Ngen Tot
Ya, aku denger apa yang Ivan bilang. Dia ngomong kayak segampang mesen gojek, gila aja. Selain sama tangan kanan dan kadang-kadang kiri, kontolku ya cuma kesitu-situ aja. Jangankan cewe, dipegang cowo aja gapernah. Mungkin kalau aku Ivan, bisa aja aku ngajak Marsha bahkan Dinda buat pacaran, ajak ke apart,terus aduh ngaceng aku mikirnya.
"Yang bener aja van, cewe mana coba"
Aku mulai bertanya dengan nada guyon, mungkin aja Ivan juga guyon ya kan? Atau dia serius? Cewe mana yang mau sama aku? Dekil item gini.
"Lu liat yang njaga kantin itu ga? Yang jualan Gurin"
Mampus, Ivan udah ngaco bener. Yang dia tunjuk itu Mbak Lia namanya, umurnya 20-an keatas, aku gapernah nanya (lebih ga pernah berani tanya sih). Mbak Lia ga kuliah, habis SMA di Makassar dia rantau ke tanah jawa, apa daya cuma jaga kantin. Padahal disini Mbak Lia bisa jadi SPG Mall, atau mentok jadi Sales keliling warung jual rokok. Wajahnya Mbak Lia cantik, dia orang Makassar jadi udah tau kan gimana cantiknya cewe putih sana. Badannya apalagi, Mbak Lia bisa disebut GDP atau Gendut Dibawah Pinggang. Jadi Pantatnya semok gila, pinggangnya ramping dan dadanya proporsional lah, Tipikal cewe 20-an. Sekedar info nih, Mbak Lia sehari-hari jaga pakai jeans ketat plus kaos lengan panjang, jadi lekuknya keliatan banget. Ruginya Mbal Lia pakai jilbab jadi dadanya ga seberapa membusung. Kalau dia mau lepas jilbab udah bisa kerja SPG tuh, cuma Mbak Lia ini orang luar pulau, jadi ga seberapa tahu seluk beluk kota sih.
"Mbak Lia Van? Yang bener aja Van"
Nadaku guyon lagi. Aku bingung Ivan ini serius atau bercanda. Kalau dia serius kan lumayan. Tapi kalau dia bercanda ya yaudah, aku gamau berharap tinggi-tinggi.
"Lu mau kaga? Kalau mau gue atur"
WTF keknya dia serius! Dipikir-pikir kenapa aku harus nolak? Mbak Lia bukan tipeku sih, aku lebih suka yang seumuran, dan apa kata Dunia nanti kalau aku pacaran sama Mbak Lia penjaga kantin jualan Gurin? Yang ada aku dihujat netijen. Secantik-cantiknya dia ga ada siswa yang kepikiran buat ngajak dia Pacaran, faktor sosial mungkin.
"Ya aku mau-mau aja Van, tapi masa aku harus ngajak pacaran dulu?"
Ivan heran dengan pertanyaanku. Mungkin bagi dia semua cewe sama aja, lobang hidup berjalan.
"Siapa bilang pacaran bego, lu perkosa aja dia"
JLEB! Ini Ivan yang sama kayak tadi pagi dikelas. Ini Ivan liar yang asal tapi serius. Perkosa? Bokepku isinya boleh aja kayak gitu, tapi ini dunia asli cuk! Setelah Mbak Lia aku perkosa terus gimana? Sekali kena lapor habis hidupku.
Udah jelek,item,dekil,sendiri, penjahat kelamin pula.
"Van, mungkin kamu maniak seks, tapi aku masih waras cok"
Aku mulai teriak ke Ivan. Beberapa pasang kepala di kantin menoleh ke arah kita, tapi tidak menggubris. Aku sendiri sadar apa yang baru saja aku katakan. Aku mulai tenang, mulai berpikir kembali kata-kata Ivan tadi. Perkosa, caranya gimana? Biar ga ketahuan? Skenario terburuk? Cara kabur? Semua pertanyaan mulai masuk ke kepala.
"Aku mau aja Van, tapi gimana?"
Aku mulai tenang, mulai mengikuti arah pembicaraan Ivan. Dia sendiri mulai tersenyum. Aku ngerasa ada yang gak beres dengan dia.
"Jadi gini...."
Ivan menjelaskan panjang lebar, aku tarik kesimpulan, cara kita nanti itu
- Tunggu sampai jam pulang sekolah
- Nongkrong di kantin sampai maghrib
- Tunggu Mbak Lia selesai beres-beres stand dagangannya
- Kalau sudah kita tunggu kesempatan
- Tangkap Mbak Lia, buat pingsan, bawa ke gudang belakang
- Ambil foto bugil Mbak Lia
- ????????
- Crot
Ok, itu gambaran luasnya. Menurutku aman-aman aja sih. Gudang belakang tempat sekolah nyimpen bangku bakal sepi,apalagi habis maghrib. Sekolahku sendiri juga ga masang cctv dibelakang, mungkin karena anggaran dikorupsi kepsek. Entah karena nafsu buta aku jadi ga sabaran. Mungkin aku dan Ivan bakal jadi buron, mungkin aku bakal lepas perjaka. Masa bodoh aku bakal ngikut Ivan sampe bisa ngentot.
"Yaudah, balik ke kelas yuk. Ntar sore kita eksekusi"
Ga tahan pengen gue bikin double update