Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG RUMAH KUNO PENINGGALAN IBU NUNING

Status
Please reply by conversation.
CHAPTER 4

Dentingan sendok dan piring mewarnai suasana sarapan pagi itu. Perbincangan dan berbagai obrolan hangat pun mengalir seperti air di sungai. Daniel sekeluarga menikmati sarapan mereka dengan ceria. Suara canda dan tawa terdengar memenuhi ruang makan. Mereka benar-benar terlihat bahagia pagi itu. Keceriaan mereka sebenarnya lebih dipicu oleh kebahagiaan Lucas yang sukses mendapatkan mega proyeknya.

“Jadi ... Mulai hari ini ayah pindah kantor ke luar pulau. Tapi jangan khawatir, ayah akan pulang ke rumah setiap dua minggu sekali. Ayah mendapat libur empat hari setiap dua minggu.” Jelas Lucas dengan mimik bahagia.

“Ya ... Jadi sepi dong rumah ...” Kata Adelia agak kecewa.

“Tidak juga, sayang ... Kakakmu Raymond dan Nidya akan tinggal bersama kita.” Sambar Hanna yang tentu saja Daniel terkejut luar biasa.

“APA??? DIA TINGGAL DI SINI???” Suara Daniel tinggi.

“Loh! Bukannya lebih baik Kak Raymond dan Kak Nidya tinggal di sini. Rumah sebesar ini terlalu luas kalau ditinggali kita bertiga.” Adelia menatap wajah Daniel tajam.

“Oh tidak ... Rumah ini akan jadi neraka buatku ...” Daniel menepuk jidatnya sendiri. Merasa tidak senang.

“Kamu gak boleh berkata begitu. Dia kakakmu. Kalian seharusnya saling akur.” Kata Hanna lemah lembut.

“Benar, Daniel.” Lucas menyambung perkataan istrinya. “Coba kamu berusaha mendekati kakakmu. Kakakmu itu masih cemburu padamu karena ayah selalu membelamu. Cobalah bersikap baik dan ramah padanya. Ayah yakin dia juga akan bersikap baik padamu.” Lanjut Lucas.

“Itu tidak akan terjadi. Raymond akan selalu berbuat buruk padaku.” Daniel setengah menggerutu.

“Cobalah dulu ... Ibu akan membantumu ...” Hanna memegang tangan Daniel.

Daniel menghela nafas sambil memijit pelipisnya, berbagai pikiran buruk memenuhi isi kepalanya. Daniel tidak percaya jika Raymond akan bersikap baik padanya. Sampai kapan pun Raymond selalu jahat dan tidak pernah menerima dirinya sebagai saudaranya. Daniel benar-benar muak harus tinggal bersama Raymond yang selalu memperlakukannya sangat buruk.

Daniel pun meninggalkan dapur menuju motor kesayangannya yang terparkir di garasi. Tak lama motor sport hitam tunggangan Daniel sudah melaju di jalan raya. Hari ini adalah kuliah terakhir, setelah kelas ini berakhir Daniel sudah tidak ada kuliah lagi karena sudah menjelang akhir semester. Sementara itu, Hanna sudah ditinggal Lucas ke kantor barunya di luar pulau dan Adelia ke sekolah. Tidak ada seremoni atas kepergian Lucas karena sangat mendadak. Beberapa menit kemudian, Hanna membersihkan dapur sambil bersenandung. Hari ini dia merasa begitu baik, karena sudah mendapatkan apa yang selama ini ia dambakan.

Untuk yang pertama kalinya Hanna merasakan kenikmatan seks yang luar biasa tadi malam. Hanna merasa telah banyak kehilangan seks yang hebat dalam beberapa tahun ke belakang. Dan kini ia telah mendapatkan. Jiwanya serasa dibawa terbang melayang karena kenikmatan yang ia alami. Hanna mengakui bahwa seks itu begitu memikat, begitu indah, menyenangkan dan memuaskan. Seks ibarat candu semesta yang membuatnya selalu merindu.

“Pagi Hanna yang cantik.” Suara itu membuat Hanna terkejut dan menoleh. Ibu Nuning telah berdiri di ambang pintu dapur dengan perut buncitnya.

“Eh ... Bu Nuning ...” Hanna tergagap.

“Kamu sedang memikirkan sesuatu?” Tanya Ibu Nuning sembari melayang mendekati Hanna.

“Ya ...” Jawab Hanna lirih.

“Boleh aku tahu?” Tanya Ibu Nuning yang lebih terdengar sebagai permintaan.

“Hhhhmm ... Aku sedang memikirkan seks yang aku dapatkan semalam bersama Daniel. Seks yang luar biasa. Aku belum pernah merasakan seks seperti itu sebelumnya. Tapi, ada hal yang masih mengganjal di pikiranku.” Hanna menatap sendu wajah pucat Ibu Nuning.

“Katakan!” Ucap Ibu Nuning.

“Bagaimana pun juga Daniel adalah anakku. Aku telah mengasuhnya selama enam tahun. Ikatan batinku sudah seperti ibu dan anak. Jujur, aku kurang bisa menerima hubungan seks antara ibu dan anak. Bahkan boleh dibilang aku merasa jijik.” Lirih Hanna sambil menghembuskan nafas berat.

“Hhhmm ... Tapi bukan berarti kamu tidak menikmatinya, bukan?” Kata Ibu Nuning lagi.

“Aku menikmatinya tapi tidak sempurna. Aku merasa ada yang kurang dengan seks yang luar biasa itu. Aku ingin kenikmatan seks yang utuh tanpa ada rasa bersalah dan tidak enak. Mungkin Ibu Nuning tahu maksudku.” Jelas Hanna.

“Ya, aku tahu ... Kamu kurang menikmati seks dengan Daniel. Yang kamu inginkan adalah menikmati seks dengan perasaan bebas dan lepas.” Ungkap Ibu Nuning sambil tersenyum.

“Kira-kira seperti itu.” Sambug Hanna.

“Kamu harus belajar menerimanya ... Kamu telah terikat kontrak kalau kamu berpasangan dengan Daniel. Coba sedikit-sedikit kamu hilangkan perasaan itu. Dan yang perlu kamu tahu, meskipun kamu terikat kontrak bukan berarti kamu tidak bisa bercinta dengan orang lain. Solusi yang aku tawarkan, bercintalah dengan orang lain selain Daniel untuk menghilangkan rasa bersalahmu. Nikmatilah seks sebagai kesenanganmu semata. Jauhkan hal-hal yang mengganggu kesenanganmu.” Jelas Ibu Nuning yang sukses membuat mata Hanna membulat.

“Oh ... Begitu kah?” Kata Hanna dengan nada tak percaya.

“Seks adalah kebutuhan, pengalaman dan petualangan. Tubuhmu adalah mesin kesenangan. Oleh karena itu seks adalah kesenangan dan tidak ada dosa untuknya. Nikmati saja seks yang terjadi. Nikmati saja seks itu dan ikuti kemana pun gairahmu selama di ranjang. Jangan matikan kesenanganmu dengan hal-hal yang tidak penting.” Jelas Ibu Nuning sembari memegang tangan Hanna penu kasih sayang.

“Ya ... Aku mengerti ... Aku akan coba ...” Ucap Hanna pelan.

“Hi hi hi ... Jangan terlalu banyak pertimbangan. Nikmati saja. Ohya, apakah suamimu menanyakan tentang perubahanmu?” Ucap Ibu Nuning yang diakhiri dengan pertanyaan.

“Hanya sekali ... Dia bilang aku terlihat lebih muda dan seksi. Aku jawab itu hanya penglihatannya saja. Aku masih seperti yang kemarin-kemarin. Kelihatannya Lucas tidak terlalu peduli.” Jawab Hanna sambil tersenyum kecil.

“Bagus kalau begitu ... Dan, ada sesuatu yang mungkin menarik untukmu. Em, aku ingin menawarkan kerjasama yang lain padamu.” Ibu Nuning menatap ke arah Hanna tajam dan dengan jentikan senyum kecil di bibirnya.

“Kerjasama? Apa lagi?” Hanna bertanya dengan nada sangat ingin tahu.

“Setiap tanggal 14, aura kesenangan sedang berada di puncak tertinggi. Aku sangat ingin mendapatkan aura kesenangan itu sebanyak-banyaknya. Caranya adalah dengan melakukan ritual. Kamu dan Daniel harus melayani orang-orang yang menjadi peserta ritual. Peserta ritual harus terdiri minimal tiga laki-laki dan tiga perempuan. Tiga laki-laki adalah pasanganmu, dan tiga perempuan adalah pasangan Daniel. Kalian harus melakukan hubungan badan selama mungkin yang bisa kalian lakukan.” Jelas Ibu Nuning.

“A..apa??? A..aku harus de..dengan tiga laki-laki?” Hanna terkejut teramat sangat karena ucapan Ibu Nuning.

“Ya, tiga ... Minimal ... Semakin banyak peserta semakin baik.” Tegas Ibu Nuning.

“Oh ...” Gumam Hanna masih dalam keadaan terkejut.

“Imbalannya adalah setiap peserta wanita termasuk dirimu akan terlihat awet muda, kencang dan seksi. Bukankah itu yang selalu diinginkan wanita. Dan untuk peserta laki-laki imbalannya adalah mereka akan mendapat imbalan berupa emas dariku. Bagaimana?” Lanjut Ibu Nuning.

“Me..menarik ...” Hanna merasa pipinya memanas.

“Hi hi hi ... Aku tahu kamu suka ... Bayangkan Hanna ... Bayangkan ... Kamu akan menjadi ratu di ritual itu ...” Ucap Ibu Nuning yang tiba-tiba menghilang bagai debu ditiup angin.

Entah mengapa debar jantung Hanna menjadi tidak stabil setelah Ibu Nuning mengatakan hal tersebut. Gairahnya seperti meningkat. Seperti ada sesuatu yang bergejolak. Ia juga merasa seperti ada sesuatu yang menegang dari dirinya. Hanna merasakan basah di area kewanitaannya karena hormon seksualnya mulai menggeliat. Hanna benar-benar tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya ‘dikerubuti’ oleh beberapa pria. Benar kata Ibu Nuning kalau seks adalah kebutuhan, pengalaman dan petualangan. Kini batinnya berkata kalau dia tidak akan melewati pengalaman dan petualangan yang menyenangkan ini.

Dengan tangan bergetar dan pikiran masih kacau, Hanna segera membuka smartphone miliknya. Ia membuka item kontak dan mencari orang-orang yang dianggap bisa diajak ‘kerjasama’. Hanna membuat catatan nama-nama yang dianggapnya layak, yang sebagian besar adalah ibu-ibu kelompok arisannya. Hanna berhasil mencatat tujuh nama, kemudian ia mulai menghubungi salah satu dari mereka. Alat komunikasi pipihnya kini sudah menempel di kuping dan suara sambungan telepon setia ia dengar sampai ada yang mengangkatnya.

Hallo, Hanna ... Apa kabar? Lama kita tidak bertemu. Kenapa kumpulan kemarin kamu tidak hadir?” Suara lembut terdengar dari speaker smartphone Hanna.

“Kabarku baik, Maya ... Dan maaf ... Kemarin lagi sibuk pindahan, jadi gak bisa datang. Oh ya, apakah aku mengganggumu sekarang?” Tanya Hanna pada wanita yang bernama Maya. Menurut penilaian Hanna, Maya adalah seorang ibu rumah tangga yang senang selingkuh. Perselingkuhannya sudah menjadi rahasia umum di antara ibu-ibu arisan.

Aku tidak sedang apa-apa, Hanna. Aku malah senang ada yang menemaniku ngobrol.” Suara Maya sangat bersahabat.

“Oh syukurlah ... Langsung saja ya ...” Ucap Hanna agak bingung memulai pembicaraan.

Hhhmm ... Kedengarannya serius nih ... Ada apa Hanna?” Maya rupanya bisa menebak nada suara Hanna.

“Em ... Aku akan mengadakan pesta, Maya ... Pesta untuk ... Kita para ibu yang ... yang butuh belaian dan sentuhan anak muda ... Maksudku ... Ah, aku bingung mengatakannya ...” Benar-benar ucapan Hanna kacau balau. Dirinya tidak bisa merangkai kata yang tepat untuk mengungkapkan maksudnya.

Sebentar, Hanna ... Jangan bilang kalau kamu ingin membuat pesta seks ...” Maya memang pintar menyimpulkan ucapan orang.

“Maksudku seperti itu.” Jawab Hanna pelan.

“OMG ... Apa aku tidak salah dengar? Wanita sepertimu ingin mengadakan pesta seks? Aku benar-benar tak percaya, Hanna. Setan mana yang mempengaruhimu?” Wanita di seberang telepon terdengar sangat kaget. Tetapi bukan dalam artian kejutan, melainkan antusias. Ya, Maya terlihat sangat antusias.

“Ayolah Maya! Jangan membuatku jadi malu. Apakah kamu bersedia jadi peserta di pestaku?” Hanna mulai bisa menguasai diri.

OMG ... Aku masih terguncang Hanna ... Bahkan aku belum bisa berpikir jernih ... Tapi, aku sangat ingin menjadi peserta di pestamu. Pasti kamu sudah mempersiapkan anak-anak muda untuk kita, bukan?” Ujar Maya menggebu-gebu.

“Ya, aku sudah mempersiapkan. Mereka adalah teman-teman kuliah anakku ... Daniel ...” Jawab Hanna berbohong.

Daniel??? Daniel katamu??? Dia juga peserta???” Maya semakin antusias.

“Ya ...” Jawab Hanna singkat.

Ini gila ... Benar-benar gila ... Oke Hanna! Aku pasti ikut ... Pasti ... Pasti ... Pasti ... Oh ya, kapan pestamu dilaksanakan?” Maya semakin tak terkendali.

“Tanggal 14 ini. Berarti hari kamis, malam jumat ...” Jawab Hanna lagi sambil tersenyum.

Positif ... Aku akan ke tempatmu.” Ucap Maya.

“Maya ... Bisakah kamu membantuku untuk mengundang beberapa teman kita yang lain?” Hanna tiba-tiba mempunyai ide yang cemerlang. Dia tidak perlu repot-repot menghubungi orang-orang. Maya lah yang lebih kompeten untuk melakukannya.

Mudah, Hanna ... Kamu memerlukan berapa banyak wanita gatal untuk pestamu?” Tanya Maya penuh percata diri.

“Minimal tiga ... Lebih banyak lebih bagus ...” Jawab Hanna.

Wow! Amazing! Baiklah, aku akan menghubungi mereka dulu. Nanti setelah fix, aku akan mengabarimu.” Kata Maya.

“Terima kasih Maya ... Aku sangat menunggu kabarmu.” Hanna merasa lega.

Oke kalau begitu. Aku tutup ya ... Bye ...

“Bye ...”

Hanna tersenyum senang dengan apa yang baru saja terjadi. Dia tidak perlu susah-susah mengumpulkan orang. Langsung saja catatan di depannya ia remas dan dibuang ke tempat sampah. Dia hanya tinggal menunggu kabar dari Maya. Hanna pun berjalan ke kamarnya dengan gairah yang terus menyala-nyala. Bercinta dengan beberapa pria memang telah menjadi fantasi kotornya sejak lama. Sesampainya di kamar, Hanna langsung bergerak ke kamar mandi. Ia perlu mendinginkan diri karena gejolak hasratnya yang sulit padam.

Hanna berdiri di depan cermin kamar mandi sambil membuka seluruh pakaiannya. Ia memerhatikan dirinya sendiri. Tampak sekali payudaranya kini kencang dan bulat. Selain itu, wajahnya pun terlihat segar tanpa kerutan. Jika dilihat sekilas wanita itu seperti wanita usia akhir 20 tahunan. Dia merasa muda dan cantik. Setelah puas berdiri di depan cermin, Hanna segera mengguyur badannya dengan air yang keluar dari shower. Kemudian dia menggosok seluruh tubuhnya dengan sabun dan membilasnya beberapa kali hingga tubuhnya wangi.

Setelah menghabiskan waktu kurang lebih 20 menit akhirnya Hanna pun selesai mandi. Setelah itu, ia langsung berpakaian dan memoles wajahnya di meja rias. Tiba-tiba smartphonenya berdering. Hanna menyambar alat komunikasi itu dari atas meja rias. Dia tersenyum saat mengetahui Maya yang meneleponnya.

“Ya, Maya ... Bagaimana?” Hanna langsung bertanya.

Wow Hanna ... Banyak yang mau ikut. Aku sudah mengumpulkan tujuh nama. Apakah mau ditambah?” Suara Maya sangat bersemangat.

“Bagaimana menurutmu?” Hanna mengembalikannya pada Maya.

Aku pikir cukup segitu dulu. Karena ini pestamu yang pertama, mungkin ada baiknya kita batasi dulu tujuh orang. Bila pestamu sukses, bisa kita tambah peserta.” Saran Maya.

“Ya, aku setuju ...” Kata Hanna.

Baiklah ... Aku sudah tidak sabar dengan pestamu, Hanna ... Aku berharap anak-anak mudamu sesuai dengan seleraku ... Hi hi hi ... Bye Hanna ...

“Bye ...”

Di otak Hanna ada angka tujuh. Angka tujuh itu benar-benar telah membakar syahwat wanita itu. Hana gelisah di atas kasur. Ia merasakan vaginanya sangat gatal. Sejak Ibu Nuning mengutarakan niatnya, nafsu birahi Hanna seakan meningkat berkali-kali lipat. Hanna yang sudah tidak bisa menahan birahinya mulai menggosok vaginanya dengan jari-jarinya. Hanna sendiri tidak percaya ia melakukan sesuatu seperti ini, tetapi untuk beberapa alasan, saat ini ia sangat membutuhkan.

“Bu ...” Tiba-tiba Hanna mendengar suara Daniel dari belakang pintu kamarnya. Hati Hanna menjerit kegirangan.

“Masuk, sayang ...” Ucap Hanna dengan posisi terlentang dan mengangkang. Tangannya pun masih menggosok vaginannya.

Daniel membuka pintu dan langsung saja matanya melotot ke arah ibu tirinya yang sedang menyenangkan dirinya sendiri. Daniel tersenyum smirk menatap wajah ibu tirinya yang sudah sangat horny. Pemuda tampan itu menutup pintu lalu melucuti seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat. Hanna tersenyum dan ia pun melepaskan pakaian yang ia kenakan. Daniel menunggu Hanna selesai dan baru kemudian menindih tubuh seksi Hanna yang sudah terlentang di atas kasur.

“Ibu sangat horny ...” Ucap Daniel saat mensejajarkan batangnya di lipatan vagina Hanna.

“Ibu sangat membutuhkannya, sayang ... Masukan segera ...” Desah Hanna mendamba.

Tanpa harus diperintah dua kali, perlahan kepala penis itu mulai menyeruak masuk ke dalam vagina Hanna. Hanna mendesah nikmat dengan mata dan mulut melebar, seiring semakin tenggelamnya batang raksasa milik Daniel sehingga akhirnya seluruh batang kekar Daniel berhasil seutuhnya terbenam di dalam lubang nikmat itu.

“Ooohh ... Enak sekali bu ...” Giliran Daniel yang mendesah karena jepitan dinding vagina Hanna.

“Punyamu juga, sayang ... Aaaahh ...” Balas desah Hanna.

Kini Daniel mencium bibir Hanna untuk menetralkan deru nafasnya. Daniel terdiam sesaat membiarkan lubang surgawi Hanna terbiasa dengan miliknya, sampai Hanna berkata untuk mulai bergerak. Daniel pun mulai menarik kontol raksasanya dari dalam tubuh Hanna dan meninggalkannya sebatas kepala. Kemudian Daniel menekan lagi hingga batangnya kembali ke tempatnya di dalam sana. Daniel mengulanginya beberapa kali hingga menemukan ritme yang pas.

"Lebih cepat, sayang ... Aaahhh sayang ... Hahhhh ... Mmmhhmmm." Desahan Hanna tertahan ketika Daniel mendekap mulutnya dengan bibirnya hingga membuat tak ada lagi desahan yang lolos dari bibir mungilnya tersebut.

Daniel semakin gencar membuat ritme memaju mundurkan gerakannya, merasakan sensasi menjepit dari lubang ketat milik Hanna yang begitu terasa sesak di sana. Sementara Hanna semakin mendesah tak terkontrol ketika Daniel dan penis besarnya berhasil menemukan spot kenikmatannya.

"I..iyaa ... Di sana saayyannghh ... Teruuussss lebih dalam ... Aaahhh ... Sshhh ..." Hanna meracau kesetanan.

Nafas Daniel memburu, ketika ia semakin sigap membuat ritme memaju mundurkan pinggangnya hingga penisnya bisa bersentuhan langsung dengan titik kenikmatan milik Hanna. Hanna melengguh kencang, meremas seprai di bawahnya dengan kuat di saat Daniel tak henti-hentinya menumbuk titik tersebut.

Dengan tempo cepat Daniel mengerakan pinggulnya. Pemuda itu bisa merasakan dinding vagina Hanna mengurut kuat saat penisnya keluar masuk. Hanna terus mendesah keenakan, merasakan gesekan nikmat yang diberikan penis besar dan panjang kepunyaan Daniel. Pinggul Daniel sibuk mengenjot vagina, kedua tanganya sibuk memeras payudara dan bibirnya sibuk menikmati bibir Hanna yang mencumbunya dengan agresif. Daniel semakin beringas mengerakan pinggulnya, merasakan dinding vagina Hanna yang menjepit dan menghisap penisnya dengan kuat.

"Aaaahhh ... Keluaaaarrrrrr ..." Tubuh Hanna sampai melengkung karena nikmat orgasme yang didapatkan. Tubuh Hanna terus bergetar karena gelombang nikmat, terlihat dari raut wajahnya yang seperti haus seks dengan lidah yang keluar.

Beberapa saat kemudian Daniel merasakan klimaksnya akan menyusul. Sungguh rasa yang sangat nikmat yang tak bisa dideskripsikan sekarang. Daniel terus bergerak lebih dalam lagi. Pemuda itu tak bisa bertahan lebih lama lagi dari ini, karena lubang milik Hanna begitu mencengkram dan menjepitnya begitu ketat sekarang.

"Buuu ... Mmm aaaaahhhhhh ..." Daniel menghentakkan miliknya lebih dalam lagi dan ... "Aaaahhhh ... Buuuuu ...." Daniel mengeluarkannya di dalam vagina Hanna.

"Daanniieelll ... Saaayyaanngghhh ... Shhh ... Aaaaahhh ..." Hanna merasakan sesuatu yang basah mengalir di bagian paha bawahnya.

Nafas keduanya terengah-engah, peluh membasahi kedua tubuh sepasang manusia beda kelamin tersebut. Daniel melepaskan miliknya dan melirik cairan yang mengalir membasahi vagina Hanna yang merembes ke bawah. Sementara Hanna kini merasakan sensasi hangat yang diakibatkan cairan-cairan milik Daniel yang mengalir dari lubangnya. Sementara itu, Daniel membaringkan tubuhnya terlentang di kasur karena kelelahan sambil menetralkan nafasnya. Keduanya terdiam untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Hanna membaringkan kepalanya di dada bidang Daniel.

“Sayang ... Tadi ibu bicara dengan Ibu Nuning. Katanya kita harus mengadakan ritual ...” Kata Hanna.

“Ritual?” Ritual apa?” Daniel penasaran.

“Tidak harus ...” Tiba-tiba Ibu Nuning menampakkan diri dalam cermin lemari.

Hanna dan Daniel langsung bangkit dari tempat tidur. Mereka berjalan mendekati cermin dengan bertelanjang bulat. Ibu Nuning loncat-loncat sambil tepuk tangan, tidak lupa dengan senyum lebarnya melihat Hanna dan Daniel yang telanjang.

“Aku suka jika kalian setiap hari tidak memakai baju. Bisakah kalian melakukannya untukku?” Pinta Ibu Nuning dengan suara riang.

“Oh, tidak mungkin ... Ada putriku, Adelia ...” Hanna langsung panik.

“Kamu bisa mengajaknya, bukan?” Kata Ibu Nuning lagi membuat wajah Hanna pucat.

“Tidak ... Tidak mungkin ...” Hanna menolak keras.

“Ayolah Hanna ... Putrimu sudah dewasa. Dia juga berhak mendapat kesenangan. Bukan begitu Daniel?” Ibu Nuning melirik Daniel.

“Ya, aku rasa bukan ide yang buruk.” Daniel tersenyum mesum.

“Tidak ... Lebih baik kita bicarakan tentang ritual saja.” Hanna cemberut.

“Baiklah ...” Ibu Nuning mulai serius. “Ritual yang aku ceritakan tadi tidak harus kalian lakukan. Tapi jika bisa dilaksanakan itu sangat membantuku. Makanya, aku akan memberikan imbalan bila kalian bisa melakukan ritual itu berupa awet muda untuk wanita dan emas untuk pria.” Jelas Ibu Nuning.

“Ritual apa?” Tanya Daniel semakin penasaran.

“Tanggal 14 adalah saat bulan purnama dan berkumpulnya aura kesenangan pada tingkat yang tertinggi. Ritual kalian adalah bercinta dengan sebanyak-banyaknya pasangan. Kalian bercinta minimal dengan tiga orang. Itu bukan berarti harus sekaligus tiga, tapi tiga orang yang berbeda waktu asal dilakukan pada malam itu. Nanti kalian berdua akan aku beri ramuan ajaib agar kalian tidak akan pernah lelah bercinta dengan pasangan-pasangan kalian. Rasa nikmat yang kalian rasakan itulah sumber aura kesenangan yang akan aku miliki.” Jelas Ibu Nuning lebih detail.

“Aku pikir semacam pesta.” Lirih Hanna merasa bersalah.

“Tidak apa-apa, Hanna ... Itu cara yang lebih baik.” Jawab Ibu Nuning sembari tersenyum.

“Jadi rencananya bagaimana?” Tanya Daniel.

“Aku merencanakan pesta seks ... Aku sudah mempunyai tujuh peserta wanita untuk pesta. Tinggal kamu yang mencari peserta prianya.” Jawab Hanna yang tangannya kini merangkul lengan Daniel.

“Bagaimana Bu Nuning?” Kini Daniel bertanya pada hantu hamil dalam cermin itu.

“Teknisnya aku serahkan pada kalian. Ya, aku setuju kalau ritualnya berupa pesta seks. Jadi kamu harus mencari peserta prianya.” Jawab Ibu Nuning.

“Hhhmm ... Masih ada waktu beberapa hari lagi. Aku bisa mendapatkan peserta prianya.” Kata Daniel.

“Lebih banyak lebih baik. Tidak harus tujuh. Kalau bisa sepuluh atau dua puluh. Ibumu ingin dikerubuti laki-laki, Daniel ...” Ucap Ibu Nuning setengah bercanda.

“Apa??? Benarkah, Bu???” Daniel terkejut lalu menatap wajah ibu tirinya.

“Begitulah ...” Suara Hanna sangat pelan.

“Ya, ampun bu ... Aku gak nyangka kalau ibu ternyata jalang ...” Kata Daniel sambil terkekeh.

Kekehan Daniel tidak lebih dari dua detik tergantikan oleh pekikan kesakitan karena Hanna mencubit perutnya. Tapi tak lama ketiganya tertawa keras. Dan tiba-tiba saja Ibu Nuning menghilang dari pandangan. Daniel dan Hanna pun keluar kamar dan turun ke lantai satu masih dalam keadaan bugil. Daniel dan Hanna tak menyangka kalau ketelanjangan mereka nyatanya sangat mengasyikan. Mereka merasa menjadi orang yang paling bahagia. Keduanya merasa jauh lebih dekat dan jauh lebih romantis.

Daniel dan Hanna ngobrol santai sambil menikmati kopi dan cemilan. Baru beberapa menit mereka telanjang berduaan, rasa bersalah Hanna karena berhubungan seks dengan Daniel yang telah dianggap anaknya sendiri memudar bahkan hilang total. Kini Hanna sudah bisa menerima kenyataan bahwa seks adalah pengalaman dan petualangan. Jika tidak pernah mencobanya tidak akan bisa mengatakan bahwa seks sumber kesenangan. Ya, Daniel dan Hanna terus berbincang-bincang santai namun sangat romantis, mereka duduk bersebelahan sambil berpelukan, sehingga mereka tidak sadar ada seseorang yang sedang berdiri mematung di ambang pintu dapur.

“Ibu ... Daniel ...” Suara itu bergetar sehingga mampu membuat kedua insan yang telanjang bulat itu terperanjat hebat.

“Adelia ... Oh ...” Pekik Hanna tak percaya sambil menyilangkan tangannya di dada dan pangkal pahanya. Rasa malu menyergapnya. Mengantarkan panas ke wajah. Yakin jika pipi-pipinya merona merah.

“Kenapa kamu ada di sini? Bukankah kamu harus belajar di sekolah?” Daniel pun tak kalah panik. Daniel berdiri menghadap Adelia dengan kedua tangan menghalangi penis besarnya.

“Kalian ... Apa yang kalian lakukan?” Raut wajah Adelia masih diliputi keterkejutan.

“Adel ... Bisakah kamu ke kamarmu dulu?” Pinta Hanna yang tidak berani menghadapkan muka ke arah anak gadisnya.

Gadis itu bukannya pergi tetapi malah mendekati ibunya dan Daniel. Kini Adelia berdiri tepat di samping ibunya. Tiba-tiba Adelia tertawa terbahak-bahak. Tentu membuat Hanna dan Daniel bertambah kaget. Adelia kemudian merangkul Hanna dan mencium kening dan pipi ibunya.

“Adelia ...” Gumam Hanna tak percaya dengan sikap yang diperlihatkan anak gadisnya.

“Tidak apa-apa, bu ... Kalau itu membuat ibu bahagia, aku akan mendukung ibu.” Ucap Adelia lemah lembut.

“Jadi ... Ka..kamu gak marah sama ibu?” Senyum Hanna mulai mengembang dan perasaannya sangat lega.

“Tidak, bu ... Aku bahkan ...” Adelia tidak meneruskan kata-katanya. Adelia pun berdiri tegak lalu menanggalkan pakaiannya satu persatu hingga benar-benar bugil.

“Adelia ... Apa yang kamu lakukan?” Hanna memekik terkejut.

“Aku juga ingin seperti kalian ... Aku ingin telanjang setiap hari di rumah ini ... Bu, aku sudah memimpikan ini sejak lama. Aku ingin sekali mempunyai keluarga nudist.” Jawab Adelia santai sambil meletakkan satu tangannya di pinggang.

“A..apa?” Gumam Hanna tak percaya. Sementara itu, Daniel tersenyum senang.

Tanpa disuruh penis besar dan panjang milik Daniel tegak. Tubuh telanjang Adelia yang membuatnya demikian. Adelia memiliki tubuh yang sangat proposional. Dengan tinggi badan sekitar 155 sentimeter, berat badan gadis itu sekitar 50 kilogram. Kedua payudara gadis itu yang berukuran cup B berdiri tegak menjulang, dengan puting susu yang kemerahan menggemaskan. Pinggulnya ramping dan bokongnya menyesuaikan dengan bentuk pinggulnya yang meramping. Di bawah pusarnya ditumbuhi bulu halus yang menghubungkan garis vagina di pangkal pahanya.

“Wow!” Tanpa sadar Daniel bersuara.

“Kamu suka kan, Daniel?” Genit Adelia dengan mengubah gaya dengan mengganti tangan di pinggangnya.

“Aku suka sekali ...” Jawab Daniel dengan senyum mesumnya.

“Akhirnya tercipta keluarga bahagia.” Tiba-tiba Ibu Nuning muncul dari balik pintu dapur.

Tidak saja Adelia yang terkejut, Daniel dan Hanna pun terkejut. Namun bagi Daniel dan Hanna rasa terkejutnya segera hilang. Lain halnya dengan Adelia. Gadis itu langsung duduk di pangkuan Hanna sambil memeluk leher ibunya. Ibu Nuning memberikan senyuman termanisnya kepada Adelia.

“Jangan takut anak manis ... Aku ini teman ibumu dan kakakmu.” Ucap Ibu Nuning.

“Benarkah, bu???” Tanya Adelia sambil menatap mata ibunya.

“Benar, sayang ... Ibu Nuning adalah teman ibu dan kakakmu. Sana berkenalan dulu dengan beliau.” Hanna mendorong pelan tubuh Adelia.

Dengan sedikit ragu dan rasa takut, Adelia pun berjalan menghampiri Ibu Nuning. Setelah berhadapan, Adelia mengambil tangan Ibu Nuning lalu mencium punggung tangannya.

“Anak yang baik. Aku suka dengan anak ini.” Kata Ibu Nuning yang kemudian mengusap pipi Adelia.

“Tangan Ibu Nuning dingin sekali.” Kata Adelia dengan menatap mata wanita hantu di depannya.

“Aku ini hantu, Adelia ... Hantu yang baik ...” Ibu Nuning tersenyum saat melihat Adelia terbelalak.

“Hantu yang baik? Seperti Casper dong.” Adelia malah bercanda.

Semuanya tertawa mendengar candaan Adelia. Tak lama, Ibu Nuning melepaskan kain yang membungkus tubuhnya. Ibu Nuning pun kini berjanji tidak akan pernah memakai pakaian lagi. Hantu hamil itu senang juga bertelanjang. Hanya beberapa detik setelah itu Ibu Nuning menghilang begitu saja. Daniel, Hanna dan Adelia akhirnya meneruskan obrolan mereka. Tema obrolan berkisar pada keinginan mereka untuk tidak memakai pakaian selama di rumah. Mereka sepakat untuk melakukannya.

“Adelia ... Jawab yang jujur ... Apakah kamu masih perawan?” Tanya Hanna tiba-tiba sangat serius.

“Tidak, bu ... Aku sudah tidak perawan ...” Jawab Adelia tenang dan pasti. Hanna memang sudah menduganya.

“Sejak kapan kamu kehilangan keperawanan?” Tanya Hanna lagi.

“Tahun kemarin, bu ...” Jawab Adelia seperlunya.

“Daniel ... Hanna ... Dengan keadaan kita yang sekarang ini. Ibu bisa memastikan kalau kalian tidak akan kuat menahan diri. Jika kalian bercinta, pastikan tidak membuat Adelia hamil. Kalian harus berhati-hati dan jangan mengecewakan ibu.” Hanna sadar bahwa kemungkinan Daniel dan Adelia melakukan seks tidak bisa dihindari.

“Ya, Bu ...” Sahut Adelia dan Daniel hampir bersamaan.

“Tapi bu ... Kontol Daniel sangat besar. Aku malah takut melihatnya.” Ungkap Adelia membuat Hanna terkekeh.

“Ya, sebaiknya kamu menjauh dari kontolnya yang besar itu. Punyamu bisa robek.” Canda Hanna sambil mendelik mesra pada Daniel.

“Aku tidak akan memaksa ... Aku akan mau jika kamu mau.” Daniel pun terkekeh lucu.

“Aku tidak akan mau ... Itu terlalu besar buatku.” Ujar Adelia lagi.

Suara tawa ketiganya pun menggema di ruang dapur. Setelah beberapa menit melanjutkan obrolan, Adelia pergi ke kamarnya. Hanna pun bangkit dari duduk lalu duduk di pangkuan Daniel dengan saling berhadapan. Penis Daniel tenggelam sempurna di dalam tubuh Hanna. Hanna pun mendesah-desah tak karuan saat tubuhnya mulai naik turun di atas tubuh Daniel. Tangan kanan Daniel meremas payudara Hanna yang kenyal dan besar. Menatap wajah Hanna yang memerah, desahan tertahan Hanna membuat Daniel semakin menyukainya.

Semua pemandangan itu, dan juga dengan lubang ketat yang sedari tadi memanjakan dan memijat-mijat penis Daniel dengan kuat dan kencang membuat birahi kedua insan semakin menggila. Keringat mengucur deras dari tubuh kedua insan yang masih terus bersenggama dengan nafsu yang semakin memuncak. Panas tubuh mereka dalam menghayati dan menikmati kegiatan intim itu menghasilkan keringat panas yang terus terbentuk.

Geraman-geraman halus meluncur dari bibir Daniel setiap kali lubang Hanna berkedut dan bergerak naik turun mengocok penisnya. Sementara desahan nama Daniel dan erangan keras tak henti-hentinya meluncur dari bibir Hanna setiap kali Daniel kembali memasuki lubangnya dengan sentakan keras, dan menghajar titik kenikmatannya dengan akurasi tinggi.

Desahan Hanna makin menjadi karena merasakan orgasme yang semakin mendekat. Otot-otot tubuhnya mengencang, dan gerakan naik-turunnya menunggangi penis besar Daniel semakin cepat, semakin cepat dan semakin cepat demi mengejar orgasme di depan mata. Tak hanya Hanna, desahan penuh keputusasaan yang diserukan Hanna untuk mencapai orgasme membuat Daniel semakin terbakar gairah. Gerakan cepat dan pendek Hanna pada penisnya mau tak mau membuat ia sendiri semakin mendekati klimaksnya.

Tangan Daniel yang sedari tadi berada di pantat Hanna kini berpindah ke pinggang ramping wanita itu dan bertengger kuat di sana. Dengan menggeretakkan gigi, Daniel menancapkan kedua tumit kakinya kuat-kuat ke lantai. Ia menurunkan panggulnya lebih dalam saat Hanna bergerak naik, dan saat Hanna bergerak turun, dengan bertumpu pada tumitnya, Daniel menghujam dengan kuat, cepat dan dalam ke lubang kenikmatan Hanna.

"Aaahhhh...! DANIEL...! Ngghhh... Ah!Ah!Ah! Aahhhhh...! Lebih keras... Ah!Ah!Ah! Mmmhhh....!"

Hanna melenguh keras merasakan Daniel menghantam vaginanya dengan sangat kuat. Membuatnya terus melihat bintang di balik matanya saat Daniel menghajar vaginanya dengan semakin kuat dan semakin cepat. Ia sendiri pun semakin menggila menggerakkan tubuhnya, mengikuti arahan dari tangan kuat Daniel di pingganggnya.

Daniel menggeram kuat saat otot-otot dinding vagina Hanna semakin kuat berkontrasi. Penisnya yang berkedut-kedut terus dimanjakan dengan dinding yang mencengkeramnya dengan kuat. Membuat Daniel sendiri tak bisa menahan dirinya lagi. Akibatnya, gerakan Daniel semakin tak terkendali karena kini ia membiarkan insting tubuhnya sendiri yang mencari kenikmatan. Dengan kuat dan cepat ia terus menghantam, menusuk dan terus menghajar vagina Hanna dengan kecepatan bagai binatang buas.

Pikiran Hanna tak lagi bisa berfungsi secara normal. Desahan dan erangan yang terus meluncur dari bibirnya kini berubah menjadi lenguhan tak jelas yang hanya berfungsi menunjukkan betapa larutnya ia dalam kenikmatan yang diberikan Daniel pada tubuhnya. Tubuh Hanna tersentak kuat dan seluruh sel tubuhnya bertaut dengan kuat sebelum ...

"AAAAAAAaaaahhhhh .......!!!"

Orgasme Hanna meledak dengan sangat kuat. Sekeras erangan yang ia keluarkan, sekuat itu pula seluruh otot tubuhnya berkontraksi kuat menikmati orgasme yang menghantamnya dengan sangat kuat. Bibirnya terus terbuka, dan pandangannya tak lagi fokus karena hanya warna putih yang memenuhi pandangannya.

Daniel menggeretakkan giginya merasakan otot dinding vagina Hanna mencengkeram kuat penisnya yang sudah sangat tegang itu. Namun tak ingin melewatkan kenikmatan itu, Daniel tetap terus bergerak di dalam lubang kewanitaan Hanna yang kini sangat ketat itu.

“Aaaahh Dannieell ... Keluarkan air manimuu ... Keluarkan Danniielll ...”

Kata-kata itu seolah lecutan api yang membuat Daniel menghujam dengan kuat dan dalam, dan meraungkan kenikmatannya saat ia menyemprotkan spermanya ke dalam lubang kenikmatan Hanna yang sempit itu. Membenamkan dirinya dalam-dalam, membiarkan semua benihnya masuk sepenuhnya ke dalam tubuh Hanna.

Kedua insan berlainan jenis kelamin itu seakan tidak pernah puas bercinta. Keduanya meneruskan permainan cinta mereka di kamar tidur Hanna. Desahan dan erangan penanda nikmat memenuhi kamar itu, hingga beberapa jam ke depan. Hanya ranjang yang berderit keras dan selimut yang tercampakkan di lantai, yang menjadi saksi betapa liarnya kedua insan itu bersetubuh hingga malam menjelang.​

---ooo---​

Efek kelelahanlah yang membuat Daniel dan Hanna tertidur sangat pulas. Mereka layaknya seperti pengantin baru yang berujung dengan aksi bercinta berjam-jam lamanya. Tentu hal tersebut membuat kegembiraan tersendiri bagi Ibu Nuning. Hari ini hantu wanita hamil itu mendapatkan aura kesenangan yang cukup besar. Ibu Nuning tersenyum senang dari dalam cermin lemari saat melihat Daniel dan Hanna tertidur dengan saling memeluk di atas tempat tidur. Tiba-tiba Ibu Nuning menghilang bersamaan dengan terbukanya pintu kamar. Adelia masuk begitu saja dan setengah berlari ke tempat tidur.

“Ibu ... Daniel ... Bangun ... Kak Nidya datang ...” Ujar Adelia sembari menggoyang-goyangkan tubuh bugil ibunya.

Daniel dan Hanna serentak membuka mata. Hanna yang duluan bangkit lalu melihat anak gadisnya berpakaian rapi. Tak lama, Daniel menyusul bangkit dan duduk bersila di atas kasur.

“Malah pada bengong ... Cepat mandi, Bu ... Dan kamu, Daniel ... Cepat keluar sebelum Kak Nidya melihat kalian!” Ujar Adelia lagi.

Benar apa yang dikatakan Adelia. Hanna secepatnya bergerak ke kamar mandi, sementara Daniel berlari keluar kamar dan menuju ujung lorong di mana kamar mandinya berada. Adelia pun keluar kamar setelah Daniel. Gadis itu kemudian menuruni anak tangga menuju lantai satu. Adelia menghampiri Nidya yang sedang duduk di sofa sambil menonton acara di televisi.

“Ibumu bangun?” Tanya Nidya setelah Adelia duduk di sampingnya.

“Sedang mandi kak ... Tadi aku juga membangunkan Daniel. Dia juga sedang mandi. Sebentar lagi mereka turun.” Jawab Adelia santai.

“Bagaimana sekolahmu, Adel?” Tanya Nidya lagi sembari tersenyum.

“Ya, begitu saja. Tidak ada yang istimewa.” Jawab Adelia yang memang selalu menjawab seperlunya.

“Bukan ... Maksud kakak, apakah kamu mempunyai pacar di sekolah?” Nidya semakin melebarkan senyumannya.

“Hi hi hi ... Pertanyaan yang berbeda dong kak ... Aku sedang dekat dengan teman sekelas.” Jawab Adelia.

“Apakah dia tampan?” Nidya bertanya terus seperti wartawan.

“Tentu.” Jawab Adelia singkat.

“Jika ada dua laki-laki yang menyukaimu. Yang pertama tampan dan kaya tapi kurang sayang padamu. Yang kedua orangnya biasa-biasa saja, tidak kaya, tapi sangat menyayangimu. Kira-kira kamu memilih yang mana?” Pertanyaan Nidya terdengar agak aneh di telinga Adelia.

“Tentu aku akan mencari laki-laki tampan, kaya dan sangat menyayangiku.” Jawab Adelia diplomatis.

“Jarang sekali laki-laki seperti itu di dunia, Adel. Hanya dua pilihan yang kakak sebutkan tadi yang ada.” Nidya memegang tangan Adelia lalu mengusap-usapnya.

“Hhhmm ... Aku memilih yang tampan saja.” Jawab Adelia ngasal.

“Itulah yang terjadi sama kakak, Adel ... Dulu ada dua laki-laki yang menyukai kakak. Gambarannya seperti yang kakak katakan tadi. Akhirnya kakak memilih kakakmu, Raymond. Dia tampan, kaya tapi rasa kasih sayangnya jauh beda dengan laki-laki yang satunya lagi. Adel, ternyata pilihan kakak salah. Seharusnya kakak memilih laki-laki yang biasa-biasa saja tetapi sangat menyayangi kakak.” Suara Nidya berubah serak dan berat karena sedang menahan tangisnya.

“Kakak ada masalah dengan Kak Raymond ya?” Feeling Adelia merasa tidak enak.

“Ya ... Kakak berantem dengannya, makanya kakak lari ke sini.” Jawab Nidya sembari menyusut air mata yang mulai keluar dari ujung matanya.

Adelia sebenarnya ingin sekali mengetahui permasalahan kakak iparnya ini. Tetapi, Adelia menahannya. Ia berpikir nanti juga akan mendengarkannya saat berkumpul dengan ibunya. Adelia pun menangkup tangan Nidya yang sedang menggengam tangannya. Ingin rasanya Adelia menghibur kesedihan Nidya. Tiba-tiba saja, Nidya memeluk Adelia. Nidya menyembunyikan wajahnya di ceruk leher gadis yang baru berusia 18 tahun itu. Nidya menangis sesegukan di pelukan Adelia.

“Sudah kak jangan menangis. Aku jadi ingin menangis juga.” Kata Adelia sendu.

“Maafkan kakak Adelia ...” Ucap Nidya tanpa ingin melepas pelukannya.

“Ada apa Nidya?” Suara Hanna membuat Nidya melepas pelukannya pada Adelia.

“Ibu ...” Nidya bangkit dan berlari ke arah Hanna. Nidya menubruk Hanna dan memeluknya. Tangis Nidya pun pecah saat itu juga, karena sudah tidak sanggup lagi menahan sesak di dadanya.

“Ada apa Nidya? Kenapa kamu menangis?” Hanna mengusap lembut punggun Nidya.

“Raymond, Bu ... Raymond menikah lagi.” Jawab Nidya penuh kekecewaan dan kesedihan.

“Menikah lagi???” Hanna memekik kaget. Ada kesedihan yang teramat dalam dari ucapannya.

“Ya, bu ... Bahkan Raymond sedang berbulan madu dengan istri barunya ke Bali.” Nidya benar-benar merasa hancur.

“Oh tidak!” Hanna mendesah sedih. Air mata Hanna pun mengalir di pipi.

“Ada apa?” Daniel pun langsung bertanya ketika melihat Hanna dan Nidya saling peluk dan menangis.

“Lebih baik kita bicarakan di dapur.” Ajak Hanna.

Keempat orang yang dilanda perasaan sedih itu pun bergerak ke dapur. Hanna berjalan sambil memeluk Nidya. Daniel dan Adelia mengikuti kedua wanita tersebut di belakang. Tak lama, mereka sudah duduk di kursi meja makan. Nidya mulai menceritakan kisahnya yang diawali dengan secara tiba-tiba Raymond meminta ijinnya untuk menikahi selingkuhannya yang tengah hamil tiga bulan. Itu terjadi dua hari yang lalu. Tentu saja Nidya menolak memberikan ijin. Nidya hanya mengatakan jika Raymond bersikukuh akan menikahi selingkuhannya maka pernikahan mereka otomatis berakhir. Ternyata Raymond memilih menikahi selingkuhannya dan mengakhiri pernikahan dengan Nidya.

“Aku sedih, bu ... Aku sakit hati ...” Nidya mengakhiri kisah pilunya sambil terus menangis.

“Kalau begitu, kalian bercerai saja. Ibu pikir, Raymond sudah tidak menghormati pernikahannya denganmu.” Kata Hanna hati-hati.

“Benar kata ibu. Tinggalkan manusia brengsek itu. Lebih baik kamu mencari pengganti Raymond saja. Masih banyak laki-laki yang jauh lebih baik dari dia. Aku yakin kamu tidak akan sulit mendapatkannya.” Tegas Daniel sangat marah.

“Aku sakit hati, Daniel ... Hatiku sangat sakit. Aku bahkan ingin membunuhnya.” Ungkap Nidya berapi-api.

“Aku akan membantumu.” Tiba-tiba Ibu Nuning sudah berada di ambang pintu dapur.

“Oh ... Si..siapa dia ...?!” Nidya sangat terhenyak saat melihat wanita hamil yang tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhnya.

“Namaku Nuning ... Orang-orang di rumah ini memanggilku Ibu Nuning.” Hantu wanita hamil itu melayang mendekati Nidya. Tentu saja Nidya menggigil ketakutan. Saking takutnya Nidya hampir pingsan.

“Gak perlu takut Kak Nidya ... Ibu Nuning adalah hantu yang baik.” Kata Adelia yang sukses membuat keterkejutan Nidya berlipat-lipat.

“Ka..kamu mengenalnya?” Tanya Nidya sambil menghadapkan wajahnya ke wajah Adelia. Nidya tak berani menengok ke samping kanannya karena Ibu Nuning berdiri di sana berjarak hanya beberapa senti saja.

“Ya ... Aku, ibu dan Daniel bersahabat dengan Ibu Nuning. Percayalah! Dia hantu yang baik.” Tegas Adelia membuat rasa takut Nidya berkurang.

“Be..benarkah?” Kini Nidya menatap wajah Hanna dan Daniel bergantian.

“Benar, Nidya ... Kami bertiga bersahabat dengan Ibu Nuning. Kamu juga harus bersahabat dengannya.” Kata Hanna.

Perlahan Nidya memberanikan diri menengok ke arah ibu Nuning. Hantu wanita hamil itu pun mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Nidya. Rasa dingin langsung menyapa tangan Nidya, sampai-sampai Nidya merinding. Ibu Nuning mengangkat tangan Nidya agar Nidya berdiri. Saat Nidya telah berdiri, tiba-tiba saja Ibu Nuning memeluk tubuh Nidya. Secepat mata berkedip, Ibu Nuning dan Nidya menghilang seperti debu yang ditiup angin.

“Kemana mereka?” Tanya Daniel panik sambil bangkit dari duduknya.

Hanna dan Adelia hanya bisa melongo tanpa berkata-kata. Untuk beberapa saat suasana hening, sebelum akhirnya Adelia bersuara yang mengatakan kalau mereka semua sebaiknya menunggu dan percaya kalau Ibu Nuning tidak akan mencelakai Nidya. Akhirnya mereka pun duduk dan berbincang-bincang dengan hati tak tenang sambil menunggu kembalinya Nidya yang dibawa Ibu Nuning.​

---ooo---​

Change Scene

Nidya terkejut luar biasa ketika dirinya merasa dibawa terbang oleh Ibu Nuning. Pandangan Nidya serba putih, tak ada lagi warna yang dapat dilihat mata selain warna putih. Tetapi itu tidak lama, hanya beberapa detik saja kini mata Nidya melihat sebuah ruangan seperti kamar hotel. Nidya menatap keluar ruangan yang dipisahkan oleh pintu geser kaca. Tetapi bukan itu yang menarik perhatian Nidya. Wanita yang sedang dilanda kekecewaan itu melihat dua sosok sedang menikmati pemandangan laut dari atas balkon kamar hotel. Tidak salah lagi mereka adalah Raymond dengan istri barunya.

“Apakah benar kamu ingin mereka mati?” Tanya Ibu Nuning yang sontak membuat lamunan Nidya buyar.

“A..aku ... Tidak tahu ...” Kini kengerian menguasai hati Nidya.

“Bukankah kamu ingin membunuh mereka?” Tanya Ibu Nuning lagi.

“I..iya ... Ta..tapi a..aku tidak ma..mau dipenjara.” Jawab Nidya tergagap karena takut.

“Kamu tidak akan pernah dipenjara. Percayalah! Kamu akan aman. Setelah mereka loncat dan mati, kita bisa langsung kembali ke rumah.” Jelas Ibu Nuning. Nidya pun menatap wajah pucat hantu di sebelahnya. “Bagaimana?” Tanya Ibu Nuning lagi.

“Ya ... A..aku ingin me..mereka mati.” Entah kenapa rasa benci Nidya pada pengantin baru itu tiba-tiba meledak.

“Baiklah, Nidya ... Di dunia hantu tidak ada bantuan yang gratis. Di dunia hantu bantuan harus diganti dengan bantuan. Aku akan membantumu, tapi kamu harus membantuku.” Kata Ibu Nuning sangat serius.

“Ibu Nuning mengharapkan bantuanku? Bantuan macam apa?” Nidya benar-benar penasaran.

“Kamu harus mau berhubungan seks dengan Daniel.” Jawab Ibu Nuning.

“APA?!” Teriak Nidya. Jika saja dalam keadaan normal, tentu teriakan dan obrolan Nidya dengan Ibu Nuning akan terdengar oleh Raymond. Untungnya mereka berada di dimensi yang berbeda sehingga suara teriakan Nidya tak akan pernah terdengar oleh orang-orang di sekitar.

“Aku tunggu jawabanmu satu menit ... Kalau kamu tidak menjawab, berarti kamu menolak permintaanku, dan kita akan kembali ke rumah.” Bu Nuning menatap tajam mata Nidya.

Rasa benci yang kemudian menjadi dendam seperti menggerakan kepala Nidya. Nidya mengangguk sambil berkata, “Ya, aku menerima permintaanmu.”

Ibu Nuning tersenyum lalu mencium kening Nidya. Saat bibir Ibu Nuning masih menempel di kening Nidya dan mata Nidya terpejam, tangan Ibu Nuning mengibas ke arah dua sejoli yang sedang berdiri di sisi balkon. Nidya tidak tahu karena matanya masih terpejam. Padahal kenyataannya adalah Raymond dan istri barunya didorong oleh kekuatan Ibu Nuning. Raymond dan istri barunya melayang melewati pagar balkon dan terjun ke bawah dari ketinggian lantai dua puluh. Ibu Nuning kembali memeluk tubuh Nidya dan membawanya kembali ke rumah.​

Bersambung

Chapter 5 Klik Disini
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd