My Love Journey 2 – Boski Storys
CHAPTER 1.1
Di pagi hari yang cerah, seorang bocah berseragam SMP bersiul senang sambil menggendong tas ranselnya. Ia menyusuri jalanan yang semakin ramai oleh orang yang berlalu lalang, sesekali tubuhnya bergerak layaknya seorang pemain basket, tak peduli pada pandangan orang-orang sekitarnya.
Setibanya di depan gerbang sekolah SMP Harapan Pertiwi, tiba-tiba sebuah suara menegurnya, “Ooiii boss, lu malah santai-santai aja, yang lain dah pada masuk, lu malah begaya kayak orang gila.” ujar pedagang cilok yang sangat mengenal sosok bocah itu.
“SANTE AJA AJA MANG.., PALINGAN JUGA GURU YANG NUNGGUIN GUE. HAHAHA.” jawabnya sambil terus melenggang ke arah pintu gerbang yang sudah tertutup sambil mengacungkan jempolnya ke tukang cilok.
“Met pagi Pak Ujang, bukain gerbangnya dong.” ujar bocah itu sambil mengibas-ngibaskan tangannya yang sedang memegang sebungkus rokok pada satpam sekolah yang sedang duduk diposnya.
“Aduh Boski kalo gini terus bapak bisa-bisa dipecat karena tiap hari harus bukain pintu gerbang buat kamu yang terlambat.” dumel satpam sambil beranjak dan membukakan pintu, lalu bocah itu pun masuk.
“Bapak tuh gak habis pikir, pasti aja setiap hari kamu terlambat sekolah!!” ujar satpam sambil mengambil bungkus rokok dari tangan bocah itu.
“Hihi, biasa pak ada urusan.. lagian kan udah gue bayar ama tuh rokok!!” cuek si bocah.
“Iya tapi kalo terus-terusan gini bapak bisa ketauan dan dipecat, entar anak bini bapak mau dikasih makan apa?!!” gerutuya.
“Tenang aja pak, kalo bapak dipecat gue bakar nih sekolah biar semua pada nganggur haha… Dah akh gue mo langsung ke kelas.” candanya, sedangkan pak satpam hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan bocah bengal itu.
Bocah itu menyusuri pinggir bangunan sekolah dengan sedikit mengendap-endap. Setibanya di depan ruangan guru, ia mengintip ke dalam dan terlihat Bu Halimah guru fisika yang juga wali kelasnya sedang berbincang dengan orangtua murid. Di sampingnya duduk seorang siswi yang tak ia kenal.
Ia bernafas lega karena salah satu guru dan juga sebagai tantenya yang sering memberinya hukuman atas keterlambatannya masih berada di kantor guru. Ia pun melangkah menuju kelas sambil bergumam senang, “Haha.. berarti Tante Halimah akan terlambat masuk kelas dan aku tidak akan ketahuan terlambat.. asseeeekk.” Dengan perasaan senang bocah itu pun langsung melenggang tanpa beban.
Nama siswa itu adalah Rizki Dinata, bocah berumur 15 tahun dan duduk di kelas 3 SMP. Ia adalah anak bungsu dari Rangga Dinata (39 th) dan Ratnawati (36 th). Rangga, ayah Rizki adalah seorang perwira dari salah satu angkatan bersenjata di negeri ini. Sudah tak aneh jika Rizki dididik dengan sedikit keras ala militer oleh ayahnya. Sifat bengal Rizki muncul semenjak Rangga sering bepergian dinas ke luar kota sehingga membuat Rizki sedikit kurang perhatian dari ayahnya.
Saking bengalnya, Rizki sudah sering mendapat hukuman dari pihak sekolah. Tak jarang pula walikelasnya memanggil Ratna ibunya untuk melaporkan kelakuan Rizki selama berada di sekolah.
Di kalangan teman-temannya, Rizki terkenal sebagai siswa yang iseng, terutama pada siswi perempuan. Ia juga dikenal sebagai atlet karate yang sangat mahir berkelahi sehingga tak satu pun teman-temannya yang berani melawan. Rizki memang menekuni beladiri karate sejak kelas 3 SD dan sampai sekarang masih aktif latihan, dan sudah mengenakan bersabuk biru.
Sesampainya di depan kelasnya, suasana ruangan terdengar sepi. “Nah loh, kok sepi, kan Tante Halimah kagak ngajar?” gumam Rizki, dengan perlahan ia membuka pintu dan mengintip kearah meja guru.
“Kok Pak Zul..!! Ngapain dia ngajar, kan jadwalnya baru entar siang. Brengsek bikin ill feel aja, jadi males masuk!!” timbangnya.
Pak Zulkanaen yang terkenal dengan panggilan Pak Zul adalah guru matematika yang sangat galak. Ia sedang asik mengajar. Saat melihat Pak Zul sedang berdiri memunggungi arah pintu, secara perlahan Rizki mencoba mengendap masuk ke dalam kelas. Teman-temannya yang sedari tadi sudah tahu akan kedatangan Rizki, berusaha menaha tawa dan ada pula yang memberi semangat pada Rizki melalui kode tangan.
“Ssstttt!” telunjuk Rizki mengisyaratkan pada yang lainnya agar jangan ribut, sekali-kali ia menengok ke arah Pak Zul yang masih menerangkan materi sambil membelakanginya.
Rizki sangat girang ketika ia hampir tiba di tempat duduknya tanpa ketahuan, senyumnya menyeringai penuh kemenangan. Namun saat tinggal satu langkah lagi…
Swuuuiiiiiinggggg…… pletaaaaaak…!!!
Penghapus papan tulis melayang dan telak mengenai jidat Rizki.
“Waaadooowww…” jerit Rizki sambil mengelus jidatnya menahan sakit, dan seluruh kelas pun tertawa terbahak melihat kejadian tersebut.
Rizki pun menoleh kearah datangnya penghapus melayang, terlihat sosok Pak Zul sedang bertolak pinggang dengan mata yang melotot seakan mau meloncat.
“Riizzzkii.. ke depan kamu!” dengan nada keras.
“Hadeeuuuh… ada bahan disuruh cuci WC ini mah.” gerutu Rizki lalu berjalan ke depan dengan cengengesan.
“Dari mana kamu, sudah datang terlambat, masuk diam-diam lagi.. kamu tuh mau jadi apa?” sentak Pak Zul.
“Anuuu pak… saya eeuuuu.” Rizki mencoba menjelaskan sambil mencoba membalas pelototan Pak Zul.
“Aduuuhh Pak, matanya sampe mau loncat gitu… Rizki kan gak akan kabur hehe.” sedikit cengengesan merasa risih diperhatiakan sedemikian rupa, sontak teman sekelasnya kembali tergelak tertawa.
“Sudah sudah… kalian diam.. dan kamu Rizki apa alasanmu datang terlambat?” bentak Pak Zul lagi.
“Gini Pak.. sebenernya saya itu udah bangun pagi.. saya tuh anak rajin Pak.. Sesudah bangun saya tak lupa membereskan tempat tidur Pak.. ini asli Pak bukan saduran lagu.. nah udah beresin tempat tidur saya langsung mandi Pak.. dan juga tak lupa gosok gigi, nih pak liat gigi saya putih kan.” Rizki menjelaskan sambil mempraktekan dengan gaya tengil, membuat yang lain hanya tertawa tanpa suara. Pak Zul makin menahan nafas menahan emosinya meliat gaya tengil si Rizki.
“Nah sesudah mandi saya tuh buru-buru makan.” lanjutnya.
“Buahaha bugil dong selagi makan.” celetuk Nono teman sebangkunya, membuat kelas kembali riuh.
“Eehhh bukan begitu Pak. Saya makan emang udah bersalin dan mengenakan pakaian. Nah, sesudah itu saya pergi ke sekolah, tapi pas di jalan saya ingat Pak, ternyata saya lupa bawa tas, jadi saya balik lagi hehehe.” kembali cengengesan.
Pak Zul masih diam tak menanggapi tapi kepalanya mengeleng-geleng melihat kelakuan si Rizki.
“Jadi aja saya kembali ke rumah untuk ngambil tas Pak… terus saya pergi lagi eehhhh… Bu Mus tetangga saya datang dan ngejar saya sambil terengah-engah, dia ngabarin bahwa si Ciko kucing kesayangannya dah ngelahirin 4 ekor, kepaksa deh saya nengokin dulu si Ciko, dan ternyata emang lucu deh Pak… Nah pas nengokin si Ciko ehhh Bu Mus nyuguhin gorengan ama teh manis, kan ga enak Pak kalo gak dimakan… dah disuguhin itu rezeki dan aku gak bisa nolak.. jadi aku yah ngopi dulu. Itulah alasannya saya terlambat!!”
“Eh kok Bapak ngajar jam pertama sih bukannya harusnya Bu halimah dulu?”dengan lagak kepedean Rizki menyudahi alasannya datang terlambat, Pak zul hanya mengeleng-gelengkan kepala mendengar alasan tak masuk akal si Rizki.
“Untuk masalah saya mengajar pertama atau terakhir itu terserah saya, kamu disini hanya belajar… dan sekarang bapak gak mau tahu tentang kucing beranak… atau nenek kamu beranak… yang jelas kamu sudah datang terlambat dan kamu sudah tahu hukumannya bagi siswa yang datang terlambat.. sekarang mana PR kamu yang kemaren?” sedikit geram atas pertanyaan Rizki.
“Duh pak tadi waktu nengokin si Ciko, buku PR-nya sobek ama lakinya si Ciko yang cemburu ke saya gara-gara saya nengokin.” kembali memberi alasan yang gak masuk akal.
“Huahahahaha….” kembali riuh tawa memenuhi seisi kelas.
“Riiizzzkkiii berdiri dan angkat satu kaki kamu di sana, selama saya mengajar!!!” akhirnya Pak Zul tak bisa lagi menahan amarahnya.
“Lah pak, gak bisa gitu dong, aku kan sudah jadi siswa baik yang selalu mengamalkan Pancasila dalam hidup saya.” dengan gaya yang tengil menolak menerima hukuman.
“Kamuuu tuh yah..” Pak Jul merasa gemas tangannya sudah tak kuasa ingin menjitak si Rizki
Tok.. tok…
Tiba tiba Bu Halimah masuk ke dalam kelas dengan diikuti oleh seorang siswi yang tadi Rizki lihat di ruang guru.
“Maaf pak, saya mengganggu. Saya minta waktunya sebentar..” salam Bu Halimah pada Pak Zul, sambil melirik ke arah Rizki yang sedang berdiri di depan kelas.
“Rizki kamu bikin masalah lagi.. yah?” tanya Bu Halimah sambil memicingkan matanya penuh curiga.
“Anu Bu.. tadi kucing..!!” Rizki mencoba menjelaskan.
“Rizzzkii…!!!” akhirnya Pak Zul sudah tak tahan mendengar jawaban konyol Rizki, lalu dijewernya telinga Rizki. Teman sekelasnya pun kembali tertawa.
“Sudah.. sudah.. semua diam.. Rizki kamu sudah berdiri di sana.. “ Bu Halimah mencoba mengendalikan anak didiknya.
“Nah.. kita kedatangan siswi baru, dia pindahan dari seberang pulau dan sekarang menjadi kawan baru kalian disini. Ayo Ra perkenalkan diri kamu.” lanjut Bu Halimah memperkenalkan siswi baru yang sudah berdiri di sampingnya.
“Perkenalkan, saya Rara Syahmandini Anggoro, panggil saja Rara. Saya pindahan dari SMP Kabut Putih, saya pindah sekolah karena mengikuti ayah saya yang pindah tugas ke kota ini. Senang bisa bertemu dengan kalian semua.” ujar siswi yang bernama Rara tersebut.
Rizki yang berdiri disamping Rara lalu memperhatikan Rara dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Di mata Rizki, Rara adalah seorang gadis tomboy dan hal itu terlihat dari cara berpakaiannya, juga rambut sebahunya yang dibiarkan acak acakan. Rara mengenakan kameja sekolah yang bagian lengannya dilipat dan di lengannya pun terlihat memakai gelang dan kalung yang tak lazim layaknya seorang wanita, malah terkesan seperti anak funk. Kameja putih yang dikeluarkan dan rok yang diatas lutut, memakai sepatu boot hitam bermerek DrM menambah kesan cuek. Ditambah gaya berdirinya yang terlihat santai jauh dikatakan feminim.
“Bu, apa gak salah, ini cewek atau cowok kok ibu nerima siswa ini?” celetuk Rizki setelah meneliti penampilan Rara di sampingnya.
“Maksud lu apaan..?” ujar gadis itu, ia merasa tersinggung atas ucapan Rizki.
“Maksud gue, lu tuh keliatannya bukan cewek. Noh boobs lu kok rata gitu sih..” dengan santai sambil menunjuk ke arah dada a Rara yang memang tak terlihat tonjolannya.
“Luuuuu..!!” Rara merasa kesal dengan tangan terkepal.
“Rizki kamu tuh gak ada sopan-sopannya… Sudah kamu ikut ibu ke ruang guru, dan kamu Rara silahkan kamu cari tempat duduk yang kosong!! Pak Zul silahkan lanjutkan mengajarnya saya pamit dulu.” bentak Bu Halimah lalu berpamitan dan pergi keluar kelas.
“Yaa nasib, padahal kan cuma ngasih pendapat aja.” ujar Rizki pasrah menerima hukuman akan diberikan oleh Bu Halimah.
Setelah Rizki dan bu Halimah Pergi,
“Rara ku duduk dibangku itu,” Pak Zul menunjuk kearah bangku yang tadi ditempati oleh Rizki, memang bangku di sekolah ini tak seperti bangku sekolah lainnya satu meja berdua, para siswa duduk disebuah kursi yang sudah ada mejanya
“Tapi pak ini kan tempatnya Riz..” Yoyo sedikit menolak,
“Maksud kamu..?” sedikit mengintimidasi melototi Yoyo
“ya pak..” Yoyo pun hanya bisa pasrah lalu memindahkan tas Rizki ke bangku belakang yang masih kosong tak terisi
Rara pun langsung duduk, dalam pikirannya tertuju pada Rizki, bagi rara entah apa yang hukuman yang akan diterima Rizki dan Rara tak pedulikan itu, tapi bagi Rara pernyataan Rizki tadi adalah genderang perang untuk dirinya.
Lanjut kebawah
Karena kelebihan patok ane bagi dua aja hihi