Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

cendolsangeks

Adik Semprot
Daftar
21 Dec 2019
Post
107
Like diterima
4.356
Bimabet
Siang itu Bimo pulang dengan wajah cemberut. Tas yang biasa dia kenakan di punggung kini dia seret hingga mengepel lantai.

Jaka dan tedi yang melihat kelakuan anak kelas lima SD itu pun dibuat heran. Tidak biasanya anak itu terlihat lesu ketika pulang sekolah. Biasanya ketika Bimo datang suasana rumah akan terlihat riang dan ramai, apalagi dengan tingkah konyol anak itu.

"Kenapa lu tong. Muka di tekuk gitu?" Tanya Jaka di sela mengedit video yang baru saja mereka buat.

Bimo tak menjawab, dia hanya melemparkan tas ke arah kursi, lalu membuka dua kancing baju atas dan meloloskannya dari kepala lalu melemparkannya. Setelahnya dia membuka ikat pinggang dan melorotkan celana lalu melemparnya gitu saja.

Kini bocah kelas lima SD itu hanya mengenakan singlet dan juga celana dalam dengan motif Doraemon. Tanpa berkata dia mengeloyor ke arah dapur di mana biasanya jam pulang sekolah ibunya ada di sana.

Ketika melihat sosok Rasti yang tengah memasak makan siang hanya dengan mengenakan apron, Bimo langsung mendekat, memeluk wanita itu dari belakang dengan wajah yang sudah merah padam. Menyembunyikan wajahnya di punggung sang ibu.

"Eh... Anak kesayangan mama kenapa... Kok tumben?" Tanya Rasti yang saat itu tengah menggoreng sosis dan nugget untuk makan siang mereka. Wanita itu memutar tubuhnya. Melihat Bimo yang seolah enggan menunjukkan mukanya.

"Sayang... Kenapa Hem?" Rasti melonggarkan pelukannya lalu berlutut dan melihat wajah sang anak yang matanya sudah berkaca-kaca.

Melihat itu tentu saja Rasti merasa ada yang tidak beres, segera dia membawa sang anak ke dalam pelukannya, mengelus punggung sang anak hingga tak lama suara isakan terdengar.

Merasa penasaran, Jaka dan Tedi ikut mendekat.

"Kenapa dia ma?" Tanya tedi heran.

"Nggak tau, tumben banget pulang sekolah nangis." Balas Rasti.

"Ihh nggak malu, jagoan kok nangis!" Ejek Jaka mencoba mencairkan suasana.

Merasa di ejek, Bimo makin menenggelamkan wajahnya di antara belahan payudara Rasti.

"Biarin!" Dengusnya sembari terisak.

"Duh kak Jaka! Jangan di ejek dulu dong, jagoan mama masih sedih nih!" Bela Rasti. Lalu wanita itu menatap Jaka dan tedi. Memberi isyarat agar kedua orang itu pergi dulu.

Urusan anak memang hanya Rasti yang tahu.

Mengerti maksud dari Rasti. Tedi dan juga Jaka berlalu dan melanjutkan pekerjaan mereka.

Kini di dapur hanya tinggal Rasti dan juga Bimo saja. Rasti masih dengan sabar mengusap punggung Bimo. Hingga beberapa saat kemudian tangisan Bimo mulai mereda. Di saat itulah Rasti mengambil kesempatan untuk mencari tahu apa yang terjadi pada anaknya.

"Jagoan mama kenapa? Kok pulang sekolah nangis? Nggak kayak biasanya aja?" Tanya Rasti sembari terkekeh kecil. Dia berusaha membujuk sang anak untuk membuka suara.

"Ma..." Rengek Bimo dengan suara serak.

"Iya sayang..."

"Memang salahnya ya kalo mama aku itu lonte? Kenapa mereka selalu ngeledek aku anak lonte, anak nggak punya papa. Bukanya papa Bimo banyak ya mah? Kenapa mereka selalu ngejek Bimo gitu?" Tanya Bimo dengan suara yang terdengar lucu.

Tentu mendengar itu Rasti tertawa. Yah ... Dia memang tidak akan terkejut hanya dengan pertanyaan seperti itu, karena hampir semua anaknya pasti akan mendapatkan ejekan yang berujung pertanyaan untuknya.

"Ya nggak salah dong, lagian kenapa juga Bimo harus malu, Bimo harusnya tuh bangga. Mereka iri tuh sama Bimo." Balas Rasti.

"Iri?"

Rasti mengangguk kecil. "Iya iri. Karena mereka nggak bisa kayak Bimo, punya ayah banyak, uang jajan banyak, punya kakak baik cantik ganteng...."

"Kecuali kak Norman!" Sanggah Bimo.

Rasti terkekeh. "Iya kecuali kak Norman. Terus terus Bimo juga punya mamah cantik kaya mamah. Makanya mereka iri."

"Tapi kenapa mereka selalu ngeledek Bimo anak lonte, anak haram?"

"Emm... Gimana ya... Mungkin mereka iri karena mereka nggak bisa kaya Bimo."

"Nggak bisa kaya aku?"

Rasti mengangguk kecil. "Iya dong, coba Bimo lihat. Memang teman-teman yang ngeledek Bimo masih nenen sama mamahnya?"

Bimo berpikir sebentar lalu menggelengkan kepalanya.

"Nah enggak kan, sedangkan Bimo udah gede masih asik nenen sama mamah. Mereka tuh iri karena nggak bisa kayak Bimo."

"Iya sih... Jadi mereka ngeledek Bimo karena mereka iri ya mah?" Tanya Bimo polos.

Tentu saja kalimat itu hanya sebuah kalimat bujukan agar Bimo lebih percaya diri, walau sebagian memang benar. Namun yang jelas, Rasti tidak ingin anaknya terlalu sedih dengan ejekan seperti itu.

"Iya dong. Mereka iri. Makanya mereka ngekek Bimo."

"Jadi. Kalo misal Bimo ajak mereka main ke rumah dan kasih nenen mamah ke mereka. Mereka nggak akan nakal lagi ke Bimo ya mah?"

Waduh... Sayang ngomong nih kayaknya. Batin Rasti geli.
Namun dia hanya terkikik geli dengan perkataan Bimo barusan. Ya... Mungkin saja mereka tidak akan menganggu Bimo lagi ketika Bimo memberikan itu. Tapi yang jadi masalah, apakah Rasti harus mengulang siklus yang sama seperti yang dia lakukan pada Norman?

Uhhh... Membayangkannya saja sudah membuat Rasti bersemangat. Apakah dia akan bisa bermain-main dengan anak-anak seperti teman-teman tedi dulu?

"Em... Emang Bimo rela nenen mamah di kasihkan ke mereka? Nenen ini kan cuma punya Bimo sama dek Sila?"

"Em... enggak sih, tapi gimana ya... Tapi... Kalo Bimo nggak kasih, mereka ganggu Bimo terus. Apalagi mamah mereka juga larang mereka buat temenan sama Bimo. Katanya Bimo anak lonte jadi nggak usah temenin." Adu Bimo dengan nada merengek.

Rasti yang mendengar kata orang tua dari mulut Bimo sedikit sesak. Hatinya terasa sakit. Mungkin ini hal yang harus dihadapi oleh anak-anaknya, dianggap sebagai anak haram di mata umum.

"Bimo mau punya temen juga mah... Bosen sendiri mulu." Ujar Bimo lagi.

"Ya udah deh. Terserah Bimo aja, kalo Bimo nggak keberatan, Bimo boleh ajak mereka datang, biar nanti mamah kasih Hadiah dan mamah bilang ke mereka supaya nggak jahat lagi ke Bimo."

"Beneran mah...?" Tanya Bimo semangat.

Rasti mengangguk kecil. "Iya sayang." Jawab Rasti sembari mencubit pipi Bimo. "Apa sih yang nggak buat jagoan mamah!"

"Yey! Asyik! Kalo gitu nanti sore Bimo ajak mereka main ke rumah ya mah?"

Lagi Rasti mengangguk dengan sabar. "Tapi sebelum itu. Mandi dulu gih. Terus belajar baru habis itu boleh main!"

"Siap komandan!" Balas Bimo semangat sembarieniruksn gaya hormat para tentara. Setelahnya Bimo berlari ke dalam kamar.

Tak lama tedi muncul ke dapur sembari mencomot nuget yang digoreng Rasti tadi. "Kenapa itu anak?"

"Biasa di ejek temen-temennya." Balas rasti sembari melanjutkan menggorengnya.

Tedi bergerak lalu berdiri tepat di belakang tubuh Rasti. "Anak lonte lagi?" Tanya tedi yang Kiki bibirnya sudah berada di leher jenjang milik sang mamah. Tangannya mulai merayap naik. Menuju payudara sekal yang menggantung bebas di balik apron.

Rasti memang sengaja tidak mengenakan pakaian saat di lingkungan rumah. Alasannya tentu saja panas dan dia tidak mau harus lepas pakaian saat dirinya ingin.

Seperti sekarang, setelah pagi tadi dia tidak mendapatkan sarapannya, kini birahi di dalam dirinya sudah mulai memuncak. Maka untuk mendapatkan jatahnya, Rasti sengaja menungging tepat di hadapan Tedi. Lalu tangannya bergerak melorotkan boxer milik sang anak.

"Biasa anak-anak, kalo di larang sama orang tua dan di kasih kata-kata kasar suka niru." Balas Rasti sembari tangannya mencuri penis tedi untuk segera dia gesek ke belahan vaginanya.

"Jadi udah gimana Bimo?" Tanya tedi yang mengabaikan perbuatan Rasti.

"Udah tenang. Tuh dia di kamar." Balasnya. Kini gesekan itu berubah menjadi sebuah tekanan. Rasti berusaha mendorong penis tedi masuk ke dalam vaginanya. Meresapi sensasi nikmat itu dengan mata terpejam.

"Mamah kasih janji apa ke dia?" Tanya tedi yang kini sudah mulai fokus ke permainan Rasti. Dia mengambil alih permainan, tangan radtinfis singkirkan lalu mendorong tubuh Rasti agar lebih menunduk lagi, dan dengan santainya di bantu dengan cairan dari vagina rasti membuat penis besar itu masuk dengan mudah.

"Shh... Biasaaaa... Kay...ak kamu... Nggak tau ajahhh...." Desah Rasti saat tedi mulai nggoyangkan pinggangnya. Membuat dua kemaluan itu saling beradu di dan desahan mulai memenuhi ruangan dapur.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd