Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERPEN ROMAN PICISAN

ima_mencoba_nakal

Semprot Kecil
Daftar
27 Jun 2023
Post
90
Like diterima
866
Bimabet
Disclaimer :
Cerita ini Aku tulis 2015 dan pelan-pelan aku perbaiki seiring waktu hingga sekarang. Ini cerpen romantis.., bukan cerita mesum, tidaj ada adegan sex .
jadi bagi yang hanya mencari cerita sex..,stop baca karena gak akan menarik bagi anda.

ITU ANAKKU!

Rangga menyabuni wajahnya setelah seharian beraktifitas, lalu dibasuhnya hingga bersih.

Dengan wajah tetap menatap cermin ,tangan kanannya menggapai handuk kecil di samping kanan

washtavel .

Terlihat berseri ,sedikit kemerahan karena sinar matahari yang membakar wajahnya siang tadi.

Tersenyum sambil mengambil smartphone dari kantong celana jeans belel yang belum sempat dia

ganti.

Dia memilih nama Bunga dari kontak list yang tertera di ponselnya.

Nada panggil terdengar beberapa kali namun tidak ada yang menjawab.Rangga menyerah ..,dan

menyentuh tombol end call pada ponselnya.

Tak lama kemudian smartphone Rangga kembali berdering...,tertera nama Bunga di layarnya.

Melihat itu dia langsung menyambar ponselnya.

“hallo” sapa Rangga.

“Assalamualaikum”terdengar suara merdu dari seberang.

“Wa Allaikusalam” Rangga menjawab.

“Maaf yah..,Aku tadi lagi Maghrib..,nih masih pake mukena hihihi..hi..hi..”suara itu begitu merdu

membuat Rangga malu bukan main .

“eh iya ..,maaf ...aku yang seharusnya maaf..tadi barusan juga aku baru selesai so..solat kok”terbata

Rangga berbohong, karna dia sebenarnya tak pandai berbohong.

“Udah dehh..,ngaku aja bo’ong..hihihi...,aku juga kadang-kadang datang rasa malas gitu..,tapi yaahh

harus perbaiki terus setiap hari”.

“Eh..Iya ..iya..,hihihi...jadi malu..,janji deh mulai besok”
kata Rangga seolah memberi janji.

“Idihh..,baru kenal udah janji janji...,suka ngumbar janji yah..! ha..ha..ha..” Bunga tertawa kecil yang

langsung sedikit terbaca bahwa pribadinya seorang gadis cantik nan ceria, penyayang dan jujur.

“ha..ha..ha..,lepas banget ketawanya ya...” Rangga jadi ikut tertawa dan suasana menjadi lebih cair

dan akrab.

Hampir setengah jam mereka melanjutkan perkenalan meraka via telepon dari perjumpaan mereka

di event seminar perempuan dan fotografi tadi siang, yang di akhiri dengan berkeinginan berjumpa

kembali minggu depan untuk saling bertukar koleksi buku. Gak mudah bagi Rangga mempersiapkan

perjumpaan itu,karena dia menjanjikan katalog foto yang isinya fashion hijab. Sebenarnya dia tidak

memilikinya, hanya dia tidak punya alasan lain untuk meminta nomor telepon Bunga.

“Kak Mona pasti punya beberapa!dia kan sering make up acara wedding yang pengantinnya

menggunakan hijab”
Rangga berkata didalam hati .

Malam ini Rangga tidak berniat memindahkan hasil foto jalanan nya ke laptop.Biasanya dia antusias

untuk melihat hasil fotonya sendiri setelah dipindahkan dari fujifilm X100 miliknya ke layar laptop.

Laptop tua yang enggan dia ganti dengan yang baru. Malam ini Rangga langsung ke tempat tidur.

“so you can keep me..,inside the pocket of your ripped jeans”

“holdin’ me closer till our eyes meet..,you won’t ever be alone”


Sayup terdengar suara Ed Sheeran dari smartphone Rangga hingga dia terpejam.

-----------------------

“Agaaaa...!! ngapain loe nyerak nyerakin katalog gue!!” teriak Mona

“nggak ...,minjem atu doank!” jawab Rangga santai

“Ihh..,ni anak” sambil membereskan kembali katalog yang di bongkar Rangga dari rak buku milik nya.

Siang itu Rangga duduk disamping jendela cafe ,sambil melirik pasangan suami istri di depannya.

Anaknya makan es krim dan yang satu lagi berumur sekitar dua tahun di pangkuan Ayahnya.

Lalu diamenoleh keluar jendela..,

Perlahan mengambil kameranya dan memotret seorang ayah membonceng istrinya sekaligus empat

anaknya pada sebuah motor matic yang menjerit.Dilihatnya ada anak laki laki berumur sekitar tujuh

tahun berdiri didepan..,satu adiknya laki lakinya duduk diantara sang Ayah yang membawa motor dan abangnya yang berdiri.

Satu anak perempuan berumur empat tahunan terjepit diantara Ayah dan

Ibunya yang sedang memboceng dibelakang motor.. sambil menggendong anaknya yg masih dibawah

satu tahun.

“mengerikan sekali..” Rangga melirih. Dia Takut pernikahan… Rangga pria bebas penyendiri

sebelumnya. Bahkan tawaran tawaran ikut club motor ditolaknya halus. Walau motor tua

nya bisa dikatakan keren dengan custom yang dia kreasikan bersama beberapa kenalannya di

bengkel .Tidak itu saja, dia juga sering menolak halus tawaran club fotografi walaupun dia bersedia

follow di sosial media.

Tak lama kemudian kamera Rangga berpindah fokus ke objek yang lain. Seorang gadis murah senyum

sedang membayar ojek online yang baru saja mengantarnya , ramah dan sopan sekali. Rangga terdiam..,tangannya kaku untuk menekan tombol shutter pada kamera miliknya. Dia mengikuti gadis itu dengan lensanya.

“cantik...,cantik dan berbudi” hati Rangga berucap sambil meletakan kembali kameranya di meja

cafe.

“maafff....sorryyy banget Ga...,aku kelamaan ya?”

“ah ..aku juga baru kok...,baru gelas kopi yang kedua maksudnya” Rangga bercanda ringan.

Tetapi tetap saja membuat gadis itu tertawa lepas, tawa yang jujur..,wajahnya berbinar,pipinya

memerah entah karna sengatan matahari di luar tadi, atau menutupi kesalahan kecilnya .

“ha..ha..ha..ha.., iyaa deh!! Aku traktir kopinya..,sorrii yaa,abis jam pulangnya anak

sekolah,maceett!”

“nyantai aja kaliii” Rangga mencairkan suasana

“ada katalognya Ga?” Bunga bertanya penuh harap.

“nih..,aku gak tau apa ini yang kamu maksud apa bukan”

“iya...iya yang ini...,thanks a lot Ga” kembali wajah Bunga berseri.

Satu jam lebih mereka berbincang satu sama lain.Mengenai pekerjaan,hobi dan apa saja tentang

mereka berdua.

Rangga sudah mengetahui bahwa mungkin saja dia telah jatuh hati kepada gadis riang didepannya.

Bunga terus dengan celotehnya diiringi tawa ringan yang sama sekali tidak didengar oleh Rangga.

Karena saat itu dia hanya ingin memandangi wajah Bunga serta gerak bibirnya seolah semua

membisu dan slow motion.

“Ga...,heh Agaaa!!, Ih.***k dengerin juga” Bunga cemberut sambil memanyunkan bibirnya.

“eh..,iyaa...iyaa, aku dengerin kok”.Rangga berbohong,

“Bunga..,jalan yuk”.

“kemana ...? masak aku baru dua kali jumpa dah boncengan ama kamu?”.

“emangnya kamu ketemu abang ojek tadi sudah berapa kali??” tanya Rangga menjebak.

“s..sa..yah satu kali sih..” Bunga kalah kali ini.

“ada yang aku mau aku tunjukin ke kamu” .kata Rangga.

Motor Rangga melesat di jalanan kota hingga kepinggiran jalan kota.

Akhirnya sampai dan langsung parkir sambil disapa tukang parkir yang kayaknya sudah akrab sekali.

“cieeeee.....,buang tabiat loe Ga” ejek si Tukang parkir.

“rese loe ah!!..,dah diem..orang mau ngopi juga”.

“bukannya tadi kita baru ngopi?” tanya Bunga.

“tadi itu kita jajan..,bukan ngopi, nah disini baru ngopi namanya”jawab nya meyakinkan.

Bunga ragu..,riuh di dalam ruangan persegi empat melebar kira kira berukuran 10x6 meter dengan

berbagai karakter manusia urban pinggiran.

Disudut kiri bagian belakang, ada pintu yang sepertinya mengarah ke halaman belakang.

Di sebelah pintu masuk utama ruangan terdapat tulisan- tulisan unik seperti no wi-fi ! Talk each

other!
atau ada tulisan lainnya coffee,art,care.

“yuuk!..”Rangga dengan santai memegang tangan Bunga dan menariknya masuk kedalam.

“hey Guys!!!” sapa rangga .

“Ya Allah Gaaa....,sapa tu Gaa..!! Alhamdulillah ya Allah ..,gue dah nyangka loe homo Gaaa!”

Satu warungpun geger ketawa.

“Bud,kopi dua ya bro” Teriak Rangga ke Budi yang sedang sibuk menyiapkan kopi yang sudah

dipesan sebelumnya.

“Siap bro..,sabar ya! Orang belakang duluan pesan tadi!” jawab si Budi kepadanya.

“Nyantai aja “ jawab Rangga.

“Mas...satu aja kopinya,Ga..aku ntar lagi aja,kan baru ngopi juga tadi” Kata Bunga.

“oke deh..,yuk kita duduk di belakang aja” Ajak Rangga.

Bunga seperti terpukau dengan apa yang dia lihat dibelakang warung yang ternyata luas berukuran

6x10 meter.Kira-kira berbrntuk “L” terbalik jika disatukan dengan bangunan didepan tadi.Dan di

pinggir halaman tersebut ada bangunan sederhana seperti ruangan kecil berukuran 4x4 meter ,

sepertinya main office dari tempat tersebut . Ada banyak ragam kreatifitas anak negri yang jarang

dia lihat selama ini. Beberapa pemuda sedang membuat mural di tembok belakang yang membatasi

mereka langsung dengan kemewahan shoping mall , ada juga yang sedang membuat lukisan

menggunakan teknik pembakaran seperti menggunakan pemanas timah dan ada yang sedang

ngobrol membicarakan komposisi foto dan framing , Rangga juga sedang berada disana. Terakhir

Bunga melihat sekumpulan anak-anak yang bergembira dan satu anak yang sepertinya masih balita.

Anak-anak tersebut rata-rata sedang melukis.Sebahagian membuat kerajinan bahan daur ulang

plastik botol air mineral.

Dilantai dua di bagian paling belakang dari halaman Bunga melihat ada pondok tanpa dinding

seukuran 4x6 meter ,tidak terlalu tinggi diatas,lebih mirip panggung dengan meja pendek dan

tempat duduk bantal tipis sebagai alas,didepannya ada whiteboard.

“mereka juga berhak mendapatkan pendidikan ya kan?” tiba-tiba saja Rangga sudah berada

disamping Bunga yang tengah berada di ruangan lantai dua tersebut.

“ini anak-anak siapa Ga?” tanya Bunga.

“satu dari mereka adalah anakku, empat anak Rudi yang sapa kita pertama tadi,dan teman-teman

lain juga ambil tanggung jawab semampu mereka”.

“orang tua mereka?” tanya bunga datar.

“beberapa dari mereka gak tau siapa orang tua nya”,

“ada juga beberapa yang sering aku antar kerumahnya seminggu sekali”,

“rata-rata dari keluarga kurang mampu dengan berbagai tanggungan hidup ”.

“Itu yang masih Balita..,umurnya berapa?, kayaknya terlalu kecil untuk dititipkan disini” tanya bunga

penasaran.

Rangga gak langsung menjawab..,dia terdiam sejenak sambil memandang anak yang di maksud,

“Dia Alind dan dia anakku” jawab nya singkat.

Lalu Rangga berbalik ke temannya meninggalkan Bunga yang masih dengan segudang pertanyaan.





































KAREN..,KAMU ...?

“hai...,melamun aja, kedalam yuk! Kenalin Gue Karenina” sapa Karen ke Bunga.

“Eeh... iya..,maaf Gue Bunga,salam kenal” Jawab Bunga sambil menyambut jabat tangan dari Karen.

Bunga sedikit minder di dekat Karen yang tingginya mungkin lebih dari 170cm,dengan kulit yang

putih kemerahan, kaki yang indah dibalut jeans belel koyak disana sini. T-shirt abu abu tipis nan

sederhana ,sepatu converse dan tindik lebih dari dua di telinga sebelah kiri. Mata gadis ini berbinar

,dengan bagian putih matanya yang seolah terus basah ditambah warna coklat dibagian retinanya.

Sekilas bunga memperhatikan dengan seksama,jelas itu bukan contac lens seperti perkiraan

awalnya.

Bunga langsung suka dengan gadis yang sedang tersenyum disampingnya kini, walau dia

belum pernah mengenal Karen sebelumnya,tetapi sorot mata penuh ketulusan ditambah senyum

Karen dengan bibirnya yang unik dengan bentuk bibir atasnya sedikit lebih tebal nan sexy, warna

merah muda dibibirnya seolah-olah melewati garis batas bentuk dari bibir itu sendiri.

Rambutnya..,yah rambutnya di ikat seadanya,diikat agak tinggi dengan meninggalkan bagian poni

dibahagian depan jatuh begitu saja. Ada bekas cat rambut yang sudah mulai pudar di bagian atas

rambutnya.

“hei...,kok melamun lagi siiihh!serem ahh ngeliatnya hahaha” Karen protes sambil tertawa.

“ehh...iya,maaf, aku kira mungkin aku pernah lihat kamu di film atau sinetron gitu..,soalnya kamu

cantik banget hihihi..” .

“Haaa..haha..hahaha, bisa aja kamu.., memang aku ada tampang pemainsinetron apa?

Udah ah...,masuk yuk, kamu belum ngerasain cafe latte buatan aku kan?”,

“Aga itu emang gitu orangnya...,sulit dibaca..,moodnya berubah kapan dia pengen. Tapi percaya

deh,dia itu baik hati, dia bukan cowok yang super alim,tapi aku pastikan dia itu baik”.

“Ohh..,gitu yaa..” jawab Bunga agak gugup karna seolah-olah dia membutuhkan informasi itu.

Ada pertanyaan-pertanyaan kecil yang kini sedang menggangu pikirannya mengenai gadis yang hafal

mati kebiasaan,sikap,dan apa saja mengenai laki-laki yang tadi memboncengnya ke tempat ini.

“Karenina..,aku boleh tanya dikit nggak” Bunga sedikit ragu.

“tanya apa..,yah tanya aja kalee...serius amat hahahaa” Karen seperti tau arah pembicaraan kearah

mana.

“Kamu..pacarnya Aga ya?” Tanya Bunga pelan.

“Ha..hahaha, masuk akal nggak kalau aku pacarnya trus dia bawa kamu kesini buat dikenalin

kesemua orang?”Karenina menjawab pertanyaan tersebut dengan pertanyaan lain.

“hi..hi..hi..,iya juga ya” Bunga kembali berseri,pipinya memerah.

“Kamu dah berapa lama pacaran sama Aga?” tanya karen sambil memasang portafilter ke coffee

machine .


“Jiaahhh...,aku bukan pacarnya,enak ajaa.Kenal juga baru” Bunga protes walau sebenarnya dia

mungkin sudah merasakan perasaan simpatik terhadap Aga.

“owh..kirain”.

Rangga hadir tiba tiba ditengah obrolan mereka.

“Owh...,dah kenal rupanya sama si panjang..” Rangga ngomong sekenanya.

“Iiiihhh...,ganggu aja loe para cewek cantik lagi ngobrol”protes Karen ke Rangga.

“ngopi Ga...,enak loe latte buatan Karen”***k bisa disembunyikan rona wajah Bunga berseri melihat

Rangga di depan pintu ruangan Karen.

“Ahh...,bosen kalo kopi buatan dia..,ntar di kasih sianida lagi”.

“ellleeeehh...elu didepan Bunga aja ngomong gitu..,awas loe ya ntar minta di buatin kopi sama

gue”Karen membela diri.

“Bunga...,abis magrib kita cabut yaa..,gak enak ntar kemalaman ngantar kamu”.

“Okay “ jawab Bunga singkat.

“Mamaaaaa liat gambar Alind” teriak gadis kecil berumur 3 tahun berlari ke Arah Karenina.

“waduuuh..keren banget anak mama menggambarnya!...,kasih liat ke papa juga dong!”.

Bunga tercekat..,segudang pertanyaan baru dibenaknya.Bunga haus akan jawaban saat ini.

























TAMU KECIL DI PAGI SUBUH

Suara tangis menggelegar diluar.Suaranya seperti tangis bayi . Aga terbangun dan berjalan perlahan

ke arah pintu kantor sekretariat komunitas seni yang sedang dia perjuangkan. Sedikit bergidik,

sempat terlintas dipikirannya film-film horor yang pernah dia tonton.Tetapi dia bukanlah tipikal pria

yang penakut.

“kok ada suara tangis bayi diluar hujan-hujan gini lagi..” Rangga bertanya di dalam hati.

Dia menunggu sebentar ,namun suara tangis tadi tak terdengar lagi.

Segera di bukanya kunci grendel dan membuka pintu sedikit untuk mengintip keluar.

“Astargfirullaaaaahhh” Rangga menjerit panik.

Seorang bayi yang seharusnya masih merah telah membiru karna kedinginan akibat kehujanan.

Rangga menyambar keranjang bayi yang terletak didepan pintunya secepat mungkin.

Dia Panik bukan main, dia hampir menangis menyambar handphone nya lalu membuka bajunya dan

langsung memeluk si bayi dengan harapan hangat tubuhnya bisa menjadi pertolongan pertama.

“kriiiiiiinnnngggg....kriiiiiiiiiiinnngggg” suara ponsel Karen berbunyi.

“Ada apa sayang...,napa sih loe call gue pagi buta giniiii?!”

“Kareeennn...,bantu gue sekarang juga!! Plisss!!”































AGA ,GUE SAYANG LOE

Sudah tiga hari bayi yang ditemukan Rangga kemarin berada di ruang ICU dan akhirnya hari ini

Rangga boleh melihatnya.

“Silahkan Pak” kata suster dengan ramah.

“Terima kasih mbak” jawab Aga.

Rangga terlihat hancur menyaksikan bayi itu di dalam incubator dengan selang dimana mana.

Tetapi hatinya lega melihat ada gerak kecil dan kulitnya yang telah kembali putih memerah dibagian

pipi.

“hai sayang” tiba-tiba Karen memluk Rangga dari belakang,

“maaf ya..gue telat, tadi gue siapin kamar si bayi ditempat kita,Semua antusias dan ikut bantu”.

“Alind...namanya Alind” kata Rangga datar.

“hihihi...nama yang lucu” Karenina tersenyum,

“hai Alind... kuat ya nak” Karen memanggil bayi dalam Incubator tersebut.

“Ga..,kita keluar bentar yuk..! Gue pengen merokok”.

Merekapun mencari kedai kopi yang tak jauh dari rumah sakit tempat Alind di rawat.

Hingga di tempat tersebut Karen kembali membuka percakapan,

“Ga...,loe yakin mau adopsi anak itu?,loe dah pikirkan segala tanggung jawab yang bakal loe pikul?”,

“ini bukan masalah finasial aja Ga..,tapi mental loe,tanggung jawab loe,dan yang paling penting masa

depan loe Ga” Karen menghisap rokoknya dalam-dalam dan menghembuskannya

perlahan.Wajahnya menoleh kesamping dan tiba-tiba menoleh ke Rangga di depannya.

“Ga...,gue sayang loe Ga..,apapun keputusan loe, gue akan tetap bangga sama loe Ga!,tapi yang

harus loe inget,ini bukan tanggung jawab loe seorang diri”,

“loe tau nggak di televisi setiap hari ada Alind lainnya yang dibuang orang tua mereka!”,

“loe mau kalau semuanya tiba-tiba berada di depan pintu sekretariat kita?”,

“kita itu komunitas seni Ga..,bukan panti asuhan!” Karenina menghisap rokoknya sekali lagi sebelum

mematikannya. Wajahnya tak lepas dari Rangga yang sedari tadi cuma diam dan kadang-kadang

melihat ketempat lain dengan kosong. Rangga bingung..,tetapi dia memang seorang yang sulit

ditebak sekaligus keras kepala.

“Ren..”.

“Iya .***”.

“kalau memang harus seperti itu,komunitas kita selain seni, juga akan menampung anak-anak

kurang mampu untuk belajar disitu, melukis,membaca dan apa saja” Rangga membuat pernyataan

yang dia sendiri sebenarnya masih ragu.

“keras kepala loe Ga” nada Karen datar.

“I love you too “ jawabnya , membuat Karenina kembali tersenyum sambil memukul lengan Rangga.























































KAMI GAGAL PADA AKHIRNYA

Mata Bunga berkaca-kaca memandang keluar jendela cafe diantara tembok putih bermotif

renaisance menghiasi jendela tersebut.

Entah apa yang dilihatnya diluar. Karenina meneruskan ceritanya sambil menghisap marlboro

light
nya dan menghembuskannya perlahan.

“yah..,beginilah pada akhirnya,memang sulit kalau kami diposisi inti dari komunitas dengan

hubungan yang demikian”.

“Apa hal yang paling krusial sehingga kalian memutuskan untuk berpisah?”. Tanya Bunga.

“Mmmhh..,yang pertama ,ribut-ribut kecil masalah pribadi kami mempengaruhi kinerja dan

pergerakan komunitas, dan itu kerap kali terjadi membuat atmosfer yang gak bagus buat temanteman”.

“Tapi kan masih bisa diperjuangkan?” Bunga mencoba berargumen.

“yah..,sampai sekarang masih kami perjuangkan, tapi kami sedang memperjuangkan

komunitas, anak-anak,teman-teman dan bukan memperjuangkan hubungan yang sudah hambar bagi kami berdua” jawab Karen sambil tersenyum.

“Nga...,kamu suka sama Aga” Karen mulai bertanya.

“ga tau...,hmm” jawab bunga mengambang.

“iya..,kamu suka,kamu gak bisa bohongi itu” tegas Karen.

“iya ..aku suka,cuma aku takut”.

“kenapa takut?” tanya Karen.

“karna kayaknya aku sudah nyaman bersahabat dengan nya, aku takut hubungannya jadi aneh kalau

aku pacaran”.

“aku no comment!,karna aku juga kadang ngerasa demikian sekarang ini”.

















HARI INI BEGITU BIRU

“Uhuukkk..uhhuuukkk..uuhhhhhuuuukkkk...shit!!”.

Karen menatap cermin yang berada didalam kamar mandinya.ada bercak merah bercampur uap air

panas dari bathtub miliknya yang mengabut.Lalu Karen perlahan melihat lebih kebawah,ada darah

merah menghitam menggumpal di washtavel. Kembali menatap cermin dan diam.

Tergambar wajahnya memburam diantara ulir ulir air yang menetes di cermin.Dari hidungnya

terlihat bekas darah yang baru saja di seka seadanya. Emosinya tak terbendung, air matanya

menetes melawan keinginannya.

“Kamu tegar Karenina” dia berbicara dengan refleksi wajahnya di cermin.

Nafasnya sesak,raut wajahnya berubah. Karen mencoba menarik nafas dan membuangnya perlahan

namun ia gagal .Lalu mencoba kembali dan melepas nafasnya terburu-buru.Karen tak mampu

menahannya,akhirnya dia menangis sejadi-jadinya dan meringkuk disudut ruang. Air hangat yang

mengucur dari shower menghujani badannya. Karen menangis dibawahnya.

“Tok..tok..tok..tok”

“Tok..tok..tok..tok”


Rangga tak mendengar jawaban dari dalam.Dia berdiri didepan pintu kamar kost Karen sekarang.

Disampingnya ada Alind yang sudah memakai baju yang sangat cantik,membawa ransel mungilnya.

“Klik”,Rangga sedikit terkejut melihat pintu tidak terkunci.

Dia membuka sedikit dan menoleh kedalam,lalu membuka lebar pintu itu.

“Ren..,mana sih loe mandi ya!,kok gak ngunci pintu,bahaya tau!”.

“mamaaaa..! mama lama mandinya..!” Alind mengeraskan suaranya didepan pintu kamar mandi.

Ada yang aneh menurut Rangga .Karen selalu antusias apabila mendengar suara Alind memanggil

namanya . Namun kali ini tak ada jawaban apapun dari dalam.

Rangga mulai berdiri dan mendekat ke pintu.

“Tok...Tok...Tok...”.

“Tok..tok..tok..tok”
tak ada jawaban dari dalam.

“Karen!..,Rennn...!!” Rangga memanggil dengan keras.

“Reennn..,kamu didalam..!!” dia mulai curiga .

“Alind...,kamu mundur ke sudut sayang!”.

“iya pa” jawab Alind bingung dan takut.

Dan “Bruakkkk!”.

Pintu kamar mandi terbuka. Rangga segera masuk dan

“ Kareennn!!, Astargfirullah!”.

Rangga menyambar handuk dan menutupi tubuh Karen lalu menggendongnya ke tempat tidur.

Emosi Alind guncang..,dia takut dan menangis sejadi jadinya. Karen berusaha membuka sedikit

matanya. Dan dia melihat Rangga menelepon dengan panik namun semuanya hanya dengungan. Tak ada suara...,dan kabur.Karen menoleh ke Alind yang menangis tak bersuara,hanyadengungan. Rangga memeluknya sampai Ambulans datang. Dia menangis , hari ini begitu biru baginya.















































KAREN KAMU KENAPA?

Wajah Karenina tersenyum dengan mata sayu melihat kearah pintu kamar rumah sakit tempat dia

dirawat. Dia mencoba menyapa gadis yang masuk pelan-pelan kedalam.

“Hai...cantik” sapa Karen lemah namun tetap tersenyum.

Rangga terlihat di kursi di samping tempat tidur Karen.Dia hanya menunduk dan mencoba tidak

bertemu tatap dengan Bunga yang baru saja datang.

“Karen..,kamu kenapa?” tanya Bunga dengan sedih.

“gak apa-apa sayang...,kata dokter aku kelelahan”.

Rangga bangkit dari kursinya lalu jalan ke pintu keluar .

“aku mau merokok!” Rangga berlalu tanpa menoleh. Bunga merasa bingung dan melihat ke Karen.

“Aga mungkin masih marah sama aku, karena gak nurutin nasehatnya untuk lebih banyak istirahat”.

“kamu sih...bandel” Bunga cemberut disambut tawa lemah Karen.

“Iya deh..,janji besok gak sakit lagi” Karen tersenyum.

“Alind sama siapa?” Bunga melihat sekeliling kamar dan menyadari tidak ada Alind disitu.

“Owh..,tadi baru dari sini..,dah di jemput mbak Mona kakaknya Aga” jawab Karen.

Bunga berjalan di koridor rumah sakit menuju parkiran. Dia melihat Rangga sedang berjalan

kearahnya,kali ini Rangga tak bisa mengelak.

“Ga...,aku pulang dulu”.

“eh..oke, mau aku anterin?” Rangga menawarkan.

“Gak usahh..,kasihan Karen sendirian” jawab Bunga.

“Oke deh...,aku masuk kedalam dulu yah, hati-hati dijalan!”.

“thanks..,kalau butuh bantuan Ga..,anytime okay!”.

“oke..” Rangga tersenyum.

Bunga melanjutkan jalan keparkiran.Dia sedang bertanya-tanya melihat keadaan Rangga barusan.

Dengan wajah lelah dan mata yang sembab seperti orang yang habis bangun tidur atau menangis.

“Apa tadi Aga menangis?”,

“segitu besarkah kekawatiran Aga terhadap Karen ?”,

“Apa Aga masih sangat mencintainya?”
Bunga bertanya- tanya sendiri dalam hatinya.





DIAGNOSA SEBELUMNYA

“Memang benar ciri-cirinya ada sama kamu semua Karen..,sesak nafas,sering merasakan nyeri pada

tulang,gusi berdarah,dan pembengkakan di bagian perut”,

“tetapi kita tunggu hasil scaning kamu dulu yaa...,dan tentunya kamu juga harus konsultasi dengan

dokter lainnya sebagai second opinion bila dibutuhkan”.

“Baik dok...terima kasih, kapan kita bisa lihat hasilnya?”.

“Besok InsyaAllah” jawab dokter Rohim yang merupakan dokter keluarga Karenina sejak dia masih

kecil,hingga kedua orang tuanya meninggal kecelakaan pesawat sepuluh tahun lalu.



Sebulan telah berlalu, Karenina hanya diam melihat isi amplop hasil diagnosa penyakitnya yang dia dapatkan di ruang dr.Rohim bulan lalu.

Tak ada kata sepatahpun setelah dia permisi dengan dokter Rohim sehabis iya menerima hasil diagnosanya. Dia berjalan gontai ke parkiran.



Dan sebulan lamanya Karen tidak keluar dari kostnya. Namun hari ini kerinduannya kepada Alind

memberikannya tenaga untuk bangkit dari keterpurukannya selama ini.

Dia hendak menelepon namun tiba-tiba telepon genggamnya berdering, nama Rangga di layarnya.

“Hello..***”.

“Heh..Non! kemana aja loe gak muncul-muncul sebulan lebih,tega banget ya gak bantuin gue disini”.

“Gak gitu Ga....,kan gue dah bilang gue mau keluar kota” Karen berbohong.

“Yaudah deh...,duh yang liburan” jawab Aga diseberang.

“Ga..loe bawa Alind ke kost ya..,ntar kita jalan-jalan bawa dia, gue kangen banget”.

“Jam berapa?” Rangga bertanya.

“jam setengah lima,satu jam setengah lagi lah kira-kira, cepetan yaa..,gue mandi nih!”.

Karen mengambil handuknya lalu mengisi bathtub dengan air panas. Segera saja kamar mandi

itupun berkabut akibat uap panas dari bathtub. Karenina mencoba menjalani harinya seperti biasa.

Diambilnya rokok dari tas nya dan membakarnya dimulutnya.

Karenina membuka handuk kimono yang dia kenakan.Terlihat ada sedikit pembengkakan pada

perutnya. Nafasnya sedikit sesak saat ini. Tiba tiba hidungnya berdarah,Karen mimisan.

Dia sedikit panik dan menghidupkan shower. Disesuaikannya kehangatan air sebelum mencuci

hidung dan wajahnya. Akhirya Karen terbatuk – batuk ,nafasnya terasa sesak.

“Uhuukkk..uhhuuukkk..uuhhhhhuuuukkkk...shit!!”.

Karen menatap cermin yang berada didalam kamar mandinya.ada bercak merah bercampur uap air

panas dari bathtub miliknya yang mengabut. Lalu Karen perlahan melihat lebih kebawah,ada darah

merah menghitam menggumpal di washtavel. Kembali menatap cermin dan diam.

Tergambar wajahnya memburam diantara ulir ulir air yang menetes di cermin. Dari hidungnya

terlihat bekas darah yang baru saja di seka seadanya. Emosinya tak terbendung. Air matanya

menetes melawan keinginannya.

“kamu tegar Karenina” dia berbicara dengan refleksi wajahnya di cermin.

Nafasnya sesak,raut wajahnya berubah.Karen mencoba menarik nafas dan membuangnya perlahan

namun ia gagal .Lalu mencoba kembali dan melepas nafasnya terburu-buru.Karen tak mampu

menahannya,akhirnya dia menangis sejadi-jadinya dan meringkuk disudut ruang. Air hangat yang

mengucur dari shower menghujani badannya. Karen menangis dibawahnya.





















































DEAR DIARY

“Dear Diary....,

Aku gak tau harus memulai dari mana..

Aku seperti merasakan ada makhluk-makhluk kecil yang kini bermain didalam hatiku..

Memancing hasratku tuk mengungkapkannya..

Pantaskah?

Aku hanya manusia biasa...

Ya Allah bantu aku...

Aku yakin sekali kalau aku sedang jatuh cinta,tak pernah sebelumnya..

Tapi aku begitu yakin yang aku rasakan saat ini tidak hanya sekedar simpati atau kagum..

Lebih dari itu...lebih dari itu...

Kini rasa itu semakin tumbuh...,aku lalai telah membiarkannya..

Tapi sulit bagiku tuk menyesal...,aku nikmati bahkan kalau jatuh cinta itu tak berbalas..

Akan kutetapkan dan akan kuat hatiku..,

dan kuyakin dia juga memiliki nyala hangat seperti yang kurasakan sekarang , walau kecil...

hari ini aku mengaku...

Aga, aku mencintaimu!


Bunga menutup buku hariannya dan membiarkannya diatas tempat tidur.

Dia enggan untuk bangun,membalikan tubuhnya menghadap langit-langit kamarnya.

Sekali lagi dia berbisik kecil,

“Aga..,aku mencintaimu”.





















BANDUNG LOVE STORY

Rangga berkonsentrasi menghadap jalanan asri dikelilingi pohon besar,sementara Karen duduk di jok

sebelah Rangga yang sedang menyetir.

“Ga..,gue makasih banget ya loe dah mau bantu gue ngurus jual beli ini”.

“Dosa besar gue ren kalau sampe gak bantu loe..” Rangga senyum.

“ha..ha..ha..ha , bisa aja loe..,tapi serius Ga, thanks a lot anyway” tegas Karen kali ini.

“sama-sama ren...,gue seneng kok bisa bantu loe”,

“sebenarnya gue gak setuju ren..,villa almarhum papa loe dijual, tapi loe sih keras kepala gak mau

nerima bantuan gue” Kata Rangga.

“gak gitu Ga...,loe mau bantu gue dengan nerima tawaran pak Hardy beli tempat kita”,

“anak-anak gimana?,teman-teman mau kemana?” Karen memelas.

“itu kan biar gue yang mikirin..,paling sebulan dua bulan bisa ketemu tempat baru” Rangga mencoba

berargumen.

“Ga..,dulu itu galeri sekaligus kamar loe..,tangis Alind pertama juga loe dengar dari situ..,dan loe rela

menyulapnya jadi warung agar tempat kumpul kita bisa berlangsung”,

“dan sekarang loe mau nyerah demi kepentingan gue..,yah gue gak bisa Ga...gue gak bisa” jawab

Karen menutup Argumen Rangga.

Lalu keduanya diam untuk beberapa menit, hingga Karen memulai lagi bertanya,

“Alind gimana Ga”.

“Dia aman dan sehat..,kak Mona juga telaten kok sama anak-anak” jawab Rangga meyakinkan.

“Loe gak bilang kesiapapun termasuk Alind kan Ga ,kalau aku mengidap penyakit ini”.

“loe boleh nguji gue masalah jaga rahasia..,kecuali Kak Mona dan om Johan om loe itu,yah mereka

harus tau dong..,tapi mereka juga janji gak bilang kesiapa-siapa kok” jawab Rangga meyakinkan.

Mereka berdua kembali terdiam .Dan beberapa menit kemudian,

“Ga..,gue boleh nanya sesuatu sama loe?” tanya Karen tanpa menoleh ke Rangga.

“serius banget sih loe..,yah tanya aja!” kata Rangga sambil tertawa.

“Ga..,apa loe benar-benar pernah jatuh cinta sama gue?”

Dan Rangga yang sepertinya kali ini tidak berani bertemu mata dengan Karen.

Lidah nya kelu,matanya berkaca-kaca.

“I do love you....,still” Kata Rangga dengan suara yang tercekat dan serak.

Karen tak kuasa menahan tangisnya.

Tetap menatap car window. Matanya mengikuti lalu meninggalkan pepohonan yang silih berganti

menghiasi visualnya.

Airmatanya jatuh ke pipi, menyembunyikan bayang wajahnya yang tergambar dengan pasti dari

pantulan kaca jendela mobil yang kini juga telah dihiasi bulir-bulir gerimis diluar sana.

Sementara Rangga menatap lurus ke jalanan yang berbukit, matanya bekaca-kaca.

Dalam hatinya mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwasanya dirinya memang masih mencintai

Karen, bukan merasa kasihan kepadanya.





































KAREN..,HAPPY BIRTHDAY!

“ping”. Telepon genggam Karen berbunyi. Karen membaca pesan di smartphone nya.

“Ren..,gue didepan pintu loe nie!”.

Karen bangkit dari tempat tidurnya,berjalan gontai kearah pintu

klik” pintu terbuka.

Wajah Rangga gak kelihatan tertutupi rangkaian bunga.

“Selamat Ulang Tahun nona cantik” kata Rangga.Tanpa izin dia nyelonong masuk kekamar Karen.

“belum juga Ga..,masih 11.30 tuuh..”.

“kan entar lagi jam 12.00, pas Ulang Tahun loe” jawab Rangga sambil meletakkan rangkaian bunga

didalam vase berisi air.

Rangga menoleh tersenyum kearah Karen.

Rambut nya kusut , dengan sweater yang kedodoran dan kaus kaki memperlihatkan berat badannya

yang turun 5Kg dari bobot normalnya.Matanya keabu-abuan, bibirnya yang diberi lipgloss merah

muda tak mampu menyembunyikan kekeringan . Wajahnya yang dulu merona merah

kini meninggalkan sedikit warna biru memudar dibawah matanya.

Tapi dia tetap kelihatan cantik..,trendy.

“buka dikit pintunya ya Ga..,gerah” Karen bertanya sambil membuka pintu tanpa menunggu

jawaban dari Rangga.

“bentar lagi Bunga juga datang bawa cake tiramissu kesukaan loe..!” jerit Rangga dari dapur.

“repot amat seehh..,gak beli tepung sama telur sekalian buat nimpukin gue?!”.

“huaaahahahahaha...,” Rangga tertawa.

Dihalaman belakang Karen duduk disebelah Rangga sambil menikmati secangkir teh hangat.

Suara Binatang malam terdengar diantara kebisuan mereka hingga akhirnya…

“Ga...,loe ingat nggak waktu loe bilang loe takut akan pernikahan?” tanya Karen ke Rangga.

“iya Gue ingat” jawab nya.

“kok loe aneh ya Ga...,kebalikan dari Gue” Karen tetap menatap kedepan tanpa menoleh ke Rangga ,

“kalau gue dari kecil memang sudah memimpikan mengenakan gaun pengantin..,merasakan jadi

seorang putri” mata karen berbinar..,dia tersenyum.

“Ga...,gue boleh bersender di pundak loe?” Karen bertanya.

“Iya..,tentu saja boleh” Jawab Rangga.

“Gue kok heran ya Ga..,akhir-akhir ini kok gue jadi kayak gak mandiri gitu”.

“Yah wajar lah ren..,namanya loe lagi kurang sehat” kata Rangga.

“bukan gitu Ga..,maksud gue kok kayaknya rada melo gitu yah?” Karen berkata sambil tertawa kecil.

“Ren...,loe masih pengen makai baju pengantin loe?” Rangga bertanya tiba-tiba.

“maksud loe Ga?”Karen gugup.

“Gue mau loe jadi istri gue ren...,Karenina Yusuf, would you marry me?” Rangga membuka salah satu

gelang kulit ditangannya dan memasangkannya ke tangan Karen.

Karen hanya menangis ,antara terkejut ,terharu dan juga menangis karna tidak yakin apa ini pilihan

yang bijak buatnya dan Rangga.

Rangga mengangkat dagu Karen dengan tangannya,lalu mengusap air matanya ,mengecup mata

Karen perlahan,memeluknya erat dan akhirnya bibir mereka menyatu .

========================

Bunga berjalan mendekat ke pintu sambil membawa kotak kue Ulang Tahun Karen.

Dia hendak berteriak sebelumnya memanggil penghuni didalam sampai dia melihat pintu sedikit

terbuka.

“gila nih orang Tengah malam gak nutup pintu”.

Bunga mendorong pintu perlahan dengan pinggulnya lalu menuju ke arah belakang.

Dia melihat Karen disamping Aga..,bibir mereka satu,lalu melepasnya dan menangis berpelukan erat

sekali.

Bunga tercekat , badannya lemas.

Bunga tak mampu menutupi kecemburuannya....,dia baru saja patah hati.

Dia baru saja merasakan sakit yang luar biasa..,airmatanya menetes dengan sendirinya.

Bunga meletakkan kotak yang dia bawa pelan-pelan keatas meja,lalu kembali kearah pintu keluar

dengan perlahan hingga koridor luar dan akhirnya dia berlari sambil menangis.

======================

Membayang jelas kurasa wajahmu

Didalam hampaku

Seakan membawaku tenggelam hitam

Dan melayang membiru

Kau yang pernah kuharap

Dirimu yang selalu hadir memberiku

Hangatnya cintamu

Yang selalu kudambakan

Dirimu tetap milikku selamanya

Kau yang pernah kuharap

Hari-hari indah tlah kita wujudkan

Mengharap cinta yang tak mungkin hilang

Semua itu tak kan pernah kulupa

Mengingatkan merindukan

Tenggelam di dalam harapan bayangmu

Kemana langkahku yang harus ku jejakkan

Ku tenggelam hitam dan melayang membiru

Kau yang pernah kuharap

Hari-hari indah tlah kita wujudkan

Mengharap cinta yang tak mungkin hilang

Semua itu tak kan pernah kulupa

Mengingatkan merindukan

Tenggelam di dalam harapan bayangmu

Kemana langkahku yang harus ku jejakkan

Ku tenggelam hitam dan melayang membiru

Kau yang pernah kuharap

Kau yang pernah kuharap


Alunan lagu dari GBS terdengar dari smartphone Bunga yang tersambung langsung melalui

headphone ke telinganya. Dia berusaha memejamkan matanya namun tak kuasa.

Bunga berdiri..,rambutnya kusut dan gontai menuju laci meja ,mengambil buku hariannya dan mulai

menulis.Air matanya menetes diatas kertas, dan tinta hitam yang sedang menarasikan keperihan

hatinya memudar disana.

















SURAT BUAT RANGGA

“Nie..,amplop yang gue bilang,dan ini kotaknya, dah lama nih di rumah,abis loe gak pernah

pulang!”kata Mona.

“Kok loe gak telpon gue Mon?!” kata Aga.

“namanya gue lupa,makanya loe kalau jarang-jarang pulang terus seperti ini, gue yakin banget gue

bakal lupa loe adik gue” Mona berkata sekenanya.

“rese loe..., nie amplop yang ngasih siapa ya?” Rangga bertanya.

“yah mana gue tau...,kalau yang ngasih ke gue yah ojek online” jawab Mona.

Rangga membuka kotak yang diberi Mona barusan, dia melihat warna silver berbentuk kamera.

Segera diambilnya dan melihat kamera analog yang masih menggunakan rol film ,

“nikkormat Ft” kata Rangga dalam hati.

Lalu dia buka amplopnya dengan buru-buru.

Dia melihat sekilas tinta yang sedikit mumudar diatas kertas berwarna peach tersebut, dan mulai

membacanya didalam hati.

“Ga...,

first of all aku mau minta maaf sama semua kalau aku gak pernah bisa dihubungi.

Dan kalau kamu baca surat ini di saat yang aku harapkan tandanya aku sudah di bandara Ga.

Tapi terus terang Ga..,aku pasti berharap kamu nyusul aku ke bandara.

Aku berharap kau menghalangiku pergi.

Aku berharap sempat tuk menampar pipimu, karna kau berani nyakitin seorang cewek periang

seperti aku Ga.

Aku berharap banyak hal...

Tapi aku tau kamu gak akan datang Ga...,aku sudah tau akan hal itu.

Hanya saja hatiku belum siap untuk hancur.

Aku hanya ingin mengungkapkan yang aku rasakan.

Waktu itu aku lihat semua Ga..,aku meletakkan kue di atas meja dan pergi.

Hari itu aku nyatakan diriku mundur.

Tapi aku gak nyesal Ga...,seluruh hidupku rela aku tukarkan untuk merasakan jatuh cinta kepadamu

walau hanya beberapa saat.

Aku tetap harus menyatakannya Ga..

Rangga Nugraha..,aku mencintaimu!!”

Bulan lalu aku ke pasar loak dan ketemu kamera yang aku titip beserta surat ini..

Maksudnya mau nunggu ultah kamu..,tapi yah....aku hanya berharap kamu mau tekan shutternya

dengan segenap hati kamu Ga..


Rangga menutup amplop perlahan lalu berjalan keluar teras kamarnya..,membakar rokok dan

menghisapnya dalam-dalam.





















































PESAN TERAKHIR


Rangga mengatur diafragma kameranya di angka 5.6 dengan shutter speed 1/100, dengan film

kodak ASA 400 didalamnya.

“Klik” dia memotret Karen dengan kamera nikkormat Ft dalam genggamannya.

Karen tengah duduk lesu mengenakan gaun pengantinya yang dia kenakan di hari pernikahannya

dua tahun lalu.

Duduk di kursi roda menghadap mentari pagi yang mempertegas garis-garis rambutnya yang

menipis. Di tangannya sebatang rokok yang dihisapnya.

Karen menggila,dia depresi seolah-olah tak perduli lagi akan dirinya sendiri. Tak terbantahkan dan

akhirnya Rangga sendiri menyerah dan mengikuti saja tingkah lakunya yang jauh dari kata tegar.

Ini bukan karen yang sebenarnya. Bukan Karen yang perkasa hidup sendirian di kostnya.

Kini Karen bagaikan wanita yang dua puluh tahun lebih tua dari umurnya.

Kecantikannya memudar.Tetapi dia tetap tersenyum saat Rangga membantu memakaikan gaun

pengantin yang dipakainya dulu saat dia menikah.

“Ga..,deket sini dong..,ada yang mau gue bilang”.

Rangga mendekat dan berlutut di depan Karen setelah memberikan kecupan dikening Karen

sebelumnya.

“Ga...,gue mau minta maaf sama loe Ga” kata Karen lemah,

“Gue egois banget merampok hidup loe selama ini Ga” Karen mulai menangis.

“stop Ren..,gue gak mau debat soal ini lagi ..serius”.

“tunggu Ga..,loe dengar gue dulu Ga” perlahan Karen berusaha menggapai Rangga.

Rangga seketika mendekat padanya dan langsung memeluknya.

“Ga..,loe harus janji menikah lagi setelah aku gak ada Ga..,jangan takut akan pernikahan,itu bukan

takdir Ga..,itu kewajiban” Karen meminta ke Aga.

“Karen sayang..,pliss jangan ngomong kayak gitu” Rangga protes.

Rangga mematikan rokok Karen, dan menggendongnya ke Kamar, mencium Karen ringan lalu

memaksanya istirahat. Dia kelihatan letih ..,letih sekali.

“Ga..,makasih ya mau temenin gue selama ini” kata karen sambil memegang lengan Rangga seolah

menahannya pergi.

“Gue dengan senang hati selalu berada disamping loe Ren..,apalagi ada Alind bersama kita” jawab

Rangga.

“Ga..,loe jangan kemana-mana yah malam ini, gue takut” pinta Karen.

“iya.., gue gak bakal kemana-mana “ sambil ikut berbaring disebelah Karen lalu memeluknya.

Lalu mata Karen terpejam sambil menggenggam tanaga Rangga.

Karen tak pernah terbangun sejak malam itu.























































PAMERAN PHOTOGRAPHY DI JEPANG.

Foto-foto karya Rangga terpampang di galeri yang berada di roppongi ,minato distrik Tokyo

jepang.Diantara foto-foto tersebut ada sebuah foto memperlihatkan seorang wanita di kursi roda

menghadap mentari pagi dengan baju pengantin yang sudah sedikit kedodoran di tubuhnya. Di

pangkuan wanita tersebut ada sweater yang dijadikan selimut. Garis-garis rambutnya tegas dan

membias terkena sinar matahari sebagai backlight foto tersebut . Dan satu lagi komposisi yang

banyak mengundang pro kontra dari para kurator yaitu di tangan kanan wanita sakit tersebut

terselip sebatang rokok tinggal setengah .

Foto itu begitu kuat . Dari segi visual dan komposisinya yang hangat. Seperti puisi

keputusasaan karena rasa takut kehilangan, takut didalam kegelapan , kesendirian...., kematian.

Alind dengan bangganya berkeliling didalam galeri bersama Mona melihat kesana kemari.

Memang ini bukan pameran tunggalnya Rangga,tetapi merupakan pameran foto dari berbagai

fotografer dunia.

Alind berdiri disamping wanita berhijab yang sedang melihat karya Tatsuo Suzuki disudut ruang.

Mona tengah membantu Rangga menyambut tamu yang datang silih berganti.

Dengan polosnya Alind bertanya kepada wanita tersebut..,

“tante kayak aku kenal,tapi dimana ya?”.

Wanita tersebut menoleh ke arah Alind ,matanya berkaca-kaca,

“yuk,kita lihat karya papa kamu...,ntar tante kasih tau siapa tante”.

Lalu mereka berdua melihat foto yang diberi Rangga judul pengantinku . Foto wanita diatas kursi

roda menatap kosong menantang mentari senja.

“Tante teman baik mamamu..,dia tetap saja terlihat cantik di akhir hayatnya” Ujar wanita tersebut.

“Tante pasti Bunga..,wanita yang selalu dibicarain mama waktu mama masih ada ,soalnya mama bilang tante Bunga wanita yang sangat cantik dan berhijab” kata Alind.

“Oh ya...,semoga mamamu menceritakan yang baiknya saja” .

Dia tetap berdiri menatap foto itu dan tak menyadari Alind sudah tak disampingnya.

“Apa kamu selalu hadir dalam keramaian sebuah acara” tiba-tiba Rangga sudah disampingnya....









AKU TERAKTIR KAMU KOPI

Rangga menatap Bunga di depannya,mereka dibatasi oleh meja disebuah coffee shop .

Bunga tampak lebih dewasa, tawanya yang lepas nan ceria seolah hilang dari pribadinya.

Tapi dia kelihatan lebih cantik dan berkelas. Tetap memakai hijab dengan leather jacket panjang

selutut, disambung celana panjang warna coklat dan sepatu boot.

“aku menunda penerbanganku dan menunggu kamu semalaman di bandara”air mata Bunga

menetes sambil bercerita,

“aku memang bodoh, padahal aku sudah tau kamu gak akan datang”,

“tapi di beberapa film romantis yang aku tonton biasanya berakhir bahagia” dia berusaha tertawa

disela-sela tangis nya.

Rangga hanya diam...,gak ada excuse untuk bersuara. Hanya mendengarkan.

“terima kasih sudah pernah mampir di hati aku Ga...” kata bunga pada akhirnya.

“apa kamu bersedia membawa Alind jalan-jalan berkeliling besok”. akhirnya Aga berani bertanya.

“tentu saja aku mau..,dia sangat pintar dan cantik ya, sekolah kelas berapa Alind Ga?”.

“SD kelas dua” jawab Rangga singkat.

“Ga...,aku memang gak pernah berusaha mencari kabar kalian selama ini,tapi aku senang sekali

melihat poster yang terpampang minggu lalu didepan galeri tadi karna ada nama kamu disitu”.

“aku juga terkejut kita bisa bertemu kamu lagi ” Kata Rangga.

Lalu mereka kembali tersesat dalam diam. Hingga akhirnya Bunga kembali membuka pembicaraan.

“kamu tau kenapa aku teraktir minum kopi disini Ga” tanya Bunga.

“kenapa”.

“karna latte nya mirip dengan buatan Karen, aku masih ingat pertama kali dia menawarkannya”,

“waktu itu aku benar-benar minder akan kecantikannya” mata Bunga kembali berkaca-kaca.

“bahkan aku sendiri gak ingat rasa kopi buatannya” kata Rangga.

“aku pengen marah rasanya, kenapa Karen gak kasih tau aku kalau dia leukimia”.



Dan akhirnya suasana akrab kembali, Rangga melihat gerak bibir Bunga yang berceloteh

menceritakan kecantikan Karen .

Suara Bunga serta kericuhan lainnya di cafe itu serasa hilang dan Rangga seperti melihat semuanya

dalam gerakan lambat. Dia kembali teringat perjumpaan keduanya bersama Bunga.

Rangga melihat ke meja kosong di sudut ruangan cafe tersebut.

Tiba-tiba dia melihat Karen disana,wajahnya cantik sekali. Bayang raut wajah Karen tersenyum manis

ke Rangga, namun bayang itu hilang perlahan. Lalu semuanya kembali terdengar,riuh di cafe,celoteh

Bunga yang tidak disimaknya.

“Ga...!!” Bunga memanggil.

“Eh maaf ” kata Rangga.

“Kamu gak kenapa-kenapa kan Ga...,kamu kurang enak badan ya?” tanya Bunga.

“nggak kok..,aku baik-baik saja” jawab Rangga pasti.

“yakin...yaudah yuk aku antar ke hotel, mungkin kamu butuh istirahat” kata Bunga sambil berdiri.

Merekapun meniggalkan cafe tersebut . Seperti ada cerita baru yang membekas disana.

Bunga seperti kembali ke jati dirinya menjadi cewek periang yang selalu tertawa disetiap celotehnya.

Sementara Rangga menyimpan segudang pertanyaan baru.

Sudah menikah kah Bunga? ,atau mungkin memiliki pasangan?

Apa yang membawanya ke kota ini dan segudang pertanyaan belum terjawab lainnya.







































PERTANYAAN ALIND

“Tante...,makasih ya dah bawa Alind jalan-jalan,dibelikan boneka lagi” kata Alind sambil tersenyum

gembira.

you are most welcome honey..,gadis cantik seperti Alind memang layak dapat hadiah” kata Bunga.

Alind kembali tersenyum dan bersender ke lengan Bunga .

“Tante, Alind kangen banget sama mama” Alind berkata sambil meraih lengan Bunga untuk

merangkulnya.

Bunga menatap jendela bis yang mereka tumpangi. Matanya jauh menerawang dan menoleh ke

Bunga lalu berkata,

“kalau kamu kangen,solatnya yang rajin terus kirim doa ke mama” jawab Bunga.

“iya ...,papa juga bilang kayak gitu” kata Alind.

“tante ,Alind walau dulu masih tiga tahun,tapi masih ingat waktu tante sering datang sama papa ke

warung”.

“Ohh iyaaa...,tante kirain kamu dah lupa”.

Alind melihat Bunga dan tersenyum. Bunga mempererat pelukan terhadap Alind disampingnya.

“Tante...,Alind boleh tanya satu kali lagi” matanya polos menatap Bunga.

Bunga tertawa melihat Alind.

“jangankan satu kali...,seribu kali juga Tante jawab” kata Bunga sambil tertawa.

“Tante mau nggak jadi mamanya Alind?”.

Bunga berhenti mendadak dari tawanya..,lidahnya kelu. Dia gak nyangka pertanyaan itu dari ribuan

kemungkinan pertanyaan lain yang akan muncul.

















CHERRY BLOSSOM

Rangga turun dari mobilnya dan membawakan tas Alind . Memang Rangga selalu menyempatkan

untuk mengantar Alind sekolah di pagi hari,meskipun bis sekolah menjadi andalannya untuk

mengantar Alind pulang karna Rangga harus bekerja.

Guru Alind menyambut di depan pintu kelas ,lalu Rangga mencium kening putrinya dan kembali ke

mobil.

Setahun telah berlalu sejak perjumpaannya dengan Bunga pada pameran foto di jepang.

Entah mengapa Rangga selalu merasa segan buat menelepon Bunga ,setelah perjumpaan mereka

tahun lalu. Dia selalu menganggap kerja di kedutaan itu pasti selalu sibuk.

Memang Bunga ada sekali kirim pesan melalui sosial media sekedar menanyakan kabar, sekaligus

menanyakan kabar Alind. Itupun saat beberapa hari setelah kepulangan Rangga dari Jepang.

Dia selalu menyadari ada keosongan dalam hidupnya,dibalik kesuksesannya.

Fotografi , Alind , komunitas serta anak-anak di basecamp yang sudah mandiri.

Kembali teringat akan Istrinya..,pesan Istrinya sebelum meninggal.

Rangga menyadari dua musim berganti dan dia butuh seseorang mengisi hatinya kembali.

Rasa itu semakin kuat sejak pertemuan dengan Bunga. Hanya saja Rangga merasa kurang yakin akan

perasaannya sendiri. Ada rasa bersalah, seakan perasaan terhadap Bunga yang semakin kuat setelah

perjumpaannya terakhir mungkin hanya pelarian dari kehilangannya akan Karen. Tetapi dia

menikahi Karen dalam keadaan sedang jatuh cinta terhadap Bunga.

“Karen ..,maafkan aku, aku rasa aku jatuh cinta lagi” kata Rangga di dalam hati.

====================================

Rangga berjalan ditengah pohon-pohon sakura yang sedang bersemi. Memakai jaket kulit berwarna

coklat dengan scarf melingkar dilehernya.

Keindahan bunga sakura yang bersemi hanya dua minggu dalam setahun tidak mengusiknya.

Biasanya Rangga akan langsung mengambil kameranya dan memotret momen-momen seperti itu.

Tetapi kali ini tidak.

Akhirnya dia sampai didepan kedutaan tempat Bunga bekerja sebagai penerjemah disana.

Rangga berharap Bunga tidak lembur di hari itu.

Satu persatu orang keluar dari gedung itu, hingga sosok wanita berhijab warna peach dengan

sweater senada tampak berjalan sendirian menuju gate keluar.

“Agaaa...,kok kamu disini?!” mata Bunga berbinar melihat Aga yang tiba-tiba muncul disana.

“Iya nga...,aku ajak anak-anak asuh kita dulu liburan” jawab Rangga.

“wah...,hebat bener nih bapak asuh..kan lebih hemat jalan-jalan di Indonesia Ga..!” .

“Bukan gitu nga...,mereka mengikuti program dari pemerintah Jepang untuk eksibisi karya seni dari

bahan daur ulang di sini” jawab Rangga.

“wahh...,hebat Ga..,berarti impian kamu tercapai juga ya, aku ingat dulu kamu sering curhat ke aku

mengenai kelangsungan komunitas “.

“Iya ...,masa-masa itu “ kata Rangga pelan.

Mereka membisu sejenak sampai Rangga membuka kembali percakapan,

“Nga...,kamu ingat warung kopi tempat kita bertemu tahun lalu?” tanya Rangga.

“iya..,kenapa Ga?”.

“Anak-anak lagi disana...,kesana yuk!?” ajak Rangga.

“owh..kok pada ngumpul disana?” tanya Bunga.

“Karna hanya tempat itu dan galeri yang aku ingat dari kunjungan tahun lalu” kata Rangga sambil

tersenyum.

“Terus...,yang teraktir ngopi disitu kamu gak ingat?” tanya Bunga menggoda.

“Ha..ha..ha..ha, tentu saja aku ingat..,makanya aku mau teraktir kamu kali ini mana tau jadinya kamu

gak bisa lupa sama aku” jawab Rangga sambil tertawa.

“Aku gak lupa Ga...,aku gak pernah lupa sama kamu” jawab Bunga serius kali ini.

Rangga diam dan menggandeng tangan Bunga sambil berjalan menyusuri pohon sakura yang sedang

berbunga di tahun ini.

Wajah Alind berseri melihat kedatangan Bunga bersama Papanya dari kejauhan, dia berlari kedalam

cafe sambil memberi tau anak-anak lain untuk mulai berbaris dan mempersiapkan segala sesuatu

seperti yang direncanakan.

Yang direncanakan?

============================

Bunga berkaca-kaca melihat anak-anak yang sedang berbaris memegang huruf-huruf yang

membentuk tulisan “ would you marry our Daddy?” .

Alind memegang karangan Bunga sambil tersenyum penuh harap . Bunga tak bisa berkata apa-apa

dan melihat Rangga.

“Bunga..!” Rangga mengeluarkan kotak kecil dari saku jaketnya. Dibukanya perlahan dan diambilnya

sebuah cincin berwarna putih dengan berlian kecil diatasnya.

Bunga hanya terdiam menyaksikan itu, dia gak mampu berkata-kata.

“Bunga...,apakah kamu bersedia menjadi istriku?” Rangga bertanya dengan penuh harap.

Bunga hanya diam saat Rangga mengangkat jarinya dan memasangkan cincin tersebut.

Bunga menangis terharu sambil memluk Rangga erat,kuat sekali seperti enggan untuk melepasnya.

“Tentu Aku bersedia Ga..,Aku gak mimpi kan Ga?” Bunga masih terisak dalam tangisnya.

“Enggak..,kamu gak mimpi” Jawab Rangga.

“Aku pikir Aku gak bakalan dengar permintaan ini selamanya” kata Bunga setengah berbisik ditelinga

Rangga yang belum juga lepas dari pelukannya.

“Maafin Aku ya sayang...,nyakitin hati kamu selama ini” Rangga meminta maaf ke Bunga.

“let it go Ga...,let it go..,aku gak mau dengar lagi...,I love you!” akhirnya Bunga melepas pelukannya

dan menatap Rangga.

Pipinya yang memerah masih dibasahi air matanya. Rangga menghapusnya,mengecup mata Bunga

dan berkata ,

“I love you too”.



































ALIND BERZIARAH

“Ma..,ini Alind datang , Mama bunga yang antar Alind kesini”,

“Ma.***k ada yang bisa gantiin mama, tapi Alind ingat pesan mama suatu saat harus desak papa

menikah lagi”. Alind mengeluarkan airmatanya.

“Alind tau Mama ikut bahagia sekarang”.

Bunga hanya berdiri di belakang Alind ,kacamata hitamnya menutupi air mata yang hampir jatuh

sekarang ini. Melihat Alind bersimpuh dekat batu nisan mengungkapkan perasaan hatinya.

“Ma...,Alind tau mama menderita di akhir hayat mama, walau semua orang gak pernah mau cerita”,

“Alind minta maaf gak ada disamping mama saat mama pergi”,

“Mama harus tau, Papa menikah dengan orang yang paling ngerti sama Alind..,Alind senang ma”.

“Udah dulu ya Ma...,Alind janji akan datang lagi kesini sama Mama Bunga”.

Bunga membantu Alind berdiri lalu dia berlutut memeluk gadis kecil tersebut.

Sambil jalan meninggalkan pekuburan Bunga berkata kepada Alind,

“Alind...,Aku juga gak bisa menceritakan bagaimana mama kamu pergi meninggalkan kita”,

“karna Aku juga sama seperti kamu..,gak ada disisinya saat dia meninggal”. Bunga menghapus air

mata gadis kecil itu.

“ Tapi aku bisa cerita sama kamu, betapa cantiknya mama kamu semasa dia hidup”.





Ismayana Zein
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd