Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
52 - Pagar Makan Tanaman
POV : Linda/ AI Ling


MEPNX4U_t.jpg

Linda/ Ailing

MEK2W7B_t.jpg

Pak Imron

MEK2U9V_t.jpg

Afuk


Beranjak aku dari ranjang yang sangat kacau balau setelah kemasukan para preman kampung semalam. Velin tampak tidur nyenyak akibat kelelahan disetubuhi mereka. Di manakah Asen ?! Apakah semalam mereka telah menjahati putraku saat aku tak berdaya lepas dari cengkraman mereka. Kuperikasa ke kamar Asen, syukurlah kalau ternyata dia tidak apa-apa. Diranjangnya Asen juga masih tertidur. Rasanya semalam setelah para preman itu pergi dari rumah, Asen masih belum pulang ke rumah.

Setelah itu aku periksa ke kamar Elena dan ranjangnya masih tampak rapi. Dia dan Ayen pasti tidak pulang semalaman. Tapi biarlah, toh mereka sudah dewasa jadi aku tidak terlalu kuatir. Lagipula aku ini cuma mama tirinya.

"Hmmm..." tercium bau aroma tubuhku yang tidak sedap mengingatkan ku harus segera mandi. Lagipula ini sudah tidak pagi lagi. Aku harus segera membersihkan dan merapikan rumahku yang masih berantakan setelah semalam kedatangan para tamu tak diundang.

Lagi enak-enaknya mandi terdengar dering handphoneku dari ruang tamu. Buru-buru aku membersihkan diri agar mandiku cepat selesai. Hanya dengan penutup handuk aku bergegas keluar dari kamar mandi, untung keburu untuk menjawab telepon dari bang Faiz. Kurang lebih 15 menit pembicaraanku dengan bang Faiz lewat handphone.

Satu kejutan buatku kalau bang Faiz hendak mengajakku untuk berlibur ke Bali selama kurang lebih 10 hari bersama teman-temannya. Siapa sih yang gak senang liburan?! Tentu saja aku sangat pengen ikutan sekalian refreshing. Katanya dia juga mengajak Asen, rupanya semalam Asen nginap di rumah bang Faiz. Dalam hatiku aku merasa senang, karena akhirnya ada kesempatan untuk liburan setelah sekian lama aku tidak berlibur sejak usaha kami bangkrut dan pindah ke kampung ini.

Kebetulan besok sore Afuk suamiku akan pulang dari luar kota. Jadi besok malam aku akan minta izin padanya. Seharusnya dia mengizinkanku karena selama ini aku sudah bebas. Aku tidak lagi mengurus toko kelontong. Lagipula usaha oli drumnya dia cuma percayakan kepada Elena putri kandungnya untuk mengurus. Aku tidak dilibatkan sama sekali. Tapi sepertinya usaha olinya yang di sini sedang ada kendala, sehingga dia buru-buru pulang untuk menyelesaikan masalah itu.

Setelah aku selesai menjawab telepon, kuletakkan kembali handphone ke meja ruang tamu. Tiba-tiba terdengar suara dari luar. Astaga..!! ternyata ada sekelompok anak pemuda kampung diam-diam sedang mengintipku dari luar jendela.

Heeeiii.!!!! SIAPA ITU ...??!! DASAR KURANG AJAR KALIAN...!!! kujeriti mereka lalu merekapun melarikan diri sampai melompati pagar rumah sambil tertawa-tawa mesum.

MAMAAA...!!! jerit Velin dari dalam kamar. Rupanya sebagian pemuda kampung lagi ada yang sedang mengintip dari jendela kamar tamu tempat Velin tertidur. Jeritanku ternyata membangunkan Velin. Setelah dia bangun dia baru sadar kalau sedang diintip dalam keadaan telanjang. Untung ada selimut yang bisa dipakai untuk menutupi tubuhnya.

"Udah Linnn... mereka sudah pergi..." kataku menenangkan Velin.

"Mereka siapa sihhh...?! tanya Velin

"Mama juga gak tahu... kalo sekilas pandang tadi itu mereka pasti pemuda kampung sini..." jelasku.

"Kurang ajar banget sihhh... berani-beraninya mereka mengintip..." ucap Velin dengan kesal.

"Sudahlahhh.... yang penting mereka gak berani jahati kamu Linnn.... cepat lu pergi mandi... badannya udah bau sekali looo....." kataku. Setelah Velin pergi mandi dan aku membersihkan dan merapikan seluruh kamar tamu ini.

.......................



Malam harinya kuintip dari jendela kamarku yang menghadap keluar jalan, ada beberapa pria yang tidak kukenal nongkrong di depan rumah. Kuperingatkan kepada semua orang yang ada dirumahku agar jangan coba-coba buka pintu. Sesuai dugaanku, mereka memakai cara yang sama. Kembali meteran listrikku dimatikan sehingga rumah kami menjadi gelap. Tadinya Asen hendak keluar rumah, tapi kutahan agar tidak terulang kejadian semalam.

Velin juga udah mengeluh karena kalau tidak ada aliran listrik, handphone mereka akan padam. Anak-anak zaman sekarang tidak bisa hidup tanpa handphone. Terpaksa aku hubungi bang Imron untuk datang ke rumah mengatasi pria-pria yang ada di luar sana. Akhirnya, Pak Imron datang dan mengusir mereka semua pergi dari pekarangan rumah kami.

"Semua sudah aman Linggg...sudah bapak usir semua...." kata Pak Imron

"Makasih banyak lo Pakkk... untung ada bapakkk...." kataku.

"Tidak masalah Linggg... pokoknya kalau orang itu datang mengganggu langsung saja telepon bapak.... biar bapak urus....pasti semua beresss....ha ha ha" katanya bangga.

"Iya Pakkk.... Aling buatkan teh manis dulu buat bapak yaaa..." kataku mempersilakan dia duduk dulu di ruang tamu.

"Terimakasih Linggg... gak usah repot-repot...." katanya.

"Gak apa Pak... cuma segelas teh manis tidak repot koq Pakk...." kataku.

Setelah kubuatkan teh manis, ku duduk disampaing Pak Imron menemani dia untuk ngobrol sebentar. Makin ngobrol makin berani Pak Imron merangkul bahuku. Bahkan dia mencoba untuk mencium bibirku.

"Jangan Pakkk.. ada anak-anak... mereka belum tidur..." kataku.

"Maaap...abis bapak selalu kangen sama Alinggg...." godanya.

"Masa sihhh..?! tapi ini sudah malam lo Pakkk.... bapak belum mau pulang untuk istirahat...?! tanyaku.

"Bapak pikir Bapak malam ini akan tidur di ruang tamu saja... supaya kalau orang-orang gak beradab itu kembali bisa bapak usir...." usul Pak Imron. Sebenarnya aku kurang setuju dia nginap di rumah.

"Gak usah Pak... kalau orang itu kembali, nanti aku akan hubungi Bapak lagi....." kutolak secara halus.

"Jangan Linggg... takutnya kalau Aling hubungi bapak pas lagi tidur, bapak gak bisa angkat telepon.....nanti Aling diganggu lagi sama mereka..." alasannya. Kalau sudah ngotot begini, apa boleh buat.

"Ya udah deh... kalo gitu aku mau tidur dulu ya... udah ngantuk nih...." kataku.

"Silakan Lingggg..... bapak akan berjaga di sini saja....selamat malam sayanggg....." katanya.

Akupun segera masuk ke kamarku dan mengganti pakaian tidur yang nyaman dipakai. Malam ini aku harus menikmati tidur yang pulas. Tubuhku rasanya lelah setelah semalam dikerjai oleh sekelompok pria kampung.

Setelah ketiduran, sekitar jam 1 subuh tidurku agak terganggu karena ada berkali-kali suara sepeda motor dengan suara knalpot yang agak berisik sedang lalu lalang di depan rumahku. Kuperhatian mereka dari luar jendela, mereka hanya melewati dengan sepeda motor namun tidak berani berhenti karena ada Pak Imron. Mereka bisa tahu karena sepeda motor Pak Imron sedang terparkir dalam pagar rumah. Dan akhirnya mereka kabur sendiri. Setelah tenang aku kembali berbaring di ranjangku, tapi teringat dengan Pak Imron. Apakah dia bisa tidur dia atas sofa. Mungkin ada baiknya kalau dia tidur saja di kamar tamu.

Aku keluar dari kamarku mencari Pak Imron di ruang tamu. Oh ternyata dia tidak ada di ruang tamu. Hanya ada sebuah asbak rokok yang penuh dengan abu dan puntung rokok yang terletak di meja.

Tiba-tiba ada yang memelukku dari belakang, dan itu Pak Imron.

"Aling sayangggg.... lu cari bapakkk yaaa...?! bisiknya dari belakang sambil memelukku. Nafasnya sangat berbau rokok. Tanganku mencoba melepaskan diri dari rangkulan kedua lengannya yang kuat melingkari perutku.

"Ohhh Paaakkk...?! Dari mana saja...?? kataku.

"Tadi bapak kencing di toilet....gitu lihat Aling yang cantik begini langsung bapak datangi....hehehe..." jelasnya di dekat telingaku.

"Tadi ada orang-orang yang lalu lalang pake motor di depan rumah..." kataku.

"Bapak tahu Linggg.... tidak ada yang berani ganggu kita sayanggg... " katanya menciumi leher belakangku. Nafas dan kumisnya yang menyentuh kulit area belakang leher dan pundakku terasa geli. Pakaian tidurku memang hanya disanggah oleh tali yang tipis.

Tangannya mulai bergerilya ke dalam baju tidurku langsung mengincar payudaraku tanpa penutup bra. Dengan kuat salah satu telapak tangannya meremas buah dadaku, sedangkan lengan satunya masih merangkul perutku agar tubuhku tidak lepas darinya.

"Aaaahhhh Paaakkkk....jangaaannn...Paaaakkkk....!!! kucoba menolak perlakuannya.

"Ayo lahhhh sayanggggg..... kenapa lagi.. anak lu kan udah tidur semua....." desaknya.

"Jangaaaaannn Pakkkk...aku lagggiii capek.....aaaahhh....jangggg.....aaannn...." kataku sambil menahan sensasi geli saat jarinya memainkan putingku.

"Malam ini kan bapak akan jaga Aling dan keluarga... masaaaa gak adaaa rasa terimakasih lu sama bapakkkk...." desaknya.

"Buuukkannn begitu Pakkk.... " belum sempat kulanjutkan perkataanku,

"Banyaaak kalii alasan kauuu.....cepat kita ke kamar lu..." bentaknya lalu menggangkat tubuhku dengan paksa. Dia sudah tahu yang mana ruang kamar tidurku. Tubuhku ditopang ke pundaknya sambil berjalan ke arah kamarku.

"Paaakkk lepassskannn...turunkannn aaaakuu......!!!! jeritku tanpa dipedulikan terus berjalan sampai tiba di kamar tidurku. Tubuhku dilemparkan ke ranjang, kemudian dia melepaskan pakaiannya satu per satu.

"Kau jangan sok suci... tubuh lu sudah bapak entot berkali-kali tapi masih berlagak perawan....!!! bentak Pak Imron.

"Bukan gitu... aku lagi gak pengen Pakkk... lagi capek bangettt..." alasanku.

"Diam kau..!!! Habis kena kontol bapak nanti capeknya hilanggg...!!! bentaknya lagi. Pak Imron naik keranjang langsung menerkam tubuhku. Seluruh pakaian tidurku yang longgar dilucuti dengan mudah sampai aku telanjang bulat.

"Bapak tak akan pernah bosan entot tubuh lu Lingggg.... wanita cina kayak lu selalu enak kalo dientot....hehehehe....." katanya sembari mencium dan menjilati leher dan area dadaku.

Lidahnya menjalar turun ke payudaraku sampai putingnya dijilati dan diisap dengan kuatnya.

"Kenyaaallll...!!! Putingnya kerassss...!!! Ini yang paling bapak sukaaaa.....srrruuuuppp....sssruuuppp..."

"Aaaaarrrhhh...jangannnn kuattt kuatttt....sakitttt....aaaaaarrhhh....!!! erangku.

"Bapak udah gak bisa nahan nafsu bapaaaakkk..... lu terlalu bikin bapak bernapsuuu Linnngggggg..... !!!

"AAAAAHHHH PAAAAKKKK....!!! Pelannn pelaaannnn....!!! Pak Imron semakin kasar menyetubuhiku seperti orang yang kesetanan.

"Sini memek kau Lingggg....!!!Pahaku dilebarkan lalu penisnya besarnya dipaksa menerobos ke dalam lubang vaginaku. "AAAAAHHHHH.....!!!!

"Ooooohhhh enakkkk... biar bapak sudah berusia begini tapi memek Aling ini yang paling bapak dambakannn..." tidak banyak bicara lagi, penisnya langsung mengenjotku dengan kencang. Nafsunya terus meningkat seakan lupa usia.

"Aaaaaaaaahhh...aaaaahhh.... ooooohh...."

Tidak kusangka malam ini kembali aku disetubuhi. Apakah tubuhku terlalu menarik sampai setiap malam aku harus melayani nafsu bejat para lelaki kampung ini. Tidak bisa kusangkal bahwa aku kelelahan menghadapi lelaki kampung yang nafsunya besar-besar. Walaupun emosiku terasa lelah tetapi tubuhku berkata beda. Dalam kelelahan masih ada rasa nikmat ketika digenjot oleh ketua preman ini. Aku sempat orgasme sampai berkali-kali sampai akhirnya Pak Imron menumpahkan spermanya dalam rahimku.

Pikirku malam ini aku bisa tidur nyenyak tanpa gangguan. Siapa sangkah " Pagar Makan tanaman" terjadi padaku. Pak Imron yang kuharap menjagaku agar aku bisa tidur dengan tanang, malah dia yang mengauli tubuhku. Tapi aku masih harus berterimakasih padanya karena akupun mendapatkan kepuasan disetubuhi olehnya setalah gairahku dipancing keluar olehnya. Malam ini aku tidur seranjang dengan Pak Imron sampai pagi-pagi sebelum semua anak-anakku bangun.

..................

Sorenya aku menunggu kepulangan Afuk ke rumah. Tidak sabar aku ingin bicara dengannya soal liburan ke Bali dan aku yakin dia pasti mengizinkannya. Sekitar pukul 6 petang, Afuk pun tiba di rumah.

Kuperhatikan mimik wajah Afuk sepertinya suasana hatinya tidak terlalu gembira. Mungkin karena kelelahan perjalanan atau terbawa mood karena persoalan kendala bisnis olinya yang sedang bermasalah.

Kucoba untuk merubah suasana hatinya. Aku memasak beberapa lauk kesukaan Afuk untuk makan malam bersama menyambut kepulangannya. Selama makan malam bersama, Elena menjelaskan kendala yang terjadi dalam usaha oli yang dipegang olehnya. Baru kuketahui persoalannya saat makan malam bersama. Rupanya masalah pengantaran barang ke pelanggan sering mengalami keterlambatan. Memang Afuk ada sedikit marah dengan Elena, tetapi tidak terlalu meluap. Elenapun mendengarkan arahan dari Afuk agar masalah tidak terulang kembali. Kami semua yang lain pun ikut mendengarkan tanpa berani membantah selama pembicaraan makan malam berlangsung. Suamiku sungguh bersemangat mengembangkan usaha ini.

Setelah makan malam, kebiasaan Afuk suka nonton siaran berita di televisi. Setelah memberaskan urusan dapur, akupun lebih dulu masuk ke kamar untuk berdandan. Dengan sedikit rias malam dan mengenakan gaun tidur lingerie yang seksi sependek paha dan celana dalam g-string. Beberapa bagian ada yang transparan. Payudaraku yang kubanggakan amat menonjol keliatan jelas menggoda. Sambil menunggu suamiku masuk kamar, akupun duduk berbaring diranjang sambil bermain handphoneku.

Ada pesan WA masuk dari bang Faiz yang mengirimkan foto-foto destinasi liburan yang akan dikunjungi. Indah sekali pemandangan di Bali. Tidak sabar rasanya ingin menginjakkan kaki di pulau dewata yang banyak pantai indah. Tapi aku harus bersabar karena keberangkatan masih harus menunggu satu minggu lagi.

Sembari aku menunggu Afuk masuk kamar, aku harus pikirkan gimana cara ngomong agar dia mengabulkan keinginanku. Tidak mungkin aku terus terang bilang Faiz mengajak aku liburan, bisa bikin masalah. Lebih baik aku bilang liburan bareng ibu-ibu sanggar senam. Betul, begitu lebih aman.

Setelah nunggu sekitar satu jam lebih, akhirnya pintu kamarku terbuka dan Afuk pun bersiap ingin tidur. Pura-pura aku sibuk bermain hape dengan posisi tidur menyamping. Salah satu pahaku kuangkat agar putih mulusnya terpampang jelas. Dengan posisi itu akan terekspose bentuk tubuhku, bahkan payudaraku mudah terlihat dari samping sedang tergantung bebas. Aku tahu kalau mata Afuk sempat melirik padaku.

"Gimana perjalanannya Fukkk....?" tanyaku basa basi.

"Tadi perjalanannya lancar... keberangkatan pesawat tepat waktu...." jawab Afuk sambil duduk di tepi ranjang.

"Bagus dong kalau lancar... pasti lu cepek udah perjalanan jauh..." kataku sambil memijat pundaknya dengan lembut.

"Biar cepek juga harus ditempuh demi urusan bisnis bisa segera selesai....." tegasnya.

"Iya Fukkk.... moga semua lancar yaaa...." jawabku lembut

"Ngomong2, lu koq baik kali malam ini...?! Afuk berbalik menatap wajahku turun ke seluruh tubuhku.

Aku terdiam sejanak tidak tahu harus menjawab apa. Akupun turun dari ranjang lalu berdiri dihadapannya.

"Fukkk... aku rindu padamu..." kataku sambil menurunkan kedua tali penyangga lingerie ku hingga gaun tidurku jatuh ke lantai. Payudaraku terpampang jelas dihadapannya. Tinggal celana dalam g-stringku yang berwarna merah yang masih menutupi area selangkanganku.

"Fukkk... kita sudah lama tidak melakukan ini...." kataku terus terang. Nafas Afuk sudah mulai gak karuan. Dengan cepat dia menarik tanganku lalu membaringkan aku ke atas ranjang. Dia mulai mencumbui leherku menjalar ke pundak dan leherku dengan nafsu mengebu-gebu.

Kunaikkan kaos oblongnya dan dia pun bekerjasama dengan melepaskan sendiri. Kuraba barang kemaluannya dari luar celana, terasa sudah mengeras. Kumasukkan tanganku ke dalam celana langsung mengincar penisnya.

"Aaaahhh Lingggg.... lu makin nakal ajaaa...." ucapnya.

"Iyaaakahhh...?! Aku udah pengen Fuukkkk... udahhh lama sekaliii...." kataku mencoba menurunkan celananya. Dan Afuk pun menurunkan sendiri celana sekaligus celana dalamnya. Penisnya sudah berdiri tegak sempurna.

Kucoba mengenggam penis suamiku lalu mengosoknya. Rasanya memang agak beda dengan penis milik lelaki pribumi. Penis suamiku masih ada lapisan kulitnya yang harus digeser agar keliatan bentuknya. Dari segi ukuran pun memang tidak sebanding. Tapi biarlah, semoga saja malam ini kejantanan suamiku bisa muaskanku.

Afuk sudah tidak sabar ingin memasukkan penisnya kedalam vaginaku. Kubiarkan dia turunkan celana dalamku. Kubuka lebar-lebar kedua pahaku menyambut kehadiran penis suamiku yang sudah lama tidak berlabuh ke vaginaku.

"Siniii Fukkkk.... masukin siniiii...." ajakku.

"Linggggg... kamu benar-benar beda sekaranggg....." katanya.

"Beda apanya Fukkk...? tanyaku.

"Makin binalll... udah bukan Aling yang kukenal dulu...." katanya.

"Udahhh aaaahhh.... cepat masukinnnn ke dalammm...." desakku.

Dengan lancar penis suamiku masuk ke dalam vaginaku. Sejujurnya penisnya tidak terlalu berasa dibanding dengan punya Pak Imron yang semalam lebih dulu berlabuh dalam vaginaku. Namun aku harus berpura-pura nikmat demi memuaskan suami.

"Aaaaaahhh...Fuuukkk.... trusss Fukkkkk....aaaahhhh....." desahku agak memaksakan diri.

"Lebihhh cepattt Fukkkkk......" desakku

"Jangaaann cepattt-cepattt Lingggg.... nanti cepat keluarrrr...." kata Afuk

"Lambat begini gak enakkk Fuuukkkk.... cepetin dongggg...." aku merengek.

"Iyaaaa... aku usahakan sebisanya....aaahhh...aahhh..." kata Afuk.

"Lagi donggg... lebih cepattttt....ayyyyooo Fuuukkk....." desakku lagi.

"Gaaaakkk bisaaaa Linggggg..... aaaaahhh.....akuuu gak kuaaattt lagiii...." kata Afuk

"Bisa Fuuukkkk.... dulu lu bisaaaa....cepetin laggggiiiii....."

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhh...!!! Suamiku ejakulasi hebat. Spermanya masuk kedalam vaginaku. Tubuhnya tumbang menindihku. Nafasnya begitu berat seperti orang kena sesak nafas. Akupun harus berpura-pura orgasme agar dia tidak kecewa.

"Oooohhh Fuuukkkk.....aaaaaahhhh.....aku sampeee jugaaa....!!! kataku berpura-pura.

"Benarkahhh...?! haaahh...haaaaahh...." tanyanya sambil bernafas berat.

"Iyaaaa Fukkk.... makasih yaaaa...." terpaksa aku berbohong. Afukpun memindahkan tubuhnya ke sampingku dengan tatapan kelelahan.

Aku harus menantikan saat yang tepat untuk menyampaikan rencanaku padanya. Kubiarkan dia beristirahat sampai nafasnya kembali normal. Kusadarkan kepalaku pada lengannya.

"Fuuukkk kamu puasss...?! tanyaku basa basi.

"Puasss Lingggg.....haaahh...hhaaaahh... bentar aku rehat dulu..." katanya.

"Iya Fukkk... lu udah kecapekan...bobo aja dulu....." kataku lembut.

Beberapa saat kemudian kami hanya terdiam,

"Fuuuukkk.....

"Fuuuukkk....

"Grrrooookkk.....grrrroooookkk...."

Baru saja aku mau bicara tapi suamiku sudah mendengkur. Malam ini sepertinya bukan waktu yang tepat untuk membicarakan hal ini. Lagipula dia sudah kelelahan setelah perjalanan jauh. Lebih baik besok saja aku akan bicara dengannya.

Dalam keheningan malam hatiku menggerutu. Dengan mudahnya suamiku keduluan tidur, sedangkan birahiku masih belum dituntaskan. Terbayang kejadian yang semalam terjadi di kamar ini juga. Aku menyesal semalam sempat menolak Pak Imron yang ingin memuaskanku. Hatiku menjerit pada Pak Imron, kalau malam ini aku butuh dirimu untuk menuntaskan gairahku yang gagal diberikan suamiku. Kini aku hanya bisa berusaha mengabaikan gejolak birahi dalam tubuhku dengan berusaha untuk tidur, sambil berharap bahwa besok adalah kesempatan yang baik untuk mengutarakan keinginanku.



Apakah besok adalah waktu yang tepat untuk menyampaikan keinginanku pada suamiku ?
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd