Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tamu Yang Tak Diundang

Apakah imajinasi terliar yang pengen kalian baca di karya Tolrat?

  • Adik Cowo vs Kakak Cewe

    Votes: 198 15,0%
  • Adik Cewe vs Kakak Cowo

    Votes: 59 4,5%
  • Anak Cowo vs Ibu

    Votes: 338 25,6%
  • Anak Cewe vs Ayah

    Votes: 195 14,8%
  • Suami Istri vs Anak Cewe

    Votes: 90 6,8%
  • Suami Istri vs Anak Cowo

    Votes: 55 4,2%
  • Suami diselingkuhi Istri

    Votes: 288 21,8%
  • Suami vs rekan kerja/teman/relasi

    Votes: 98 7,4%

  • Total voters
    1.321
  • This poll will close: .
Tamu Tak Diundang | Part 13
HAYOO



ANJIIMMMMMIM.
Godaan apa lagi sih ini. Batinku yang begitu melihat tubuh seksi Febby, langsung reflek mengurut batang penisku. Tanganku bergerak secara otomatis, mengocok batang penisku kuat-kuat. Tak peduli dengan anggapan mesum yang mungkin nanti akan melekat pada diriku.

TEK TEK TEK
Suara betotan kulit penisku, mulai terdengar nyata.

“Memek tembemnya, begitu basah.“ Batinku ketika melihat betapa beceknya kemaluan putriku yang berkilauan karena lampu apartemen.
“Ayah suka?” Goda Febby masih memamerkan belahan vaginanya.

Spontan, aku mengangguk.
“Kalo emang suka, yaudah. Pake aja tubuhku buat bahan coli-mu, Yah. Gapapa”

Mendengar ijin Febby, otak mesumku langsung menjalankan mode autopilot, langsung memprogram tanganku supaya mengocok penisku lebih cepat lagi.

“Hihihi. Kasian banget tuh kontol. Dibejek-bejek gitu.” Kekeh Febby melihat penisku disiksa sedemikian rupa ketika onani” Emang enak Yah?”
“Ho’ohh.. Shhhh” Jawabku spontan sambil terus menatap vagina basah putriku.

“Biar makin menghayati, siniin deh tangan Ayah. Pegang aja memek aku” Pinta Febby yang melihat tatapan mupengku, langsung mengamit tanganku. Lalu mengarahkan dan menempelkan ke vagina basahnya. “Maenin aja memek aku, Yah. Mau diremes, atau mau dikobel. Bebas. Terserah Ayah.”

“Be.. Beneran Sayang?” Tanyaku kikuk. Seperti seorang perjaka yang baru pertama kali diajak bermain mesum.
“Iya. Sok aja, Yah. Aku tahu banget kok. Kalo Ayah sudah lama sekali tak merasakan celah basah ini. Terlebih, Mama sudah tak menemani Ayah selama kurang lebih 3 tahun”

“Ini… Ka.. Kamu serius?”
“Iya Yah. Pegang aja. Aku rela. Toh cuman megang”

Tanpa menunggu lama, kusentuh vagina Febby, kuremas, dan mencubitnya pelan. Uh. Lembut sekali bibir tembem vaginanya. Kencang. Kenyal juga hangat.

“Ayah suka?” Tanya Febby terus tersenyum melihat kegiranganku. Ia terus mengangkangkan pahanya sambil menahan tanganku, supaya tak pindah kemana-mana.
Aku mengangguk.

“Yaudah, kalo suka. Maenin terus memek aku Yah. Ohhh. Ayah. Sshhh” Ucap Febby lagi dengan mulut yang mulai ikut mendesah. Seolah terbawa akan permainan nakalnya sendiri.

GILA. INI BENAR-BENAR GILA.
Aku tak mengangka jika pada akhirnya, aku bisa merasakan vagina putri kandungku. Walau hanya sebatas petting, tapi paling tidak, aku sudah bisa merasakan aurat tubuhnya ketika Febby sadar.

“Ssshhh. Ohh. Iya. Terus Yah Shhh… Ohhh. Ngentot. Enak banget” Desah Febby mulai kehilangan kontrol mulutnya. Meracau tanpa henti, seiring pijatan dan kobelan jemari tanganku. “Hoooohhh. Ayah…Ooohh. Ngentooott,Yah. Iya. Terus, Yaaaaah. Terus maenin memek aku“ Sambung putriku yang kali ini, mulai meremasi kedua payudaranya sambil menjilati putting merah mudanya.

Melihat gerak-gerik putriku yang sudah begitu belingsatan. Aku yakin, jika birahi Febby juga mulai meninggi. Terlebih, dari kalimatnya yang berulang kali menyebut kata ‘ngentot’ membuat otakku semakin percaya, jika ini adalah waktu paling tepat untuk mengambil keperawanannya.

Aku segera bangkit, dan naik keatas sofa. Lalu, aku bersimpuh tepat di tengah tubuh putriku, dengan penis yang sudah mengarah tepat dilubang selangkangannya.

“Oohh.. Sssshh. Ayah mau ngentotin aku sekarang?” Tanya Febby ketika melihat posisi kuda-kudaku.
“Boleh?”
“Hmmm. Terserah Ayah…” Ucap Febby pasrah dengan senyum yang begitu mengembang. “Demi kesenangan Ayah, aku rela kok”

YAK. INI KESEMPATANKU MENJEBOL PERAWAN PUTRIKU.
“Ayah perawanin kamu ya Sayang?” Ucapku dengan kepala penis siap maju.

Angguk Febby menggigit bibir bawahnya. “Aku sayang Ayah”
Kusentuh mulut vaginanya dengan kepala penisku. Kugerakkan kepala penisku naik turun, sekedar membasahi ujung kemaluanku dengan lendir vagina putriku. Kumajukan perlahan, hingga bibir vaginanya mulai melebar.

“Ayah robek memekmu ya, Cantikku Sayang?” Ucapku terus mendorong kepala penisku maju. Membelah kemaluan putri kandungku lebih jauh lagi
“Iya, Yah. Ambillah yang menurutmu terbaik buatku” Angguk Febby pasrah sembari melebarkan pahanya. Menyerahkan segala keputusan keperawanannya kepadaku.


CLEEEP.
Ujung kepala penisku, mulai menyeruak masuk.

“Heeeegh…” Erang Febby tertahan. “Pelan-pelan Yah.”
“Susah banget masuknya, Sayang” Ucapku bingung
“Ayah yang bodoh. Ya jelas susah-lah. khan aku masih perawan” Goda Febby berusaha mencairkan suasana.

CLEEEEP
Kudorong lagi kepala penisku lebih jauh. Berusaha sekuat tenaga untuk bisa masuk menjebol selaput dara putriku.

“Ohhh. Ayah. Nggghhhh” Erang Febby lagi-lagi menggigit bibir bawahnya.

CLEEEEEEEEP
Kucabut, dan kusodokkan lagi kemaluanku maju. Kulakukan berkali-kali, hingga tak terasa, pada akhirnya kepala penisku mulai terbenam dalam vagina putriku.

Oh. Hangat sekali daging basah milik putriku.

“Aku Sayang Ayah.” Ucap Febby tiba-tiba meremas lututku.
“Aku juga sayang kamu, Sayang” Balasku terus merangsek maju. Melesakkan batang penisku dalam-dalam ke liang peranakan putriku.
“Jangan tinggalin aku lagi ya, Yah. Jangan pernah tinggalin aku lagi” Sejenak, Febby menatap tulus kearahku. “Aku ga pengen kehilangan Ayah lagi” Sambungnya lagi sambil memejamkan mata.

Dan tiba-tiba, setitik air mata, mengumpul dimata putriku. Membulat bening, kemudian mengalir turun. Membasahi pipi mulusnya.
Setitik air mata, yang membuatku tiba-tiba pusing.

DEEEEEGGGG
Jantungku seketika berhenti berdetak.

BIMA. Itu anak kandungmu BIM. Jangan kau rusak masa depannya!!

DEEEEEGGGG
Masa depan Febby, rusak karena kontol Ayahny.

Seolah tersiram air dingin pegunungan, akupun mendadak tersadar.
Buru-buru, kucabut batang penisku dari vagina putriku.

PLOPP
“Uuuhhhhhh. Ayah? Kok dicabut?” Heran Febby sambil terisak. “Sodok memek aku lagi Yah.”

Aku menggeleng.
“Ayo Yah.” Pinta Febby masih dengan paha yang terbuka lebar, “Masukin kontolmu kesini”
“Ayah tak tega Sayang” Jawabku bimbang.
“Tapi aku mau Yah. Aku rela demi bisa menyenangkan Ayah…” Ucap Febby yang kemudian meraih penisku, dan menariknya maju. Mengarah tepat ke liang vaginanya.

“Ayah ga bisa, Sayang. Ayah ga tega mengambil keperawananmu” Ulangku lagi, menahan pinggulku supaya tak mengikuti tarikan tangan Febby

“Ihhhsss. Ayo, Yah, Sodok memek aku lagi. Aku udah siap kok menyerahkan perawanku buat Ayah”
“Enggak Sayang. Jangan”
“Emang kenapa, Yah? Ayah ga bisa kenapa? Aku jelek ya, Yah? Aku ga menarik ya dimata Ayah?”

“Bukan Sayang. Dimata Ayah, kamu begitu menarik. Cantik. Dan juga seksi. Tapi.”
“Tapi kenapa?”
“Ayah gatau. Ayah hanya gabisa mengambil perawanmu”
“Itu artinya, Ayah udah ga sayang aku lagi”

“Kamu tuh anak Ayah. Darah daging Ayah. Dan sebagai Ayah yang baik, tak seharusnya Ayah memperlakukan kamu seperti ini”
”Kalo Ayah ga mau. Yaudah aku aja yang mulai” Ucap Febby yang tanpa meminta ijin, langsung mendorong tubuhku mundur. Supaya ia bisa menduduki batang penisku.

“Stop Sayang. Jangan” Ucapku menghentikan hasrat birahinya. “Ini bukan kamu”
“Bukan aku gimana? Ini beneran aku Yah. Febby Aristiana. Putri kandungmu yang amat begitu menginginkanmu”

“Anak Ayah ga sebinal kamu”
“Kemarin Ayah bilang, kalo Ayah suka wanita binal“ Ucap Febby berusaha mengingatkanku, “Sekarang, ketika aku udah binal. Ayah yang ga mau ngentotin aku”

“Ayah bukannya nggak mau ngentotin kamu Sayang. Ayah mau banget. Hanya saja……”
”Apa?”
“Ayah ga tega. Kamu darah daging Ayah”
“Ihhhhssss. Ayah Jahat” Desah Febby

“Kok?”

“Iya, Ayah jahat” Ulang putriku,”Ayah lebih memilih ngentotin cewek bayaran yang ga dikenal, daripada ngentotin putri sendiri yang gratisan”
“Udah-udah. Cukup. Ayah gak ngerti jalan pikiranmu, Sayang. Maap. Mungkin Ayah salah.” Ucapku kemudian bangkit. Berdiri dan menatap putriku yang masih mengangkang. ”Maap ya Sayang. Ayah ga tega”

“Ayah CUPU”
“Iya. Ayah Cupu. Maap. Maap banget” Sambungku lagi sambil melangkah menjauh

”Mungkin” Aku berhenti, memutar badan dan menghadap ke putriku, ”Ada baiknya, jika malam ini, Kamu tidur dikamar. Dan Ayah tidur disofa”

Kutarik tangan Febby, kutarik dengan sedikit kencang. Dan kugiring ia ketempat tidur.
“Selamat tidur, Cantiknya Ayah” Kukecup kening Febby, lalu meninggalkannya sendiri di kamar.

“AYAH TOLOL!!” Teriak Febby dari balik pintu

***​



TEK TEK TEK TEK
“Ohh Sayang. Maafin Ayah. Febby Aristiana-ku. Maafin Ayah karena tak bisa mengambil perawanmu. Ayah ga tega Sayang. Ayah ga sanggup.” Desahku spontan. Mengocok batang penisku kuat-kuat sambil menonton rekaman video mesum putriku dari handphone.

TEK TEK TEK TEK
Aku tak tahan lagi. Gelombang orgasmeku, sudah benar-benar diujung tanduk. Dan seketika itu, spermaku meledak dengan kuatnya.

CROT CROT
“Ohhhh. ANJING. Nakal sekali kamu, Sayang. Ohhh. Febby Aristiana-kuuu… Ooohh Sayaaang.Ayah keluar Sayang. Ayah keluar…”

CROTTCROOT CROOT CROOOT



Spermaku menyembur begitu deras.
Keluar dari mulut penis, terbang tinggi, dan mendarat di perut, dada, dan sekitaran tubuhku.
Sejenak, kutatap langit-langit apartemen. Merasakan kedut nikmat penisku. Yang terasa seiring denyut otot-otot kemaluanku. Merasakan semburan dopamine yang begitu menenangkan jiwa

“Hhhhh. Hhhh. Hhhhh. Lega sekali rasanya” Ku-urut penisku, membuang sisa-sisa mani yang masih berada di saluran reproduksiku.

“HAYOOOOOOO. Abis enak-enakan yaaaaaaa.” Teriak Febby yang secara tiba-tiba mengagetkanku. Mencengkram pundak dan berteriak lantang ditelingaku. Membuatku seketika itu juga loncat dari posisi santaiku.
“Hihihihi. Ayah mah kayanya, emang bener-bener tolol ya?” Celetuk Febby sambil mengacak-acak rambutku. “Tadi katanya ga mau ngentotin aku. Tapi kok tadi coli sambil nyebut-nyebut namaku.”

“Nama apaan?” Tanyaku pura2 tak tahu. Sambil buru-buru, aku matikan handphoneku, dan menyembunyikan dibalik bantal sofa.

“Ohhh. Febby Aristiana-kuuu… Ooohh Sayaaang. Ayah keluar Sayang. Ayah keluar…” Girang Febby sambil menirukan gerakan tubuhku ketika orgasme. Tangannya bergerak cepat mengocok penis imajinasinya. Meledekku dengan muka bodohnya.

“Hihihi. Enak banget kayanya, ya, Yah? Sampe keluar banyak gitu? Pejuhnya” Ucap Febby yang kemudian melompat dari sandaran sofa, dan bergabung kembali denganku. Ia letakkan kepalanya di sandaran sofa, dengan kaki yang sesekali menggelitik pinggangku.

“Ayah ngocok-ngocok kok ga panggil aku? Emang udah ga kuat lagi ya? Nahan kemesuman putri nakalmu ini? Hihihi..” Kekeh Febby yang kali ini, tak menggelitikku. Ia sekarang, menyenggol- nyenggolkan kakinya ke penisku yang masih belepotan sperma.”Ngaku aja Yah. Kalo Ayah punya obsesi buat ngentotin aku? Iya khaaaan?”

“Ohhh. Febby. Iya. Ayah tadi ngebayangin ngentotin kamu. Puas? Ayah ngebayangin ngentotin putri kandung Ayah yang nakal. ” Jawabku sambil mengantir nafasku yang masih ngos-ngosan.
“Hihihi. Gimana? Percaya khan? Kalo aku bisa binal juga?” Senyum Febby sambil mengucek-ucek batang penisku dengan ujung kaki putrinya. Makin mentowel-towel batang penis dan perutku, seolah tak peduli dengan lendir spermaku yang menempel di kulit mulusnya.

“Hhhh..Siapa sih… Yang…. Ngajarin kamu seperti ini?” Tanyaku putus-putus. “Sumpah, aktingmu begitu meyakinkan” Sambungku sengaja mengusap kaki Febby dengan tanganku yang penuh sperma.

“Yeeee. Aku ga akting itumah. Itu beneran aku, Yah” Ucap Febby sambil melirik tangan isengku ketika meleperkan ceceran benih kehidupanku, kesekujur betis mulusnya.
“Bohong. Pasti kamu diajarin ama Mama ya? Atau Alex?”

Febby tak menjawab, ia hanya menatap keisenganku sambil tersenyum. Bahkan, ketika tanganku yang masih basah karena sperma naik sampai paha, ia hanya membiarkan saja. Tak keberatan, atau melarang sama sekali.

“Makasih ya, Yah.” Ucap Febby menatap wajahku dengan tatapan sayunya
“Makasih?”
“Iya. Makasih, Ayah udah bersikap gentlemen. Ayah tak mengambil kesempatan mesum dariku samasekali”

Aku tak menjawab, aku hanya terus mengusap tubuh mulus Febby dengan sisa-sisa licinnya sperma ditanganku. Membuat kulit putih putriku makin mengkilap karena siraman lampu.

“Aku percaya kok ama Ayah” Desah Febby Iirih. “Ayah bukan lelaki bajingan seperti lainnya. Walau aku akuin, cabulnya Ayah tuh bener-bener kebangetan. Tapi, Ayah masih begitu menghargaiku.

Makasih ya, Yah. Masih menjaga kesucianku dan tak mengambil keperawananku.
Aku bangga punya Ayah yang baik sepertimu.” Ucap Febby yang kemudian, mengamit tanganku lalu mengecupnya pelan.

“Aku sayang Ayah” Bisik Putriku yang kemudian tersenyum lalu memejamkan mata.
Menikmati serangan kantuk yang tak dapat ia tahan-tahan lagi.




Bersambung,
By Tolrat
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd