Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tamu Yang Tak Diundang

Apakah imajinasi terliar yang pengen kalian baca di karya Tolrat?

  • Adik Cowo vs Kakak Cewe

    Votes: 199 15,1%
  • Adik Cewe vs Kakak Cowo

    Votes: 59 4,5%
  • Anak Cowo vs Ibu

    Votes: 338 25,6%
  • Anak Cewe vs Ayah

    Votes: 195 14,8%
  • Suami Istri vs Anak Cewe

    Votes: 90 6,8%
  • Suami Istri vs Anak Cowo

    Votes: 55 4,2%
  • Suami diselingkuhi Istri

    Votes: 288 21,8%
  • Suami vs rekan kerja/teman/relasi

    Votes: 98 7,4%

  • Total voters
    1.322
  • This poll will close: .
TAMU YANG TAK DIUNDANG
Part 09 - Langkah Selanjutnya


“Ayah? Ayah ga melakukan hal yang aneh-aneh terhadap diriku khan?”
“Aneh-aneh seperti apa ya Sayang…?”

“Hmmmm. Seperti. Apa yang Alex lakukan padaku. Ngocokin kontol trus ngecritin pejuh Ayah di tubuhku ketika aku tertidur lelap…?”

ANJIM. BUSTEEDDDD..
Aku harus memikirkan cara berkelitnya. Yang cantik dan tak mencurigakan.

“Hmmm. Kerak putih? Tanyaku pura-pura mengingat. “Oh iya Ayah ingat. Tapi. Hmmm.. Kamu jangan marah ya Sayang..”
”Marah? Emang kenapa? Kenapa harus marah?”
“Karena. Sepertinya. Gimana ya ngejelaskinnya.” Kupasang kebingungan di wajahku. Supaya makin memperkuat kesan malu-malu. “Tadi pagi. Ayah. Nggg. Ayah. Mimpi basah.”

“HAH?” Mata Febby melotot. Seolah tak percaya dengan pendengarannya

“Iya. Tadi pagi, Ayah mimpi basah. Dan sepertinya, karena Ayah keluar di selimut yang kita tadi malem pake berdua, jadinya ceceran pejuhnya jadi belepetan di badan kamu..”
“Mimpi basah…?” Tanya Febby dengan tatapan penuh tanda tanya.

Tiba-tiba, tubuhnya bergetar, dan sebuah tawa panjang terdengar dari mulutnya
“HUAHAHAHAHA. Serius Yah? Hari gini masih mimpi basah? Hahahaha.”
“Yaaah. Mo gimana lagi? Kamu tau sendirilah. Gimana kehidupan dan hubungan seks Ayah selama ini. Jadi, kalo kantong penampungan Ayah udah penuh, ya pasti bakalan meluber kemana-mana…”

“Oh gitu. Jadinya kalo udah ga ketampung, otomatis ngecrit ya Yah? Hahahaha. “ Tawa Febby tak bisa berhenti. Sampai-sampai ia duduk bersimpuh dan terguling sambil memeluk perut rampingnya. “Aduh. Aduh. Sakit perut aku…Hahahaha…”
“Maaf ya Sayang. Kalo ternyata itu membuatmu risih..”
“Iye. Aku risih.” Jelas putriku menghentikan tawanya. Bangun, kemudian duduk dan menatapku dengan mata bulatnya.

“Kok? Risih kenapa?”
“Karena Ayah ga jujur ke aku…” Jawabnya ketus. “Padahal kalo Ayah mau, khan aku bisa ngebantu Ayah buat ngeluarin semua itu… ” Sambungnya sambil menunjuk selangkanganku dengan mulutnya.

"Duh… Udah ah… Stop. Tolong jangan goda Ayah seperti itu..”
”Seperti apa Yah? Aku khan cuman pengen ngebantu meringankan ‘beban’mu. Hihihihi…"
”Beban apa? Itu bukan beban. Itu cuman salah satu privasiku. Yang dari kemarin tertunda mulu karena kehadiranmu.”

“Huuuu… Padahal dari kemarin juga, Ayah udah ngecrot berkali-kali. Ya khaaann. Hayo ngaku aja deehh… ” Goda Febby tak juga berhenti “Ehhsss. Keceplosan. Hihihi.”

Tak kuhiraukan godaan putriku. Aku hanya menghela nafas sambil terus menghisap rokokku yang semakin memendek..

"Intinya. Ayah bebas kok. Semisal mau melakukan semua privasi yang biasa Ayah lakukan sebelum adanya aku disini. Termasuk nonton film porno. Coli seharian. Atau membawa pacar Ayah dan mengajaknya ngewe disini. Bebas“
“Dan sebagai pengganti balas budi, semisal Ayah pengen aku bantuin ngocok kontol Ayah… “ Febby menghentikan kalimatnya sejenak, sekedar menatap reaksi dari diriku.
“Ya Ya Yaaaa…” Ejekku dengan nada merendahkannya, “Suka-suka kamu ajalah…”

“Beneran Yah. Aku serius…” Ulang Febby lagi, “Kalo Ayah beneran mau. Aku bisa juga Yah. Bebas, mau pake pelumas, atau pake ludah. Aku bisa ngebantu..”
“Kamu ga sedang mabok khan?” Tanyaku penuh rasa curiga, kenapa Febby sampai bisa punya pemikiran seperti itu. “Dan asal kamu tahu ya, Ayah tuh masturbasi sepanjang waktu."

”Iya aku tahu, Yah. Dan aku juga gak sedang mabuk. Aku bener-bener mau ngebantu Ayah.” Ucap Febby dengan tatapan mata serius.

“Coba lihat, Ayah sendirian disini. Ayah kesepian. Ga ada yang merawat Ayah. Barang-barang Ayah berantakan, tak ada yang merapikan. Bahkan, jika aku lihat hidup Ayah berantakan. Jadi apa sih salahnya, jika aku pengen ngebantu Ayah? Kalo tentang uang, aku bisa Yah, cari uang sendiri. Walau ga banyak, aku bisa kok menghidupi diriku sendiri.”

HMM. Mulai lagi deh perdebatan boleh tidaknya putriku tinggal disini.
“Yaudah, kalo emang kamu bisa hidup sendiri, kenapa kamu ga nge-kost aja?” Skak. Mati.

Febby terdiam. Menatapku penuh dengan perasaan yang tak bisa aku utarakan. Mata bulatnya menatap lekat wajahku. Alisnya bertaut. Dan mulutnya bergetar.

“Ayah tega? Membiarkan aku tinggal sendiri di kost-an? Ayah bener-bener gak mau mengijinkan aku tinggal disini? Padahal semalam, Ayah bilang… Hiks “ Tangis Febby pecah. Ia jatuh terduduk didepanku. Memeluk kakiku dan membenamkan wajah sedihnya di lututku.
“Emang kalo kamu pulang kerumah Mama…...”
“GAMAU…. “ Potong Febby langsung. Mematahkan penawanku barusan, “Aku gamau pulang kerumah Mama. Aku gamau tinggal dirumah Mama. Aku mau ama Ayah.. Huu~uuuuuuuuu…”

“Setakut itu ya? Kamu ama Mama..?” Tanyaku pelan. Mengusap rambut kepalanya.
“Aku ga takut Yah.. Aku cuman gamau aja tinggal ama Mama lagi…”

“Kamu takut ama Alex? Kalo emang itu permasalahannya, Ayah bisa kok bilang ke Mama mengenai lelaki bajingan itu. Ayah bisa membantumu mengawasi semua gerak-gerik Alex. Bahkan, kalo kamu mau, Ayah bisa kok mencari tempat tinggal baru yang lebih deket dengan rumah Mama”

“Percayalah, Ayah. Kalo tentang Alex, Mama ga bakalan percaya semua cerita atau apapun yang menjelekkan selingkuhannya itu.” Geleng Febby, “Dan kalo Ayah pindah kedeket Mama. Percuma juga dong kalo pada akhirnya, Alex bisa tahu aku ada dimana. Intinya Yah, aku udah memutuskan, aku mau tinggal selamanya ama Ayah. TITIK…”

FIX. Sama sepertiku, Febby juga seorang yang keras kepala. Dan sebanyak apapun tawaranku supaya ia kembali ke rumah istriku, ia tak akan pernah menerimanya. Satu-satunya cara yang bisa kulakukan adalah. Menerima kehadiran putriku disini.

“Jadi..” Aku mengela nafas panjang. “Kamu udah tahu ya konsekwensinya, semisal mengetahui jika Ayah, adalah seorang yang mesum?”
“Bodo Amat, Yah. Aku ta peduli tentang semua hal yang menjijikkan tentangmu. Percaya deh…”

“Walau nanti. Atau entah kapan. Ayah bakal jadi lelaki seperti Alex?” Menyebut nama lelaki bajingan itu, tiba-tiba, syahwatku menggelora. Terlebih mengingat apa yang telah ia lakukan kepada dua wanita yang paling aku cintai.

ANJING memang kalo diingat-ingat. Alex sudah meniduri istriku, dan mencabuli putriku.
Febby mendongakkan kepalanya, kembali menatap kearahku dengan alis yang bertaut “Seperti Alex gimana Yah?”

“Nggg.. Lupakan lah…” Ucapku sambil memaksakan senyum di wajah.
“Maksudnya, kalo aku disini, Ayah bisa jadi seperti Alex? Gitu ya Yah?”
“Bukan Sayang…” Buru-buru, aku meralat kalimatku, “Maksud Ayah. Kalo….”

“Gapapa. Aku rela kok Yah.” Potong Febby. “Kalo emang nanti Ayah bakalan seperti Alex, aku pasrah. Aku lebih merelakan dicabuli ama ayah kandungku, daripada ama monyet sialan itu. Bahkan, kalopun Ayah pengen mengambik keperawanan memekku, aku juga rela kok…”
“TIDAK… Jangan ngaco kamu Sayang. Ayah ga mungkin mengambil keperawanmu…”

ANJING. KAMPRET. BAJINGAN. BANGKEEE. BO-BLOK SEKALI.
Segala sumpah serapah otak mesumku, mengalir lancar di benakku. Sok sekali diriku untuk menolak penawaran pasrah putriku ini. Penawan yang mungkin hanya terjadi satu kali seumur hidupku, langsung aku tolak tanpa berpikir.

Sumpah. Tolol sekali diriku ini.
“Bener yah. Demi Ayah, aku rela kok ngasih diriku sepenuhnya buat Ayah..” Ulang Febby sambil memberikan senyuman manisnya.

Senyum Febby kali ini, benar-benar berbeda dengan senyum yang pernah aku lihat sebelumnya. Senyumnya teduh, penuh ketengangan dan kedamaian. yang membuatku, seolah terhipnotis. Ikut membalas senyum Febby dengan senyum serupa.
‘Makasih ya Yah.” ucap Febby mengecup lutut kakiku. “Aku janji, ga bakalan ngecewain Ayah.”
“Hhhhhhhhhhhhhh…” Lagi-lagi, aku mengambil nafas panjang. Mengisi paru-paruku dengan udara senja yang sudah menggelap. Sedikit berharap, apa yang terjadi sore ini, tak pernah ada sama sekali.

“Ayah sayang kamu.” Ucapku lirih dengan hati masih berdebar-debar. Seperti baru saja mengucapkan sayang kepada wanita yang telah aku idam-idamkan.
“Aku juga sayang Ayah. Saaaayaaaang banget ama Ayah..”
“Jadi, gimana Yah? Ayah mau aku bantuin coli..?”

“GILA…”

***​

“Kenapa sih kamu kok ngotot seperti ini Mas? Padahal selama 3 tahun belakangan, kamu sama sekali cuek akan keadaanku. Juga keadaan febby. Dia bukan wanita baik-baik Mas.
Dia Perek Murahan.
Atau hmmm…” Jeda Yula sedikit meninggikan suaranya, “Atau jangan-jangan, kamu juga pengen ya mencicipi tubuh putri kandungmu sendiri?

Hampir seharian, kalimat Yula beberapa waktu lalu, berseliweran di kepalaku

Dia Perek Murahan.

Apa iya, Febby yang sekarang adalah seorang wanita murahan?
Febby yang sekarang, sudah berani mengekspresikan diri. Ia bukanlah jadi perempuan yang gampang malu. Bahkan, sekarang, Febby sepertinya sudah benar-benar percaya diri dan tak sungkan lagi jika ada yang perlu disampaikan.

Model pakaiannya pun sekarang terlihat cuek. Tak peduli akan aurat tubuhnya yang terlihat olehku. Aku berpikir, mungkin Febby berlaku masa bodo seperti itu ketika ada di appartement. Tapi nyatanya, salah. Karena beberapa kali aku mengajak Febby keluar, entah jalan ke mall atau makan dipinggir jalan, ia juga berlaku sama. Berbaju ketat, dan bercelana mini yang sangat mudah menaikkan birahi.

Gaya bicaranya pun seperti tak memiliki rem. Ceplas-ceplos tanpa dipikir. Pemilihan kosakatanya juga terlalu dewasa, yang kurang cocok untuk anak seusianya. Ngewe, ngentot, kontol, memek, sepong, dan berbagai kata jorok lainnya, mudah sekali ia utarakan. Yah, walau jika dirunut, gaya bicara Febby memang meniru istriku yang juga memiliki gaya bicara yang serupa.

TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…
TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…

Weker pagi membangungkan tidurku. Memudarkan pemikiran-pemikiran mengenai putriku yang masih menari-nari dikepala.

TILITIT… TILITIT… TILITIT… TILITIT…

Tiba-tiba, aku melihat tangan ramping menjulang diatas wajahku. Disusul kemudian dengan sepasang payudara besar yang bergoyang dan melayang tepat didepan hidungku.
“Uuuhh. Jauh sekali sih jam weekermu, Yah…” Ucap Febby berusaha menggapai tombol snooze pada jam kotak yang ada disamping bantal tidurku. “Susah matiinnya…”

Mataku mendadak melotot. Melihat putting payudaranya yang begitu cerah, seolah menyapaku kantuk dimataku. Ingin sekali kulahap daging mungil yang keriput didepan mulutku. Menjilatnya sambil menggigit-gigit pelan hingga membuat putriku melenguh dalam nikmat.

BRUKK
Karena kehilangan keseimbangan, benar saja, keinginanku seketika itu terkabul. Payudara Febby menabrak wajahku, tepat di depan mulutku. Nafasku terhenti, karena terhalang oleh lembutnya daging payudara yang menyumbat lubang hidungku.

“Uuuuhhh. Uhhh…” Kutepuk pundah putriku, memberi tanda jika aku tak bisa bernafas.
“Ehhh Maap Yah…“ Lenguh putriku yang kemudian mengangkat tubuhnya dari wajahku.

Empuk sekali payudara itu. Walau tertimpa hanya beberapa detik, aku bisa merasakan, jika payudara Febby terasa jauh lebih empuk ketimbang payudara istriku. Lembut. Hangat. Dan wangi. Membuatku seolah rela untuk mati kehabisan nafas jika ia sengaja menyumpal hidungku dengan asset besarnya itu.

“Puaaahhh…” Buru-buru aku menarik nafas. Bangkit dari tidurku kemudian duduk.
“Udah jam tujuh pagi aja ya Yah?” Urang Febby sambil menggeliatkan tubuhnya.

ANJIM. Baru saja lega karena bisa bernafas, kembali tercekat karena melihat kemolekan tubuh putriku.
Lagi-lagi, ia tidur tanpa mengenakan pakaian. Telentang dengan payudara yang terpisah kekiri dan kekanan. Lututnya terbentang lebar tanpa sengaja, membuatku bisa melihat vaginanya yang tanpa ditumbuhi rambut kemaluan sedikitpun.

“Ayah…” Desahnya parau, Ciri khas suara wanita ketika bangun tidur
“Yaa..?”
“Pagi ini. Ayah ga mimpi basah lagi khan? Hihihi…”

SIAL. Lagi-lagi Febby menggodaku dengan santai..
“Enngga. Isinya masih belom penih.” Jawabku cuek sambil bangun dari tidurku.

“Cieee. Sekarang udah ga malu-malu lagi nih… “ Sahut Febby sambil melihat ketelanjangan dan penisku yang menegang sempurna ,”Sini Yah. Kalo mau aku bantu keluarin…”

“Anak Streesss… Ayah mo mandi dulu.” Sambungku sekenanya.
“Hihihi… Yaudah kalo ga mau.. Aku mau tidur lagi aja deh…”

Kuberanjak ke kamar mandi. Menutup pintu kaca dan menyalakan keran air hangat. Selama beberapa detik, kubiarkan perpaduan air dingin dan panas menyatu dengan sempurna.
Aku tertegun. Menatap penisku yang masih saja menengang dengan denyut yang begitu nyata.

Aku butuh pelampiasan pagi. Aku tak bisa pergi beraktifitas dengan keadaan penis tegang seperti ini.

Kuarahkan tubuhku dibawah pancuran shower hangat. Kupompa dispenser sabun, dan mulai kuusap ke seluruh bagian tubuhku. Busa-busa mulai bermunculan, licin dan nyaman. Membuatku merasa begitu rileks.

Namun, ketika melewati area penisku, aku merasa sebuah sensasi yang begitu nikmat. Sebuah dorongan yang harus aku kukeluarkan segera. Dan tanpa banyak waktu, langsung saja kusandarkan tubuhku di dinding kamar mandi, lalu mulai kukocok perlahan batang penisku.

TEK TEK TEK TEK
“Pantesan tadi dibantuin gak mau.” Ucap Febby yang entah sejak kapan, sudah berdiri di pintu kamar mandi, “Ternyata Ayah lebih suka main ama sabun… Hihihi”

“Heeeehh.. FEBBY….” Panikku yang tersadar akan kehadiran putriku, “Kamu ngapain disitu?”
"Aku mau pipis…”
”Khan diluar ada kamar mandi lagi..”

“Jauh yah…” Ucapnya beralasan sambil meraih gagang pintu kacanya, kemudian melangkah masuk

“Ehhh. Kok…?”
“Bentaran kok Yah. Aku cepet kalo pipis..” Rayu putriku yang kemudian jongkok di toilet duduk.

”Aduuh. Kamu tuh ya.. Ngeganggu mulu… Udah tahu kamar mandinya sempit. Masih aja maksa masuk.”
"Hihihihi. Sebentar doang Yah…"

SEEERRRRRR… Aku bisa mendengar suara tembakan air seninya di toilet. Deras sekali.
"Udah belom?” Tanyaku ketus.
”Liat aja sendiri…” Jawab Febby santai.

Aku berbalik, melihat putriku sedang menyemprot vaginanya dengan bidet.

“Ayo. Buruan ah.. Ayah udah telat nih. Harus cepet-cepet…”
“Coli? Hihihi…” Kekeh Febby yang kemudian mengambil tissue toilet, kemudian mengusap vaginanya pelan. Sambil melihatku, putriku menyelipkan lembaran lembut itu, diantara lipatan bibir vaginanya. Membuat tetesan air bilasan kencing yang menempel di celah kemaluannya, seketika kering dengan sempurna.

“Oh, ITIL Febby…Merah sekali warnannya, Sayang…” Batinku spontan, sembari menegukkan liur ke tenggorokanku yang kering. Dan dengan bodohnya, aku mengocok batang penisku yang masih kencang menegang
“Ayah beneran? Ga mau aku bantuin coli…?” Goda Febby sambil tersenyum genit kearah penisku

ASTAGA. Kagetku yang buru-buru melepas batang penisku.

“Gusah malu-malau gitu kali Yah. Aku udah pernah melihat Ayah telanjang kok sebelumnya. Dan kemarin, aku juga terbangun di tengah malam dengan kontol Ayah yang tepat berada di depan mulutku. Uhh. Seksi sekali, Yah. Saking dekatnya tuh kontol Ayah, aku jadi pengen jilat…” Ucap Febby yang entah mendapat keberanian darimana, tiba-tiba meraih batang penisku dan meremasnya pelan.

“Uuuuuhhh… “ Desahku yang juga tanpa terpikir oleh otak sehatku, secara Reflek, menyodorkan batang penisku maju. Kearah putri kandungku yang tersenyum lebar.
“Gede banget kontolmu, Yah…” Ucap Febby yang kemudian meremasi sekujur batangku. “Panjang. Dan berurat..” Tambah putriku lagi, sembari mulai menggerakkan tangannya naik turun di kemaluanku yang sudah begitu keras. Disertai dengan denyutan birahi yang begitu nyata terasa.

“Ohhh Febby. “ Sahutku ketika mendapatkan perlakuan cabul Febby.
“Aku bantu kocok ya Yah…?” Pinta putriku dengan jemari lentiknya, mulai mempercepat kocokan tangannya. Mencoba memberiku kepuasan ejakulasi.

Aku memejamkan mata. Menikmati kocokan tangan Febby pada batang kejantananku.

TEK TEK TEK TEK

ANJIIIIMMMM. Lembut banget tanganmu, Nak. Ditambah dengan lumuran sabun yang begitu licin. Membuatku semakin terlena merasakan godaan nakal putriku yang begitu nikmat itu. Tak lupa, biji pelerku pun, ikut diremasnya pelan. Diputar-putar satu tangan lainnya dengan gerakan yang lembut dan nikmat.

Dan, tanpa waktu lama, pusaran kenikmatan yang terasa begitu panas, berkumpul di sela kantung zakarku. Memompa perlahan semua persediaaan spermaku untuk segera dimuntahkan.

”Enak banget Yah?” Desah suara tiba-tiba terdengar halus ditelinga.
“Enak? Oh iya. Enak banget…” Jawabku mengiyakan.
“Ayah Suka? Aku kocok-kocokin kontol besarnya?”
“Banget…”
“Kalo mau keluar. Kasih tahu ya Yah. Mau dikeluarin dimana…”
“Dimana?”
“Bebas yah. Mau dimuka? Mulut? Atau tetek Febby juga boleh…”

“Febyy…?” Mendengar nama putriku barusan, aku merasa seperti jatuh. Terpeleset dari tangga tingkat sepuluh, dan menggelinding jatuh hingga kedasar.
“EH…? AASTAGA… FEBBY…!“ Aku berteriak kaget. Menyadarkan imajinasi mesumku. “Udah-udah. Kamu keluar dulu ya… ” Tolakku sambil menepis kencang tangan putriku yang masih sibuk naik turun di kemaluanku.

“Bentar Yah…” Elak Febby. Bersikeras mengurut kemaluanku.
“FEBBY. STOOPPP. Ayah mau mandi sekarang…” Bentakku sedikit menaikkan suara. Membuat putriku, kaget dan langsung menarik tangannya.

“Ohh. Maap Ayah… “ Kaget Febby yang langsung buru-buru melangkah keluar kekamar mandi.

“Maap…” Ulangnya lagi sambil menutup pintu kaca, dan keluar dari kamar tidurku.

Bersambung,
By Tolrat
 
Waduh.... Dimana nya yang tamat hu....
Perasaan masih kentang inih...
😭🥹😱
ada di DM ya sob

Lanjut suhu.
siappp

Maksih updatenya
samasamaaa

Monitoring
kijangsatu...kijangsatu...

Patroli siyang lagi
muter-ngider..

Mantap bangat ceritanya bang bikin gemetar 👍🏻👍🏻👍🏻
haseeeekk. pantengin terus sooob

Patroli malam lagi berharap ada update dimari
baru update sooobb

sedaaaap pool....👍👍👍
ahseeeekkkk. gurih

Ditunggu kelanjutannya suhu
udah tamat sooobb

Gaskan suhu
ngeeeennggg

monitoring & obeservasie
lanjuuueeeddd

cerita yg sangat menarik. Bagi link nya yg disebelah dong hu.. DM yaaa 🙏
siaaaappp

Standby waiting
jossss

Bentar lagi update nih
baru update sob

Absen lagi disini...
satu dua tiga

lancrotkan
gaaassssss

Sumonggo Daripada Dilanjoetken
siappp

Menanti updatenya suhuu
baru diupdate soobb

Update hu.. Setia menanti
terimakasih ya udah mantengin cerita febby..

Lanjutkan lagi suhu
pasteeehh

Jejak, hu.
sendal

ASTAGAAA.............




suwun updetnya
hehehehe. samasama sob

Hahahaha mantap tambah sableng aja febby
dilema seorang ayah ketika ada wanita lain didekatnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd