Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Puput yang cantik, Puput yang manis, Puput yang.... (Story by KudaAir) 'old, revised, and remake edition'

Mendingan yg mana

  • Arman comeback

  • Rangga forever

  • Yg laen lah, bosen...

  • Satpam sebelah gedung apartemen

  • 'Gang Bang' lah kuy!!


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
07 Maret 2017



Pukul 7 malam di daerah kampus terlihat masih begitu ramai salah satunya oleh para mahasiswa yang sedang berolahraga di lapangan basket indoor tidak jauh dari gedung fakultas teknik. Biasanya lapangan ini digunakan untuk para mahasiswa berolahraga seperti futsal, latihan cheerleader, atau sekadar bermain tenis meja di beberapa sudut lapangan. Kali ini ada Linto, Dani, dan teman seangkatan maupun senior sedang serunya bermain basket. Suara decitan sepatu dan teriakan pendek memenuhi permainan mereka di ruangan tersebut. Di kursi penonton bagian bawah, Puput sedang asik membaca buku novel romansa misteri sambil memakai earphone. Dengan balutan kemeja kotak2 merah, tanktop hitam, serta bawahan legging hitam dan sepatu kets putih membuat Puput terlihat mempesona meskipun ada beberapa orang yang juga sedang menonton disana.

“Yop, pass!!” teriak Linto berlari dari kiri tengah memberi siasat.

Setelah bolah diterima, Linto langsung menembak bola basket dan melakukan three point.

“Niceeee!!” sahut Dani sambil memberikan tos ke Linto.

Permainan pun dilanjutkan dengan pergantian beberapa orang yang masuk dan baru saja datang selepas kelas laboratorium masing2 jurusan.

“Eiiiii!!!”

Puput kaget ketika ada yang menepuk kedua pundaknya lalu langsung menengok ke belakang asal orang tersebut.

“Hai Maarr… ngapain elo disini?”

“Nemenin laki gw, sekalian mau ngasih ginian.” Ucap Marina sambil menunjukan dua plastik ayam bakar.

“Ih waw, baek banget sih elo jadi cewe sampe bawa2in gituan. Bangga deh gw…” celetuk Puput memasang ekspresi manis menyentuh kedua pipinya.

“Pret! Emangnya elo enggak bawain apa gitu buat laki elo?” Tanya Marina lalu duduk di samping kanan Puput.

“Nih entar gw mau makan sama dia ke kedai babe. Katanya mau neraktir gw buat nyobain menu baru bareng2.”

“Ohhh gitu. Ehmm… btw sini deh.” Marina mengisyaratkan Puput untuk semakin mendekat ke sampingnya untuk membisikan sesuatu.

“Gimana pas di ruang sekre Psikologi waktu itu? Enak enggak dia?”

Sontak Puput langsung merona padam mendengar bisikan Marina barusan. Tatapannya melotot sambil menggenggam erat tangan Marina yang senyum2 kepo. Tubuhnya terasa panas dan menegang seketika.

“Maaarr… apaan sih lo!”

“Ih kenapaaa??? Kan bisik2 kali ngomongnya.”

“Ya tapi enggak disini jugaaa…” omel Puput menahan nada bicaranya.

“Lo tau dari mana?”

“Maksudnya?”

Puput berbisik ke arah telinga Marina “Lo tau darimana kalo gw maen sama Linto waktu itu di ruang sekre???”

“Tau doong, Marina gitu. Ulalaaa…” ucap Marina genit.

“Aaaaa males ah gw rahasia2an. Plis lah elo tau darimanaaaa….”

“Kenapa sih emangnya?”

“Entar kalo ada yang tau terus gw dilaporin dekan, beasiswa gw dicabut terus gw di DO gimanaaaa….??”

“Enggak gitu kali, Puuuut. Udah ah….”

“Tau darimanaa? Kasih tau enggak… kalo enggak gw remes toket lo nih disini….” Ancam Puput sudah memasang posisi meremas di depan payudara Marina yang tertutup off-shoulder coklat tua.

“Enggak mauuu… hihihi.”

“Tuh kan malesin… ahh!!”

Bukannya Puput yang meremas, Marina malah melancarkan serangan terlebih dahulu ke payudara kiri Puput, membuat yang empunya mendesah kaget.

“Kupret! Lo enggak tau tempat ya!?”

“Lagian ada2 aja maennya grepe2an. Gw grepe balik kan lo…. hihihi. Lagian tuh dua toket lo kok sehat2 banget sih beb? Rajin dirawat ya…??” iri Marina sambil melirik ke arah payudara ranum Puput.

“Ihhhh…. Mesum banget sih lo, heran.” Puput dengan cepat menutup dadanya dengan lengannya.

“Ehh eh cerita dooong, gimana kemaren2 ituuuu?” Marina semakin penasaran.

Namun Puput menolak habis2an. Selain dia merasa tidak etis bercerita hal tersebut di tempat umum, dia juga berusaha bertanya balik dari mana Marina mendapat informasi mengenai kegiatan ‘ena2’ di ruangan sekretariat.

“Tapi kok Linto kok bisa2an nya ya, ngeeksekusi elo gitu enggak inget2 tempat, harusnya kan dibungkus aja terus dibawa ke kosan dia gitu.”

“Duhh, masih aja dibahas. Marah ya gw…”

Marina langsung memeluk Puput erat untuik menjaga supaya Puput tidak semakin bete.

“Hai bey… kamu baru nyampe?”

Biang menghampiri sambil berlari menyapa Marina. Posisinya digantikan oleh seorang yang lain yang belum bermain. Marina memberikan handuk putih untuk Bian dan sesekali membantu mengelap wajahnya.

“Kamu abis cedera ankle udah bisa maen lagi?” Tanya Marina basa basi.

“Bisa lah, kan cedera udah dari kapan2 tau.”

“Owh… eh ini ada ayam bakar kesukaan kamu.” Marina memberikan sebungkus ayam bakar ke Bian.

“Thank you lho… kiss boleh enggak?”

“Lap dulu mukanyaaa, masih keringetan!”

Setelah mengelap kuat2 wajahnya, Bian langsung memberikan ciuman ke pipi Marina dengan mesra. Sementara Puput tepat disamping mereka berdua terlihat tidak peduli lalu kembali membaca novelnya. Walaupun begitu, terdengar suara deheman sayup2 dari dia yang merasa seperti orang ketiga.

“Ehem… duh elah nyamuk banyak ya, sis…” celetuk Puput memasang kembali earphone nya.

“Ahahaha… Puuuutt!” Marina kembali memeluk erat sambil tertawa riang “Lo kana da si Lintoooo… mane dia? Bukannya lagi maen…??”

“Aduhhh! Gw lagi di part2 seru bacanyaaaa!” gusar Puput yang terus2an terganggu.
 
Terakhir diubah:
Selang beberapa menit kemudian giliran Linto yang beristirahat sementara Bian kembali bermain setelah menukar ‘tos’ dengan Linto.

“Nih air…” Puput memberikan sebotol air ke Linto.

“Enggak aus.”

“Minum! Entar dehidrasi baru tau rasa…”

“Hahahaha… iye2 ah bawel nih.”

Linto yang ingin mengelus kepala Puput langsung ditepis cepat2. Puput memang tidak suka mengumbar kemesraan di depan umum karena pribadinya cukup menjunjung tinggi adab. Dia merasa kegiatan mesra2an atau mesum2an sangat tidak dibutuhkan untuk diumbar ke khalayak public. Maka dari itu media sosialnya tidak menunjukan sesuatu hal yang berhubungan dengan romansa percintaannya, termasuk dengan Linto dan mantan2nya dahulu.

“Enggak ada ngelus2…”

“Nyubit?” Linto mengarahkan tangannya ke pipi tembem Puput.”

“Enggak ada nyubit2…”

“Yaudah dah gw kasih salam hormat sambil nunduk aja ya kalo gitu ke elo.” Canda Linto sambil merundukan badannya.

“Minum duluuu… abis lari2an juga!”

“Iye tuh, To. Kalo dibilangin sama bini mah nurut kaliii… hihihi.” Celetuk Marina sambil berdempet ke Puput.

“Iya nih, bini gw galak. Dielus kagak mau, dipegang kagak mau… tapi kalo dibelakang2 mau kan?”

Puput langsung menendang tulang kering Linto, membuat Linto kaget sambil merintih namun tertawa cekikikan.

“Itu baru tulang kering elo gw sepak yaa, bahas lagi sekali lagi sebelah kanan nih nanti! Kesel!” umpat Puput galak sambil melotot.

Linto dan Marina hanya tertawa melihat kegalakan Puput.




----------------------



“Elo galak amat sih sama gw tadi? Mas angelus pala elo aja tadi enggak dikasih?” Tanya Linto yang sudah berada di parkiran motor.

“Kan gw udah bilang kalo enggak mau mesra2an di depan umum waktu awal2 jadian. Enggak suka gw….” Ucap Puput sambil membawakan jaket milik Linto.

“Enggak suka pamer2 gitu?”

“Itu salah satunya. Yang paling utama ya mager… gw enggak suka. Kecuali….” Puput memelankan nada suaranya.

“Kecuali apa? Btw yuk naek….” Ajak Linto ke Puput untuk menaiki motor R15 nya.

“Ya ituuuu…. Kecuali kalo enggak diliat2 sama orang lah…”

“Kayak waktu itu di ruang sekre?”

“Ish!”

Pertanyaan polos Linto barusan menghasilkan tabokan kenceng di pundaknya, membuat Linto kembali kaget mengaduh.

“Aduhhh ngapa sih?”

“Udah cepetan ah! Resen banget sih ngomong gituan di tempat ginian!! Laper nih gw!!”

Lalu motor Linto pun beranjak pergi dan menuju ke kedai yang mereka ingin tuju semula. Setelah itu mereka pergi ke kosan Puput yang tidak jauh jaraknya dari kampus. Meskipun terbilang cukup dekat, jalur menuju kosan tersebut harus melewati jalan perumahan warga dan melewati gang jika ingin cepat sampai. Terkadang beberapa waktu jalur tersebut ditutup dikarenakan adanya pesta pernikahan warga sekitar. Alhasil Linto harus memutar balik untuk menuju kesana.
 
“Thank you ya, To.” Ucap Puput setelah diturunkan di depan gerbang kosan berlantai 5.

“Gw enggak boleh masuk dulu nih?” Tanya Linto yang masih berbau pembahasan tadi.

“Mau ngapain?”

“Ya masa ibu enggak tau?”

“Enggak tau.” Jawab Puput sambil menggeleng.

“Yoda dah, gw cabut ya.”

Tepat setelah Linto menyalakan kembali motornya, Puput menarik berkali2 ujung jaket Linto mengisyaraktkan untuk tidak langsung pergi.

“Kenapa?”

Puput tidak menjawab. Tatapannya terlihat menyimpan sesuatu yang tidak bisa dikatakan ditempat ini.

“Lo kalo minta agak pinteran dikit napa…” celetuk Puput mengecilkan suaranya.

“Hah? Apa?” suara Puput yang mendadak pelan tidak bisa terdengar karena tertimpa oleh suara knalpot motor Linto yang kencangnya bukan main.

“Ih! Cepetan masuk dulu dah! Lagian knalpot kenceng2 udah kayak mesin kapal!” Puput semakin membetot jaket Linto.




-------------------​



Sampailah mereka di kamar kos Puput yang berada di lantai paling atas dekat dengan balkon tempat jemuran pakaian. Walaupun berlantai 5, terasa gempor bagi para tamu atau penghuni baru yang menuju lantai paling atas kosan tersebut karena hampir semua tangganya berbentuk panjang dan harus mengambil langkah ekstra. Oleh karena itu semakin menuju ke atas maka kamar yang dihuni semakin sedikit. Namun semua itu tidak menjadi masalah bagi Puput yang memang suka melakukan aktivitas tubuh setiap minggunya.

“Kok lo milihnya yang kamar paling atas dah?” Tanya Linto yang sedikit merasa pegal.

“Adanya dikamar paling atas soalnya yang tersedia. Lagian gw enggak suka lorong2 di lantai 2 sama 3 yang rame banget sama penghuni yang suka setel2 lagu.”

Akhirnya setelah melangkahkan kaki di banyak anak tangga, sampailah mereka di sebuah kamar 502 tempat Puput. Sedang Puput merogoh ranselnya, tiba2 Linto langsung mendekatkan dirinya ke Puput dan terkesan menghimpitnya ke pintu.

“Tooo… gw lagi nyari konci! Lepas enggak!”

Linto tidak menuruti dan bahkan dengan bandelnya melancarkan elusannya ke pantat kencang Puput. Seketika Puput mendesah kaget dan langsung mencubit kencang2 lengan Linto.

“Ada CCTV!!!”

“Mana?”

“Itu diujuuung situ tuuuuh!! Udah ah cepetan masuk!” seru Puput setelah menunjuk ke ujung lorong dekat dengan balkon.

Masuklah mereka ke dalam kamar berukuran 8 x 7 meter dengan perabotan ala anak kos; kasur double berukuran 2 x 2 meter dengan dua boneka beruang coklat dan putih disamping dua bantal dan selimut yang tertata rapih. Di tembok sampingnya tertata hiasan foto Polaroid Puput dan teman2nya dengan lampu hias warna kuning remang. Beberapa samping tembok juga dihiasi oleh rak2 buku, lemari pakaian, meja dandan kecil, cermin 2 x 1 meter yang ditutupi oleh kain merah muda, dan meja belajar yang penuh dengan kata2 bijak dan motivasi dalam berbagai bahasa. Kondisi kamar terlihat sangat tertata rapih meskipun terbilang cukup banyak barang juga disana seperti kontainer atau beberapa potong pakaian yang terhampar di kasur. Aroma lembut stroberi dari pewangi ruangan di atas AC bercampur dengan parfum leci yang biasa dikenakan Puput membuat suasana ‘girly’ semakin terasa.

“Aahhh… enak banget kamar elo, Put!” Linto menghempaskan dirinya ke atas kasur setelah mencuci kakinya barusan.

Puput sibuk merapikan buku2 dan menaruh laptopnya di meja belajar. Sesekali dia menengok ke arah Linto yang sedang berbaring sambil membentangkan tangannya.

“Gw mau mandi sebentar lagi.”

“Buru2 amat, say.”

Linto beranjak dari kasur lalu menghampiri Puput yang masih sibuk menata buku di rak bagian atas meja. Dari belakang Linto langsung menyergap pinggang Puput dan mulai menciumi tengkuknya.

“Engh… duhh gw lagi beberess… entar dulu…”

“Enggak mau entar2an ah. Entar malah tepar gw nya di ranjan elo nanti.”

Puput semakin terlihat goyah namun tetap bersikeras menyusun setiap buku. Dengusan dan ciuman yang berada di tengguk kirinya membuatnya jadi menahan desahan sambil mengigit bibir bawahnya.

“Too.. nhh…”

“Diranjang aja yuk…” pinta Linto pelan.

“Belom mandi gw….”

Linto membalikan tubuh Puput secara paksa lalu meraih bongkahan pantat seksi tersebut. Kedua tangannya lalu mengarah ke paha Puput dan langsung menggendongnya kuat2.

“Kyah!” Puput menggenggam erat pundak Linto karena reflek terkaget.

“Gw juga belom mandi kok….”

Linto mencium bibir Puput. Ciumannya terlihat memainkan lidahnya sengit supaya Puput juga melawan dengan pergerakan lidahnya. Perlahan desahan mulai terdengar dari Puput yang sedang dinaikan gairahnya.

“Emmhh.. slphh.. mh… To… emhh…”

Puput berusaha melepas ciuman dari Linto. Namun semakin Puput ingin melepas, Linto malah semakin lahap menggarap bibir perempuannya tersebut. Puput pun mengurungkan niatnya dan meraih pipi Linto yang mulus tanpa bulu disana.

“Mhh.. To.. emhh..”

Perlahan Linto membawa Puput kearah kasur lalu menjatuhkannya sepelan mungkin. Karena kakinya tidak kuat menahan akibat nafsu yang mulai menggerakkan raganya, Puput pun terjatuh lumayan keras sambil merintih namu tetap dengan keseksian yang keluar dari rintihannya.

“Awh...!! Kok ngejatohinnya kayak maen smackdown sih?”

“Sakit enggak? Sorry lho…”

Puut menggeleng pelan lalu kembali mencium Linto. Kali ini Linto kembali mengarah ke leher kanan Puput dan menggigit lembut telinganya. Sontak Puput menggeliat geli sambil memejamkan matanya.

“Mhh.. enhhmh…. Mmhh…”

Desahan erotis yang keluar dari bibir tipis Puput membuat Linto jadi semakin penasaran ingin menggarap tubuh perempuan cantiknya ini. Lalu Linto mengarahkan endusan mesumnya semakin ke bawah menuju payudara kencang Puput.

“Shhh… ehhmh… mh.. nguhh…”

“Gw cupang boleh enggak?” izin Linto.

Puput menggeleng pelan sambil mengelus kepala Linto “Enggak boleh emmhh… shhh… mhh…”

“Kenapa?”

“Emmhh… entar keliataan merah2 gituhh emmhh…”

Walaupun menolak, Puput terlihat meronta seakan2 memberikan Linto untuk memberikan ruam erotis di dadanya.

“Boleh enggak nih jadinya? Emmhhh..” Tanya Linto yang masih melancarkan ciuman lembut.

“Enggahh… shhh… enggak boleh.”

“Yaudah deh.”

Lalu Linto mulai mengarah ke bagian ketiak Puput setelah melihat Puput mengangkat lengannya tanpa sadar. Aroma parfum bercampur feromon keringat kewanitaan terlihat di ketiak Puput yang putih dan licin karena keringat.

“Ahhh… shhh… Li… Linntoo.. shhh…” Puput mendesah jengah karena ketiaknya kali ini diciumi dan dijilati oleh Linto.

“Ngghh ketek gw bau, Tooo. Emmhh ngapain sihhh emmhh…?”

“Enak kok baunya… sllrph clphh…” sahut Linto masih melanjutkan kegiatan jilat dan mengecupnya.

“Mmhh… apaan sih… emhh… shh…”

Puput masih merasa risih dengan jilatan di ketiaknya. Bercak keringat juga terlihat tertembus di kemeja kotak2 merahnya. Untung saja noda keringatnya tersamarkan oleh motif yang lumayan membaur. Jika saja Puput memakai warna pastel atau warna polos, maka noda keringat yang berbentuk seperti bunga akan terlihat sangat jelas menembus sampai ke pakaian Puput.

“Ahhh… nhh.. udah ah Tooo… udah tau gw burket bangett… ngapain sihh emhh… ngapain sih masih jilat2in?” keluh Puput ketika Linto sudah berpindah ke bagian ketiak Puput yang lain.

Linto tidak peduli dan bahkan semakin semangat mengecup dan menjilat ketiak basah Puput. Walaupun Puput terdengar menolak habis2an, dalam hati Puput sebenarnya menikmati setiap rangsangan demi rangsangan jilatan di ketiaknya. Lembah vaginanya pun juga ikutan lembab di bawah sana.

“Tooo… udah ahh…”

“Ketek elo mulus banget Put… gw suka….”

Pernyataan mesum Linto semakin membuat Puput panas wajahnya, antara malu bercampur dengan terangsang.

Setelah puas dengan ketiak mulus dan licin, Linto berpindah ke salah satu aset utama Puput yaitu payudara kencangnya. Linto sudah mengarahkan genggaman tangannya ke payudara satunya dan tangan satunya merogoh masuk kedalam tanktop hitam Puput.

“Emmhh… shhh…”

Puput sibuk mendesah pasrah menikmati ‘unboxing’ oleh tangan Linto. Kedua lengannya kali ini mengangkat agar Linto semakin mudah untuk melepaskan. Setelah Puput setengah telanjang dan menyisakan bra dan cd warna merah kali ini, Linto pun mengambil napas dan melihat dengan saksama perempuan cantik dan seksinya ini.

“Apa sih cuman liat2 doang… huft..” Puput perlahan menutup dada montoknya karena risih hanya diangguri oleh Linto.

“Gw mau menikmati lekuk tubuh elo, Put.” Linto mengelap mulutnya yang hampir menetes liurnya “Seksi banget lo…”

“Hmmm… cepetan ah serang gw, malah diliatin terus kaya gituk..” Puput membuang mukanya.

“Isepin dulu boleh enggak Put?” pinta Linto membuka resleting celana panjangnya.

Lalu mereka berdua mengambil posisi duduk untuk melakukan blowjob. Puput menepis tangan Linto dan membuka sendiri kancing dan resleting celana Linto. Sambil membuka, Puput juga kerap kali menyentuh bagian zakar Linto, membuat Linto mendesis gagah.

“Put.. nghh…”

“Hhhh… To… lo ngasih nama enggak sih punya elo ini?” Tanya Puput secara random.

“Nama… enh… apa ya…? Pussy slayer?”

“Ahaha…. Apa sih alay banget namanya…” Puput meremas zakar Linto dengan lembut.

Munculah batang Linto yang sudah tegak mengacung keluar dari celana dalamnya kali ini. Puput sedikit tersentak kaget ketika batangnya berada tepat di mulut dan hidungnya. Dengan cairan bening yang muncul di ujung lubang kencingnya, Puput perlahan mengulum sambil memberikan jilatan diujung lidahnya.

“Mhh.. cupphh… mh… mhh…”

“Ahhh ghhh… enhh…”

Linto menyibakan poni Puput rambut Puput yang menutupi pandangan. Gerakan yang pelan dan lembut lama kelamaan semakin agresif memaju mundurkan isapan mulutnya di penis Linto. Tangan kirinya sibuk meremas zakar Linto sementara tangan kanannya mengocok batang penis panjang tersebut.

“Mmh… cslrpphh.. mhh…”

Suara becek emutan memenuhi ruang kamar kos Puput yang sejuk karena udara AC. Walaupun sejuk, keduanya semakin merasakan bahwa tubuh mereka memanas karena nafsu yang bergejolak liar.
 
Di lain tempat ada Arman yang sedang duduk di tepi ranjang sambil mengecek ponselnya. Sebatang rokok terlihat di jari kirinya lalu dihisapnya perlahan. Disamping ranjang ada sesosok perempuan berambut pendek seleher sedang tertidur berlawanan arah dengan Arman. Beberapa saat kemudian berbaliklah ia lalu menghampiri Arman yang sedang duduk.

“Udah sihhhh…. Elo mah galau melulu elahhh… lagi kenapa?” Tanya perempuan tersebut.

Arman tidak menjawab dan hanya melirik sekilas.

“Flow nya Betcoin kacau lagi?” tebak Listi, rekan ‘benefit’ Arman

“Kok tau?”

“Tau lah, emang elo kira gw cewe terus kagak tau gitu2an? Lo kagak tau gw ambil jurusan apa?”

“Ngambil IT juga bukan berarti lo maen ginian juga kan?”

Lalu Listi mengambil ponselnya dan menunjukan aplikasi ‘trading’ koin virtual yang telah dia beli juga.

“Xenoz juga lagi kacau, tuh lo liat punya gw.” Listi menunjukan Listi layar ponselnya ke Arman.

“Anjing, itu sampe merah bener kebawah. Tabah juga muka elo…”

“Ya gitu dah, cuman sekarang2 mulai naek lagi sih walaupun pelan juga.”

Arman hanya mengangguk sambil melihat seksama grafik yang berbentuk seperti gelombang suara dengan warna hijau dan merah yang seimbang. Sebenarnya tidak terlalu seimbang karena banyaknya warna merah yang terlihat di sana ketika grafiknya diganti ke tampilan yang lebih kecil.

“Udah sihhhh… lo mah gegara ginian doang ampe pusing. Lo naroh duit dingin kan?”

“Ya kagak pusing sama ginian juga sih gw.” Arman mulai jujur.

“Ama siapa lagi? Si Amanda?”

Arman tidak menjawab.

“****** ih! Elo itu kan ganteng, berduit, mau mobil tinggal ambil kerumah lo yang di Depok, terus lo masih pusing mikirin tuh cewe matre?” Listi berulang kali menepuk pelan pipi Arman menyuruhnya untuk sadar.

“Hahaha… gile, emang elo ‘FWB’-an yang paling ngebantu gw, ampe ngingetin2 kayak gini.”

“Namanya idup… hihihi.” Ucap Listi ramah lalu mengambil kotak rokok di meja dekat Arman.

‘Drrrt.. drrrt.. drrrt.. drrrt.. drrrt..!!’

Suara getaran notifikasi muncul dari ponsel Listi yang baru saja ditaruh.

“Halo…??”

“……”

“Ya halo sayang kenapa?”

“……”

“Enggak bisa sayang, mami lagi di temen mami enggak ada sinyal buat video call. Entar muka mami patah2 loh di layar.”

“……”

“Iyaaaa… enggak bisa, enggak keliatan nanti muka mami sama kamu.”

“……”

“Ehhhh… kamu enggak tidur jam segini? Mana kakak?”

“……”

“Oalaahhh hihihi. Lucu banget sih kalian…”

“……”

“Yaudah2, tapi entar jam 10 tidur ya. Nanti kalo mami nanya bu’de kalian kalo masih bangun nanti mami setrap nih kalian nanti”

“……”

“Iya sayaang… yaudah2. Byee…”

“……”

“Love you too sayang. Muuuahh…”

Listi menutup ponselnya lalu memeluk Arman dari belakang.

“Anak elo?” Tanya Arman pelan.

“Iya, si Leon. Umur 6 tahun udah pinter bisa nelpon mamanya dia…”

Arman tidak langsung menanggapi dan hanya mengangguk.

“Lo umur dibawah gw setaon tapi anak udah 2 masih enggak abis mikir gw.”

“Bitch, I’m rich. Bonyok gw bebas banget kasih gw ngapa2in kali. Cuman laki gw aja yang anjing asal ninggal2in pas udah keluar dua. Lagian gw masih bisa ngehidupin dua anak gw. Cuman yaaa… emaknya masih mau bebas nih diem2… hihihi…”

Arman menggeleng kepalanya sambil tersenyum miris.

“Satu lagi FWB an gw yang ekstrem.”

“Hah?”

“Kagak2…”

Setelah menghembuskan asap dari hisapan rokok terakhirnya, Arman meraih sebuah benda kecil berbentuk alat kendali berwarna merah mudah lalu menggoyangkannya perlahan.

“Lagi enggak nih?” Tanya Arman misterius.

Lisit merona merah sambil melirik benda mungil yang dipegang Arman. Ada sebuah tombol yang dapat digeser perlahan. Semakin digeser tombol tersebut, List menjadi gelisah sambil menganga mengeluarkan desahan tertahan.

“Aaahhh… ahhh… auhfhhh…”

Ternyata sebuah vibrator menempel tepat di klitoris vagina Listi. Benda berbentuk kapsul tersebut bergetar mengocok biji kewanitaan Listi secara berirama karena Arman memainkan tombol tersebut.

“Ooouhh… shhh… ammhh…” Listi menekan2 vaginanya sambil tertunduk ngilu.

Melihat Listi yang dipaksa libidonya terbakar lagi membuat Arman cengar cengir mesum. Lengan kanannya diremas kuat2 oleh Listi yang semakin ngilu hampir sekujur badannya.

“Nnnhhh… ayo ngentoodd lagihhh… emmmhh…” Listi memejamkan mata kanannya kuat2 meminta Arman untuk bermain di ronde selanjutnya.

“Enggak lah, enggak gitu kata sandinya, Lis…” ucap Arman menolak.

“Ahhhnnhh… anyiing gw lupaaaahhh… ashhh… ahhh fhh…”

Listi memeluk erat Arman yang sudah tepat berhadapan dengan dirinya sekarang. Dada bidang Arman digesek kuat oleh Listi yang semakin terombang ambing dirangsang dengan cara seperti film2 porno Jepang.

“Hahhh… hauhhh shiit… enhhh… ghaahh..”

“Apa woy kata sandinya? Gw nungguin neh daritadi…”

“Ahhh shiit shitt… ouhh… emmhh.. mhh..” Listi berusaha mengingat2 pembahasan mereka sebelum masuk ke kamar hotel disela2 rangsangan yang semakin menggelitik syaraf otaknya.

“Guuhh.. gwehh… gweh mau ngentooodd.. ennhhh.. please siska gwehhh Mhaannn… gw mau ngejadiihh emhh… jadi lonte elo malem inihhh… ahhhghh.. udah kan tuhhh…!?” Listi semakin menguatkan cengkraman tangannya ke dada Arman.

“Yang bener dooong. Gw kencengin lagi nih…” ancam Arman semakin menggeser tombol di remot tersebut.

Listi terbelalak sambil semakin menundukkan badannya karena getaran mendadak naik ke tingkat paling kuat. Mulutnya berusaha dibekap karena terus menerus mengeluarkan desahan tak tertahan.

“Ahhh… ahh… udah woooyy anjiing… ouhh.. gw mau ngentod masa lo giniin teruhss oohh… oohh… fuck!!”

Listi mendadak merasakan guncangan tajam di tubuhnya, termasuk di bagian selangkangannya yang terasa menegang seiring dengan getaran kuat dari vibrator tersebut.

“Hahh.. hahh.. hahh… Arman oohh…”

Arman mendorong Listi untuk rebahan di ranjang. Kedua pahanya dibuka lebar membentang. Terlihatlah gundukan vagina tembem dengan rambut kemaluan cukup tebal disana yang lengket karena cairan vagina Listi yang semakin membanjir tak terbendung.

“Mhannn… ahhh… masukinnn…” Listi meminta dengan nada putus asa.

“Iyeee nih gw masukin nihhh… udah enggak tahan juga gw ngeliat elo. Hehehe…”

Arman perlahan mengamblaskan ujung penisnya menuju lobang becek Listi. Denyutan demi denyutan menyambut penis berurat tersebut masuk dengan lancarnya. Listi pun langsung mengerang puas karena rasa gatal yang menyiksa nikmat akhirnya terpuaskan.

“Haohh… ennnhh… ennh… ennhh.. enhh..”

Wajahnya yang merona merah berusaha disembunyikan dengan menempelkan sebagian wajahnya ke bantal. Kembali urat2 bermunculan di pelipis dan leher Listi saking dahsyatnya rangsangan di titk bagian sensitifnya.

“Teruus… nnahhh… fuck lahhh… enak bangeeett ngentiaaww ughhh…!!!”

“Haghh… ennhh… gw cabut ya ini benda… nyusahin soalnya…”

Arman mencabut vibrator yang menempel dengan perekat di klitoris Listi. Kocokannya terasa tidak maksimal akibat getaran yang agak menggaruk, memberikan sensasi geli yang aneh di batang penis Arman.

“Enhh… enhh… enhh… kok dicabuutt enhh… nghh…” Listi serasa tidak terima rangsangan di klitorisnya dihilangkan karena sudah terlanjur nikmat.

“Sama ginian emang kagak enak…??”

Arman memompa penisnya dengan tempo sekencang mungkin. Sontak Listi mengedipkan matanya berkali2 lalu melotot karena setruman rangsangan semakin terasa menyambar di vaginanya akibat manuver agresif Arman. Payudara ranumnya bergoyang naik turun seiring dengan putingnya yang semakin memerah tegang.

“AHHH!! AHHH AHHH… HEUUNHH… EMMHH… HHNN HMMHHHH.. AHHIYAHH ENAKK!!!”

“Ahhh… aghh… dasar janda dua mental lonte…”

“GHH AHHH… AHH… HIYAHHH… GW LONTE ELOHH… ENH.. ENHH… GW LONTE ELO MALEM INI ANJING!! ENTOT GWEH MHANNN… GW KANGEN DIENTOD!! LAKIK GW ENGGAK NGENTOTIN GW LAGIHEEHH AHH!!

Gelora nafsu mereka berdua terasa sangat kental dikamar tersebut. Walaupun waktu telah menunjukan pukul 10 lewat 15 menit, keduanya masih tetap berapi2 beradu nafsu masing2. Listi memohon dalam erangannya yang terdengar hampir kehabisan energi. Antara lelah dan nafsu, membuat Listi menjadi galau dan hanya mencercau apa adanya.

“MAHNN… MAHH… AHH.. AGHH.. AGHHH GW KELUAR… OHH GW KELUARR UDAAH!!

“Henghh… henhh… ahh.. keluar aja lah… ennhh… oghh fuckk…!!”

Selang beberapa lama keduanya terlihat mengehentak bergetar karena masing2 dari mereka mencapai puncak klimaks. Arman kuat2 mendorong masuk penisnya menyemburkan spermanya kedalam Rahim Listi yang mengelinjang sambil melentingkan badannya keatas.

“MHAAAAAANNN!!! GHHH AAAAAHHH!!”

“AGH AGH AAHHH!! GW KAGAK JADI KELUAR WOYYY WOYYY!!” Arman tidak peduli seberapa berisiknya erangan mereka berdua yang memenuhi malam mendung diluar.
 
Linto menggaruk belakang kepalanya sambil duduk di pinggir kasur kosan Puput. Tatapannya begitu lelah dan bingung melihat Puput yang berbaring membuang arah ke tembok.

“Put…?”

Puput melirik sekilas Linto yang bertanya tanpa menjawab.

“Kok mendadak bt…??”

“Enggak.” Jawab Puput singkat dengan malas.

“Ya- ya sorry lah gw hari ini muncratnya kecepetan. Apa elo mau nunggu entaran lagi buat lanjut ronde dua?”

“Enggak, To. Gw udah cape…”

Put… ayolah jangan gitu ngomongnya.”

“Ngomong apaan?”

“Yang ituuu… ck.” Linto mendecak sambil merangkul bagian belakang Puput.

“To, gw cape. Mau gw jelasin apa lagi ke elo emang gw beneran cape?” Puput mulai sengit.

Linto mengusap mukanya berkali2. Entah mengapa hari ini dia terlalu bersemangat sampai2 dia kelepasan tanpa menjaga temponya. Alhasil dia pun klimaks duluan tanpa memuaskan Puput lebih lanjut.

“Tapi kan yang kemaren enak kan?” Linto berusaha mencari pembenaran.

“Kenapa bahas yagn kemaren2 sih? Lo tau kan maennya hari ini, kenapa hubung2in sama kemaren?” Puput tidak kalah ingin membela.

“Aduh Put, maksud gw lo jangan berfokus sama ni hari doang. Kana da hari2 yang waktu itu gw maennya bagus kan? Kagak muncrat duluan gitu.”

Bacod ish… emang perlu gw bocorin ke elo lagi kalo lo kemaren2 di ruang sekre lo abis nelen Viagra pas gw meleng ngobrol sama Jenny? Dulu2 elo enggak pernah kuat ngeladenin gw…. Selalu makenya obat kuat yang bikin gw malah kesakitan terus2an lo kocok enggak berhenti… lo malah ngubah qontol elo serasa jadi tanduk badak terus masukin ke memeq gw… apa lo kira itu enggak sakit…??

Puput berkutat dengan hati dan pikirannya yang gusar sekarang. Mendengar omongan pembelaan Linti barusan semakin membuat Puput lelah batin. Dia pun memilih untuk tidak meladeni Linto lebih lanjut dan hanya menanggapi seadanya.

“Puuuttt…?”

“To, mending elo balik sekarang. Gw beneran cape… astaga.” Kali ini Puput bangun dan menghadapkan tubuhnya ke Linto. Rambutnya terlihat begitu kusut efek sehabis bercinta tadi. Tatapannya menyimpan perasaan ‘ilfeel’ yang sangat kuat menatap Linto yang menelan gumpalan tebal di lehernya.

Akhirnya Linto mengalah lalu memakai pakaiannya untuk bersiap pulang. Puput kembali ke posisi tidur semula lalu mengambil boneka beruang coklatnya untuk menjadi pelampiasan pelukan.

“Sorry ya sayang.” Linto mengelus rambut Puput lembut.

“Hm. Ati2 dijalan…”

“Ehehe… gitu dong. Gw balik ya… udah ah jangan ngambek terus.”

Puput kembali tidak menjawab apapun. Pernyataan tidak peka dari Linti membuat dia semakin empet. Telapaknya sibuk mengelus bulu2 halus boneka beruang kesayangannya semenjak sekolah menengah pertama. Lalu pintu kamar pun terbuka dan tertutup tanda Linto sudah keluar dari kamar Puput. Mendengar suara pintu tertutup, Puput bangun dari tidurnya lalu duduk dengan memasang tampang lelah bukan main.

“Ck… makin enggak enak maen sama tuh orang, duh. Memeq gw ngilu banget anjir…” gumam Puput mengelus bagian selangkangannya “Udah dibilangin berkali2 jangan asal colak colok ngikutin sange, malah begitu terus… ihhh.”

Sambil merapihkan dan menguncir kembali rambutnya yang berantakan, Puput beranjak dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang lengket karena peluh bekas permainan tadi.

“Astogeee… ketek gw bau bangeeet…” keluh Puput jengah setelah mengendus kedua ketiaknya “Cowo kok demen banget jilatin ketek gw? Heran, pada enggak jijik apa…” Puput tidak habis pikir.




Bersambung
 
Lohh beneran 2 bulan lagi ini teh?
Kira-kira apa ya temanya LKTCP taun ini ?

@kudaAirrrrrr daftar lagi yaa yaa
iya dong
:khappy:

Nanti ya hu kalo nemu ide yang kelintas di benak. Sebenernya waktu itu udah sempet dibikin cerita buat dimasukin lomba, cuman buntu ditengah jalan seperti biasa :(( :(( :((
 
Ternyata emang lapak ane antara sepi atau ketimpa sama lapak yg lain nih wkwkwk
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd