Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Rasti - bimo part 2

cendolsangeks

Adik Semprot
Daftar
21 Dec 2019
Post
105
Like diterima
4.144
Bimabet
Oke karena kena warning dan nggak bisa lanjut di thread yang ono. Dan karena gatel juga pengen up. Jadi ane up di sini untuk sementara. Yang penasaran tunggu aja sampe warning selesai.
tapi balik lagi, underage nggak bisa ane post di ini...
==

"Heh! Anak lonte!" Teriak salah seorang dari tiga anak kelas 6 SD pada Bimo membuat Bimo yang baru saja selesai belajar dan ingin ke kantin setelah bel jam istirahat berbunyi menunduk ciut.

Dia kenal suara itu, Ebi dan kawan-kawan, kakak kelas yang selalu menganggu dirinya di sekolah. Bimo kesal, untuk kesekian kalinya, tapi jika melawan dia pun tidak bisa. Karena tiga lawan satu tentu tidak sebanding untuk badan kecilnya itu.

"Eh! Punya telinga di pake dong, gue manggil loh ini!" Teriak ebi lagi sembari berjalan mendekat.

Bimo mengangkat wajahnya. Mencoba untuk berani walau dia sebenarnya takut.

"Kenapa, bi?"

"Bagi duit? Mau jajan gue!"

"Eh... Aku nggak bawa uang lebih, tadi mama nggak ngasih lebih."

"Halah! Anak lonte nggak mungkin nggak bawa uang lebih, Lo pasti banyak duit. Buruan bagi!" Bentak Ebi lagi.

"Beneran bi, aku nggak bawa uang lebih, lagian mamah tadi bilang nggak boleh kasih uang ke kamu lagi."

"Mau kasih uang atau gue kerjain Lo!"

"Eh... kata mamah nggak boleh nakal bi! Kalo nggak nakal dan mau temenan sama aku, kata mama nanti kamu di kasih hadiah."

Mendengar itu ebi menatap kedua temannya, dia tidak yakin dengan yang dikatakan anak mamah ini. Apalagi Bimo. Tapi untuk berbohong sepertinya juga tidak mungkin, Bimo terlalu penakut untuk berbohong padanya.

*Gimana Sam?* Bisik Ebi pada Esam, temannya dengan tubuh paling besar diantara mereka

Esam menggeleng pelan.

*Lu vit?* Tanya Ebi pada Vito. Temannya yang lain.

"Kalo beneran di kasih hadiah sih nggak masalah gue!" Balas vito.

Mendengar saran dari temannya ebi mengangguk kecil lalu menatap tajam ke arah Bimo.

"Lo yakin mamah lonte Lo itu bakal kasih hadiah ke kita kalo kita nggak ganggu Lo lagi?"

Bimo mengangguk. "Iya, katanya kalo kalian nggak ganggu Bimo dan nggak ngata-ngatain Bimo anak lonte, mama bakal kasih hadiah ke kalian."

"Hadiah apaan?" Tanya Ebi penasaran.

"Em...." Bimo sedikit ragu untuk mengatakannya secara langsung. Lalu Bimo melambaikan tangan meminta Ebi mendekat. Ebi pun menurutinya dan mendekat ke arah Bimo.

"Kata mamah, kalian ganggu aku karena kalian iri. Jadi mama bakal kasih apa yang mama kasih ke aku ke kalian juga."

"Maksudnya?" Tanya Ebi heran. Padahal dia tidak iri, dia hanya senang saja menganggu ebi saat di sekolah.

"Kata mama kalian iri karena Bimo masih dapet nenen dari mamah, sedangkan kalian nggak. Jadi kalo kalian iri. Terus Mamah bakal kasih nenen ke kalian juga, tapi nggak boleh ganggu aku lagi." Ucap Bimo sembari berbisik.

Tentu saja mendengar hal itu membuat mata ebi melotot. Memperhatikan Bimo tanpa berkedip.

"Lo serius kan?"

Bimo mengangguk lagi, dia menyampaikan apa yang mamah Rasti katakan.

"Halah, bercanda kan lu? Nggak mungkin mamah Lo ngelakuin itu biar anaknya nggak kita ganggu! Bohong bet lu ini!"

"Serius ebi. Aku beneran. Itu yang mamah bilang semalam."

Ebi terdiam sebentar, jika dipikir-pikir lagi, ada benarnya juga. Apalagi kata bundanya, mamah Bimo itu lonte. Lonte itu wanita yang suka jual diri. Dan mungkin benar apa yang dikatakan Bimo. Bisa saja ini sebagai sogokan agar mereka tak menganggu Bimo lagi.

Jika memang iya....

"Heh! Malah bengong!" Vito menampol pundak Ebi. "Tuh cupu bisik-bisik apa emang?" Tanya Vito.

Ebi segera tersadar. "Nanti gue kasih tau." Lalu menoleh ke arah Bimo. "Gue masih nggak percaya, sekarang apa buktinya kalo Lo nggak bohong?" Tanya Ebi.

"Emm... Nanti siang, pulang sekolah kalian mampir ke rumah aku." Ucap Bimo takut-takut.

"Deal! Awas aja kalo Lo bohong, gue bakal buat lu menderita semala setahun ini!" Lalu setelahnya ebi mengajak teman-temannya keluar.

Di luar kelas. Vito yang penasaran menuntut jawaban dari ebi. "Kalian bisik-bisik apa tadi? Terus kenapa Lo nggak jadi minta duit ke dia?" Tanya Vito.

"Udah tenang aja, kita bakal dapat durian runtuh. Jadi tunggu sampai siang nanti." Balas ebi.

"Durian runtuh?" Tanya Vito.

Ebi mengangguk. "Iya, tadi sih cupu itu bisikin gue. Katanya kita bakal di kasih liat nenen mamahnya dia kalo kita nggak ganggu dia."

"Kasih liat doang?" Tanya Vito. "Kalo itu geh tiap hari gue bisa liat punya kakak gue." Vito memang memiliki kakak yang tengah menyusui, jadi untuk melihat payudara sudah menjadi makanan kesehariannya.

"Ets... nggak dong. Kalo kata Bimo sih Ini bakal lebih." Ujar ebi dengan wajah mesumnya.

Jangan heran pergaulan anak jaman sekarang memang sudah tidak bisa tertolong lagi. Apalagi di lingkungan mereka yang mayoritas pemudanya sudah tidak semua.

"Wih... Kalo beneran bakal asik nih..." Jawab Vito.

"Makanya itu. Kita lihat nanti aja. Apalagi kata bunda, mamanya Bimo tuh lonte. Jadi kebayang kan?"

"Haha! Jadi nggak sabar gue!"

Otak ngeres mereka bertiga langsung mengambil kesimpulan jika siang ini mereka akan mendapat sesuatu yang menyenangkan.

===

Siangnya saat Bimo baru saja keluar dari gerbang sekolah, ketiga ana nakal tadi sudah menunggu dirinya di sisi gerbang, wajahnya menyeringai licik. Bahkan seringai itu tak menunjukkan jika mereka masihlah anak SD.

"Eh Bimo Dateng...." Sapa ebi dengan nada ramah dan senyum lebar. Jelas nampak perbedaan dari yang biasanya. Tentu saja karena Bimo sudah menjanjikan sesuatu yang terdengar aneh dan tak masuk akal. Namun karena Bimo terlihat begitu yakin, maka tidak ada salahnya sebelum membuktikan hal itu dia bersikap ramah dan baik.

"Udah balik? Gimana tadi belajarnya? Rajin dong?" Sahut Vito sembari menarik turunkan kedua alisnya itu.

"Pasti bisa lah, Bimo kan anak rajin. Susunya aja full loh, kita beneran iri sekarang." Lanjut Ehsan.

"Eh ... Kalian, udah lama?" Tanya Bimo.

"Ah enggak kok. Kami juga baru selesai kelas." Jawab ebi bohong. "Jadi gimana? Jadi kita?"

Bimo mengangguk sembari mengeluarkan ponselnya. "Jadi... Tadi aku udah chat mamah, katanya langsung kerumah aja."

"Wisss, asik nih. Ya udah lah yuk, nggak usah kelamaan!" Ajak ebi dengan penuh semangat. Kapan lagi coba dia mendapatkan tawaran seperti ini, bahkan keberuntungan seumur hidupnya tidak selalu datang setiap saat.

"Eh tunggu..." Cegah Bimo.

"Apa lagi?" Tanya Vito.

"Iya, gue udah nggak sabar ini, penasaran juga sama mamah kamu!" Lanjut Ehsan.

"Iya ... Tapi sabar dulu, kak Jaka katanya mau jemput. Kita suruh nunggu sebentar." Ucap Bimo sembari menunjuk ponselnya.

"Kak Jaka?" Tanya Ebi penasaran. Siapa kak Jaka yang dimaksud Bimo, kalo sosok itu adalah kakaknya, lalu bagaimana mana mereka akan melakukan kegiatan yang dijanjikan?

Wah... Apa jangan-jangan Bimo ngadu ke kakaknya?

"Siapa kak Jaka? Kakak Lo?" Tanya Ebi kesal. "Jangan bilang Lo ngadu sama kakak Lo?" Tebaknya.

"Wah wah wah! Minta di hajar nih orang!" Lanjut Ehsan.

"Ehh... Nggak aku nggak ngadu, cuma kak Jaka emang suka jemput aku sebelumnya. Kak Jaka tuh temen kakak aku, lagian aman kok, udah kalian tenang aja. Mamah aku tuh orangnya selalu nepati janji!"

Ebi menatap penuh curiga ke arah Bimo, dia masih tidak percaya, terlebih karena anak mamah ini membawa serta orang lain ke dalam rencana mereka.

Sesaat kemudian ebi melirik ke arah dua temannya memberi isyarat untuk berhati-hati. Jika terjadi sesuatu mereka harus bisa kabur, atau mereka yang akan kena imbasnya nanti.
 
Rasti jadi di gilir teman temannya Bimo, guru guru dan orang tua teman teman Bimo dengan di saksikan bimo
 
Rasti jadi di gilir teman temannya Bimo, guru guru dan orang tua teman teman Bimo dengan di saksikan bimo
Rasti jadi di gilir teman temannya Bimo, guru guru dan orang tua teman teman Bimo dengan di saksikan bimo
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd