Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Novi : Perselingkuhan dengan Tetangga Yang "Amoy"

ufpuntadewa

Semprot Lover
Daftar
26 Aug 2014
Post
261
Like diterima
5.169
Bimabet
PART I - PROLOG
---------------------------

Sesuai dengan polling asal2an di cerita gw sebelumnya (Ida - Perselingkuhan dengan Partner Kerja yang STW), sekian banyak pembaca ngebantu gw buat milih siapa sosok "mantan" pasangan selingkuh yg menarik untuk gw share di cerita berikutnya. Dan pilihan pun jatuh pada sosok seorang amoy yg kebetulan juga pernah bertetangga sama gw.

Sekedar meluruskan, istilah "amoy" sebenernya ditujukan untuk wanita keturunan tionghoa yg berusia lebih muda atau bahkan lebih mirip seorang adik perempuan (CMIIW ya hu kalau ada yg lebih paham). Kenapa gw bahas2 soal istilah "amoy" ini? Karena sebenernya gw juga ga begitu sreg dengan istilah "amoy", terlebih sosok wanita yg bakal gw ceritain ini juga bukan wanita yg lebih muda gimana2. Tapi pastinya istilah ini bakal bikin banyak orang lebih mudah mengenali tipe wanita yg gw maksud, plus mungkin akan menarik minat lebih banyak pembaca aja, makanya judul cerita pun menggunakan istilah "amoy" tadi.

Skip skip skip. Gw coba lanjut ke ceritanya aja.

Disclaimer aja nih : Prolog dalam proses perkenalan dengan tokoh bakal lumayan panjang, TS cuma coba lebih memperdalam jalan cerita sebenarnya meski tetap sebisa mungkin disingkat2 tanpa membuat ga nyambung antar alur nya. Jadi bagi yg menanti2 sesi exe nya, harap bersabar ya. šŸ˜

----------

Jadi boleh dibilang kejadian di cerita ini masih lumayan fresh alias terjadi belum terlalu lama ini lah, lebih tepatnya di masa2 setelah momen pergantian tahun 2021 lalu. Gw saat itu memang sudah berkeluarga bahkan sudah memasuki usia pernikahan yg ke 2 tahun, dan tinggal bersama istri gw di daerah Tangerang. Tapi pekerjaan gw saat itu sedang terfokus di daerah Karawang dikarenakan ada proyek besar yg harus diawasi secara rutin untuk beberapa bulan sejak penghujung tahun 2020. Awalnya selama 2 minggu pertama gw masih sanggup bolak-balik antar Tangerang ke Karawang yg jarak tempuhnya lumayan menguras tenaga, terlebih karena gw selalu mengendarai mobil pribadi yg sekali jalan saja bisa menghabiskan waktu 3 sampai 4 jam. Apalagi jika harus lembur dan pulang telat gw bisa sampai rumah itu sekitar jam 12 malam. Akhirnya setelah negosiasi dengan pihak perusahaan tempat gw bekerja, fasilitas rumah sewa pun diberikan untuk beberapa bulan selama proyek tersebut masih berjalan.

Untungnya gw bebas memilih lokasi rumah sewa sesuai yg gw inginkan, setelah survey singkat ditentukan lah lokasi kontrakan gw di sebuah perumahan cluster yg cukup nyaman dan memang sebagian penghuni nya bukan warga tetap karena sama2 penyewa sementara. Istri gw pun ga keberatan jika gw harus menetap jauh dari rumah dengan catatan seminggu sekali gw tetap pulang ke rumah, dia sendiri ga bisa ikut gw pindah meski sementara karena sama2 sibuk dengan pekerjaan. Hanya sesekali istri gw pernah ikut, itupun cuma ketika dia sedang senggang sekedar jalan2 lalu pulang kembali ke Tangerang.

Satu bulan awal tepatnya di Oktober 2020 meski sudah mulai menghuni kontrakan itu tapi gw hampir jarang sekali berada di rumah. Gw lebih nyaman berada di lokasi kerja meskipun ga sedang lembur, daripada pulang ke kontrakan dan ga ada kegiatan sama sekali. Sehari2 di kontrakan kegiatan gw cuma nonton TV, main game, cek dokumen2, tiduran, begitu terus sepanjang hari. Sampai suatu ketika gw mulai jenuh akhirnya gw mutusin untuk cari kegiatan baru yaitu olahraga, lumayan lah untuk ngejaga kondisi badan supaya selalu fit daripada malas2an terus di kontrakan. Mulai dari berenang atau treadmill ringan di fasilitas umum yg tersedia di dalam perumahan, sampai jogging lari pagi sebelum mulai berangkat ke tempat kerja.

Kegiatan2 olahraga iseng ini ternyata cukup membantu gw untuk bersosialisasi dengan warga lain, bahkan beberapa orang mulai terasa familiar karena sama2 rutin berolahraga di lokasi yg sama. Adapun salah satu warga yg gw kenal karena sering dijumpai di area kolam renang yaitu Pak Kosim alias Ko Sim. Yap, Pak Kosim sebenarnya masih berusia cukup muda bahkan mungkin sebaya gw, namun karena merupakan pria keturunan tionghoa jadi banyak warga menyapanya Ko Sim yg lama kelamaan justru lebih dikenal sebagai Pak Kosim, ha ha ha (Sim ini sendiri nama samaran ya, he he he).

Pak Kosim merupakan satu dari beberapa warga lain yg rutin berolahraga di fasilitas kolam renang di dalam perumahan. Awalnya gw ga terlalu perhatian dengan anggota keluarganya yg lain, terutama karena Pak Kosim lebih sering berenang bersama anak nya yg masih kecil. Dari situ gw cukup tau kalau Pak Kosim juga sudah sama2 berkeluarga. Jarang sekali kami ngobrol terlebih dalam kondisi pandemi covid sehingga masing2 orang cukup sadar untuk berjaga jarak, paling hanya saling sapa setiap berpapasan.

Barulah di pertemuan ke sekian kalinya gw jumpai sosok istri Pak Kosim, yg belakangan gw tau ternyata selama ini kadang istrinya ikut namun bukan untuk berenang melainkan berolahraga di dalam ruang gym di lokasi yg sama. Ruang gym sendiri sebenarnya bersebelahan dengan area kolam renang namun di lantai atas, jadi meski gw sedang berada di kolam renang bukan berarti gw bisa selalu ngeliat pengguna fasilitas gym tersebut. Namun suatu sore itu ketika gw dan Pak Kosim sedang berada di kolam renang dan dalam jarak berjauhan, tiba2 istrinya muncul dalam balutan pakaian olahraga kasual yg sudah dibasahi keringat lengkap dengan handuk kecil di lehernya. Istri Pak Kosim juga merupakan wanita keturunan tionghoa yg berusia sama mudanya, berperawakan tubuh agak lebih pendek dan agak semok. Rambutnya hitam panjang namun saat itu diikat cepol bulat di atas kepala sehingga semakin memperjelas kulit putih khas wanita tionghoa umumnya. Pakaian yg dikenakan istri Pak Kosim hanya kaos hitam ketat berlengan pendek dan legging selutut berwarna senada, cukup lah menunjukkan lekuk tubuhnya dengan dada yg ga terlalu menonjol namun lengan, bokong, dan pahanya cukup padat berisi.

Saat itu gw belum bisa ngeliat wajah istri Pak Kosim dengan jelas, selain dari jarak yg agak jauh istri Pak Kosim juga sedang menggunakan masker medis menutupi setengah wajahnya. Dari sini lah gw mulai penasaran terhadap sosok istri Pak Kosim dan mulai diam2 mencari info lebih banyak. Salah satu media yg biasa gw manfaatkan yaitu sosial media, dimulai dengan mencari tau nama lengkap asli Pak Kosim lalu gw telusuri fitur pencarian berbagai sosial media, sampai akhirnya gw temukan akun sosial media inst*gram (IG) milik Pak Kosim. Ga butuh waktu lama gw pun bisa nemuin akun IG istrinya setelah menelusuri foto2 yg Pak Kosim post. Akhirnya gw tau kalau nama istri Pak Kosim yaitu Novi (nama samaran yg gw plesetin dikit sih, he he he).

Meski akun Ci Novi (biar lebih berasa chinese nya ya, he he he) ini di-private dan dengan foto profil yg ga jelas, gw bisa cukup jelas ngeliat wajah Ci Novi dari foto2 yg dipost oleh Pak Kosim. Yaa standar wajah2 wanita keturunan tionghoa lah, lebih kental wajah oriental nya dengan mata agak sipit dan bibir yg tipis, bukan versi tionghoa semi2 indo yg jauh lebih manis. Tapi apalah artinya wajah menarik atau tidak, toh gw udah pernah merhatiin lekuk2 tubuhnya langsung. Sudah terlanjur penasaran yg bikin kebayang2 sejak saat pertama kali ngeliat di kolam renang waktu itu.

Gara2 merasa ada keuntungan lain yg gw dapat dari rutinitas olahraga di perumahan ini, gw pun jadi lebih rutin bahkan bisa setiap hari meluangkan waktu olahraga meski cuma jogging. Siapa tau ada sosok2 wanita lain yg bisa gw jumpai secara ga sengaja selain Ci Novi nantinya. Ternyata hampir ga ada sosok2 menarik lain yg gw temui, justru karena keseringan jogging keliling perumahan malah sosok Ci Novi yg sering kebetulan gw lihat. Ci Novi rupanya juga aktif bersepeda santai bersama anaknya meski cuma keliling perumahan, beberapa kali gw jumpai Ci Novi bersepeda di pagi atau sore hari sampai2 gw mulai hafal kapan waktunya dia akan keluar rumah untuk bersepeda. Mungkin karena akhirnya gw mulai coba menyesuaikan waktu jogging gw dengan perkiraan Ci Novi bersepeda, dari mulai jarang sampai akhirnya lumayan sering kami berpapasan di jalan. Dari mulai yg cuek sampai akhirnya gw mulai berani menyapa ketika kebetulan berpapasan.

Sekedar "Mari Bu.." atau "Sore Bu.." sapaan gw sambil berlari dan menyapa Ci Novi yg juga sedang mengayuh sepedanya, dibalas dengan respon mengangguk atau raut tersenyum di balik masker yg menutupi wajahnya. Sering kali Ci Novi menggunakan pakaian santai rumahan biasa saja ketika bersepeda, bukan pakaian khusus olahraga kecuali sepatu kets yg digunakannya. Bukan outfit yg cukup mencolok lah, mungkin karena Ci Novi juga menjaga penampilan jika di tempat umum yg terbuka.

Namun pernah suatu kali gw temui Ci Novi bersepeda menggunakan kaos longgar yg berdada V agak rendah, ga sampai menunjukkan belahan dadanya tapi sangat jelas memperlihatkan kulit dadanya yg putih bersih dan mulus banget. Segitu jelasnya bahkan gw sampai bela2in berlari satu lap lagi demi mendapat kesempatan ngeliat Ci Novi lagi sore itu. Bukannya sekedar menjumpai Ci Novi, malah yg gw lihat dari kejauhan Ci Novi sedang menepi dengan sepedanya beristirahat di pinggir taman ditemani Pak Kosim. Gw yg udah kepalang tanggung menjauh dari arah rumah sempat berpikir ulang mengenai rencana berikutnya, sampai muncul lah ide yg brilian. Ketika semakin mendekati posisi Ci Novi dan suaminya itu, gw mulai berhenti berlari dan coba berjalan santai seolah2 sedang pendinginan. Saat itu gw berencana untuk sok beramah tamah antar sesama warga saja dengan Pak Kosim seolah2 ga ada hal yg perlu dicurigai.

"Wahh, gowes terus ya Pak, hahaha", sapa gw ke Pak Kosim sambil perlahan berjalan ke arahnya.
"Hahaha, nafas dulu lah ini sambil neduh Pak", jawab Pak Kosim.
"Sipp lah monggo dilanjut Pak", ujar gw lagi masih sambil terfokus ke Pak Kosim saja. ci Novi sendiri sekilas terlihat sedang sibuk duduk di pinggir taman dengan anaknya.
"Sendirian terus Pak?", tanya Pak Kosim tiba2. Nah pas bener nih jadi ada bahan obrolan buat ikut berhenti sejenak.
"Hahaha. Sendirian aja sih di sini, istri saya di Tangerang ga ikut netap di sini", jawab gw sambil berhenti tepat di dekat Pak Kosim.
"Oh saya kira belum berkeluarga. Pantes setiap hari olahraga sendirian terus ya, hahaha", canda Pak Kosim dengan ramah.
"Yaa begitu lah Pak. Tumben jarang ketemu di kolam lagi belakangan ini?", tanya gw balik ngasal demi ada bahan obrolan aja.
"Pas ga ketemu aja kali Pak, masih lah kadang2 ke kolam", jawab Pak Kosim, yg lalu berlanjut ke obrolan2 lain antar sesama bapak2 lah waktu itu. Sepanjang obrolan kami gw agak sulit mencuri2 pandang ke Ci Novi, cuma beberapa kali sepintas gw bisa ngelirik ke arahnya yg sedang duduk bersama anaknya. Sambil berpikir keras gw mencari2 celah untuk bisa ngeliat jelas Ci Novi, sampai muncul ide bahan obrolan lain.
"Si jagoan sudah kelas berapa ini?", tanya gw dengan nada sopan sambil menunjuk dan melihat anak laki2 nya yg sedang duduk bersama Ci Novi.
"Baru 5 tahun ini Pak, cuma badannya aja yg bongsor", jawab Pak Kosim.
"Oh saya kira udah sekolah loh ini. Mana kayanya jago banget udah aktif renang sama sepedahan aja", sahut gw lagi sok akrab dan terus memperhatikan anak Pak Kosim. Tentunya dengan jelas bisa memperhatikan Ci Novi juga yg dengan posisi duduknya itu bisa gw pandangi jelas kulit putih wajah sampai pangkal dadanya. Sedangkan anak Pak Kosim masih dengan wajah bengong kaya ngerasa "ini orang siapa sih?", ha ha ha.

"Iyaa om, aku masih belum sekolah ini.. Say hello dong ke om nya", tiba2 suara Ci Novi pelan ke arah anaknya, seperti meminta anaknya untuk balas menyapa gw dengan ramah namun tetap diam ga bersuara sama sekali.
"Hahaha masih malu2 ya Bu. Lain kali berenang2 bareng om yuk, skalian ajarin om berenang dong.. Eh siapa namanya ini?", sahut gw sambil bercanda sok akrab. Pak Kosim sendiri waktu itu hanya ikut nyengir saja sambil ngeliat anaknya.
"Farrel omm.. (nama samaran)", suara Ci Novi menjawab kembali, disusul senyum malu2 anaknya sambil ngumpet di balik punggung Ci Novi.
"Loh kok ngumpet2 anak cowo. Nanti sepedanya diambil sama om nya loh ini, hahaha", sahut Pak Kosim, diiringi suara tawa kami semua waktu itu termasuk Ci Novi yg jelas2 tersenyum lebar bahkan ke arah gw. Meski sekilas namun sempat kami saling lirik, momen yg justru bikin wajah Ci Novi tampak lebih manis daripada yg gw lihat di foto.

Setelah beberapa saat gw ngobrol gw pun berinisiatif pamit duluan, yaa cukup lah saat itu gw puas2in merhatiin Ci Novi lebih dekat. Saat itu gw cukup bisa ngerasain sosok Ci Novi yg mulai bisa ramah ke gw juga, jadi gw pun udah ga segan lagi untuk tetap menyapa nya ramah di kemudian hari. Di hari2 setelahnya pun gw masih dengan rutinitas berolahraga yg sama, begitu juga Ci Novi.

Mungkin karena gw yg terlalu sering berjumpa dengan Ci Novi akhirnya setiap hari gw uring2an sendiri di kontrakan ngebayangin dia. Sering coba mengatur rencana untuk bisa lebih sering bertemu bahkan kalau bisa mulai ngobrol akrab tanpa suaminya. Beberapa kali gw beralih dari jogging ke nge-gym dengan harapan siapa tau berbarengan dengan Ci Novi juga, namun sialnya ga kunjung kesampaian pertemuan yg gw harapkan. Gw pun terus mencari2 cara sambil suatu malam gw ga tahan untuk nekat coba follow akun IG Ci Novi dengan akun palsu yg memang sejak lama gw manfaatin untuk nyari2 mangsa atau gebetan sekaligus buat stalking bacol2an gw.

3 hari berselang ternyata akun IG palsu gw diterima masuk sebagai follower akun IG nya Ci Novi. Setelah berhasil menjadi follower dan bisa mengakses semua foto2 yg Ci Novi post di akun IG nya, ga banyak hal menarik bahkan isinya hampir serupa dengan foto2 yg Pak Kosim pernah post juga. Tapi dibandingkan Pak Kosim, Ci Novi lebih aktif menunjukkan kegiatan sehari2 nya lewat fitur story di akun IG. Jadi lah sejak saat itu juga gw sudah seperti penguntit yg selalu rutin menunggu2 update story di akun IG Ci Novi, mulai dari kegiatan masak2 nya di rumah, aktifitas sehari2 bersama suami dan anaknya, sampai sekedar selfie2 iseng dengan kamera hape nya. Hampir setiap selfie Ci Novi langsung gw screenshot demi koleksi di galeri hape gw, lumayan buat bahan bacolan baru menurut gw, he he he.

Momen terbaik adalah ketika suatu hari Ci Novi pernah update story aktifitas nya berenang bersama suami dan anaknya. Awalnya kamera hape Ci Novi menyorot ke arah anak dan suaminya yg sedang berada di dalam kolam renang, lalu tiba2 sorotan kamera berbalik menghadap dirinya sendiri. Terlihat jelas Ci Novi dengan penampilan berbeda, dia menggunakan tanktop hitam ketat bertali lebar dan dada U yg lebar sehingga lagi2 memamerkan mulus dan putih nya dada Ci Novi. Ditambah rambut panjangnya dan tanktop yg lepek karena basah, plus sorotan kamera hape yg menunjukkan lipatan lengan di ketiak putih nya, semakin membuat fantasi liar gw terhadap Ci Novi ga terbendung lagi. Berkali2 gw coli sepuasnya hari itu sambil memandangi video Ci Novi di story IG nya.

(BERSAMBUNG KE : PART II)
 
Terakhir diubah:
PART II
------------

Dilema luar biasa di pikiran gw setiap kali mau coba iseng menyapa Ci Novi lewat akun IG nya, antara ngebet mau lebih akrab tapi juga kuatir kalau sampai Pak Kosim tau, terlebih jika terbongkar bahwa gw lah si pemilik akun IG palsu itu. Namun seolah dapat pencerahan, ketika gw mulai berhenti berharap dan menerima kenyataan jadi penguntit rahasia doang, justru tiba2 muncul sebuah update story Ci Novi yg berisi konten menarik. Ci Novi membagikan info tentang dijualnya sebuah rumah di story IG nya, dan gw cukup tau rumah yg dijualnya itu bukan lah rumah yg berada di perumahan kami karena tampilannya yg berbeda. Gw pun berniat menanggapi info penjualan rumah itu, namun karena waktu itu hari sudah malam dan kemungkinan suami nya sedang di rumah, jadi gw siasati untuk coba mengomentari story IG Ci Novi di keesokan harinya saja.

"Maaf. Boleh minta info lebih lanjut mengenai rumah ini?", tanya gw membuka pembicaraan lewat fitur DM di akun IG keesokan siang nya. Ga berselang lama pesan gw pun dibaca dan langsung ditanggapi.
"Siang. Iya lokasi unit rumah ada di daerah XYZ, tipe rumah 2 lantai 60/98, harga sesuai tercantum", jawab Ci Novi.
"Kebetulan saya cuma bantu sebar info. Pemilik rumah sendiri adalah adik saya, lebih jelasnya bisa menghubungi nomer beliau di 08XX-sekian", lanjut Ci Novi lagi.
"Oh pantes fasad rumahnya berbeda. Saya sudah kira ini bukan rumah Bu Novi sendiri", sahut gw mulai coba nekat membuka identitas gw yg sebenarnya. Pesan gw langsung dibaca, namun cukup lama sampai akhirnya Ci Novi balas lagi.
"Maaf ini dengan siapa? Ga ada foto jelasnya", tanya Ci Novi mulai curiga, terlebih akun IG gw memang cuma berisi foto profil yg asal2an.
"Sori sori Bu. Ini saya Deden tetangga di perumahan", jawab gw lengkap dengan emot nyengir.
"Maaf Deden mana ya?", tanya Ci Novi lagi.
"Saya yang tempo hari ngobrol dengan ibu dan Pak Kosim di taman pas sedang sepedahan", jawab gw lagi.
"Maaf lupa saya yang mana", ujar Ci Novi singkat.
"Mas yg biasa jogging sendirian di komplek itu?", lanjut Ci Novi yg mungkin mulai sadar.
"Hahaha. Kalau jogging baru ingat ya. Iya iya betul kayanya Bu", jawab gw sambil bercanda ringan.
"Ohh. Maaf2 saya ga tau namanya. Iya Bapak Deden ya. Salam kenal ya", sahut Ci Novi ramah.
"Habis ga ada foto nya sama sekali, jadi ga ngenalin", lanjut Ci Novi lagi.
"Iya Bu, maklum gaptek. Jarang mainan sosmed juga", sahut gw asal berbohong.
"Nah ini bisa follow akun IG saya tau dari mana?", tanya Ci Novi.
"Yaa dari saran pertemanan di akun IG saya saja Bu, awalnya iseng follow Pak Kosim eh akun Bu Novi muncul juga", kembali jawab gw asal. Obrolan perkenalan kami pun berlanjut ringan sampai kembali membahas soal info penjualan rumah tadi.

"Jadi baiknya kalau butuh lebih banyak info saya langsung ke nomer adiknya Bu Novi saja ya?", tanya gw.
"Iya sih Mas. Cuma karena tetangga yg saya kenal juga ga apa deh saya coba bantu ya. Mas Deden sendiri yang niat mau cari rumah gitu?", tanya Ci Novi balik.
"Ga juga sih Bu. Kebetulan ada temen yg sedang cari2 rumah juga", jawab gw ngasal.
"Saya makasih malah ini kalau dibantu info2 dari Bu Novi dan Pak Kosim sebelumnya", lanjut gw coba seramah mungkin.
"Sama2 Mas. Saya juga iseng2 bantu keluarga aja ini, mumpung sedang ga sibuk kerja kaya si kokoh", ujar Ci Novi kemudian.
"Kokoh?", tanya gw singkat.
"Hahaha. Suami maksudnya", jawab Ci Novi.
"Ohh hahaha Pak Kosim ya. Oh iya apa kabar Pak Kosim?", tanya gw lagi berbasa basi.
"Baik baik. Sedang kerja kaya biasa kalau hari kerja begini", jawab Ci Novi.
"Aduh. Maaf2 saya jadi ga enak Bu, kirain sedang ada Pak Kosim juga di rumah pas saya chat Bu Novi begini", sahut gw sok ngerasa bersalah, he he he.
"Ga apa Mas", jawab Ci Novi singkat dengan emot senyumnya.
"Lagian saya juga sedang ga di rumah", lanjut Ci Novi tanpa gw tanya. Wah dikasih peluang lebih lebar buat ngobrol nih pikir gw.
"Oh maaf2. Sedang sibuk di luar malah keganggu sama saya gini. Silahkan dilanjut dulu Bu", sahut gw lagi.
"Haha. Iya ga apa Mas, cuma sedang nungguin mobil di-service juga ini", jawab Ci Novi.
"Wah istri andalan ini. Sampe urusan service mobil pun dijabanin, hahaha", ujar gw bercanda.
"Haha. Biar sekalian ada kegiatan sama cari udara segar di luar rumah Mas. Lagian mau kemana2 juga susah sedang pandemi begini kan", jawab Ci Novi seolah memang senang diajak ngobrol. Dan benar saja, obrolan kami berdua semakin ga terbendung dan berjalan mulus dengan saling bercanda. Gw bahkan mulai hampir ga peduli kalaupun Pak Kosim tau, toh ga ada isi obrolan yg kurang ajar menurut gw kalaupun mau disalah2kan.

Gw cukup yakin Ci Novi sendiri merasa nyaman ngobrol dengan gw, secara gw selalu coba sopan dan benar2 berinteraksi 2 arah sehingga dia merasa bebas bercerita. Sampai tiba lah di penghujung percakapan karena Ci Novi sudah selesai dengan urusan service mobilnya.
"Saya permisi dulu ya Mas. Sudah selesai di bengkel ini", pamit Ci Novi.
"Iya Bu, makasih buat waktunya. Ga kerasa ya udah mau sore aja. Saya juga pamit mau keluar ini, biasa lah..", jawab gw.
"Jogging lagi pasti ya. Hebat deh rajin olahraga nya", sahut Ci Novi dengan emot jempolnya.
"Hahaha tau aja si ibu. Tapi bukan kok, lagi mau coba treadmill sama angkat2 beban aja ini di gym. Sekali2 lah biar ga bosan lari mulu", jawab gw.
"Tumben. Hahaha", sahut Ci Novi singkat.
"Iseng aja nyobain ngegym rutin kaya Bu Novi", jawab gw.
"Ah saya juga kadang2 aja. Lagi seneng main sepeda sama anak sekarang", sahut Ci Novi.
"Baru saya mau minta Bu Novi jadi instruktur nya padahal ini. Hahaha", sindir gw coba menggoda Ci Novi, sengaja dengan nada bercanda supaya ga terdengar kelewatan.
"Hahaha. Boleh boleh", jawab Ci Novi yg gw rasa sekedar coba ramah aja.
"Kurang komplit sih ya alatnya kalau gym di komplek", lanjut Ci Novi lagi.
"Wah berarti resmi diterima jadi muridnya Bu Novi ini ya asal dapat tempat gym yang bagus. Hahaha", sahut gw lagi mulai ngasih2 kode ke Ci Novi.
"Hahaha", komen Ci Novi cepat tanpa kata2.
"Ok Bu. Dilanjut perjalanannya kalau begitu. Sekali lagi terima kasih banyak", sambung gw coba menyudahi percakapan.
"Sama2", sahut Ci Novi singkat.
Setelah percakapan berakhir gw baru mulai kuatir lagi, bakal sampai ketahuan Pak Kosim ga ya kira2 kalau istrinya gw ajak ngobrol panjang begitu. Cuma yaa sudah lah, toh gw juga penghuni sementara di perumahan itu, jika dianggap masalah yaa gw tinggal angkat kaki pikir gw.

Sore itu memang gw berniat untuk coba ngegym saja di komplek, lagipula kalaupun jogging toh sedang ga ada Ci Novi berkeliaran dengan sepedanya pasti. Dengan peralatan seadanya gw tiba di tempat gym, waktu itu baru jam 3 sore dan memang ruang gym bahkan kolam renang masih sepi ga ada orang sama sekali. Baru lah sekitar jam 4 mulai terdengar suara keramaian anak2 di kolam renang bawah, gw sendiri sedang duduk istirahat dengan keringat yg sudah bercucuran di sekujur kaos buntung dan celana pendek gw. Sengaja gw berlama2 di dalam ruang gym, berharap ada warga lain yg mungkin juga masuk untuk sekedar bersosialisasi sesama tetangga.

Tiba2 yg ga terduga justru muncul. Ketika gw sedang bengong, perhatian gw teralihkan ke arah pintu ruangan yg terbuka. Kaget bercampur heran ketika sosok Ci Novi yg muncul dari balik pintu, dengan rambut yg diikat ke belakang, tanktop hitam berlapis baju kaos putih berkerah longgar, dan celana legging panjang hijau yg melekat ketat di kakinya. Gw cuma terperangah memandangi Ci Novi sambil coba tersenyum awalnya.

"Loh kok udah di sini aja Bu?", sapa gw dengan nada kaget.
"Barusan sampe rumah saya, tuh sama anak lagi di kolam renang main sama temen2 nya", jawab Ci Novi sambil coba meletakkan botol minuman dan handuk yg dibawanya.
"Dari tadi Mas? Eh saya panggilnya Mas atau Bapak ya, hahaha", tanya Ci Novi kemudian.
"Hahaha Mas juga ga apa Bu, biar ga tua2 amat", jawab gw.
"Yaa baru sejam lah di sini. Lumayan buat nyari keringet lah", lanjut gw sambil mengibas2kan kerah kaos buntung gw seperti kegerahan.
"Lumayan lama loh sejam. Trus udahan ini?", tanya Ci Novi lagi.
"Yaa break dulu lah Bu. Gantian sama yang baru dateng, hehehe", jawab gw.
"Halah apaan. Sepi gini juga kaya biasa", jawab Ci Novi yg mulai bersiap2.
"Sehari2 emang jarang banget ada yg ngegym ya Bu?", tanya gw penasaran.
"Iya kali yah, saya juga jarang banget ketemu warga lain kalau di sini. Paling sesekali itupun ga kenal, hahaha", jawab Ci Novi sambil tiba2 mengangkat tangannya ke atas lalu merapikan ikatan rambutnya. Lumayan lama Ci Novi berada di posisi itu, dengan tangan ke atas membuat lengan baju kaos longgar nya terlipat turun menunjukkan dengan jelas sepasang lengan putih dan mulus Ci Novi yg sedikit berlemak itu. Meski Ci Novi ga risih, tapi gw sendiri salah tingkah menatapinya. Hanya sekejap memandangi tanpa bisa menyembunyikan mata gw yg terbelalak lalu coba mengalihkan pandangan. Refleks gw takut kalau tatapan nakal gw tertangkap basah oleh Ci Novi.

"Jadi.. Sudah jago sendiri kan dari tadi ngegym nya? Hahaha", sindir Ci Novi.
"Hahaha. Mumpung ada master nya sekarang sambil saya pelajari dulu lah ini", balas gw menyindir Ci Novi.
"Halah pelajari apaan, saya juga cuma treadmill aja biasanya di sini sampe cape", sahut Ci Novi yg mulai beranjak ke alat treadmill yg posisinya tepat ada di depan gw.
"Ayuk Mas dilanjut lagi, masa saya sendirian", lanjut Ci Novi yg mulai berdiri menaiki alat treadmill, disusul sibuk menyetel tombol2 di alat tersebut. Gw pun dengan bebasnya mulai bisa memandangi tubuh Ci Novi dari belakang terutama bokong bulatnya. Bahkan dengan beberapa gerakan kakinya saja cukup memperjelas bentuk celana dalamnya menjiplak di legging hijau ketat itu.
"Silahkan silahkan duluan Bu. Saya nafas dulu, hehehe", sahut gw sambil sok sibuk mengambil hape padahal tetap coba memperhatikan gerak gerik tubuh Ci Novi.

Selama beberapa saat Ci Novi mulai berjalan pelan dan perlahan semakin cepat di atas treadmill. Tanpa gw perhatikan seksama pun gerakan bokong Ci Novi yg berguncang2 kiri kanan semakin memperjelas montoknya pantat Ci Novi dan garis2 celana dalamnya.
"Pak Kosim belum pulang Bu?", ujar gw tiba2 memecah keheningan dari belakang.
"Eh? Yaa biasa jam 6 baru jalan, agak malam lah baru sampai rumah", jawab Ci Novi sambil sedikit melirik ke belakang dan dengan nafasnya yg mulai agak memburu.
"Hahaha. Sudah mulai ngos2an yaa", ledek gw ke Ci Novi.
"Aduhh iya nih. Kurang pemanasan kayanya, hahaha", jawab Ci Novi sambil terus bergerak.

Selang beberapa menit terdengar suara tombol treadmill diaturnya lagi, disusul gerakan berjalannya Ci Novi mulai bertahap menjadi gerakan lari2 kecil. Bahkan di gerakan ini pun guncangan bokong Ci Novi semakin menjadi2, seolah sekujur pantat dan pahanya bergetar di balik legging ketat itu. Gw makin salah tingkah merasa ga enak menatapi tubuhnya, namun sikap cuek Ci Novi seolah membiarkan orang lain kaya gw bebas2 aja memandangi tubuhnya.
"Huff.. Huff.. Huff.. Huff..", hanya suara itu yg terdengar dari mulut Ci Novi yg tetap fokus berlari2 di atas treadmill. Gw pun coba nekat beranjak berdiri dan mendekatinya, lalu tepat berdiri di hadapannya sambil pura2 mengamati setelan tombol yg dia gunakan.
"Hhah.. Hhah.. Hhah.. Kenapa Mas? Hhah.. Hhah..", tanya Ci Novi penasaran.
"Ngga. Abis saya ga paham sih cara pakai alat yang ini", jawab gw pura2 bego sampil sepintas melirik wajah Ci Novi yg mulai mengkilap karena bulir2 keringat. Ingin gw memandang lebih jauh ke bawah tapi mata Ci Novi masih mengarah ke wajah gw.
"Ohh.. Ini tuh untuk atur kecepatannya.. Kalau ini untuk kaya simulasi kemiringan track nya gitu.. Kalau ini hitungan udah berapa meter jarak lari2nya.. Gitu lah kira2, hahaha", jawab Ci Novi coba menjelaskan ke gw sambil memandangi dan menunjuk2 setelan tombol di alatnya. Di saat itu lah dengan cepat sesekali gw pandangi Ci Novi namun lebih mengarah ke dadanya. Dada yg agak terbuka lebar dan mulus banget jika dilihat dari jarak sedekat ini, mungkin cuma sekitar 50 cm dari wajah gw. Guncangan2 dada Ci Novi pun ga mampu diredamnya saat berlari2 kecil begitu, sepasang tetek bulat yg ga terlalu besar membayang di balik kaos dan tanktop nya.

"Ohh gitu.. Kalo gitu ini buat bikin nambah cepet dong ya", sahut gw sambil pura2 ga paham trus mengubah setelan kecepatan alatnya.
"Ih.. Lohh.. Ehh jangan dong.. Plak!! Hahaha.. Maaf maaf..", pekik Ci Novi sambil refleks tangannya menepok tangan gw disusul suara tawa kami berdua.
"Udah ah tuhh coba pakai alat satu nya lagi..", perintah Ci Novi sambil menunjuk ke sebuah alat treadmill lain.
"Nanti2 lagi ah, udah cape juga", jawab gw sambil berpindah duduk di hadapan alat treadmill Ci Novi, lalu kembali memandangi nya.
"Yaa terus..?", tanya Ci Novi beberapa saat setelahnya ngerasa heran karena gw justru bengong memandanginya. Jujur gw ga berusaha macam2, hanya coba lebih mengakrabkan diri supaya sama2 ga merasa canggung aja.

Hampir 5 menit berlalu kami dalam posisi itu diselingi obrolan2 ringan yg selalu ditanggapi baik oleh Ci Novi, meski nafasnya semakin terengah2 dan membuat suaranya terbata2. Kucuran keringat pun semakin tampak mengalir turun di wajah Ci Novi, dan dengan poni rambutnya yg berkali2 jatuh lepek akibat basah menambah seksi penampakan wajah Ci Novi. Perlahan kecepatan treadmill yg dinaiki Ci Novi pun mulai melambat, dia pun mulai berjalan pelan sebelum akhirnya berhenti lalu berpegangan di alat tersebut sambil coba mengatur nafas.

ā€œHuff.. Huff.. Huff.. Haahh cape juga, hahahaā€, ujar Ci Novi yg tampak agak kelelahan.
ā€œ Eh.. Nih, dipakai aja Bu, keringetan gituā€, sahut gw ramah sambil menyodorkan handuk kecil yg sedang gw pegang ke arahnya.
ā€œIhh udah ga apa Mas, saya bawa tuhā€, balas Ci Novi sambil menunjuk ke arah handuknya di atas sebuah kursi belakang.
ā€œGiliran bekas dipake aja ditawar2in ya, hahahaā€, lanjut Ci Novi lagi sambil meledek.
ā€œLoh sembarangan, masih bersih ini belum saya pakai2ā€, jawab gw masih usaha sok baik nawarin sambil berdiri mendekati Ci Novi.
ā€œHahaha. Iya iyaa, ya udah ga apa Mas. Makasih..ā€, sahut Ci Novi lagi sambil tersenyum. Hmm masih ada rasa canggung sekaligus mencoba sopan Ci Novi gw pikir, belum benar2 tepat waktunya untuk coba lebih jauh lagi mengakrabkan diri dengannya.

ā€œNih.. Coba gantian siniā€, ujar Ci Novi lagi yg tiba2 turun dari treadmill lalu menawarkan gw untuk bergantian menggunakan alat itu.
ā€œHah? Ga deh, cape.. Heheheā€, tolak gw singkat.
ā€œLoh katanya mau belajar..ā€, sahut Ci Novi lagi tanpa beranjak dari posisinya.
ā€œOhh.. Serius mau diajarin? Hahahaā€, tanya gw balik.
ā€œIh begitu2 doang ngapain pake diajarin. Kan udah liat saya tadiā€, sahut Ci Novi.
ā€œHmmm..ā€, gumam gw sambil menaruh handuk gw ke pundak, lalu melirik2 sekilas alat treadmill itu.
ā€œMalu ah ga jago pake nya, diketawain ntar yg adaā€, sambung gw lagi bercanda.
ā€œUdaaah cobain ih sok malu2 segala. Sini saya bantuin setel alatnya deh kalo bingung!ā€, paksa Ci Novi sambil tanpa risih menarik tangan dan kaos gw lalu mendorong tubuh gw untuk naik ke atas treadmill. DEG! Sepersekian detik gw ngerasa menang banyak sih ini, tiba2 dipegang dan didorong2 gitu aja oleh Ci Novi. Sengaja gw sedikit menahan diri untuk ga nurut gitu aja demi lebih lama ngerasain sentuhan tangan Ci Novi, sebelum akhirnya dengan sok nolak gw naik juga ke atas alat treadmill itu.

ā€œIni yaa ditaro dulu kek biar relax..ā€, perintah Ci Novi lagi sambil menarik cepat handuk kecil di pundak gw lalu dipeganginya, lalu lanjut menekan2 tombol setelan alat treadmill di hadapan gw.
ā€œNah ini tuh disetel segini aja kali yaa.. Trus yang ini.. Lalu yang itu..ā€, jelas Ci Novi sambil sibuk mengatur setelan tombol2 tersebut. Gw yg berada di posisi agak lebih tinggi dari tubuh Ci Novi bukan justru memperhatikan apa yg dia jelasin, tapi refleks memandangi leher jenjang hingga dada dan pundak Ci Novi yg semuanya putih bersih dan terlihat sangat jelas.
ā€œNah. Udah siap?ā€, tanya Ci Novi tiba2 mengagetkan gw yg sedang ga fokus.
ā€œEh.. Iya siap siap.. Eh gimana tadi? Heheheā€, jawab gw bingung.
ā€œYee ga merhatiin.. Udah aah malesā€, komplen Ci Novi yg sepertinya beneran agak kesel dan seperti hendak beranjak pergi.
Nah! Kena nih pikir gw. Biasanya kalau udah pakai nunjukin ekspresi kaya ngambek2 segala berarti udah ga bakal canggung lagi untuk lebih disikapi lebih jauh.

ā€œEh eh.. Iya iya maaf. Iya ngerti kok, trus trus gimana? Heheheā€, refleks gw langsung menggapai tangan Ci Novi dan tanpa ragu gw genggam menahannya untuk ga pergi. Nekat tentunya, tapi benar saja Ci Novi pun ga yg menolak atau ngerasa gimana2.
ā€œHuh.. Yakin ngerti?!ā€, tanya Ci Novi lagi sambil melepaskan genggaman tangan gw di tangannya, dan menatapi sinis wajah gw.
ā€œIya iya ngerti, hehehe. Masa pelatihnya ga sabaran sih ahā€, ledek gw sambil bercanda ke Ci Novi yg serius.
ā€œAh lagi serius juga ini!ā€, komplen Ci Novi lagi, meski tanpa ancang2 mau beranjak tapi gw dengan semena2 mulai berani kembali memegangi tangan Ci Novi.
ā€œEh iya iya bercanda, ampun Bu Novi ampun. Ya udah trusin yuk, nah ini terus gimana?ā€, sahut gw cepat sambil sekejap sempat memegang tangan Ci Novi bahkan sebelah tangan gw lagi mendarat di pangkal lengannya seolah coba menahan dia agar ga pergi. Kembali ga ada rasa risih dari Ci Novi yg sibuk menunjukkan ekspresi ngambek nya, bahkan nurut aja ketika pergelangan tangannya gw tarik menuju ke setelan alat treadmill lagi.
ā€œNahh.. Iyaa jadi gini udah setelannya. Ini udah siap tinggal start, kamu udah siap belom?ā€, tanya Ci Novi dengan judesnya.
ā€œSiap, siap!!ā€, jawab gw sambil bercanda berdiri tegap dengan tangan dalam sikap hormat grak ke arah Ci Novi.
ā€œIihh seriuus! Yaa kalau siap ini dipegang.. Nih di sini loh.. Mau jatoh apa?ā€, komplen Ci Novi lagi tapi kali ini dengan nyengir dan cengengesan karena ga tahan dengan tingkah bercanda gw. Tangan gw pun justru dipegang dan ditariknya turun, lalu diletakkannya di handle alat treadmill itu.
ā€œNah. Udah nih saya pencet yaa, kita mulai dari jalan pelan dulu ajaā€, jelas Ci Novi sambil mulai menyalakan alat treadmill itu, disusul kaki2 gw yg mulai perlahan melangkah setapak demi setapak.

(BERSAMBUNG KE : PART III)
 
Terakhir diubah:
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd