Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok

Next Episode Mau Seperti Apa?

  • Lanjutkan Eksekusi Nia dan Ika

  • Perawanin Aliyah

  • Menguak Kembali Kisah Novi


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
[HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok

Chapter 22 : Seorang Asisten Dosen
***************************************************************************************************************************************
Boby

Setelah aku mengetahui mengenai kepergian aliyah dari kota ini, hal itu cukup melegakan bagiku, karena aku tidak diharuskan lagi untuk menikahinya kelak, cukup keperawanannya saja yang aku ambil, terkadang aku berpikir, “Apakah aku ini jahat kepada semua wanita yang pernah kutemui?” Biasanya pikiran seperti itu langsung lekas kusingkirkan dengan anggapan bahwa toh para wanita itu juga menikmati apa yang kuperbuat pada mereka, bahkan berujung tergila-gila kepada kejantananku seperti bu ecy.

Hari ini setelah perkuliahan pak anto selesai, aku mengunjungi ruang dosen hendak sekedar ngobrol dengan bu rida,”Permisi bu..” sapaku ramah. “Kamu mau apa?” tanya bu rida ketus. Karena di ruangan ini bukan hanya ada kami berdua, jadi aku berbicara padanya dengan sedikit berbisik. “Jutek amat sih bu, masa’ ndak rindu dengan saya?’ ucapku mengusilinya. “Hush…ngomong apa kamu, kamu ada perlu apa boby? Saya sedang sibuk” ucapnya jutek. Aku beranjak dan mendekat kesamping meja kerjanya, “Aih!” ia sedikit terpekik saat aku meraba toketnya dari balik gamis biru tua yang ia kenakan. Aku terus menerus meremas toketnya, “Bob hentikan..masih ramai disini” ucapnya seraya menahan pergerakan tanganku. “Jadi kalau udah sepi boleh bu?” bisikku ke telinganya, kulihat ia mengangguk pelan. Setelah mendapat jawaban yang kuinginkan, akupun lekas meninggalkan beliau dan menuju kantin.

Di kantin aku bertemu dengan wiwi, wiwi melambaikan tangannya memanggilku untuk duduk satu meja dengannya. “Duduk sini aja bob, ngobrol-ngobrol kita..” ucap wiwi. Akupun menghampirinya dengan membawa beberapa makanan. “Nah jadi apa cerita wi?” tanyaku. “Aku kemarin bertemu seseorang loh…” ucap wiwi membuatku penasaran. “Ketemu siapa emang?” tanyaku. “Ketemu mantan kamu..” ucap wiwi yang membuatku sedikit berfikir. “Hayoo ingat ndak?” ucap wiwi. “Novi?” tanyaku ragu. “Iya bener, 100 untuk boby!” ucapnya seraya tertawa. “Eh yang bener? Ketemu dimana?” tanyaku kaget. “Eh slow bob, rindu banget ya sama dia? Haha” ledek wiwi. “Mana ada rindu!” balasku jutek.

“Huu ngambek, kemarin aku jumpa di dalam bus yang menuju ke kosanku bob, aku rada risih dengan keberadaannya jadi gak banyak ngobrol langsung kutinggal saja dia” jelas wiwi. Aku hanya manggut-manggut saja, “Kalau jumpa dia, jangan sampai kepincut lagi ya bob, sayangi kontolmu, eh hatimu…salah sebut hehe” wiwi menasehatiku. “Iya deh iya wi, aku masih jengkel kok sama dia, dirimu sampai salah sebut gitu jangan-jangan karena kebanyakan ‘main’ nih?” tanyaku. “Yahh kamu kayak gak tau aku aja, hehe” ucap wiwi malu-malu. “Jadi apa kabar si aliyah yang bakal kamu nikahin itu?” tanya wiwi. Aku seketika murung, “Dia udah gak disini lagi wi, dia pulang ke kampungnya karena depresi tinggal disini, aku ngerasa bersalah banget” jelasku.

“Tuh kan, sering kubilang sama kamu jangan diikuti terus kemauan kontolmu itu, akibatnya kamu harus benar-benar berpisah dengan wanita yang mungkin saja tulus padamu itu” omel wiwi. Dalam benakku sama sekali tidak bersedih, aku hanya ingin menjaga citraku di depan wiwi. “Ya wi, maafkan aku yang selalu saja lupa nasehatmu” ucapku tertunduk. “Yasudah, mana tau nanti berikutnya kamu bisa dapat wanita yang bener-bener bisa melengkapi hidupmu” ucapnya. “Amiiinn..” balasku. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan waktu pukul setengah 6 sore, dimana pada jam ini biasanya ruang dosen sudah sepi dan hanya bu rida saja yang masih beraktifitas disana. “Aku pamit dulu ya wi, mau bimbingan sebentar” ucapku seraya meninggalkan wiwi.

Setibanya di ruang dosen, aku langsung menuju meja kerja bu rida. Disana kulihat ia masih asik saja berkutat dengan laptopnya, entah apa yang ia lakukan, wajahnya sangat serius, sehingga aku langsung berdiri disampingnya hendak melihat apa yang sedang ia kerjakan, ternyata dia sedang menyaksikan adegan sebuah video porno. “Bu..serius amat nonton bokepnya…sini saya bantu” ucapku seraya mulai menggerayangi toket kirinya dari balik gamis biru tua yang ia kenakan. “Uhh geli bob…” desahnya menikmati remasan pada toketnya. Akupun lekas menurunkan celana jeans yang kugunakan berikut dengan cdku. Kontolku masih belum tegang sempurna, aku tarik tangan kiri bu rida untuk menggenggam kontolku, tanpa diperintah, ia langsung mengurut dan mengocok kontolku. Aku merubah posisiku, yaitu aku duduk diatas meja kerja beliau, menyingkirkan laptop beliau, kuminta ia untuk mengulum kontolku yang mulai keras mengacung.

Ia yang sudah dilanda birahi menuruti saja permintaanku, pelan tapi pasti mulutnya mulai mengulum batang kontolku. “Hmmm..” desahnya setiap menyedot kontolku. Aku sedikit kesusahan untuk meremasi toketnya karena posisiku yang lebih tinggi dari tubuhnya, mengetahui apa yang kuinginkan, ia bangkit dari kursinya, lalu membungkuk ke arahku, sehingga kini toketnya menggantung bebas, aku meremasi kedua toketnya dengan cepat, aku harap dengan begitu, ia akan cepat ‘panas’.

Setelah kurasakan bahwa kontolku sudah siap, aku giring ia untuk naik dan mengambil posisi terlentang diatas meja kerjanya, namun aku kini tidak mau bermain cepat, aku naikkan gamis biru tua yang ia kenakan dan kulepaskan bra hitamnya, lalu langsung kucupang kedua toketnya kiri dan kanan secara bergantian. “Ahhh bob..” desahnya. Tangannya mendekap kepalaku agar terus mencupang toket beliau, setelah puas mencupang toketnya, aku naikkan rok biru tua beliau hingga ke pinggang dan kuturunkan cd pinknya ke lantai. Terlihat memek dengan bulu-bulu hitam lebat yang sedikit berkeringat tengah menunggu kontolku, dan lagi-lagi aku tak mau terburu-buru, karena aku ingin membuatnya terbuai dengan permainanku.

Kumasukkan dua jariku ke dalam memeknya, “Ahh ssh” desahnya saat kedua jariku mulai keluar masuk di memeknya. Sementara tanganku yang satu lagi meremas manja toket kirinya, permainan jariku membuat memek beliau menjadi sangat becek dan itu pertanda bagus, lalu kuposisikan kontolku tepat di depan memeknya, lagi-lagi aku ingin mempermainkannya, kugesek sedikit-sedikit palkonku ke bibir memeknya, sehingga tubuh beliau menggeliat-geliat dan sesekali terdorong ke arah kontolku, “Ahh bob..cepet..sshh” desahnya. “Cepet apa bu?” tanyaku.”Masukin bob…” desahnya yang sudah sangat tidak tahan dengan permainanku.

“Masukin apa bu? Ini?” ucapku seraya kembali memasukkan kedua jariku ke memeknya. “Bukan..ssh” tolaknya seraya menggoyangkan pinggulnya agar jariku terlepas dari memeknya. Melihatnya menggeliat menolak perbuatan usilku, akhirnya karena kasian akupun mulai memasukkan palkonku ke dalam memeknya, terasa pijatan hangat memeknya menyambut palkonku, “Ahh ..” desahnya singkat saat setengah kontolku mulai masuk, namun aku diamkan. Beliau yang sedari tadi memejamkan matanya, langsung menoleh kepada seolah menanyakan kenapa aku diam.

Namun bukannya menunggu jawabanku, beliau malah menggerakan sendiri pinggulnya maju mundur, agar kontolku yang sudah berada di dalam memeknya bergesekan dengan dinding memeknya. “Ahh kamu jahat banget..ssh” ucapnya yang masih sibuk memajumundurkan pinggulnya. Aku tertawa geli melihat dosen akhwat yang kukenal judes, kini bergoyang pinggul demi menggapai kenikmatan dunia dari seorang mahasiswanya. Melihatnya yang hampir tiba di puncak kenikmatan, akupun mulai menggerakkan pinggulku maju mundur, “Auhh uhh uhh gitu dong..” desah bu rida menerima genjotan kontolku pada memeknya, namun pinggulnya yang sudah bergoyang sejak tadi tidak tinggal diam, ia terus saja menggerakan pinggulnya mengikuti irama sodokan kontolku.

“Ahh cepetan bob…sshh ibu sampaiiihh” ucapnya diikuti semburan hangat cairan cintanya. Kedua tangannya meremas keras kedua lenganku saat desiran orgasmenya berlangsung. “Agghhh shhh aaahh” desahnya menikmati orgasme pertamanya saat ini. Kurasakan himpitan dahsyat dinding vaginanya, yang juga memberikan kenikmatan tersendiri bagiku, namun karena tadi pagi aku sudah berolahraga, sehingga kini staminaku sudah cukup banyak untuk memuaskan birahi terpendam bu rida. Saat kulihat beliau sudah mulai sedikit bertenaga, aku mulai melanjutkan sodokan demi sodokan kontolku di dalam memeknya, “Uhh sshh..” kembali terdengar desahan beliau. Disamping asyik menyodok memeknya, tangankupun aktif memainkan kedua toketnya. Terlihat wajah beliau tersenyum pasrah dan memejam nikmat. Aku terpana melihat kecantikan wajah bu rida yang sedang kuentot ini, terbersit rasa sayang di dalam hatiku padanya. “Apakah wajar jika aku jatuh hati pada dosenku sendiri?” seketika muncul pikiran seperti itu di dalam otakku.

Mendengar desahannya dan melihat wajah horny nya aku merasa bahwa aku benar-benar harus memilikinya, aku akan menjaganya. Berselang 5 menit, terasa dinding memeknya kembali berkedut pertanda bahwa ia akan menggapai orgasmenya yang kedua, “Ahh cepetan bob..sshh ibu mau sampaiiii lagiihh” desahnya diikuti gerakan pinggulnya yang semakin cepat. “Akkh ibu sampai boooobbbb..” desahnya diikuti semburan cairan cintanya yang begitu deras menghantam palkonku. Kulihat kepalanya mendongak keatas dan tersungging senyum di bibir merah mudanya. Saat gelombang orgasme keduanya usai, beliau yang masih terengah-engah berkata “Makasih yah, kamu perkasa banget bob..”, aku anggap itu sebagai pujian, kurebahkan tubuhku sehingga kini wajah kami saling berhadapan, kukecup lembut bibirnya, “Ya sama-sama sayang, saya cinta sama kamu” ucapku yang langsung disambut dengan kecupan hangat dari beliau.

Cukup lama kami berpagutan, kulepaskan ciumanku dari bibir merah mudanya, dan sekarang adalah aku yang berperan dalam permainan ini, aku mulai menyodok-nyodok memeknya dengan pergerakan yang lembut namun dalam, “akkhh nikmati tubuhku sayang” desah bu rida yang diikuti kata-kata sayang sangat memacu birahiku. Akupun langsung mempercepat gerakan kontolku di dalam memeknya, “Puasin aku sayang…sshh ahh” desahannya semakin menggila. Kedua toketnya yang ikut berayun berirama sodokanku tak kuabaikan, langsung kuremas keduanya dengan brutal. “auhh uhh remas..sodok terusss…” desah bu rida diikuti senyum tipis dari bibirnya. Tak butuh waktu lama, aku merasa bahwa semua pejuku sudah penuh terkumpul di palkonku, setiap palkonku bersentuhan dengan dinding rahim beliau, aku semakin tidak tahan untuk segera menyemprotkan pejuku di dalam rahimnya. “aakkhh cepetan bob, ibu hampir sampai lagiihh…puasin ibu dan dirimuuuhh” desah bu rida dengan goyangan pinggulnya yang begitu liar.

Aku menahan pejuku sekuat tenaga untuk tidak lekas menyembur, “Akkhh ibu sampaiiihh” desah bu rida diikuti semburan cairan cintanya yang ketiga. Merasakan hangatnya cairan cinta bu rida, aku sudah tak tahan lagi, “Akkhh buu..” ucapku diakhiri dengan hentakan kontolku dengan sangat dalam di dalam memeknya, “Croott..croott..crooott” ada sekitar 4 semburan pejuku di dalam memek bu rida. “Ihh ihh banyak banget sshh..di dalem pula ahhh” desah bu rida panik menerima semburan pejuku di dalam rahimnya. Aku menahan pinggulnya agar tak lekas ia lepaskan, aku ingin semua pejuku bersarang di rahimnya. Pinggul beliau masih bergetar hingga semburan terakhir pejuku di dalam memeknya selesai.

Aku cabut kontolku, terlihat cairan cinta beliau yang sudah bersatu dengan pejuku mengalir deras keluar dari memeknya. Bu rida panik bangkit dan duduk diatas meja beliau dengan kaki masih mengangkang, melihat dan mengorek memeknya untuk mengeluarkan sisa-sisa pejuku dari dalam memeknya, “Kenapa muncrat di dalam bob?” tanya bu rida panik seraya memukul-mukul bahuku. “Karena saya cinta ibu” jawabku singkat, tak mau mendengar banyak celotehan darinya, lekas kukecup bibirnya, dan bukannya menolak, beliau malah memainkan lidahnya dengan liar. Kulepaskan ciuman kami, dan beliau berkata “Kalau saya hamil gimana? Sperma kamu banyak banget lagi” tanyanya panik. “Saya bakal tanggungjawab bu, kan saya dah bilang bahwa saya cinta ibu” ucapku layaknya seorang pria gentle. “Kata cintamu gak bisa dijadikan pegangan, pokoknya kamu harus tanggungjawab bob!” ucap bu rida yang masih panik. “Iya sayang” ucapku seraya merapikan kembali pakaianku. Perasaanku saat ini benar-benar jujur, aku memang berencana untuk menikahi bu rida, disamping karena wajah dan tubuhnya yang indah, juga umurnya hanya berbeda 4 tahun denganku, tentu kedua orang tuaku di desa juga tidak bakal keberatan, bilang saja bahwa bu rida adalah seorang asisten dosen di kampusku.[/HIDE]
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
[HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
Sekuel : Skandal Sekolah Pelosok

Chapter 23 : Akhir Yang Bahagia
***************************************************************************************************************************************
Boby

“Auuhhh uhhh sshh terusss” desah wanita yang tak lain adalah bu ecy. “Lebih dalem bob..ahhh sshh” desahnya memenuhi ruang kamarnya ini. “Citt..ciit…ciitt” suara deritan ranjang milik beliau juga menemani permainan panas kami. Kontolku yang sudah sekitar 10 menitan menggempur memek bu ecy, terasa sedikit lagi akan menyemburkan bibit unggulnya. “Aahh buu saya mau sampaihh” desahku menikmati himpitan dinding memek bu ecy yang terasa semakin menyempit dan hal itu menandakan bahwa beliau juga segera menggapai puncak kenikmatannya.

“Aahh bareng-bareng bob..sshh” desahnya seraya meremasi bahuku, “Crot…crot..croot” ada sekitar 3 semburan hangat pejuku memenuhi liang memek bu ecy, “Aggghh iyaahh..uhh sayaahh” desah bu ecy menerima semburan pejuku yang lalu diikuti dengan semburan cairan cintanya yang begitu deras dari titik terdalam memeknya, setelah tadi ia sudah orgasme sekali namun semburan kedua ini cukup banyak hingga keluar dari liang memeknya yang masih disumbat oleh kontolku. Aku yang keletihan lekas merubuhkan tubuhku keatas tubuh bu ecy, kami sama-sama mengatur nafas kami dan sesekali bercumbu, saat kurasakan bahwa kontolku sudah melemas, kugeser tubuhku untuk terlentang disampingnya. “Ahh nikmat banget bu..uh” ucapku seraya mengatur nafas.

“Iyyaahh bob..ibu puas banget sama permainan kamu” ucap bu ecy memuji permainanku pada malam ini. “Bu, kalau sekiranya nanti saya sudah menikah, apakah ibu masih mau dipuaskan sama saya?” tanyaku mencairkan suasana. “Ya pasti ibu nyari kamu dong, ibu butuh kamu, pak kepsek gak bisa diharapkan, ibu gak peduli apapun status kamu sayang..” ucap bu ecy seraya mengurut kontolku yang masih lembab karena cairan cinta kami. Permainan kami malam itu membuat aku dan bu ecy benar-benar keletihan sampai akhirnya aku harus menginap di rumah beliau.

Keesokan paginya…

Aku terbangun diatas ranjang bu ecy, kulihat beliau masih meringkuk di dalam selimutnya, yang pastinya masih dalam keadaan bugil sama dengan diriku, aku berusaha membangunkannya namun tak ada respon apa-apa, “Mungkin beliau kelelahan” pikirku. Akupun lekas memakai kembali pakaianku, saat aku hendak keluar dari kamar beliau, terlihat beliau sedikit mengangkat kepalanya dan berkata “Makasih ya, hati-hati di jalan sayang”. “Ya bu” jawabku seraya meninggalkannya.

Dalam perjalanan menuju ke kampus, aku kembali teringat pergumulanku dengan bu rida dua hari lalu, dimana pada akhir permainan aku melakukan suatu hal yang cukup fatal, yaitu membuang benihku di dalam rahim bu rida, ia sempat panik saat itu, namun aku dapat menenangkannya dengan janji akan bertanggung jawab. Ya aku memang akan bertanggung jawab atas apa yang telah kuperbuat, saat aku masih dalam perjalanan, kunyalakan handphoneku dan menghubungi nomor telepon ayahku yang berada di desa.

“Assalamaualikum ayah apa kabar?” ucapku. “Wa’alaikumsalam nak, kabar baik, gimana kuliahmu?” tanya ayahku. “Lancar kok yah, yah boby mau memohon sesuatu” ucapku. “Memohon apa nak?” tanya ayahku bingung. “Memohon restu menikahi seorang gadis yah, boby sangat mencintainya” ucapku lantang. “Wah… Siapa nak? Wiwi?” tanya ayahku kaget, teman perempuanku yang ia kenal hanyalah wiwi maka wiwi lah yang ia sebut. “Bukan yah, tapi temen di kampus, rida namanya” ucapku. “Rida? Namanya bagus nak. Nanti coba ayah tanyakan ke ibu dulu” ucap ayahku seraya memutuskan panggilan. Aku semakin yakin untuk mengabarkan kabar gembira ini ke bu rida sesegera mungkin.

Setibanya di kampus…

Aku bergegas menuju ruang dosen, setibanya disana kudapati bu rida sedang sibuk dengan pekerjaannya yang menumpuk di meja. “Assalamualaikum…” ucapku menyapanya. “Wa’alaikumsalam.” Jawabnya cuek. “Ya Allah bu, judes amat..saya mau memberitahu sesuatu” ucapku. “Memberitahu apa? Cepet, saya banyak kerjaan” ucapnya judes. “Saya mau melamar ibu dalam waktu dekat” ucapku tegas. Seketika bu rida menghentikan aktifitas kerjanya dan menatapku dalam, “Kamu serius?” tanyanya. “Saya serius bu, saya sudah hubungi orang tua saya di desa” ucapku. “Baik, jika kamu serius, sila bawa orang tuamu ke rumah saya besok, ini saya berikan alamatnya” ucap bu rida seraya memberikan secarik kertas yang berisi alamat rumah orang tua beliau.

Saat aku berjalan keluar ruang dosen, handphoneku berdering, saat kuangkat ternyata ayahku. “Ya yah?” tanyaku. “Ayah dan ibu setuju atas itikat baikmu ingin menikahi gadis yang kamu cintai, kapan bisa ayah dan ibu lamar?” tanya ayahku. “Tadi saya sudah nanya ke calonnya, katanya besok ia dan orangtuanya tunggu kita di rumahnya” jelasku. “Baik nak, besok jemput bapak dan ibu di terminal ya” ucap ayahku dan berakhirlah panggilan tersebut.

Keesokan harinya…

Tepat jam 10 pagi aku menunggu kedatangan bus yang membawa ayah dan ibuku ke terminal kota ini, saat bus yang kumaksud tiba, dengan mudah aku dapat menemukan dimana posisi ayah dan ibuku karena postur tubuhku yang tinggi. “Ayaahh ibuuuu” teriakku dan mereka langsung menghampiriku. “Wah anak ayah dan ibu sudah makin gagah ya, mari kita ke rumah calonmu sekarang” ucap ayahku. “Ya ayah” jawabku seraya menuntun beliau berdua untuk naik sebuah bus kota yang memiliki tujuan ke rumah bu rida. Setibanya di rumah bu rida, kami disambut dengan hangat oleh orang tua bu rida. Sekitar 1 jam lebih orang tua kami berbincang hingga akhirnya ayah bu rida bertanya “Kapan akan kita laksanakan akad nikah?”, “Bagaimana dengan besok malam pasca magrib?” tanyaku.

Orangtua kami kebingungan begitu juga dengan bu rida. “Karena saya disini masihlah belum memiliki uang yang cukup untuk resepsi, maka izinkan lah kami menikah tanpa resepsi, kan pernikahan yang sesungguhnya berada pada proses akad” jelasku lantang. Kedua orang tua kami setuju dengan ide yang kumaksud. Keesokan harinya aku dan bu rida bersama-sama mengurus administrasi pernikahan di beberapa lembaga terkait, dan aku juga mengundang orang-orang terdekatku untuk hadir di acara akad nikahku nanti, diantaranya ika, nia, wiwi, bu ecy dan tentunya mas ari.

Pasca magrib…

Akad nikah kami berlangsung dengan lancar dan sangat sederhana, terpancar rasa bahagia dan haru dari wajah-wajah orang terdekat kami. Akad nikah telah usai, ternyata keluarga bu rida membuat acara makan-makan sederhana. Saat aku hendak mengambil makanan, tepat disebelahku berdiri bu ecy, “Sila dimakan bu, jangan ingat diet hehe” ledekku pada bu ecy. “Beneran yaa..awas kalau kamu gak nafsu lagi dengan saya nanti” bisik bu ecy. Akupun iseng meremasi pantat bu ecy yang terbalut celana panjang hitam yang ia kenakan, “Hush pegang-pegang, nanti kalau istri kamu liat berabe, malam ini nikmati aja dulu malam indah kalian, ibu gak ganggu” ucap bu ecy seraya menepis tanganku. Aku menghampiri mas ari yang duduk di teras rumah bu rida.

“Mas ambil makan dulu di dalam, biar perbaiki gizi hehe” ucapku mencairkan suasana. Terlihat mas ari hanya tersenyum kecil. “Kami sudah sah mas, saya minta mas ari untuk tidak mengganggu bu rida lagi” ucapku dengan nada berat. Mas ari melirikku dan berkata “Ya boby, siap laksanakan. Lagipun mas juga udah punya target baru kok”, “Wiwi maksudnya mas?” tanyaku. “Bukan, wiwi mah udah takluk sama mas” ucap mas ari yang membuatku penasaran. “Oh iya deh mas, yang penting ingat aja kata-kataku tadi” ucapku seraya menepuk-nepuk bahunya. Berikutnya aku menghampiri tiga dara yang pernah kutiduri ya siapa lagi kalau bukan ika, nia dan wiwi. “Ciee nikah ciee” ledek nia. “Udah nikah dijaga itu anunya” ika menambahi. “Iya dijaga, kami bisa kok puasin diri kami masing-masing, kamu gak terlalu memuaskan haha” ledek wiwi yang membuat kami berempat tertawa. “Huu…setidaknya kalian semua pernah kubuat mendesah nikmat Haha” ucapku yang lagi-lagi membuat kami berempat tertawa.

Kulirik bu rida hanya duduk bersama orang tua kami, tersenyum melihatku yang sedang menyapa teman-teman sebayaku. “Sudah kesana aja gak apa-apa, temani istrimu bob” ucap wiwi. Akupun mendekati bu rida, kami bergenggaman tangan. Acara usai tepat jam 10 malam, kini aku dan bu rida tengah berbaring di satu ranjang yang sama, ya ranjang dan ruang kamar beliau yang sudah ditata rapi untuk ‘malam pertama’ kami. Kami berbaring berhadapan, “Makasih ya bob, sudah penuhi janjimu” ucapnya dengan tatapan tulus. “Ya sama-sama sayang, aku cinta kamu” ucapku seraya mencium bibirnya. Kunaikkan jilbab coklat muda yang ia kenakan sekaligus membuka kancing gamis yang berwarna sama dengan jilbabnya.

Sementara tangan bu rida, mulai berusaha membuka celana kain hitam yang kugunakan, dan ketika ia telah mendapatkan kontol lemasku, langsung ia remas dan kocok, agar kontolku terbangun dari tidur panjangnya. “Buka aja jilbabku sayang kalau repot” ucapnya manja yang melihatku kesulitan membuka kancing gamisnya. “Jangan sayang, aku suka kalau ngentot akhwat berjilbab kayak kamu” ucapku seraya mulai membuka bra yang ia kenakan. Di dalam kamar yang remang-remang ini terlihat sepasang gunung kembar yang memiliki puting merah muda membusung indah dihadapanku, walaupun aku sering mencupang dan meremasnya, namun entah kenapa pada malam ini, sepasang gunung kembar itu tampak mempesona.

Akupun langsung mengecup dan menyedot puting kanan bu rida, “Ahhh” desah bu rida menerima serangan pertamaku. Tangan kiriku mulai meremasi toket kiri bu rida yang menganggur, permainanku pada malam ini kuusahakan untuk selembut mungkin, karena toh pasti ia juga akan memenuhi keinginan suami sahnya ini. Perlahan kontolku mulai mengeras karena kocokan intens yang tangan bu rida berikan. Kulepaskan semua rangsanganku pada toket bu rida, kini aku berusaha untuk melepaskan rok panjang coklat muda yang ia kenakan berikut cd biru yang terlihat sudah sedikit lembab. Kini terpampang lipatan memek yang sama sekali tidak ditumbuhi oleh bulu kemaluan, “Dicukur ya sayang” tanyaku seraya meraba bibir memeknya.

“Uhh iyaahh sayang biar bersih” desah bu rida saat merasakan jemariku bermain di bibir memeknya. Kukeluar masukkan jemariku di memek bu rida sehingga mulai kurasakan cairan pelumas bu rida membasahi jemariku. Kujilat cairan pelumas itu, “Ih kok dijilat sih” ucap bu rida. “Gak apa-apa sayang, nanti kamu mesti cicip punya mas, masa’ inimu terus yang telan cairan mas” ucapku seraya mencolek bibir memek bu rida. “Ehh iyaah deh mas…cepetan atuh mas” ucap bu rida yang sudah birahi tinggi. “Cepet apanya sayang?” tanyaku seraya menggesek-gesekkan palkonku di bibir memeknya. “Cepet entotin aku sayang” ucapnya tanpa ragu. “Buat apa entotin kamuh?” tanyaku sembari memukul-mukul bibir memeknya dengan palkonku yang mulai basah dengan cairan pelumasku. “Iiihh mas usil, cepetan mas, aku udah gak tahan” ucap bu rida menggerak-gerakkan pinggulnya mendekati kontolku.

“Hehe iyaa iyaa sayang” ucapku seraya mulai memasukkan kontolku ke dalam memek bu rida. Terasa lebih sempit dari sebelumnya, “Sayang sempit banget memek kamu, kok bisa?” tanyaku seraya masih mendorong masuk kontolku. “Adaaa dehh…puasin aku sayanggg” ucap bu rida merahasiakan triknya menyempitkan memek. Yaa aku tak peduli juga sih gimana caranya, yang penting kini kami harus sama-sama menggapai puncak kenikmatan kami. Aku mulai memaju mundurkan kontolku di dalam memeknya yang benar-benar terasa rapat, “Akkhh mas cepet aahh” desah bu rida seraya menggoyangkan pinggulnya. Melihatnya yang begitu liar malam ini, seolah membangkitkan birahi terpendam di diriku, aku membungkukkan tubuhku dan mulai meremas dan melumat toket bu rida kanan dan kiri bergantian. “Ugghh sayang..” desahnya seraya menjambak-jambak rambutku.

Dibawah sana, gempuran kontolku pada memeknya sama cepatnya ketika aku menggempur memek bu ecy beberapa hari lalu, “Ahhh aku kalahh sayangg” desah bu rida diikuti semburan cairan cinta pertamanya pada malam hari ini. Saat orgasme pertamanya tadi berlangsung, himpitan dinding memek bu rida luar biasa rapat, serapat dinding memek aliyah ketika beberapa bulan lalu aku mencicipinya, merasakan himpitan yang begitu keras, membuatku sedikit beringas memompa memek bu rida, “Akkhh sayang semangat bener…mentook aahh aahh mentok sayang” desah bu rida ketika palkonku mengetuk-ngetuk pintu rahimnya.

Tak butuh waktu lama dari orgasme pertamanya tadi, kembali terasa himpitan keras dinding memek bu rida, ini pertanda ia akan kembali orgasme, “Akkhh uhh akkhh sampaiii lagiihh” desah bu rida diikuti semburan cairan cintanya yang sangking derasnya, terasa semburan kecil membasahi pinggulku yang masih terus memompa memek bu rida. “Akhh akkhh sayang gak capek?” tanya bu rida.

Aku hanya menggeleng, melihatku yang sangat bersemangat, bu rida lalu mengalungkan kedua tangannya di pundakku, terlihat wajahnya tersenyum puas dan matanya yang merem melek ketika palkonku menumbuk-numbuk pintu rahimnya membuatku terasa semakin menggila, seolah ada energi tambahan di tubuhku sehingga hingga saat ini belum ada terasa aku akan menyemburkan pejuku. Seketika bu rida menghentikan sodokanku, “Ganti posisi sayang, biar aku yang puasin mas” ucap bu rida yang bangkit dari posisi terlentangnya, ia memintaku untuk berbaring terlentang, bu rida menggenggam kontolku yang mengkilap dibahasahi cairan cintanya, lalu ia berjongkok diatasku, mengarahkan bibir memeknya tepat di palkonku, saat sudah pas, ia langsung menurunkan pinggulnya “Plop” kontolku kembali masuk sepenuhnya ke dalam memek bu rida.

“Uhh” desahnya. Pelan tapi pasti ia mulai menaik turunkan pinggulnya diatas tubuhku, kulihat kepalanya mendongak keatas dan toketnya yang berayun seirama dengan pergerakan pinggulnya seolah menghipnotisku, secara tak sadar, kedua tanganku mulai menggapai toket beliau dan meremasnya dengan sedikit kasar. “Akkh mass remes teruss” desah bu rida seraya membungkukkan tubuhnya ke arahku supaya aku mudah meremasi toketnya. “Mas mas..masih kuat yaahh…aku udah mauuuhh sampaiiih lagiihh” desah bu rida yang diikuti himpitan dinding memek beliau yang mengencang kembali.

“Akuuh tahan demi puas bersama maaass” desahnya berusaha menahan orgasme ketiganya, aku seolah tersadar dan muncul rasa kasihan pada istri baruku ini, sehingga kupeluk tubuhnya dan kubaringkan kesamping sehingga kini posisi kami kembali seperti semula, bu rida dibawah tindihanku, aku percepat sodokanku, karena sudah ada tanda-tanda aku akan menyemburkan pejuku. “Akkhh akuuhh masihh kuatt kok maass…” desah bu rida, aku tau dia udah gak kuat, karena himpitan dinding memeknya sudah sangat kencang, sehingga palkonku pun sedikit kesulitan menggapai pintu rahimnya.

“Akkhh masss” desah pendeknya diikuti semburan cairan cintanya yang ketiga dan ini benar-benar deras, bukan hanya deras menghantam palkonku namun juga deras menyembur ke perutku, “Akkhh sayang…” desahku seraya kuhentakkan kontolku ke posisi yang paling dalam pada memek bu rida, “Croott croott croot” ada sekitar 4 semburan pejuku yang terlontar di dalam memek bu rida, “Ahh banyak amat masss” desah bu rida merasakan semburan-semburan pejuku.

Tubuhku masih mengejang hebat, hingga kurasakan bahwa pejuku sudah benar-benar tidak keluar lagi dari palkonku, langsung kutumbangkan tubuhku kesamping bu rida. Aku pejamkan mataku sejenak, dan saat melek, kulihat bu rida menghadapku dan menatapku dengan senyum manisnya. “Mas perkasa banget, aku sayang mas..” ucap bu rida seraya mencium bibirku, kami kembali berpagutan.

Ya akhirnya aku bisa melanjutkan hidupku dengan baik, bukan melulu menjadi pemuas para wanita, kini aku bisa menjadi seorang suami yang menjaga istrinya dan semoga kelak akan menjaga keturunanku agar tidak mengikuti jejakku. Aku Boby, sang mantan gigolo.

Tamat.[/HIDE]
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd