SIDE QUEST FILE #06
Flying Fish Cove, Wednesday, 16 December
Case File : Sherly Ong
Selesai mengantar Max, audisi dan tanda tangan kontrak sementara di estate Paradiso Errare malam itu sampai pagi, aku tak membuang-buang waktu. Aku keluar dari estate itu pagi-pagi buta.
Taksi tidak ada di sini pada jam segini tapi aku tidak perduli. Aku hanya berjalan saja mengikuti jalan hotmix menuju Flying Fish Cove.
Aku tak perlu takut jalan sendirian di tempat asing seperti ini dengan kualifikasiku sekarang. Mau orang atau setan aku tidak takut. Siapa aja kalau berani, maju saja kemari.
Sombong bener...
Tapi penggunaan DOUBLE saat ini sangat berguna padaku. Saat DOUBLE kuaktifkan, akan terbentuk dua wujudku. Masing-masing tubuhku itu lengkap memiliki semua kemampuanku tanpa cela. Artinya, CORE utama yang kupakai awalnya adalah XOXAM, sedang VOXA dipakai tubuh hasil aplikasi MULTIPLICITY yang sedang berada jauh di negara asal, kotaku. Mungkin dia sedang tidur sekarang kalau waktunya hampir sama dengan disini atau sedang sarapan untuk bersiap sekolah pagi ini.
Dengan DOUBLE, dua tubuh penggandaanku juga masing-masing mempunyai XOXAM sebagai CORE intinya. Hebat tidak itu?
Hanya saja, aku belum begitu tahu batas kekuatan DOUBLE ini. Sejauh ini sudah... 12 jam lebih aku memakai kekuatan CORE istimewa yang tidak sengaja kutemukan dan kudapatkan saat di atas kapal pesiar St. Luccia beberapa hari lalu. Dari seorang wanita aneh dari Singapura ituSherly Ong.
Semoga dia baik-baik saja setelah insiden hampir fatal itu. Saat kulakukan TRIGGENCE pertama kali, ia mengaku sedang berulang tahun malam itu (saat itu masih sekitar jam 22.30-23.00). Dan salahku tidak melakukan penyelidikan atau sekedar cek-ricek. Ternyata dia seharusnya berulang tahun keesokan harinya. Hasilnya terjadi suatu yang aneh pada tubuh wanita itu.
Cairan encer yang disebutkannya sebagai pussy juice itu terus menetes keluar dari kemaluannya. Sampai ia harus memakai pembalut karenanya.
Aku tidak terlalu yakin juga apakah itu sudah termasuk parah atau berbahaya karena logisnya, kalau tidak segera ditangani ia kemungkinan akan mengalami dehidrasi akut yang bisa berujung pada kematian. Atau adakah hal berbahaya lainnya yang akan menyusul setelah itu. Padahal cuma berbeda beberapa jam saja. Satu sampai satu setengah jam perbedaan waktu dari waktu pengambilan normal.
Penanganannya juga sekedar coba-coba. Kukembalikan sinar yang kuanggap sebagai INITIATE FORM DOUBLE itu dengan cara kumasukkan kembali lewat kemaluannya lalu kulakukan TRIGGENCE ulang di hari yang betul-betul ulang tahunnya. Untungnya berhasil dan aku bisa menikmati kemampuan khususnya yang sangat berguna bagi keseharianku.
Berjalan sendirian pagi ini sangat segar. Hitung-hitung olahraga pagi. Jalanan hotmix di pulau ini cukup bagus dan mulus. Walau berliku dan kadang menanjak, pemandangannya tidak bisa terlalu kunikmati karena masih sangat gelap. Dikejauhan di Timur sana, berkas cahaya terang mulai memerahkan langit.
Tidak lama aku tiba di Flying Fish Cove yang menggeliat bangun pagi ini. Beberapa kesibukan rutin kota mulai berjalan. Toko-toko mulai buka, mobil mulai berseliweran, penduduk bergegas ke tempat kerja. Aku terus melangkah menuju hotelku.
Sekitar pukul 6 pagi waktu setempat aku sampai di Sunset View Hotel. Aku tidak langsung ke kamar sewaanku melainkan ke tepi pantai seperti yang kulakukan kemarin sore. Duduk di tempat yang sama juga. Beberapa pengunjung hotel juga ada di sana.
Seorang pelayan hotel menawariku pilihan sarapan. Kupesan beberapa potong toast
(roti bakar) dan kopi dengan tambahan beberapa potong sosis karena perutku lumayan lapar.
Matahari terbit di sini cukup bagus dan langitnya cukup cerah pagi ini. Angin semilir mengusir dinginnya malam dan menggantinya dengan kehangatan mentari.
Is this seat taken?
(Kursi ini kosong?) tanya suara seorang wanita. Ini suara si Sherly Ong itu lagi.
Sherly Ong
(Komunikasi dengan Sherly Ong ini ditulis pake percakapan yang sudah diterjemahkan, terpisah dari Quest#10 ini) *capek yang pastinya. Ngetik Inggris trus diterjemahin lagi ke Indonesia*
Kosong... Silahkan duduk nona Ong... kataku membiarkannya duduk di dekatku lagi. Apa kabar orang ini?
Ia duduk dengan gaya berpakaian seperti kemarin lagi. Hanya yang berbeda adalah warnanya. Kaca mata hitam dan tas itu tetap dipakainya. Sherly Ong duduk sambil menatap deburan ombak yang menjilati bibir pantai. Ia bungkam saja.
Tak lama dua pelayan datang membawa pesanan kami berdua. Sherly Ong hanya memesan kopi. Tak mau memperdulikannya, kusikat pesananku. Sosis yang paling bisa mengganjal perutku saat ini. Kukunyah sosis sapi ukuran besar ini tanpa malu-malu di depan perempuan itu. Kadang kucocol dengan sambal cabai dan mustard yang disediakan. Tiga buah sosis segera berpindah tempat dan berikutnya toast itu yang kuserang. Terakhir kopi yang kusesap.
Aahh... Sedaaap! Kuseka mulutku dan bersandar puas di kursi dengan lega. Perutku tidak demo sembako lagi. Eaarrgghh... *sendawa*
...sudah tidak keluar lagi... cetusnya ketika aku bangkit untuk beranjak kembali ke kamarku. Enaknya setelah kenyang adalah tiduran.
Bagus, deh... jawabku. Aku mulai melangkah.
Jadi... Sebenarnya apa yang telah terjadi padaku? Aku tidak tau kenapa... tapi kurasa kau tau jawabannya... kata Sherly.
Ng... Tidak apa-apa... Mungkin kau sudah sembuh atau... apalah itu namanya... Mungkin itu penyakit... mungkin... kataku tak tertarik sama sekali untuk menjelaskan apapun padanya.
Tapi kenapa aku merasa sangat terangsang sekali saat itu? Saat di St. Luccia... Dan kembali aku merasakannya kemarin sore... Aku tidak pernah merasakan yang seperti itu sebelumnya... Cuma sebentar saja tapi aku benar-benar... apa namanya? Meleleh? katanya berdiri juga berharap bisa mencegahku untuk beranjak dari tempat ini. Dibukanya kaca mata hitam yang dipakainya.
Entah kenapa wajah cewek ini jadi lebih menarik dari yang pernah kuingat. Apakah pengaruh matahari pagi atau karena kesegaran udara?
Ada sesuatu yang telah berubah di dalam dirinya, Satria... Kau tidak merasakannya? tanya UNDINE tiba-tiba.
Apanya yang berubah? Aku hanya merasakan sesuatu... Wajahnya menjadi lebih cerah... hingga ia lebih menarik saja... Sebenarnya dia cukup cantik... kataku mengakuinya pada UNDINE. Aku tidak melihat ini sebelumnya.
Meleleh bukan kata yang tepat, nona Ong... Mungkin puas lebih tepat... Apa yang kau rasakan sekarang? Apa kau masih merasakan dosa-dosamu tetap mengganggu harimu? tanyaku urung melangkah pergi.
Puas? Ya... Puas mungkin? Benar... Merasa berdosa karena telah mengambil uang itu tidak terlalu kurasakan sekarang... Entah apa ini tetapi bebanku seperti hilang begitu saja... katanya merasakan perasaannya saat ini.
Wah... Bagus itu... Perkembangan bagus... Mungkin juga sifat egoismu ikut hilang... kataku agak sinis.
Aku egois? tanyanya kaget. Apa dia tidak merasa egois dengan hanya mementingkan dirinya sendiri dengan mengambil uang orang tanpa perduli. Walaupun dari ribuan rekening dia hanya mengambil satu sen saja. Itu tetap mencuri. Tak ada pembenaran di sana.
Tanya aja dirimu sendiri... jawabku hanya berdiri saja di depannya.
Am... aa... ia kehilangan kata-kata. Matanya liar berputar kesana-kemari mencari alasan ataupun penyebab. Ia duduk kembali ke kursinya dan menghela nafas panjang.
Kau bisa mulai dengan mengembalikan uang itu... Atau sisa uang itu tepatnya... kataku memberi contoh solusi.
Atau kusumbangkan ke yayasan sosial? katanya sendiri perlahan. Banyak orang yang membutuhkan uang ini dari pada aku... Aku bisa bekerja dan mendapat gaji besar dengan mudah tapi aku tidak mau terikat dengan satu institusi tertentu yang terlalu formil... katanya meluncur dengan lancar.
Yah... itu juga bagus... Lebih bagus malah menurutku... Kudengar ada banyak jenis kerjaan begitu di luar sana... Dengan pengalamanmu... tak sulit bagimu mencari kerja seperti itu... OK... Selamat dan sukses, deh... Ciao! kataku berbalik dan pergi.
Tak bisakah kita ngobrol lebih banyak lagi? katanya mencoba menahanku lebih lama.
Mm... Aku sangat ngantuk... Bagaimana kalau sehabis makan siang... Sekitar jam 2... Boleh? kataku. Ini untuk menghabiskan waktuku selama ada di Flying Fish Cove. Aku tidak ada kerjaan lain selain mengunjungi estate Paradiso Errare esok hari karena aku ada janji temu dengan Pablo dan Esteban. Paling-paling aku hanya keliling pulau Christmas ini menikmati semua destinasi wisatanya.
Boleh... jawabnya berseri-seri. Lebih enak melihat tampangnya yang begini dari pada yang kemarin-kemarin. Jutek dan menyebalkan.
OK... Sampai jumpa nanti siang... Dah... aku lalu pergi dan mulai menguap lebar. Kurogoh HP-ku karena ada sebuah pesan masuk. Sialan cuma iklan SMS nyasar. Eh! Aku lupa mematikan Coremeter ini. Aplikasi ini cukup menguras batre HP hingga indikasi daya-nya tinggal 15%.
Ada CORE istimewa di belakangku!
Jaraknya hanya beberapa langkah di belakangku. Di sana hanya ada Sherly Ong yang sedang menghirup kopi. Panjang gelombang CORE istimewa itu 2612 Hz. Sama persis seperti CORE DOUBLE yang kuambil darinya kemarin.
Kenapa masih ada CORE istimewa dengan panjang gelombang yang sama dengan DOUBLE?
Sherly... Apa yang sedang dia rasakan sekarang, ya? tapi aku harus tidur dulu. Masalah ini harus kupikirkan masak-masak.
--------
Hai... Selamat siang? Sudah makan? sapa Sherly ketika kami bertemu kembali siang ini. Ia hanya memakai BH bikini berwarna pelangi yang lazim dipakai pengunjung pantai dan sebuah celana longgar berbahan katun. Kaca mata hitam disampirkan di dahi dan tas besar kainnya tak ketinggalan. Ia memakai kaca mata minus berbingkai merah. Ia kelihatan lebih segar dan wangi.
Sudah... Nona Ong juga sudah makan? tanyaku berusaha ramah karena ia juga ramah kini. Kami bertemu di depan pintu kamar hotel kami yang kebetulan saling berhadapan.
Belum, nih... Kita nanti cari makan di luar hotel aja ya? Bosan makanan hotel terus... Jangan panggil nona Ong terus... Sherly aja... katanya akrab.
Boleh-lah... kataku lalu mengunci kamarku dan Sherly juga. Kami lalu melangkah menuju lobby untuk keluar hotel.
Satria sudah pernah ke pulau Christmas ini sebelumnya? tanya Sherly saat kami di depan resepsionis.
Ini yang pertama kali... Tak sengaja sampai kemari... Tak ada rencana kemari juga... kataku menyiapkan kaca mata hitamku karena di luar matahari sangat terik.
O iya... Gimana caramu ada di atas St. Luccia? Kamu masih sangat muda... Masih High School, kan? sadarnya baru sekarang. Kalau dia aku paham, pasti ia membayar mahal untuk ikut pelayaran itu.
Aku diajak seseorang di Productions itu naik St. Luccia... Ya ikut aja... Gratis... jawabku jujur.
Boleh begitu, ya... Broker itu sialan juga... Aku juga dapat tiket undangan tapi disuruh bayar $50.000,-... katanya mengaduk-aduk isi tas kainnya dan mengeluarkan potongan tiket St. Luccia yang sudah disobek. Disodorkannya padaku.
Iya... Ini tiket Invitation Only... Sherly sudah dibohongi... kataku lucu melihat mimik mukanya yang kesal. Pipinya digembungkannya seperti ikan buntal dan tangannya dilipat di depan dada hingga payudara 34C-nya membusung.
Siapa kenalanmu di Fireday Productions? Sori kalau nanya-nya keterlaluan... katanya. Kalau mau dijawab gak apa-apa... kalau gak mau dijawab, ya keterlaluan... candanya. Bisa bercanda ternyata orang ini.
Paulo Pablo... jawabku mengabulkan keinginannya.
Paulo Pablo? Wah... Kenalanmu high class sekali... Paulo kan seperti bos kedua di Fireday setelah Scott Geoffrey? kata Sherly ternyata paham struktur organisasi Fireday Productions.
Masa... Aku gak tau... kataku merendah. Kami sudah sampai di luar hotel. Mata sipit Sherly tinggal segaris karena berusaha beradaptasi dengan silaunya sinar matahari. Padahal ada kacamata hitam di dahinya. Mungkin ia lupa.
Kita keliling pulau ini naik sepeda motor aja... Di sana ada rental-nya... tunjuknya pada sudut hotel. Ada sebuah bangunan kecil dengan beberapa buah motor trail yang diparkir rapi.
Kenapa gak sewa mobil saja? protesku.
Katanya ada sudut-sudut tempat di pulau ini yang tidak bisa dilalui mobil... Track off-road... Jalan hutan... Jalan berbatu... Apa Satria mau mengunjungi ke tempat-tempat yang... ia menggelengkan kepalanya, biasa-biasa aja? sepertinya ini tantangan karena ia mengira aku seperti remaja pria umumnya yang suka petualangan.
Bolehlah... kataku lalu menyiapkan kartu kredit saktiku.
Eh, jangan... Biar aku yang bayar... Aku yang ajak kamu, kan? katanya begitu kami sampai di rental motor trail itu. Dua motor... katanya pada petugas penyewaan itu dan meletakkan kartu kredit miliknya.
Tolong ID dan International License-nya? minta petugas itu.
Satria punya International License? tanya Sherly mengeluarkan dompet dan passport miliknya dari dalam tas.
International License
(SIM Internasional)? Aku cuma punya SIM A umum dari negaraku... tunjukku pada kartu SIM A yang baru beberapa bulan ini kupegang.
Mmm... Shery menggaruk kepalanya yang pasti bukan karena gatal. Satu saja... dan tolong helm-nya dua... kata Sherly meralat pemesanan sewa motor trail-nya pada petugas rental.
Mereka cuma mau menyewakan motor ini pada orang asing yang punya SIM Internasional... Aku punya tapi Satria tidak... Biar aku yang bawa motornya dan Satria kubonceng... Mau, ya? jelasnya.
OK... Mau, deh... jawabku menurut. Aku juga belum tentu bisa naik motor trail itu. Pengalamanku naik motor cuma sebatas motor pinjaman. Apalagi dibonceng perempuan. Pasti sensasinya berbeda.
Sebuah motor trail berwarna dominan hijau ditunjukkan petugas rental beserta kunci kontak dan dua buah helm full face model off-road. Bahan bakarnya diisi full tank dan tekanan angin kedua ban diperiksa dan disesuaikan untuk dua penumpang.
Sherly ternyata dengan mahir mengendarai motor trail ini dan kami sudah ada di jalanan hotmix menuju selatan pulau.
Pegangan yang kuat, Satria! teriaknya agar bisa terdengar melewati deru mesin motor yang meraung, sebelum ia berbelok di sebuah persimpangan. Sebelumnya aku cuma berpegangan pada pinggulnya saja dan saat ia berbelok patah, aku terpaksa harus memeluk pinggangnya.
Groong... Grooongg.... Grroooonggg!
Asik, kan? teriaknya lagi dari balik helm.
Ya! jawabku berteriak juga agar terdengar. Aku hanya terus memeluk pinggangnya. Merasakan kulit perutnya yang halus. Rambutnya yang berkibar-kibar ditiup angin sesekali menampar mukaku.
Sherly meletakkan HP-nya di craddle diatas speedo-meter motor untuk menggunakan program GPS. Ia menunjukkan beberapa tempat yang direkomendasikan pengunjung lain seperti taman, pusat rekreasi, toko dan lainnya.
Motor ini terus melaju dengan kecepatan sedang mengikuti jalan hotmix yang mengitari bagian utara pulau dan berbelok ke selatan. Segera kami menjumpai beberapa kelompok orang yang sedang berkumpul di tepi hutan lengkap dengan teropong binokular dan topi; mengintip ke atas kanopi pepohonan.
Bird-Watching
(Mengamati burung-pen) serunya menunjuk orang-orang itu. Ada sekawanan burung-burung endemik pulau ini yang sedang bertengger di puncak pohon.
Terus melaju dan kami sampai pada sudut terluar paling utara pulau Christmas bernama North East Point. Dari sini yang terlihat luas adalah laut bebas Samudra Hindia. Langit cerah dengan awan putih menambah keindahan panorama alam.
Di sepanjang laut sini biasanya dipakai untuk menyelam... Kau bisa menyelam, Satria? tanya Sherly selagi ia menunjukkan beberapa spot menyelam. Terlihat beberapa kapal kecil yang sedang membuang sauh menunggu para penyelam naik kembali ke permukaan. Aku menggeleng. Entah dia lihat dari kaca spion atau tidak.
Dulunya pulau ini hanya menghasilkan pemasukan dari tambang fosfat... Sampai tahun 1987 semua tambang sudah ditutup dan dibuka lagi tahun 1991... jelas Sherly tentang perekonomian pulau kecil yang lokasinya sangat dekat dengan pulau Jawa ini (500 km).
Motor terus dan terus melaju. Aku hanya menikmati perjalanan dibonceng seorang wanita di atas motor trail yang hanya mengenakan BH bikini saja. Kadang aku mengamati kulit punggungnya yang sangat putih hampir pucat. Angin laut yang segar melewati pepohonan di tepi jalan. Sinar matahari di sebelah Barat untungnya tertapis dedaunan nyiur yang tumbuh tinggi dan rapat.
Mendekati semacam resort di kejauhan, Sherly melambatkan laju motor trail-nya. Kukira ia akan menuju kesana saat kami melewati resort bernama CI Resort itu. Motor terus melaju hingga mulai menapaki jalan kasar dari tanah.
Kita jalan trus sampai ke pantai Lily... Jalannya agak kasar... Tahan sebentar, ya? kata Sherly. Aku mengangguk.
Jalan ini diperuntukkan untuk kendaraan seperti ini, ATV ataupun mobil berpenggerak 4 roda
(4WD) dan untungnya tidak terlalu becek hingga tidak menimbulkan kubangan kerbau yang parah. Tetapi jalannya mendaki dan menurun yang memerlukan akselasi kuat kendaraan yang mumpuni.
Selama sekitar 10 menit kami terguncang-guncang di atas motor trail ini. Aku mengencangkan pegangan tanganku pada pinggang Sherly. Sudah tidak terhitung berapa kali lenganku terhimpit dadanya yang lumayan empuk.
Motor trail akhirnya sampai pada dataran landai yang menuju laut lepas di depannya. Ada plang nama bertuliskan Lily Beach, tempat tujuan kami. Tak jauh dari pantai, di selatan ada tanjung yang bernama Sleep Point.
Ternyata di pantai ini sudah ramai oleh para pengunjung. Payung-payung pantai sudah mengembang di berbagai tempat. Puluhan orang berjemur. Beberapa bermain air dan agak di tengah ada yang snorkeling.
Di sebelah sana ada pantai lagi, Satria... Kau mau di sini aja atau kita kesana? tawarnya. Arah yang ditunjukkannya merupakan sebuah pantai lain yang harus dijangkau dengan berjalan kaki agak di Utara pantai Lily ini.
Apa yang spesial di sana? curigaku. Apa bedanya pantai yang berdekatan begini?
Kalau beruntung kita masih bisa menemukan kepiting merah endemik pulau ini... jelas Sherly. Biasanya mereka migrasi massal ke laut di bulan November lalu untuk bertelur... Tapi mungkin saja masih ada yang tersisa di sana... lanjutnya.
Oo... Ya aku pernah liat di TV... Kepiting kecil yang jumlahnya banyak sekali... Jalan bersama-sama sampai memenuhi jalan... ingatku. Ini adalah jenis kepiting merah endemik pulau Christmas yang bisa mencapai 100 juta ekor tiap migrasi tahunan. Betina bertelur di laut agar embrionya berkembang untuk kemudian besar di darat. Migrasi binatang ini biasanya selalu diikuti oleh musim penghujan. OK-deh... Kesana aja... setujuku akur.
Ayo... Namanya pantai Ethel... kata Sherly setelah memarkir motor trail sewaan di barisan parkir kendaraan lain yang sudah disediakan. Kami lalu berjalan ke Utara. Jalannya merupakan jalan setapak.
Dan benar saja, saat kami berjalan, beberapa titik merah bergerak dari balik pepohonan menuju pantai. Itu adalah beberapa ekor kepiting merah yang migrasi massal-nya bahkan sudah dianggap sebagai keajaiban alam dunia.
Sherly langsung mendekati barisan kawanan kepiting merah terdekat. Ia langsung berjongkok dan mengambil foto dengan HP-nya. Ia kelihatan sangat takjub dengan ke-cuekan binatang itu yang tergesa-gesa berjalan ke samping menuju laut untuk bertelur.
Kau liat, Satria? Lucu sekali mereka... serunya tak khawatir suaranya mengagetkan kawanan kepiting merah ini. Aku hanya tersenyum kecil sambil memainkan HP-ku juga.
(Coremeter-ku tepatnya).
Panjang gelombang CORE istimewa-nya masih sama dengan yang tadi pagi. 2612 Hz.
Sherly... panggilku menarik perhatiannya. Ia masih asyik memfoto kepiting-kepiting sesak bertelur itu. Sherly... panggilku sekali lagi.
Ya... Ada apa? jawabnya akhirnya.
Apa kau pernah melihat monster srigala berkepala dua? tanyaku terus terang. Tidak ada orang lain di sini.
Monster apa? Kepala dua? katanya tak terlalu mendengar.
Kejadian aneh 8-9 bulan lalu... Ada banyak mahluk aneh yang muncul dan terbang ke langit... Kau mengalaminya juga, kan? kataku coba mengingatkannya kembali.
Ooh... Itu... Ya... Monster srigala berkepala dua... Ada juga yang lain... seperti manusia kucing... jumlahnya banyak seperti kepiting merah ini juga... Terbang ke langit... Kenapa kau menanyakannya? ingatnya ternyata.
Ada berapa monster srigala yang Sherly lihat saat itu? Aku cuma ingin tahu saja... Apakah ada sesuatu yang sangat luar biasa setelah itu? tanyaku lagi tak segan mengoreknya.
Hmm... Apa, ya? Kaget sekali aku waktu itu... Tapi itu wajar... Semua orang juga kaget... Kalau yang luar biasanya... Waktu serigala berkepala dua itu terbang ke langit... tubuhnya terbelah dua... Lalu yang sudah terbelah dua itu... terbelah dua lagi... Persis seperti amuba membelah diri gitu... jelas Sherly mencoba mengingatnya. Sehingga jumlahnya jadi sangat banyak...
Wow? kagumku. Itu sangat luar biasa. Berarti waktu itu, CREATURE FORM DOUBLE yang ikut merespon FLOOD SWARM bentuk Mighty Lord-ku, menggunakan tenaga penuhnya untuk membasmi iblis bawahan Lucifer.
Tapi itu belum menjawab kenapa sekarang ada dua CORE istimewa DOUBLE sekarang. Satu yang sudah kuambil dari Sherly kemarin dan satu lagi masih di dalam tubuhnya. Apa pada awalnya memang ada dua DOUBLE di dalam tubuh Sherly?
Atau...
Karena insiden kesalahan hari ulang tahun itu hingga secara tidak sengaja terbentuk dua CORE istimewa di dalam tubuh wanita bernama Sherly Ong ini.
TRIGGENCE pertama yang kulakukan di atas dek St. Luccia, aku mendapatkan seberkas sinar yang kukira merupakan INITIATE FORM CORE istimewa milik wanita ini. Tetapi karena kurangnya syarat waktu yang diperlukan, CORE istimewa itu tidak lengkap. Aku hanya mendapatkan sebagian kekuatan CORE DOUBLE dan sisanya tertinggal dan mencoba mempertahankan bentuknya. Pada kasus normal, saat aku berhasil mengambil CORE istimewa lewat TRIGGENCE, keistimewaan CORE itu kuambil dan tertinggal CORE manusia biasa yang berpanjang gelombang ±500 Hz.
Kebetulan CORE yang kuambil ini bisa menggandakan dirinya; yang dilakukannya sebagai insting bertahan hidup. Dan lebih kebetulan lagi keesokan harinya, kulakukan TRIGGENCE kedua dalam rangka penyelamatan dirinya setelah kumasukkan kembali separuh INITIATE FORM CORE DOUBLE ke tubuh Sherly Ong. CORE istimewa itu mendapatkan kembali kesempurnaannya dan terjadinya keajaiban itu. Kedua pecahan INITIATE FORM CORE DOUBLE di dalam tubuhnya menjadi dua CORE istimewa DOUBLE. Satu kuambil dan satunya bertahan di dalam tubuh Sherly.
Kurasa memang begitu, Satria... setuju UNDINE. Memang tidak ada alasan lain yang mungkin terjadi pada perempuan ini...
Kenapa Satria? Kau seperti sedang memikirkan sebuah kalkulasi Quantum yang sangat rumit... Mukamu lucu sekali kalau sedang berfikir, loh? kata Sherly masih berjongkok di depan kepiting merah berbaris.
Sori, Sherly... Tiba-tiba aku teringat sesuatu yang rumit... Habis ini kita kemana lagi? tanyaku. Kasus ini kuanggap sudah selesai. Masalah semua sudah beres dan Sherly Ong bisa melanjutkan hidupnya seperti biasa kalau ia mau.
Satria mau berenang di pantai?