Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tamu Yang Tak Diundang

Apakah imajinasi terliar yang pengen kalian baca di karya Tolrat?

  • Adik Cowo vs Kakak Cewe

    Votes: 198 15,0%
  • Adik Cewe vs Kakak Cowo

    Votes: 59 4,5%
  • Anak Cowo vs Ibu

    Votes: 338 25,6%
  • Anak Cewe vs Ayah

    Votes: 195 14,8%
  • Suami Istri vs Anak Cewe

    Votes: 90 6,8%
  • Suami Istri vs Anak Cowo

    Votes: 55 4,2%
  • Suami diselingkuhi Istri

    Votes: 288 21,8%
  • Suami vs rekan kerja/teman/relasi

    Votes: 98 7,4%

  • Total voters
    1.321
  • This poll will close: .
Yuk....
Lanjutkan suhu...
😉✌️👍
yuk kemaneee?

Menunggu dan stay.......
Bosku........... sambil ngopi .
setoran mana setoran...

Obeservasie
yoohhh

Jilat boolnya febby suhu....

Ga.papa g dientot
harumnya gimanaaaa gitu rasanya. hehehe

cus huuuuuu
cus apaan?

Ada barang namanya pelumas gan. Biar ngga pedes pantatnya. Wkwkwkwkwk
sebenernya, pake lendir meki juga bisa. selama udah banjir.

Amankan dulu
yohaaaa

Gila ceritanya, semakin hotz bgt
jos kaaannn?

Tak sabar nunggu febby dijebol memeknya.
sabar. masih ada beberapa chapter lagi

Keren euy.... Lanjut suhu...
siappp

kudu dipantengin iniii
kudu dong

Siapin kopi, cek kuota, cek rokok, trus mojok sambil jaga lilin siapa tau up date malam inj
hehehe. tanggal 6 updatenya

monggo dipun lanjoet lurrr
nggiihhhh..

Cerita yg sangat bagus sekali hu...., makin bikin penasaran baca nya....
yeeeeiiiyy.. makasih sobbb

mantap suhuuu
jos

cusssssssss
cus lagi

Kapan update suhuuuu....
:( :(:(
:polisi::polisi::polisi:
hehehe. sabar

Lanjut lagi oom
okee

Belum coblosan ya.... Hemmm...
udah deh bulan kmren.
pilpres

Monggo dilanjoetken
monggoo

Masih monitoring lagi disini...
yooohh

Monitoring & Obeservasie
okeee

Nyimak Absen
soklah

Ikutan monitoring..
ikut-ikutan bae

macett keknya ini
diweb premium malah udah tamat. hohohoho..

Msih d tunggu huu
sipp

monggo dilanjoet
siaapp

hu,part 26 terakhir kah?
ADUUUUHhh
udah ada yg ngerti nih..

Minitoring maning .
yoohh

Monggo dilanjoetken
siaap

Mantep huuuuuuu
berbobot yak?

Lanjut lagi oom
kemaneee njuut?

Monitoring & Obeservasie
oke oke gas

Masih monitoring maning ndek sini...
ndek sini wae

Nyimak Absen
nyimaaakk

Masih monitoring maning ndek sinih...
josss

Kalo gamau merenggut keperawanannya feby, lewat lubang belakang aja hu
hohoho. bisa diatur itumah.

Lanjut lagi oom @tolrat
okee

ditunggu upny
sabar yaaaakkk
 
TAMU YANG TAK DIUNDANG
Part 16 - Hampir Saja

TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…
TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…

Dering weker pagi berteriak lantang di telingaku. membangunkan tidurku dan membuat mata ngantukku seketika melek. karena pagi mentari sudah menyapa pagi

TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…
Tiba-tiba, aku melihat tangan ramping, menjulang bebas diatas wajahku. Disusul kemudian dengan sepasang payudara besar yang bergoyang dan melayang tepat didepan hidungku.

“Uuuhh. Jauh sekali sih jam weekermu, Yah…” Ucap Febby berusaha menggapai tombol snooze pada jam kotak yang ada disamping bantal tidurku. “Susah matiinnya…”

TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…
BLUGH
“Uhhhhhh. “Febby kehilangan keseimbangan ketika merentangkan tangan diatasku. Membuat kedua bongkahan payudaranya, langsung menimpa wajahku.

“Heeegghh” Erangku, begitu mendapat serangan fajar dari dua asset besar Febby yang menghambat saluran nafasku. “Huuuhhhh, Sayang. Ayah gabisa nafas”
“Ehhh. Maap-maap. “ Ucap Febby buru-buru mengangkat tubuhnya dari wajahku.
“Kamu mau bikin Ayah mati Sayang?” Ucapku yang langsung mengambil nafas panjang, begitu wajahku terbebas dari bekapan lembut payudara putriku.
“Ya janganlah mati dulu lah Yah. Khan aku belom dapet ijin tinggal disini. Hehehehe” Geli Febby melihat wajah jutekku. Mencubit pipiku, dan memencet cuping hidungku. “Kalo udah dapet ijin tinggal disini, baru deh, Ayah boleh beneran mati”
“Enak aja.”

“Hahahaha” Tawa Febby lantang, “Oh iya Yah, omong-omong soal mati”
“Yaaa?”

SREEETTT
Febby kemudian menarik selimut tidurku kencang-kencang, dan berucap “ Selamat pagi kontol Ayah yang ga pernah mati. Selalu hidup. Dan ngaceng… “ Sapa Febby tanpa basa-basi, langsung meraih batang penisku yang sudah tegang. Mengusap kepala penisku yang begitu keras karena desakan kandung kemihku.

“Eeh. Eeehh. Sebentar Sayang” Ucapku pelan menepis tangan isengnya, “Ayah mau pipis.” Sambungku langsung bangkit dan beranjak dari tempat tidur.
“Ayah, mau pipis biasa? Atau pipis enak?”
“Cewek Stresss…”

Sekuat tenaga, aku coba mengusir pikiran mesum dari kepalaku. Karena jujur, susah sekali bagi seolah lelaki, untuk bisa membuang cairan sisa-sisa metabolisme melalui penisnya, jika masih dalam kondisi super tegang.

SSSSSRRRRRRRRRRRRRRR
“Ohhh. Legaaa”

Sembari kencing, aku memikirkan kejadian mesum yang terjadi semalam.
Kejadian dimana putri kandungku, secara sadar, telah memberiku pelampiasan seks melalui jemari dan tangannya. Yang membuatku dalam waktu singkat, mengosongkan persediaan spermaku, dan orgasme didepan kedua matanya.

“Kampreeet. Semalam, aku benar-benar dipuaskan oleh tangan Febby” Batinku yang tak percaya telah mendapatkan kenikmatan semacam itu.
“Tumben, pagi ini Ayah pipis beneran” Celetuk Febby yang entah sejak kapan, sudah berdiri di depan pintu kamar mandiku. Menatap tanpa malu kearahku yang sedang memegangi batang penisku guna mengarahkan tembakan kencing ke lubang toilet. “Kirain mau pipis enak lagi. Hihihi”

“Suweeeeee.” Teriakku kaget, yang secara spontan, langsung menutup kemaluanku.
“Hihihihi. Gausah malu kaya gitu lagi kali Yah. Toh semalem, aku udah liat jelas kontol Ayah. Sejelas-jelasnya.” Kekeh Febby geli melihat ke-kagetanku. “Bahkan, aku ga cuman ngelihat. Tapi, udah ngerasain juga kekerasan batang kebangganmu itu dengan tanganku. Hihihihi”

“Nngggg.”
”Ayolah, Yah. Akuin aja, kalo semalam tuh kita melakukan hal yang menyenangkan. Ya khan? " Ucap Febby yang kemudian ikutan masuk kekamar mandi dan memelukku dari belakang. "Setidaknya aku udah membuktikan ke Ayah. Kalau semua bakalan sama aja, Yah. Ayah masih bisa ngelakuin semua kemesuman Ayah. Terlebih lagi, semisal Ayah mau, dan mengijinkan. Aku bisa bantuin Ayah juga kok, buat melampiaskan nafsu mesum Ayah.”
"Dan itu, adalah caramu buat membalas budi?"

Febby tidak menjawab, hanya mengangkat bahu. “Terserah Ayah, sih”
"Kita seharusnya tak melakukan hal seperti semalam itu Sayang," kataku. Sok Bijak.
“MUNAFIK. Lu Munak, Bim.” Jerit batinku mencemooh.

Sejenak, aku berpura-pura santai. Mencoba terus meredakan nafsu birahiku yang mulai kembali mengusik.

Merasa tak berhasil mengusir pikiran mesum yang terus membajir di otakku, aku memutuskan untuk melepaskan diri dari pelukan hangat putriku. Mendorongnya mundur, lalu aku duduk di toilet. Lumayan, bisa membantu menyembunyikan ketegangan batang penisku. Menyelipkan batang tak tahu diri itu diantara kedua pahaku.

"Hhhhhhh.” Aku tarik nafas panjang, “Maafin Ayah, Sayang. Kalo semalam, Ayah menikmati bantuanmu. Ayah khilaf”
“Tapi, enak ga, Yah?”
“Jujur, rasanya enak. Dan Ayah belom pernah ngerasain yang seperti itu.”
“Ayah, suka?”

Tak kujawab pertanyaan Febby. Aku hanya menatap wajahnya, sedikit mengabaikan suguhan payudara telanjang dan kepolosan vaginanya yang terpampang jelas dihadapanku.

“Maaf, Ayah pikir kamu hanya menggertak. Ayah pikir kamu tak akan melakukan hal itu. Awalnya, Ayah pengen nakut-nakutin aja, tapi ternyata, kamu lebih berani. Bener-bener bisa melakukan hal itu. Hingga pada akhirnya, Ayah meledak ditanganmu”
“Ihssssss. Gapapa kaleee Yah" Ucap Febby santai, “Itu menyenangkan kok. Jadi aku sama sekali tak mempermasalahkannya. Aku juga tidak keberatan, Yah. Dan semisal sekarang Ayah mau lagi, aku bisa ngebantunya" Sambung Febby yang kemudian maju, dan berjongkok didepanku. Tangannya menjulur maju, dan meraih batang penisku yang sudah kembali menegang dibawah sana.

“Duh, Gusti” Erangku tak percaya jika Febby benar-benar ingin menggodaku lagi, “Udah ah Sayang. Jangan.” Sambungku. Menepis tangan nakal Febby yang mulai bergerak naik turun di penisku.
”Ehh? Kenapa Yah?” Heran Febby melihat penolakanku. Tangannya berkelit dari tepisanku dan kembali menangkap penisku. “Ayah gamau?” Tanyanya lagi sambil meremas penisku dan kembali mengurutnya naik turun.

“ANJIM nih anak. Keras sekali wataknya” Pikirku yang seketika itu, ada rasa yang begitu nikmat pada penisku ketika mendapat kocokan lembut tangannya.

“Uuuhhhh.. Ssssshh…Sayang” Erangku lagi.
“Enah Yah?”
ARRGGHHH. Aku tak bisa seperti ini terus. Dasar lelaki LEMAH”.
“STOP. Sayang. Stop!” Larangku, kembali menjauhkan tangannya dari batang penisku.
"Ehhh?” Kaget Febby, sedikit memaklumi penolakanku. “Ayah marah?”
“Engga.”
“Lalu?”

“Aku hanya kesal dengan diriku sendiri” Aku mengambil spray toilet disampingku. Menyemprot keras-keras batang penisku yang tak tahu diri. Mencoba mengenyahkan rasa nafsu pada putriku dengan dinginnya air dipagi hari.

Bersamanya, aku benar-benar seperti lepas kendali. Terlebih ketika aku melihat celah vaginanya yang mulai berkilauan karena cairan kemaluannya yang mulai merembes basah,.

AHH. Bangsat sekali putriku ini.
Ia benar-benar tahu, kelemahan terbesarku.

Aku tak tahu lagi harus berbuat apa. Karena semua kemesuman ini, yang walaupun salah, terasa begitu natural. Febby, walaupun masih berstatus sebagai putriku. Namun, ia juga bisa memposisikan sebagai teman wanitaku. Dengan segala godaan ucapan, serta pemandangan tubuh telanjangnya yang begitu menggoda, membuatku benar-benar terlena. DAMN

Aku harus segera memulangkannya dari sini. Sebelum aku benar-benar menidurinya.

Setelah ketegangan batang penisku mulai mereda, aku buru-buru bangkit dari toilet. Berdiri dan melangkah keluar.

“Udah selesai Yah?” Tanya Febby sedikit ragu, “Ayah bener? Nggak mau aku bantuin pipis enak?”
“Iya.” Jawabku singkat.
“Jangan marah ya, Yah. Toh, itu hanya coli, Yah. Onani buat kesenangan diri sendiri.” Jelas Febby berkomentar ”Dan menurutku, semua orang didunia ini, pasti ngelakuinnya"
”Iya. Betul. Tapi ga semua orang, ketika onani, dibantuin putri kandungnya”

“Yaa. Mungkin, itulah kelebihan keluarga kita” Ungkap Febby singkat.

Sial. Ada aja jawabannya untuk segala kalimatku.

Aku melangkah keluar dari kamar mandi. Namun karena ruang ini begitu sempit, aku harus memiringkan tubuh ketika melewati putriku. Begitu pun dengan Febby, yang juga harus memiringkan tubuhnya kesamping, dan sedikit menekuk tubuhnya maju ketika berpapasan denganku.

SREEET.
Sepersekian detik, penisku yang belum sepenuhnya lemas, menggesek pantat Febby. Merasakan kehalusan kulit dan kelembutan bongkahan bulat tubuhnya. Dan ketika Febby menyadari jika penisku menyenggol dirinya, ia makin memundurkan pantatnya. Seolah menyodorkan asset bawahnya, untuk bisa aku jamah lebih jauh.

KAMPREEEEET.
Birahiku seketika berdesir hebat. Shaywatku meledak.

Entah kenapa, mendapat godaan seperti itu, aku tak bisa melangkah lagi. Aku hanya bisa berdiri mematung menghadap punggung putriku.

“Aku mandi dulu ya, Yah” Ucap putriku yang kemudian memutar keran shower, menyeting kepanasan suhunya sejenak, lalu memajukan kepalanya. Membiarkan tubuh atasnya tersiram air hangat.

Namun, walau ia sudah mulai mandi, entah kenapa, pantatnya tak ia basahi. Febby seolah sengaja membiarkan tubuh bawahnya, tetap menempel di penisku. Bahkan, karena gerakan tubuh atasnya, ia seolah sengaja menggoyang-goyangkan pantatnya, mengggoda penisku.

ANJINNNGGGG. Ingin sekali aku bisa menidurinya. Menggiringnya ke wastafel, bertumpu disana lalu mendorong pundaknya maju. Dan dengan satu gerakan sederhana, aku dorong pundaknya maju. Kubuka kedua kakinya lebar-lebar, lalu kuarahkan batang penisku ke lubang senggamanya.

Dan tanpa basa-basi, aku lesakkan batang penisku ini kuat-kuat ke depan. Masuk kedalam liang senggamanya yang sudah begitu basah.
Melihatku yang hanya bisa terdiam. Febby tersenyum kearahku. Ia seolah dia bisa membaca semua pikiran mesumku. Kemudian, ia mengambil sampo. Menuangkan sedikit cairan itu ketangan, lalu mulai menggosokkannya ke kulit kepalanya.

Goyang-goyang-goyang. Tubuh telanjang putriku, tak bisa diam. Bergoyang seiring gerakan keramasnya. Walhasil, pantatnya yang menempel ke penisku pun ikut bergoyang. Menggesek-gesek batang kemaluanku yang sekarang sudah menegang sempurna.

AAARRRRRGGGGHHHH
Emosiku, tiba-tiba meledak. Aku tiba-tiba marah ke putriku. Aku tak tahan lagi dengan segala kenakalan dan godaannya padaku. Harusnya, Febby tak memperlakukan aku seperti ini. Walau bagaimanapun, aku adalah Ayahnya. Bukan teman SMA atau lelaki gebetannya.

Akal sehatku buntu. Aku harus membalas semua godaannya ini.
Tanpa basa-basi lagi, aku dekap tubuh basah Febby, dan mendorongnya maju hingga ia menabrak ke dinding.

BRUUKK

Febby tersentak. Ia kaget karena mendapat perlakuan kasar seperti itu. Terlebih ketika ia merasakan batang penisku mulai menyelinap di antara pipi pantatnya.

“Ehhhhh.. Ayah? Ayah mau apa?!”
Aku tak menjawab. Kuremas pinggul rampingnya dengan kedua tanganku. Kutarik mundur hingga menabrak perutku.

“Ayah? Ayah mau apa?!!”
Lagi-lagi aku tak menjawab. Aku hanya diam sambil menyodokkan batang penisku maju. Menyelinap dan terbenam lebih jauh di sela-sela pantatnya.

Oh. Aku bisa merasakan lembutnya bibir vagina Febby dari kulit penisku.
Kutarik perlahan perutku dari pantatnya. Sengaja membuat penisku menggesek bibir vagina putriku. Dan setelah cukup jauh, lagi-lagi aku hentakkan batangku maju. Hingga membuatnya kembali menabrak tembok.

BRRUUUKK
"Ayah? Ayah mau apa?!!!” Tanya Febby terus, dengan nada sedikit panik. Kutahan punggungnya lekat-lekat ketembok. Sengaja membuat kedua payudaranya tertekan, di dinginnya ubin kamar mandi.
Kutarik lagi pinggulku. Lalu kuhentakkan lagi maju.

BRRUUUKK
“Ayaaaahhh” Erang Febby mulai ketakutan, “Ayah ngapain? Ayah mau apa?!!!!”.

Kuhentikan gerakan tumbukanku sejenak, lalu kuraih kedua bulatan payudara putriku dari belakang. Kuremas pelan sambil mendekatkan mulutku ke telinga Febby.

"Ayah mau… NGENTOTIN putri nakalku…” Bisikku lirih di telinganya, “Ayah mau… Merawanin memek Febby Aristianaku…”

BRUK.
Hentakku lagi maju. Membenturkan tubuh basah Febby, kedinding yang ada didepannya.

Semburan air hangat, menyiram tubuh kami berdua.
“Ini khan yang kamu inginkan? Sayang?” Desahku, berbisik ditelinga putriku “Dientotin”

Tak menjawab, Febby hanya diam.
“Ngadep wastafel, Sayang. Trus, bungkukin badanmu” Pintaku yang kemudian menarik pantatnya mundur, melebarkan kedua kakinya dan menempatkan kepalaku ke liang senggama putriku.

PUK PUK PUK
Aku menampar vaginanya dengan penisku. Membuat pipi pantatnya seketika itu memerah lucu.

Kuraih celah kemaluan Febby, kuusap dengan jemariku.
“Uuhhh. Ayah” Desah Febby karena merasakan colekan di liang senggamanya.
”Kamu udah sange ya Sayang?” Tanyaku sambil menyodorkan jariku yang sudah begitu mengkilap basah karena cairan kenikmatannya “Lihat nih, Memekmu udah licin banget seperti ini. Berarti, kamu udah siap ya Ayah ENTOTIN?”

“Sshhh. Ayah.” Erangnya lagi sambil merintih-rintih dan menyodorkan pantatnya kepadaku

Melihat kepasrahannya, aku pun mulai menggoda putriku lebih jauh.

SEEEEEK SEEEEEK SEEEEEK
Kugerakkan batang penisku lagi. Maju-mundur, maju-mundur, maju-mundur. Membuatnya sedikit merasakan gerakan kepala penisku, yang seolah-olah menggergaji celah kemaluannya. Menyeret kepala jamurku di sepanjang liang vaginanya. Menggelitik klitoris dan bibir vaginanya yang sempit.

“Uhhhh. Ayah. Sssshhh” Erang Febby sambil menggigit bibir bawahnya.

ANJING. Seksi sekali putriku. Mendesah-desah tanpa henti. Ia sama sekali tak menolak, atau melarang kecabulan penisku di vaginanya.

SEEEEEK SEEEEEK SEEEEEK
Aku bisa merasakan cairan labiannya keluar, merembes dan melumuri batang penisku.

“Pasti memek kamu ini, rasanya sempit sekali ya Sayang?. Legit, dan menggigit”
“Ayah….Ohhh… Aku… Oohhh…” Febby tak mampu berkata-kata, ia hanya bisa mengerang sambil menggoyangkan pantatnya, seiring gesekan penisku di bibir vaginanya.
"Kenapa Sayang? Kamu mau bilang apa? Ini khan yang kamu mau?" Tanyaku padanya.

SEEEEEK SEEEEEK SEEEEEK
Merasa tak ada jawaban. Akupun menarik tubuhnya lebih mundur lagi. Menyibakkan kedua pantat putriku lebar-lebar, dan kutempelkan kepala penisku, tepat di lubang senggamanya.

“Kamu mau khan? Ayah entotin?” Erangku sambil memajukan pinggul, seolah hendak menusuk liang vaginanya, “Kamu rela khan? Selaput daramu Ayah jebol?”
“Ngggghhh. Ayah… Ooohhh” Raung Febby lirih.
“Sayang? Kok diem aja? Jawab dong. Ayah sodok memek sempitmu ini sekarang ya? Sayang? Jawab dong. Ayah udah pengen banget nih merawanin kamu” Sambungku sambil terus memajukan kepala penisku, membelah kemaluan Febby lebih dalam lagi.

Tiba-tiba, tubuh Febby bergetar. Lututnya melemas, tak mampu menopang berat tubuhnya. Lalu, seketika itu, ia ambruk kelantai.

"ENGGA Yah, aku nggak tahu jawabannya. Aku tidak tahu"Ucap Febby dengan wajah memerah. Nafasnya cepat, matanya kosong. “Aku tidak tahu, Yah. Apa yang aku lakukan. Ini tidak seperti rencanaku. Aku juga kehilangan arah, bingung, dan tak tahu harus bagaimana lagi. Aku hanya ingin tinggal bareng bersamamu, Yah. Itu aja. Aku tak ingin pulang kerumah Mama. “

Kuraih tangan putriku, kutarik keatas, dan memintanya berdiri.

“Ayo, Sayang. Kita bisa obrolin itu nanti. Yang jelas, sekarang Ayah udah bener-bener sange berat karenamu“ Pintaku yang kembali memposisikan Febby didepan wastafel, “Ayo bungkukin tubuhmu. Trus buka lebar kakimu.”
"Ayah. Please, Ayah. Jangan kaya gini” Pinta Febby memelas kepadaku.

Melihat wajah sayunya, entah kenapa, aku menjadi semakin horni. Otakku makin kalut dan makin membuatku melupakan, siapa gadis yang ada dihadapanku.

“Enggak. Bodo amat. Ayah udah ga tahan lagi” Erangku sambil kembali mengarahkan penis tegangku ke kemaluan putriku.
Ku cengkeram bagian belakang lehernya dan kudorong maju. Membungkukkannya ke depan supaya bisa menyajikan celah vaginanya lebih lebar lagi.

“Ayah. Pleaseee. Jangan kaya gini”
“Ayah udah sange Sayang. Kontol Ayah udah pengen banget nyicipin memek putrinya” Erangku terus bergerak maju. Memisahkan kedua bibir vaginanya kesamping. Menyeruak masuk, dan menembus selaput dara Febby lebih dalam lagi.

"Aduuh. Ssshh. Ohhh Ayah. Please. Yah. Ooohhh. Besar sekali kontolmu. Aku ga sanggup, Yah. Ssssh.. Ayah… Ssssh. Sakit” Raung Febby menepuk tanganku yang masih berada di pundaknya. Seolah menceritakan kesakitan yang ia rasakan. Putriku, juga beberapa kali mencoba mendorong tubuhku mundur, menjauhkan rasa sakit pada vaginanya, karena sodokan kasar penisku.

“Persetan, aku tidak akan berhenti karena desah kesakitan perek satu ini. Yang jelas, aku ingin ngentotin memek sempitnya” Erangku terus merangsek maju. Membenamkan kepala penisku ke sempitnya kemaluan putri kandungku.

CLEEEEEP
“AYAAAHH. MEMEKKU SAKIIIITTTTT. HIKS. AYAAAHH” Tangis Febby pecah sejadi-jadinya. Tubuhnya bergetar, dan pundaknya naik turun dengan cepat. “AYAH TEGAAAA BANGET SIH. Sakit Yah. Memek aku sakit. Hiks.Hiks.Hiks.”

Lengkingan tangis Febby, seolah menyadarkan kesalahanku. Membuatku langsung menarik mundur dan mencabut kepala penisku.

PLOOOPP.
“Uuhhh. Ayah.” Erang Febby yang buru-buru mendekap vaginanya.

Aku mundur selangkah, menatap tubuh putriku yang masih bergetar kesakitan.

"Hiks. Hiks. Ayah. Memek aku sakit. “ Ulang Febby memijit vaginanya dengan satu tangan. Setelah itu ia membalikkan badan. Sehingga sekarang putriku menghadap kearahku. “Aku masih perawan, Yah. Aku tak tahu, caranya ngentot tuh seperti apa?" Sambungnya lagi dengan satu tangan lainnya, membekap kedua payudaranya.

Pertama kali, dalam perjumpaanku dengan Febby, aku melihat kepolosan pada dirinya. Ia begitu terlihat tak berdaya. Dan begitu rapuh.

“Ayah nggak percaya.” Ucapku lirih, “Dari cara bicara dan tingkah godaanmu, Ayah ga percaya kamu gadis baik-baik. Terlebih, dari cara kamu ngocok kontol semalam, Ayah bisa liat kalo kamu adalah perek profesional. Bahkan, Ayah sekarang, mulai percaya Mamamu, kalo kamu tuh sebenernya udah nggak perawan”

“PEREK PROFESIONAL?Ayah serius menganggapku seperti itu?” Jerit Febby seolah tak percaya, jika aku bisa menilai dirinya seperti itu.
“Mamamu juga berkata seperti itu bukan?”

“Aku bukan perek, Yah. Beneran. Dan aku, yah. Aku masih PERAWAN. Ayah lihat sendiri khan selaput daraku kemarin? Masih utuh. Belum terobek samasekali.” Cerocos Febby berusaha menjelaskan. “Aku, cuman pengen pergi jauh dari rumah Mama, Yah. Dan karena aku tak punya tujuan lain, makanya aku ingin banget bisa pindah bersamamu.”

“Emang ada apa sih dengan rumah Mama? Segitu gak maunya kamu tinggal disana?” Heranku mencoba menelaah. “Kamu disana disiksa? Dilakukan semena-mena?”
“Panjang banget ceritanya, Yah. Yang pasti, semua itu, akan aku ceritakan, kalau aku beneran bisa tinggal disini bersamamu. Pleeeaseeeee”

“Jangan-jangan, kamu dijual sebagai perek oleh Mama? Gitu ya?”

Febby menggelengkan kepalanya. Menyeka air matanya yang sudah mengering, dan menatap tajam kearahku.

“Okelah. Kalo Ayah mikir aku adalah seorang perek, FINE. Aku tidak peduli. Yang jelas, aku butuh ijin Ayah buat tinggal disini. Dan aku akan lakukan apapun buat meyakinkanmu. Apapun, Yah. Onani, oral seks, atau kalo Ayah bener-bener ingin meniduriku, silakan. Yah. Yang jelas, aku bisa dapat jaminan buat tinggal disini”

“Jaminan buat tinggal disini?”
“Iya, Yah. Dan… Mmm Setelah itu, Ayah boleh deh. Nggg. Memperlakukan diriku semaumu, Yah. Sesukamu” Ucap Febby yang sedikit menyingkirkan keraguan di hatinya. Ia juga menendang jauh, rasa sedih dan sakit yang baru saja ia rasakan. Demi bisa mendapat jaminan perlindungan dari hal yang aku juga tak tahu.

“Hmmm.”
“Gimana Yah? Boleh ya.?”

Sebentar-sebentar. Sebenernya, ada satu hal yang belum kamu tawarin kalo misal Ayah ngijinin kamu tinggal disini”
“Apa itu?”

“Kalo Ayah pengen ANAL? Apa kamu bakalan kasih ke Ayah juga?”
“Anal?” Mata Febby langsung menatap batang penisku yang berkedut.”Jadi, Ayah minta memek dan anusku?”

Aku mengangguk, dengan hati yang telah penuh oleh rasa kemenangan.

“Memek dan anus ya. Hmmm. Sebentar” Desah Febby larut dalam lamunannya. “Kalo memek. Aduh. Gimana ya. Pasti. Hmmm. Belum lagi nanti anus. Shhh. Ga kebayang. Tapi. Alex dan Mama. Ngggg. Pasti aman. Iya. Pasti aman. Tapi….”

Hampir tiga menit lamanya, Febby menimbang-nimbang semua keputusannya. Ia juga berpikir mengenai penawaranku yang menginginkan vagina dan anusnya. Alisnya bertaut, berulang kali melirik kearah penisku, dan memijat vaginanya. Hingga akhirnya.

“Oke. Jika Ayah beneran ngebolehin aku tinggal disini, aku bakal kasih Ayah lubang memek, plus lubang anusku.”Jelas Febby dengan nada datar. Tanpa ada rasa jengah sedikitpun.

“YEEEEESSSSS!!!!” Batinku girangku. Sama sekali tak mempedulikan keberatan dari putriku. Rasa senangku seolah meledak keluar dari kepalaku saking penasarannya.

“Jadi gimana Yah? Apa Ayah ngijinin aku tinggal disini?”
“Baiklah, kalo gitu, Ayah bakalan ijinin kamu tinggal disini” Erangku yang langsung merangsek maju. Menjulurkan tangan ke putriku, dan mengajaknya bersalaman.

“Tapiii….” Ucap Febby yang entah kenapa, tersenyum penuh misteri kepadaku.

“Ahh. Apalagi?”
“Ayah bisa deh ngedapetin memek dan anusku sebentar lagi, tapi….” Jelas Febby yang kemudian menjatuhkan dirinya, dan berjongkok didepan selangkanganku. Diraihnya batang penisku yang sudah berdenyut kencang itu dan mengurutnya perlahan. “SETELAH, Ayah balaskan semua dendamku ke Mama dan Alex”

“Dendam? Kamu dendam ama Mama?”
“Iya. Kalo Ayah bisa bantuin aku membalas dendamku, maka sebagai hadiah, aku bolehin Ayah buat ngentotin memek, dan anusku”

“Hmmmm.. Tapi… Ngggg.. Kalo Ayah ga bisa? Kamu tahu khan, Ayah tak pernah pengalaman balas dendam. Ayah tak punya banyak musuh, yang bisa membuat Ayah mahir dalam urusan ini”
“Tapi khan ayah sabuk hitam karate?”
“Iya, tapi, Ayah ga mau menggunakan kekerasan buat ngatasi masalah.”
“Walau keselamatan putri kandungmu ini terancam?”

Aku tak menjawab, hanya bisa menghela nafas sambil menatap kebingungan diwajah putriku.

Melihat reaksi pasifku, wajah Febby semakin muram. Dengan mata yang menatap keosong kearahku, ia ikut menghela nafas panjang. “Yaudah, kalo misal Ayah ga bisa bantuin aku. Hhhhhhhh” Febby menghirup nafas dalam-dalam. Menahannya sebentar didalam dada. Lalu menghembuskan pelan melalui mulutnya.

“Sepertinya, aku memang harus pergi dari sini” Ucap Febby dengan wajah yang begitu merah. Ia kemudian melangkah keluar kamar mandi dengan tubuh yang masih basah kuyup. Meninggalkanku yang masih tegang karena birahi.

AH HASSUUUUU
Putriku marah padaku.

Bersambung,
By Tolrat
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd