsung menyimpan nomorku yang sudah tersimpan di panggilan masuk di HPnya.

Mbak Tania :”Ya udah kamu save aja nomor mbak ya, ntar kalau perlu apa-apa langsung hubungi mbak, pasti mbak angkat!”

Tak lama setelah berbincang dengan kami si mbak Tania berlalu pergi, bukannya memuji sikapku bang Andre malah memarahi aku karena melepaskan begitu saja kesempatan untuk mendapat kenaikan salary, membuat aku bingung dengan sikapnya. Bang Andre mengatakan kepadaku kalau mbak Tania sepertinya memberi sinyal supaya aku mendekati dia, soalnya belum pernah selama ini dia melihat mbak Tania mau berbicara dan duduk berdampingan dan bahkan sampai bertukar nomor kontak secara langsung dengan pegawai di sini sebelumnya. Dia juga menceritakan latar belakang mbak Tania yang bisa sukses menjadi pengusaha karena mendapat dukungan modal dari suaminya, yang menikahi mbak Tania dan menjadikannya sebagai istri simpanan sejak mbak Tania berusia remaja. Berhubung suami si mbak Tania sudah lumayan sepuh dan sering sakit-sakitan, belakangan tersebar rumor yang mengatakan kalau si mbak ini mulai sering mengencani pria lain untuk memenuhi kebutuhan biologis yang tidak bisa dipuaskan lagi oleh suaminya. Mendengar perkataan bang Andre membuat aku semakin yakin dengan firasat yang kurasakan ketika mbak Tania menghampiri kami tadi, lalu tak lama kemudian aku mendapat panggilan telfon dari Della yang mengatakan bahwa dia sudah berada di rumahnya dan akupun langsung berpamitan untuk segara OTW ke rumah Della.

Sesampainya di rumah Della aku langsung disambut oleh mbak Ira ARTnya Della, aku cukup terkesan dengan pemandangan indah tubuhnya yang hanya mengenakan pakaian sekedarnya saja, dia mempersilahkan aku masuk sambil berbincang beramah tamah kepadaku saat kami berjalan menuju ruang tengah. Mbak Ira ARTnya Della ini lumayan cakep, usianya mungkin sekitar antara tiga lima atau empat puluh tahun, namun bodynya tidak menunjukkan tanta-tanda penuaan meskipun dia sudah dua kali menjanda dan melahirkan tiga anak, karena hari ini dia hanya mengenakan baju kaos ketat serta rok mini barulah aku bisa menikmati keindahan kulitnya yang bersih terawat, membuat aku makin penasaran untuk melihat bagian tubuh lainnya di balik pakaian yang menutupinya. Aku semakin bersemangat untuk mencari tahu karena aku teringat dengan penuturan Eric yang menyatakan dia sempat beberapa kali quicky ML sama si mbak Ira ini, dan semenjak mendengar reviewnya Eric aku jadi penasaran untuk mencoba merasakan vagina mbak beranak tiga ini.

Karena terpesona oleh tubuhnya, tak sadar aku terus membuntuti mbak Ira yang langsung menuju ke dapur menyiapkan minuman untukku. Aku mulai duduk di salah satu kursi yang mengitari meja makan sambil mataku terus menikmati pemandangan kemolekan tubuhnya yang tengah menyiapkan minuman sambil membelakangi aku, tonjolan pantatnya yang membentuk kurva indah membuat rok yang dikenakannya menjadi sedikit terangkat karena tertahan oleh kurva tonjolan pantatnya itu. Tak lama kemudian mataku kembali dimanjakan oleh pemandangan tonjolan dua payudara indah yang tampak padat karena tertekan oleh baju kaosnya yang ketat ketika mbak Ira mendatangiku sambil mengantarkan secangkir kopi. Lalu mbak Ira berjalan menuju ke kamar Della hendak mengabarkan kedatanganku, dan kembali aku menikmati pemandangan indah dua tonjolan dengan kurva indah pantatnya yang bergerak mengikuti gerakan kakinya yang sedang berjalan menuju ke kamar Della. Sambil menunggu aku mencicipi kopi buatan mbak Ira sambil mencoba memperbaiki posisi penisku yang mulai ereksi karena memperhatikan kemolekan tubuhnya, hingga tak lama kemudian mbak Ira kembali mendatangi aku yang menunggu di dapur

Mbak Ira :”Non Dellanya ternyata lagi tidur mas, tapi udah kubangunin”

Aku :”Ya udah ntar aja aku nyusul ke kamarnya mbak, aku mau nyantai sebentar nikmatin kopi buatan mbak. makasih ya mbak, maaf tiap kesini selalu merepotkan mbak”

Mbak Ira :”Ndak papa kok mas, memang sudah tugas saya buat melayani di sini. Lagipula saya suka kalau si mas main ke sini, suasana sepi di rumah yang isinya cuma kami berdua ini berubah jadi meriah.”

Mbak Ira :”Mbak Della yang pendiam berubah jadi ceria dan selalu tertawa tiap bercanda dengan si mas”

Mbak Ira terus berbicara seraya dia mulai melakukan aktifitas beres-beresnya di dapur, dan aku mulai menyamankan diriku menikmati pemandangan keindahan tubuh yang dimilikinya. Payudaranya tampak bergoyang mengikuti gerak tubuhnya, mekipun sudah tertahan oleh kaos ketatnya. Tatapanku juga terarah ke bagian paha yang tampak padat dan kencang diselimuti dengan kulit mulus yang bersih di bawah rok pendeknya. Pandanganku semakin liar menggerayangi sekujur pahanya ketika mbak ira mulai sibuk mencuci beberapa perabotan makan di kitchen sink yang berada di samping tempat dudukku. Pemandangan indah pahanya yang bersih dan mulus itu benar-benar mengguncang naluriku, ingin sekali aku merabakan tanganku untuk merasakan permukaan kulit paha itu. Karena semakin penasaran aku mulai mengalihkan pandanganku untuk semakin naik ke atas, mengikuti naluriku yang semakin serakah menikmati pemandangan ke arah pantatnya yang memiliki tonjolan kurva yang indah itu. Mbak Ira menggerakkan tubuhnya yang sedang membelakangi aku menjadi membungkuk ke depan, sehingga rok pendek yang dikenakannya juga ikut terangkat karena mengikuti gerakan tubuhnya, seolah dia berusaha untuk membuat aku semakin leluasa menikmati pemandangan itu. Dan aku terperanjat ketika mendapati pemandangan di balik rok pendek itu ternyata mbak Ira sudah tidak mengenakan pakaian dalam, kulihat dengan jelas tonjolan bibir vagina yang diapit oleh dua pahanya terpampang ke arahku seolah menantang aku untuk segera melakukan tindakan.

Tanpa kusadari tanganku mulai refleks untuk meraba mencoba merasakan padatnya tonjolan pantat yang sedari tadi membuat rasa penasaranku semakin menjadi-jadi. Dan memang sesuai dengan dugaanku, kurasakan sensasi rasa kenyal yang padat ketika aku meremas kedua pantat itu. Mbak Ira tidak menghindar atau mencegah perbuatanku dan malah membalas dengan mengeluarkan suara desahan dengan suaranya yang nyaman terdengar di telingaku. Kurabakan jariku ke sela bibir vaginanya dan kudapati ternyata bibir vagina itu sudah mulai basah oleh pelumas dari vaginanya. Dari arah belakang terdengar suara Della yang memanggil namaku, lalu kurasakan belaian yang nyaman oleh sentuhan tangannya di belakang kepalaku. Della kemudian duduk di pangkuanku dan langsung menciumi bibirku dengan penuh nafsu, aku membalas ciuman itu, meladeni lumatan bibir Della sambil tanganku tetap gencar menggerayangi bibir vagina mbak Ira yang semakin intens mendesah menikmati sensasi nyaman yang terjadi pada bibir vaginanya. Della yang masih memuaskan dirinya melumat bibirku merangkulkan kedua tangannya ke belakang pundakku, lalu mendorong pinggulnya untuk maju menekan penisku dengan tubuhnya. Sensasi rasa nyaman mulai menjalar di penisku berkat gerakan meliuk pinggul Della yang mengakibatkan rasa sesak pada ereksi penisku karena tertahan oleh celana yang kukenakan.

Della yang sudah merasakan penisku mulai mengalami ereksi kemudian menyudahi ciumannya lalu berdiri dari pangkuanku dan segera melepaskan celana yang kukenakan. Kini Della telah berlutut di depanku, dengan tangannya yang mulai sibuk membelai dan mengocok penisku, sementara tangan kananku semakin bergerak tidak beraturan memainkan bibir vagina Mbak Ira karena konsentrasiku sudah buyar oleh rasa nyaman yang diberikan Della pada penisku. Della melumat dan mengulum penisku, dia mengeluarkan segenap kemampuan yang dimilikinya untuk mengantarkan rasa nyaman oleh mulutnya itu. Dia selalu all in setiap kali berurusan dengan penisku, selalu melakukan blowjob yang luar biasa untuk memaksimalkan ereksi penisku. aku menikmati sensasi nyaman yang menyesakkan kepala penisku ketika dia menelan masuk penisku hingga mendesak ke pangkal kerongkongannya, meskipun hanya bisa mengulum sepertiga bagian dari batang penisku, namun aku sangat menikmati kemampuannya ini yang hanya dia dan mendiang Jessie saja yang mampu memberikan kenyamanan sensasi deepthroat seperti ini pada penisku.

Della semakin gencar melumat dan mengocok penisku, sensasi nyaman yang kurasakan membuat seluruh pori-pori di sekujur tubuhku terasa merinding. Aku yang menikmati rasa nyaman itu kemudian memasukkan dua jariku ke dalam liang vagina mbak Ira, mencoba turut meningkatkan rasa nyaman yang bisa kulakukan pada vaginanya itu. Mbak ira merespon penetrasi jariku itu dengan mengeluarkan suara melenguh dengan nada yang khas dikeluarkan oleh kebanyakan perempuan ketika mengekspresikan rasa nyaman. Aku mulai menggerakkan jariku mengocok rongga vagina mbak Ira yang telah basah oleh banyak cairan pelumas di dalam vaginanya, suara melenguh mbak Ira mulai berganti menjadi teriakan manja mengiringi setiap tekanan jariku yang kupenetrasikan ke dalam vaginanya. Della juga sudah mulai mengocok penisku dengan mulutnya sehingga mengeluarkan suara berdecak yang terdengar sloppy oleh saliva di mulutnya. Sensasi nyaman yang luar biasa semakin mendera penisku ketika Della semakin menguatkan kulumannya sehingga meningkatkan sensasi rasa vakum oleh sedotan yang dilakukan oleh mulutnya. Pori-pori tubuhku kembali merinding, sensasi nyaman itu juga membuat seluruh akar rambutku terasa menggelenyar, seluruh tubuhku mulai mengejang mengeraskan otot-ototku menandai ejakulasi yang hampir menjelang ketika Della semakin mempercepat gerakan mulutnya mengocok penisku. Hingga akhirnya aku merasakan denyutan nyaman yang melesat dari pangkal penisku, ejakulasi dengan sensasi rasa nyaman yang luar biasa oleh layanan blowjob Della.

Namun Della yang memang mahir dan sudah sangat akrab memainkan penisku punya rencana lain, ketika aku menyadari bahwa semenjak awal ejakulasi yang kualami tadi ternyata Della mengiringi ejakulasi itu dengan mencengkeramkan jarinya pada pangkal penisku, mencegah spermaku melancar keluar seperti lazimnya setiap kali penisku mengalami ejakulasi. Dia menatap penisku yang mengembang berkedutan menikmati ejakulasi tanpa mengeluarkan sperma itu di depan wajahnya, seakan ingin memastikan agar tidak ada setetespun sperma yang bisa menyembur keluar. Aku hanya bisa duduk bersandar menikmati setiap denyutan ejakulasi yang terjadi pada tubuhku, hanya bisa memandangi ekspresi wajahnya yang sedang meremas penisku. Sementara jemariku masih mendekam di dalam rongga vagina mbak Ira yang sedang mengerang meliukkan pinggulnya menikmati sensasi kenyamanan yang terjadi pada vaginanya.

Della mulai kembali mengocok penisku dengan pelan, diurutkannya dengan perlahan-lahan sehingga kulihat ada sedikit sperma yang sempat mengisi batang penisku ikut terdorong keluar. Dia segera mengulum kepala penisku, seolah tidak ingin menyia-nyiakan tetesan spermaku itu, membuat rasa nyaman oleh kuluman mulutnya itu kembali mendera sekujur penisku. Setelah memastikan tidak ada lagi sperma yang tersisa dari penisku, Della menyudahi lumatannya pada penisku dan berjalan ke arah kulkas untuk mengambil sebotol Jack Daniels lalu menuangkannya ke dalam gelas. Setelah menenggak habis isi gelasnya, dia kembali menuangkannya dan kali ini dia menyodorkan gelas itu kepadaku lalu kemudian mengomeli mbak Ira

Della :”Kamu ini makin hari makin gatel ya mbak, tiap ada temanku yang datang ke sini pasti kamu godain.”

Della :”Aku nggak bakal ngelarang kamu ML sama mereka, tapi kalau yang satu ini nggak boleh kamu ganggu! cuma aku yang boleh puasin dia di rumah ini! kamu ingat itu ya mbak!”

Sambil menenteng botol Jack Daniels Della kemudian menarik aku untuk mengikuti langkahnya menuju ke arah kamar, kemudian dia juga mengomeli aku yang dengan mudah terpancing oleh mbak Ira. Aku hanya bisa tertawa mendengar omelannya, sambil menenggak sedikit demi sedikit minuman yang ada di dalam gelas yang diberikan Della sejak tadi.

Di kamarnya aku mulai menyalakan rokok dan menikmati pemandangan tubuh indah Della yang sedang berdiri sambil melucuti pakaiannya di sisi bathtub. Tubuh itu tampak selalu indah disetiap kali aku bisa memandangnya, tubuh yang telah terlatih untuk memberi rasa nyaman yang luar biasa disetiap saat aku menikmatinya. Tak lama kemudian Della mendatangiku lalu menarik aku untuk masuk ke dalam bathtub bersamanya, sambil tak lupa memintaku untuk membawa botol minuman dan rokok.

Kami berendam sambil bersandar berhadapan di kedua ujung bathtub menikmati sensasi relaksasi air hangat yang telah dicampurkannya dengan bathfoam yang beraroma vanilla. Della membakar sebatang rokok dan memulai percakapan dengan menanyakan pendapatku tentang experience yang kurasakan pada eksperimen barunya saat ejakulasiku tadi, lalu dia juga sedikit menceritakan latar belakang mbak Ira yang doyan selingkuh sehingga mengakibatkan rumah tangganya berkali-kali kandas. Sambil bercanda aku mulai mengalihkan pembicaraan untuk menanyakan perihal Nica yang beberapa malam lalu kutinggalkan bertiga bersama Della dan Eric di rumah Abah.

Sambil memintaku menuangkan Jack Daniels ke dalam gelasnya, Della mulai menceritakan kejadiannya yang diawali dengan dia bercumbu bersama Eric bersebelahan dengan posisi Nica yang waktu itu sedang tertidur karena mabuk saat menemani aku minum malam itu. Mereka dengan sengaja mengatur posisi sehingga wajah Nica yang sedang berbaring menyamping bisa berdekatan dan menghadap langsung ke arah penis Eric yang sedang diblowjob oleh Della. Supaya Nica tersadar dari tidurnya, Della mulai mencoba merabakan tangannya memainkan vagina Nica dan bersamaan saat itu juga Eric mulai merabakan tangannya untuk meremas payudara Nica dan memainkan putingnya. Sesuai rencana mereka, tak lama kemudian Nica tersadar dari tidurnya dan langsung menyaksikan blowjob yang sedang dilakukan Della ke penisnya Eric. Awalnya Nica hanya berdiam diri memandangi blowjob yang sedang dilakukan Della itu, karena khawatir nantinya Nica kembali tertidur akhirnya Della mulai berinisiatif untuk meraih tangan Nica lalu mengarahkannya supaya ikut memegang membantunya mengocok penis Eric.

Nica tidak menolaknya, malahan dia mulai merubah posisinya menjadi tiarap dan menempatkan wajahnya bersebelahan dengan wajah Della yang masih memblowjob penis Eric. Nica tampak kooperatif dengan mulai ikut menggerakkan tangannya yang telah menggenggam penis itu sambil ikut mengocokkannya mengiringi gerakan blowjob yang dilakukan Della. Awalnya Della menduga sikap kooperatif Nica itu disebabkan karena Nica tertarik oleh ukuran diameter penis Eric yang memang lebih tebal bila dibandingkan dengan penisku. Lalu Della mulai menghentikan blowjobnya, memberi kesempatan untuk Nica sendirian yang memainkan penis Eric. Setelah beberapa saat Nica memainkan dan mengocok penis Eric, dia lalu mulai bergerak untuk merubah posisinya. Della mengira Nica akan mulai memblowjob penis Eric, namun ternyata Nica malahan merubah posisinya untuk duduk menghadap Della dan mulai meraba dan meremas payudara Della serta mulai membandingkan dengan payudara miliknya.

Karena merasa kesal dengan reaksi Nica yang tidak sesuai dengan harapannya, akhirnya Della mulai merubah strategi untuk semakin agresif merangsang nafsu Nica. Della merespon remasan Nica pada payudaranya dan mulai membalas memainkan dan meremas payudara Nica dan bahkan Della juga mulai melumat dan menciumi payudara Nica sehingga membuat tubuh Nica terdorong rebah terlentang kembali ke atas kasur. Della tetap melumat payudara Nica seraya memposisikan tubuhnya untuk menungging di atas tubuh Nica dengan menumpukan kedua lututnya ke kasur. Della berusaha menahan posisi kedua paha Nica agar terbuka mengangkang dengan cara menahan dengan tumpuan kakinya yang sedang berlutut itu sembari dia tetap melumat payudara Nica. Eric mulai menyusul dengan mempenetrasikan penisnya ke vagina Della yang sedang bersujud menungging sambil menciumi payudara Nica.

Della mengakui setelah Eric mulai konstan memompakan penisnya, rasa nyaman yang mendera pada vaginanya malah membuat konsentrasinya menjadi buyar. Della menjadi tidak bisa fokus mengatur strategi untuk menggiring Nica ke permainan mereka, dia hanya bisa meraba dan memainkan jarinya ke sekujur bibir vagina Nica yang sedang terbaring itu dengan tujuan untuk semakin meningkatkan nafsu Nica, dan Della mengatakan bahwa kala itu bibir vagina Nica ternyata sudah cukup basah terlumasi oleh cairan vagina. Kemudian Della memberanikan diri untuk mencoba memasukkan dua jarinya ke dalam vagina Nica, setelah beberapa saat Della memainkan jemarinya di permukaan dinding bagian dalam rongga vagina itu ternyata tidak mendapat penolakan, malahan Nica merespon dengan mendesah menikmati sensasi fingering pada vaginanya. Karena tidak tahan dengan kocokan penis Eric yang memadati rongga vaginanya, Della mengatakan dia mengalami orgasme sehingga sekujur rongga vaginanya menjadi semakin basah dan terasa sloppy ketika bergesekan dengan penis Eric.

Menyadari itu Eric lalu melepaskan penetrasi penisnya dari vagina Della dan mulai merendahkan pinggangnya ke bawah untuk mengarahkan penisnya ke bibir vagina Nica dan mulai memainkan dan menggesekkan penisnya ke bibir vagina itu. Della mencoba mengalihkan pehatian Nica dengan semakin gencar melumat dan memainkan puting payudara Nica yang tampak sudah sangat menikmati kenyamanan yang mendera tubuhnya itu. Namun meskipun sudah dalam keadaan mabuk oleh pengaruh alkohol serta mendapat rangsangan seksual sedemikian rupa oleh Della dan Eric, ternyata Nica masih mampu berusaha melepaskan tubuhnya dari kekangan Della ketika dia menyadari saat itu dia akan dipenetrasi oleh Eric. Della juga mengatakan Nica sampai memohon agar tidak dipenetrasi oleh Eric malam itu, Nica berusaha menjaga miliknya hanya boleh dipakai untuk melayani pacarnya, serta Nica meminta agar Della dan Eric mendukung dan membantu dia yang sedang berusaha mencoba untuk meraih hati pacarnya.

Della :”Sikap dan statement Nica sama seperti sikap Jessie semasa hidupnya dulu, meski aku tetap menganggap Nica tidak sebanding dengan Jessie, tapi Nica berhak mendapat respect dariku.”

Della :”Jadi kamu udah dapat gambaran kan seperti apa si Nica itu? Kamunya aja yang nggak tau diri, udah sukur ada cewek cakep yang masih mau sama kamu, eh kamu malah mainin meki pembokat aku.”

Aku :”Mana adalah kucing yang nolak kalau ditawarin daging segar, ngapain juga pembokat kamu nungging-nungging nggak pakai kolor waktu nyuci gelas di depan aku?”

Della :”Ya gapapalah, udah kejadian juga. Tapi besok-besok kalau kamu datang ke sini karena kebelet sange, jangan pernah coba-coba untuk ML sama dia ya!”

Aku menenggak habis jack daniels yang ada di dalam gelasku, lalu kusandarkan tubuhku ke ujung sisi bathtub sambil kembali menghisap rokokku. Kurasakan telapak kaki Della mulai merayap menggerayangi penisku di bawah permukaan foam yang menghalangi pandanganku untuk bisa melihat perlakuannya itu. Bahkan dengan hanya menggunakan telapak kakinya saja, Della sudah mampu membuat penisku untuk kembali berangsur mengalami ereksi. Aku memandangi wajah cantik Della beserta payudara indahnya yang sedikit tertutup oleh foam yang menempel. Kulihat tangannya mulai meraih sesuatu di sisi bathtub yang menempel ke dinding, sebuah benda berbahan kristal kaca yang berbentuk tabung mirip seperti tongkat persneling berukuran kira-kira sepanjang sejengkal tanganku. Della lalu mencelupkan tabung kristal itu ke dalam air hingga menghilang dari pandanganku karena terlindungi oleh foam yang mengapung di atas air.

Kaki kanan Della masih tetap menggerayangi penisku, menghantarkan pijatan nyaman yang memaksa penisku semakin keras mengalami ereksi. Kemudian Della mulai menggerakkan kaki kirinya, mengangkatnya ke atas dan menumpukan betisnya ke bibir samping dinding bathtub. Kedua tangannya tampak sibuk bergerak di sekitar pangkal pahanya, bibir mungilnya mulai mengeluarkan suara manja yang khas seperti sedang menikmati rangsangan yang membuat nyaman pada tubuhnya. Dengan nafas yang sedikit terengah dia tersenyum sambil menatapku saat kurasakan ujung kakinya mulai merayap, menekan dan memainkan testisku dengan lembut. Della memang sudah sangat mahir dalam memberikan rasa nyaman kepada tubuhku, dia selalu memiliki banyak ide serta punya berbagai macam cara untuk melampiaskan ide itu menjadi bermacam sensasi nyaman ke tubuhku.

Della :”Karena aku sudah ceritakan semua kejadian malam itu, sekarang gantian aku yang nanya keputusan kamu.”

Setelah melontarkan kalimat itu Della kemudian bangkit dari posisinya lalu mulai merangkak mendekati tubuhku, aku hanya diam menikmati wajah cantiknya serta sepasang payudaranya yang menjuntai ke bawah dan bersentuhan dengan foam yang mengapung, hingga akhirnya Della sudah berada di depanku dan wajah kami akhirnya saling berhadapan. Mata kami saling bertatapan meskipun Della kerap menggerakkan wajahnya ketika dia mencoba menggoda aku dengan cara menyentuhkan dan merayapkan bibirnya ke bibirku. Della berusaha memancing aku untuk menikmati bibirnya, melumat bibir mungilnya dan merasakan sentuhan nyaman oleh jilatan lidahnya sambil menghirup aroma nyaman dari hembusan nafasnya seperti yang kerap kulakukan kepadanya. Aku masih berdiam diri sambil memikirkan cara mengantisipasi strategi yang tengah disiapkannya atas jawaban dan pernyataan yang kuucapkan, aku masih mencoba menerka ke arah mana dia berusaha menggiring keputusanku.

Della :”Kalau kamu keep Nica jadi pacarmu, dengan berat hati aku nggak bakal mau lagi meladeni kamu ML nantinya.”

Della :”Karena Nica sudah mendapat respect dariku. Aku tidak akan mau mengganggu propertynya”

Della :”Jadi, apa keputusanmu?

Aku cukup mengenal Della sehingga aku harus selalu berhati-hati setiap kali aku melontarkan jawaban atau statementku kepadanya, aku masih belum berani membuat statement apapun untuk membalas perkataan Della. Sambil memikirkan langkah apa yang harus kuambil aku mulai membelaikan tanganku merayap di sekujur punggung Della yang terasa licin oleh foam yang menempel di tubuhnya, pikiranku mulai teralihkan oleh rasa nyaman pada telapak tanganku yang sedang meraba permukaan punggungnya itu. Ketika telapak tanganku mulai menggerayangi lekuk pinggul serta permukaan pantatnya Della mulai mendesah menikmati sensasi rasa nyaman yang diterima oleh tubuhnya, suaranya begitu nyaman terdengar di telingaku, hembusan nafasnya mulai terasa kencang menerpa wajahku. Lalu tanganku mulai beralih mengikuti naluri untuk meraba dan meremas sepasang payudara yang menggantung kebawah karena posisi tubuh Della yang masih merangkak di depanku.

Payudara kenyal itu terasa sedikit sulit kuremas karena terlalu licin oleh foam yang melumurinya, hingga akhirnya aku hanya bisa fokus memainkan kedua puting payudara Della yang terasa sudah mulai mengeras bereaksi merespon sensasi nyaman yang diterimanya. Della yang aku tahu memang memiliki reaksi sensitif pada payudaranya, dia sangat menikmati setiap perlakuanku pada payudaranya, dan kenyamanan yang kuberikan pada sepasang payudaranya itu akan selalu memacu naluri Della menjadi semakin bernafsu untuk segera menikmati orgasme pada tubuhnya.

Della :”Tapi… kalau kamu nggak mau keep dia jadi pacarmu…. aku tetap akan selalu available meladeni kamu, malah mungkin nantinya kita bisa mengajak Nica ikut menikmati sensasi threesome bersama.”

Della :”mungkin nanti kita bisa foursome swingeran dengan Nica dan Eric”

Della :”Jadi…… apa…… keputusanmu…..”

Kembali Della melontarkan pertanyaan kepadaku, namun kali ini suara manjanya sudah tidak lagi terdengar dengan nada yang wajar. Suara Della mulai terdengar terbata-bata ketika berbicara, dia sudah mulai mengikuti nalurinya, mulai kembali menjadi gadis yang selalu haus dengan keinginan untuk meraih orgasme. Menyadari Della yang sudah mulai terpancing oleh rangsangan yang kuberikan, kemudian kualihkan sebelah tanganku untuk mulai meraba vaginanya, kucoba membelai bibir vagina Della yang ternyata sudah tertancap dengan tabung kristal yang tadi sempat dimainkannya ke dalam rongga vaginanya. Aku menggeser posisi tubuhku supaya tanganku bisa memegang tabung kristal itu, lalu mulai kumainkan agar bergerak maju mundur di dalam vaginanya. Della mulai mendesah menikmati perlakuanku itu, akhirnya bibirnya yang semenjak tadi hanya disentuhkannya pada bibirku untuk menggodaku kini mulai menyerang dan melumat bibirku dengan penuh nafsu......​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd