Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Review/Resensi Buku

ranfast

Pendekar Semprot
UG-FR+
Daftar
4 Dec 2014
Post
1.518
Like diterima
584
Lokasi
Celebes
Bimabet
RESENSI BUKU

Selamat siang suhu, reader, momod dan special om :admin:

:bye:



Sebelumnya newbie mohon maaf :ampun: jika thread ini kurang begitu sempurna tata letaknya.
Disini newbie hanya sekedar ingin saling berbagi tentang latar-latar sejarah maupun tentang novel, roman, maupun cerita-cerita yang merupakan Maha Karya dari penulis-penulis terkenal, baik dalam Negeri maupun luar Negeri.

Newbie tahu suhu semua banyak pengetahuannya tentang cerita-cerita hebat, maupun sejarah-sejarah yang bisa dijadikan Resensi.
oleh karena itu, sengaja newbie yang cupu ini Memohon kesediaan suhu semua agar bisa berbagi dengan semua, baik para reader maupun penulis termasuk newbie, agar lebih banyak tahu dan lebih banyak ide dan referensi yang bisa diambil sehingga tulisan-tulisan yang dibuat semakin berbobot.

Sekali lagi newbie berharap, suhu semua mau sharing disini. jasa suhu semua sangat berarti bagi perkembangan para penulis, terutama newbie.

Terima kasih sebelumnya.

Salam Semprot

Rangga75
 
Newbie mencoba mengawali dengan sebuah kisah cinta berbalut sejarah, tentang

DESIRE
Annemarie Selinko​


Biografi seorang perempuan bernama Désirée yang penuh dengan kisah percintaan, intrik kekuasaan, dan politik yang ditulis dengan sangat menawan.

Désirée karya Annemarie Selinko merupakan novel biografi dari Désirée Clary, seorang wanita yang menjadi cinta pertama Kaisar Perancis yang paling terkenal, Napoleon Bonaparte. Désirée Clary merupakan putri seorang saudagar kain di Marseille, Perancis. Kehidupannya memang jauh dari kemiskinan, namun keluarganya juga bukan dari golongan kaum borjuis yang memegang kendali ketika masa pemerintahan Raja Louis XVII.

Désirée dan Napoleon tak butuh waktu lama untuk saling jatuh cinta. Walaupun Désirée masih berumur sangat muda, dan Napoleon juga baru menjabat sebagai tentara rendahan untuk angkatan bersenjata Perancis, kedua sejoli ini sepakat bertunangan dan menikah seusai Napoleon kembali dari Paris untuk menjalankan tugasnya sebagai abdi negara. Sayangnya, impian Désirée menjadi istri Napoleon harus ia lupakan, setelah kekasihnya itu malah memilih Josephine de Beauharnais sebagai istrinya, yang kemudian menjadi Ratu Perancis menemani Napoleon.

Désirée yang patah hati kemudian pergi dari Perancis untuk menghilangkan bayangan Napoleon, hingga akhirnya ia menikah dengan Jendral Jean Baptiste Jules Bernadotte. Keduanya menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia, dan akhirnya Désirée juga menjadi Ratu Swedia ketika suaminya, Jean Baptiste diangkat sebagai putera mahkota oleh kerajaan Swedia, lalu naik menjadi Raja Swedia.

Désirée bukanlah sekedar kisah cinta seorang wanita, namun juga buku biografi yang keotentikan sejarahnya bisa dibuktikan. Annemarie Selinko menuturkan kisah patah hati Désirée dan hubungan on-off-nya dengan Napoleon, dengan sangat intriguing. Hubungan Désirée dengan sang Kaisar, walaupun mereka tak bisa bersatu pada akhirnya, dengan sangat meyakinkan digambarkan oleh Selinko bahwa Napoleon masih menyayangi Désirée, cinta pertamanya. Begitupun Désirée, bahkan ketika di saat-saat terakhir Napoleon turun tahta, Désirée masih begitu memperhatikan nasib mantan tunangannya.

Meskipun begitu, fokus buku ini tidak melulu soal cinta. Kehidupan Désirée yang penuh dengan intrik menjadi daya tarik lain dari novel ini. Dirinya yang benci dengan otoritas dan politik, harus terjebak di antara kedua negara yang tengah berperang: Swedia yang dipimpin oleh sang suami dan Perancis yang dipimpin oleh mantan tunangannya. Pergolakan hati Désirée diekspresikan dengan sangat baik oleh Selinko, sehingga Anda bisa ikut terhanyut dalam ceritanya. Désirée, sebuah cerita cinta terbalut sejarah Eropa yang memesona.
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wah, ini sist @femme ini bakalan banyak ngisi trit ini kayaknya :D
 
Ada sih dulu baca buku Yakuza Moon. Bercerita tentang kehidupan kelam dari si penulis buku itu sendiri Shoko Tendo. Dimana ia harus menerima kenyataan kalau dia adalah putri dari seorang mafia jepang atau Yakuza, diperkosa saat usia 12 tahu yang bener2 merubah hidupnya 360`, menjadi pecandu narkoba. Lumayan pilu sih ceritanya bener2 ngungkap kehidupan underground di jepang era 80an.

Oh iya disini udah ada yg pernah baca Fifty Shade of Grey gak? Pengen baca bukunya dulu euy sebelum nonton filmnya
 
Oh iya disini udah ada yg pernah baca Fifty Shade of Grey gak? Pengen baca bukunya dulu euy sebelum nonton filmnya

Aku, bang!

Punya nih novelnya.. Tapi PDF.. Tapi bahasa inggris..

Honestly, filmnya nggak se-Hot yg ku bayangkan.. Ntah karena sudah baca bukunya duluan sebelum nonton jadi jatuhnya rada kecewa waktu liat film.. Wajar sih, soalnya kl sex scene nya dijabarin detail malah jadi film bokep.. Ehhehe
 
aku ada trilogi bhs Inggrisnya vers pdf.
 
Saia juga kolektor pdf gan...

Tapi sebagian besar berhubungan urusan nyangkul.....

Bidang" Keuangan, Investasi dan sejenis.

Klo pdf lainnya adanya
Hehehe...
Penthouse, Playboy dan sejenisnya
:p :p :p

:kopi: :kopi: :kopi:
 
Jika bisa dishare disini, akan lebih bagus gan... :D

tapi seperti judul thread, review buku, ini soal Buku, baik itu sejarah (tentang Caligula, Napoleon, dll) Novel, hingga Roman dan juga Cerpen, dll.
 
Agan2 ganteng n sista2 yg cantik pemegang saham sf cerita.ada yg punya cerpen karya P.T Simbolon gk? yg judulnya "seekor ikan gabus".low ada tlong d trbitin ya,nubie lg kangen berat nih sama c kecil d kampung..

pleasee..:kk: :kk:
 
Agan2 ganteng n sista2 yg cantik pemegang saham sf cerita.ada yg punya cerpen karya P.T Simbolon gk? yg judulnya "seekor ikan gabus".low ada tlong d trbitin ya,nubie lg kangen berat nih sama c kecil d kampung..

pleasee..:kk: :kk:

Ane bantu hanya reviewnya ya gan... :D
:beer:
 
Analisis Latar, Penokohan, dan Alur pada cerpen "SEEKOR IKAN GABUS"​


Latar (setting) sangat *berguna dalam memperhidup imajinasi dan meyakinkan pembaca, maka banyak pengarang yang melakukan observasi terlebih dahulu sebelum menulis cerita (Pradopo, 1980:58).

Latar memberikan pijakan cerita secara kongkrit dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca, latar menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi.

Aminuddin dalam bukunya sekitar masalah sastra membagi latar menjadi dua bagian, Latar Fisik (Physical setting) dan Latar Psikologi (Phsichology seting).

Latar Fisik (Physical setting) merupakan latar yang memberikan informasi bersifat materialistis (kebendaan), sedangkan pada Latar Psikologi (Pshichologysetting) memberi informasi yang bersifat menyentuh emosi pembaca (dapat memberikan kesan-kesan tertentu, biasanya bersifat tersurat).

Pada cerpen yang berjudul “SEEKOR IKAN GABUS” karya T. Simbolon merupakan cerpen yang memikat.
Kisahnya terambil dari sebuah kehidupan pedusunan yang digambarkan secara cermat dan lugas oleh pengarang, Pelukisan latar dan sebuah alam takhayulnya dapat menghidupkan imaginasi pembaca, dan membawa mereka kesebuah dunia yang penuh misteri. Seperti pada kutipan berikut ini:

“Rawa kembali sepi, yang terdengar hayalah bunyi air yang diinjak dan tungup-tungup yang dijatuhkan sana-sini...(hal 170)... Ke utara bersama yang lain akan memperkecil kemungkinan mendapat banyak ikan. Sedang ke selatan sendirian, bergidik bulu tengkuknya. Ada ular dengan giginya yang runcing, lalu... perempuan tua dengan rambutnya yang terburai, duduk di atas dahan dengan napasnya yang melengking...”(hal.172)


Kutipan di atas menggambarkan suasana Rawa sebelah selatan telah yang secara mistis terkenal dengan keangkerannya –menurut takhayul dan cerita orang—bahwa disana ada ular dengan giginya yang runcing, lalu... perempuan tuan dengan rambutnya yang terburai, duduk di atas dahan dengan napasnya yang melengking.

Latar Fisik (Physical setting) yang ada pada cepen “SEEKOR IKAN GABUS” nampak pada beberapa kutipan berikut ini:

Kutipan 1

“Sebidang tanah rawa dengan airnya yang diam membentang sepanjang pantai. Ombak yang menderu dari jauh menjadi bisu setibanya di batang-batang pohon air dan tumbuhan paya yang melintang melindungi kebisuan rawa itu...”(hal.169)

Latar Fisik pada kutipan 1 adalah sebidang tanah, rawa, air yang diam,sepanjang pantai, ombak, batang-batang pohon, dan tumbuhan paya.

Kutipan 2

*“Belukar air yang mulai muncul di sebelah utara, membentuk pagar perbatasan dengan pantai sampai ke ujung selatan, berakhir dengan gerumbul-gerumbul pohon yang hidup sesak, penuh dengan burung-burung. Pada malam begini tempat itu menghitam seperti mulut gua...”(hal.169)

Latar Fisik pada kutipan 2 adalah *belukar air, sebelah utara, pagar perbatasan, pantai, ujung selatan, gerumbul-gerubul pohon,burung-burung, seperti mulut gua.

Kutipan 3

“... Kampung mereka hanyalah kampung kecil di dalam pulau yang kecil dan terpencil pula. Mereka terpisah dari jangkauan pergaulan luar. Tak ada rumah sakit dan juga obat-obatan, sedang gedung sekolah unuk anak-anak pun hanya sebuah...”(hal.171)
Latar Fisik pada kutipan 3 adalah *kampung kecil, di dalam pulau yang kecil dan terpencil, pergaulan luar, rumah sakit, obat-obatan, dan gedung sekolah.

Selain Latar Fisik (Physical setting), dalam cerpen “SEKOR IKAN GABUS” juga terdapat Latar Psikologi (Phsicology setting) yang nampak pada beberapa kutipan berikut:

Kutipan 1

“... Ayah sakit. Huuh, besok saja ya nak? Godanya. Si kecil memiringkan kepala dan mencubit pipinya. ‘Ng-ng-ng.’ Sungutnya terputus-putus. Dengan perasaan berat ia bangkit. Dicubitnya pipi yang lucu itu. ‘nakal ya1’ ndak tau ayahnya sakit. Kalau ayah mati kau tak punya ayah lagi1”...(hal.170)

Pada kutipan 1, latar psikologinya terletak pada keadaan sang ayah yang sedang sakit. Namun karena sang ayah memiliki cinta kasih yang tinggi pada anak-anaknya, ia mampu menghiraukan sakitnya dan mengabulkan permintaan anaknya untuk mencari ikan di rawa.

Kutipan 2

“...bagaimana kalau seekor ular melilitnya, atau seekor hantu melarikannya, maka sia-sialah mereka menanti kedatangannya. Betapa rapuhnya sebenarnya hidup ini... khayalnya tersangkut pada suatu gerak di depan matanya. Beberapa kali muncul kelebat yang mengkilap. Kelihatan air berpusing dan batang-batang gelagah melentuk masuk ke dalam air ...”(hal.175)

Pada kutipan 2, latar psikologisnya adalah seorang tokoh utama yang sedang menghayal di tepi rawa tentang kehidupan yang rapuh menurutnya.

Kutipan 3

“Untuk sementara ia tak dapat menentukan sikap. Ke utara bersama yang lain akan memperkecil kemungkinan mendapat banyak ikan. Sedang ke selatan sendirian, bergidik bulu tengkuknya. Ada ular dengan giginya yang runcing, lalu... perempuan tuan dengan rambutnya yang terburai, duduk di atas dahan dengan napasnya yang melengking...”(hal.172)

Kutipan 3 di atas menjelaskan mengenai tindakan tokoh utama yang bimbang harus mencari ikan dimana. Ia berpikir kalau ke utara bersama temannya yang lain, tidak akan mendapatkan banyak ikan. Sedangkan ke selatan sendirian ia merasa takut.

Kutipan 4

“beberapa jam lagi menjelang pagi, seorang wanita dengan rambutnya berkibar-kibar, seorang anak berlari di belakangnya mengikuti orang-orang yang telah mendahului mereka. Mereka menyusur dari utara sampai ke selatan rawa. Di sana mereka dapati tubuh Tanggul yang berotot, tergeletak di atas pematang. Seluruh tubuhnya penuh luka bekas gigi, sedangkan tanah di bawah tubuhnya merah diresapi darah. Anaknya yang sulung mendekati tubuh ayahnya itu. Ia pun tahulah, seperti orang lain juga mengetahuinya... sebelum sampai di rumah sakit kota, napasnya telah tiada...”(hal.176)

Pada kutipan di atas latar psiklogis adalah tokoh utama (Tunggul) mengalami kejadian yang sangat tragis, tragedi yang amat mengenaskan dialami oleh keluarga Tunggul, istri dan anak-anaknya harus mengais sambil menciap sendiri, setelah kematiannya.



Akan dilanjut nanti ya gan... :D
Maklum postnya via HP :)
 
Makash bnyak ganrang sgni aja dah ckup koq,ane cuma nyari dialog pas sang ayah(tunggul) mencubit anak bungsunya yg brusia 2tahun..

apa kbarmu bidadari kecilku,smoga dirimu baik2 saja d sana..
peluk cium kangen,beruang madumu..:suhu:

maaf blum bisa ngasih :cendol: ganrang..blum d puter nih.:ampun:
 
numpang coret coret ya bang rangga jangan di timpuk :bata:



Judul Buku: The Soccer War
Penulis: Ryszard Kapuscinski
Penerbit: Vintage International
Tahun: 1992
Tebal: 234

"Satu-satunya kesempatan bagi negara-negara kecil Dunia Ketiga untuk menarik perhatian dunia internasional adalah ketika mereka memutuskan untuk saling menumpahkan darah."

Meski berjudul The Soccer War, buku ini bukan buku bertema khusus sepakbola. The Soccer War adalah salah satu bab dalam keseluruhan buku yang berisi kumpulan petualangan, pengalaman dan reportase penulisnya dalam mengikuti dan mengalami langsung 27 peristiwa revolusi selama tahun 1960-an dan awal 1970 di negara-negara Afrika, Amerika Tengah, Timur Tengah dan lainnya.

Dalam buku yang setiap babnya menceritakan peristiwa revolusi di berbagai negara yang berbeda, bab berjudul The Soccer War [yang lantas menjadi judul buku ini] mengisahkan perang antara Honduras dan El Salvador yang dipicu oleh pertandingan sepakbola kualifikasi Piala Dunia 1970. Peristiwa yang sangat menarik dan amat mungkin ditulisnya sebagai sebuah buku tersendiri.

Ada banyak tulisan yang mengulas tentang perang sepakbola Honduras-El Salvador ini. Namun, kisah yang disampaikan Kapuscinski memiliki perbedaan dibanding lainnya. Kapuscinski menjadi salah satu jurnalis, jika bukan satu-satunya, yang berada di Honduras saat serangan pertama angkatan udara El Salvador menghujani Honduras dengan bom.

Kapuscinski sendiri merupakan sosok yang unik. Dia dianggap memiliki genre tersendiri yang disebut magic journalism. Istilah yang diciptakan untuknya oleh Adam Hochschild pada tahun 1994. Sedangkan Kapuscinski sendiri menyebutnya literary reportage atau reportase sastra atau yang lebih populer dengan sebutan literary journalism atau jurnalisme sastrawi.

Reportase-reportase disampaikan dengan cara yang unik, menggunakan alegori dan metafora untuk menyampaikan apa yang terjadi. Tapi genre penulisan ala Kapuscinski ini disebut literary [sastrawi] bukan karena dia menggunakan kalimat atau kata-kata yang indah dan berbunga-bunga layaknya puisi. Sebuah tulisan disebut literary journalism karena dia mengadopsi elemen-elemen cerita yang lazim kita temukan dalam karya fiksi: detil, adanya konflik, ada penokohan dan karakterisasi, ada gambaran suasana yang hidup dan rinci, penggunaan teknik plot, dll.

Hanya orang dengan etos jurnalisme yang kuat yang bisa mengerjakan genre ini. Sebab, kendati mengadopsi elemen-elemen dalam sastra di atas, toh semua materi tulisannya harus berdasarkan fakta, kenyataan dan tak boleh dikarang-karang. Jadi si penulis harus melakukan reportase secara meyakinkan, detail, menyeluruh sampai pada remeh-temeh yang mungkin dianggap tak penting: seperti gerak jari si tokoh, posisi lampu di kamar, atau cara meletakkan tissue di meja.

Itulah sebabnya Kapuscinski pernah menyebut kalau jurnalisme baginya bukanlah suatu karier atau semata pekerjaan, tapi juga sebuah misi, suatu tugas, yang mesti ditunaikan dengan sebaik-baiknya. Jangan heran jika tempat-tempatnya bertugas adalah tempat yang penuh risiko, tempat yang penuh dengan konflik dan peperangan, atau berbahaya karena kemiskinannya yang akut dan mengerikan.

Dengan pengantar singkat tentang Kapuscinski macam itulah kita bisa memahami bagaimana Kapuscinski mampu menghadirkan cerita yang sangat hidup tentang pertempuran Honduras dan El Salvador yang dipicu oleh pertandingan sepakbola.
The Soccer War atau Guerra Futbolistica adalah salah satu kisah besar bertema sepakbola yang melegenda seperti halnya Brasil yang gagal juara di hadapan 200 ribu pendukungnya di Maracana, atau setara dengan kisah-kisah tragis sepakbola lainnya.

Perang ini tentu saja dipicu oleh pertandingan sepakbola kedua negara yang sedang memperebutkan tiket ke Piala Dunia 1970 di Meksiko. Tapi akar masalahnya jauh lebih dalam dari itu. Konflik kedua negara sudah sangat tinggi, terutama terkait isu pengambilalihan paksa tanah milik imigran El Salvador yang tinggal di Honduras. Pemerintah Honduras saat itu sangat ingin mengambilpaksa dan memberikannya pada warga "asli" Honduras.

Kapuscinski memulai kisah dengan menyebut prediksi dari Luis Suarez yang mengatakan akan terjadi perang antara El Salvador dan Honduras setelah membaca berita yang melaporkan dua pertandingan kualifikasi itu. Luis Suarez merupakan jurnalis teman Kapuscinski yang tinggal bersama di Meksiko. Luis memberi pelajaran pada Kapuscinski tentang Amerika Latin dan bagaimana memahaminya. Luis digambarkan sebagai seseorang yang memiliki prediksi akurat, memprediksi kejatuhan Goulart di Brasil, diktator Bosch di Republik Dominika dan rezim Jimenez di Venezuela. Termasuk tentang kembalinya Peron sebagai Presiden Argentina, dan masa sudden death diktator Haiti, Francois Duvalier, di saat yang lain mengira Papa Doc –-julukan untuk Duvalier-- waktu itu masih memiliki banyak waktu. Intinya, Luis sangat paham politik di Amerika Latin.

Pun dengan dua pertandingan sepakbola itu, Luis menyatakan keyakinannya akan perang yang segera menjelang pada saat dunia tidak menaruh perhatiannya pada apa yang sedang terjadi. Pada pertandingan pertama di ibukota Honduras, Tegucigalpa, tuan rumah menang di menit terakhir. Pada saat yang bersamaan, gadis 18 tahun, Amelia Bolanos, yang melihat melalui televisi ketika striker Honduras Roberto Cardona mencetak gol penentu, mengambil pistol ayahnya dan bunuh diri dengan menembak tepat di jantungnya. Esoknya harian El Salvador, El Nacional menulis "Gadis muda tidak tahan melihat tanah airnya bertekuk lutut".

Pada masa perang 100 jam itu, Kapuscinski yang pada keseluruhan perang berada di Honduras melaporkan pandangan matanya tentang graffiti-grafiti yang terdapat di Tegucigalpa. Salah satunya adalah "WE SHALL AVENGE THREE-NIL" berdasar pada kekalahan Honduras saat leg kedua di Stadion Flor Blanca, San Salvador. Pertandingan yang berakhir dengan kekacauan dan kerusuhan, dua pendukung Honduras tewas, 150 mobil dibakar. Beberapa jam kemudian, perbatasan kedua negara pun ditutup.

Buku tersebut banyak menyebut tentang kebiasaan-kebiasaan yang umum terjadi pada sepakbola di Amerika Latin. Melalui Luis, disebut bahwa di Amerika Latin, batas antara sepakbola dan politik adalah samar. Maka bukan yang hal aneh jika Honduras dan El Salvador yang memang sudah memiliki ketegangan akibat persoalan non-sepakbola, menemukan lahan suburnya di sepakbola.

Pemakaman Amelia Bolanios, gadis yang bunuh diri itu setelah menyaksikan kekalahan negaranya di televisi, dihadiri presiden dan para menterinya, prosesi pemakamannya pun melibatkan para tentara. Ini adalah seremonial yang menautkan antara sepakbola, politik, sentimen nasional dan kebencian.

Praktek lain yang dianggap biasa di Amerika Latin adalah teror pada tim lawan jelang pertandingan. Baik tim El Salvador dan Honduras mendapat teror saat mereka bertandang sejak mereka hadir di hotel tempat mereka menginap. Kerumunan pendukung tuan rumah melempari kaca kamar hotel mereka dengan batu juga telur busuk. Teriakan, siulan dan ledakan petasan sepanjang malam. Idenya adalah tim yang kurang tidur, gelisah dan kelelahan pasti akan kalah.

Hal lain yang disebut tentang Amerika Latin adalah fungsi ganda stadion. Pada masa damai, stadion sepakbola adalah venue olahraga, sedangkan pada masa perang akan menjadi kamp konsentrasi atau bahkan kamp pengungsian.

Buku ini secara keseluruhan memang minim karena memang bukan buku yang bertema khusus sepakbola, namun banyak menyumbang informasi terkait perang sepakbola El Salvador-Honduras dan kebiasaan-kebiasaan sepakbola yang membantu pemahaman kita tentang sepakbola di Amerika Latin, karena beberapa kebiasaan masih berlanjut hingga saat ini.
Buku berbahasa Inggris yang diterjemahkan oleh William Brand dari bahasa Polandia terbit pada tahun 1992, sedangkan versi Polandia yang berjudul 'Wojna Futbolowa' terbit 1978. Beberapa tahun kemudian, tepatnya 2004 terbit buku 'How Soccer Explains the World: The Unlikely Theory of Globalization’' oleh seorang jurnalis New Republic, Franklin Foer. Sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa buku yang diterbitkan oleh HarperCollins itu membawa warna reportase ala Kapuscinski.

Jika apa yang dimulai oleh Kapuscinski dan yang dilanjutkan oleh Foer juga diikuti oleh para penulis sepakbola dewasa ini, maka gemuruh sepakbola bisa lebih tertangkap. Bukan sekadar tulisan hasil studi pustaka yang berjarak dan kaku.

Sementara bagi Kapuscinski, buku berjudul Soccer War ini, terutama bab tentang perang Honduras vs El Salvador, adalah pemenuhan terhadap masa lalunya yang memang penuh konflik. Dan konflik di masa lalunya itu pun tidak bisa tidak memang terkait dengan sepakbola.

Masa kecilnya di Pinks, dulu wilayah Polandia sekarang jadi wilayah Belarus, diwarnai adegan yang tak mungkin dilupakan. Dikisahkannya dalam tulisan menyentuh berjudul When There Is Talk of 1945, dia menulis begini: sepulang sekolah, dia bermain dengan teman-teman masa kecilnya. Saat bola terlempar ke arah semak-semak, salah seorang rekannya masuk ke semak-semak itu untuk memungut bola. Lalu tiba-tiba semak-semak itu meledak oleh bom. Teman masa kecilnya tewas saat sedang bermain bola.

Soccer War mengabadikan pengalaman dan ingatan Kapuscinski tentang sepakbola sebagai bagian dari kekerasan, perang dan politik.

mumpung masih baru selesai di baca jadi berani numpang coret coret maaf kalau kurang berkenan :ampun: :ampun: :ampun:
 
Nyoba ngasih Resensi Buku yang barusan dibaca

Judul Buku: Sherlock, Lupin dan Aku: Misteri Mawar Merah
Judul Asli: Sherlock, Lupin and Io: Il Mistero Della Rosa Scarlatta
Penulis: Alessandro Gatti
Original Idea: Pierdomenico Baccalario
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)
Tahun: 2013
Tebal: 249 halaman

Ini adalah seri kedua dari buku Sherlock, Lupin & Aku buatan Alessandro Gatti. Kali ini petualangannya jangan ada bayangan bahwa kita akan bertemu sosok Sherlock Holmes dengan rambut lurus dan pipa di mulutnya dengan Dr. Watson sebagai asistennya. Jauh dari itu semua. Buku ini mengambil waktu di mana Sherlock Holmes masih belum menjadi detektif ternama dan masih berkeliaran bermain-main di antara sudut-sudut kota London. Arsene Lupin, siapa yang tak kenal dengan pencuri ulung ini? Dia yang membuat seluruh kesatuan polisi Perancis kalang kabut untuk menangkapnya. Tapi Lupin di sini juga masih kecil dan belum menjadi pencuri ternama. Siapa yang tak kenal Irene Adler? Ya, di dalam buku ini mengambil sudut padang Irene Adler, seorang yang mampu membuat Sherlock Holmes kagum kepadanya. Tiga bocah cilik ini secara ajaib bertemu.

Sebenarnya idenya hampir mirip dengan buku Lima Sekawan karangan Enyd Blyton. Beberapa anak remaja yang penasaran terhadap hal-hal tertentu dan terlibat petualangan yang mencengangkan. Namun yang menjadi menarik buku ini adalah para tokohnya, bagaimana Sherlock Holmes kecil, Arsene Lupin kecil, dan Irene Adler kecil berpetualang dan mengatasi semua kesulitan yang mereka hadapi.

Petualangan mereka kali ini dimulai ketika Sherlock Holmes muda tertarik kepada sebuah iklan yang ditulis di salah satu kolom koran pada surat kabar oleh Sang Biarawan Hitam tentang tiga langkah catur. Hal itu membuat Sherlock yang sudah punya bakat sejak muda untuk menyelidiki sesuatu hal yang misterius tertantang. Dia bersama Lupin dan Irene Adler pun mampu memecahkan iklan catur tersebut namun keberadaan mereka di Scottland Yard hanya dijadikan bahan lelucon oleh para polisi di sana. Hal itulah dalam hidup Sherlock sangat membenci kesatuan polisi Scottland Yard untuk pertama kali.

Namun Sherlock akhirnya mendapatkan bantuan dari sang detektif Field yang sangat kagum terhadap kejelian dan kemampuan ketiga anak-anak ini. Akhirnya petualangan pun semakin berbahaya karena makin lama banyak korban yang berjatuhan bahkan Irene Adler sendiri hampir saja mati. Bahkan ternyata pembunuhan ini ada campur tangan kepolisian Scottland Yard.

Petualangan mereka bertiga ini dikemas apik khas anak remaja. Bacaan yang sangat cocok untuk rating 13+. Dengan apik sang penulis mengambil sisi Irene Adler seorang anak yang berasal dari keluarga terhormat yang selalu diawasi oleh pelayannya yang bernama Orazio. Sebagaimana anak perempuan pada umumnya, secara apik sang penulis menggambarkan perasaan anak remaja yang manja, periang, penasaran bahkan berdebar-debar ketika Lupin menciumnya ataupun malah Shelock yang memeluknya.

Buku ini akan sangat berbeda dengan tulisan Sir Arthur Conan Doyle. Anda tak akan mendapati deduksi ala Sherlock di sini. Tapi deduksi yang disampaikan oleh Sherlock justru dirembug bersama kedua rekannya, terjadi tanya jawab dan akhirnya mendapatkan kesimpulan. Tidak seperti Sherlock yang arogan dengan sifat Sosiopathnya, justru disini Sherlock digambarkan sangat peduli dengan dua rekannya ini. Bahkan mungkin dari sinilah awal benih-benih kesukaannya kepada Irene Adler tumbuh. Semuanya serasa pas tak perlu dilebihkan atau kurang.

Kekuarangan yang lain dalam buku ini bagi penggemar Sherlock mungkin akan kecewa dengan penggambaran Sherlock yang cenderung lemah. Mungkin ini bisa dimaklumi karena Sherlock di sini masih muda. Kelebihannya adalah anda akan mendapati petualangan Sherlock Holmes dalam warna berbeda. Jarang-jarang kita dapati cerita Sherlock Holmes dari sisi pandang seorang Irene Adler. Dan ada spoiler di cerita ini adalah kemunculan James Moriarty untuk pertama kali.

Poin untuk buku ini menurut saya pribadi adalah 8/10. Sangat layak dibaca dan dikoleksi. Berikut juga buku-buku yang lainnya juga.
 
Bimabet
Resensinya :mantap: bang.

Sangat lumayan buat nambah inspirasi bikin cerita.

:cendol: +5 dari saya...

:beer:
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd