Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Bimabet
Wah, makasih suhu Ryu updetannya :semangat:
Sepertinya seri ini terpanjang yah, dibanding seri lainnya
 
suhu ryu cuma saran aja
Satria udh di siapin belum jalan keluarnya
Pablo dan bos geofrey g akan diem aja aset penting y ilang setelah velinda dan max hilang pasti satria akan di satronin ke keluarga y dengan berbekal rekaman?

kalo rekaman Satria ga bakal bisa digunakan karena dia masih minor/belum cukup umur n kalo mereka nekat pasti ancur juga terjerat hukum Australia n internasional. klo make cara preman lebih ancur lg kan? setidaknya itu yg masih kepikiran...
 
kalo rekaman Satria ga bakal bisa digunakan karena dia masih minor/belum cukup umur n kalo mereka nekat pasti ancur juga terjerat hukum Australia n internasional. klo make cara preman lebih ancur lg kan? setidaknya itu yg masih kepikiran...

Ymaksud y bkn di sebar ke umum ts
Cukup di unjukin ke ortu satria aja
Respon ortu satria ngeliat rekaman begitu pastinya malu2in banget aib keluarga
norma indonesia pemain bokep itu kerjaan hina banget
 
--------​
Okay That will wrap phase one Its phase two now My earlier love making with Miss Prangkorn and few of these lovely girls would have been the portrait of todays porn phomenon Female stars will get the most highlight and exploitation Male stars are likely to get less than his counterparts I agree to this new genre in porn industry which is called Unisex that emphasize the coping of the two sexes and mostly took the advantage of the abundant numbers of female viewers as potential market Thus I will play as a vital role here I will demonstrate what I am trying to say here (OK. Itu tadi menutup tahap pertama. Ini tahap dua sekarang. Percintaanku sebelumnya dengan nona Prangkorn dan nona cantik ini barusan adalah gambaran potret fenomena bokep saat ini. Bintang cewek yang mendapat mayoritas highlight dan eksploitasi. Bintang cowok hanya sedikit mendapat itu dibanding lawan mainnya. Aku setuju dengan genre baru di industri bokep yang dinamakan Unisex yang menekankan pada cakupan dua jenis kelamin ini dan mengambil keuntungan banyak dari jumlah besar penonton wanita sebagai pasar potensial. Karena itu aku ingin memainkan peran penting itu. Aku akan menunjukkan apa maksud kata-kataku) kata-kataku memulai strategi ini. Aku tidak perduli kalau Pablo akan bosan mendengarnya.
The best man in love making is not determined by how long he can last rigid or withstand the ejaculation Real man is determined by how he can satisfy his woman completely Body and soul As women reach her orgasm some nerves in the brain will emit such hormones to inform her whole body to relax and ease up the tension accumulated on her body Her body and her soul will loosen up drastically and ease up some stress Love making is such a good relaxation and easy stress ridden method Why I kept using the term love making not sex? Because in love making we express our feeling to our partner the love that you applied to your partner in a process the most people called sex fuck While sex is a process of reproduction As long you can ejaculate or cum in the female genital organ whala it called sex I will show you (Pria terbaik dalam bercinta bukan ditentukan dari seberapa lama ia bisa bertahan atau menahan ejakulasi. Lelaki sejati ditentukan bagaimana ia bisa memuaskan wanitanya sepenuhnya. Tubuh dan jiwanya. Saat wanita mendapat orgasme, beberapa syaraf di otak akan mengeluarkan hormon tertentu yang memberitahu tubuhnya untuk relaks dan meregangkan tekanan yang terkumpul di tubuhnya. Tubuh dan jiwanya akan santai secara drastis dan menghilangkan stres. Bercinta adalah relaksasi yang baik dan metode penghilang stres yang mudah dilakukan. Kenapa aku terus menggunakan istilah bercinta, bukan seks? Karena dalam bercinta kita mengejawantahkan perasaan kita pada pasangan, cinta yang kau sampaikan pada pasanganmu dalam sebuah proses yang banyak orang sebut sebagai seks saja, ngentot. Sementara seks adalah proses reproduksi. Sepanjang kau bisa ejakulasi atau ngecrot di dalam organ genital wanita, whala, itu sudah seks. Aku akan tunjukkan) kataku lalu beranjak pada Sarah Jessica Amber yang berdiri di sudut studio 3 ini.
Ia agak terkejut melihatku menghampirinya setelah pidatoku tadi. Ia tadi mendengarkannya sambil manggut-manggut, entah mengerti atau tidak.
Err Hi? What should I do? (Ng. Hai? Aku harus gimana?) tanyanya sedikit gugup.
Just play along, kay? (Ikuti saja, ya?) jawabku kemudian menggendongnya dan membawanya ke ranjang King Size itu. Sepanjang langkah, aku dan Sarah bertatapan mata. Kupandangi wajahnya dan ia memandangku balik dengan takjub. Sepasang mata penuh kasih seorang kekasih yang dimabuk asmara.
Kuletakkan tubuhnya di atas ranjang dengan perlahan. Kedua tanganku masih tetap di punggung dan lipatan kakinya. Kudekatkan wajahku sampai aku bisa merasakan hangat nafasnya. Semakin larut kami berdekatan sampai ditautkan dengan sebuah ciuman yang penuh gejolak asmara.
Sarah memeluk leherku saat kami beradu lidah. Ia menekankan tubuhku agar menyatu dengan tubuhnya. Hangat tubuh kami menjadi satu dan menjadi satu kesatuan yang solid saat kami bergulingan saling melepas kerinduan yang lama tidak terpenuhi.
Seakan sudah terpisah lama dan jarak yang jauh kami memacu rindu. Takkala tubuhku sudah memompakan kerinduan yang harus diwujudkan dalam satu penyatuan perasaan yang nyata. Tubuh kami bersama menuju satu kebahagiaan duniawi yang indah lagi fana.
Kami berciuman untuk beberapa lama untuk menyudahi percintaan yang hanya berlangsung selama kurang lebih 15 menit itu lalu kami berpandangan lagi
Did you enjoy it? (Kau menikmatinya?) tanyaku.
Sarah tidak langsung menjawabnya. Ia hanya mengerjab-kerjabkan kedua matanya yang terlihat segar dan bahagia. Lalu ia sepertinya mulai tersadar kalau aku sedang menindihnya dengan kedua tangan di samping lehernya.
I I enjoy it very much (A-aku sangat menikmatinya) jawabnya gugup. Wajahnya tiba-tiba memerah.
Aku bangkit dari tubuhnya dan Sarah berguling sampai ia tiba di tepi ranjang dan mengumpulkan semua pakaiannya yang sudah terlepas dari bawah ranjang.
Wow kaget Sarah saat menyadari apa yang telah terjadi saat ia bercinta denganku tadi. Semua orang yang sedang berada di studio ini ternyata sedang masturbasi dan onani. Tidak terkecuali Pablo dan para cameraman-nya.
Mereka tidak sungkan-sungkan mengocok penis atau menggelitiki vagina saat menonton percintaan kami tadi. Beberapa titik sperma atau cairan vagina menggenang di lantai.
A a That was awesome Super awesome! (A-a. Itu tadi sangat luar biasa. Super luar biasa!) seru Pablo bertepuk tangan bersama semua orang yang ada di ruangan studio ini. Miskaa, Phoebe, Kelly, Loise dan Tyra juga. Aku dan Sarah membungkuk bersamaan memberi penghormatan seperti dua artis yang baru selesai mempertunjukkan satu pagelaran seni di atas panggung.
Sarah tersenyum lebar sambil membentangkan tangannya. Ia bahkan tidak memperdulikan lagi tubuh telanjangnya yang tadi coba ditutupinya.
Bravo! Bravo! (Hebat! Hebat!) seru Pablo. I love your play It remind me that sex is so much fun Im looking forward for you to sign some paper for Fireday Productions I cummed twice jerking off while watching you fuck (Aku suka permainanmu. Mengingatkanku bahwa seks sangat menyenangkan. Aku menantikanmu menanda tangani kontrak bersama Fireday Productions. Aku ngecrot sampe dua kali coli nontonin kau ngentot) kata Pablo.
Thank you, Mr. Pablo I still have these five girls in a row here Shall I proceed? (Makasih, Mr. Pablo. Masih ada 5 cewek lagi. Lanjut?)
kataku tentang kelima gadis audisi yang belum selesai mendapat bagian cintaku
Ou Lover boy Be my guest Once is not enough Do what you like The camera will keep rolling (Ou, pecinta sejati. Silahkan. Sekali tidak cukup. Lakukan yang kau suka. Kamera akan terus merekam) katanya mempersilahkanku meneruskan apapun yang kumau.
Kudekati Tyra yang berdiri dekat dengan dinding bersama dengan peserta audisi lainnya yang menunggu dengan sabar. Menunggu giliran. Ia tersenyum lebar menampakkan sebaris giginya yang putih kontras dengan kulitnya yang gelap. Aku memintanya dengan tangan sambil sedikit membungkuk. Dengan senang hati ia menyambut tanganku dan mengikutiku ke ranjang.
Tubuh tinggi langsingnya kubopong menaiki tempat tidur peraduan cinta ini. Ia tak lepas menatapku seakan penuh hasrat. Begitu juga aku. Pelan-pelan kujamah kulit tubuhnya, halus dan hangat. Payudaranya yang menantang, perutnya yang rata. Pinggangnya yang sempit dan pahanya yang jenjang. Kulit tubuhnya gelapnya memerah dan pori-porinya meremang menahan asmara.
Dengan bersemangat kami memacu cinta yang membara. Sepanas pulau tropis di lepas pantai Samudra Hindia ini. Sehangat pasir pantai saat siang hari diteriki sang Surya. Teriakan-teriakan manja Tyra membahana memberi semangat bagiku untuk melepaskan asmara yang semakin menggelora
Huh huh huhh desah nafas gadis Prague itu setelah aku selesai membagikan cintaku padanya yang berlangsung sekitar 27 menit itu. Kami berdua sama-sama puas dan terlena,
Tyra masih tidur berbaring terlentang di sampingku saat aku bangkit dan menjemput gadis berikutnya. Miskaa
Gadis Yordania itu masih takjub dari pemandangan percintaanku sebelumnya. Dan ia tak protes saat kubimbing ia menaiki ranjang yang telah kosong. Tyra sudah turun dari mahligai percintaanku ini yang akan segera menyongsong Miskaa.
Tanpa banyak tanya, aku segera menunggangi tubuh gadis yang memiliki bulu-bulu halus disekujur tubuhnya ini dari belakang. Ia mengeluh-keluh keenakan tanpa henti. Memohon-mohon padaku agar jangan berhenti. Kupacu diriku dengan lembut dari belakang begini sambil terus merasakan seluruh tubuhnya yang lembut. Kulitnya bersemu merah pada bagian leher dan telinga karena rangsangan hebat yang kuberikan.
Pada Miskaa, aku tidak perlu melakukan cara yang sama seperti pada Sarah dan Tyra sebelumnya. Percintaan standar yang mementingkan perasaan dan pengejawantahan cinta kasih. Pada Miskaa hanya nafsu yang perlu dikedepankan dan rasa nikmat yang penuh tanpa ditahan-tahan. Kekuatan dan rasa nikmat maksimal yang mampu membuatnya senang dan bahagia sampai tak terkira.
Miskaa ngelongsor sekenanya menikmati sisa-sisa kenikmatan yang dirasakannya saat aku melepas dirinya dari cengkramanku dan beralih pada Loise.
Loise senang kalau ia yang memegang semua kendali. Baik kehidupan, social, keuangan dan juga kepuasan. Ia tidak mau menjadi tergantung pada orang lain dan tidak bebas melakukan apapun. Jadi aku biarkan gadis dari kota La Paz, Paraguay ini yang mengendalikan percintaan kami. Kubiarkan ia menunggangiku seperti kuda saat ia mengguncang tubuhku bagai cowgirl binal.
Pantatnya yang bahenol berguncang-guncang ke segala arah mempertontonkan massa lemak yang terkandung dalam dua bongkah bokong gemuk itu. Kulitnya berkilap-kilap karena keringat saat ia meliuk-liukkan badan dan bokongnya ke segala arah untuk mengaduk tubuhku di genggamannya.
Aku hanya bisa meremas-remas bokong menggemaskan itu sambil terus berbaring pasrah dan menikmati semua gerakan yang ditimbulkan gadis agresif dan liar ini. Lagi-lagi kami sama-sama puas dan Loise berbaring pasrah lagi lemas, Sekarang giliran Kelly Kei Kong atau Triple K.
Sebelum aku menjemputnya, ia langsung naik ke atas ranjang sampai Loise harus turun tanpa diminta lagi, Kelly ini termasuk gadis langsing tetapi ia sudah begitu piawai memanipulasi dirinya hingga bisa bercinta dengan berbagai ukuran ras. Ia mampu menampung ukuran 30 cm penisku di mulutnya sampai penuh dan menghisapnya kuat-kuat. Apalagi di dalam kemaluannya. Memang tidak bisa masuk semua sehingga pangkal penisku sampai tertekuk dan membengkok karena mentok dan menjejali mulut rahimnya.
Kelly Kei Kong sangat suka kedua lubang digilir dan dipakai sesukanya oleh pria. Ia tidak perduli apapun yang terjadi atau berapapun penis yang terjulur padanya. Sepertinya gadis China daratan ini sudah gila seks dari umur yang sangat belia. Ia paling suka dilecehkan walau di tempat umum sekalipun karena ia merasa paling nikmat dan adrenalin memacu paling kencang di situasi itu.
Kelly bermandikan spermaku sampai ia merasa betul-betul puas dan terbaring lemas. Giliran peserta audisi terakhir, Phoebe Starr dari Pennsylvania.
Tidak disangka, gadis sebebas Phoebe ternyata lebih menyukai gaya klasik, Missionary Style yang konvensional dan paling standar. Lelaki di atas dan perempuan di bawah. Walau ia juga tidak menolak gaya lainnya, tetapi yang paling dinikmatinya sampai membuatnya benar-benar puas sampai beberapa kalipun adalah dalam posisi normal ini.
Kuturuti semua apa yang paling disukainya sambil memompa dirinya tanpa kenal lelah sambil meremas-remas kedua dada atau ditingkahi dengan pagutan bibir. Tubuhnya berguncang-guncang karena hentakanku atau dari orgasme yang menerpanya. Dada indahnya berayun-ayun maju mundur dengan sangat cantik dan ritmis mengikuti gempuranku yang penuh tenaga.
Akhirnya kami berdua mengakhirinya dengan aku kembali menumpahkan lahar cinta itu ke dalam liang belianya yang telah haus akan gelora asmara berdua.
--------​
Saat aku turun dari ranjang dan berpaling pada Pablo dan semua kru studio ini, aku tidak melihat mereka pada tempat yang seharusnya. Semua orang berada di lantai kayu parket dan bermain dengan diri mereka sendiri. Begitu pun juga dengan beberapa wanita peserta audisi yang sudah aku gauli sebelumnya seperti Prangkorn Ruen, Sarah Jessica Amber, Tyra Snowfield, Miskaa, Loise Martinez dan Kelly Kei Kong.
Semua mempermainkan kelamin sendiri
Max My man I cant take it any more Youre too much I cant handle it but to play with myself Its too beautiful I never thought that a sex could be that beautiful As if I saw rainbow indoor or or an aurora in the tropical island Magnifico! (Max, temanku. Aku tidak sanggup lagi. Kau terlalu... Aku hanya bisa coli sendiri. Indah sekali. Aku tidak pernah menyangka kalau seks bisa seindah itu. Seperti melihat pelangi di dalam ruangan atau-atau aurora di pulau tropis. Hebat!) kata Pablo sambil bangkit dan memperbaiki restleting celananya. Studio ini sudah beraroma sperma dan vagina. Semua krew termasuk Esteban buru-buru melakukan hal yang sama juga.

========

QUEST#10

========​

Malam itu juga, aku menanda tangani sebuah kontrak sementara yang berlaku untuk satu bulan. Pablo berjanji akan menyiapkan sebuah kontrak baru yang katanya pasti akan membuatku sangat kaya. Aku hanya mengatakan kalau aku sangat senang bisa bergabung di Fireday Productions ini.
Pablo mengatakan kalau ia akan segera menjadwalkan sebuah scene khusus yang akan memperkenalkanku di website resmi Fireday Productions sebagai promosi awal. Akan ada pemotretan, shooting dan lain-lainnya.
Aku bahkan diizinkan untuk tinggal di Estate Paradiso Errare ini selama berada di pulau Christmas ini. Aku mendapat sebuah kamar kecil yang berada di lantai 2 Estate ini. Kamar bernomor 2669.
Kamar ini memiliki dua buah single bed dan sebuah kamar mandi mungil juga. Akomodasi yang kudapat adalah makan 3 kali sehari dan juga servis laundry. Ini sudah cukup lumayan sebagai bintang pemula dan aku tidak mau meributkan masalah akomodasi minim yang kudapatkan.
Karena hanya aku yang menanda tangani kontrak dengan Fireday Productions, Satria tidak boleh tinggal di Paradiso Errare ini. Tokoh Satria harus kembali ke hotel Sunset View dan meninggalkanku sendiri di sini.
--------​
Di kamar kecil ini sendirian saja dan sepertinya belum ada niat untuk segera tidur. Jam dinding kamar menunjukkan jam 2.47 pagi. Tentunya estate sebesar ini tidak akan pernah tidur di malam hari mengingat begitu padatnya jadwal perusahaan yang bergerak di multi bidang pornografi ini.
Kulewati lorong-lorong panjang penuh kamar di lantai dua ini. Tempat ini sudah mirip hotel dengan banyaknya kamar untuk menampung para bintang Fireday Productions yang kebetulan sedang berada di sini.
Dimana Velinda berada sekarang? Aku langsung mencari panjang gelombang target pencarian ZODIAC CORE kesepuluh ini, yang sebesar 1882 Hz itu.
Dengan radius pencarian 500 m Coremeter dari gadget HP-ku ini, aku bisa dengan mudah bisa menemukan perempuan itu. Ia sedang tidur di sebuah kamar yang jaraknya sekitar 150 meter dari tempatku berada sekarang. Di kamar itu hanya ada dia seorang. Kamarnya cukup besar Mungkin sesuai dengan level dan status bintangnya.
Kamar 2212 ingatku baik-baik tempat ini. Aku kembali berkeliling tempat ini sampai aku tiba di lantai dasar yang bisa langsung mengakses pantai di belakang sana.
Di lobby lantai dasar ini aku melihat beberapa orang sedang duduk-duduk. Sepertinya sedang menunggu sesuatu. Ternyata diantara mereka ada keenam gadis muda lawanku saat audisi tadi. Miskaa, Phoebe, Sarah, Kelly, Loise dan Tyra. Mereka memanggilku.
Ternyata mereka belum mendapat kejelasan tentang status mereka di Fireday Productions. Apakah akan mendapatkan kontrak atau tidak. Mereka diberi sedikit bocoran untuk menunggu sampai pagi karena aka ada sebuah pengambilan gambar. Shooting akan dilakukan di pantai dan pastinya akan membutuhkan banyak figuran.
Mereka bisa kembali unjuk gigi di shooting itu karena tema shooting nantinya adalah sebuah pesta pantai. Mereka berharap dapat tampil di shooting itu karena akan ada banyak kesempatan di sana. Dan karena itu mereka rela menunggu sampai pagi di tempat ini.
Aku diberi ucapan selamat oleh keenamnya karena berhasil mendapat kontrak sementara yang sudah bisa menentukan posisiku di Fireday Productions karena kelebihan dan kemampuanku. Sama denganku, Prangkorn Ruen juga mendapat kontrak yang sama karena keunikan dirinya yang sangat langka.
Sebagai ucapan terimakasih, aku mentraktir mereka minuman di café 24 jam Estate ini. Karena atas bantuan mereka juga aku bisa berhasil mendapat kontrak itu.
Sebenarnya aku mengkhawatirkan kesehatan mereka berenam karena begadang semalaman dan harus ikut shooting pagi nantinya. Apa mereka bisa maksimal?
Kuusulkan agar mereka tidur di kamarku saja. Walau kecil tapi mereka masih bisa tidur dengan layak dan bangun dengan segar pagi nanti. Mereka dengan senang hati menerimanya.
Berbondong-bondong kami kembali ke kamarku. Dua single bed itu kusatukan agar mereka semua bisa tidur bersamaan. Agak sempit memang tapi ini lebih mendingan dari pada begadang di lobby Estate.
Tyra menanyakan dimana aku tidur? Keenamnya saja sudah pas-pasan di atas dua single bed yang digabung ini. Aku akan mencari tempat lain. Kalian tidur saja yang nyenyak dan semoga beruntung besok pagi.
--------​
Kuketuk pintu kamar 2212 itu sekenanya. Tak lama pintu terbuka dan Velinda membukakan pintu untukku.
Siapa?... Max? Ini kau Satria? tanya Velinda mengenaliku segera. Aku hanya mendorongnya masuk sebagai jawaban setelah kupastikan kalau tidak ada orang lain di lorong ini.
Ada apa? Ke-kenapa kau kemari? tanya Velinda agak gugup tidak siap.
Tidak apa-apa Aku hanya perlu tempat untuk tidur malam ini Aku sudah ngantuk Boleh, ya? kataku tanpa banyak kata, duduk dan merebahkan diriku di sofa yang ada di kamar ini.
Tidur? Bukannya kau udah booking kamar di kota? Kenapa harus di sini tanya Velinda tak mengerti.
Aku sudah dapat kontrak di Fireday Productions Kontrak sementara, sih Hanya sebulan Aku sudah dapat kamar juga tapi sudah kuberikan pada enam cewek lawan mainku di audisi tadi jelasku. Semoga dia mengerti.
Baik tenan, sampeyan? Punya kamar dikasihin ke uwong lain Trus ujug-ujug masuk kamare uwong Heran aku katanya lalu kembali ke ranjangnya sendiri. Tarik selimut dan berusaha untuk tidur lagi.
Tapi posisi sofa ini tepat di depan tempat tidurnya sehingga kami berbaring berhadapan dan masih belum bisa tidur.
Cukup lama kami hanya saling pandang sampai akhirnya Velinda membalik badan dan membelakangiku.
Aku sudah ngantuk Sofa ini cukup empuk apalagi pendingin ruangan kamar ini cukup dingin dan membuaiku semakin ngantuk.
Tidur di sini Nanti kamu masuk angin tidur di situ gak pake selimut suara Velinda membuyarkan kantukku. Ia menggeser posisinya untukku berbaring di posisinya barusan.
Benaran? Aku gak pa-pa di sini, kok kataku.
Ra usah kakehan cangkem Pindah sini Cepetan katanya galak dan memaksa. Kuturuti saja. Sepertinya agak lebih mendingan di bawah lindungan selimut.
Walau di kamarku, di rumah aku sering tidur telanjang dada dengan AC menyala, tetapi tidak ada salahnya nyoba tidur seranjang dengan Velinda.
Ojo macem-macem! Turu-turu wae, yo? ancamnya agar aku tidak berulah saat tidur nanti. Dirapatkannya selimut tebal itu agar kami berdua terlindungi hawa sejuk pendingin ruangan system sirkulasi sentral ini.
Piyama tipis Velinda tidak begitu aku perhatikan karena aku sudah sedemikian mengantuknya juga akibat beberapa kali ejakulasi saat audisi tadi. Cukup menguras stamina. Harus kembali fit untuk esok hari.
--------​
Aku merasa ada sentuhan-sentuhan halus di pipiku.
Aku tidak langsung bangun mengingat siapa yang melakukan itu. Seluruh wajahku disentuhnya. Pipi, dagu, hidung, alis, kening, bibir dan daguku.
Lalu terasa hangat wajahnya mendekat walau ia menahan nafas dan terasa kecupan sekilas menyentuh dahiku. Tidak ditekan, hanya sekedar tersentuh saja.
Apa yang dilakukannya?...
Dari hembusan nafasnya, tanpa aku lihat, aku tahu pasti kalau ia masih memperhatikanku dengan tetap berbaring berhadapan denganku. Cukup lama ia begitu sampai aku yakin kalau Velinda sudah kembali tidur.
Pelan-pelan kubuka mataku
Pagi? sapanya ternyata masih terjaga.
Pagi jawabku. Jendela yang ada di kamarnya ini masih gelap tanpa ada sinar matahari pagi. Masih dini hari.
Sudah lama bangun? tanyaku masih berbaring.
Baru Gak lama sebelum kau bangun katanya.
Jam berapa sekarang? tanyaku.
Masih jam 5 pagi Kalau masih ngantuk kau boleh tidur lagi, kok katanya. Tubuh kami masih terlindungi selimut.
Velinda cantik kalau baru bangun tidur, ya? kataku menggodanya sekaligus memujinya.
Ah Kowe Guyon wae Mana mungkin cantik Kabeh ences ngene, kok katanya menghindar.
Betul, loh Tenan, kok kataku.
Wih, kuwe Sok pake boso Jowo Gak kenak aku dipuji kayak gitu Ra eneng duwete katanya.
Gak kenak tapi pipinya kok merah wee kataku terus menggoda.
Kowe, ya? Iihh kata gemas mencubit perutku di dalam selimut.
Ampun! Ampun! Jangan dicubit Atit kataku bermanja-manjaan dengannya. Alhasil malah Velinda semakin gencar mencubiti sekujur tubuhku. Kami tertawa-tawa di pagi dingin ini. Tetapi terasa hangat.
--------​
Kamar Velinda ini cukup elit karena memiliki mini pantry hingga kami bisa menikmati sarapan sendiri di sini. Memang hanya sekedar kopi, jus jeruk dan sandwich sederhana.
Velinda membuka semua jendela lebar dan gorden kamar ini sehingga cahaya mentari pagi membanjiri kamar ini. Sekarang lebih hangat.
Selesai menggosok gigi, Velinda kembali sarapan denganku. Ia minum kopi dan beberapa potong Cheese Sandwich. Sedang aku jus jeruk dan lebih banyak Cheese Sandwich.
Ia tertawa-tawa sambil menutup mulutnya melihatku memakan lagi dan lagi sandwich itu. Dadanya yang tak ber-bra berguncang-guncang di balik piyamanya. Rupanya ia tidak memakai celana panjang padanan piyama itu sepanjang malam. Hanya celana dalam berwarna hitam saja dan dipertahankannya sampai sekarang. Itu bukanlah hal yang sangat luar biasa baginya.
Dari jendela kamar ini, bisa terlihat sepotong pantai yang pasirnya putih dengan ombak lembut yang berkejaran membasahi pasir bersih. Suara ombak bisa membuatmu terlena sampai ke awing-awang kalau kau cukup dalam mencernanya.
--------​
Apa Velinda ikut shooting di pantai pagi ini? tanyaku saat ia menghirup kopinya.
Di pantai? Tidak Jadwal shooting-ku besok siang Hari ini acaraku kosong Tapi Cherry iya Entah kalau shooting yang kau maksud itu sama jawabnya setelah mengingat jadwalnya. Kenapa?
Aku teringat keenam peserta audisi itu Mungkin mereka sudah di pantai sekarang Velinda mau melihat-lihat? tawarku.
Sebaiknya kita jangan terlihat bersama Satria eh Max sebaiknya pergi duluan nanti aku menyusul katanya.
Baiklah Apa ada yang bisa Velinda nasehatkan padaku Sebagai yang lebih senior di dunia ini hal-hal apa saja yang harus aku waspadai dan cermati? tanyaku.
Satu hal yang harus kau waspadai adalah dirimu sendiri Kau harus tetap fokus dan yakin pada tujuan awalmu Kalau tidak kau malah akan bisa tenggelam dan hanyut di dalamnya dan tidak bisa keluar lagi Yang harus kau cermati adalah perhatikan sekelilingmu orang-orangnya lingkungannya situasinya dan juga kondisinya Jika sudah tidak merasa nyaman jangan ragu untuk memberontak Itu saja jelasnya. Ini semua pasti pengalaman pribadinya setelah hampir genap 6 tahun di Fireday Productions.
Terima kasih Akan kuingat itu terus jawabku lalu bangkit dan permisi keluar kamar ini. Aku kembali ke kamar milikku sendiri dan ternyata memang sudah kosong. Sebuah tas besar terlihat di atas ranjang single bed itu yang sudah dirapikan room boy. Ternyata sudah tiba
Tas ini adalah titipan dari Satria yang berisi pakaian dan peralatan keperluanku selama berada di tempat ini. Karakter Satria telah berbelanja barang-barang ini di kota Flying Fish Cove. Ia menitipkan tas ini ke security untuk disampaikan padaku.
--------​
Jadi apa yang terjadi dengan karakter Satria?
Aku sudah membagi dua tubuhku saat berangkat ke Australia beberapa hari yang lalu. Seperti yang sudah sering kulakukan. Yaitu tubuhku yang memakai CORE XOXAM melakukan misi pencarian ZODIAC CORE dan tubuh yang memakai CORE VOXA melakukan aktifitas sehari-hari. Lalu tubuh yang kupakai sekarang ini (memakai XOXAM) kubagi dua lagi menjadi Satria dan Max. Kalau sekedar MULTIPLICITY hanya akan bisa bertahan selama beberapa jam saja. Dengan kata lain, terbatas.
Kumanfaatkan kembali CORE yang kumiliki saat ini. CORE terbaru yang baru kuperoleh dari Sherly Ong, perempuan egois dari Singapura itu. CORE miliknya yang berkarakter memiliki dualisme itu kuberi nama DOUBLE.
Dengan DOUBLE aku membagi tubuh Satria menjadi dua. Satu tetap dengan karakter Satria dan yang kedua memakai SHAPE SHIFTING dan MIMIC menjadi Max.
Apakah tidak ada bedanya dengan MULTIPLICITY? Berbeda. Karena dengan DOUBLE hanya bisa membagi dua tubuh dan efeknya lebih semi-permanen selama kemampuan khusus ini tetap diaktifkan. Dan yang lebih penting, tidak terlalu menghabiskan tenaga dan staminaku.
Dengan MULTIPLICITY bisa membagi tubuh sebanyak-banyaknya sampai tidak terbatas jumlah dan tentu saja kemampuan ini akan banyak memakan energi, stamina dan terbatas waktu.
Aku sangat yakin potensi DOUBLE ini akan sangat berguna untuk misiku selanjutnya. Nanti akan kucoba memasangkan VOXA pada tubuh penggandaanku yang selama ini independen menggunakan CORE pribadi keduaku.
 
Terakhir diubah:
SIDE QUEST FILE #06
Flying Fish Cove, Wednesday, 16 December
Case File : Sherly Ong



Selesai mengantar Max, audisi dan tanda tangan kontrak sementara di estate Paradiso Errare malam itu sampai pagi, aku tak membuang-buang waktu. Aku keluar dari estate itu pagi-pagi buta.
Taksi tidak ada di sini pada jam segini tapi aku tidak perduli. Aku hanya berjalan saja mengikuti jalan hotmix menuju Flying Fish Cove.
Aku tak perlu takut jalan sendirian di tempat asing seperti ini dengan kualifikasiku sekarang. Mau orang atau setan aku tidak takut. Siapa aja kalau berani, maju saja kemari.
Sombong bener...
Tapi penggunaan DOUBLE saat ini sangat berguna padaku. Saat DOUBLE kuaktifkan, akan terbentuk dua wujudku. Masing-masing tubuhku itu lengkap memiliki semua kemampuanku tanpa cela. Artinya, CORE utama yang kupakai awalnya adalah XOXAM, sedang VOXA dipakai tubuh hasil aplikasi MULTIPLICITY yang sedang berada jauh di negara asal, kotaku. Mungkin dia sedang tidur sekarang kalau waktunya hampir sama dengan disini atau sedang sarapan untuk bersiap sekolah pagi ini.
Dengan DOUBLE, dua tubuh penggandaanku juga masing-masing mempunyai XOXAM sebagai CORE intinya. Hebat tidak itu?
Hanya saja, aku belum begitu tahu batas kekuatan DOUBLE ini. Sejauh ini sudah... 12 jam lebih aku memakai kekuatan CORE istimewa yang tidak sengaja kutemukan dan kudapatkan saat di atas kapal pesiar St. Luccia beberapa hari lalu. Dari seorang wanita aneh dari Singapura itu—Sherly Ong.
Semoga dia baik-baik saja setelah insiden hampir fatal itu. Saat kulakukan TRIGGENCE pertama kali, ia mengaku sedang berulang tahun malam itu (saat itu masih sekitar jam 22.30-23.00). Dan salahku tidak melakukan penyelidikan atau sekedar cek-ricek. Ternyata dia seharusnya berulang tahun keesokan harinya. Hasilnya terjadi suatu yang aneh pada tubuh wanita itu.
Cairan encer yang disebutkannya sebagai “pussy juice” itu terus menetes keluar dari kemaluannya. Sampai ia harus memakai pembalut karenanya.
Aku tidak terlalu yakin juga apakah itu sudah termasuk parah atau berbahaya karena logisnya, kalau tidak segera ditangani ia kemungkinan akan mengalami dehidrasi akut yang bisa berujung pada kematian. Atau adakah hal berbahaya lainnya yang akan menyusul setelah itu. Padahal cuma berbeda beberapa jam saja. Satu sampai satu setengah jam perbedaan waktu dari waktu pengambilan normal.
Penanganannya juga sekedar coba-coba. Kukembalikan sinar yang kuanggap sebagai INITIATE FORM DOUBLE itu dengan cara kumasukkan kembali lewat kemaluannya lalu kulakukan TRIGGENCE ulang di hari yang betul-betul ulang tahunnya. Untungnya berhasil dan aku bisa menikmati kemampuan khususnya yang sangat berguna bagi keseharianku.
Berjalan sendirian pagi ini sangat segar. Hitung-hitung olahraga pagi. Jalanan hotmix di pulau ini cukup bagus dan mulus. Walau berliku dan kadang menanjak, pemandangannya tidak bisa terlalu kunikmati karena masih sangat gelap. Dikejauhan di Timur sana, berkas cahaya terang mulai memerahkan langit.
Tidak lama aku tiba di Flying Fish Cove yang menggeliat bangun pagi ini. Beberapa kesibukan rutin kota mulai berjalan. Toko-toko mulai buka, mobil mulai berseliweran, penduduk bergegas ke tempat kerja. Aku terus melangkah menuju hotelku.
Sekitar pukul 6 pagi waktu setempat aku sampai di Sunset View Hotel. Aku tidak langsung ke kamar sewaanku melainkan ke tepi pantai seperti yang kulakukan kemarin sore. Duduk di tempat yang sama juga. Beberapa pengunjung hotel juga ada di sana.
Seorang pelayan hotel menawariku pilihan sarapan. Kupesan beberapa potong toast (roti bakar) dan kopi dengan tambahan beberapa potong sosis karena perutku lumayan lapar.
Matahari terbit di sini cukup bagus dan langitnya cukup cerah pagi ini. Angin semilir mengusir dinginnya malam dan menggantinya dengan kehangatan mentari.
“Is this seat taken? (Kursi ini kosong?)” tanya suara seorang wanita. Ini suara si Sherly Ong itu lagi.

Sherly Ong

(Komunikasi dengan Sherly Ong ini ditulis pake percakapan yang sudah diterjemahkan, terpisah dari Quest#10 ini) *capek yang pastinya. Ngetik Inggris trus diterjemahin lagi ke Indonesia*

“Kosong... Silahkan duduk nona Ong...” kataku membiarkannya duduk di dekatku lagi. Apa kabar orang ini?
Ia duduk dengan gaya berpakaian seperti kemarin lagi. Hanya yang berbeda adalah warnanya. Kaca mata hitam dan tas itu tetap dipakainya. Sherly Ong duduk sambil menatap deburan ombak yang menjilati bibir pantai. Ia bungkam saja.
Tak lama dua pelayan datang membawa pesanan kami berdua. Sherly Ong hanya memesan kopi. Tak mau memperdulikannya, kusikat pesananku. Sosis yang paling bisa mengganjal perutku saat ini. Kukunyah sosis sapi ukuran besar ini tanpa malu-malu di depan perempuan itu. Kadang kucocol dengan sambal cabai dan mustard yang disediakan. Tiga buah sosis segera berpindah tempat dan berikutnya toast itu yang kuserang. Terakhir kopi yang kusesap.
Aahh... Sedaaap! Kuseka mulutku dan bersandar puas di kursi dengan lega. Perutku tidak demo sembako lagi. Eaarrgghh... *sendawa*
“...sudah tidak keluar lagi...” cetusnya ketika aku bangkit untuk beranjak kembali ke kamarku. Enaknya setelah kenyang adalah tiduran.
“Bagus, deh...” jawabku. Aku mulai melangkah.
“Jadi... Sebenarnya apa yang telah terjadi padaku? Aku tidak tau kenapa... tapi kurasa kau tau jawabannya...” kata Sherly.
“Ng... Tidak apa-apa... Mungkin kau sudah sembuh atau... apalah itu namanya... Mungkin itu penyakit... mungkin...” kataku tak tertarik sama sekali untuk menjelaskan apapun padanya.
“Tapi kenapa aku merasa sangat terangsang sekali saat itu? Saat di St. Luccia... Dan kembali aku merasakannya kemarin sore... Aku tidak pernah merasakan yang seperti itu sebelumnya... Cuma sebentar saja tapi aku benar-benar... apa namanya? Meleleh?” katanya berdiri juga berharap bisa mencegahku untuk beranjak dari tempat ini. Dibukanya kaca mata hitam yang dipakainya.
Entah kenapa wajah cewek ini jadi lebih menarik dari yang pernah kuingat. Apakah pengaruh matahari pagi atau karena kesegaran udara?
“Ada sesuatu yang telah berubah di dalam dirinya, Satria... Kau tidak merasakannya?” tanya UNDINE tiba-tiba.
“Apanya yang berubah? Aku hanya merasakan sesuatu... Wajahnya menjadi lebih cerah... hingga ia lebih menarik saja... Sebenarnya dia cukup cantik...” kataku mengakuinya pada UNDINE. Aku tidak melihat ini sebelumnya.
“Meleleh bukan kata yang tepat, nona Ong... Mungkin puas lebih tepat... Apa yang kau rasakan sekarang? Apa kau masih merasakan dosa-dosamu tetap mengganggu harimu?” tanyaku urung melangkah pergi.
“Puas? Ya... Puas mungkin? Benar... Merasa berdosa karena telah mengambil uang itu tidak terlalu kurasakan sekarang... Entah apa ini tetapi bebanku seperti hilang begitu saja...” katanya merasakan perasaannya saat ini.
“Wah... Bagus itu... Perkembangan bagus... Mungkin juga sifat egoismu ikut hilang...” kataku agak sinis.
“Aku egois?” tanyanya kaget. Apa dia tidak merasa egois dengan hanya mementingkan dirinya sendiri dengan mengambil uang orang tanpa perduli. Walaupun dari ribuan rekening dia hanya mengambil satu sen saja. Itu tetap mencuri. Tak ada pembenaran di sana.
“Tanya aja dirimu sendiri...” jawabku hanya berdiri saja di depannya.
“Am... aa...” ia kehilangan kata-kata. Matanya liar berputar kesana-kemari mencari alasan ataupun penyebab. Ia duduk kembali ke kursinya dan menghela nafas panjang.
“Kau bisa mulai dengan mengembalikan uang itu... Atau sisa uang itu tepatnya...” kataku memberi contoh solusi.
“Atau kusumbangkan ke yayasan sosial?” katanya sendiri perlahan. “Banyak orang yang membutuhkan uang ini dari pada aku... Aku bisa bekerja dan mendapat gaji besar dengan mudah tapi aku tidak mau terikat dengan satu institusi tertentu yang terlalu formil...” katanya meluncur dengan lancar.
“Yah... itu juga bagus... Lebih bagus malah menurutku... Kudengar ada banyak jenis kerjaan begitu di luar sana... Dengan pengalamanmu... tak sulit bagimu mencari kerja seperti itu... OK... Selamat dan sukses, deh... Ciao!” kataku berbalik dan pergi.
“Tak bisakah kita ngobrol lebih banyak lagi?” katanya mencoba menahanku lebih lama.
“Mm... Aku sangat ngantuk... Bagaimana kalau sehabis makan siang... Sekitar jam 2... Boleh?” kataku. Ini untuk menghabiskan waktuku selama ada di Flying Fish Cove. Aku tidak ada kerjaan lain selain mengunjungi estate Paradiso Errare esok hari karena aku ada janji temu dengan Pablo dan Esteban. Paling-paling aku hanya keliling pulau Christmas ini menikmati semua destinasi wisatanya.
“Boleh...” jawabnya berseri-seri. Lebih enak melihat tampangnya yang begini dari pada yang kemarin-kemarin. Jutek dan menyebalkan.
“OK... Sampai jumpa nanti siang... Dah...” aku lalu pergi dan mulai menguap lebar. Kurogoh HP-ku karena ada sebuah pesan masuk. Sialan cuma iklan SMS nyasar. Eh! Aku lupa mematikan Coremeter ini. Aplikasi ini cukup menguras batre HP hingga indikasi daya-nya tinggal 15%.
Ada CORE istimewa di belakangku!
Jaraknya hanya beberapa langkah di belakangku. Di sana hanya ada Sherly Ong yang sedang menghirup kopi. Panjang gelombang CORE istimewa itu 2612 Hz. Sama persis seperti CORE DOUBLE yang kuambil darinya kemarin.
Kenapa masih ada CORE istimewa dengan panjang gelombang yang sama dengan DOUBLE?
“Sherly... Apa yang sedang dia rasakan sekarang, ya?” tapi aku harus tidur dulu. Masalah ini harus kupikirkan masak-masak.
--------​
“Hai... Selamat siang? Sudah makan?” sapa Sherly ketika kami bertemu kembali siang ini. Ia hanya memakai BH bikini berwarna pelangi yang lazim dipakai pengunjung pantai dan sebuah celana longgar berbahan katun. Kaca mata hitam disampirkan di dahi dan tas besar kainnya tak ketinggalan. Ia memakai kaca mata minus berbingkai merah. Ia kelihatan lebih segar dan wangi.
“Sudah... Nona Ong juga sudah makan?” tanyaku berusaha ramah karena ia juga ramah kini. Kami bertemu di depan pintu kamar hotel kami yang kebetulan saling berhadapan.
“Belum, nih... Kita nanti cari makan di luar hotel aja ya? Bosan makanan hotel terus... Jangan panggil nona Ong terus... Sherly aja...” katanya akrab.
“Boleh-lah...” kataku lalu mengunci kamarku dan Sherly juga. Kami lalu melangkah menuju lobby untuk keluar hotel.
“Satria sudah pernah ke pulau Christmas ini sebelumnya?” tanya Sherly saat kami di depan resepsionis.
“Ini yang pertama kali... Tak sengaja sampai kemari... Tak ada rencana kemari juga...” kataku menyiapkan kaca mata hitamku karena di luar matahari sangat terik.
“O iya... Gimana caramu ada di atas St. Luccia? Kamu masih sangat muda... Masih High School, kan?” sadarnya baru sekarang. Kalau dia aku paham, pasti ia membayar mahal untuk ikut pelayaran itu.
“Aku diajak seseorang di Productions itu naik St. Luccia... Ya ikut aja... Gratis...” jawabku jujur.
“Boleh begitu, ya... Broker itu sialan juga... Aku juga dapat tiket undangan tapi disuruh bayar $50.000,-...” katanya mengaduk-aduk isi tas kainnya dan mengeluarkan potongan tiket St. Luccia yang sudah disobek. Disodorkannya padaku.
“Iya... Ini tiket Invitation Only... Sherly sudah dibohongi...” kataku lucu melihat mimik mukanya yang kesal. Pipinya digembungkannya seperti ikan buntal dan tangannya dilipat di depan dada hingga payudara 34C-nya membusung.
“Siapa kenalanmu di Fireday Productions? Sori kalau nanya-nya keterlaluan...” katanya. “Kalau mau dijawab gak apa-apa... kalau gak mau dijawab, ya keterlaluan...” candanya. Bisa bercanda ternyata orang ini.
“Paulo Pablo...” jawabku mengabulkan keinginannya.
“Paulo Pablo? Wah... Kenalanmu high class sekali... Paulo kan seperti bos kedua di Fireday setelah Scott Geoffrey?” kata Sherly ternyata paham struktur organisasi Fireday Productions.
“Masa... Aku gak tau...” kataku merendah. Kami sudah sampai di luar hotel. Mata sipit Sherly tinggal segaris karena berusaha beradaptasi dengan silaunya sinar matahari. Padahal ada kacamata hitam di dahinya. Mungkin ia lupa.
“Kita keliling pulau ini naik sepeda motor aja... Di sana ada rental-nya...” tunjuknya pada sudut hotel. Ada sebuah bangunan kecil dengan beberapa buah motor trail yang diparkir rapi.
“Kenapa gak sewa mobil saja?” protesku.
“Katanya ada sudut-sudut tempat di pulau ini yang tidak bisa dilalui mobil... Track off-road... Jalan hutan... Jalan berbatu... Apa Satria mau mengunjungi ke tempat-tempat yang...” ia menggelengkan kepalanya, “biasa-biasa aja?” sepertinya ini tantangan karena ia mengira aku seperti remaja pria umumnya yang suka petualangan.
“Bolehlah...” kataku lalu menyiapkan kartu kredit saktiku.
“Eh, jangan... Biar aku yang bayar... Aku yang ajak kamu, kan?” katanya begitu kami sampai di rental motor trail itu. “Dua motor...” katanya pada petugas penyewaan itu dan meletakkan kartu kredit miliknya.
“Tolong ID dan International License-nya?” minta petugas itu.
“Satria punya International License?” tanya Sherly mengeluarkan dompet dan passport miliknya dari dalam tas.
“International License (SIM Internasional)? Aku cuma punya SIM A umum dari negaraku...” tunjukku pada kartu SIM A yang baru beberapa bulan ini kupegang.
“Mmm...” Shery menggaruk kepalanya yang pasti bukan karena gatal. “Satu saja... dan tolong helm-nya dua...” kata Sherly meralat pemesanan sewa motor trail-nya pada petugas rental.
“Mereka cuma mau menyewakan motor ini pada orang asing yang punya SIM Internasional... Aku punya tapi Satria tidak... Biar aku yang bawa motornya dan Satria kubonceng... Mau, ya?” jelasnya.
“OK... Mau, deh...” jawabku menurut. Aku juga belum tentu bisa naik motor trail itu. Pengalamanku naik motor cuma sebatas motor pinjaman. Apalagi dibonceng perempuan. Pasti sensasinya berbeda.
Sebuah motor trail berwarna dominan hijau ditunjukkan petugas rental beserta kunci kontak dan dua buah helm full face model off-road. Bahan bakarnya diisi full tank dan tekanan angin kedua ban diperiksa dan disesuaikan untuk dua penumpang.
Sherly ternyata dengan mahir mengendarai motor trail ini dan kami sudah ada di jalanan hotmix menuju selatan pulau.
“Pegangan yang kuat, Satria!” teriaknya agar bisa terdengar melewati deru mesin motor yang meraung, sebelum ia berbelok di sebuah persimpangan. Sebelumnya aku cuma berpegangan pada pinggulnya saja dan saat ia berbelok patah, aku terpaksa harus memeluk pinggangnya.
Groong... Grooongg.... Grroooonggg!
“Asik, kan?” teriaknya lagi dari balik helm.
“Ya!” jawabku berteriak juga agar terdengar. Aku hanya terus memeluk pinggangnya. Merasakan kulit perutnya yang halus. Rambutnya yang berkibar-kibar ditiup angin sesekali menampar mukaku.
Sherly meletakkan HP-nya di craddle diatas speedo-meter motor untuk menggunakan program GPS. Ia menunjukkan beberapa tempat yang direkomendasikan pengunjung lain seperti taman, pusat rekreasi, toko dan lainnya.
Motor ini terus melaju dengan kecepatan sedang mengikuti jalan hotmix yang mengitari bagian utara pulau dan berbelok ke selatan. Segera kami menjumpai beberapa kelompok orang yang sedang berkumpul di tepi hutan lengkap dengan teropong binokular dan topi; mengintip ke atas kanopi pepohonan.
“Bird-Watching (Mengamati burung-pen)” serunya menunjuk orang-orang itu. Ada sekawanan burung-burung endemik pulau ini yang sedang bertengger di puncak pohon.
Terus melaju dan kami sampai pada sudut terluar paling utara pulau Christmas bernama North East Point. Dari sini yang terlihat luas adalah laut bebas Samudra Hindia. Langit cerah dengan awan putih menambah keindahan panorama alam.
“Di sepanjang laut sini biasanya dipakai untuk menyelam... Kau bisa menyelam, Satria?” tanya Sherly selagi ia menunjukkan beberapa spot menyelam. Terlihat beberapa kapal kecil yang sedang membuang sauh menunggu para penyelam naik kembali ke permukaan. Aku menggeleng. Entah dia lihat dari kaca spion atau tidak.
“Dulunya pulau ini hanya menghasilkan pemasukan dari tambang fosfat... Sampai tahun 1987 semua tambang sudah ditutup dan dibuka lagi tahun 1991...” jelas Sherly tentang perekonomian pulau kecil yang lokasinya sangat dekat dengan pulau Jawa ini (500 km).
Motor terus dan terus melaju. Aku hanya menikmati perjalanan dibonceng seorang wanita di atas motor trail yang hanya mengenakan BH bikini saja. Kadang aku mengamati kulit punggungnya yang sangat putih hampir pucat. Angin laut yang segar melewati pepohonan di tepi jalan. Sinar matahari di sebelah Barat untungnya tertapis dedaunan nyiur yang tumbuh tinggi dan rapat.
Mendekati semacam resort di kejauhan, Sherly melambatkan laju motor trail-nya. Kukira ia akan menuju kesana saat kami melewati resort bernama CI Resort itu. Motor terus melaju hingga mulai menapaki jalan kasar dari tanah.
“Kita jalan trus sampai ke pantai Lily... Jalannya agak kasar... Tahan sebentar, ya?” kata Sherly. Aku mengangguk.
Jalan ini diperuntukkan untuk kendaraan seperti ini, ATV ataupun mobil berpenggerak 4 roda (4WD) dan untungnya tidak terlalu becek hingga tidak menimbulkan kubangan kerbau yang parah. Tetapi jalannya mendaki dan menurun yang memerlukan akselasi kuat kendaraan yang mumpuni.
Selama sekitar 10 menit kami terguncang-guncang di atas motor trail ini. Aku mengencangkan pegangan tanganku pada pinggang Sherly. Sudah tidak terhitung berapa kali lenganku terhimpit dadanya yang lumayan empuk.
Motor trail akhirnya sampai pada dataran landai yang menuju laut lepas di depannya. Ada plang nama bertuliskan “Lily Beach”, tempat tujuan kami. Tak jauh dari pantai, di selatan ada tanjung yang bernama Sleep Point.
Ternyata di pantai ini sudah ramai oleh para pengunjung. Payung-payung pantai sudah mengembang di berbagai tempat. Puluhan orang berjemur. Beberapa bermain air dan agak di tengah ada yang snorkeling.
“Di sebelah sana ada pantai lagi, Satria... Kau mau di sini aja atau kita kesana?” tawarnya. Arah yang ditunjukkannya merupakan sebuah pantai lain yang harus dijangkau dengan berjalan kaki agak di Utara pantai Lily ini.
“Apa yang spesial di sana?” curigaku. Apa bedanya pantai yang berdekatan begini?
“Kalau beruntung kita masih bisa menemukan kepiting merah endemik pulau ini...” jelas Sherly. “Biasanya mereka migrasi massal ke laut di bulan November lalu untuk bertelur... Tapi mungkin saja masih ada yang tersisa di sana...” lanjutnya.
“Oo... Ya aku pernah liat di TV... Kepiting kecil yang jumlahnya banyak sekali... Jalan bersama-sama sampai memenuhi jalan...” ingatku. Ini adalah jenis kepiting merah endemik pulau Christmas yang bisa mencapai 100 juta ekor tiap migrasi tahunan. Betina bertelur di laut agar embrionya berkembang untuk kemudian besar di darat. Migrasi binatang ini biasanya selalu diikuti oleh musim penghujan. “OK-deh... Kesana aja...” setujuku akur.
“Ayo... Namanya pantai Ethel...” kata Sherly setelah memarkir motor trail sewaan di barisan parkir kendaraan lain yang sudah disediakan. Kami lalu berjalan ke Utara. Jalannya merupakan jalan setapak.
Dan benar saja, saat kami berjalan, beberapa titik merah bergerak dari balik pepohonan menuju pantai. Itu adalah beberapa ekor kepiting merah yang migrasi massal-nya bahkan sudah dianggap sebagai keajaiban alam dunia.
Sherly langsung mendekati barisan kawanan kepiting merah terdekat. Ia langsung berjongkok dan mengambil foto dengan HP-nya. Ia kelihatan sangat takjub dengan ke-cuekan binatang itu yang tergesa-gesa berjalan ke samping menuju laut untuk bertelur.
“Kau liat, Satria? Lucu sekali mereka...” serunya tak khawatir suaranya mengagetkan kawanan kepiting merah ini. Aku hanya tersenyum kecil sambil memainkan HP-ku juga. (Coremeter-ku tepatnya).
Panjang gelombang CORE istimewa-nya masih sama dengan yang tadi pagi. 2612 Hz.
“Sherly...” panggilku menarik perhatiannya. Ia masih asyik memfoto kepiting-kepiting sesak bertelur itu. “Sherly...” panggilku sekali lagi.
“Ya... Ada apa?” jawabnya akhirnya.
“Apa kau pernah melihat monster srigala berkepala dua?” tanyaku terus terang. Tidak ada orang lain di sini.
“Monster apa? Kepala dua?” katanya tak terlalu mendengar.
“Kejadian aneh 8-9 bulan lalu... Ada banyak mahluk aneh yang muncul dan terbang ke langit... Kau mengalaminya juga, kan?” kataku coba mengingatkannya kembali.
“Ooh... Itu... Ya... Monster srigala berkepala dua... Ada juga yang lain... seperti manusia kucing... jumlahnya banyak seperti kepiting merah ini juga... Terbang ke langit... Kenapa kau menanyakannya?” ingatnya ternyata.
“Ada berapa monster srigala yang Sherly lihat saat itu? Aku cuma ingin tahu saja... Apakah ada sesuatu yang sangat luar biasa setelah itu?” tanyaku lagi tak segan mengoreknya.
“Hmm... Apa, ya? Kaget sekali aku waktu itu... Tapi itu wajar... Semua orang juga kaget... Kalau yang luar biasanya... Waktu serigala berkepala dua itu terbang ke langit... tubuhnya terbelah dua... Lalu yang sudah terbelah dua itu... terbelah dua lagi... Persis seperti amuba membelah diri gitu...” jelas Sherly mencoba mengingatnya. “Sehingga jumlahnya jadi sangat banyak...”
“Wow?” kagumku. Itu sangat luar biasa. Berarti waktu itu, CREATURE FORM DOUBLE yang ikut merespon FLOOD SWARM bentuk Mighty Lord-ku, menggunakan tenaga penuhnya untuk membasmi iblis bawahan Lucifer.
Tapi itu belum menjawab kenapa sekarang ada dua CORE istimewa DOUBLE sekarang. Satu yang sudah kuambil dari Sherly kemarin dan satu lagi masih di dalam tubuhnya. Apa pada awalnya memang ada dua DOUBLE di dalam tubuh Sherly?
Atau...
Karena insiden kesalahan hari ulang tahun itu hingga secara tidak sengaja terbentuk dua CORE istimewa di dalam tubuh wanita bernama Sherly Ong ini.
TRIGGENCE pertama yang kulakukan di atas dek St. Luccia, aku mendapatkan seberkas sinar yang kukira merupakan INITIATE FORM CORE istimewa milik wanita ini. Tetapi karena kurangnya syarat waktu yang diperlukan, CORE istimewa itu tidak lengkap. Aku hanya mendapatkan sebagian kekuatan CORE DOUBLE dan sisanya tertinggal dan mencoba mempertahankan bentuknya. Pada kasus normal, saat aku berhasil mengambil CORE istimewa lewat TRIGGENCE, keistimewaan CORE itu kuambil dan tertinggal CORE manusia biasa yang berpanjang gelombang ±500 Hz.
Kebetulan CORE yang kuambil ini bisa menggandakan dirinya; yang dilakukannya sebagai insting bertahan hidup. Dan lebih kebetulan lagi keesokan harinya, kulakukan TRIGGENCE kedua dalam rangka penyelamatan dirinya setelah kumasukkan kembali separuh INITIATE FORM CORE DOUBLE ke tubuh Sherly Ong. CORE istimewa itu mendapatkan kembali kesempurnaannya dan terjadinya keajaiban itu. Kedua pecahan INITIATE FORM CORE DOUBLE di dalam tubuhnya menjadi dua CORE istimewa DOUBLE. Satu kuambil dan satunya bertahan di dalam tubuh Sherly.
“Kurasa memang begitu, Satria...” setuju UNDINE. “Memang tidak ada alasan lain yang mungkin terjadi pada perempuan ini...”
“Kenapa Satria? Kau seperti sedang memikirkan sebuah kalkulasi Quantum yang sangat rumit... Mukamu lucu sekali kalau sedang berfikir, loh?” kata Sherly masih berjongkok di depan kepiting merah berbaris.
“Sori, Sherly... Tiba-tiba aku teringat sesuatu yang rumit... Habis ini kita kemana lagi?” tanyaku. Kasus ini kuanggap sudah selesai. Masalah semua sudah beres dan Sherly Ong bisa melanjutkan hidupnya seperti biasa kalau ia mau.
“Satria mau berenang di pantai?”
 
Nice... great job om max ryu... great fuck hahahhahahahaah🙏🙏🙏🙏🙏
 
Nice suhu, :baca: dulu
Nah terjawab sudah efek samping triggence yang ga pas waktunya.. Apa cuma core sherly aja yang bisa membelah inti jadi dua kalo diambil ga pas ultahnya? :huh:
 
Ymaksud y bkn di sebar ke umum ts
Cukup di unjukin ke ortu satria aja
Respon ortu satria ngeliat rekaman begitu pastinya malu2in banget aib keluarga
norma indonesia pemain bokep itu kerjaan hina banget

nnt masalah itu akan dibahas lebih lanjut kok. ada waktunya... oc hu?
 
Nice suhu, :baca: dulu
Nah terjawab sudah efek samping triggence yang ga pas waktunya.. Apa cuma core sherly aja yang bisa membelah inti jadi dua kalo diambil ga pas ultahnya? :huh:

itu sangat beresiko tinggi. itu hanya kebetulan core sherly adalah jenis yg mmg membelah diri hingga dinamai double oleh Satria. klo coba dilalukan pd cewek lain ga jamin juga bisa kejadian begitu.
contohnya wktu kejadian sama Nining dulu, ortunya smpe harus buat acara pemanggilan yg berujung bentrok sekampung. itu masih separuh jiwanya yg diambil.
 
Kalo di ambil lagi Core Istemewa yg ke 2 gimana yah?
Brati musti tggu tahun depan dong suhu

secara teori itu bisa. tp Satria bukan orang serakah. lebih ke oportunis yg memanfaatkan kesempatan. untuk apa jg dia punya 2 core double itu? satu saja udah cukup untuknya dan lumayan bermanfaat utk kesehariannya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd