12 Maret 2017
pukul 08.00 pagi
Cuaca cerah di pagi hari menyinari jendela setiap perumahan atau kos bertingkat. Pukul 9 ini umumnya para penghuni kos sudah pergi ke kampus atau kantor masing2. Namun karena hari ini tepatnya hari libur, beberapa dari mereka masih membantai waktu tidur untuk melampiaskan rasa lelah setelah 6 hari beraktivitas. Berbeda dengan penghuni lain, Puput sedang melakukan yoga di atas matras merah muda nya di kamar. Kedua telinganya disumbat dengan earphone yang melantunkan alunan lembut musik klasik. Beberapa gerakan seperti merenggangkan kaki dan punggung, atau mengangkat kaki kanannya tinggi2 dengan menutup telapak tangan, sampai posisi tangan dan kaki kirinya menyentuh lantai sementara anggota tubuh kanannya terangkat (kalo enggak salah nama pose nya ‘Half Moon’….) Puput terlihat begitu terampil membuat gerakan2 tersebut.
Sampailah posisi dimana Puput berdiri lalu mengangkat kaki kanannya ke belakang dan meraih ujungnya dengan tangan kanannya dan menahannya beberapa detik. Kedua matannya tetap terpejam tetap berkonsentrasi menikmati setiap alunan musik.
‘BBBZZTTT… BBBBZZTT’
Cheotnune neol araboge dwaesseo
Seorol bulleowassdeon geotcheoreom
Nae hyeolgwan sok DNAga malhaejwo
Naega chaja hemaedeon neoraneun geol
Tiba2 lantunan lagu klasik berubah menjadi lagu boyband K-Pop. Ternyata ringtone panggilan masuk ponsel Puput berbunyi. Sontak Puput membuka matanya lalu berdecak kesal karena fokusnya terberai.
Tau gitu gw ganti ke mode don’t disturb…
Puput melihat layar ponselnya dan mendapati panggilan masuk dari Linto.
“Halo, kenapa To?”
“Hai Put. Udah bangun pagi lo, tumben…”
“Iya, lagi yoga tadi.”
“Ohh..”
“Terus elo ganggu…”
“Ya map atuh. Gw kan ngiranya elo lagi aerobik atau masih tidur. Eh tapi bukannya elo biasanya tiap hari kami elo nge gym ya?”
“Udah enggak, kan udah tutup tempatnya waktu itu.”
Karena sudah terlanjut mengobrol dengan Linto, akhirnya Puput pun duduk di matras lalu mengelap butiran keringat di leher dan sekujur dada dan tangannya. Hari ini Puput memakai sports workout longgar warna hijau muda dengan bawahan celana legging hitam. Walaupun lekukan tubuhnya tertutup dengan longgarnya pakaian atas, kedua payudaranya terlihat begitu kencang dan penuh karena dilapisi oleh sports bra warna hitam yang membuat kesan menimbul di bagian payudaranya.
“Btw tumben elo nelpon pagi2 gini.”
“Ah, enggak. Gini…” Linto mulai terdengar ragu.
“Lo mau ijin kemana lagi?” Pupt langsung menembak arah maksud Linto.
“Enggak2.. bukan gimana2 kok. Gw ada acara sama temen2 lama gw di daerah L nanti ngomongin soal kerjaan gitu. Nanti perginya ganti hari laen bisa kagak? Atau lo mau hari ini?”
Puput hanya berdehem cuek lalu meneguk sebotol air melepas dahaganya.
“Jadi, mau kapan?”
“Enggak usah ni hari ah. Gw lagi mager.”
“Mau besok?” tawar Linto sekali lagi.
“Besok kan gw ada tugas sampe malem.”
“Ohhh gitu. Yaudah.”
Keduanya terdiam satu sama lain. Linto merasa sangat tidak enak harus izin pada hari minggu ini mengingat Puput yang sedang melakukan salah satu kegiatan favoritnya.
“Put..??”
“Hmm?”
“Kok diem?”
“Gw minta tebusan…”
“Hah? Maksudnya?” Linto melengos.
“Anterin ayam geprek matah level 15 plus sambel matah tambahan, thai tea less sugar, sama susu sroberi dua kotak. Kalo elo mau gw ijinn buat pergi sama temen2 elo, mending buruan anterin ke kosan gw….”
Sekarang Linto yang diam tidak berkata apa2. Pikirannya sibuk mencerna maksud permintaan Puput.
“Hahahaha… apa sih kok diem begituuuu? Gw becanda kali! Tegang amat jadi cowo, To.”
“Yeee elahhhhh….gw kirain kenapa lo. Tapi mau becanda apa kagak mah tetep gw beliin nih buat elo.” Ucap Linto serius.
“Ck, dibilangin becanda. Udah ahhhh…. Gw mau lanjut lagiiii. Byeee…” Puput langsung menutup telpon dari Linto.
----------------------
‘Tok tok tok’
Suara ketukan terdengar dari luar kamar kos Puput. Puput yang sudah bersih2 setelah mandi dengan setelah kaos ketat warna hijau tua dan bawahan celana gemas merah muda pun beranjak dari kasur dan meletakan buku pengantar psikometri nya.
“Siapa?”
“Ojol bu. Mau nganter makanan dari-..”
Belum selesai orang tersebut berbicara, Puput langsung membuka pintu kamarnya. Tatapannya menatap agak tajam dan malas melihat Linto yang sudah berada di depannya sambil menenteng kantung berisi apa yang Puput tadi lontarkan sebagai candaan.
“Selamat siang, kak Puput?” Linto menyengir lebar.
“Dibilangin becanda…” Puput melipat kedua lengannya di dada “Masuk dulu enggak?”
“Enggak apa2 nih?”
“Hadeh… kayak baru masuk ke kosan cewe aja lo.”
Puput menyiapkan meja lipat kecil untuk menaruh makanan dari Linto. Mangkuk karton di dalam plastik putih tersebut langsung dikeluarkan dan dibuka isinya. Terciumlah aroma harum ayam goreng dan sambal matah mengepul hangat disitu.
“Sesuai pesenan kan?” Linto tersenyum.
“Emm…” Puput bergumam jutek namun terbesit senyuman tipis.
“Kalo mau senyum ya senyum aja kali, Put. Gitu amat…”
“Hmm… hehehe… yaudah2…. Maaciihhh.” Puput memeluk Linto erat2.
“Entar suapin juga boleh enggak?” pinta Puput manja.
Sontak Linto malah langsung mencium bibir tipis Puput dengan lembutnya. Puput yang kaget langsung mendorong sedikit pundak Linto untuk menjauh. Namun gerakan lidah Linto di dalam mulutnya membuat Puput jadi kewalahan.
“Mhhghh.. slrpphh.. Tohh… emmhh… mau makan duluuuu….”
“Oh…. Jadi entar gw dikasih kesempatan kedua nih gara2 kemaren enggak berhasil?” Tanya Linto berbinar.
“Ya liat nantiiii. Sekarang gw mau makan. Elo menjauh2 dulu. Tapi tetep tangannya nyuapin gw, soalnya gw lagi seru baca jurnal pinjeman perpus. Jadi jangan bertindak mesum, okeeee?” Puput meraih buku yang ditaruh di kasur lalu membacanya kembali.
---------------------
12 Maret 2017
pukul 10.00 pagi
Di lain tempat tepatnya di salah satu kosan lain yang kali ini cukup dekat dengan stasiun kereta api, Jessica sedang berbaring menghadap tembok dengan telinga yang disumpal earphone kabel putih. Nampaknya dia sedang menonton film drama romansa barat di ponsel mahalnya. Adegan disana memperlihatkan dua pasangan sedang melakukan hubungan seksual disamping ranjang sambil terdengar erangan satu sama lain. Jessica sudah tahu adegan seperti ini akan muncul karena dia sudah menonton film ini cukup sering. Maka dari itu dia pun memojokan tubuhnya dan meringkuk. Tangan kanannya terlihat memegang sebuah mainan seks berbentuk penis imitasi berwarna merah muda persik. Sebelumnya, Jessica terlihat mendesah pelan seiring dengan adegan pemeran laki mulai mengelus tubuh si perempuan dengan erotis.
“Nnh.. hhh… hh… hh..”
Jessica perlahan melepaskan celana pendek oversize motif batik nya sampai ke pergelangan kaki lalu mulai mengelus dan menekan pelan vaginannya yang basah tertutup cd warna krem.
‘Zzzzznnnnngg!’
Jessica menekan tombol yang berada di bagian bawah vibrator tersebut lalu mulai menggesek2 ujungnya ke bibir vaginanya.
“Heuughh… ghh…”
Desahan tertahan yang seksi terlontar dari mulut Jessica yang langsung ditahannya kuat2 Tubuhnya juga ikut tersentak dan hampir melepaskan genggaman di ponselnya.
“Ahennh… nnnhhh…”
Adegan pun semakin panas. Pemeran laki2 semakin melucuti pemeran perempuan yang sudah dimabuk nafsu birahi. Ekspresinya semakin ingin si laki2 tersebut melahapnya perlahan. Begitu juga dengan Jessica yang semakin naik birahinya melihat mereka berdua. Celana dalam krem nya telah banjir di bagian tengahnya akibat getaran dan gesekan oleh vibratornya.
“Auuuhhh… nnhhh…”
Jarinya menyibak sedikit celana dalamnya lalu menyentuh ujung bibir vaginanya dengan ujung tumpul vibrator. Sensasi getaran rotor mulai menyusup masuk ke dalam liang basah Jessica. Ia semakin kencang menggigit ujung bibirnya seiring dengan sensasi menggelitik yang menyenangkan.
“Oooaahh… nnhehh… emmffhhh…”
Jessica memaju mundurkan vibratornya kuat2 sambil pandangannya tidak lepas dari layar ponsel yang menunjukan adegan bercinta yang semakin intens disana. Suara becek mesum semakin terdengar nyaring di kamar kos berukuran 5 x 5 meter tersebut. Desahan nakal pun juga sayup terdengar dari Jessica yang sudah tidak bisa menahan lagi gejolak birahinya.
“Ahhh… fuckk… emmhh fuckk… enaaahhkk… ahhh…”
Jessica meremas payudara sekalnya yang tanpa tertutup bra di balik piyama putihnya. Nampaknya serangan birahi menghampiri dirinya sehabis bermimpi bercinta dengan salah satu penyanyi barat ternama. Maka dari itu ia pun langsung cepat2 mencari senjata andalannya yang tersembunyi di dalam laci pakaian lalu menyetel film romantis panas favoritnya.
“Nnhh…. Nh… nnhh…. Ahh…”
Puting payudaranya semakin menegang menggoda untuk dihisap dan dicubit di balik piyamanya. Terlihat cetakan kencang putingnya yang mengeras bersamaan dengan payudaranya yang mengencang karena gejolak hormon yang tinggi.
“Nnnhh… emmmhh… ghhh… bodo aamatt ahhh…”
Jessica melemparkan ponselnya entah kemana lalu semakin mengocok vibrator di vaginanya yang semakin banjir. Pinggangnya diangkat tinggi2 dan kedua pahanya dilebarkan selebar mungkin agar penentrasi yang dia berikan semakin maksimal. Dan benar saja, Jessica semakin blingsatan bukan main sambil mengeluarkan desahan yang sudah ia tidak tahan2 lagi.
“Auuhhh ngehhtoohtt… ngnauuhh fackinng bitch… ouhh... hhanjiingg enaakkk bangeeeett!!”
Jessica semakin lepas kendali. Bayang2 akan disetubuhi secara jalang oleh penyanyi favoritnya kian jelas di benaknya. Matanya terpejam kuat2 sambil tangan satunya merayapi seluk beluk tubuhnya terutama payudaranya yang semakin mengacung ketat, bahkan sampai membuat piyamanya menyempit di bagian payudaranya.
“Ahhh… ahh… ahhh.. ahh… ahhh… ahhh Richard… nn… nouuhhh… emmmhh say my nameee… ennhh… say my fucking name Richard…. Ahhh…!!”
Khayalan2 ngawur semakin terlintas jelas di sela2 birahinya. Dan setelah rangsangan demi rangsangan binal digesek di dinding vaginyanya, Jessica merasa bahwa sebentar lagi orgasmenya akan tiba. Sensasi geli kian menyeruak di setiap titik sensitifnya. Rahimnya terasa menghangat dan semakin sensitif.
“Hehhnn… hennhh… hennhh… Richard gw keluar… ehhnhh.. ehnnhh.. gw keluar… Richhahh… AHHH HICAAAAADDD…. AIMEE KAMIINNKKK… OUUHHH!!”
Erangan kepuasan terdengar lantang dari bibir Jessica. Muncratan cairan orgasmenya menyembur kuat2 setelah Jessica mencabut vibratornya, membasahi seprei biru mudanya yang baru saja diganti kemarin.
“Hhheiinhh… ennnhh… Hicaaad… Hiiccaadd… ennhh… fuckk… Hihh… Hihh… Hihcaaadrr…”
Tidak henti2nya Jessica menyebutkan nama idolanya dengan nada sumbang namun seksi dan binal.
--------------------
Linto dengan beringas memompa penisnya di dalam vagina Puput yang telah basah. Kedua erangan mereka masing2 berlomba terdengar bernafsu seiring manuver yang diberikan oleh Linto. Puput menunjukan ekspresi ingin semakin dipuaskan sambil tangannya menekan2 dada Linto. Kedua matanya terlihat sayu namun terpancar birahu nafsu disana. Mulutnya tidak bisa dibungkam karena terus menerus mengeluarkan desahan seksi yang coba ditahan sebisanya.
“Hahhnnhh.. hannhh…. Ntoo… hannhh… Lintohhh… ennhh”
Kedua payudara Puput terlihat bergoyang menggemaskan di balik kaosnya yang telah lepek dengan keringat di bagian kedua ketiaknya. Linto semakin berapi2 melihat kekasihnya yang sedang dieksekusi habis2an. Hitung2 untuk membalaskan dendamnya beberapa waktu lalu sempat orgasme terlebih dahulu.
“Ahhh… Put… ahhh…. Enakk enggak….??”
“Hennh… hennhh… nnh…” Puput mengangguk semampunya “Kencengin lagihh…. Ehh… elo punya lagi enakkk… ennhh…”
Terlihat potongan push up bra warna merah mengintip dari ujung kerah kaos yang dikenakan Puput. Goncangan yang begitu kuat membuat posisi kaosnya terlihat tidak karuan, namun hal itu membuat Puput semakin terlihat seksi.
“Shiitt… elo hari ini make yang kenceng2 yhahh,…??? Pantesan enhh… pantesan toket elo keliatan kenceng bangethhh…” komentar Linto terengah
Puput tidak begitu menyimak dan tetap asyik mendesah.
“Lo make buat gwehhh?? Lo make ginian buat… emmhh… buat bikin gw supaya makin sangehh..?? emmhhh….”
“Nnnhh… hahh.. hhapasihhh… enhh… enggak tuhh… orang lagi kebetulan ajhahhh… anhhh…” Puput mengelak sambil membuat wajahnya ke samping kiri, berusaha menutup dengan potongan bantal yang tersisa.
“Ahhh… yang bener nehh… ennnhh… ennhh tapiii elo… ennhh… elohh…” Kalimat Linto terdengar semakin tidak karuan. Semangat birahinya mulai membuat akal sehatnya kian pupus.
“Ennhh… elo make ginian jadi sekksiihh.. nhh…”
“Annhh… emmhh… hiyahhh hiyaahhh ishh…. Ennhh….”
Linto meremas kedua payudara Puput sambil menyusupkan tangannya lalu mengangkat kaos ketat hijau tua yang dikenakan Puput. Terpampanglah kencang dan ranumnya dua gundukan aset perempuan di depan mata Linto kali ini. Sontak tangannya langsung meremas nakal kepunyaan Puput, membuatnya melonjak kaget namun nikmat.
“Aenghhh…. Nnhh…. Nnnahh…”
“Hahhh…. Hahhh… Put… elo seksi bangeett… eloohh… hehhnhh..”
Omongan demi omongan Linto yang semakin terdengar meracau tidak jelas pun juga diiringi dengan gerakannya yang semakin membentak kasar. Ada sesuatu yang janggal dari Linto yang sepertinya Puput sendiri sudah tahu akan terjadi hal apa selanjutnya.
“Put… hhh… hhhh… hhh… hhh!!” Linto mendengus keras.
“Ahhh…. Ahhh… jangan… ennhh.. jangan keluar duluuuuhh.. ennhh…”
“Putt… gw… gwehhh… gw enggak tahannn…!!”
“Aaaaaaahhh jangannnn pliisss… ennhhh...!!” Puput meminta dengan nada putus asa.
“Enggakk… enggak bisa anjinkk!! OOHGHH!!”
Linto buru2 mencabut penisnya lalu menyemburkan cairan spermanya didalam kondom tipis yang ia kenakan. Tangan kirinya menarik lepas kondom tersebut lalu muncratlah kembali cairan jantan berwarna putih tersebut dengan derasnya menyembur perut rata Puput.
“Hahh… hahhh… hahh.. fuck lah… hahhh…!!”
Linto sibuk mengocok batangnya yang semakin mengecil. Sementara Puput melihat dengan tatapan pasrah karena nafsunya kembali digantung oleh Linto yang sudah orgasme terlebih dahulu. Selang beberapa menit, Linto pun berbaring di samping Puput dengan lemasnya.
“Put… sorry banget gw keluar lagi….”
Puput tersenyum lembut disela nafasnya yang masih terengah sedikit.
“Elo enggak apa2 kan?”
Puput menggeleng.
“Put…?” Tanya Linto yang dibalas tengokan sekilas oleh Puput.
“Elo beneran enggak apa2?”
“Enggak. Cuman cape aja gw…”
“Hmm… beneran?”
“Iya.”
“To?”
“Hm?”
“Gara2 elo nih… gw jadi mandi lagi…” celetuk Puput manis.
“Ya map, abisnya elo cantik banget sih hari ini.”
“Ish gombalnya ketebak banget. Tiap kali selesai maen pasti bilangnya begitu terus. Huhh…” Puput mencubit gemas pundak Linto.
Linto mengelus rambut Puput dengan penuh kasih sayang. Ia berikan kasih sayang benar2 penuh mengingat bahwa kembali dia yang lebih dulu selesai ketimbang Puput yang habis2an menutupi kekesalannya karena hasratnya yang kian luntur karena melihat pacarnya yang sudah melemas. Linto mengambil napas lega lalu berbaring menghadap langit2 kamar. Sambil memejamkan mata, Linto merasakan sensasi setelah orgasmenya yang begitu dahsyat. Ya, baginya orgasme kali ini adalah salah satu yang paling nikmat. Namun tidak dengan Puput tentunya. Senyuman tipisnya mengartikan banyak hal terutama untuk menutupi kepuasannya yang tidak begitu dipuaskan. Tubuhnya membalik dan memunggungi Linto yang masih terpejam.
Ya Lord… duluan lagi aja nih cowo…
Bersambung