Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Rumah Impian





BAB. 02
BERKACA


Uang itu segalanya, kebanyakan orang bilang seperti itu, tak terkecuali saudara2 Ajisaka Rakane, baik dari Ibunya ataupun Bapaknya.
Saudara2 yang dulu akrab dengan keluarganya kala mereka kaya raya, beberapa diantara mereka bahkan hidup dengan sumbangan keluarga Raka atau Saka mana saja teman2nya suka memanggilnya. Kala kejatuhan bisnis keluarga Saka, semuanya seolah tak mengenali. Hal itu sangat terasa kala meninggalnya ibunya atau bapaknya, sedikit sekali mereka datang takziah apalagi ikut mengurus jenasah dan menguburkannya.
Saat itulah Saka memperoleh kenyataan bahwa istilah “ada uang abang disayang tak ada uang abang ditendang” benar2 terbukti. Kemelaratan mereka menjadikan mereka dijauhi seolah kudis dan panu bagi keluarga besar mereka.
Tak saja dijauhi, bahkan sering keluarga besarnya memperolok mereka dengan terang2an apalagi dibelakang Raka.
Untungnya sang kakak Fajar, merupakan kakak yang bijaksana dan bisa memberikan pengertian dengan baik, sehingga Saka hidup jauh dari dendam dan iri kepada keluarga besar mereka.
Berbeda halnya dengan kematian sang Kakak di Amerika kala masih tugas belajar. Jumlah asuransi dan sumbangan2 berbagai pihak padanya begitu luar biasa. Dari Asuransi di Amerika, Saka mendapatkan uang tak kurang dari seratus lima puluh ribu dollar atau sekitar 1.3 M saat itu.
Ditambah dengan sumbangan2 dari berbagai pihak dan kalangan, total jendral Saka menerima uang setidaknya 1.5 M.
Jumlah yang luar biasa bagi anak SMA macam Saka.
Jumlah yang luar biasa dimata keluarga besarnya untuk berlomba2 merasa berhak menggerogotinya.
Karena itulah Saka memasukkan semua uangnya ke dalam deposito dan bunganya dimasukkan dalam tabungan khusus yang tak pernah dia otak atik sama sekali. 5% bunga setahun itu berarti 75 juta setahun bunganya, bukan jumlah sedikit itu. Jumlah yang sangat amat banyak, apalagi kala itu UMR hanyalah 2 juta kurang. Artinya sama dengan gaji buruh selama 3.5 tahun itu.
Namun, ternyata keluarga besarnya tahu dia punya uang berdatangan secara bergantian memuntut ini itu
“Bapakmu waktu sakit utang ke pakde 50 juta, waktu itu mau nagih dia ga punya uang, ya gimana lagi. Sekarang ya waktunya kamu punya uang tolong bayarin deh utang bapakmu, masa kamu jadi anak ga berbakti meninggalkan utang buat bapakmu?”
“Ibumu pernah hutang mas2an kepada bulik saat bapakmu jatuh, bulik gimana mau nagih, lha keluargamu melarat, sekarang tolong bayar deh biar ibumu tenteram.
Semua hutang ibumu 150 gram emas”
“Eh Saka, tante dulu dimintai hutang sama bapakmu, lha tante ga punya uang ya dihutangkan ke rentenir, ga banyak sih 40 juta saja, cuma bunganya itu 10% sebulan. Jadi sekarang ini hutang bapakmu sudah jadi 200 juta, gimana? Masa tante yang harus bayar, kamulah”
Rame2 semua keluarganya merongrongnya utk membayar hutang yang jelas2 dia ga tahu dan memang ga ada catatannya.
Rongrongan demi rongrongan itu begitu massif dan menekan akhirnya semuanya dihitung oleh Saka jumlahnya luar biasa 1.2 Milyar. Total nya!!!
Dengan sedikit marah dan ga rela, daripada nama orang tuanya jelek dibayarnya semuanya tanpa sedikitpun tersisa.
Keluarganya bersorak nampal senyuman licik dan memuakkan tergambar jelas dimata Saka.
Bagaimana bisa orang2 yang rumahnya kadang dibelikan bapak nya, atau anak2nya disekolahkan ibunya atau bantuan2 lainnya bisa menghutangi bapaknya sebanyak itu ?
Mana bisa hidup mereka pas2an dan kalaupun cukup ya cukupan saja, mana mungkin menghutangi ibunya sampai beratus gram emas ?
Hal2 semacam itu berputar2 di pikiran Saka. Sakit hati dan muak membuatnya lupa bersedih atas kematian kakaknya.
Bagaimana bisa orang2 itu seolah bersorak gembira dengan kematian kakaknya ? Apalagi setelah ditemukannya catatan kakanya bahwa selama ini mereka suka minta bantuan dari kakaknya dalam jumlah besar. Orang2 yang mengaku memghutangi bapaknya ternyata begitu melaratnya, hatinya hati pemgemis sehingga tega merongrong kakaknya utk hidupnya sementara dia dan kakaknya hidup sebegitu kerasnya hanya demi melanjutkan mimpi2 bapak ibu mereka.
Masih saja mereka merongrong dirinya .
Luar biasa tak punya malu.
Dan semakin muaklah Saka melihat saudara2nya itu. Namun demi pesan bapak ibunya dan demi menjaga nama baik keluarganya. Saka tak memperpanjang lagi urusan hutang piutang yang kemungkinan besar fiktif itu.
“Le, misal ada orang yang berbuat jahat atau dholim kepadamu, ingat2 pesan bapak ya? Semuanya akan kembali kepada mereka kejahatannya, dan sebenarnya kamu akan dicatat akan memperoleh kebaikan kalau kamu merelakannya, ingat2 itu ya nak”
“Becik ketitik olo kethoro, yang baik bakalan kelihatan yang jelek bakal kelihatan juga jadi kamu sabar saja ya nak kalau kamu didholimi, insyaAllah akan diganti semuanya kok”

***

Yang pasti Saka sangat muak dengan uang saat itu. Berkaca bagaimana kejatuhan keluarganya dan hingga meninggalnya bapak ibunya, Saka mengambil jarak penuh dengan keluarga besarnya, bukan karena dendam atau apa, melainkan karena muak dengan alasan dibalik mengapa mereka mendekati Saka saja.
Melihat keluarga ibunya bermanis2 mulut, padahal pada saat meninggalnya ibunya mereka menjenguk saja tidak. Juga keluarga bapaknya kala bapaknya meninggal membuat Saka neg dengan segala kepalsuan.
Saka kala itu fokus benar2 fokus belajar dan belajar hanya untuk menepis duka yang sangat dalam, dan sikap keluarganya yang merongrong soal uang membuatnya benar2 menjaga jarak sama sekali.
Saka SMA adalah Saka yang menutup diri sama sekali dengan orang lain. Setiap malamnya selalu memaksakan diri untuk belajar dan belajar menghadapi ujian masuk Perguruan Tinggi. Bukan mendadak rajin belajar, namun diamnya dirinya akan membuat selalu teringat ayah ibunya dan kakak terkasihnya Fajar yang sudah dipanggil menghadap Tuhannya.
Hasil belajarnya ternyata luar biasa, dirinya berhak menyandang mahasiswa Institut Negeri di Bandung jurusan Teknik Industri yang passing gradenya lumayan tinggi kala itu.
Saka sengaja menjauhi Solo kotanya yang dulu indah dimatanya namun sekarang justru menjadikannya sangat tertekan tinggal di sana. Juga saking malasnya menghadapi rongrongan keluarganya soal duit duit dan duit.

***

Tiba di bandung Saka langsung mencari tempat kos yang sederhana, sengaja dia menghilang begitu saja dari Solo tanpa pamit kepada siapapun. Dengan bekal tabungannya sendiri. Saka mulai berdagang kaos dan macam2 jenis baju dan jaket di depan masjid S****n selepas kuliah atau saat sebelum kuliah kala masuk siang.
Saka makan minum dan membeli buku ya dari hasil usahanya, tak pernah menggerogoti tabungannya. Setahun pertama, Saka banyak berkenalan dengan kawan2 sesama pedangan emperan. Berinteraksi sosial dengan anak2 jalanan juga, tukang parkir dan yang paling nyesek itu dengan petugas trantib.
Tahun ke dua kuliah di Bandung, Saka mulai mengenal banyak hal di Bandung, lokasi2 strategis dan tempat2 yang nyaman untuk tinggal dan berusaha.

***

Berkaca dari pengalamannya hidup dari keluarga kaya dan mendadak miskin papa, dimana kawan dan kerabat yang semula dekat menjauh, Saka tidak suka tampil kaya atau berduit, sekalipun tabungan hasil jual beli barang2 dan pemberian kakaknya selama ini masih berjumlah ratusan juta rupiah, tepatnya ya sekitar 215 juta lah.
Biarlah orang mengenalnya sebagai pribadi yang sederhana dan sedang berjuang menghidupi diri sendiri.
Soal Pacaran, kala kuliah mana bisa pacaran? Waktunya ga ada, hidup kuliah sambil berdagang dan banyak tugas membuat Saka benar2 tak punya waktu.
Tak cuma itu,mana ada yang mau sama pemuda kumal? Uang ga punya banyak? Kalaupun ada itu peninggalan dan bukan uangnya sendiri dan tanggungbjuga jumlahnya.

***

Suatu ketika, ada temannya yang membutuhkan bantuan Saka. Untuk berobat ke rumah sakit, kebetulan dia adalah teman sekelas dan tetangga kos dia bahkan adalah temannya berjualan di emper karena memang dia hampir senasib soal uang. Dari keluarga miskin sehingga kuliahnya dia bayar sendiri, tapi kemudian dia karena bantuan pihak kampus memperoleh voucher (sejenis beasiswa tapi hanya sekedar utk membayar uang kuliah saja)
Lumayan biaya rumah sakit yang harus dibayarkan, semuanya ada 23 juta. Sang kawan si Faiz adalah anak keluarga miskin dan ga mungkin minta orang tuanya.
Entah kenapa Saka dengan mudahnya menarik tabungannya utk membayarnya. Faiz sendiri tak pernah meminta sebenarnya, namun jiwa setia kawannya tak memberikan ruang buat berfikir banyak buat Saka untuk membagikan uangnya.

Itulah Saka.

Tanpa banyak omong dan kata2 dia bantu yang memang wajib dibantu, tapi kalau misalnya ada saudaranya yang menelikungnya minta tolong sama dia, jangan harap lah.

***
Adalah Weni, pacar terkasih si Faiz yang merupakan satu2nya orang yang tahu kalau Sakalah yang menolong Faiz, namun diminta untuk selalu merahasiakan hal tersebut oleh Saka.

Saka ga mau pusing kalau2 kebaikannya nanti dimanfaatkan orang lain soalnya, dalam benak Saka itulah kesalahan terbesar orang tua dan kakaknya yang dengan mudah dimanfaatkan. Dan Saka ga mau mengulangi kesalahan yang sama.

Weni, gadis cantik tinggi semampai yang merupakan putri Dosen Saka heran sekali, mana ada orang yamg kebaikannya minta dirahasiakan? Dalam benak Weni orang jaman sekarang, busukpun ngakunya tetap baik.

Keseharian Saka memang tak menampilkan kebaikan, kegemarannya bergaul dengan anak jalanan dan tukang parkir sepanjang depan kampus nya membuat dia dipandang sama sederajat dengan orang ga jelas oleh kawan2nya di kampus. Dan itu tak diambil pusing sama sekali oleh Saka.

Cuek saja dianggap brengsek, orang jalan udik dan sebagainya. Saka sendiri orangmya murah senyum sih, termasuk pinter dan suka menolong teman yang kesulitan dalam pelajarannya selama kuliah.

Sebenarnya ada banyak gadis yang diam2 memperhatikan Saka. Kerja kerasnya demi sekolah dan sesuap makan serta hidupnya yang sebatang kara dan kepintarannya banyak menggugah simpati.

Tapi itulah Saka, dia tak butuh simpati, semakin ada yang bersimpati, semakin menjauh dia. Semakin tak mau menyapa dan bergaul dengan orang2 yang bersimpati dengan segala kemalangannya.

Hati Saka sudah beku dengan pandangan simpati yang menyobek2 perasaannya seolah mengingatkannya dengan keluarganya serta genta kematian.

Weni sangat ingat bagaimana marahnya Saka kala Siska yang tertarik dengan Saka dan selalu ingin dekat dengan Saka kala itu meminta tolong diajari mata kuliah industri manufaktur.

Saka senang sekali memberikan petunjuk2 praktis dan mudah dimengerti oleh Weni yang kala itu memang bersama Siska.

Kala itu setelah belajar, Siska bertanya :
“Saka, kenapa kamu ga minta Beasiswa saja daripada bekerja sungsang sumbal kaya begitu, apa ga denger teman2 bilang apa?”

“Eh… memangnya teman2 bilang apa?”
“Ada yang bilang anak jalanan lah macem2 pokoknya”

“Terus kamu, apa pedulimu ?”
“Eh, aku cuma ga suka saja dengernya”
“Hmmm kalau ga suka kenapa”

“Kenapa ga kerja di perusahaan jadi apa kek, biar ga gaul sama anak jalanan lah”

“Mmmm gitu ya ? Bagiku anak jalanan jauh lebih jujur dari anak orang kaya yang sok perhatian macam kamu dan kawan2mu, aku ga suka teman2ku dijelek2kan. Sekali lagi kamu begitu aku ga sudi berkawan dengan kamu. Selamat sore”

***
Sepanjang sore itu sampai besoknya, sampai besoknya, sampai besoknya Siska tak bisa menelpon kirim SMS atau WA kepada Saka.

Nama Siska telah diblok oleh Saka.

Bahkan tiap bertemu dijalan, Saka memilih mencafi jalan lain untuk menghindari. Pernah sekalinya bertemu dan kala Siska menyapa, Saka hanya melewatinya saja.

Siska si Gadis Cantik kembang Kampus hanya bisa mengelus dadanya. Sepanjang semester itu Siska tak pernah digubris sekalipun.

Akhirnya Siska marah juga dibegitukan dan mengambil jarak dengan Saka, jadilah mereka seolah orang yang asing satu sama lain di kelas. Bahkan Siska telah berpacaran dengan kawan lain mereka sekelas juga Bagus. Anak orang kaya di Cirebon yang memang suka dengan wajah2 cantik.

Siska memacari Bagus adalah untuk membuat panas hati Saka yang dia tahu juga tertarik dan sayang padanya, sebab kalau tidak mana bisa dia punya panggilan sayang padanya “Ska” tak seperti kawan lainnya yang memanggilnya “Sis”.

Weni sebagai sahabat Siska juga dijauhi oleh Saka, tidak secara fisik seperti kepada Siska tapi sudah tak dianggap ada oleh Saka. Hanya kala bersama Faiz saja Saka mau berkata2 dengan Weni.

Saka sungguh manusia berhati batu. Apalagi kalau kemalangannya diungkit2 orang atau dibelas kasihani orang.

Sampai ketika Faiz sakit, dari semua kawan2 di kampus, hanya Saka yang tiap hari menyempatkan diri merawat, entah menyuapi atau sekedar membelikan makanan. Pernah suatu saat ada anak jalanan ke kosan Faiz membawa titipan bekal makan siang utk Faiz hanya karena Saka tak bisa memberikannya langsung.

Puncaknya kala Faiz harus masuk rumah sakit. Semua kawan2nya sebenarnya bersimpati, tapi tanpa aksi sama sekali, padahal selama ini mereka selalu menunjukkan kebaikan2 dan kekayaaannya.

Sekali lagi tanpa ba bi bu, Sakalah yang membayar semua tagihan rumah sakit sendirian. Tanpa banyak kata dan tanya.

Dibayar.

Siska yang mengetahui itu merasa malu. Dia selama ini jengkel dan akhirnya menjauhi Saka ternyata tak punya andil dalam membebaskan Faiz dari rumah sakit. Siska merasa perlu menemui Saka yang sudah tersakiti hatinya oleh ucapannya untuk minta maaf.

***

Sore itu, di depan kos an Saka berdiri gadis ayu, cantik dan anggun dengan wajah sedih menunggu si empunya kos an. Sudah 2 (dua) jam dia disana.

Menunggu dengan sabar dan penuh kesedihan.

Kala Saka tiba di kosan, sungguh dia terkaget2 ada sesosok gadis ayu kawan sekelasnya yang sebenarnya Saka sangat sukai, namun kekerasan hatinya akhirnya membuatnya muak dengan wajah itu.

“Eh ada apa Ska?”
“Mmm boleh aku berkunjung? Aku ingin berbicara padamu sebentar saja”

“Ehhh, sebentar ya, kamu tunggu sebentar saja, aku mau beberes sebentar” Ujar Saka sambil memasuki kamar kosnya dan menutup pintunya.

“Eeh iya, boleh”
Dan Siska menunggu lagi dengan sabar.
1 menit
5 menit
15 menit
30 menit
1 jam

Siska masih sabar menunggu, sekalipun airmatanya sudah menggerembeng di kelopak matanya. Segitunya Saka marahnya sama dirinya sehingga membiarkan dirinya menunggu selama 1 jam.

“Kriieeeet, eh Ska… so sorrynya lama, aku tiba2 sakit perut banget tadi. Mana kamarku kotor, maaf ya Ska… yuk masuk”

“Eeh kamu sakit apa Sak? Ga periksa ke dokter ? Yuk Siska antar, nanti kaya Faiz berabe nanti Sak? Yuk ke dokter?”

Siska yang kaget mendengar Saka sakit perut sehingga lama di kamar mandi untuk BAB kontan memegang tangan Saka dengan wajah khawatir.

“Ha ha ha, waduh ngapain sampai nangis Ska? Aku sakit perut gara2 makan sambel tadi, kalah taruhan di lapak tadi sama teman2. Yang kalah makan sambel, jadi deh perutku sakit, ini sudah sehat Ska. Jangan khawatir lah”

“Kamu ini, lihat tuh ngaca, ngaca sana, mukamu pucat gitu dikasih tahu mesti mbantah we”

“Ehh. Aduuh iya sakit aku dan pucat Ska, tadi. Sekarang sudah segeran. Eh yuk masuk.”

Siska masih saja menggenggam tangan Saka ketika masuk kamar kosnya.

“Hei perek! Rupanya disini kamu sama gembel jelek itu ha ha ha, dasar perek ngakunya ga mau dicium eh ini malah masuk kamar “

Rupanya Bagus berteriak2 diluar sana, marah karena hanya Siska inilah yang susah diapa2in jangankan sampai ML, dicium saja ga mau, pegang tangan susah, makanya dia mending putus saja dan anehnya langsung di iya in oleh Siska.
Jelas Bagus sakit hatilah, da biasanya sang cewek sampai memelas minta jangan putus, eh yang ini langsung ok saja.

Belum juga seminggu dia putus dengan Siska, eh dianya kepergok dengan Saka si gembel mau masuk kamar kosnya.
Mendidihlah Bagus. Sehingga muncullah kata2 jorok tersebut.

***

Saka ga pake ba bi bu, langsung ga jadi masuk kamar, langsung keluar mendekati Bagus.

“Eh, kalau bicara kenapa ga diatur he? Kalau kamu memaki aku silahkan, kenapa memaki perempuan macam begitu?”

“Ha ha ha dasar kamu gembel. Memangnya kenapa kalau aku memaki Siska si sok jual mahal ha? Dia dulu waktu pacaran pura2 ga mau pegang tangan, eh tahunya ini malah gandengan masuk kamar gila apa? Ha ha ha perek ya perek lah”

“Brrruuughhhh”
“Anjir kamu ngajak kelahi ha ?”
“Bruugggggh”

“Aaah kamu sialan kamu gembel, sono pereknya ambil saja aku ga peduli”
“Bug bug bug”
“Aaaarrrghh ampun iya gua kalah”

“Minta maaf sana sama Siska !! Kalau ga aku bakalan siksa kamu!”
“Iya iya, maaf sis, so sorry ya, puas2in deh sis”
“Kamu mau lagi haah bisa2 nya masih ngata2in orang terus mau dikasih lagi haaah?”
“Ga lah Saka, sorry mulutku memang busuk, so sorry”

***

“Ehhh so sorry ya Ska, jadi begini euy huuufftt”

“Makasih ya Sak, aku kaget betul kamu sampai begitunya belain aku. Maaf kalau aku selama ini menyakitimu ya Sak?”



“Eeehhh issssh ngapain pake nangis segala sih. Iiissh duuh Ska jangan nangis lah, duuuh bingung aku .. Duh Ska, sudah aatuh nangis terus… eh malah kenceng lagi duuuuh Ska gimana ini ddduh mati aku. Maafin aku deh Ska… tapi jangan nangis lah ddduh”

“Hi hi hi, ada cewek nangis dipeluk kek disayang kek ini malah bingung sendiri sihh dasaar iiih”

“Aaaauuuhhh ini cewek cantik nangisnya serem duuuh pake gigit segala addduuuuh”

“Habisnya njengkelin kamu…. Orang nangis dibiarin ga disayang2 gitu”

“Eh… duuuh kok nangis lagi siiih ddduuhh gimana iniiii duh, diam atuh Ska…

maaafin aku deh iya aku salah dduuuh diaaam sssstttg diam ya diaaam. Aaaah kok gigit lagiii sih?”

Tiba2 Siska memeluk tubuh Saka dan menangis di dadanya…

Saka jelas kebingungan dengan kejadian itu. Dalam bingungnya terpaksa dia memeluk Siska dan mengelus2 kepalanya. Sambil membisikkan kata kata antiknya

“Ddduh Ska cantiik udah ya nangisnya ayuk beli permen karet yuk, tapi diaam yaa, aaaaaaaaddduh, kok digigitin terus aku, mati aku, ada kuntilanak kumat ini aaaaauuuhh”

“Braakkkk”

“Eh kirain kamu diperkosa kuntilanak bener Saka, eh So sorry Siska, lanjutin saja deh, sorry ya Saka”

“Aaauuh duh bener2 ini aku mau diperkosa kuntilanak beneran Wen… aaaahhhh”

“Hi hi hi, nikmatin saja ya Saka, kuntinya cantik kok, hi hi hi. Pintunya tak tutup ya, jangan kenceng2 teriaknya ya hi hi hi”

Klek…

“Duh sudah atuh Ska…. Sayang sudah ya diam ya Sayang…”

“Lagi yang keras”

“Apanya yang keras? Iyalah keras aku, dipeluk kuntilanak cantik ini kok. Aaaadduuuh “

“Jorok… lagi sayangnya”

“Ehhh iya iya, duh sayangku… diam yaa jangan nangis sayaaang nih abang sayang2 deh, kalau nangis terus tak cium lho kamu sayang….”

Siska tambah nangis keras…

“Duuuh sayang diam atuh katanya mau diam sayangg aduuh kasihan abang atuh sayangg”



“Katanya kalau nangis terus dicium sayaang”

“Eh… sayang memang mau dicium entar abang ditabok lagi...aaadduuuh iya iya jangan gigit atuh sayang, sini abang cium deh”

“Hi hi hi, sini cium bibir Ska…”
“Duh iya deh iya…. Muuuuaaach”

Begitulah akhirnya kedua sejoli berciuman laaaammma sekali. Siska yang telah menggumpal rasa rindunya pada Saka membalas ciuman Saka dengan sepenuh hatinya, semua hatinya telah dipasrahkan pada pujaan hatinya yang luar biasa dimatanya.

“Sayaang sudah ya, nanti keblabasen repot akunya”

“Kenapa repot?”

“Nanti kamu minta dinikahi gimana ga repot, akunya miskin papa model begini, gembel dan ga punya siapa2 dan apa2 gini, masa nikah sama bidadari?”

“Isssh ga papa kali, yang panting Siska sayang dan cinta toh?”
“Masa sih ? Kok pake gigit gitu sih? Jangan2 ada darah vampir nih Skanya ?”
“Iiih mau digigit lagi ?”

“Dduh ga deh Ska, sini peluk saja deh tapi janji ga pake gigit ya?”
“Hi hi hi, iya sayang”

“Eh ngomong2 kenapa kok tadi tiba2 kesini terus kayak gini kejadiannya ?”

“Habisnya kamu jahat, salah ngoming dikit saja pake ambeg2an Siska sampai nyoba pacaran sama Bagus biar Saka panas eh malah cuek2 saja, Siska kangen sama Saka, makanya minggu kemarin putus sama Bagus. Untung Siska ga terlena sama rayuannya, makanya dia marah2 tadi, wong aku pacarannya buat manas2in kamu kok yang”

“Eh… khan enak.pacaran sama Bagus Ska? Kaya raya dan pastinya hidup nyaman lah, lha kalau sama gembel macam aku bisa apa Ska?”

“Biarin, yang penting Ska suka dan sayang sama Saka”

“eeeehh bener nih ? Kalau sayang kok gigitannya serem gitu kaya kuntilanak ? Aaaaaaahhhh”

“Sukurin sakit ya ? Duh sayang… maaf ya, Ska sangat jengkel sama Saka soalnya ga peka!”

“Iya deh iya… yuk keluar yuk?”
“Kemana?”
“Ya ngobrol diluar saja yuk, ga enak sama teman2 soalnya”

“Sebentaar dikit lagi ya… Ska lagi seneng nih melukin Saka”
“Udah ya, Saka takut lupa diri, bisa2 kamu dimacem2in sama Saka”

“Boleh kok kalau sama Saka asal mau tanggung jawab saja”
“Husssh ga boleh! Yuk keluar, ngobrol di luar”

“Tapi janji dulu antar Ska pulang ya?”
“Eh kenapa ? Ga bawa kendaraan ?”

“Sengaja ga bawa, papa pengen ketemu sama Saka soalnya”
“Eh, sebentar…. Papamu pengen ketemu? Kok bisa begitu ?”

“Iisssh mau dulu”
“Iya iya mau lah daripada digigit lagi”
“Hi hi hi, maaf ya sayang, muaaach, daripada gigit mending cium lah sayang mmmuuaaach”

“Duh yuk keluar yuk, bisa2 akunga tahan kamu tak habisi nanti, aku ga mau sampai kamu jadi ga bener sayang, siapa ga terangsang bersama gadis cantik macam kamu sayang, mmm aku ga mau saja kita terbawa nafsu sayang… yuk keluar ya”

“Hi hi hi, makasih ya sayang, Ska bener2 sayang sama Saka, Ska bangga Saka bisa nahan diri”
“Ini sudah dikuat2in Ska sayang, duh. Lama sedikit kamu bakalan dimakan deh, yuk sayang”
“Iya iya, tapi cium lagi dulu”
“Ga ah, nanti keterusan Saka takut ga kuat nahan diri”

“Mmmm sekali saja sayang, mmnuuaaach”

Mereka berciuman sekali lagi, kali ini cukup lama dan sangat panas, Saka benar2 ga kuat menahan diri akhirnya dipeluknya erat Siska dan dielus2nya punggungnya. Terus begitu sambil berciuman, sampai elusan tangannya turun dan turun mencapai pantat Siska yang sekal banget.

Kemudian Saka meremas2 pantat itu saking gemasnya.

“Aaaaassshshhh ….”

Helaan nafas Siska menahan birahi menyadarkan Saka bahwa dia telah terlampau jauh kali ini.

“Haah haah sudah ya, sayang emmnfffh”

Sekali lagi Siska mencium Saka, dengan panasnya, Siska belum merasa puas, apalagi tadi pantatnya diremas2 oleh Saka.

***

Duh….
Mumet nulis ini ya…
Nanti lagi dilanjut ya…
Ha ha ha
Salam Ga Jelas.
 
Ah sikampret ini, ditrit itu kentang ditrit itu lgi kentang eh ditrit ini kentang lgi, anjirr emg wkwkw
 
Ealaaah malah mbahas becik ketithik olo oloan bangeed,,, apdetanmu iki rodo nggarai mumet,, cobo apdeto pindo di doubel ngono lho mungkin isok ra mumet ki,,,
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd