Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG R & R : Rintih di antara Kabut

Prolog

[]​



Kamar sempit yang panas, semakin pengap ketika asap rokok tergulung, berpencar, kemudian menyebar ke seluruh ruangan. Asap putih kekuningan itu menyembur dari bibir pucat kering milik dua lelaki. Mereka duduk sambil bersandar di tembok, di dekat kasur yang tertutup seprai lusuh warna cokelat. Kepala mereka sesekali menengadah, menatap lampu bercahaya redup yang menggantung di plafon tua penuh retak dan dihiasi sarang laba-laba.

“Fuuuuuuuuuhhhhh!!”

Lelaki berperawakan kekar berkulit sawo matang menghembuskan nafas kuat. Dia meletakkan rokok di ujung asbak kayu yang berwarna coklat kehitaman. Tangannya yang kekar mencengkeram erat gelas kecil bermotif bunga yang berisi minuman bening tanpa warna tetapi berbau menyengat. Dia mengangkat gelas, kemudian dengan cepat meneguk minuman keras kelas murahan di dalamnya.

“Aakhh!”

Dia mengernyitkan wajah, memejamkan mata kuat sambil bergidik. Minuman itu luar biasa pahit ketika menyentuh lidah. Hawa panas menjalar dari tenggorokan sampai ke perut, kemudian mengalirkan uap hangat menyebar ke dada. Tangan lelaki itu kemudian meraup kacang kulit yang berada di atas lantai marmer berwarna pudar. Dia ingin menghilangkan rasa pahit dengan mengunyah kacang.

“Sap, lo kalo disuruh milih staff Lobeli. Lo pengen ngentot siapa?” Terdengar suara teman si kekar.

Lelaki kekar itu bernama Sapta. Mata Sapta menyorot ke arah sumber suara yang berasal dari seorang lelaki berkulit hitam berambut keriting bernama Torus. Torus bertanya tentang staff Lobeli, tempat mereka bekerja. Sapta tersenyum kecut mendengar pertanyaan temannya. Huh! Lagi-lagi ocehan busuk! Muak! Gue muak! Dia berkata dalam hati. Pertanyaan itu, hanya pertanyaan tidak bermutu yang sering didengarnya saat si kulit hitam sedang mabuk.

“Viana toketnya gede, enak kalo diremes dan dikenyot! Heheheh.”

“Si Santi semok, gue rela merangkak di bawah pantatnya buat jilat memek!”

Ekspresi wajah si hitam begitu memuakkan. Tertawa kecil seperti orang kasmaran. Sapta berusaha tidak peduli. Dia memalingkan wajah yang semakin panas, menatap sebuah poster usang bergambar model cantik berwajah sange menggoda dengan tubuh dibalut bikini. Gambar itu menempel di tembok penuh jamur dan mengelupas dimana-mana, membentuk karya seni yang menjijikkan.

“Tor, emut susu gue, please!”

“Tor, jilatin memek gue dong!”

Bualan itu terdengar lagi. Torus semakin tenggelam dalam khayalan. Mulut busuk nya tidak berhenti mengoceh.

“Auuuchhh aahh ahh!”

Torus menggelinjang gemetar sambil memejamkan mata membayangkan penisnya tersedot bibir merah dan basah. Tangannya masuk ke celana dan meremas penis.

Bangkee! Sapta memaki dalam hati mendengar Torus tidak berhenti mengoceh. Membual tentang keberanian yang dimilikinya. Mengumbar fantasi kotor menggagahi semua perempuan di kantor. Tapi kenyataanya, semua berbanding terbalik. Cita-cita tanpa kenyataan, hampa! Mimpi busuk yang tidak akan pernah terwujud di tangan lelaki pengecut bermental lemah semacam itu. Mimpi yang hilang dengan cepat seiring menguap kadar alkohol dari kepalanya yang penuh kotoran.

Sapta semakin kepanasan. Dia kemudian menekan tombol kipas angin tua yang sudah berkarat. Dia ingin mendapat udara segar. Kipas tua itu terseok dan mengomel berisik ketika terpaksa memutar kepala sambil menyemburkan angin. Debu tebal yang menempel di kipas semakin menyusahkan putaran dan menimbulkan suara berdecit.

“Woi Sapta bego! Ngapain elo diem aja!? Ayo ngentot bareng! Hahaha!” Torus betah berkhayal, bermain cukup lama di dalam fantasi menyedihkan.

Tai! Dasar pecundang! Apa elo masih bisa ngoceh besok! Sapta mengumpat geram dalam hati. Senyum kaku timbul di wajahnya yang penuh codet. Kalau Torus tidak mabuk, wajahnya yang jelek sudah pasti menjadi sasaran empuk tangan Sapta.

Sapta berusaha menguasai diri ketika ocehan kotor memuakan menusuk telinga dan memenuhi kepalanya. Dia melirik deretan botol minuman kelas menengah yang berjejer rapi di atas lemari kayu. Whisky,Vodka, Red Label, dan Jack Daniels. Semua itu hanya botol kosong, pembungkus kenangan indah masa kejayaan sebagai sopir pariwisata.

>>



“Tor, tolong beliin saya kopi!”

“Tor, kamar mandi kotor banget. Bau pesing kayak elo! Nanti kalau semua staff udah pulang, bersihin ya! Lembur dulu!”

“Eh, dekil. Elo kalo kerja yang bener. Sampah di halaman belum elo sapu!”

Semua ucapan itu ditujukan kepada Torus. Torus hanya tersenyum mengangguk, menuruti semua perintah orang itu. Sapta pedih. Dia tahu bagaimana orang memperlakukan Torus di kantor. Torus lebih memilih menuruti mereka, ketimbang merintih bilang nyeri. Dia terlalu takut bilang tidak, padahal dalam hatinya mengumpat dan menangis. Orang-orang semakin senang memperlakukan Torus dengan buruk. Menganggap lelaki itu sebagai tenaga kasar yang bisa dimanfaatkan.

Tubuh Torus yang mulai kelelahan bersandar di batang pohon besar dekat jalan raya. Mencari keteduhan dan angin segar ketika hatinya mulai memanas. Sapta mendekati, menyodorkan sebatang rokok kepada lelaki itu.

“Enak ya, kalo jadi orang berkuasa. Kita bisa perintah orang seenaknya. Sayang, kita hanya orang miskin yang hina.”

Itu adalah ucapan Torus dalam kondisi sadar, ketika tubuhnya remuk redam karena kelelahan. Perasaannya hancur berkeping karena penghinaan. Torus hanyalah seorang pecundang yang penuh mimpi kotor. Rasa berani Torus hanya muncul ketika alkohol merenggut kesadaran dan logikanya. Ketika kesadarannya pulih, dia akan kembali menjadi anjing paling penurut. Anjing yang selalu menjilat kaki majikan ketika diimingi makanan. Anjing yang selalu mengibaskan ekor ketika melihat orang kaya dan menggonggong galak ketika melihat orang miskin

“Andai saja gue jadi penguasa,” ujar Torus lemah, “Gue akan jadikan mereka selir gue.”

Sapta terkekeh dalam hati. Tidak akan pernah, Torus! Laki pengecut macam Elo akan selalu menderita!

“Mungkinkah itu terjadi? Atau kita akan menjadi budak seumur hidup?”

Tangan Torus mengepal geram. Dia muak dengan kepalsuan yang ditunjukkan dirinya kepada orang lain. Dia marah kepada nyalinya yang ciut. Keringat di dahi Torus menetes. Menyentuh tanah kering di bawah kakinya.

Byaaaaaasssshhhh

Keringat itu menghilang cepat. Terserap tanah dan menguap karena panas.

Sapta memang tidak bisa menjanjikan apapun kepada Torus. Tetapi alam berkata lain. Alam menjanjikan sesuatu yang maha dahsyat kepada-nya. Menjanjikan sebuah kesempatan untuk mewujudkan mimpi busuk.

Sesuatu yang mengubah tatanan norma. Meruntuhkan kesepakatan yang telah dibuat manusia beribu tahun lalu. Semua diubah dan dikembalikan ke awal. Di mana status sosial yang memuakkan sudah tidak ada lagi.



Reset & Resettle :

Rintih di antara Kabut
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd