Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TANPA BATAS

CHAPTER 3


Jleb ... Jleb ... Jleb ... Semakin dalam dan semakin cepat hujaman itu Martin berikan pada Nia, membuat Nia hanya bisa menggerakan kepalanya ke kanan kiri serta desahannya yang mengalir lancar dari bibir indahnya menikmati dua titik tersensitifnya dimainkan oleh suaminya. Vagina yang disodok secara terus menerus oleh penis panjang dan keras milik Martin serta payudaranya tak henti diremas oleh Martin. Nia mengerang-erang merasakan gelombang-gelombang listrik kenikmatan menjalar di sekujur tubuhnya.

“Aaaahhh ... Martiinnn ... Aku keluuaaarr ... Aaaaahhh ...” Nia serasa terbang, tubuhnya terasa sangat ringan.

“Aaahh ... Aaaarrrgghh ...!” Martin pun menyusul Nia dengan menyemburkan beberapa tembakan spermanya di vagina Nia. Vagina Nia terasa sangat penuh dan hangat.

Mereka pun berciuman. Setelah berhasil mengumpulkan nafas, Martin pun turun dari atas tubuh istrinya, berbaring bersebelahan di atas ranjang. Di minggu pagi tanpa ada niat awalnya malah berujung dengan morning sex yang luar biasa memabukan. Benar-benar, Martin dan Nia semakin intim dan hubungan di ranjang mereka semakin panas dan memuaskan.

“Oh ... Sekarang kamu sangat memuaskanku, sayang ...” Ungkap Nia sambil bergerak meletakkan kepalanya di dada Martin.

“Hhhmm ... Semenjak Nindi mengajak kita, aku merasa sangat bergairah pada seks. Tapi, apakah benar begitu? Sebenarnya aku masih menyangsikannya.” Ungkap Martin sambil membelai rambut Nia.

“Benar sayang ... Nindi telah mempengaruhi kita ... Sebetulnya dia tidak menyarankan atau bahkan menyuruh. Kita sendiri yang menginginkannya. Dan sekarang terbukti, kalau kamu sangat memuaskanku.” Jelas Nia dengan suara lirih.

“Oh ya, kita belum membahas pesta kecil kita tadi malam. Aku merasakan kamu benar-benar horny malam itu. Apa yang dilakukan Ricky padamu sampai kamu sangat bergairah seperti itu?” Tanya Martin dengan sedikit senyum.

“Aku benar-benar ingin bersetubuh gara-gara tangan Ricky yang merabai tubuhku ... Tapi aku tolak saat tangannya menyentuh vaginaku.” Jujur Nia tanpa ragu.

“Oh ya? Dia menyentuh vaginamu?” Martin pura-pura terkejut. Martin pun teringat saat tangannya bahkan sempat masuk ke liang vagina Anggi tadi malam.

“Ya ... Aku bilang, aku belum siap ...” Jawab Nia.

“Sebenarnya aku juga sangat horny malam itu. Apa kamu merasa marah saat melihat aku nenen di payudara Anggi malam itu?” Tanya Martin menggoda. Nia pun terkikik sambil menengadahkan wajahnya menatap muka Martin.

"Menurutku itu seksi dan hot ... Apa penismu masuk ke dalam vaginanya?" Canda Nia membuat Martin tertawa.

“Ha ha ha ... Dia yang berusaha memasukan penisku ke vaginanya. Tapi aku bilang, kalau aku belum bisa melakukannya. Jujur saja, sebenarnya aku kurang suka pada Anggi. Dia bukan type-ku. Tapi tidak ada yang bisa menebak ke depannya. Bisa saja ke depan aku bisa menyukainya dan menidurinya.” Jawab Martin dan Nia pun tersenyum.

“Hi hi hi ... Suatu hari nanti dia akan memaksamu melakukannya dan kamu harus siap. Ya kamu harus siap saat istrimu ditiduri pria lain.” Kata Nia sambil memijit hidung Martin.

“Apa kamu juga siap melihat suamimu meniduri wanita lain?” Tanya Martin dengan nada bercandanya.

“Jangan khawatir sayang ... Aku sudah sangat siap kalau suamiku tercinta ini bercinta dengan wanita manapun dan kapanpun.” Tegas Nia tanpa keraguan sedikit pun.

Tiba-tiba, Martin dan Nia terperangah saat mendengar suara yang sangat familiar di telinga mereka. Dahi Martin mengerut dan langsung menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas kuat-kuat. Martin kesal karena momen romantisnya dengan Nia terganggu dengan kehadiran Nindi. Nia berusaha menenangkan suaminya yang kini terlihat ingin ‘membunuh’ Nindi.

"Woy ... Kalian di mana? Apa yang kalian lakukan?" Teriak Nindi yang semakin dekat ke pintu kamar.

"Kami sibuk ... Kembalilah nanti ..." Teriak Nia.

Beberapa detik kemudian, Nindi membuka pintu kamar tidur. Matanya terbelalak memandangi dua tubuh telanjang yang masih berada di atas kasur. Nindi pun bersiul sambil menggoda dan mengacungkan jempolnya.

“Gila bener ... Kalian memang sudah berubah ... Dan itu, wow! Kontol terbaik yang pernah aku lihat. Nia, boleh aku pinjam suamimu barang sejam saja?” Goda Nindi sambil melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar. Langsung saja Nia menarik selimut menutupi tubuhnya dan tubuh Martin.

"Nindi! Apa yang kamu lakukan? Kubilang kita lagi sibuk!" Protes keras Nia.

“Aku sudah sangat jarang ngewe pagi-pagi sama Fadil. Kalian memang pasangan terpanas. Tapi aku yakin kalau kalian jalan sendiri, maksudku tanpa aku, pasti kalian tidak akan seperti ini. Benarkan tampan?” Goda Nindi. Tangan Nindi mulai menggerayangi selangkangan Martin. Martin pun tersenyum sambil menghalau tangan nakal Nindi.

"Apa yang bisa kami bantu, Nindi?" Tanya Martin kemudian.

“Aku hanya ingin mengetahui tentang apa yang kalian rasakan dengan pesta semalam. Aku sih melihat kalian menikmatinya, kalian sudah bisa romantis pada orang lain selain dari pasangan resmi. Tapi aku masih sedikit khawatir kalau kalian kurang setuju dengan kehidupan bebas yang aku tawarkan pada kalian. Sebenarnya yang ingin aku katakan adalah apabila kalian merasa ragu, sebaiknya mundur dari sekarang.” Tutur Nindi cukup serius.

"Kami baik-baik saja, Nindi ... Kami berdua menikmatinya. Kami akan terus menjadi bagian dari kalian." Martin berbicara dengan nada tulus.

“Apakah kalian siap untuk sharing dengan yang lain?” Tanya Nindi.

“Rasanya kami sudah siap. Maaf, kalau malam tadi kami belum siap melakukannya karena kami masih ingin mengamati keadaan secara perlahan. Tapi, setelah malam kemarin aku yakin Nia pun akan siap berbagi dengan siapapun.” Martin menjelaskan yang langsung dijawab anggukan kepala dari Nia.

“Baguslah kalau begitu, hatiku menjadi tenang sekarang. Aku jamin hidup kalian akan lebih menyenangkan.” Kata Nindi yang kembali tangannya berusaha meraih penis Martin namun kini Nia yang menahannya.

“Tahan dulu keinginanmu, Nindi. Nanti saatnya kamu akan merasakannya juga.” Nia tersenyum sambil meletakan tangan Nindi menjauh dari Martin. “Oh ya, apakah kamu bicara dengan yang lain tentang kami, maksudku pandangan mereka tentang kami?”

“Sebelum pesta, aku memberitahukan pada yang lain kalau mereka tidak boleh berlaku lebih dari apa yang aku perintahkan pada kalian. Aku bilang, kalian sedang mempelajari gaya hidup baru. Aku perintahkan juga agar mereka bersikap baik pada kalian agar kalian nyaman dan bisa menikmatinya. Rasa-rasanya, Anggi dan Ricky berhasil memainkan perannya, terbukti kalian bisa horny dan ngewe di kamar saat itu.” Ujar Nindi dengan senyum mesumnya.

“Ya, mereka memang berhasil membuat kami horny dan bisa membawa kami melangkah satu langkah maju.” Kata Martin.

“Aku juga ingin memastikan kalau mereka yang hadir malam kemarin sangat bahagia atas masuknya kalian ke kelompok kecil kami. Martin, kamu benar-benar membuat Anggi bersemangat. Kata dia, kalau kamu malam itu ngajak dia ngentot, si Anggi sangat dengan senang hati melayanimu. Si Hendrik, suaminya, diam-diam mengawasi kalian dan si Hendrik sangat terangsang melihat istrinya bercumbu denganmu.” Kata Nindi.

“Begitukah? Syukurlah kalau begitu.” Martin tersenyum senang.

“Nia, Ricky ngomong kalau dirinya sangat menginginkan bersetubuh denganmu. Dia bilang ada sensasi tersendiri saat bercumbu denganmu. Dia bahkan ingin mendapatkan kamu untuk pertemuan minggu depan. Ricky pun bilang sama istrinya, si Fadili, kalau dirinya sangat bernafsu padamu dan ingin tidur denganmu. Fadili hanya tertawa dan senang kalau kamu bisa mengalahkan posisinya.” Kata Nindi lagi.

“Hi hi hi ... Aku tahu dia, Ndi ... Kan sejak dulu dia suka sama aku.” Nia terkekeh.

“Hei ... Semalam kamu ngentotin si Hendrik ya?” Tiba-tiba Martin bertanya dengan nada protesnya.

“Hi hi hi ... Sorry, aku gak bisa nahan ... Vaginaku gatel sekali malam itu.” Jawab Nindi tanpa beban. “Dari awal, si Hendrik menyerang vaginaku dengan tangannya. Dia emang paling bisa membangkitkan gairah wanita. Nia, hati-hati sama dia ya.” Kata Nindi lagi.

“Huh ... Dasar ...!” Maki Nia sambil memukul kecil tangan Nindi.

“Nindi ...” Martin berbicara dengan nada serius. “Aku sangat berterima kasih dengan segala pertolonganmu pada kami. Aku sangat berterima kasih apa yang telah lakukan untuk kami. Saranmu tentang gaya hidup bebas sangat membantu kamu menyelesaikan masalah dinginnya ranjang kami. Sungguh, hasilnya sangat luar biasa. Kehangatan aku dan Nia yang pernah hilang untuk beberapa saat kini kembali lagi. Ya, sekarang aku bisa merasakan kalau kami lebih banyak berbicara, lebih terbuka dan mungkin lebih sensitif pada perasaan kami masing-masing. Intinya, kami menjadi lebih saling menyanyangi dibanding waktu-waktu sebelumnya. Sekali lagi aku ucapkan terima kasih.” Papar Martin setulus hati. Nindi pun membungkuk sedikit badannya untuk menunjukkan penghargaannya atas ucapan Martin tadi.

"Aku setuju dengan apa yang dikatakan Martin, aku sangat berterima kasih." Nia menambahkan sembari memegang tangan Nindi erat-erat. Kini Nindi tersenyum senang.

"Kalau begitu ... Apakah kalian siap untuk tantangan berikutnya? Aku akan memberi kalian dua atau tiga tantangan yang bisa menjadikan hubungan kalian semakin hot." Nindi memandang Martin dan Nia bergantian. Martin dan Nia pun saling berpandangan sejenak sebelum akhirnya menganggukan kepala. Nindi menyeringai lebar.

"Pertama, lepas seprai ini." Nindi berhenti sejenak dan dengan lembut menepuk-nepuk sprei yang menutupi tubuh Martin dan Nia. Sekali lagi Nia bertatapan dengan Martin meminta persetujuannya. Martin menjawab hanya dengan mengangkat bahu dan mengedipkan mata padanya.

Akhirnya Nia menjatuhkan seprai, melepaskan kain tebal itu di tubuhnya dan Martin. Sprei berhenti ketika hanya kaki mereka yang tertutup. Terpampanglah tubuh telanjang Martin dan Nia. Nindi kemudian dengan cermat mengamati tubuh mereka tanpa sedikit pun sungkan.

"Wow! Aku benar-benar horny sekarang ... Suatu hari nanti, kalian berdua harus melakukan threesome denganku.” Canda Nindi yang lagi-lagi tangannya menggapai penis Martin. Dan lagi-lagi Nia menghalau tangan sahabatnya itu.

"Kamu benar-benar memalukan, Nindi ... Langsung saja, apa tantanganmu yang bisa membuat kami lebih hot itu?" Tanya Nia sedikit sewot.

“Hi hi hi ... Gak sabar ya ... Gini ... Tantangan pertama, kalian harus menonton film porno minimal tiga jam yang dimulai sejak saat ini sampai sabtu depan. Ya, dalam seminggu ini kalian harus menonton film porno minimal tiga jam. Tantangan kedua, untuk Nia adalah memperlihatkan payudaramu kepada setidaknya satu pria selain suami juga bukan kepada Fadil atau Hendrik atau Ricky. Pokoknya kepada orang lain selain keempat orang itu. Tetaplah berpakaian seksi juga." Nindi tertawa setelah menjelaskan tantangan tersebut.

“Hhhmm ... Tantangan yang gak masuk akal.” Respon Martin sedikit sinis.

"Hi hi hi ... Buat kamu, Martin ... Tantangannya adalah kamu harus merayu wanita dengan setidaknya satu wanita yang tidak pernah kamu temui sebelumnya, artinya wanita itu benar-benar tidak mengenalmu atau sebaliknya. Setelah kamu berhasil merayu si wanita, kamu jangan melanjutkannya sampai ke tempat tidur. Tapi, aku ingin lihat bagaimana kamu bisa melaksanakan tantanganku dengan baik dan benar. Jika kamu berhasil melaksanakannya akan aku beri empat jempolku sebagai penghargaan tertinggiku.” Kata Nindi lagi yang masih dengan senyuman di bibirnya.

“Tantangan gila ... Sorry, aku tolak tantanganmu itu karena aku terlalu sibuk, gak bakal sempet melakukannya ... Aku perlu mandi.” Martin bangkit dari tempat tidur dan melewati Nindi dalam perjalanannya menuju kamar mandi. Martin geleng-geleng kepala saat dia menghilang ke dalam kamar mandi.

“Apakah kamu yakin tantanganmu itu akan membuat kami semakin hot?” Tanya Nia yang juga menyangsikan tantangan yang diberikan Nindi.

“Apakah kamu tidak merasakan dampak dari berpakaian seksi saat kamu di kantor?” Nindi balik bertanya sembari bangkit dari duduknya.

“Aku harap tantanganmu tidak salah, Ndi ...” Kata Nia.

“Percayalah ... Kalau kalian bisa melewatkan tantanganku, pengalaman yang lebih menyenangkan akan kalian rasakan ...” Ujar Nindi yang kini berjalan meninggalkan kamar tidur Martin dan Nia.

Nia merenung sejenak memikirkan tantangan yang diberikan Nindi kepada dirinya dan Martin. Terdengar memang seperti tantangan gila dan tidak berdasar. Tapi Nia segera tersenyum karena merasa dirinya telah membuktikan sendiri tantangan terdahulu yang diberikan Nindi padanya. Nia percaya kalau tantangan yang diberikan Nindi barusan mempunyai maksud terselubung yang akan bisa dirasakan setelah melakukannya. Nia pun segera meloncat dari tempat tidur dan bergabung dengan Martin di kamar mandi.

Martin dan Nindi berdiri di bawah shower saling membasuh diri mereka sambil membicarakan tantangan yang diberikan Nindi. Martin tidak bisa janji untuk melakukan tantangan itu karena dirinya memiliki pekerjaan besar di perusahaannya. Namun untuk Nia akan melakukan tantangan Nindi dan hasilnya akan ia beritahukan kepada Martin. Kesepakatan pun terjadi.​

******​

Senin pagi, orang-orang mulai sibuk dengan rutinitasnya. Termasuk Nia yang sedang memasuki gedung kantornya. Wanita itu begitu cantik dan anggun sehingga untuk pertama kali dalam hidupnya dia sangat percaya diri. Nia melenggang bak model profesional dengan bokong seksi yang mengundang decak kagum kaum Adam dan bikin iri sesama wanita. Penampilan Nia saat itu benar-benar membuat semua orang melirik karena tubuh bak gitar Spanyol dan belahan dada yang sedikit terbuka.

“Wow ... Panaaasss ...” Canda Nindi saat Nia melewati meja kerjanya.

Time to show.” Ujar Nia pelan dan Nindi mengangkat jempolnya.

Nia meletakkan tas kerja lalu menyalakan komputernya. Wanita itu mencetak laporan bongkar muat (time sheet) untuk diperiksanya. Setelah time sheet di tangannya, Nia meninggalkan ruangan menuju bagian gudang. Selama perjalanan menuju gudang, Nia kerap mendapat tatapan lapar bahkan godaan dari pegawai pria. Penampilannya begitu menawan dalam balutan pakaian kerja berwarna abu-abu yang seksi, ditambah dengan riasan natural yang flawless. Sungguh, sejak masuk ke gedung perusahaannya, Nia benar-benar telah menjadi pusat perhatian.

Sekitar dua tiga menit kemudian, Nia sudah mencapai gudang dan ia menghampiri kepala gudan dan wakilnya yang sedang membahas beberapa rencana kerja. Hal ini memang telah menjadi rutinitas kerja Nia dan kedua orang yang sedang ditujunya itu sudah sangat mengenal Nia. Fandi dan Herman, kedua laki-laki paruh baya itu membelalakan matanya saat Nia sudah berada di hadapan mereka. Kedua laki-laki itu merasa kagum dengan kecantikan dan kemolekan yang ada pada diri Nia.

"Hai ... Nia ..." Sapa mereka berdua hampir bersamaan.

"Hai, bapak-bapak ... Biasa ya pak, waktunya pengecekan.” Kata Nia dengan senyuman termanisnya.

“Oh, iya ... Silahkan ...” Ujar Herman yang langsung berdiri memberikan kursi kepada Nia. Nia pun duduk dengan anggun. Hanya beberapa detik berselang, Herman harus menahan nafasnya saat matanya melihat dengan jelas belahan dada Nia karena posisi Herman berada di samping atas Nia.

Nia mulai membuka time sheet yang dibawanya dan mulai mencocokan dengan dokumen gudang milik Fandi dan Herman. Beberapa saat kemudian, Nia sengaja membungkukan badan di depan Fandi berharap laki-laki di depannya bisa menikmati belahan dadanya. Nia pun tersenyum saat dari sudut matanya ia melihat kedua laki-laki itu tidak sepenuhnya melihat time sheet yang sedang ia jelaskan. Mata mereka lebih sering mencuri pandang ke arah dadanya.

Fandi dan Herman ternyata sering menelan ludahnya sendiri. Payudara Nia yang indah, sangat dipuji dan disukai oleh mereka. Fandi dan Herman menikmati pemandangan payudara Nia yang penuh, indah, berkilauan, dalam ayunan lebar saat dia bergerak. Nia dengan santainya terus berdiskusi dengan kedua laki-laki itu meski sadar payudaranya menjadi perhatian mereka.

“Jadi, bapak-bapak mulai saat ini harus membuat laporan baru lagi. Perusahaan ingin laporan dari gudang disederhanakan.” Ujar Nia sambil tersenyum menggoda. Nia bersandar ke sandaran kursi dan membentangkan tangannya. Payudara Nia bergoyang seolah tertiup angin sepoi-sepoi, kecuali putingnya karena sudah tegak dan mengeras. Sialnya, Nia semakin bersemangat dan terangsang. Nia yakin kalau vaginanya memerah karena panas.

“Oh, iya ... Sepertinya kami juga mempunyai pemikiran yang sama dengan staf admin. Secepatnya saya akan buat format laporan baru yang lebih sederhana.” Jawab Fandi yang tidak bosan menatap wajah Nia.

“Kalau begitu saya kembali ke ruangan, jangan lupa laporannya ya pak.” Kata Nia sembari bangkit dari tempat duduknya.

"Iya ... Terima kasih sudah datang ke sini." Kata Fandi sambil berdiri.

Nia melambai dengan sopan saat dia kembali ke area ruang kerjanya. Lagi-lagi Nia merasakan kalau mata kedua laki-laki itu sedang melihat tubuhnya dengan lapar. Nia tersenyum merasakan sensasi yang ia sendiri tidak bisa melukiskannya, namun yang jelas Nia begitu menikmati kejadian barusan hingga vaginanya terasa gatal.

Saat Nia berjalan melewati meja Nindi, dia mengedipkan mata kepada temannya dan diam-diam mengangkat dua jarinya dengan huruf 'V' untuk menunjukkan bahwa dua orang laki-laki bagian gudang telah ditaklukannya sekaligus sebagai tanda kemenangan. Nindi pun tertawa puas.​

******​

Hari Rabu, Nindi mengenakan blus berleher rendah yang longgar sehingga sedikit memperlihatkan belahan dadanya yang tanpa bra. Hari itu, Nia menerima dua orang pegawai dari bagian pemasaran untuk mendiskusikan ramalan-ramalan pengeluaran dan penghasilan perusahaan. Nia meminta kedua pegawai pemasaran itu melihat dari sisinya, sebelah kiri dan kanan, untuk menunjukkan kepada mereka ramalan keuangan yang ada di komputernya. Kedua pegawai itu mulai bergerak, berdiri sedikit di belakang Nia. Setelah kedua pegawai itu berada di posisi masing-masing, barulah Nia menjelaskan proyeksi pendapatan dan pengeluaran perusahaan.

Tentu saja yang terjadi adalah mata kedua pegawai pria itu tidak fokus pada layar momputer. Mata kedua laki-laki itu malah lebih sering menatap gundukan daging indah di dada Nia. Mereka dengan jelas bisa melihat payudara Nia dengan warna puting coklat kemerah-merahan dan areola berwarna coklat gelap. Celakanya, Nia yang sangat menikmati perannya itu mulai terangsang sehingga putingnya menjadi tegak berdiri dan sangat menantang. Nia mendongak dan menemukan setiap pasang mata terkunci di dadanya. Sukses pikirnya dan tersenyum hatinya.

"Jadi, mulai sekarang aku akan terus memberi bagian pemasaran laporan seperti ini? Apakah kalian setuju atau menyukai ide lain?" Tanya Nia semakin membiarkan blus bagian atasnya terbuka.

Kedua pria itu dengan kaku mengangguk dan berterima kasih padanya. Salah satu pegawai berkata kalau dia akan secara rutin menemui Nia untuk membahas masalah ini dan kemungkinan akan memberi ide-idenya untuk semakin memperbaiki laporan proyeksi pendapatan dan pengeluaran perusahaan. Nia tersenyum dan mengangguk tanda setuju.

Setelah kedua pegawai pemasaran itu meninggalkan ruangan, Nia mengacungkan dua jarinya sambil mengedipkan mata ke arah Nindi yang sejak tadi memperhatikan tingkah Nia. Nindi pun terkikik dan memberinya tanda 'OK' yang besar.​

******​

Hari terus berganti dan banyak yang telah terjadi. Nia semakin menikmati aksi eksib-nya. Bahkan hal ini membuat Nia semakin bergairah secara seksual. Nia seperti mendapatkan kepuasan seksual dari reaksi orang yang kaget atau panik saat melihat ulahnya. Ekspresi kaget dan terpukau dari korbannya menjadi sumber kepuasan tersendiri bagi Nia. Keadaan ini membuat Nia menjadi senang dipuji akan kecantikan dan kemolekan tubuhnya.​

******​

Jumat malam, Nia bercerita pada Martin tentang aksinya di kantor. Banyak korbannya yang terpukau dengan keindahan payudara miliknya. Nia mengatakan kalau beberapa orang dari ‘korbannya’ itu mengajak dia berkencan namun ditolak Nia dengan sangat halus. Martin terus terkekeh mendengar pengakuan istrinya.

“Sayang ... Salah satu korbanku adalah pacarnya si Nindi yang beberapa minggu lalu aku memergoki mereka sedang making love di tempat parkir. Bahkan bos-ku, Pak Roger, terang-terangan mengajakku berkencan. Ah, kalau saja ia tampan sepertimu mungkin aku menerima ajakan kencannya.” Ungkap Nia sejujur-jujurnya.

“He he he ... Luar biasa sekarang istriku ... Dulu, kamu selalu menutup lehermu, seperti takut dilihat orang kulit lehermu. Tapi sekarang kamu dengan sukarela mempertontonkan pesona kamu kepada orang lain. Aku suka istri baruku.” Kata Martin sambil tersenyum dan Nia pun menyeringai senang.

“Sayang, aku sungguh menyukai aksiku di kantor. Entah kenapa aku menjadi lebih bergairah. Kamu pun pasti merasakannya. Dan aku pikir tantangan yang diberikan Nindi itu bermaksud agar aku lebih berani mempertontonkan tubuhku di depan orang-orang, terutama pada saat kelompok kita mengadakan pesta.” Ungkap Nia.

“Aku setuju ... Memang dia sudah merubah kita mengikuti gaya hidup bebasnya dengan sukses. Nindi melakukannya dengan pelan-pelan sesuai dengan keinginan kita. Sadar gak sadar kita jadi menikmatinya.” Kata Martin.

“Ngomong-ngomong, apakah kamu melakukan tantangan yang diberikan Nindi untukmu?” Tanya Nia.

“Bagiku tantangan Nindi sangat mudah aku lakukan. Hanya sekali kedip, perempuan mana yang bisa menolakku.” Martin menyombongkan diri.

“Hi hi hi ... Aku percaya karena suamiku memang ganteng. Tapi, sebenarnya bukan itu maksud Nindi. Dia cuma mau ngetes apakah kamu tahan tidak membawa perempuan itu ke atas ranjang.” Nia berkata sambil tersenyum.

“Itu pun sangat mudah. Buktinya, sekretarisku sudah bisa aku raba dan cium. Tapi sampai saat ini, aku tidak membawanya ke atas ranjang.” Jujur Martin pada Nia.

“Hhhmm ... Entahlah ... Apa maksud Nindi memberikan tantangan semudah itu untukmu.” Kata Nia yang dijawab oleh Martin dengan mengangkat kedua bahunya.

“Sekarang, kita punya beberapa video yang harus kita tonton minimal tiga jam. Sebaiknya kita menonton video itu.” Ajak Martin.

Tadi siang, Martin bertanya kepada beberapa rekan kerjanya tentang situs porno terbaik. Akhirnya Martin mendapat selusin daftar situs porno dari rekan-rekannya. Martin dan Nia pun sampai di kamar tidur mereka. Martin segera menyambungkan laptop miliknya dengan televisi 32 inci yang letaknya di samping kanan jauh dari tempat tidur.

“Apakah kamu sudah siap?” Tanya Martin sesaat setelah berada di samping Nia yang tiduran tertelungkup menghadapkan wajahnya ke layar televisi.

“He eh ... Sebenarnya aku kurang suka nonton film porno. Tapi, aku penasaran aja kenapa Nindi menyuruh kita melihat film begituan.” Kata Nia.

“Aku juga sangat tidak mengerti. Tapi sebaiknya kita ikuti saja permintaannya.” Kata Martin lalu mengklik sebuah file video yang telah ia download tadi siang di kantornya.

Tak lama muncul sebuah film yang mengetengahkan adegan pasangan suami istri yang sedang merayakan ulang tahun sang istri. Setting film menampilkan balon-balon dan hal-hal lain yang membuat penonton mengetahui bahwa adegan itu adalah perayaan pesta ulang tahun. Dengan cepat pasangan suami istri pemeran film tersebut melucuti pakaian mereka dan sang suami langsung menciumi kedua payudara istrinya dengan sangat lahap.

Beberapa saat kemudian, sang suami membawa istrinya ke sebuah sofa lalu mendudukan istrinya itu di sana. Ternyata si suami ingin memberikan kejutan dan meminta si istri menutup matanya dengan kain hitam yang telah disediakan sang suami. Si istri menuruti keinginan sang suami dan segera menutup matanya dengan kain hitam tersebut. Setelahnya, muncul pria lain dari balik pintu dengan keadaan telanjang. Akhirnya, pria yang baru muncul itu ‘memakan’ vagina si istri sedangkan sang suami duduk di sofa yang lain menyaksikan vagina istrinya menjadi mainan lidah si pria baru.

Pemeran wanita dalam film tersebut mendesah dan mengerang. Ia ingin segera disetubuhi. Si pria baru pun mulai menyetubuhi pemeran wanita dengan gagahnya membuat si wanita berteriak-riak penuh ekstasi. Adegan selanjutnya adalah penutup mata si wanita dilepas. Tampak mimik terkejut dari si wanita namun itu tidak berlangsung lama karena tergantikan dengan mimik bahagia dan nikmat. Tampak vaginanya mengeluarkan buih putih saat penis besar si pria keluar masuk di lorong kewanitaannya.

Adegan terakhir menampilkan si wanita ‘dikerubuti’ oleh dua orang pria. Kedua orang pria itu berganti-ganti tempat memberikan kenikmatan maksimal untuk si wanita. Dan pemeran wanita terus mengeluarkan suara erangan atau desahan, bahkan teriakan kencang. Sebagai ekspresi kenikmatan yang didapatnya. Akhirnya film yang berdurasi hampir 30 menit itu diakhiri dengan kedua penis menembakan spremanya ke tubuh si pemeran wanita.

Nia yang kini duduk di atas kasur nyaris tidak mengedipkan mata saat menyaksikan keseluruhan film. Martin pun memiliki reaksi yang serupa. Mereka tampak menikmati film yang diputar. Tentu hasrat birahi mereka menjadi menggebu-gebu.

“Wow! Aku tidak percaya apa yang baru saja aku lihat." Gumam Nia dengan nafasnya yang berat.

“Aku jadi ingin meniduri istriku.” Martin segera membukai pakaian yang dikenakan Nia lalu pakaiannya sendiri.

"Aku tidak pernah membayangkan tiga orang bercinta seperti itu. Itu membuatku sangat bergairah." Kata Nia yang kini tubuhnya sudah telanjang bulat.

"Ya, film yang sangat menggugah selera bercintaku.” Martin menyetujui ucapan Nia.

"Bisakah kita menonton yang lain?" Nia bertanya dengan nada penasaran. "Kali ini aku ingin menonton sambil ngentot.” Ucapan Nia yang terakhir membuat Martin tertawa terbahak-bahak.

“Sejak kapan kamu tega ngomong ‘ngentot’?” Canda Martin.

“Sejak aku menjadi wanita jalang, sayang ... Cepat setel lagi filmnya dan entotin aku.” Kata-kata Nia semakin vulgar.

Martin kembali mengklik salah satu film yang sudah siap ditayangkan. Kali ini film berdurasi 20 menit itu menampilkan seorang pria tampan dan wanita cantik sedang bercumbu, melakukan oral seks, lalu bercinta di pinggir kolam renang. Di akhir film, setelah si pria mengisi vagina si wanita dengan spermanya, masing-masing mereka meluncur ke kolam sambil berpegangan tangan dan saling memandang dengan penuh kepuasan.

Nia berlutut di tempat tidur menghadapkan wajahnya ke layar televisi agar ia bisa menonton film, dan Martin berada di belakangnya menggenjot kemaluannya ke dalam vagina manis istrinya. Martin berusaha mengatur waktu orgasmenya sendiri agar sesuai dengan waktu orgasme pasangan di video. Akhirnya sperma Martin tumpah, mengisi vagina Nia pada saat yang sama dengan waktu orgasme pemeran pria di video tersebut.

"Matikan saja filmnya dan peluk aku. Jangan mandi. Jangan menarik keluar penismu dari vaginaku. Kita tidur sekarang. Aku lelah." Ungkap Nia.

Martin memenuhi permintaan Nia dan segera dia berbaring di belakang istrinya tanpa melepaskan pertautan kelamin mereka. Nia meraih tangan Martin dan memastikan salah satu tangan Martin benar-benar menangkup payudaranya. Mereka pun tertidur dengan gambaran dari dua film yang baru saja mereka tonton, sehingga masuk dalam mimpi mereka.​

******​

Sabtu malam, sesuai rencana, Martin dan Nia sudah berad di kediaman Anggi dan Hendrik. Rumah Anggi dan Hendrik adalah rumah terbesar dan termegah dari seluruh pasangan yang menjadi anggota kelompok kecil ini. Rumah Anggi dan Hendrik bertingkat dengan dua konsep alam melalui dinding pagar batu bata. Tampilan rumah bertingkat ini menjadi lebih luwes, hidup dan tidak begitu formal. Pada bagian belakang terdapat kolam renang outdoor yang menghadap langsung ke arah sebuah taman yang indah.

Cuaca yang akhir-akhir ini panas membuat tuan rumah memiliki konsep pesta kolam renang. Setiap peserta diharuskan menggunakan pakaian renang atau bikini. Anggi memang berencana untuk menghabiskan waktu pestanya di kolam renang. Semua telah disiapkan secara matang olehnya.

Setibanya di rumah Anggi dan Hendrik, Martin dan Nia langsung menanggalkan pakaian mereka hingga menyisakan pakaian renang di tubuh mereka. Martin sungguh baru menyadari kalau istrinya memiliki tubuh yang sangat seksi. Bila dibandingkan dengan wanita-wanita yang lain, Nialah sebagai juaranya.

Martin dan Nia disambut hangat oleh tuan rumah. Mereka saling berpelukan dan cium pipi kanan cium pipi kiri. Mata Hendrik pun terbuka sempurna melihat keindahan tubuh Nia di depannya. Hendrik pun tak sungkan memuji keelokan Nia di depan istrinya dan Martin. Selanjutnya Martin dan Nia diajak ke halaman belakang rumah.

“Kamu kapan mempunyai bikini seperti itu. Perasaanku, aku belum pernah melihatnya?” Bisik Martin saat mengikuti langkah Anggi dan Hendrik. Nia pun menoleh sambil tersenyum ke arah Martin.

"Apakah kamu menyukainya? Hi hi hi ... Aku baru saja membelinya hari kamis kemarin sepulang kerja. Apakah ini terlihat seksi?” Balas bisik Nia.

“Tak ada yang meragukan ... Tapi bukan karena bikini itu yang membuatmu seksi. Tubuhmulah yang terlihat sempurna.” Puji Martin.

Nia tertawa kecil. Tak lama, Martin dan Nia menuruni tangga menuju kolam. Di ujung sana tampak Nindi melambai-lambaikan tangannya. Martin dan Nia pun segera menyebur ke dalam kolang lalu berenang mendekati Nindi. Martin berenang dengan gaya bebas sementa Nindi berenang dengan gaya dada karena tak ingin rambutnya menjadi basah kuyup semua.

“Wow ... Bikini terpanas ... Bagus sekali ... Seksi sekali ...” Puji Nindi saat Nia dan Martin sampai di dekat wanita itu. Setalah jeda, Nindi pun melanjutkan ucapannya, “Bagaimana dengan tantanganku kemarin?” Tanya Nindi kemudian kepada Martin dan Nia.

“Kamu tahu sendiri kan, bagaimana aku menjadi wanita jalang di kantorku. Tapi sungguh menyenangkan. Dan kami juga menghabiskan waktu tiga jam untuk menonton film porno, tapi mungkin kurang dari tiga jam. Semua film sangat panas. Sepertinya aku mendapat pelajaran dari film yang aku tonton.” Ungkap Nia sembari berdiri di samping Nindi meletakkan punggungnya di tembok sisi kolam renang.

"Apakah itu membuatmu terangsang?" Tanya Nindi ingin tahu.

"Ya ... Bahkan kami menonton sambil ngewe ... Tapi, aku belum bisa menerima dan jauh dari siap kalau harus melayani dua orang atau lebih seperti film yang aku tonton.” Kata Nia sedikit menurunkan intonasi suaranya.

“Hi hi hi ... Pelan-pelan sayang ... Aku tidak ingin juga kalau langsung seperti itu. Sebenarnya aku hanya ingin memperkenalkan ada sebagian kita yang menyukai seks beramai-ramai. Tapi itu perlu proses.” Kata Nindi sembari merangkul bahu Nia. Lantas Nindi pun menoleh ke arah Martin, "Bagaimana kabarmu? Apakah kamu melakukan tantanganku?" Tanya Nindi kepada Martin dan laki-lai itu tertawa.

"Aku menikmati film porno itu, dan aku melakukan tantanganmu." Kata Martin mantap. Karuan saja Nia terperanjat dengan pengakuan suaminya.

"Tunggu, kamu tidak pernah memberitahuku tentang tantangan itu. Kamu curang, gak ngasih tahu aku ... Apa yang kamu lakukan?" Tanya Nia agak sewot.

“He he he ... Sengaja aku tidak memberitahumu karena tidak ada yang istimewa. Aku sangat mudah menggaet wanita, jadi aku pikir tantangan yang diberikan Nindi bukanlah tantangan bagiku.” Kata Martin sambil tersenyum.

“Begitukah? Tapi, tolong ceritakan saja. Bagaimana ceritanya?” Tanya Nindi yang juga ikut penasaran.

“Hhhhmm ... Kalau boleh jujur itu bukan suatu yang aku sengaja. Ini terjadi secara kebetulan. Hari kamis yang lalu, aku bertemu dengan seorang insinyur wanita di perusahaanku. Hanya urusan bisnis sih awalnya. Tapi setelah aku lihat ternyata dia cantik juga dan sesuai dengan seleraku. Akhirnya aku mengaktifkan pesonaku, ya sedikit tebar pesona padanya. Seperti kataku, aku memiliki kemampuan untuk menggaet wanita dengan mudah dan dia setuju saat aku ajak makan malam minggu depan. Aku pikir dia sudah terjerat umpanku.” Jelas Martin. Nia dan Nindi pun tertawa.

"Katakan padanya kalau aku mengundangnya makan malam di rumah kita. Apa dia cantik?" Nia tampak antusias mendengar pengakuan suaminya.

"Ya, menurutku dia sangat cantik, tapi tidak sebanding dengan Nia-ku." Kata Martin sambil tersenyum dan menoel dagu Nia. Nia tertawa dan menusuk rusuk Martin pelan dengan sikutnya.

"Jawaban benar! Nah, apa yang kamu lakukan saat menggoda dia?" Tanya Nia pada Martin berlanjut.

“Ya seperti biasa yang dilakukan orang-orang. Aku mengajaknya makan siang di restoran. Untungnya dia mau. Saat itu aku berusaha keras untuk kontak mata sambil ngobrol ke sana ke mari, menyentuh tangannya sesekali. Lalu membuat dirinya bercerita tentang dirinya dan keluarganya, prestasi kerjanya dan lain-lain. Dalam satu kesempatan, aku coba duduk di sampingnya lagi-lagi dia tidak menolak bahkan saat aku peluk pinggangnya dia membalas memelukku. Aku katakan juga kalau dia cantik, dan dia tidak marah bahkan seperti yang bangga. Saat aku ajak makan malam, dia langsung menyetujuinya. Oh ya, namanya Nina umur 31 tahun.” Jelas Martin.

“Hi hi hi ... Kerja yang bagus ...” Nindi terkekeh juga Nia. Nindi pun melanjutkan perkataannya, "Kalian berdua melakukannya dengan baik. Bagaimana dengan beberapa tantangan baru? Martin, tantanganmu adalah melakukan sesuatu yang romantis dan seksual dengan teman barumu itu. Juga, tonton setidaknya tiga jam lagi film porno dalam seminggu. Cari tahu genre group sex ya ..." Kata Nindi.

“Hhhhmm ... Oke ...” Jawab Martin.

"Nia, ada beberapa tantangan buatmu ... Pertama, kamu harus mendorong Martin untuk lebih dekat dengan wanita barunya. Aku akan kasih tahu tujuannya. Kenapa aku menyuruhmu mendorong Martin kepada wanita itu biar kamu terbiasa mengesampingkan perasaan cemburu ketika Martin dekat dengan wanita lain. Kamu akan dibuat terbiasa melihat Martin bermesaraan dengan wanita yang ia sukai. Pengalaman itu sangat penting karena wanita biasanya lebih posesif terhadap pasangannya. Aku ingin membuang rasa posesifmu itu secepat-cepatnya.” Papar Nindi.

“Benarkah aku posesif?” Tanya Nia tak percaya.

“Aku berharap tidak benar ... Tantangan kedua adalah berhentilah memperlihatkan payudaramu di kantor. Sekarang kamu harus memperlihatkan memekmu pada orang lain tapi jangan secara terang-terangan, buatlah seakan-akan tidak sengaja. Oh ya, kamu melakukanya bisa di mana saja, tidak harus di kantor. Kamu bisa melakukan itu di restoran atau tempat-tempat yang ramai.” Ujar Nindi yang sukses membuat Nia tersenyum karena memang hal itu pernah ia pikirkan sebelumnya.

“Itu soal mudah ... Pasti akan aku lakukan ... Ini tantangan yang sangat menyenangkan.” Respon Nia.

“Tantangan selanjutnya buat kamu Nia adalah lakukan sesuatu yang seksual malam ini.” Kata Nindi dan kini tampak Nia sedikit cemas.

"Melakukan sesuatu yang seksual malam ini? Apa maksudmu berhubungan seks?" Tanya Nia ingin mengerti maksud Nindi. Nindi pun tertawa.

"Hi hi hi ... Hanya karena aku mengatakan lakukan sesuatu yang seksual tidak berarti harus ngewe atau blowjobs. Ada banyak hal lain yang bisa menuntaskan hasrat seksual seseorang.” Kata Nindi. Nia sedikit lega walau belum sepenuhnya mengerti.

Tiba-tiba Nindi melihat Devi dan Ricky datang. Nindi langsung berenang ke ujung kolam sebelah mendekati pasangan yang baru datang itu. Martin dan Nia melambai tangan pada pasangan yang baru datang dari sisi kolam. Martin dan Nia memutuskan untuk berdiskusi terlebih dahulu sebelum menyambangi Devi dan Ricky.

"Menurutmu apa yang harus aku lakukan? Apa yang Nindi maksud dengan sesuatu yang seksual itu? Aku belum mengerti benar." Tanya Nia pada Martin. Martin pun merenungkan pertanyaan itu.

“Hhhmm ... Aku bisa menangkap maksud Nindi ... Kalau kita hubungkan dengan tantangan dia untuk memamerkan vaginamu pada orang lain, maksud sesuatu yang seksual itu adalah bagaimana kamu bisa memuaskan pasanganmu secara seksual. Sederhananya, kamu ditantang membuat puas pasanganmu malam ini secara seksual. Tapi tidak harus melakukan seks atau blowjob bisa dengan cara lain ...” Jelas martin pelan. Nia meringis.

"Fuuuhh ... Tantangan yang berat rupanya ..." Keluh Nia dengan perasan ragu.

“Sayang ... Aku akan mendukung setiap pilihanmu ... Aku tidak ingin memaksamu untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Kalau kamu ragu, kamu tidak harus melakukannya. Kita masih punya banyak waktu.” Ungkap Martin sangat bijak.

"Sayang ... Apa yang aku pikirkan sekarang adalah aku tidak ingin melakukan apa pun yang akan melukai pernikahan dan hubungan kita." Kata Nia.

“Ya aku tahu kamu tidak akan melakukannya dan aku pun juga begitu. Salah satu cara untuk mencegah itu adalah komunikasi yang jujur antara kita. Jangan memaksakan kalau dirasa tantangan Nindi itu dirasa negatif buat hubungan kita. Kamu berhak menolaknya.” Ujar Martin lemah lembut.

“Tapi aku sudah terjerumus begitu jauh dan aku menikmatinya. Sekali lagi yang aku takutkan adalah hanya dirimu. Sayang, aku takut kamu membohongi dirimu sendiri. Sementara aku sudah masuk ke dalam lingkaran permainan Nindi, tetapi aku belum melihat dirimu belum melakukan apa-apa. Aku ingin keadaan kita seimbang, aku melakukan kamu pun harus melakukan.” Nia mengungkapkan permintaannya pada Martin.

“Siapa bilang? Bukankah minggu kemarin kamu melihat aku menghisap payudara Anggi?” Martin coba membantah.

“Aku merasa tidak yakin kalau kamu bersungguh-sungguh melakukannya.” Nia balik membantah. Nia pun melanjutkan perkataannya, “ Sayang, aku sangat berharap kamu romantis kepada wanita yang akan menjadi pasanganmu. Aku akan sangat senang jika kamu melakukan hal sesuatu yang seksual pada mereka, bahkan sampai titik berhubungan seks. Aku sangat ingin melihat kamu berhubungan seks dengan mereka.” Tandas Nia yang sukses membuat Martin terkejut.

“Apakah aku harus melakukannya. Bagaimana dengan perasaanmu?” Tanya Martin ragu-ragu.

“Pertanyaanmu itu membuatku semakin yakin kalau kamu masih ragu dengan keputusan kita untuk hidup dengan kebebasan. Kalau begini, lebih baik kita kembali ke rumah saja. Aku tidak ingin meneruskannya.” Nia pun mengeluarkan statemennya.

“Kita lihat dulu keadaan di sini, jangan langsung pulang. Siapa tahu aku bisa melakukan keinginanmu malam ini. Lebih baik kita nikmati saja malam ini.” Martin tersenyum dan membawa Nia naik dan keluar dari kolam.

Nia dan Martin bergerak mengitari kolam untuk bergabung dengan Nindi, Fadil, Ricky, dan Devi serta tuan rumah. Nia dan Martin pun mulai membantu mengatur teras dan makanan untuk makan malam. Semua yang hadir menampakan tubuh mereka yang hampir telanjang. Di sini, Nia lah yang menjadi perhatian karena wanita itu paling memikat. Nia memiliki tubuh terseksi dari wanita yang ada di sini, dan hanya Devi yang agak bisa bersaing dengan Nia.​

-----ooo-----​

Bersambung

Thanks for reading, sorry for typo


Note:

Nia Vs Martin

Nindi Vs Fadil

Devi Vs Ricky

Anggi Vs Hendrik

Ruth Vs Davin (Belum Muncul)
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd