Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG TANPA BATAS

CHAPTER 2

Martin terbangun dari tidurnya, ia melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi. Hari ini Martin bisa sedikit berleha-leha karena saat ini adalah hari Minggu. Martin tidak mendapati istrinya di tempat tidur. Setelah sejenak meregangkan otot-otot yang kaku, Martin pun turun dari tempat tidur lalu berjalan menuju kamar mandi. Martin bercukur dan mandi, membersihkan sisa-sisa percintaan mereka malam kemarin. Setelah mengenakan celana pendek, Martin pergi tanpa alas kaki ke dapur. Martin pun melihat istrinya di depan kompor.

"Selamat pagi ..." Sapa Martin sesaat setelah dirinya berada di belakang Nia.

“Selamat pagi, sayang ...” Ucap Nia sambil berbalik badan lalu memeluk Martin.

Nia mengenakan kemeja kerja tanpa dikancingkan, membiarkan payudara dan vaginanya terbuka. Saat mereka berpelukan, Martin merasakan payudara Nia menempel di dada telanjangnya. Tangan Martin sudah berada di bokong Nia, ia sedikit meremasnya. Kemudian, mereka pun berciuman cukup lama tanpa sadar sudah ada Nindi yang berdiri di ambang pintu keluar.

"Ya Tuhan, seksi banget ..." Suara Nindi tentu mengejutkan Martin dan Nia. Suami istri tersebut segera melepaskan ciuman dan pelukannya.

"Kamu ini selalu membuat kami terkejut ..." Protes Martin pada Nindi.

“Kalian berdua sangat seksi. Nia, kamu memiliki tubuh gak ada matinya membuat seorang wanita pun ngiler liat tubuhmu. Matin, kamu adalah pria impian setiap wanita, sudah lama aku memimpikan bisa tidur denganmu.” Ucap Nindi.

Nindi melenggang menghampiri Martin lalu mamaksa tangan Martin untuk melingkari pinggangnya. Martin tidak bisa menolak bahkan tidak mungkin menolak perbuatan Nindi tersebut. Namun, Martin harus menjaga image-nya di depan Nia. Junior Martin mencoba untuk tidak meronta di bawah, tapi jantungnya berdebar-debar, denyut nadi tidak beraturan, saat hasrat memompa ke seluruh tubuhnya.

Tangan Nindi kemudian mengulas benda pusaka Martin pada selangkangannya. Dengan nakal, tangan Nindi membelai kejantanan Martin dan sedikit menekan dengan lembut yang membuat penis itu mulai bereaksi. Tangan Nindi merasakan pergerakan pelan dari batang kemaluan Martin karena bahan celana pendek yang digunakan Martin cukup tipis.

"Aaaawww...!!!" Seru Nindi. "Seharusnya aku melakukan ini bertahun-tahun yang lalu. Punyamu begitu perkasa. Pantas saja Nia selalu bahagia." Lanjut Nindi yang masih merabai penis Martin.

"Berhenti menggoda suamiku ... Kamu mau kopi?" Nia tersenyum melihat kekonyolan Nindi.

“Ya ... Boleh ... Tapi, kalau bisa tambahkan susu dari payudaramu.” Canda Nindi.

“Sialan ...!” Dumel Nia lalu segera mengancingkan kemejanya tetapi tidak semua, ia membiarkan bagian atas tidak terkancing sehingga masih menunjukkan sedikit belahan dadanya.

“Hei ... Punyamu semakin keras, Tin ... Nia, gimana kalau suamimu aku pinjam barang sejam saja?” Goda Nindi sembari menggenggam agak kuat penis Martin dengan telapak tangannya. Martin pun melompat menjauh.

"Hei, ini zona terlarang ... Dilarang diraba-raba!" Kata Martin dan Nindi menyeringai.

"Suatu hari nanti, aku akan mengambilkan itu untukku." Nindi menunjuk tonjolan Martin di balik celana pendeknya.

“Aku tidak tahan sekarang dengan godaannya.” Ucap Martin sambil geleng-geleng kepala. Pria itu pun lalu meninggalkan dapur menuju kamarnya.

“Berhentilah menggoda suamiku, Nindi ...!” Nia memperingati sahabatnya agak keras namun senyum tetap tersungging di bibirnya.

“Hi hi hi ... Aku senang, sekarang kalian cukup terbuka dengan masalah seks. Aku yakin kalau kalian akan menyukai kehidupan seks bebas. Aku saranin, kalian harus lebih terbuka lagi, lebih memvariasikan kehidupan seks kalian.” Ujar Nindi sambil menerima gelas berisi kopi yang baru saja dibuat Nia.

“Aku masih ragu, Ndi ... Apakah usaha ini akan berhasil?” Nia duduk di depan Nindi sambil menggelengkan kepalanya perlahan, suaranya penuh keraguan.

“Seks adalah kebutuhan naluri manusia, kontrol yang yang ketat akan seks malah akan menimbulkan pencuri. Seperti juga orang yang kurang makan akan mencuri dan orang yang kurang uang akan mencuri. Nia, sekarang aku tanya ... Bagaimana kehidupan ranjangmu setelah melihatku ngewe dengan orang lain di parkiran tempo hari?” Tanya Nindi lalu menyesap kopinya yang masih panas.

“Iya sih ... Aku merasakan ada perbedaan. Kami lebih bergairah di atas ranjang. Martin sekarang agresif dan aku suka itu.” Nia berkata dengan jujur.

“Nah, kan ... Apa aku bilang ... Kalian menjadi lebih hangat di ranjang. Nia, aku mau bilang kalau ini masih permulaan. Pengalaman yang menyenangkan terbentang luas di depanmu.” Kata Nindi dengan senyum penuh arti.

“Maksudmu?” Tanya Nia yang tidak mengerti arah pembicaraan sahabatnya itu.

“Aku tidak ingin berteori tapi aku sarankan mulai saat ini kamu harus lebih feminis. Berdandan seseksi yang kamu bisa. Di mana pun kamu berada berpenampilan seseksi mungkin. Nanti rasakan apa yang kamu rasakan setelah itu.” Jelas Nindi sambil tersenyum.

“Hhhmm ... Aku tahu maksudmu ... Biar aku menjadi wanita penggoda.” Kata Nia setengah mencibir.

“Hi hi hi ... Tidak juga ... Anggap saja mereka yang menggodamu ... Tapi, percayalah itu sangat menyenangkan.” Lanjut Nindi sangat yakin.

“Oke kalau begitu, akan aku coba. Rasanya cukup menarik untuk dicoba.” Kata Nia mengungkapkan persetujuannya.

“Oh ya, aku ke sini hanya ingin mengabarkan kalau sabtu depan kita-kita akan berkumpul di rumah Devi. Kamu dan Martin boleh menghadiri, boleh juga nggak. Tapi aku harap kalian datang.” Ujar Nindi sambil menyesap kopinya lagi.

“Aku dan Martin pasti datang.” Jawab Nia tanpa ragu.

“Ya sudah, aku pulang dulu. Ingat, lakukan apa yang aku saranin tadi. Dan rasakan sendiri bagaimana menyenangkannya itu.” Nindi bangkit lalu pergi begitu saja meninggalkan Nia di dapur sendirian.

Setelah beberapa menit Nindi menghilang, barulah Martin keluar dari persembunyiannya. Martin tidak benar-benar pergi jauh dari dapur, ia berdiri di balik pintu sambil mendengar percakapan istrinya dan Nindi. Martin pun berkomentar kalau ada baiknya Nia mencoba saran Nindi sebagai pembuktian akan ada pengalaman yang lebih menyenangkan. Nia pun akhirnya memberi kebebasan kepada Martin untuk mencari sendiri pengalaman yang lebih menyenangkan itu.​

******​

Keesokan harinya ...

Senin pagi, Martin dan Nia telah siap berangkat kerja. Sepanjang pagi itu, Martin tidak henti-hentinya memuji penampilan Nia. Memang Nia hari ini sangat lain dari hari-hari biasanya. Nia yang sehari-harinya selalu berpenampilan formal kini berganti rupa menjadi bidadari yang baru turun dari khayangan. Nia mengenakan rok pendek - paha tengah, sepatu hak tinggi, dan blus sutra tembus pandang di atas bra putih berenda yang indah. Nia juga memakai kalung mutiara dan beberapa gelang emas. Selanjutnya, dia memakai eyeliner dan menata rambut panjangnya dengan sentuhan modern.

"Kamu terlihat sangat cantik. Aku hampir tidak percaya kalau ini dirimu, istriku tercinta.” Puji Martin untuk yang kesekian kalinya pagi ini.

“Kamu terlambat menyadarinya, sayang ... Seharusnya kamu lakukan sejak dulu.” Nia tertawa imut dengan hati yang berbunga-bunga.

“Ya, aku menyesal. Kenapa aku tidak melakukannya sejak dulu.” Kata Martin sambil membuka pintu mobilnya.

"Terima kasih atas pujiannya ... Ini kan saran dari Nindi. Ternyata, korban pertamaku adalah suamiku sendiri. Aku yakin bakal ada korban-korban selanjutnya.” Kata Nia percaya diri. Dalam hati, Nia mulai mengakui ucapan Nindi, begitu menyenangkan menjadi perhatian laki-laki. Ini baru dari suaminya, Nia membayangkan dengan sangat antusias bagaimana kalau ia dipuji dan digoda pria lain.

“Ya aku yakin kalau akan banyak laki-laki yang menggodamu.” Martin tersenyum.

“Kamu cemburukah?” Goda Nia yang sudah siap memasuki mobilnya.

“Aku tidak boleh cemburu ... Mungkin aku juga akan mulai menggoda sekretarisku.” Ucap Martin terang-terangan.

“Hi hi hi ... Oke, selamat bersenang-senang.” Ujar Nia sembari memasuki mobilnya yang diikuti oleh Martin masuk ke dalam mobilnya.

Dua mobil keluar dari garasi lalu pintu gerbang. Martin dan Nia mengendarai mobilnya masing-masing menuju tempat kerja mereka. Singkat cerita, Nia sampai di kantornya. Tak pelak, perubahan penampilan Nia menjadi perhatian rekan-rekan sekerjanya. Pujian pun mengalir dari orang-orang, yang mengatakan dirinya sangat cantik dan anggun. Nia merasakan kepuasan yang sangat nyata dan luar biasa. Sanjungan dan pujian membuat dirinya merasa menjadi seorang yang istimewa.

Beberapa pejabat perusahaan pun mulai mengajak Nia bicara, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Kepala Bagian Keuangan mendatangi meja Nia hanya sekedar mengatakan kalau Nia ada perlu sesuatu bisa menghubunginya. Giliran Direktur Personalia yang sempat-sempatnya menyambangi meja kerja Nia untuk ngobrol tanpa kepentingan apapun. Terakhir, Roger, boss Nia yang berulang kali menyuruh Nia menghadap ke ruangannya hanya untuk bicara sesuatu yang tak penting dan terkesan dibuat-buat. Namun Nia menghadapi mereka dengan ramah, dan bahkan berusaha untuk sedikit menggoda dengan memperlihatkan kemolekan tubuhnya.

Nindi hanya tersenyum melihat hari baik untuk Nia. Sebenarnya Nindi sangat mengetahui kelebihan yang ada pada diri Nia. Hanya saja Nia tidak pernah mengeksplornya. Nia adalah wanita yang sangat cantik dan seksi. Kecantikannya mampu memikat hati lelaki berkelas. Cantik, seksi serta memiliki sex appeal yang kuat. Itulah gambaran mengenai fisik Nia sekarang ini. Dengan fisik yang bisa dikatakan sempurna, Nia tentu membuat banyak wanita iri.

“Bagaimana harimu?” Bisik Nindi pada Nia saat mereka keluar gedung perusahaan karena waktu kerja telah usai.

“Luar biasa, Ndi ... Aku baru kali ini merasakan sensasi yang luar biasa seperti ini.” Jawab Nia setengah tak percaya dengan perasaannya.

“Menyenangkan bukan?” Pertanyaan retoris keluar dari mulut Nindi. Nia pun hanya tersenyum. “Semakin berani, semakin menyenangkan.” Lanjut Nindi dan Nia tak perlu bertanya lagi karena mengetahui maksud ucapan sahabatnya itu.

Nia dan Nindi akhirnya pulang dengan kendaraan masing-masing. Hanya setengah jam perjalanan, Nia sudah sampai di rumahnya. Wajah cerianya tidak dapat Nia sembunyikan dari Martin yang datang duluan beberapa menit sebelum Nia. Jiwa kepo dan kepenasaran Martin seakan meloncat-loncat dan meronta kala itu. Setelah didesak beberapa kali, akhirnya Nia mengatakan, bahwa ia mempunyai banyak pengagum di kantornya.

“Fuuhhh ... Kamu memang sangat cantik, sayang ... Kok, aku malah agak khawatir.” Ungkap Martin setengah bercanda.

“Hei ... Jangan bilang begitu. Aku mulai menikmati peranku. Rasanya aku tak ingin berhenti melakukannya. Sayang, bukankah aku telah mengijinkanmu untuk bersenang-senang. Carilah wanita yang kamu sukai. Em, berkencanlah dengannya.” Kata Nia sambil menggandeng lengan Martin.

“Aku juga sudah mulai menggoda sekretarisku, Dona ... Kayaknya ada respon positif darinya. Tapi aku masih menjaga kedekatan. Mungkin besok atau lusa akan aku ajak makan malam.” Jujur Martin yang membuat Nia tersenyum.

Martin dan Nia sampai di kamar tidur mereka. Keduanya lalu mandi untuk menghilangkan kotoran dan bau yang menempel di tubuh mereka. Setelah itu, mereka makan malam bersama sambil melanjutkan obrolan mereka. Malam itu Martin dan Nia bersepakat kalau mereka akan lebih berani dan bersikap lebih agresif daripada sebelumnya, karena keduanya sangat menikmati pengalaman baru yang menakjubkan.

Hari pun terus berganti, Martin dan Nia semakin larut dalam permainan yang mereka jalankan bahkan kini mereka berdua semakin menghayati gaya hidup bebas sebagai suatu kebutuhan. Lambat laun mereka berprinsip, meski satu sama lain saling membebaskan dalam hal mencari pasangan, namun jangan sampai saling menyembunyikan. Bagi mereka yang terpenting adalah kepercayaan dan keterbukaan karena itulah esensi dari keutuhan rumah tangga mereka. Hasilnya pun memang Martin dan Nia rasakan, pasangan suami istri itu semakin mesra dan semakin saling menyayangi.​

******​

Hari Jumat adalah hari terbaik dalam sepekan bagi para pegawai atau karyawan. Betapa tidak, karena hari jumat adalah hari terakhir bekerja dan awalan libur untuk dua hari ke depan. Saat Martin dan Nia selesai makan malam, Nindi datang tanpa diundang. Seperti biasa, Nindi selalu saja membuat kegaduhan dengan berbagai leluconnya. Setelah beberapa saat bercanda, kali ini Nindi mulai berbicara serius.

“Besok kita berkumpul di rumah Devi dan Ricky. Untuk pertemuan itu kalian harus berpakaian seseksi mungkin, dan semuanya juga akan begitu. Kalian juga harus mulai belajar kontak fisik dengan pasangan lain selain pasangan resmi dan menganggap pasangan kalian nanti adalah pasangan yang sesungguhnya.” Jelas Nindi.

“Maksudmu, gimana?” Tanya Nia agak sedikit terkejut mendengar penjelasan Nindi.

“Sederhananya, masing-masing pasangan boleh saling meraba, berciuman atau sesuatu yang membangkitkan gairah seks kita.” Nindi memperjelas ucapannya yang tadi.

“Sampai bercinta?” Tanya Nia lagi dengan jantung berdebar.

“Tidak ... Tidak sampai ngentot ... Aku dan yang lain menyadari kalau kalian belum siap pada tahap seperti itu. Kami ingin memberikan contoh secara perlahan-lahan sesuai dengan keinginan kalian.” Ujar Nindi sambil memperbaiki posisi duduknya.

“Memang kami belum siap sampai ke tahap itu. Aku sangat menghargai keinginan kalian semua, tapi apakah keberadaan aku dan Nia mengganggu kalian semua?” Tanya Martin sedikit kurang enak hati.

“Sama sekali tidak, Tin ... Apa yang sebenarnya kami coba lakukan adalah membuat kalian berdua siap secara mental. Sekarang kamu dan Nia sudah bisa keluar dari pemikiran yang konvensional tentang seks. Besok, kita akan melihat apakah kalian bisa menikmati kesenangan dan kenyamanan dengan pasangan tidak resmi kalian.” Jelas Nindi dengan senyum manisnya.

“Aku dan Martin sepertinya sudah siap, Ndi ... Aku dan Martin sedikit banyaknya sudah bisa menikmati gaya hidup bebas kalian.” Ujar Nia dengan mengedipkan mata pada Nindi.

“Hi hi hi ... Aku sangat suka kalian mau menerima tantangan kecil ini.” Kata Nindi sambil tertawa kecil.

Beberapa saat ketiga orang tersebut ngobrol dengan serunya. Martin dan Nia begitu bahagia seolah mendapatkan kehidupan baru yang lebih bewarna. Rona kebahagiaan pasangan suami istri itu merupakan hal terindah dalam jalan hidup mereka. Jalan hidup yang baru mereka temukan. Apa yang Martin dan Nia rasakan saat itu membuat mereka semakin nyaman dengan gaya hidup bebas. Perasaan bahagia keduanya seakan terus menerus terpancar dalam kehidupan baru mereka.

Malam semakin larut, akhirnya Nindi kembali ke rumahnya. Kini, Martin dan Nia sudah berbaring di tempat tidur mereka. Martin dan Nia mulai membicarakan rencana Nindi untuk pertemuan hari sabtu besok.

“Apakah kamu tidak akan merasa cemburu ketika melihat istri tercintanya digerayangi oleh orang lain?” Tanya Nia sembari menatap wajah Martin. Saat itu mereka berbaring saling berhadapan muka.

“Aku pikir ini merupakan ujian bagi kita untuk melihat bagaimana perasaan kita saat melihat kita bermesraan dengan orang lain dalam situasi semi-romantis.” Kata Martin.

“Ya, aku juga berpikir demikian. Sepertinya Nindi dan kawan-kawan ingin menguji perasaan kita dulu, apakah kita bisa menerima satu sama lain saat kita bermesraan dengan orang lain. Sayang, setelah seminggu lebih aku menjalani gaya hidup bebas ini, sepertinya aku menyukainya. Tapi percayalah, aku sangat mencintaimu. Apabila kamu keberatan dengan ini semua, kita bisa menghentikannya sekarang juga.” Nia berkata seperti itu sebenarnya ingin menguji isi hati Martin.

“Aku merasakan hal yang sama, sayang. Aku pikir tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan di antara kita. Kita jalani saja gaya hidup ini dengan keterbukaan. Yang terpenting bagiku adalah kita akan terus saling menyayangi.” Jawab Martin.

Nia membenamkan kepalanya di dada Martin. Martin pun memeluk erat tubuh istrinya. Tanpa diketahui Nia, ternyata dalam hati kecil Martin tumbuh keraguan. Pilihan gaya hidup bebas ini sebenarnya penuh resiko. Akankah cinta dan kasih sayang mereka tetap tumbuh subur seperti tanaman liar tak bertuan, atau akan hilang disapu ombak, menenggelamkan semua cerita cinta mereka. Tapi untuk saat ini yang Martin rasakan adalah cintanya semakin dalam dan benar-benar tak tertahankan.​

******​

Sabtu malam, cuaca begitu cerah dengan kondisi udara yang bersih. Suasana rumah Devi begitu meriah oleh beberapa pasangan suami istri. Mereka duduk mengelilingi meja makan yang berbentuk lingkaran. Semua laki-laki sudah bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek berbahan satin, sementara tubuh semua wanita hanya mengenakan bra dan rok pendek di atas lutut. Memang keadaan sudah diatur sedemikian rupa sehingga menciptakan atmosfer yang mampu membangkitkan birahi.

“Kita ketahui bersama, malam ini no sex. Tapi buatlah malam ini menjadi malam yang menggairahkan. Sekarang kita undi untuk pasangan masing-masing.” Nindi mulai membuka acara utama.

Akhirnya semua yang ada mengambil satu gulungan kertas kecil yang berisi nama setiap pasangan. Nia ternyata bersama Ricky sementara Martin mendapat pasangan Anggi. Setiap pasangan kini sudah memposisikan diri bersebelahan. Nindi membuka champagne yang sengaja dia beli dari sebuah coffee shop. Satu buah champagne langsung habis dalam tempo kurang dari satu jam. Sembari diselingi sebuah musik lembut akhirnya mereka semua terlena akan keromantisan malam itu.

Acara dilanjutkan dengan berdansa dengan pasangan hasil undian. Semuanya mulai berdansa dengan pasangan dansanya masing-masing. Martin bersama Anggi tampak begitu mesra. Tangan Anggi sudah melingkar di leher Martin. Martin memang cukup tinggi bagi Anggi buktinya wanita itu harus mendongak untuk dapat menatap wajah Martin, dan di waktu yang sama Martin melingkarkan kedua tangannya di pinggul milik Anggi.

Di sisi lain, Nia dan Ricky berdansa dengan lembut, lengan Nia melingkar sempurna di leher Ricky. Tangan Ricky memegang pinggul Nia dengan erat. Mereka bergerak mengikuti irama, mata mereka terus menerus menatap satu sama lain sambil melakukan perbincangan kecil yang hanya mereka saja yang tahu. Ricky pun tersenyum saat bisikannya disetujui Nia. Kemudian Ricky menarik Nia menjauh dari ruang tengah rumah dan sampailah mereka di sebuah taman di bagian belakang rumah. Nia dan Ricky duduk di sebuah gazebo kayu yang nyaman dan indah. Saat itu, Nia duduk di pangkuan Ricky.

Nia duduk dengan kaku pada awalnya, sampai Nia bertatapan dengan Martin yang baru saja keluar dari dalam rumah. Martin tersenyum, mengangguk ke arah Nia, lalu mengedipkan mata padanya. Nia mendapat persetujuan dari Martin bahwa duduk di pangkuan Ricky bukan masalah bagi Martin. Akhirnya Nia bisa lebih rileks berada di pangkuan Ricky dan membiarkan tangan laki-laki itu memeluknya.

“Aku senang kamu bisa bergabung dengan kami. Aku pikir kamu harus mulai meninggalkan kesan konservatifmu, Nia ...” Ucap Ricky yang sangat mengagumi keindahan Nia yang hampir sempurna. Tangan-tangannya yang nakal mulai menjelajahi perut Nia. Masih seperti perut seorang gadis remaja, walaupun kenyataannya Nia sudah melahirkan satu orang anak.

“Maksudnya?” Nia mulai gusar. Rabaan tangan laki-laki itu membuat Nia merinding oleh letupan gairah.

“Ah, tidak ... Lupakanlah.” Ucap Ricky dan bibirnya mulai mencium leher Nia. Tentu Nia semakin menggelinjang keenakan.

“Jadi? Ayo katakan saja! Kenapa aku ini wanita konservatif?” Lanjut Nia dengan nafas agak tertahan akibat hasratnya yang kian memuncak.

“Sudahlah. Lupakan saja.” Ucap Ricky yang kini tangannya sudah hinggap di payudara Nia. Ricky meremasnya pelan hingga membuat Nia spontan merintih dan menggeliat.

“Aaahhh ... Tidak mau ... Kau yang memulai percakapan ini, jadi aku ingin mendengar lanjutannya.” Ucap Nia setengah mendesah.

“Maksudku, kamu harus bebas menikmati seks. Kamu bisa melakukannya dengan siapa saja dan kapan saja yang kamu mau. Tekankanlah bahwa seks bukanlah hal yang menjijikan atau kotor, melainkan suatu hal yang biologis. Jadi, nikmati seks kapan pun dan di mana pun kamu menginginkannya.” Jelas Ricky.

“Hi hi hi ... Aku masih dalam proses belajar, Ky ...” Kata Nia sambil menatap wajah Ricky.

Tiba-tiba Nia merasa pegal, wanita itu agak sedikit menggeser pantatnya untuk membuat dirinya nyaman. Tapi kemudian Nia menjadi sadar bahwa dia sedang menstimulasi junior Ricky yang sedang didudukinya. Nia merasakan benjolan keras dan kenyal di pantatnya. Nia pun tersenyum dan berusaha untuk tetap tenang dan tenang.

"Apakah punyamu merasa sakit karena berat tubuhku?” Nia bertanya dengan hampir berbisik. Ricky tersenyum beberapa saat dan kemudian berkata.

"Sebenarnya, iya ... Tapi, itu membuat dia semakin tegang. Semakin berat semakin enak.” Canda Ricky yang kini jari tangannya sudah menemukan puting susu Nia. Ricky memelintir puting-puting itu yang kian mengeras. Nia kini sengaja menggeliatkan pantatnya hingga penis Ricky yang super tegang itu terasa seperti digiling benda empuk.

"Bagaimana kalau seperti ini." Bisik Nia sangat genit.

“Ya, itu lebih enak lagi.” Kini giliran Ricky yang berkata sambil mendesah.

Nia sudah benar-benar terbakar gairah sekarang. Badannya terasa gerah, libidonya seolah ingin membuncah keluar. Tiba-tiba saja Nia menyambar bibir Ricky, membawanya keduanya dalam ciuman liar dan brutal. Lidahnya mendorong masuk menjelajah lebih dalam. Tubuh Nia terasa panas, darahnya berdesir dan jantungnya berdegup lebih cepat karena pengaruh Ricky.

“Mmmhhh….” Suara Ricky tatkala tangan Nia mengelus lembut dadanya hingga beralih melingkar di lehernya.

“Ricky Aaahhh…. ” Nia tak mampu menahan desahannya merasakan putingnya dipelintir lembut. Seakan tersengat listrik membuat bagian kewanitaan wanita itu terasa sangat gatal.

Ricky kini menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Nia. Kali ini bukan hanya kecupan singkat yang diberikan Ricky. Gigitan kecil dan sedotan di kulitnya yang Nia yakini membentuk tanda kemerahan di kulitnya. Nia memekik saat Ricky mengangkat tubuhnya. Nia bisa merasakan bukti ketegangan Ricky menekan pantatnya.

“Kau sudah sangat keras, Ky …” Goda Nia.

“Itu karena ulahmu. Dan seharusnya kamu yang bertanggung bertanggung jawab.” Balas Ricky sambil tersenyum.

Nia pun menoleh ke arah Martin dan Anggi yang posisinya sekitar sepuluh meter dari tempatnya. Saat itu terlihat Anggi menggeliat liar di pangkuan Martin. Nia yakin kalau Anggi sedang menggoda penis Martin dengan pantatnya. Anggi mencium Martin dengan sangat ganas. Nia bahkan melihat lidah mereka menari bersama dalam ciuman itu. Tiba-tiba, Anggi menurunkan branya lalu menyodorkan payudaranya yang besar itu ke mulut Martin. Martin pun segera mencium bola dunia tersebut dan kemudian menghisap putingnya selama beberapa detik.

“Mereka memang pasangan yang panas.” Tiba-tiba perhatian Nia teralihkan oleh ucapan Ricky. “Tapi lebih panas Nindi dengan Hendrik di sana.” Lanjut Ricky yang membuat kepala Nia menoleh ke arah pasangan yang ditunjuk Ricky.

“Ah, apakah mereka sedang ...???” Nia terkejut saat melihat goyangan maut Nindi di atas selangkangan Hendrik.

“Ya, mereka sedang making love.” Ricky berkata sambil tangannya mulai merabai pangkal paha Nia. Tangan Ricky merasakan kelembaban di celana dalam Nia.

“Bukankah tidak ada seks malam ini?” Tanya Nia dengan sedikit bergetar. Tangan Ricky yang mulai mempermainkan vaginanya membuat Nia semakin meradang keenakan menikmati semua ini.

“Kebiasaan Nindi ... Dia yang buat peraturan tapi dia sendiri yang melanggar.” Jawab Ricky dan tangannya sekarang sudah berada di balik celana dalam Nia. Jari tangan Ricky langsung bersentuhan dengan kulit vagina Nia yang lembut.

“Ky ... Jangan ... Aaahhh ...” Sambil mendesah Nia menghalau tangan Ricky dari vaginanya.

“Kenapa?” Tanya Ricky.

"Maafkan aku ... Aku belum siap ..." Ucap Nia pelan sambil membelai wajah Ricky.

“Oh, ya ... Gak apa-apa ... Aku memakluminya ...” Sahut Ricky bijaksana.

Ricky mengambil tengkuk Nia dan menariknya ke bawah sehingga bibir mereka bersatu kembali. Mereka langsung berpagutan lagi, Nia sangat bernafsu meladeni ciuman Ricky. Ricky berhenti mencium bibir Nia, kemudian lidahnya menjalar menuju ke payudara wanita itu dan mengulum putingnya. Gairah Nia benar-benar telah mengkristal di sudut benaknya. Frekuensi birahi Nia melambung tinggi sehingga tidak bisa menahan erangannya.

“STOP ...!” Tiba-tiba suara Nindi menggema dan semuanya menghentikan aktivitas mereka masing-masing. “Sekarang kembali ke pasangan resmi masing-masing.” Perintah Nindi.

Semua bergerak termasuk Nia bangkit dari atas tubuh Ricky lalu menghampiri Martin. Nia langsung memeluk tubuh suaminya. Wanita itu merasa sangat horny terbukti tubuhnya sedikit bergetar dalam pelukan Martin. Rasanya Nia ingin sekali membawa Martin pulang dan bersetubuh dengan suaminya.

“Secara formal, acara kita selesai ... Tapi, bagi siapa saja yang ingin ngewe dengan pasangan resmi, dipersilahkan memasuki kamar yang telah disediakan.” Ucap Nindi sangat lantang.

Pasangan pertama yang masuk ke dalam rumah adalah Devi dan Ricky yang disusul oleh Anggi dan Hendrik. Kedua pasangan itu langsung masuk ke dalam kamar. Martin dan Nia menyusul masuk ke dalam rumah tetapi masih berdiri di ruang tengah. Mereka merasa bingung memilih antara pulang atau menuntaskan hasrat mereka di rumah ini.

“Bagaimana? Apakah kalian mau pulang atau menuntaskan birahi dulu?” Tanya Nindi yang berjalan berdampingan dengan Fadil menghampiri Martin dan Nia.

“Bagaimana?” Tanya Martin pada Nia.

“Terserah.” Jawab Nia dengan suara seraknya.

“Aku saranin, sebaiknya kalian ngamar dulu. Ngewe dulu sana!” Ujar Nindi setengah memerintah.

Seakan mendapat kesempatan, Martin dan Nia pun berjalan menuju kamar yang pintunya terbuka lebar. Setelah menutup pintu, dengan satu hentakan, Nia sudah ada dalam gendongan Martin. Martin membawa Nia ke atas ranjang. Nia tidur terlentang dan membiarkan celana dalamnya ditarik kasar oleh Martin. Martin yang sudah sangat terbakar birahi segera melepas celana pendek dan boxer-nya.

Martin langsung menindih tubuh Nia dan istrinya itu otomatis merenggangkan kakinya yang jenjang. Nia mengaitkan kakinya diantara pinggang Martin dan menjepitnya lembut. Beberapa saat kemudian, Nia merasakan ujung kemaluan Martin mulai menyentuh ujung vaginanya. Wanita cantik itu menarik nafas panjang. Martin mungkin bukan orang paling romantis di dunia, tetapi penisnya yang lumayan besar selalu mampu mengagetkan dan memuaskan Nia.

Nia menahan nafas sementara Martin melesakkan penisnya ke dalam vagina istrinya dengan sangat perlahan. Setelah seluruh batang kemaluan Martin masuk ke dalam mulut rahimnya, Nia melepas nafas. Martin mulai menyetubuhi Nia dengan gerakan pelan dan lembut. Gerakan Martin yang ajeg dibarengi dengan erangan dan lenguhan kenikmatan. Nia merintih pelan dan manja, untuk memberikan kesan kalau dia sangat menikmati permainan cinta yang diberikan suaminya.

Vagina Nia terasa sesak menerima kehadiran penis suaminya. Namun Nia semakin lama terasa semakin nikmat mendapat hujaman demi hujaman dari Martin. Tak sadar Nia mendesah-desah setiap penis itu masuk ke dalam tubuhnya. Dengan kecepatan yang tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat, Martin terus mengaduk-ngaduk vagina Nia. Persetubuhan yang dilakukannya begitu lembut membuat diri Nia semakin dekat dengan orgasmenya.

“Wow ... Seksi banget ...!” Tiba-tiba suara Nindi bergema di dinding kamar sesaat setelah pintu kamar terbuka. Tentu saja Martin dan Nia sangat terkejut, bahkan Martin hendak mengangkat tubuhnya. “Hei Martin ... Terusin ...!” Pekik Nindi sambil berlari kecil lalu menaiki ranjang. Tangan Nindi kini menahan pantat Martin agar tetap di tempatnya.

“Kamu ini apa-apaan?” Protes Martin keras.

“Terus entotin istrimu ... Lakukan saja ...” Lagi-lagi Nindi memerintah.

Baik Martin maupun Nia tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena gelombang birahi mereka sangat menguasai, tidak mungkin dihentikan. Adrenalin dan nafsu Martin dan Nia memburu. Tiba-tiba saja keduanya merasakan gairah yang meledak-ledak saat Nindi dan Fadil memperhatikan persetubuhan mereka. Martin semakin menggila memompakan penisnya keluar masuk tubuh Nia dengan penuh perasaan dan Nia menerimanya tanpa syarat. Martin berusaha membawa perempuan ini ke puncak kenikmatannya, dengan kecepatan tinggi bergerak naik, naik dan naik menuju ke puncak kenikmatan persetubuhan. Akhirnya Nia berhasil menggapainya, badan wanita itu kejang dengan begitu dasyat mempererat pelukannya seakan ingin menyatukan tubuhnya dengan Martin. Nia pun rupanya merasakan Martin hampir mencapai klimaks, kemudian ia berkata dengan tatapan mendamba, “Ayolah isilah diriku!” dan dengan beberapa dorongan keras akhirnya pertahanan Martin runtuh juga.

“Aaaakkhhh ...” Erang Martin bersamaan dengan sperma yang keluar dari tempatnya. Perhatian Martin hanya tertuju pada kenikmatan yang sekarang sedang menjalar ke seluruh tubuhnya.

“Wow ... Wow ... Wow ... Luar biasa ...” Nindi mendesis sambil mengusap-usap punggung Martin yang penuh keringat. “Kalian sekarang menjadi pasangat terpanas.” Lanjut Nindi.

“Bisakah kalian keluar dulu?” Tanya Martin yang masih dengan nada protesnya.

“Kenapa? Gak ada yang perlu dimalukan lagi. Aku dan Fadil sudah melihat semuanya kok, hi hi hi ...” Nindi berkata yang diakhiri dengan tawanya.

“Gak apa-apa, sayang ... Memang kita gak perlu malu lagi ... Saatnya nanti kita akan begini juga bahkan di depan yang lainnya.” Nia berusaha menghibur Martin.

“Emang kamu ini selalu saja membuat aku jantungan!” Ujar Martin sambil bergerak turun dari tubuh Nia.

Penis Martin yang semi tegang berlumuran lendir cinta itu langsung ditangkap Nindi tanpa aba-aba sebelumnya. Nindi sedikit menarik penis Martin sampai Martin meringis dan mengikuti tarikan tangan Nindi.

“Apa lagi sih, Nindi!” Martin kini benar-benar sewot.

“Kalian duduklah di sampingku. Nia, sini!” Nindi memerintahkan Nia untuk bangkit dan Nia pun menuruti perintah Nindi.

“Mulai saat ini, kalian adalah bagian dari kita. Gak ada yang boleh cemburu apalagi marah apabila kalian ngewe dengan pasangan yang lain. Kalian juga harus saling terbuka karena itu adalah inti dari gaya hidup bebas kita. Nikmatilah seks sepuas-puasnya jangan dibatasi oleh apapun.” Jelas Nindi sembari menatap kedua sahabatnya yang duduk di kiri dan kanannya secara bergantian.

“Bagaimana?” Tanya Martin kepada Nia. Nia hanya tersenyum dan mengangguk tanda setuju. “Baiklah, aku nyatakan kalau kami telah menjadi bagian dari kalian. Dan kami akan mematuhi apa yang kamu katakan tadi.” Lanjut Martin.

“Oke, aku harap kalian tidak mengecewakan kami. Dan percayalah, pengalaman yang lebih menyenangkan terbuka lebar di depan kalian.” Nindi memeluk tubuh telanjang Martin sementara Fadil mengulurkan tangannya pada Nia. Nia pun menyambut tangan Fadil lalu berdiri. Fadil memeluk erat tubuh setengah telanjang Nia sebagai tanda penyambutan.

Tak lama, dua pasangan suami istri yang lain memasuki kamar. Mereka semua bercanda dan tertawa menyambut kehadiran pasangan suami istri baru di kelompok mereka. Pada malam itu juga Martin dan Nia disumpah untuk menjalani kehidupan tanpa batas. Keduanya disumpah untuk menjunjung kebebasan seks tanpa belenggu sosial apapun.​

-----ooo-----

Bersambung.

Thanks for reading, sorry for typo.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd