Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Quest

Bimabet
Semakin kesini smakin halus pergantian antar fragmen dalam crita ini..
Lanjutkan slalu suhu Ryu..banyakin istirahat dl jg..drop pikiran n perasaan wajib direcovery dl.drpd mau nulis sesuatu malah feel dlm crita tergerus.

Yg pnting tetap semangat.
 
========
QUEST#10
========​

Gadget HP andalanku kubenamkan di lantai penthouse ini dengan menggunakan SHADOW GEIST. Aku sempat curiga kalau Scott Geoffrey akan memeriksa alat itu saat aku melepasnya dini hari tadi. Saat aku bersama dengan keenam personil 3 Versus 3 itu, ia menghilang. Kemungkinan besar ia mencari peralatanku ini.
Untung saja kusimpan dengan aman di dalam lantai yang tidak mungkin bisa disentuhnya tanpa menghancurkan lapisan lantai ini dengan peralatan berat.
Turun dari penthouse mewah itu melalui lift yang sudah aktif kembali, kami menemukan Kyung Sang masih terjebak di dalam lift ini. Ia sangat pucat karena ketakutan terperangkap beberapa jam tanpa penerangan dan ruang sempit.
3 Versus 3 mendapat bagian dua buah kamar suite terhubung di lantai 3. Masing-masing kamar memiliki dua buah ranjang untuk menampung keenamnya. Apalagi mereka memiliki predikat ganda di Fireday Productions ini. Bintang K-Pop dan juga bintang porno. Mantan.
Setelah Hyun Jun Rae dan aku memakai pakaian yang pantas kami langsung mencari dokter yang ada di kapal pesiar ini. Gadis Korea itu langsung diperiksa dan hasil kehamilannya negatif. Tetapi hasil ini belum final karena hasil sebenarnya akan diketahui setelah setidaknya dua minggu setelah ovulasi.
Memang dokter mengatakan kalau hasil tes menunjukkan kalau Hyun Jun Rae sedang dalam masa suburnya hingga sperma sehat manapun akan mampu membuahi sel telurnya sampai menghasilkan kehamilan. Tetapi tes juga menunjukkan kalau belum ada tanda-tanda kalau telah terjadi pembuahan.
Dokter lalu beralih padaku sebagai orang yang seharusnya telah membuahi sel telur Hyun Jun Rae. Setelah wawancara sebentar, ia memintaku untuk tes mengetahui kesehatan dan kualitas sperma milikku.
Aku pikir ada baiknya kalau aku melakukan tes ini. Akan sangat mengerikan kalau ternyata aku sebenarnya mandul alias tidak bisa menghamili siapa-siapa. Sudah berapa banyak perempuan yang kutiduri dan tak ada laporan kehamilan sama sekali. Sampai sekarang. Lagipula tes ini tidak akan diketahui siapa-siapa. Karena ini tes pribadi dan sangat rahasia.
Walau hanya di kapal pesiar, ternyata dokter ini adalah salah satu dokter resmi yang selalu digunakan Fireday Productions untuk memeriksa kesehatan para bintangnya. Jangan sampai mereka terkena penyakit kelamin atau penyakit lainnya selama bekerja yang akan mempengaruhi kinerja mereka di lapangan.
Peralatan bekerjanya lengkap untuk mendeteksi berbagai penyakit atau pengobatan yang diperlukan beserta obat-obatannya. Kami diminta untuk menunggu sebentar dan kami duduk berdua.
--------​
“Aren’t we like real couple now… Sitting together in gynocologist lobby room to check out my pregnancy…” (Kita sudah kayak pasangan betulan sekarang. Duduk berdua di lobi dokter kandungan untuk memeriksa kehamilanku) katanya. Ia selalu berpikir positif. Mungkin ini nilai terbaiknya.
“Are you really want to marry me, Hyun Jun Rae… We both barely know each other… I got a girl friend that I love and I believe that you too… have a boyfriend… Yet… we both too young to marry now…” (Apa kau benar-benar mau menikah denganku, Hyun Jun Rae? Kita hampir tidak saling mengenal. Aku punya pacar yang aku sayangi dan aku yakin kau juga, punya pacar. Apalagi kita terlalu muda untuk menikah sekarang) kataku.
“I have no boyfriend at this moment… Don’t have time for a relationship… But in this circumstance… I can be a good wife for you… I can cook… do laundry… clean up the house… the groceries… all housewives works… I can do all of that…” (Aku tidak punya pacar saat ini. Tidak ada waktu untuk hubungan itu. Tapi di kondisi ini, aku bisa jadi istri yang baik untukmu. Aku bisa masak, mencuci pakaian, membersihkan rumah, belanja, semua pekerjaan ibu rumah tangga. Aku bisa melakukan semua itu) katanya kukuh tetap mau jadi istriku.
“I’ll follow you every where you want to go… We can live in Indonesia… or in South Korea…” (Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi. Kita bisa tinggal di Indonesia atau di Korea Selatan) tambahnya lagi.
“How about your career in K-Pop? Your twin sister… Hyun Jun Sul? Have you talked to her about this marriage stuff?” (Bagaimana karirmu di K-Pop? Saudara kembarmu, Hyun Jun Sul? Kau sudah pernah membicarakan pernikahan ini?) tanyaku mencoba mengalihkannya pada pekerjaannya.
“Girl band won’t last forever… I can do soloist instead if you don’t mind… Besides… Hyun Jun Sul is not really my twin sister… She’s just a nice girl that really look a lot like me… As if we are twin… In 3 Versus 3… only Kim Rana and Kim Mira are the real twin… Sin Ih Hye and Sin Ih Jun are mere sisters… I can live without them…” (Girl band tidak akan bertahan selamanya. Aku bisa tampil solo kalau kau tak keberatan. Di samping Hyun Jun Sul bukan benar-benar kembaranku. Dia hanya gadis baik yang sangat mirip denganku. Seolah-olah kami kembar. Di 3 Versus 3, hanya Kim Rana dan Kim Mira yang kembar benaran. Sin Ih Ye dan Sin Ih Jun hanya bersaudara. Aku bisa hidup tanpa mereka) katanya. Benar-benar selalu berpikir positif anak ini. Aku sampai kehabisan akal untuk lepas darinya. Bahkan ia rela memberitahu rahasia 3 Versus 3.
“Here come your test…” (Pemeriksaanmu sudah datang) katanya melihat dokter itu keluar dari ruangannya membawa sebuah map di tangannya. Kami duduk kembali di depan meja dokter itu.
--------​
Dari penjelasan dokter diketahui kalau kualitas dan kesehatan spermaku baik-baik saja. Normal. Ukuran, jumlah dan pergerakannya dalam kriteria normal. Tidak ada masalah dengan kemampuanku untuk bereproduksi.
Ini semakin membuat Hyun Jun Rae senang. Semakin besar peluangnya untuk hamil dan mengandung janinku.
--------​
Dalam kekalutan ini, ia membawaku ke ruangan makan karena kami sama sekali belum sarapan. Ia memilihkanku semangkok besar spaghetti dengan banyak meatball, segelas besar jus jeruk dan sepiring besar buah melon. Katanya ini Brunch. Breakfast dan Lunch digabung.
Ternyata bukan hanya kami yang sarapan terlambat. Banyak lainnya yang ada di ruang makan ini. Tetapi sudah banyak juga yang sudah selesai dan kembali ke kamar untuk melanjutkan tidur.
Aku melihat Velinda, Cherry, Cecillia dan Honey duduk di tempat kami semalam makan. Mereka memanggilku bergabung karena melihat seorang personil 3 Versus 3 ini menggandeng tanganku.
--------​
“Ngapain lo dengannya? Ada maen apa?” tanya Cherry penasaran sekali.
“Hush… Kowe ini, Cher… Cher…? Tunggu anak’e jagong dulu, napa? Dia ‘kan mau ngenalin kita kabeh karo ‘cah Korea iku…” kata Velinda menyikut rekan Semarang-nya itu.
Honey Bee melihatku tak berkedip dan mulut sedikit terbuka. Tidak menyangka kalau aku akan menggandeng cewek lain di kapal ini. Lagian sebenarnya, kan gak ada masalah…?
“Hyun Jun Rae… Meet some of my fellow Indonesian… She’s Velinda Shaw… Blacksweet Cherry… and Cecillia Bigdove… And this one is Honey Bee… She’s from Taiwan…” (Hyun Jun Rae. Kenalkan teman-temanku dari Indonesia juga. Dia Velinda Shaw, Blacksweet Cherry dan Cecilia Bigdove. Dan yang ini Honey Bee. Dia dari Taiwan) kataku memperkenalkan mereka satu persatu.
“I’m Hyun Jun Rae of 3 Versus 3… Nice to meet you…” (Saya Hyun Jun Rae dari 3 Versus 3. Senang berkenalan dengan kalian) katanya membungkuk mirip seperti adat Jepang.
Aku memilih duduk di samping Velinda yang menggosip bersama Cherry. Hyun Jun Rae duduk di samping Honey.
“Aku masih bingung-la… Bagaimana si Velinda ada di kamar duluan dari pada kita? Semua pintu kamar, kan terkunci dan baru terbuka jam enam pagi…” kata Cecillia.
“Rahasia…” kata Velinda menyikut pinggangku dan sok imut dengan jari di dagu. Dia dilempari berbagai macam benda oleh teman-temannya. Aku dan Hyun Jun Rae tertawa-tawa juga.
--------​
“Gua capek banget… Entah dah berapa orang yang masukin tongkolnya ke meqi-ku… Sampe perih, tau?” kata Cherry mengurut-urut selangkangannya di bawah meja.
“Wah… Kalau aku mandi mani… Mani di mana-mana… Di nenenku… di leher… di perut… apalagi di nonokku… Banjir…” sambung Cecillia.
“Kalau aku bisa mandi dengan tenang dan tidur di kamar… Selamat… He… he… he…” kata Velinda tertawa-tawa mensyukuri keberuntungannya tadi malam. Tapi kami saling bungkam tidak memberitahu caranya.
“Ya, elo… Nyelamatin diri sendiri aja… Gak ngajak-ngajak temen…” kata Cherry.
“Kalo rame-rame bisa ketahuan… Trus… kowe kemana aja, Sat? Ujug-ujug bawa wedho Korea mrene?” tanya Velinda padaku. Mungkin dia pingin tahu juga apa yang kulakukan setelah berduaan dengannya di kamar setelah pesta itu.
“Aku dipanggil sama boss Scott Geoffrey untuk nyatroni mereka ini… Katanya karena mereka gak mau gabung di party tadi malam… Kami masuk ke ruang rias mereka… dan membawa mereka semua ke penthouse lantai 4… Aku disuruh boss ngehajar mereka semua sekaligus… Gitu…” kisahku singkat saja. Membuang beberapa informasi dan detil tertentu.
“Uih…” kata Cherry dan Cecillia bersamaan. Mereka berdecak kagum karena aku bisa diajak oleh Scott Geoffrey. Honey yang tak paham pembicaraan kami, diam saja bersama Hyun Jun Rae.
“Trus… cah Korea iki? Ngintilin wae… ono opo?” tanya Velinda. Mereka bertiga melirik Hyun Jun Rae. Gadis Korea yang ngerti dibicarakan itu menunduk dan tersenyum.
“Minta dikawinin…” kataku.
Burp!
Hampir saja Cherry tersedak saat ia akan meneguk air mineral botolannya. Mereka memelototi kami berdua.
“Baru sekali digituin sudah minta kawin? Kalau boleh gitu… aku juga mau…” kata Cherry. Dibenarkan sama Velinda dan Cecillia juga. “Lo bukan dapat perawannya, kan?” tambah Cherry.
“Ini gara-gara kompetisi Shoot Out itu, loh… Rupanya gak pernah ada yang menang di lomba itu… Makanya mereka ini… 3 Versus 3 mau jadi target lomba itu… Eh… Sekalinya aku ikut… nembak… tepat masuk di anunya… Dia dan anak-anak 3 Versus 3 sudah lama nggak ngeseks… jadi gak pake alat KB lagi… Jadinya dia yakin sekali kalau dia bakalan hamil gara-gara aku…” jelasku panjang lebar.
Mereka tertawa lagi kecuali Velinda. Ia mendekatkan mulutnya di telingaku. “Jadi gara-gara aku… kau dapat masalah ini, ya?” bisiknya. Ia pasti berpikir karena untuk membawanya keluar dari pesta itu dengan cara memenangkan kompetisi nyeleneh itu dan memilihnya sebagai hadiah, aku berada dalam masalah pelik sedemikian ini.
Aku hanya menggeleng.
--------​
Velinda membawa Hyun Jun Rae ke sudut ruangan makan dan berbicara berdua saja. Entah apa yang dikatakan bintang top Fireday Productions itu pada Hyun Jun Rae sampai ia menangis dan berlari meninggalkan ruang makan ini dengan menutup mulutnya.
Untungnya tidak banyak lagi orang di ruangan ini dan menyaksikan adegan itu…
--------​
Velinda tidak mau memberitahuku apa yang dibicarakannya dengan gadis Korea itu. Tapi dia melarangku menemuinya lagi dan juga dia tak akan menggangguku lagi.
Siang itu aku mendatangi kamar suite dimana personil 3 Versus 3 menginap. Tetapi kamarnya sudah kosong. Dari seorang petugas kebersihan kutahu kalau mereka sudah pergi dari kapal pesiar dengan helikopter khusus.

“Yo, lover boy? How’s the party last night? Damn hot, right?” (Yo, cowok hebat? Bagaimana pesta tadi malam? Hebat, bukan?) sapa Esteban saat aku baru masuk kamar ini lagi. Sepertinya ia akan bekerja lagi karena ia membawa tas kerjanya yang berisi data-data talent dan jadwal. Mungkin ada audisi lagi.
“Yeah… hot… I wanna sleep again… A bit dizzy…” (Ya, hebat. Aku mau tidur lagi. Sedikit pusing) kataku dan menghempaskan badanku di ranjang single bed jatahku.
“O… Too bad… Too much beer maybe… But someone give me a letter addressed to you in this room… Take this… I gotta go… See ya…” (O. Sayang sekali. Kebanyakan bir mungkin. Tapi seseorang menitipkan surat dialamatkan kepadamu di kamar ini. Ambil ini. Aku harus pergi. Sampai jumpa lagi) katanya menyerahkan amplop itu dan cabut pergi.
Tidak ada nama pengirimnya. Kubalik-balik amplop itu. Warna amplopnya kuning dan dari aromanya sepertinya tidak asing.

Dear my Knight,

I sadly said that we should be apart. There’s too many words I cannot express in this short letter. I will keep this light as a prove that our lovely moment really last as it was.
You can forget me and carry on your bright line. But I can’t.

Faithfully yours,

From the one you barely know.
HJR.
--------
(Ksatriaku yang tercinta,
Dengan sedih aku menyampaikan kalau kita harus berpisah. Ada begitu banyak kata yang tak terwakilkan dalam surat pendek ini. Aku akan menyimpan sinar ini sebagai bukti bahwa saat indah kita bersama benar adanya.
Kau bisa melupakanku dan meneruskan hidup cerahmu. Tapi aku tidak.

Salam sayang,

Dari seseorang yang hampir tak kau kenal
HJR)​

Ini dari Hyun Jun Rae!
Ini aroma tubuhnya yang melekat di surat ini.
Dia tidak akan melupakan aku dan akan tetap mempertahankan kehamilannya??!
Bagaimana caraku menghubunginya. Kalau aku menelepon ke agensi-nya, pasti tidak akan diberitahu nomor telepon pribadinya, kalaupun dapat pasti akan melalui manajernya yang bernama Kyung Sang itu.
--------​
“Halo… Mas Satria? Oh… Paket pesanan mas sudah kukirim ke hotel Sunset View yang sudah di-booking di hotel Flying Fish Cove… Tanya saja sama resepsionis hotel… Pasti ada sama mereka…” jawab Hellen begitu kutelepon dia.
“Makasih, Len… Ada satu lagi yang mau mas mintai tolong… Boleh, kan?” kataku.
“Apa itu? Kalau bisa akan kubantu…” jawabnya di sana.
“Mas mau mencari nomor telepon seseorang wanita yang bernama Hyun Jun Rae… Orang Korea Selatan… Dia orang yang terkenal di dunia girlband… Nama kelompoknya 3 Versus 3… Bisa, Len?” mintaku.
“Gimana nulis namanya… Agak sulit nulisnya, mas?” tanya Hellen yang kesulitan menuliskan nama Korea yang lumayan asing itu.
“H-Y-U-N spasi… J-U-N spasi… R-A-E… Hyun Jun Rae…” ejaku atas nama objek yang harus dicarinya.
“OK… Hyun Jun Rae… personil 3 Versus 3… Warga Korea Selatan… Umur 19 tahun… Alamat… Aku hanya bisa menemukan nomor telepon rumah atau agensinya, mas…” jelas Hellen setelah kutak-katik komputer sebentar.
“Dia sedang tidak di rumah atau agensi… Mungkin sedang di atas helikopter saat ini menuju Perth…” kataku.
“Bagaimana kalau kita manfaatkan Versemeter buatanku, mas… Apa mas Satria tau panjang gelombangnya? Dia punya CORE istimewa, kan?” tanya Hellen kembali.
“Bukan, Len… CORE miliknya biasa saja… Tidak istimewa… tapi mas ada urusan penting dengan perempuan itu… Helikopternya baru saja terbang dari kapal pesiar ini sekitar 10 sampai 20 menit lalu… Mungkin masih di tengah lautan menuju Perth… Hellen bukannya sedang di sekolah sekarang?” tanyaku.
“Udah pulang… Ini lagi di café sama Tommy… Versemeter bisa kujalankan portable dari laptopku… Dari posisi kapal St. Luccia sekarang menuju Perth… ada tiga helikopter yang sedang terbang… Aku akan memeriksa ketiga helikopter itu dulu satu persatu…” kata Hellen lalu diam beberapa lama. Hanya terdengar suara tuts-tuts keyboard laptop yang diketik dengan cepat.
“Dapat, mas!... Tapi aku masih bingung karena ada dua orang cewek dengan muka yang mirip… Mereka bukan kembar tapi hanya sekedar mirip banget… Aku akan kirim fotonya dan mas pilih yang mana…” kata Hellen dan terdengar suara penanda kalau ada file yang masuk.
Tanpa memutuskan pembicaraan telepon, aku membuka file yang dikirim Hellen berupa dua buah foto. Foto ini adalah scan 3 Dimensi dari objek sebenarnya yang dibuat semirip mungkin dengan aslinya.
Memang keduanya kalau dilihat sekilas akan sangat mirip. Hyun Jun Rae dan Hyun Jun Sul. Tapi aku sudah berdekatan cukup lama dengan Hyun Jun Rae sehingga aku tahu persis kalau yang kucari berdagu lebih lancip.
“Yang kanan, Len… Hyun Jun Rae foto yang kanan…” pilihku.
“Yang kanan, ya? Panjang gelombang CORE-nya 592 Hz… Tingginya 162 cm… Berat 46 Kg… Golongan darahnya AB… Warna mata coklat tua… Dan nomor HP-nya….?” terdengar suara dial nomor telepon yang ditekan dari tempat Hellen sana.
“Aku sudah mengirim nomornya ke HP mas Satria… Itu nomor pribadinya… HP-nya ada di dalam tas yang ada dipangkuannya…” kata Hellen. Terdengar penanda lagi di HP-ku kalau ada data yang masuk.
“Makasih, Len… Eh… Dari Versemeter… apa kelihatan kalau dia hamil atau tidak?” tanyaku.
“Sepertinya tidak… Kalau ia memang hamil… janinnya pasti akan langsung mempunyai panjang gelombang CORE juga secara otomatis… karena sudah menjadi mahluk hidup… Mungkin karena masih sangat kecil sehingga belum mencapai fase pembentukan zygot… Masih dalam tahap pemecahan sel sehingga jejak kehidupan atau nyawanya belum ada… Apa mas menghamili cewek ini?” tebak Hellen.
“Ng…?” jawabku ragu.
“Ya, udah… Nanti aku akan pantau terus cewek ini apakah ia betul hamil atau tidak… Tenang saja, mas… Aku gak akan banyak tanya, deh…” katanya tidak mempepanjang kesulitanku ini.
“Makasih banyak, Len… Kau sangat banyak membantuku…” kataku akhirnya.
Kucoba hubungi nomor yang diberikan Hellen barusan. Nomor HP pribadi milik Hyun Jun Rae.
Tuut…. Tuut… Tuut…
Terdengar ringback tone single Speed Up! Andalan mereka saatku mencoba menelepon nomor ini.
“Hello? Who is this?” tanya suara yang segera kukenali sebagai Hyun Jun Rae.
“It’s me Satria…” jawabku. Tek! Ditutup!
Hyun Jun Rae langsung menutup teleponku begitu tahu kalau aku yang menelepon. Kucoba telepon lagi tapi bahkan nada ringback tone itu tidak ada. Suara operator yang mengatakan kalau nomor tersebut sedang tidak aktif atau di luar jangkauan. Hyun Jun Rae mematikan HP-nya!
HJR. We can’t solve anything if you keep avoiding me like this. I will try to reach you again and again. Call me to this number if you feel like talking. Knight.
(HJR. Kita tidak menyelesaikan apapun jika kau terus menghindariku seperti ini. Aku akan coba menghubungimu lagi dan lagi. Hubungi aku ke nomer ini jika kau ingin bicara. Ksatria)​
Aku mengirimkan pesan ini ke nomornya. Semoga dia mau membacanya kalau HP-nya aktif kembali.
Aku menunggu dan menunggu sampai satu jam di tepian dek di depan kamar ini. Menunggu Hyun Jun Rae meneleponku. Tapi tak kunjung berbunyi HP-ku ini.
Dari feed Versemeter yang dikirimkan Hellen berkala secara kontinyu ke HP Coremeterku, terlihat kalau helikopter yang ditumpangi Hyun Jun Rae beserta personel 3 Versus 3 lainnya telah tiba di bandar udara Perth. Lalu mereka naik pesawat udara kelas airbus menuju pulang ke Korea Selatan transit di Singapura.
“Hi…?” (Hai?) sapa seseorang memecah lamunanku.
“Hi… Honey Bee?” (Hai. Honey Bee?) ternyata gadis cantik Taiwan itu yang menyapaku. Ia berdiri di sampingku dan menemaniku memandangi lautan luas.
“St. Luccia wil be ported at Flying Fish Cove’s marina in one hour… The island is within sight ahead… See?” (St. Luccia akan berlabuh di marina Flying Fish Cove satu jam lagi. Pulaunya sudah terlihat di depan. Keliatan?) tunjuknya kedepan. Dikejauhan sudah terlihat sebuah pulau tujuan kapal pesiar ini.
“We’ll be landed there for some shoots… Are you really coming?” (Kami akan syuting di sana. Apa kau benar-benar ikut?) tanya Honey.
“Yeah… I’m coming… I’ve booked a hotel room… I heard that Fireday Productions own an estate down town…” (Ya, aku ikut. Aku sudah memesan kamar hotel. Kudengar Fireday Productions punya gedung di sana) jawabku.
“The estate name is Paradiso Errare… Literary means Paradise that lost its way… Pretty nifty, heh?” (Gedung itu bernama Paradiso Errare yang artinya Surga yang tersesat. Cukup keren, kan?) katanya. “ It locates a few kilometer westbound of the main city of Flying Fish Cove… It has good private beach… Stretching for about one kilometer… Making it some sort of isolated gulf…” (Terletak beberapa kilometer di sebelah Barat kota utama Flying Fish Cove. Ada pantai pribadi yang indah yang terbentang sepanjang satu kilometer. Membuatnya menjadi semacam teluk yang tertutup) jelasnya.
“You’ve been here before?” (Kau sudah pernah kemari sebelumnya?) tanyaku.
“It’s my second visit… The first about ten months ago… That was my debut…” (Ini kunjungan keduaku. Yang pertama 10 bulan lalu. Debutku) jawabnya. Mungkin ia mengenang awal mula ia berkecimpung di dunia pornografi ini.
“How’s that Korean girl? Did she left?” (Bagaimana cewe Korea itu? Dia sudah pergi?) tanyanya mengalihkan pembicaraan.
“She flew back on a chopper to Perth and took a plane to their country…” (Dia terbang kembali ke Perth dengan helikopter dan lalu naik pesawat ke negaranya) jawabku seadanya.
“They’re about my age… Yet they are a lot more famous than me… Funny, heh?” (Mereka seumuranku tapi jauh lebih terkenal dariku. Lucu, ya?) katanya membandingkan dirinya dengan girl-band Korea itu.
“Maybe it’s about luck and destiny… But you got your own name, don’t you? Who would not know Honey Bee? A beautiful… and sexy girl from Taiwan… Many men dream about you in their sleep…” (Mungkin itu tergantung keberuntungan dan takdir. Tapi kau sudah lumayan terkenal, kan? Siapa yang tidak tau Honey Bee? Gadis canti dan seksi dari Taiwan. Banyak lelaki memimpikanmu di tidur mereka) kataku menyanjungnya.
“You think so?...” (Kau pikir begitu?) katanya masih bersamaku melihat ke lautan jauh. Bahkan mungkin lebih jauh lagi.
“Could you hug me for a while? I feel so…” (Bisakah kau memelukku sebentar? Aku merasa...) katanya tanpa melihatku. Matanya sedikit berkaca-kaca. Ia minta dipeluk…
Kurengkuh tubuhnya. Kupeluk dengan erat dari samping. Dadaku menekan lengan kirinya. Kepalaku kurapatkan ke lehernya. Honey lalu memutar tubuhnya hingga kami bisa berpelukan berhadapan. Ia memejamkan matanya. Tangannya dikalungkan dibawah ketiakku.
Hangat sekali. Aroma tubuhnya juga berbeda dari Hyun Jun Rae. Aku tidak begitu paham tentang parfum karena wangi ini lembut dan ringan sehingga tidak membuat bosan menciumnya.
Nama aslinya adalah Lam Tien. Marganya Bee {be} yang artinya Kuda. Jadi namanya Bee Lam Tien. Ia berasal dari keluarga kelas menengah di Heshien, Taiwan. Menyelesaikan sekolah menengah atas-nya di Hongkong dan akan melanjutkan studi di Kanada dalam bidang Ekonomi Pertanian. Tapi sesuatu insiden kecil malah membuatnya berbelok arah ke dunia pornografi. Pacar yang sangat dicintainya menjual foto-foto syur mereka ke agensi lokal dan memeras dirinya. Malu dengan kejadian ini, Bee Lam Tien memilih meninggalkan keluarga dan melupakan masa lalunya dan menjadi Honey Bee {bı:}.
--------​
St. Luccia merapat di dermaga kota Flying Fish Cove, pulau Christmas. Dari dermaga ini aku bisa menilai kota utama di pulau ini tidak terlalu besar dan tidak ramai.
Pulau Christmas mulai dihuni manusia pada tahun 1890-an saat dimulainya penambangan Fosfat yang kaya di pulau ini, hasil dari sedimen endapan renik mahluk laut. Luas pulau tak lebih dari 135 km persegi dan populasinya 1400 jiwa lebih dengan etnis mayoritas Cina 70%, Eropa 20% dan 10% Melayu. Pulau ini ada di bawah pengawasan Australia dengan seorang Presiden yang memimpinnya. Flying Fish Cove adalah kota utama yang nama lainnya adalah Kampong. Kota lain adalah Silver City, Poon Saan dan Drumsite yang berada berdekatan di ujung utara pulau ini.
Beberapa penumpang kapal pesiar St. Luccia ini turun di dermaga Flying Fish Cove. Termasuk aku dan kelompok rombongan Pablo. Sebuah bis pariwisata menjemput mereka untuk menuju estate Paradiso Errare yang berada di bagian barat pulau ini.
Kapal pesiar St. Luccia dan penumpang lainnya melanjutkan perjalanan menuju pulau Cocos (Keeling) yang jaraknya sekitar 970 km jauhnya.
“Satria… Come visit us at the estate tonight… and if that Max is already got here… take him along…” (Satria, datanglah ke gedung nanti malam dan jika si Max itu sudah sampai di sini—bawa ia serta) kata Pablo sebelum ia naik terakhir kalinya ke bus itu. Ada sekitar 45-an orang lebih di atas bus itu dan kebanyakan adalah bintang-bintang Fireday Production termasuk Velinda, Cherry, Cecillia, Honey, Fiona, Rachel dan Kate.
Aku baru bergerak untuk menuju hotel dimana aku akan tinggal selama di pulau ini, setelah bus itu berbelok ke barat. Dari seorang bapak-bapak aku diberitahu arah menuju hotel itu. Namanya Sunset View Hotel.
Sengaja aku hanya berjalan kaki untuk menuju hotel itu karena jaraknya tidak jauh karena kota Flying Fish Cove ini kecil saja. Arahnya di timur kota menghadap lautan sesuai dengan namanya agar dapat melihat matahari terbit di pagi hari. Selama perjalanan yang singkat ini aku melihat-lihat kondisi kota kecil ini dengan toko-toko dan restorannya.
Mayoritas penghuni pulau ini dari etnis Cina sehingga kebanyakan jenis makanannya adalah Chinesse Food dan sejenisnya. Tetapi karena pengaruh budaya Eropa, tampilannya jauh lebih modern seperti di daratan utama Australia.
Toko-toko suvenir dan juga agensi perjalanan juga banyak bertaburan di tempat ini yang sepertinya fokus pada atraksi pariwisata. Tempat wisata dan kegiatan wisata di tempat ini adalah: menyelam, snorkeling, memancing, pantai, bird-watching, kunjungan ke bekas tambang Fosfat dan keajaiban alam musiman yang hanya ada di pulau ini. Ribuan ekor kepiting kecil merah endemik pulau ini akan memenuhi pulau pada bulan Oktober-November sebagai migrasi tahunan mereka.
Aku membeli beberapa potong pakaian di sebuah toko suvenir sebagai pakaianku dan Max selama berada di pulau ini.
--------​
Hotel Sunset View tujuanku sudah terlihat di depan. Bangunan hotel tidak dibuat tinggi seperti hotel lazimnya. Melainkan mendatar memanfaatkan luasnya lahan yang dimilikinya seperti hotel-hotel di Bali pada umumnya yang dibangun tidak lebih tinggi dari pohon kelapa. Memaksimalkan keadaan alam yang tropis.
Hotel ini berada di atas tebing kecil yang menjorok ke pantai kecil di depannya. Kamar-kamarnya dibuat berjejer satu-satu menghadap lautan sehingga tema Sunset View bisa memuaskan para tamu yang bisa melihat lautan sepanjang waktu.
Tentu saja, kamar-kamar itu adalah kamar utama andalan hotel ini. Untuk menginap di kamar sejenis itu harus merogoh kocek $120 sampai $165 semalam.
Aku tentu saja tidak memesan kamar sejenis itu. Cukup yang kelas ekonomi saja untuk backpacker sepertiku yang hanya membawa sebuah tas ransel dengan beberapa potong pakaian yang perlu dicuci segera. Cukup $70 semalam.
--------​
“Good day, mister… Welcome to Sunset View Hotel… Where sea is beyond our View… How may I help you?” (Selamat siang, tuan Selamat datang Hotel Sunset View. Dimana laut sepanjang mata memandang. Ada yang bisa saya bantu?) .tanya resepsionis lelaki yang menyambutku di meja penerima tamu dan informasi.
“I’ve made a reservation by the name of Satria Suryawan…” (Saya sudah buat reservasi atas nama Satria Suryawan) kataku pada resepsionis itu.
“Very well, sir… May I see your ID, please?” (Baiklah, pak. Boleh liat tanda pengenal?) tanyanya kembali meminta tanda pengenalku untuk cross check. Kuserahkan passport-ku padanya.
Ia memeriksanya sebentar dengan data reservasi di komputer. “Here’s your key, sir… It’s room 348… I’ll have a room-boy escorting you to your room…” (Silahkan terima kuncinya, pak. Kamar nomer 348. Room boy kami akan mengantar anda kesana) katanya memberi kode pada seorang room boy untuk mengantarku ke kamar 348.
“And one other thing… We have a package for you sent by someone named Hellen from Indonesia… Would you like to have it?” (Dan satu hal lagi. Kami telah menerima kiriman paket dari seseorang bernama Hellen dari Indonesia. Apakah anda ingin mengambilnya?) katanya tentang paket yang diberitahu Hellen lewat telepon tadi.
“Yes…” (Ya) jawabku singkat saja. Ia mengeluarkan paket yang berupa amplop coklat kecil. “Thank you…” (Makasih) kataku dan melangkah pergi bersama room-boy itu menuju kamarku.
Kuberikan tip pada roomboy lokal itu dan akan menutup pintu untuk beristirahat sebentar saat…
“You’re the boy on the cruise ship, right?” (Kau cowo di atas kapal pesiar itu, kan?) kata seorang wanita yang mengintip dari balik pintu di depan kamarku. Aku tidak bisa melihat jelas wajahnya karena hanya sebagian yang terlihat.
“Excuse me…?” (Maaf?) tanyaku urung menutup pintuku. Kubuka lebar pintuku. Siapa dia? Salah satu penumpang St. Luccia?
Ia hanya membuka pintu kamar 312 itu sedikit dengan kekangan rantai pintu sehingga aku tidak bisa jelas melihatnya. Hanya sebelah matanya yang terlihat dan sebagian pipi.
“You are the birthday girl, aren’t you?” (Kau cewek yang berulang tahun itu, kan?) tebakku mengingat mata yang tidak terlalu sipit itu. Dia perempuan Singapura yang berulang tahun sendirian pada malam pesta Electric Glow di St. Luccia. Yang telah kuambil CORE istimewanya.
“You do remember me…” (Kau masih ingat aku) katanya masih dibalik pintu yang terkunci.
“So you stay here too… We’re close to each other… What a coincidence?” (Jadi kau menginap di sini juga. Dekat juga. Kebetulan sekali?) kataku basa-basa. Kami lalu terdiam untuk beberapa lama sampai aku jadi kikuk berdiri di lorong antar kamar ini. Bagaimana kalau ada tamu lain yang melintas? Dia masih memandangiku. Apa maunya?
“Look… I gotta rest in my room… See you around…” (Begini, aku harus istirahat di kamarku. Sampai jumpa lagi) kataku tak perlu menunggu apa-apa. Aku sudah memberinya kesempatan untuk mengatakan apapun yang ingin disampaikannya tapi sudah cukup dengan diam saja. Aku berbalik untuk masuk kamarku yang pintunya masih terbuka lebar.
“You did something to me last night… didn’t you? You’ve done something and I feel something gone in me… Gone forever…” (Kau melakukan sesuatu padaku tadi malam, kan? Kau telah melakukan sesuatu dan aku merasa ada yang hilang dari diriku. Hilang selamanya) katanya saat aku memasuki ambang pintu.
CORE istimewanya. Core istimewanya telah kuambil tadi malam. Apa dia menyadari hal itu? Aku berbalik kembali.
“You lost something and you said I took it?” (Kau kehilangan sesuatu dan kau bilang aku yang mengambilnya?) tanyaku dari jarak yang aman. Kami berbicara dari balik pintu masing-masing. Aku jadi waspada kalau-kalau ia memegang sesuatu di balik pintu.
“I don’t know what I have lost… I just don’t feel right after last night… I know something’s gone but I don’t know what it was… It was right after you do me…” (Aku tidak apa yang hilang. Aku hanya merasa aneh sejak semalam. Aku tau ada yang hilang tapi aku tak tau apa itu) katanya masih bersembunyi di balik pintu itu.
“It was something in your heart that have been gone… Ask yourself… Only you that know it yourself… No one else…” (Yang di dalam hatimu yang sudah hilang. Tanyakan dirimu sendiri. Hanya kau yang tau. Bukan orang lain) kataku. Aku belum memeriksa CORE istimewa apa yang telah kuambil dari perempuan asing ini.
“Is it because I was too distant to people? Is it because I was antisocial? Introvert? There’s nothing wrong with that!” (Apa karena aku begitu jauh dari orang-orang? Apa karena aku antisosial? Tertutup? Gak ada yang salah dengan itu semua!) katanya agak tinggi di kata akhir tadi.
Orang ini ternyata sangat egois dan antisosial. Ia sendiri yang mengatakannya. Makanya dia hanya merayakan ulang tahunnya sendiri di kapal pesiar jauh di tengah lautan. Jauh dari negaranya sendiri. Tidak kenal dan dikenal siapa-siapa. Tidak punya teman dan sahabat. Orang yang sangat kesepian sebenarnya. Hidup hanya untuk dirinya.
“It’s fine to be like those you said… There’s nothing wrong by that… All you do is for yourself… Gather yourself together and carry on living like that… But this feeling you feel right now will chew and gnawing every senses you got every time you move forward… I only can say… think it over…” (Tidak apa menjadi seperti kau katakan tadi. Tidak ada yang salah dengan semuanya. Tetaplah seperti itu. Tapi perasaan yang kau rasakan sekarang akan menggerogoti semua perasaanmu tiap kali kau ingin maju. Aku hanya bisa mengatakan itu. Pikirkan lagi) kataku lalu mundur dan menutup pintu kamarku.
Biarkan dia berpikir sendiri…
--------​
Setelah mandi sebentar dan mengganti pakaian aku keluar kamar dan bermaksud menuju pantai di depan hotel ini. Sudah lama tidak main ke pantai.
Untuk turun ke pantai di bawah tebing, hotel membangun jalan dengan atap yang teduh dari bahan rumbia dan kayu. Banyak tamu hotel yang sedang berjemur di pantai ini di atas kursi pantai yang dicat putih.
Aku memesan sebuah kelapa muda bulat dan kentang goreng untuk menemaniku menikmati hari sebelum menuju ke estate Fireday Productions, Paradiso Errare, nanti malam.
Kukeluarkan isi amplop coklat kiriman Hellen di atas meja sambil menunggu pesananku di antar. Isinya hanya sebuah passport.
Kubuka passport dengan nama Maximillian Tres. Fotonya adalah foto tokoh fiktif Max yang akan aku perankan. Ini adalah passport buatan Hellen sebagai identitasku saat memasuki Fireday Productions nanti. Pastinya mereka akan memeriksa identitas dan umurku agar bisa direkrut bila dipandang perlu.
Lagi-lagi aku harus berterima kasih sekali pada sepupu jeniusku itu. Ia sudah banyak sekali membantuku. Dari menemukan cara mendeteksi CORE istimewa, gadget elektronik pelacak CORE, Versemeter sampai passport palsu. Nanti aku bawakan oleh-oleh, deh…
Aku duduk sendirian saja di payung-payung pantai yang banyak tersebar di sini sambil menikmati kentang goreng dan air kelapa segar. Melihat bule-bule berbikini itu berjemur, anak-anak kecil bermain air di pantai dan membangun istana pasir.
Matahari sore kusaring dengan lensa gelap kacamata Coremeter-ku. Matahari semakin condong ke Barat membuat hari perlahan senja.
“Is this seat taken?” (Kursi ini kosong?) tanya seorang wanita yang muncul di sampingku. Ia memakai tanktop berwarna biru langit dan celana pendek berwarna putih. Sendal gunung dan kaca mata hitam. Ia juga menyandang sebuah tas besar dari kain di bahunya. Dia perempuan Singapura itu.
“Please… sit down…” (Silahkan, duduk aja) kataku mempersilahkan.
Ia duduk dengan cepat dan meletakkan tasnya di meja. Aku menepikan kelapa mudaku yang tinggal sedikit. Seorang pelayan datang mencatat pesanannya. Ia memesan bir dingin saja.
Kami berdiam saja bahkan sampai bir pesanannya datang. Kami hanya memandangi lautan dan aku tidak berniat membaca pikirannya dengan SHADOW MIND. Biarkan saja ia yang memulai pembicaraan ini.
Aku sibuk memikirkan hal yang lain…
Aku jadi teringat dengan tiga kemampuan khusus yang dimiliki tiap pemilik CORE istimewa. Sejauh ini yang lengkap ketiga-tiga kemampuannya yang kukuasai adalah GEMINI dengan MULTIPLICITY, SHAPE SHIFTING dan MIMIC. Lalu LEO dengan SHADOW STRIKE, SHADOW GEIST dan SHADOW MIND. Kemudian LIBRA dengan berubah bentuk menjadi ASSASIN, DRAGON LORD dan ARCH MAGE. Terakhir adalah SCORPIO dengan TOXICATE, VENOM dan THIRD STING.
Keempat kemampuan ZODIAC CORE itu adalah milik orang lain yang telah kuambil. Bagaimana dengan milikku sendiri? Apakah RAGE, BEAST dan LORD itu adalah kemampuan khususku? Kemampuan khusus yang berasal dari XOXAM, CORE pribadi pertamaku. Lalu CHARM, CRAVE dan terakhir yang belum kuketahui adalah kemampuan khusus yang berasal dari VOXA?
Sepertinya begitu. Karena RAGE, BEAST dan LORD mempunyai tema dan tipe yang sama. Dan sering kugunakan kalau sedang bertarung. Sementara CHARM dan CRAVE lebih cenderung pada mempengaruhi orang lain tanpa perlu bertarung sama sekali.
Tapi apa, ya? Kemampuan terakhir VOXA ini? Apakah lebih dahsyat dari pada CRAVE yang bisa mempengaruhi dua jenis kelamin; lelaki dan perempuan? Apa bisa menaklukkan apa saja? Bahkan hewan, tumbuhan dan benda mati??!
Karena apakah ini bukan sesuatu yang aneh dan luar biasa kalau aku bisa mempunyai dua CORE pribadi? Sebuah enigma? Apa lagi aku bisa menampung CORE apa saja yang bisa kuambil dan menempatkannya di tubuhku sesuka hati.
Seperti Cyrus yang bisa melakukan hal yang sama dengan dengan SOUL ABSORB yang juga bisa mengambil kemampuan khusus siapapun dengan tanpa batasan kapasitas. Bedanya denganku adalah SOUL ABSORB dan TRIGGENCE.
Dan aku belum memeriksa CORE milik perempuan asing ini juga… Entah siapa namanya. Aku hanya tahu kalau dia orang Singapura dari mata uang yang digunakannya waktu membayar minumannya di bar waktu itu.
“… done something awfully weird to me… Eversince last night… that good feeling keep lingering in me… throbing like thousand insects…” (…telah melakukan sesuatu yang aneh padaku. Sejak malam itu, rasa nikmatnya masih terasa, seperti jutaan serangga) katanya. Aku kurang paham maksudnya. Aku hanya mendengar bagian akhir saja.
“Are you listening at all?” (Apa kau dengar, gak?) kesalnya merasa dicuekin.
“Sort of…” (Sedikit) jawabku tidak mau ambil pusing sekali dengan perempuan egois ini. Aku bisa lebih egois dari padamu kalau perlu.
“I ask you… what have you done to me that night? I remember you cummed a lot but I didn’t found any traces of it anywhere in my pussy…” (Aku tanya padamau, apa yang telah kau lakukan padaku malam itu? Aku ingat kau ngecrot banya tapi tidak bekasnya di pepekku) katanya mengulang pertanyaannya kembali.
“Then I didn’t cum at all… Big deal…” (Berarti aku gak ngecrot sama sekali. Beres, kan?) kataku bermain dengan Coremeter-ku. Perempuan ini tidak memiliki CORE istimewa itu lagi di tubuhnya. Hanya CORE manusia biasa dengan panjang gelombang 582 Hz. Miliknya kutemukan di dalam tubuhku. CORE istimewa dengan panjang gelombang 1612.
“Yes, you’ve cummed!” (Ya, kau ngecrot!) katanya ngotot.
“Okay… I cummed… I cummed a few seconds after I penetrated you… It’s not a nice one, then…” (OK, aku ngecrot. Aku ejakulasi beberapa detik setelah aku masuk. Memang gak enak, kan) kataku tidak mau berlama-lama meladeninya.
“I knew it… You really cummed… and then I cummed too… I gotta say that was the best cum I ever had in my entire life… No one ever make me cum before…” (Benar. Kau benar ngecrot dan kemudian aku nyampe juga. Aku harus bilang kalau itu orgasme terhebat yang pernah kualami di hidupku. Belum pernah ada yang pernah membuatku nyampe begitu) katanya.
“Well… it wasn’t the best for me… You maybe not hang out with many boys to know it… You should go out more often…” (Mungkin itu bukan yang terbaik bagiku. Mungkin kau belum kenal banyak cowok untuk mengalaminya. Kau harus lebih banyak bergaul) nasehatku tentang kehidupan seksnya.
“I’m having sex twice a week if you want to know… But never like with you…” (Aku ngeseks 2 kali seminggu, tau? Tapi gak pernah seperti denganmu) katanya.
“You got a lousy boyfriend, then… Can’t give you the head you want…” (Pacarmu pasti payah. Gak bisa membuatmu nyampe yang kau mau) kataku sekenanya. Ini sudah sore. Matahari sudah condong ke timur. Aku sebaiknya bersiap-siap ke Paradiso Errare.
‘I don’t have a boyfriend… I paid for pleasure… And I always paid the best gigolo out there… How much do you want me to pay you for the same pleasure?” (Aku gak punya pacar. Aku membayar untuk kesenanganku. Dan aku selalu membayar gigolo terbaik di luar sana. Berapa bayaran yang kau minta untuk kenikmatan yang sama itu?) katanya begitu aku memanggil pelayan untuk bill-ku.
“Shit! You insult me! You think I do it for money?” (Sialan! Kau menghinaku! Kau pikir aku begituan untuk duit?) kataku berang sekali tiba-tiba. Aku mungkin terlihat kere tetapi aku tidak pernah kekurangan uang.
“I can pay you any number you’d like to write on this bank note… Here… Just write it down… I’m a millionaire… I got lots of money in my account… Just give me that pleasure again and again!” (Aku bisa membayarmu berapapun angka yang maau kau tuliskan di cek ini. Ini, tulis sendiri angkanya. Aku kaya. Aku punya banyak uang di rekeningku. Tapi berikan kenikmatan itu lagi dan lagi!) katanya masih ngotot.
“Listen! If you wanna compare how much money you got right now… compare it to my father’s account… I don’t do it for any money… See… I gotta go… Sorry for the inconvenience I cause you… Whatever your name is…” (Dengar! Kalau kau mau membandingkan berapa banyak uang kau punya sekarang, bandingkan dengan rekening ayahku. Aku tidak melakukannya demi duit. Ngerti? Aku harus pergi. Maaf karena ketidaknyamanan yang kulakukan padamu. Siapapun namamu) kataku begitu pelayan itu pergi setelah kubayar pesananku. Aku langsung berdiri dan bermaksud pergi. Jauh darinya…
“Wait!” (Tunggu!) cegahnya. Ia mencekal tanganku. Mencegahku pergi. Tangannya memegang erat. Ada sesuatu yang salah dengan ini semua. Sesuatu memang telah terjadi padanya. Aku memang berhenti karena bingung. Lebih tepatnya berpikir.
“I keep using tampons ever since last night… Because my pussy juice keep coming no matter how hard I want it to stop… It even flows as I speak right now… Please… Help me stop it… I can’t live like this…” (Aku terus memakai pembalut sejak semalam. Karena cairan vaginaku terus meleleh sekuat apapun kutahan untuk berhenti. Bahkan menetes terus sekarang ini. Tolong bantu aku menghentikannya. Aku tidak bisa terus begini) jelasnya tentang masalahnya. Cairan kemaluannya terus menerus keluar sejak kulakukan TRIGGENCE tadi malam untuk mengambil CORE istimewanya. Apa yang telah terjadi padanya?
“It keeps flowing?” (Terus menetes?) tanyaku heran sekali.
--------​
Tidak lama, kami sudah di kamarnya. Heran, katanya dia punya banyak uang tetapi memilih kamar kelas ekonomi sepertiku. Bukan kamar kelas atas yang menghadap lautan itu.
Tanpa segan ia menunjukkan kemaluannya padaku dengan menanggalkan celana pendek beserta CD-nya sekaligus sekali tarik. Ia lalu duduk di pinggiran ranjang dengan kaki mengangkang.
Memang cairan itu terus mengucur sampai taraf menetes di lantai. Cairan pelumasnya yang bening itu mengalir terus dari liang kemaluannya seperti urin. Ada apa ini?
“Fuck me, please?” (Entot aku lagi?) katanya memohon. Ia mengira kalau aku menggaulinya lagi, aliran cairan ini akan berhenti karena akulah penyebabnya.
“What if it getting worse?” (Gimana kalau tambah parah?) tanyaku tentu saja tidak mau. Aku takut dia menjadi dehidrasi karena terus mengeluarkan cairan dari kemaluannya tanpa bisa dicegah. Memang ia sudah terlihat lemas.
“You think so? What should I do? Am I being punished by God for my sins?” (Kau pikir begitu? Apa yang harus kulakukan? Apa aku sedang dihukum Tuhan karena dosa-dosaku?) katanya hampir menangis.
“What sin? What have you done?” (Dosa apa? Apa yang telah kau lakukan?) tanyaku. “Is it the money?” (Uang itu, ya?) sambungku. Mungkin itu duit korupsi karena orang semuda dia masa bisa punya banyak duit? Kecuali warisan atau semacamnya.
“I’m a computer programmer… While I’m doing a freelance job at a bank in my hometown… I put an untraceable worm to the database to hack it’s system… I took a quarter cent from every accounts to an anonymous account which I created at other bank… I nailed 4 million dollar that way…” (Aku programer komputer. Saat sedang kerja sambilan di bank di kotaku, aku menaruh worm yang tak terlacak di database untuk meretas sistemnya. Aku mengambil 25 sen dari tiap rekening ke rekening tak bernama yang kubuat di bank lain. Aku mendapat 4 juta dolar dengan cara itu) jelasnya.
“Wicked… Pretty wicked… That’s your sin? You should have been party hard on your birthday then… Did I forget to say Happy Birthday last night?” (Keren. Sangat keren. Itu dosamu? Kau pasti sudah bersenang-senang di pesta ulang tahunmu kalau begitu. Aku sudah ngucapin selamat ulang tahun semalam, kan?) kataku kagum dengan usahanya. 4 juta Dollar…
“Last night is not really my birthday… I just use it as a theme… My user name in various social media is b_day_gal… I used to love birthday party as a child…” (Semalam bukan benar-benar ulang tahunku. Aku hanya menggunakannya sebagai tema. User name-ku di berbagai lini massa adalah b_day_gal. Waktu kecil aku suka banget ulang tahun) jelasnya.
“Not… your birthday?” (Bukan hari ulang tahunmu?) kagetku. Mati aku! Bukan hari ulang tahunnya! Aku telah mencelakakan perempuan ini. Aku seharusnya hanya boleh mengambil CORE istimewanya dengan TRIGGENCE di hari ulang tahunnya. Hanya di hari itu. Dan aku telah mengambil CORE istimewanya bukan pada hari ulang tahunnya…
“What’s wrong with my birthday… Its just a day too early… It suppose to be today though…” (Kenapa dengan ulang tahunku. Hanya kecepatan satu hari. Seharusnya hari ini. kok) jelasnya. Jadi seharusnya hari ini! Apakah karena aku mengambilnya bukan pada hari H-nya, terjadi masalah ini. Cairan kemaluannya terus menerus keluar…
“Excuse me for a while… I need to the rest room for a minute…” (Permisi sebentar. Aku harus ke toilet sebentar) aku langsung menuju kamar mandi di kamar ini tanpa menunggu persetujuannya. Kukunci pintu kamar mandi dan kukeluarkan CORE istimewa milik perempuan itu di tanganku.
CORE istimewa ini tidak berbentuk. Masih dalam bentuk sinar seperti pertama kali kudapatkan. CORE yang sudah kudapatkan biasanya INITIATE FORM-nya akan berbentuk padat. Tapi ini masih dalam bentuk sinar. Pantas saja aku tidak ada melihat bentuk SUB-HUMAN FORM dan CREATURE FORM-nya.
“UNDINE? Bicaralah? Katakan pendapatmu tentang benda ini?” tanyaku pada satu-satunya CORE yang aktif berkomunikasi denganku selama ini.
“Sepertinya memang salahmu… Kau percaya begitu saja pada perkataan perempuan itu kalau kemarin adalah ulang tahunnya… Biasanya kau selalu melakukan penelitian dahulu, kan? Dengannya kau langsung percaya dan langsung mengambil CORE miliknya… Baginya yang tidak mengerti… memajukan satu hari tidak akan begitu berbeda…” kata UNDINE.
“Trus? Gimana? Ini memang salahku… Jadi bagaimana cara mengatasinya? Apakah aku harus melakukan TRIGGENCE ulang padanya?” tanyaku merasa sangat bersalah. Aku takut kalau ini akan membahayakan nyawa perempuan itu.
“Ya… Coba saja kalau kubilang… Aku juga tidak begitu paham… Tapi asal kau ingat… ini bisa jadi pelajaran penting untukmu agar selalu berhati-hati… Mungkin ia masih bisa diselamatkan karena hanya beda satu hari saja…” katanya. UNDINE berbicara dari dalam tubuhku di posisi CORE-nya berada.
--------​
“Turn around!” (Berbaliklah!) kataku begitu aku keluar dari kamar mandi. Perempuan itu masih duduk seperti tadi di tepi ranjang. Ia meletakkan sebuah handuk di bawahnya untuk menampung cairan vaginanya yang terus menetes.
Dengan patuh ia membalik tubuhnya dan menungging dengan kaki menjejak lantai. Ia sangat yakin kalau aku akan menggaulinya lagi kali ini seperti keinginannya tadi. Diangkatnya pantatnya tinggi agar aku mudah memasukkan kemaluanku nanti.
Aku berdiri tepat di antara kakinya dan kukeluarkan penisku dari restleting yang sudah diturunkan. Kukocok sebentar sambil melihat belahan vaginanya yang membuka basah.
“Tell me your name…” (Beritahu aku namau) kataku untuk mengisi waktu sebelum kumulai.
“It’s Sherly… Sherly Ong… I am from Singapore… I am 23 today…” (Sherly Ong. Aku dari Singapur. Umurku 23 hari ini) jawabnya.
“Don’t look behind, Sherly…” (Jangan liat ke belakang, Sherly) perintahku saat ia memalingkan wajahnya saat mengatakannya tadi. Aku tidak mau ia melihatku saat berubah menjadi CHARM nanti. “Today really is your birthday?” (Hari ini benar-benar hari ulang tahunmu?) tanyaku lagi.
“It suppose to be today… Not yesterday… Why would it be an issue…? It’s not really an important day to me…” (Seharusnya memang hari ini. Bukan kemarin. Masalah banget, ya? Bukan hari yang penting bagiku) jawabnya. Ia akan berpaling lagi tapi dia ingat peringatanku dan kembali menghadap ke depan.
“You’d better think it over… Coz your birthday is the one that save your life this time… You’d better start a new life…” (Pikirkan lagi. Karena hari ulang tahunmu yang menyelamatkan hidupku kali ini. Kau sebaiknya memulai hidup baru) kataku mulai memasukkan penis up-grade CHARM sepanjang 30 sentimeter itu ke kemaluan perempuan bernama Sherly Ong ini. Kudorong sampai mentok penisku hingga Sherly melolong merasakannya.
Sebelumnya, kuletakkan sinar CORE miliknya itu ke bukaan vaginanya lalu disusul dengan kepala penisku. Saat penisku masuk, aku mendorong masuk kembali sinar CORE istimewa itu ke asalnya. Ia menjerit keenakan terpengaruh pesona CHARM ini.
Aku harus melakukan TRIGGENCE untuk kedua kalinya pada perempuan ini! Mudah-mudahan berhasil…
“Happy birthday!” (Selamat ulang tahun!) kataku menarik pendek lalu menekan keras lagi ke depan!
Crrooottt! Croottt! Crrooottss!
--------​
Sperma menyemprot kencang dan kembali memenuhi rahim Sherly dalam jangka waktu dua hari saja. Ia menjerit sekuat-kuatnya merasakan kenikmatan itu. Lengkungan punggungnya menunjukkan kalau ia sangat menikmati ini. Aku tidak bisa melihat wajahnya dari belakang sini.
Sherly ambruk ke ranjangnya dengan nafas tersengal-sengal saat kucabut penisku yang telah menyemburkan sperma TRIGGENCE yang berlimpah tadi. Diikuti cahaya CORE tadi kembali yang langsung kutangkap.

Saat kuperiksa, cahaya itu berubah padat menjadi sebuah bola kecil bening dengan zat yang berputar-putar di dalamnya. Ini INITIATE FORM-nya… Lalu bentuk SUB-HUMAN FORM-nya muncul di benakku, seorang wanita bertangan empat memakai pakaian ketat serba ungu. CREATURE FORM-nya berupa seekor srigala besar berkepala dua.
Kusimpan CORE istimewa ini ke dalam tubuhku dan kurapikan celanaku dengan memasukkan penisku kembali. Cairan vaginanya sudah berhenti menetes. Aku yakin kalau dia sudah tidak apa-apa.
Aku segera keluar dari kamar itu tanpa menunggu ia bangun kembali karena aku ada urusan lain yang lebih penting. Ke Estate Paradiso Errare!
 
Asal jangan lupa terus updet ya gan....
 
makin molor nih waktu updatenya. he he he....:ampun:

Tetap semangat suhu, you're the best laah.. :D
Oya kalo boleh kasih masukan mending pas bagian translate nya ditulis miring aja hu biar ngga pusing
Tapi kembali lagi ke suhu, apalah dayaku hanyalah pembaca ceritamu
 
Tetap semangat suhu, you're the best laah.. :D
Oya kalo boleh kasih masukan mending pas bagian translate nya ditulis miring aja hu biar ngga pusing
Tapi kembali lagi ke suhu, apalah dayaku hanyalah pembaca ceritamu

iya sih bener tuh. spy bisa mudah membedakannya dr tulisan aslinya. masukan diterima. thx atas waktunya.
 
wah dibela belain suhu ryuu buat update subuh2.. jaga kesehatan ya hu. Untuk jalan ceritanya klo gue di posisi satria gw bingung karena udah punya bini wkwkkwkw

wkwkwk makanya kondisi Satria slalu galau dan baper mulu. untung aja dia anak sekolahan jd bisa ngeles masih muda bgt.
 
Hmm.. Episode selanjutnya bakal seru nih disitu dibuktikan Satria itu subur apa ngga :ngupil:
Berharap sih ada twist gitu biar makin asik :D
ini salah satu misteri di Satria yg masih belom ketauan gimana jadinya.
Aduh...kok smkn bnyk kejadian tusboler sih suhu...
lgbt skrg udah jd fenomena sehari2. jd ud gak heran lg liatnya. kenyataan.
 
Gara2 cerita ini sex oriented mas ryu berubah... wkwkwkwkwk.... #angkatsendalbersiap2kabur...
Melinda melinda melinda... yg bahaya itu kalungnya sipablo... bukan kekuatannya sipablo... indo udah, aussie udah, ni korea lagi, ayo siapa lagi yg ngantri dibelakang... wkwkwk...

gak ya. ane masih suka yg normal aja. sama dgn jawaban atas.
 
:mantap: telat gpp daripada gak sama sekali suhu... Hehehehhehe gak sabar nunggu aksi berikutnya... Lancrotkannn suhu...
 
========
QUEST#10
========​


Max
Hari ini, tanggal 13 Desember.
Aku membentuk Max yang akan bergabung dengan Fireday Productions dengan MULTIPLICITY. Aku sudah menyiapkan pakaian hingga saat aku membuat penggandaanku sekarang, kami berdua tidak akan memakai pakaian yang sama. Akan terlihat aneh nantinya.
Di depan hotel berdua kami naik sebuah taksi. Hari sudah mulai gelap saat kendaraan itu bergerak menuju tujuanku. Arahnya di sebelah kota Flying Fish Cove. Menelusuri jalan kota kecil ini di tepi laut. Di kejauhan, supir taksi menunjukkan bangunan estate itu. Bangunannya besar dan luas. Tepat di tepi pantai dengan bentuk teluk buatan.
Taksi berhenti di pintu gerbangnya yang tinggi. Di atas pagar ditempelkan tulisan Paradiso Errare dari bahan stainless steel. Elegan, glamor dan menarik.
Postur Max yang lebih tinggi membuatku seperti adiknya saat kami berjalan bersamaan. Max adalah gambaranku saat berubah menjadi CHARM atau CRAVE tanpa lambaran pengaruhnya yang luar biasa karena hanya merupakan perubahan menggunakan SHAPE SHIFTING. Kekuatan kedua GEMINI. Jadinya wajah dan tubuhnya berbeda dengan keadaan normalku. Tapi itu masih aku sendiri secara teknis.
--------​
“Yes? Do you have an appointment?” (Ya? Ada janji temu?) tanya security penjaga gerbang dari balik jeruji. Mereka juga pasti melihat kami turun dari taksi di layar kamera CCTV itu.
“We are here to meet Mr. Pablo…” (Kami mau menemui Mr. Pablo) kataku merapat pada jeruji itu.
“ID, please…” (Tolong tanda pengenal) kata security berkulit hitam itu lagi.
Kami berdua menyongsongkan passport kami berdua pada semacam loket yang dibuka security itu. Mungkin dia menelepon pada Pablo atau Esteban tentang janji temu kami ini. Kami menunggu untuk beberapa lama.
“Mr. Pablo is expecting you two at the casting room on the fourth floor…” (Mr. Pablo menunggu kalian berdua di ruang casting di lantai 4) kata security itu mengembalikan passport kami berdua lewat loket itu dan sebuah pintu kecil terbuka untuk kami masuk ke dalam.
Halaman bangunan ini luas sekali dan sebagian besar dalam bentuk taman dengan beberapa rumpun tumbuhan pergola, pohon palem dan kelapa. Gedungnya sendiri terdiri dari empat lantai. Dari depan hanya dua lantai yang terlihat karena dua lantai lainnya berada di bagian bawah yang dibangun mengikuti curamnya tebing yang mengarah ke pantai.
Ternyata lantai 4 bangunan ini melulu diperuntukkan untuk urusan produksi. Ruangan-ruangan yang ada merupakan studio-studio tempat merekam adegan film. Beberapa kali kami berpapasan dengan perempuan-perempuan seksi yang akan melakukan syuting film porno di sini. Telanjang atau masih berpakaian sudah tidak ada bedanya di tempat ini.
Kami agak kesulitan menemukan ruangan casting seperti yang dikatakan security tadi. Tempat ini begitu luas dan banyak orang lalu lalang untuk berbagai pekerjaan mereka. Kalau sebegini sibuk, bagaimana dengan kantor utama Fireday Productions di Sydney?
“Satria… Max? Over here…” (Satria. Max? Kemari) aku melihat Esteban melambaikan tangannya. Ia memanggil kami untuk mengarah padanya. Tulisan Casting Room ada di pintu ruangan itu.
“So… You’re Max?” (Jadi, kau Max?) salam Esteban begitu kami mencapainya. Ia menyalami kami berdua dan agak lama pada Max. Jiwa gay-nya seperti bergejolak...
“We’re casting some new talents… See those young sweet meats…” (Kami sedang men-casting talent baru. Liat daging-daging mentah dan manis itu) kata Esteban menunjuk seorang wanita muda yang sedang difoto dalam beberapa gaya. Di ruang casting ini ada 3 buah studio mini lengkap dengan kamera sehingga dapat dilakukan 3 buah casting sekaligus. Pablo sedang duduk di tengah-tengah ketiga studio itu. Mengawasi ketiga proses yang sedang berjalan.
Di studio 1 wanita muda tadi sedang difoto masih memakai pakaian lengkap. Sedang di studio 2 wanita muda lainnya sudah tidak memakai pakaian lagi. Ia diarahkan untuk melakukan beberapa pose merangsang dan menunjukkan kemampuannya. Di studio 3 merupakan proses lanjutannya. Seorang wanita muda lainnya lagi sedang mengerang-erang dijejali kemaluannya dari belakang oleh seorang pria.
Ada banyak wanita muda seperti mereka sedang menunggu giliran untuk melakukan casting ini. Pablo atau Esteban pasti sudah muak melihatnya karena setiap hari sudah melihat ini.
Esteban lalu mendekati Pablo dan berbisik. Cepat dia berbalik pada kami dan berdiri mendekat. Tangannya melebar seakan akan memeluk kami berdua.
“Ah… Magnifico… You’re gotta be Max, right?” (Ah. Bagus. Kau pastinya Max, kan?) sapanya begitu ia menjabat tangan Max. “Man… You’re much more a killer than I expected… See this muscle…” (Bung. Kau lebih tampan dari yang kukira. Liat otot-otot ini) katanya tanpa sungkan meremas otot bisep Max dengan dua tangannya.
“Satria, me boy… You gotta compete hard to your friend here next year… He’ll be a superstar the time you start…” (Satria, temanku. Kau harus berjuang keras tahun depan dengan temanmu ini. Dia bakalan jadi superstar saat kau mulai nanti) katanya padaku. Aku hanya cengengesan saja.
“Should I take some audition too, Mr. Pablo?” (Aku harus ikut audisi juga, Mr. Pablo?) tanya Max.
“You should… It’s the company regulation… Any talent should run at least one audition to get the O-K stamp from either director or producer whatsoever in charge at the time of casting… In this case… me… It should be a breeze… Come…” (Harus. Aturan perusahaan. Setiap talent setidaknya pernah sekali audisi untuk mendapat stempel OK dari sutradara atau produser yang berwenang saat casting tersebut. Dalam hal ini aku sendiri. Gampang, kok. Kemari) katanya mengajak kami mendekati kursinya saat mengawasi 3 studio itu.
“Esteban… Clear out studio 2…” (Esteban. Kosongkan studio 2) katanya sambil membalik-balik map tebal yang dibukanya. Ia sepertinya sedang mencari sesuatu. Ia meminta Esteban mengosongkan studio 2 untuk Max casting.
“Prangkorn Ruen… Step to studio 2 please…” (Prangkorn Ruen. Silahkan masuk ke studio 2) katanya setelah memilih-milih dari banyaknya data talent yang akan dipilihnya.

Prankorn Ruen
Dari beberapa wanita yang duduk menunggu di sisi kiri ruangan, seorang wanita muda bangkit dan maju ke depan. Tetapi dia menuju studio 1 sehingga Esteban tergopoh-gopoh maju dan memberinya pengarahan tambahan. Sepertinya ia kurang mendengar apa yang dikatakan Pablo barusan untuk ke studio 2.
Ia berdiri dengan kikuk tidak tahu apa yang harus dilakukan. Wanita bernama Prangkorn Ruen itu mungkin orang Thailand atau Myanmar atau sekitar itu. Kulitnya putih bersih dan rambutnya hitam lagi panjang. Lehernya jenjang dan tinggi tubuhnya sekitar 160 cm. Wajahnya lonjong dengan hidung bangir dan mancung. Bibirnya tipis dan berwarna merah muda. Dadanya tidak terlalu besar. Hanya sekitar 30-31 saja. Tetapi ia memakai push-up bra yang menaikkan massa dadanya jadi lebih besar.Yang paling mudah dilihat adalah pinggang dan pinggulnya sempit.
Ia berdiri di sana dan merapatkan kedua tapak tangannya. Ia lalu sedikit membungkuk dengan mengucapkan Sawadikam yang artinya kurang lebih Helo.
“Prangkorn Ruen… Age 18 years old… from Thailand… Here you stated that you’re biseksual… You like boys and girls equally as a hemaphrodite… What the hell is this hemaphrodite stuff?… Don’t play words with me…” (Prangkorn Ruen. Umur 18 tahun dari Thailand. Disini kau menyatakan kalau kau biseksual. Suka cowok dan cewek sebagai seorang hermaprodit. Apa itu hermaprodit? Jangan maen kata denganku) kata Pablo setelah membaca biodata perempuan cantik itu.
Hermaprodit? Mahluk dengan dua kelamin seperti cacing? Berani-beraninya dia menyatakan dirinya sebagai hermaprodit. Kalau biseksual ya biseksual saja. Suka pada lawan dan sesama jenis.
“I was born this beautifully eighteen years ago with a strange anomaly for having two genitals organ in my crotch…” (Aku terlahir cantik begini 18 tahun lalu dengan keanehan ini karena punya dua organ kelamin di selangkanganku) jelasnya dengan suaranya yang merdu. Dialeknya masih kental bahasa daerahnya. Dua organ genital di satu tempat. Glek!
“Two genitals?” (Dua kelamin?) kaget Pablo mengacungkan dua jarinya. “Super… Let’s see what you got?” (Super. Coba liat apa yang kau punya?) katanya antusias. “Take off all your clothes…” (Buka semua pakaianmu) perintah Pablo.
Tanpa sungkan, Prangkorn membuka semua pakaiannya. Dari kaus, bra, rok mini dan CD-nya. JRENG!
Di selangkangannya memang tergantung sebuah penis kecil yang belum disunat tanpa rambut sedikitpun di pangkal paha mulusnya. Dadanya juga bagus dengan bentuk bulat walau tidak besar dan puting coklat muda. Kakinya juga bagus, mulus dan putih seperti seluruh warna kulitnya.
“Aa… You’re just a trannie…” (Aa. Kau cuma trannie) kata Pablo. (Trannie adalah singkatan dari Transexual yang artinya seorang pria yang mengalami proses pergantian kelamin atau merubah penampilannya menjadi sosok feminim dengan memanjangkan rambut, menghaluskan kulit dengan suntikan hormon Progesteron dan meng-implan dada buatan)
“No I am not… I was born naturally like this… See this… I have no scrotum below my cock… And the most important thing is this… I also have a vagina below my cock…” (Tidak. Aku terlahir alami seperti ini. Liat ini. Tidak peler di bawah kontolku. Dan yang lebih penting lagi, ini. Aku juga punya vagina di bawah kontolku) jelas Prangkorn mengangkat penis lemasnya dan menunjukkan belahan rapat tepat di bawah penisnya. Ia agak mencondongkan pinggulnya ke depan agar dapat terlihat jelas apa yang ditunjukkannya pada kami. Ia melebarkan bibir vagina itu untuk menunjukkan isi kemaluan keduanya itu. Bentuknya memang merupakan vagina, lengkap dengan labia minora dan lubang senggamanya.
“Wow!” seru Pablo. “This is awesome! You’re in…” (Ini hebat! Kau diterima) seru Pablo sambil mengacungkan dua jempolnya pada Prangkorn. Dia memanggil Prangkorn supaya mendekat. Pablo memperhatikan kedua kelamin wanita itu dengan takjub. Ia bahkan menggenggam penis itu dan menarik kulit yang belum disunat itu untuk melihat kepalanya yang tersembunyi.
“This is miracle…” (Ini mukzijat) katanya juga memasukkan jari tengah tangan kirinya ke dalam liang senggama vagina Prangkorn, sampai wanita itu menahan nafas. Kepala penisnya mencuat.
--------​
Luar biasa. Kukira kejadian dengan Ana Natasha Killearn bulan lalu sudah sangat ajaib. Ia memiliki klitoris panjang di atas normal hingga mirip penis kecil yang mencuat dari kemaluannya yang berambut lebat. Tetapi wanita Thailand ini lebih jauh lagi mempunyai dua organ intim yang aktif. Penisnya yang tidak besar itu menegang sempurna sampai memerah karena dikocoki Pablo. Sementara dari kemaluan wanitanya, vaginanya sudah meneteskan cairan pelumas yang membekas di tangan Pablo juga. Prangkorn Ruen ini benar-benar Hermaprodit sejati.
--------​
“Max… Come here! Play with her…” kata Pablo setelah puas dengan penemuannya. Aku cukup kaget karena Max disuruh bermain dengan Prangkorn sebagai bagian dari casting ini. Max maju ke depan mendekati Pablo dan Prangkorn dengan santai.
(Kali ini POV akan pindah ke Max)
Max:
“Hi… My name is Max…” (Hai. Namaku Max) kenalku. Aku berdiri di depan keduanya dengan tangan di saku celana ini. Aku menujukan perkenalan ini pada perempuan hermaprodit ini.
“Sawadikam, Max… My name is Prangkorn Ruen… Nice to meet you…” (Helo, Max. Namaku Prangkorn Ruen. Senang berkenalan dengamu) katanya menyatukan tapak tangannya lagi dan membungkuk kecil. Ia tersenyum manis padaku karena tahu kalau aku akan menjadi lawan mainnya di audisi ini.
Aku hanya mengangguk saja.
“Okay… Max… Prangkorn… Move your ass to studio 3… We’ll start your audition both there… Let’s see what you both got…” (OK. Max, Prangkorn. Pindah ke studio 3. Kita akan mulai audisi kalian berdua di sana. Kita liat kemampuan kalian) kata Pablo menepuk map tebalnya itu dan menunjuk studio 3.
“Miss Prangkorn… First thing I want to know about your hermaproditicy… Do both your genital organs work properly… If you fuck a girl with your dick… you cum and produce sperm that able to make her pregnant… and if your cunt is fucked by a boy and he squirt inside your womb… you’ll get pregnant?” (Nona Prangkorn. Pertama yang ingin kuketahui tentang ke-hermaproditanmu ini, apakah kedua kelaminmu bekerja baik. Jika kau entot cewek dengan kontolmu itu, ngecrot dan ngeluarin sperma yang bisa membuatnya hamil dan jika kau dientot cowok dan ia ngecrot ke dalam rahimmu, kau akan hamil?) tanyaku selagi kami berjalan beriringan ke studio 3. Pablo juga mendengarkan pertanyaanku dan mengangguk-angguk membenarkan.
“I have my period regularly every month… The menstruation I mean… That’s my female side… I get hard on in the morning regularly… and wet dream occasionally… Is that a good answer?” (Aku menstruasi tiap bulannya. Itu sisi perempuanku. Kontolku juga biasa ngaceng pagi-pagi dan kadang aku juga mimpi basah Apa itu jawaban yang kau mau?) jawabnya menjelaskan keadaan dirinya.
Dari jawabannya, sepertinya dirinya memang hermaprodit sejati karena kedua organ kelaminnya berfungsi dengan normal. Tetapi dalam fisik, sisi feminim atau hormon progesteronnya lebih dominan hingga tampilan fisiknya cenderung pada bentuk wanita dan sangat feminim menurutku.
“Okay…” jawabku cukup puas dengan jawabannya. Kami sudah sampai di studio 3 yang dilengkapi sebuah ranjang spring bed dengan ukuran King Size tanpa headrest. Set ini dibuat seperti kamar normal lengkap dengan dua buah meja di kanan kiri ranjang dan juga dua buah lampu tidur. Sebuah meja rias dengan cermin besar dan sebuah kursi. Seperti Master bedroom sebuah rumah normal.
“I want you two to fuck in this set… You can do whatever you want… We’ll tape every actions you two make as a reference for our future action wheter Fireday Productions hire you or not… Okay? Action!” (Aku mau kalian bercinta di set ini. Lakukan apapun yang kalian mau. Kami akan merekam semua aksi kalian berdua sebagai referensi tindakan apakah Fireday Productions akan memperkerjakanmu atau tidak. OK? Mulai!) kata Pablo. Di belakangnya sebuah kamera mulai merekam dan seorang cameraman mendekati kami dengan kamera menyala.
“Start by introducing your self… Start from the girl…” (Mulai dengan memperkenalkan diri kalian. Mulai dari yang cewek) instruksi Pablo.
Kamera lalu fokus pada Prangkorn yang sudah bugil total dari tadi saat memamerkan tubuhnya pada Pablo. Aku berdiri di sampingnya, menunggu giliran.
“Sawadikam… My name is Prangkorn Ruen… 18 years old from Phuket, Thailand… I want to be a famous porn star here in Fireday Productions… Oh… I am a hermaphrodite as I have two active genital organs…” (Sawadikam. Nama saya Prangkorn Ruen. 18 tahun dari Phuket, Thailand. Saya ingin menjadi bintang bokep terkenal di Fireday Productions ini. Oh saya hermaprodit karena punya dua kelamin) katanya memperkenalkan dirinya.
Fokus kamera lalu beralih perlahan turun ke dada lalu ke bagian bawah tubuhnya. Fokus ke penis kecilnya. Prangkorn lalu menaikkan penis itu dan menunjukkan vagina yang tersembunyi di bawahnya. Dengan tangan lain ia menarik sebelah bibir vaginanya.
Kamera lalu naik lagi ke wajahnya yang tersenyum manis. Mundur dan beralih padaku. Max…
“My name is Max… 20 years old from Indonesia… I want to show off some of my talent… My aim is to be a Unisex star… I can satisfy the most frigid broad out there… Like my partner here… miss Prangkorn which has this unique and exquisite body… I have one my self…” (Namaku Max. 20 tahun dari Indonesia. Aku ingin menunjukkan beberapa talentaku. Tujuanku ingin menjadi bintang Unisex. Aku dapat memuaskan cewek paling dingin diluaran sana. Seperti juga temanku ini, nona Prangkorn yang punya tubuh unik dan hebat. Aku juga punya) kataku begitu kamera fokus padaku. Pablo di sana mengernyitkan keningnya mendengar kata-kataku ini. Ia sudah cukup senang mendapatkan Prangkorn yang memiliki dua kelamin, ia mendengar aku juga punya kelebihan.
Aku pikir ini akan menaikkan daya jual Max nantinya dengan memberikan satu keistimewaan yang tidak dimiliki bintang Unisex sebelumnya seperti Mikael Studrod dan Jose Gunn. Apalagi dengan adanya Prangkorn Ruen dengan keabnormalannya…
“And what is that?” (Dan apa itu?) tanya Pablo dari belakang kamera.
“I can adjust my manhood to any size as I please…Bigger-smaller… Longer or shorter…” (Aku bisa mengatur kejantananku ke ukuran apapun yang kumau. Lebih besar-lebih kecil. Lebih panjang atau lebih pendek) kataku santai.
“No kidding? Well… Show us some demonstration…” (Benarkah? Tunjukkan pada kami contohnya) kata Pablo tidak begitu kaget mendengarnya. Mungkin ia mengira ini cuma bualanku agar tidak kalah dari Prangkorn yang jelas-jelas memiliki keluar-biasaan ini.
“Okay…” (OK) jawabku lalu mempelorotkan celana pantai yang kupakai ini. Ini kubeli di toko suvenir Flying Fish Cove. Hanya berbeda warna dan corak dengan yang sedang dipakai Satria. Begitu juga dengan pakaianku sehingga aku berdiri di hadapan orang ramai ini tanpa benang sehelaipun.
Dalam keadaan tidak tegang saja, penisku sudah cukup panjang menggantung di selangkanganku. Ini sudah kupikirkan agar kesan pertama orang yang melihatnya akan langsung terperangah melihatnya. Dalam hal ini Pablo. Esteban bahkan menutup mulutnya yang menganga dengan map yang dipegangnya.
Menggantung lemas sepanjang 15 sentimeter…
Prangkorn yang melirik kemaluanku juga terperangah kaget. Ia pasti membayangkan bagaimana kalau ukuran tegangnya yang akan memasuki vagina kecilnya. Seberapa besarnya?
“I can adjust the length and the diameter girth of my dick as I please… I will demonstrate it… Miss Prangkorn… please?” (Aku bisa mengatur panjang dan tebal kontolku sesukaku. Aku akan mendemonstrasikannya. Nona Prangkorn?) kataku dan beralih pada perempuan hermaprodit di sampingku. Lebih baik dia yang membantuku dalam demonstrasi ini.
Pablo memberi tanda dengan tangannya untuk perempuan itu mulai saja. Apalagi kami berdua sudah dalam keadaan telanjang bulat di set kamar studio 3 ini. Sudah tidak ada yang perlu ditunggu lebih lama.
Prangkorn lalu berjongkok di depanku dan mengambil sudut menyamping agar kamera dan Pablo bisa melihatnya dengan jelas. Diraihnya penisku yang masih dalam keadaan lemas bergantung. Digenggamnya dan mulai mengocoknya perlahan.
Tak lama ia mulai memasukkannya ke dalam mulut dengan lidah terjulur. Lidahnya menari-nari di bagian kepala penisku dengan lincah. Berputar-putar untuk memancing penisku bangkit lalu menelannya. Ia menghisap semuanya sampai semua penisku yang belum menegang masuk ke mulut mungilnya.
Kutahan kepalanya menelan semua batang penisku di mulutnya. Kepalanya kupegang dan kutekan sampai ia tidak bisa bergerak. “Check this out…” (Liat ini) kataku.
“Uurrghh…” keluh Prangkorn karena tiba-tiba mulutnya terasa penuh dan kepalanya terdorong ke belakang karena lesakan penisku yang menegang dengan cepat.
“Oh my…” (Ya ampun) kaget Prangkorn menyeka mulutnya dari liurnya yang menetes di pinggiran bibir mungilnya. “Oii… Look at this size… It won’t fit in pussy… It will rip off mine…” (Oi. Liat ukurannya. Ini gak muat di pepekku. Bisa koyak, nih) katanya sedikit gentar melihat ukuran tegang yang kuperagakan dari ukuran lemas 15 cm tadi. Sekarang mengembang menjadi 30 cm dan diameter 5 cm. Ia masih dalam keadaan jongkok dengan satu tangan menahan tubuhnya di belakang dan tangan satunya menutup mulut.
“Man??! What size is that? Is it good ten inches?” (Bung??! Ukuran berapa itu? 10 inchi, ya?) tanya Pablo penasaran ukuran penis superku.
“It’s eleven point seventy five inches or thirty centimeter in total…” (Ini 11.75 inchi atau 30 cm totalnya) jawabku menekan batang penis ini agar rata horizontal dan dapat dilihat dengan jelas.
“Wow… It counts in super monster cock…” (Wow. Itu ukuran kontol monster) kagum Pablo.
“How much your pal Studrod and Gunn’s sizes… Are they bigger than mine?” (Seberapa besar punya temanmu si Studrod dan Gunn?) tanyaku sombong. Aku mau membandingkan dengan ukuran andalan Fireday Productions saat ini di genre Unisex; Mikael Studrod dan Jose Gunn.
“Their sizes are just eight inches… Yours is super huge… Humongous!” (Ukuran mereka cuma 8 inchi. Punya super besar. Raksasa!) seru Pablo.
“So… I just have to adjust it then…” (Kalau begitu aku harus mengatur ukurannya lalu) kataku menekan perut bawahku.
Syutt…
“What the hell is that?” (Apa itu?) seru Pablo sampai turun dari kursi sutradaranya dan mendekati kami berdua. “You can reduce your cock size at will?” (Kau bisa mengurangi ukuran kontolmu sesuka hati?) tanyanya sambil melihat wajahku dan kemaluanku bergantian.
“I told you so… I can boast off my abilities… This is one of them…” (Aku sudah bilang tadi. Aku dapat memamerkan kemampuanku ini. Ini salah satunya) jawabku. Max memiliki kepribadian yang suka pamer dan suka kompetisi. Dia juga tidak segan berkata jujur dan langsung walau itu kadang akan menyinggung perasaan orang lain. Max tidak akan perduli orang berkata apa tentang dirinya. Max adalah manusia yang bebas dan merdeka.
“So… you can enlarge it again… Even bigger than 10 inches?” (Jadi kau bisa membesarkannya lagi. Lebih besar dari 10 inchi?) tanya Pablo masih memperhatikan penisku. Ia menyuruh cameraman untuk fokus pada penisku yang menegang kaku.
“More than 10 inches is no problem… But I’m afraid it will scare the hell of these chicks here… Besides… miss Prangkorn which will be my audition partner can only attain maximum of seven point five inches or eighteen centimeter in her pussy till it hits her womb… Is that right?” (Lebih dari 10 inchi-pun tak masalah. Takutnya itu akan menakutkan bagi nona-nona ini. Apalagi nona Prangkorn yang akan menjadi pasangan audisiku hanya bisa menampung maksimum 7.5 inchi atau 18 cm di pepeknya sampai membentur rahimnya. Benar, kan?) kataku tentang partner-ku kali ini.
“Yes… That size is fit allright in mine… But any diameter is okay…” (Ya. Ukuran itu pas di aku. Tapi diameter berapapuun boleh) katanya. Ia bilang diameter yang kutunjukkan sekarang ini sudah cukup.
“That’s fair enough… But I have to tell this, miss Prangkorn… I play the man role here… Don’t try using your dick against me… Is that okay Mr. Pablo?” (Cukup adil. Tapi aku harus menyampaikan ini nona Prangkorn, aku yang jadi cowok di sini. Jangan coba-coba menggunakan kontolmu padaku. Boleh begitu, Mr. Pablo?) kataku.
“Whatever… Just fuck something… I wanna see your action…” (Terserah. Entotin aja sesukamu. Aku hanya mau liat aksimu) kata Pablo. Dia sudah cukup senang dan ingin melihat permainanku. Aku tentu saja tidak akan mengecewakannya.
“Let’s start again, miss Prangkorn… I have adjusted my dick to eighteen centimeter now…” (Mari mulai lagi, nona Prangkorn. Aku sudah membuat kontoku ke 18 cm sekarang) kataku beralih kembali pada perempuan berkelamin ganda itu.
Prangkorn Ruen kembali meraih penisku dan mulai meng-oral-nya. Teknik BJ (Blow Job)-nya lumayan bagus. Ia tidak sungkan-sungkan menelan seluruh penisku dengan menahan nafas lalu melepasnya dengan menarik nafas baru. Disedot-sedotnya dengan kuat kepala penisku untuk menunjukkan kepiawaiannya memainkan teknik BJ ini.
“Switch…” (Gantian) seru Pablo memberi instruksi setelah beberapa lama Prangkorn mempermainkan penisku dengan mulut. Sekarang giliranku memainkan mulut.
Kuambil kursi dari meja rias dan dengan sigap Prangkorn duduk di situ dengan membuka kakinya. Aku gantian yang berjongkok di depannya.
Memang sangat ganjil melihat dua kemaluan ini berada pada satu tempat. Penisnya tidak besar atau tidak berkembang sempurna karena hanya sepanjang 10 cm saja saat tegang maksimal begini. Ujung penisnya yang tidak disunat mengintip dengan kepalanya yang memerah. Ia tidak memiliki buah pelir yang jelas terlihat dan sebagai gantinya, bibir labia majoranya lebih tebal dan lunak. Mungkin testisnya merangkap sebagai dua bibir vaginanya yang tidak ditumbuhi rambut sehelaipun. Mungkin karena konflik dua hormon ini, ia tidak memiliki ciri sekunder seksual yang lazim dimiliki pria atau wanita.
Sedangkan bentuk dalam vaginanya tidak ada masalah kecuali klitorisnya yang absen karena telah berkembang menjadi penis di atasnya dan lubang uretha atau lubang pengeluaran air seninya. Prangkorn kencing dari kelamin prianya. Ia sepertinya belum terlalu sering berhubungan intim karena lubang senggamanya terlihat masih sempit. Lain halnya dengan anusnya yang sudah terlihat longgar dan lebih sering dipakai. Terlihat jelas dari bentuknya tidak kencang lagi dan sedikit monyong.
Bisa disimpulkan kalau Prangkorn sehari-harinya lebih banyak berhubungan dengan pria homo yang lebih cenderung suka anal daripada memakai vaginanya walaupun sesekali digunakan juga. Tetapi lebih seringnya merupakan selingan atau hiburan.
Dengan tangan kanan, penis kecilnya itu kusisihkan ke atas agar aku bisa menjangkau vaginanya. Tapi ia mendesah tertahan kala kulit penis kecilnya itu kutekan. Sepertinya ia merasa sangat enak kalau kusentuh penisnya.
Walau sebenarnya enggan, kupegang penis kecil itu dengan tiga jari; jempol, jari telunjuk dan jari tengah. Kukocok-kocok pelan penis Prangkorn sampai kepala merahnya keluar dari kulitnya yang belum disunat itu. Penis kecil berwarna putihnya itu menegang keras sekali dan berdenyut-denyut.
Prangkorn memegangi sandaran kursi yang ada di belakang kepalanya agar ia juga bisa menopang kepalanya yang terombang-ambing. Wajah cantiknya menahankan rasa nikmat itu dengan berdesis-desis dan menggigit bibir bawah. Dadanya membusung mengikuti punggungnya yang melengkung merasakan nikmat itu.
Jari tengah kiriku mulai bekerja. Masuk dan keluar pelan-pelan di liang vaginanya yang ternyata sudah lembab. Rasanya sangat hangat dan mengatup erat. Erangan Prangkorn memenuhi studio 3 ini.
Sebenarnya ini penis pertama milik orang lain yang pernah kusentuh. Walau ukurannya kecil tetapi sepertinya bekerja dengan baik. Sudah ada keluar air maji atau pre-cum yang mengumpul di ujung lubang penisnya. Apalagi menilik dari denyutnya, penis ganda ini akan segera ejakulasi.
Ini bisa menjadi latihan bagus untukku. Secara badaniah, orang yang dihadapanku ini adalah wanita yang cantik. Hanya keajaiban ini yang bisa membuatnya memiliki penis juga. Latihan dengan penis yang sesungguhnya cocok dalam kondisi seperti ini. Aku tidak perlu memulainya dengan trauma.
Kuanggap saja ini seperti klitoris panjang milik Ana Natasha Killearn. Kukulum penis itu seperti aku mengulum klitoris Ana!
“Aaahh…. Ah… Uhhmm… Mmm… Hhhss… Uuhh…” desah Prangkorn keenakan. Tubuhnya yang duduk di kursi ini sudah seperti cacing kepanasan.
Rasa dan baunya juga tidak terlalu buruk. Apa ini karena ukurannya yang kecil atau karena memang dia saja yang menjaga kebersihan kelamin spesialnya ini dengan sangat baik sehingga tidak berbau?
Lidahku bermain-main dengan penis kecil Prangkorn sementara jariku sudah bertambah menjadi dua merojoki liang vaginanya. Apa lagi kalau aku juga mempermainkan anusnya, ya?
Tangan kananku yang tadi kupakai memegang penisnya mulai mengelus-elus liang anus Prangkorn. Tidak sulit menyelipkan jariku masuk karena ia sudah sering disodomi pada lubang ini. Tak lama dua jariku juga sudah mengorek-korek dubur Prangkorn.
Semakin liar Prangkorn menggelinjang merasakan kenikmatan itu. Satu tangannya masih memegang sandaran kursi dan satu lagi mengacak-acak rambut gondrongku.
“Eegggh… eekk… eeuhh…” keluhnya dengan suara merdu manisnya saat tubuhnya mengejang. Mulutku terasa disemprot cairan kental yang terasa kelat dan asin, tidak banyak memang. Sementara jari kedua tanganku dikatup erat dua liang itu dengan kuat dan hangat.
Begini toh rasanya… sperma itu… Lain dengan rasa milikku sendiri. Aku pernah mencuil sedikit iseng-iseng kepingin tahu rasanya. Rasa sperma milikku sedikit tawar dan pahit juga sedikit asin di langit-langit mulut.
“Awesome! Awesome! Is that double orgasm?” (Hebat! Hebat! Apa iatu orgasme dobel?) tanya Pablo bertepuk tangan dengan map-nya. “Bravo!” (Hebat!)
Prangkorn terduduk lemas dan mengangguk. Ia bersandar berselonjor kaki di kursi itu dengan tetap mengangkang. Aku berdiri dan menyeka mulutku dari sperma yang berlepotan sedikit.
“Max… Max… My man… You’ve been exceeded my expectation… You handle cunt and cock equally… A truly Unisex star indeed…” (Max, Max, temanku. Kau sudah melampaui harapanku. Kau menangani pepek dan kontol secara seimbang. Bintang Unisex yang sesungguhnya) kata Pablo berkacak pinggang dan menggeleng-geleng puas. “But I still gotta see you fuck her like mad, you know… Fuck her really hard… Ugh!” (Tapi aku harus menyaksikanmu mengentoti dia habis-habisan, tau? Entot dia sekarang) katanya lagi sangat senang.
“You’re the boss!” (Kau bos-nya!) kataku menunjuk padanya. Kuangkat Prangkorn yang masih lemas ke atas ranjang King Size ini dan kubaringkan dia di tepian saja.
“Which hole would you prefer to be fucked, miss Prangkorn? Your pussy or your ass?” (Liang mana yang lebih kau suka untuk kuentot, nona Prangkorn? Pepek atau pantat?) tanyaku.
“Do as your please… My ass is a bit loose and my pussy is too tight…” (Terserah padamu. Bool-ku agak longgar dan pepekku terlalu sempit) jawabnya sambil terus berbaring dengan nyaman agar dapat menerima penisku di lobang mana saja nantinya.
“I’d prefer pussy then…” (Aku lebih suka pepek kalau begitu) kataku mulai mengarahkan penisku yang kuatur pada ukuran 18 cm. Penis kecilnya lunglai ke samping kiri setelah ejakulasi tadi.
Memang masih sempit ternyata karena kepala penisku susah masuk ke dalam sana walaupun sudah basah. Aku sampai harus membantu memasukkan penisku dengan tangan. Diarahkan dan ditekan-tekan seperlunya agar bisa masuk. Tak lama, kepala penisku sudah berhasil menyelip dan terkatup erat.
Selebihnya akan lancar…
“Aahh… Ahh..” keluh Prangkorn kala kutekan agar penisku masuk lebih dalam lagi. Ia meringis karena desakan penisku yang berdiameter 4 cm ini merangsek dan menggesek vagina sempitnya. Sepertinya kesakitan…
“Mmm… That’s it… It feel nice now… Uuhh…” (Mm. Ya begitu. Enak sekarang. Uh) desahnya lebih bisa menikmati sekarang. Ia melebarkan kakinya sebisanya untuk menikmati persetubuhan dalam rangka audisi ini sepuas-puasnya.
Memang. Aku mengecilkan kembali diameter penisku hingga hanya seukuran 3 cm saja agar pas dengan kemampuan vagina Prangkorn yang hanya mampu menampung benda tumpul maksimal sepanjang 18 cm dan diameter 3 cm saja. Lebih dari itu memang bisa karena keelastisitasanya tetapi hanya akan menimbulkan rasa sakit di pihaknya. Kenikmatan satu pihak akan sangat egois.
--------​
Tetapi apakah ini? Kenapa aku bisa mengatur sesuka hati ukuran penisku? Ini adalah satu kemampuan khusus baru dari ARIES. Kemampuan khusus kedua setelah MARVELOCITY untuk bergerak super cepat. Namanya ADJUSTABILITY. Kemampuan untuk mengatur bagian tubuh sekehendak hati. Jadi aku bisa menambah massa otot pada bagian tertentu tubuh agar terlihat lebih berisi atau bahkan menguranginya agar terlihat lebih ramping. Dalam hal ini aku memanfaatkannya pada kemaluanku sendiri. Bisa dipanjangkan, dibesarkan atau sebaliknya. Praktis, kan?
--------​
Kami memperagakan beberapa variasi gaya di atas ranjang ini. Prangkorn tidak begitu buruk juga mengikuti permainanku. Ia bisa mengimbangi setiap aksi yang kulakukan dan memberikan sentuhannya sendiri.
“Do her in the ass…” (Entot bool-nya) instruksi Pablo.
Mendengar itu kami berpisah sebentar. Prangkorn langsung menungging dan menunjukkan pantatnya, sementara aku bersiap di belakangnya.
“Make it bigger again…” (Perbesar lagi) kata Prangkorn menoleh sebelum kuarahkan penisku ke duburnya. Lubang duburnya menganga dan berkedut-kedut tak sabar menyambut masuknya benda asing ini.
“You ask for it…” (Kau yang minta) kataku dan memperbesar penisku hingga mencapai diameter 5 cm dan panjang 20 cm. Membengkak secara fantastis. Pasti Pablo dan para cameraman-nya sudah merekamnya. Merekam proses pembesaran batang kejantananku yang bisa dilakukan sekehendak hati.
Kutekan-tekan kepala penisku yang juga membesar proporsional dengan diameter dan panjang ukurannya sekarang setelah sudah kulumuri dengan baby oil. Tak lama sudah tenggelam dan masuk ke dalam lubang dubur itu. Terasa hangat dan nyaman sekali di dalamnya karena teksturnya yang lembut tetapi mengatup erat.
Prangkorn yang lebih terbiasa menggunakan anusnya lebih rileks dalam posisi menungging ini. Kala batang penisku menelusup masuk lebih dalam, semakin hangat dan nyaman rasanya. Batang penisku seperti menemukan pasangan serasinya. Sebuah sarung yang pas menutupi seluruh permukaannya. Hangat dan nyaman…
“Uuhhmmm… yeahhmm… uuhmmm… mmhh…” desahnya keenakan merasakan lesakan penisku di dalam anusnya. Gesekannya terasa sangat pas beradu antara kulit penisku dan dinding rectum Prangkorn yang bergerinjal.
Cameraman itu mendekati pertemuan tubuh kami dan mengambil gambar dari jarak dekat. Pergerakan keluar masuk penisku ke anus Prangkorn direkam dengan seksama sampai aku harus mengatur kakiku agar kamera itu dapat mendekat.
Sedikit mengganti posisi aku berdiri agak membungkuk di belakang Prangkorn dan memompa terus anusnya. Perempuan hermaprodit itu hanya perlu semakin meninggikan pantatnya agar posisi tusukanku tetap stabil. Penisku harus sedikit melengkung agar sudut pompaanku tetap bisa menusuk dengan tepat.
Pablo lalu menyuruh kami berdua mengganti posisi WOT. Aku lalu tiduran di ranjang King Size ini dan membiarkan Prangkorn yang bekerja. Ia memasukkan sendiri penisku ke anusnya kembali. Ia mengangkangi kakiku dan membelakangiku. Prangkorn lalu mulai menaik-turunkan badannya dan memompa dengan temponya sendiri.
Kadang ia hanya memutar-mutar pantatnya dengan penisku kandas di anusnya. Atau memompa kecil saja agar pangkal penisku terstimulasi. Dilepas lalu dimasukkan kembali. Prangkorn benar-benar menikmati penisku sepuas-puasnya dengan semua trik dan teknik yang diketahuinya.
Lalu ia membalik tubuhnya tanpa melepas pertemuan penisku dan anusnya. Penisku seperti terpelintir di dalam sana. Ia tersenyum lebar menunjukkan wajah puas dan gembira. Ternyata dari tadi ia juga mempermainkan kedua alat kelaminnya bersamaan. Penis kecilnya dikocoknya dengan dua jari tangan kanan sementara dua jari tangan kiri masuk ke liang vaginanya.
Aku menjamah dadanya dan meremas-remasnya sekaligus. Lalu mempermainkan putingnya sambil dipelintir atau dipilin. Prangkorn terus mempermainkan penisku di dalam anusnya dengan tekniknya yang yahud.
Kemudian aku bangkit dari posisi tiduranku dan menjangkau mulutnya. Kucumbui bibir tipisnya sampai ia mendesah-desah keenakan. Dadanya tertekan di dadaku dan hanya pinggulnya yang bisa bergerak maju mundur. Terus mengocok penisku di dalam anusnya yang semakin panas.
Prangkorn lalu bersandar pada tangannya agar aku bisa memainkan dadanya dengan mulutku. Dada yang tidak terlalu besar itu segera menjadi mainan mulutku sementara penis kecilnya juga kugenggam. Kukocok-kocok kemaluan ganda hermaprodit ini sampai menegang keras.
Bersandar jauh sampai akhirnya ia yang kini berbaring di ranjang besar ini. Di posisi ini, aku yang harus bergerak aktif memompa anus Prangkorn. Ia terus mendesah-desah keenakan apalagi kedua kelaminnya juga kukerjai. Kedua tanganku bermain dengan penis dan vaginanya.
Sepertinya tak lama lagi salah satu dari dua kelamin ini akan mendapatkan orgasmenya menilik dari mimik muka Prangkorn yang seperti menahan diri. Apalagi penis kecilnya memerah dan keras sekali. Bagian kepalanya membiru dan cengkraman vaginanya mengatup erat jariku.
Kuemut puting kecilnya dan kupermainkan dengan lidah dengan menyentil dan menghisap kuat dadanya yang tidak begitu besar itu. Ia semakin melenguh-lenguh keenakan dan tubuhnya mengejang menahan diri sampai cengkraman anusnya menggenggam erat pangkal penisku.
“Uhh… uuhhmm…” desahnya mendekap tubuhku sekuatnya. Tubuhnya mengejang keras terasa dari dekapan tangan dan kakinya yang mengapit pinggangku. Ditekannya tubuhnya erat-erat padaku lalu melemas lunglai kembali.
Saat aku melepas tubuhnya masih dengan kedutan lemah di anusnya, di perutku dan perutnya ada noda sperma yang berasal dari kemaluan maskulinnya. Penis kecilnya itu lunglai memerah dengan titik sperma sedikit di ujungnya yang menutup kembali kulupnya.
Ia lunglai tak sanggup lagi bergerak atau apapun lagi. Hanya berbaring saja dengan puas.
“My man, Max… Excellent… You beat her tremendously…” (Temanku, Max. Hebat. Kau mengalahkannya dengan telak) seru Pablo dari kursi sutradaranya dan bertepuk tangan dengan map tebalnya. “But you didn’t cum yet… What can you suggest?” (Tapi kau belum ngecrot. Ada ide?) lanjutnya.
Kucabut penisku yang masih perkasa mengacung dari anus Prangkorn dan membersihkannya hanya dengan tangan saja. Aku turun dari ranjang King Size ini dan menghadapinya.
“Those girls are here for audition too, right?” (Cewek-cewek itu di sini untuk audisi juga, kan?) tanyaku tentang enam gadis remaja yang masih duduk menunggu giliran untuk menjalani tes audisi ini di satu sudut studio.
“Yeah… You want one of em?” (Ya. Mau salah satunya?) tanya Pablo mengerti.
“I want all of them… I’ll do the six of them consecutively…” (Aku mau semuanya. Aku entot mereka semua bergiliran) kataku tentang mauku. Enam perempuan sekaligus tidak masalah.
“Nasty… Very well… Let’s see if your words are as good as your cock… Girls… You heard what he want… All of you play with him… This is your audition…” (Keren. Baiklah. Kita liat kalau kata-katamu sebagus kontolmu. Nona-nona, kalian dengar maunya. Kalian semua bermainlah dengannya. Ini audisi kalian) kata Pablo memenuhi permintaanku dan menyuruh keenam sisa peserta audisi yang sedang menunggu itu bergabung denganku.
Kutunggu keenamnya mendekat dengan berdiri di depan set studio 3 ini. Mereka semuanya masih berusia muda. Paling-paling baru 18 tahun saja. Barely legal. Keenamnya adalah campuran berbagai ras. Dua gadis Kaukasia berambut pirang dan hitam, dua gadis Asia bermata sipit dan belo dan dua gadis berkulit gelap.
Mereka memakai pakaian bermacam jenis dan pastinya dipilih yang paling menonjolkan kemolekan tubuh mereka. Ditambah make-up dan tatanan rambut.
Ada yang berjalan dengan penuh percaya diri. Ada juga yang ragu-ragu dan sedikit malu. Bingung atau juga takut. Akhirnya mereka sampai di depanku dan kamera.
“Introduce yourself first… Start from you on the left…” (Perkenalkan diri kalian dahulu. Mulai dari kau yang paling kiri) tunjuk Pablo pada seorang gadis yang sepertinya keturunan Arab atau sejenisnya.
“My-my name Miskaa… I’m from Jordan… My age is 19 years old… I want to be a famous porn star…” (N-namaku Miskaa. Aku dari Yordania. Umurku 19 tahun. Aku ingin jadi bintang bokep terkenal) katanya mulai. Benar saja. Gadis 19 tahun itu berasal dari Yordania. Wajahnya memang menunjukkan kalau ia berasal dari Timur Tengah. Hidungnya mancung dan bulu mata lentik dan alis mata tebal. Bibirnya tebal dan merah merekah. Sangat kontras dengan kulitnya yang putih dan rambutnya yang pirang. Tubuhnya setinggi 170 cm dengan lekuk tubuh yang aduhai. Dadanya menyembul gempal di balik gaun seksinya.
“My name is Phoebe Starr… 18 years old from Pennsylvania United State… I have made some amateur movies and uploaded them to my personal vblog on the web… My goal is to be the top porn star in the entire world…” (Namaku Phoebe Star. Umur 18 tahun dari Pennsylvanai, AS. Aku sudah membuat beberapa video amatir dan mengunggahnya di vblog di internet. Tujuanku adalah menjadi bintang bokep nomor satu di seluruh dunia) katanya. Gadis muda bernama Phoebe ini bahkan sudah memakai nama bintangnya sendiri. Phoebe Starr. Anaknya cantik dan glamor dengan caranya. Rambut pirangnya yang ikal digerai di depan dadanya. Ia bahkan sudah membentuk dadanya dengan operasi pembesaran payudara sebelumnya.
“My name is Sarah Jessica Amber… I’m 18 years old from Crystal Palace… UK… I want to make good money from acting and art exhibition… Right now I’m pursuing my degree in Art at the College of Fine Art of Westmorth…” (Namaku Sarah Jessica Amber. Aku 18 tahun dari Crystal Palace, Inggris. Aku mau penghasilan yang banyak dari akting dan esksibisi seni. Saat ini aku sedang belajar seni di Fakultas Seni Westmorth) kenal gadis Kaukasia kedua. Dia cukup berambisi dan mengimbanginya dengan pendidikan.
“Good evening… My name is Triple K… It’s short of Kelly Kei Kong… 19 years old from mainland China… My first debut is a semi porn filmed at Hong Kong a few months ago… And I want to go international by joining Fireday Productions… Thank you… Sie sie…” (Selamat malam. Namaku Triple K. Kependekan dari Kelly Kei Kong. 19 tahun dari Tiongkok. Debut perdanaku adalah film semi bokep yang disyuting di Hong Kong beberapa bulan lalu. Dan aku ingin go-internasional dengan bergabung bersama Fireday Productions. Terimakasih. Sie sie) kenal gadis itu Asia bermata sipit itu.
“My name Loise Martinez… 19 years old from La Paz… I can handle most of 10 inches black studs easily… My big fat ass can chomp your cock good and square… Bring it on…” (Namaku Loise Martinez. 19 tahun dari La Paz. Aku bisa menghadapi cowo-cowo kekar dengan kontol 10 inchi dengan mudah. Pantat semok-ku bisa mengunyah kontol kalian sampe keenakan. Ayo aja) katanya memamerkan pantatnya yang besar dan montok. Bergoyang-goyang saat ia mengayunkan pinggangnya ke kiri kanan. Gadis kulit gelap latin ini cukup hot juga.
“My name Tyra Snowfield… 19 years old from Prague… I can speak four languages… English… Swedish… Russian and a bit Germany… I’ve been with several men so… why not porn? Thank you…” (Namaku Tyre Snowfield. 19 tahun dari Praha. Aku bisa bicara 4 bahasa. Inggris, Swedia, Rusia dan sedikit Jerman. Aku sudah pernah main dengan banyak cowo, jadi kenapa gak bokep sekalian? Makasih) kata gadis kulit hitam kedua itu yang menyudahi sesi perkenalan keenam peserta audisi yang akan kugarap.
Beberapa sudah tidak asing dengan kamera dan bahkan sudah ada yang pernah bermain film porno sebelumnya. Beberapa begitu menonjol karena kepercayaan diri mereka cukup tinggi seperti Phoebe Starr dan Triple K. Beberapa hanya nekat-nekatan ikut audisi seperti Miskaa dan Tyra. Mungkin mencari pengalaman pengisi liburan. Sedang Sarah berorientasi pada uang untuk membayar pendidikannya. Sedang Loise cenderung pada mencari hiburan.
“OK… All of you have already introduced yourself… Right now… we will challenge you to play with him… another audition applicant… The six of you play with altogether… Do your best…” (OK. Semua sudah memperkenalkan diri. Sekarang kami akan menantang kalian untuk ngentot dengannya, peserta audisi lain. Kalian berenam main sekaligus. Berjuanglah) kata Pablo memberi arahan kepada keenam peserta audisi itu.
“Roll the camera… Action!” (Mulai rekam, Action!) kata Pablo memulai lagi audisi ini setelah tertunda setelah Prangkorn tidak bisa lagi melanjutkan audisi ini. Perempuan hermaprodit itu sudah tidak ada di atas ranjang King Size itu lagi.
Seperti sedang mengikuti perlombaan lari, keenam gadis muda itu berhamburan menuju padaku. Aku memandangi dingin keenam pasang dada yang berguncang-guncang saat berlari secepatnya seperti akan menerkamku dan memangsa secepatnya. Berbagai ras warna kulit dan rambut bergoyang kesana-kemari.
Phoebe Starr yang pertama kali mencapaiku dan menciumi bibirku. Berganti oleh Kelly dan direbut Loise. Sementara Miskaa, Sarah dan Tyra hanya berdiri menunggu.
Phoebe juga memulai memainkan penisku yang mengendur ketegangannya setelah beberapa lama tidak terstimulasi. Ia langsung mengulum dan mengocok penisku dengan garang. Ia menghisap kuat-kuat kepala penisku sampai pipinya kempot lalu menelannya dalam-dalam sambil menahan nafas.
Kelly dan Loise mencoba untuk merebut penisku dari Phoebe tapi gadis Amerika itu tidak mau melepas dan menutupi selangkanganku dengan mengapit kedua kakiku agar kedua saingannya tidak bisa merapat.
Tangan kananku langsung memegangi bagian belakang kepala Phoebe dan mulai memompa kepalanya. Mengentoti mulutnya yang sangat dibanggakannya.
“Ungh! Ungh! Uff!” kesahnya kala mulutnya dijejali penisku yang memompa cepat. Ujung kemaluanku sudah menghentak pangkal tenggorokannya. Ia susah bernafas walau dari hidung sekalipun.
Sementara aku memompa mulut Phoebe, ternyata Kelly dan Loise tidak tinggal diam. Mereka berdua mempertunjukkan asset utama mereka. Kelly melepas semua pakaiannya hingga telanjang sedang Loise memamerkan bokong besar dan montoknya. Keduanya menjilati puting dadaku.
Tanganku yang bebas mulai bergerilya dan mendarat di pantat montok Loise. Kenyal tetapi padat. Enak untuk diremas-remas karena ukurannya memang besar. Beberapa lama aku mempermainkan kedua bongkah pantat montok itu sampai aku mulai menjamah anus dan vaginanya. Jari tengahku segera meluncur masuk dan menemukan kehangatan basah di dalam liang senggama Loise. Gadis Latin berkulit gelap itu mengerang-erang.
Tak perduli pada erangannya, aku mengambil wajah Kelly dan mencumbui mulutnya sementara jari tanganku masih mengacak-acak kemaluan Loise. Penisku masih memompa mulut Phoebe.
Cukup bermain dengan ketiganya, aku melepas mereka dan malah beralih pada Miskaa, Sarah dan Tyra yang seperti terlupakan dan menjauh dari jangkauan kamera. Ternyata mereka sedang bermain sendiri dengan tubuh mereka sendiri saat melihat aksiku barusan. Meremas dada atau mengutik klitoris sendiri.
Penisku yang mengacung keras berayun berat saat aku berjalan menuju Miskaa yang sedang memainkan jarinya di dalam celana dalamnya.
Perempuan keturunan Timur Tengah itu langsung kubalik badannya membelakangiku. Kaki kirinya kuangkat dengan satu tangan dan kuselipkan ujung penisku yang keras ke dalam celana dalamnya. Segera aku menemukan belahan kemaluannya yang basah.
“Oouuhh…” desahnya saat aku mulai memasuki dirinya perlahan. Gadis ini masih lumayan sempit dan aku segera menyesuaikan ukuran penisku dengan ADJUSTABILITY agar sesuai dengan kapasitas kemampuannya. Dengan menggoyang beberapa kali, seluruh penisku yang hanya sepanjang 16 cm dan diameter 4 cm, sudah terbenam masuk dan menyentuh perutku. Pelan-pelan aku menambah panjang dan ukuran penisku sampai aku bisa menyentuh pintu rahimnya sampai mentok.
Miskaa meraung-raung keenakan sampai kakinya gemetaran mendapat sodokan gencar penisku yang membor vaginanya tanpa ampun dalam posisi berdiri ini.
Aku sepenuhnya berkonsentrasi pada Miskaa dengan tangan memegangi kaki dan perutnya. Menggenjot penuh tenaga sampai ia menjerit-jerit keenakan. Ia bahkan memakai bahasa daerahnya untuk mengekspresikan rasa nikmat yang dirasakannya.
Kemudian aku merelakannya untuk bertumpu pada lutut dan tangannya. Miskaa kini dalam posisi menungging tanpa sempat melepaskan penisku yang masih bercokol di dalam vaginanya. Aku terus memompa kemaluannya.
Ada sesuatu yang terasa salah di sini…
Gaya bercinta Max dan Satria tidak ada bedanya… Hanya berbeda tubuh tetapi caranya melampiaskan nafsu dan memperlakukan partner bercinta tidak ada perbedaan sama sekali. Max haruslah satu karakter yang berbeda sama sekali dengan diri asliku; Satria. Aku hanya memakai SHAPE SHIFTING tetapi tidak memakai MIMIC karena aku tidak punya target untuk kutiru kepribadiannya. Kepribadian Max sekarang adalah kepribadian Satria. Max adalah interpretasi dari bentuk CHARM dan CRAVE yang kupakai sebagai identitas baru karena wujudnya berbeda dari keseharianku.
Tapi tunggu dulu! Saat berubah menjadi CHARM atau CRAVE sekalipun, aku mengalami sedikit perbaikan prilaku. Kalau bisa disebut perbaikan karena saat itu aku sama sekali tidak menjadi egois dan hanya memikirkan kesenanganku saja. Lebih seringnya dalam bentuk VIOLENCE itu aku mendahulukan kesenangan para wanita itu. Mereka yang paling utama karena dari merekalah aku bisa mendapatkan kesenangan dan yang lebih penting adalah CORE istimewa milik mereka.
Apalagi saat di dalam bentuk VIOLENCE lembut itu, semua wanita akan bertekuk lutut pada pesonanya. Yang ada di pikiran wanita-wanita itu adalah nafsu belaka. Entah kekuatan apa dari CHARM dan CRAVE yang menimbulkan hal ini.
Apa aku bisa memakai MIMIC pada kepribadian bentuk CHARM dan CRAVE-ku sendiri?
 
Bimabet
Genjot lagi suhu 3 versus 3
ditunggu lanjutny Ryu side questnya rae ama 3Vs3

pada demen sama 3 versus 3 ya? itu semua muncul krn kegelisahan ane sm girlband k-pop yg imut". maksa aja masukin mereka ber-6 di cerita ini. pokoknya harus ada k-pop nya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd