Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PPKM (Perempuan Pelayan Kakek & Mamang)

Absen lagi udh masuk minggu berikut nya ya ini itungan nya hu? Minggu Ini update dong ? Semangat yaaaa
 
Home Page (Index Halaman)

Episode 2 : Hidupku Sebagai Budak Seks Lansia

Episode 3a : Keisengan Lansia Penikmat Tubuhku


Hana Menanggalkan Pakaian

Seperti yang sudah kuceritakan pada cerita sebelumnya, semenjak jadi pengusir kesepian Kek Wiryo, aku pun tidak diperkenankan olehnya untuk mengenakan sehelai benang pun di tubuhku jika kami hanya berdua saja di rumahnya. Dia senang sekali melihatku mondar-mandir dalam keadaan bugil. Aku pun tidak keberatan, tubuhku yang mulus dan ranum ini jadi 'penyegar mata' Kakek Wiryo. Aku malah merasa begitu seksi.
Aku sadar kalau aku memang benar-benar semakin binal. Mana ada seorang dara belia sepertiku yang dengan senang hati dan bahkan terangsang begitu hebat saat berlalu lalang di depan seorang kakek tua dalam keadaan telanjang bulat. Aku merasa seperti diperkosa secara visual oleh Kakek Wiryo. Apalagi saat Kakek Wiryo memandangi daerah intimku, aku merasa benar-benar sangat terangsang. Damn, aku memang punya kelainan seksual yang akut. Selain bertelanjang ria di dekat Kakek Wiryo, aku juga melakukan hal cabul lainnya bersama kakek kesayanganku ini. Hal-hal yang begitu cabul dan sungguh mesum yang bisa dilakukan antara seorang siswi SMA dengan seorang kakek tua renta.

Dan minggu depan, Pak Aryo dan Bu Dewi harus pergi berbulan-bulan karena sedang ada masalah pada usahanya dan mereka meminta bantuanku untuk menjaga Kek Wiryo lagi karena malah Kek Wiryo langsung mengusulkan untuk memanggilku lagi. Alhasil, aku pun seperti akan 'pindah' ke rumah Pak Aryo.
Mereka semua setuju dan maklum kalau aku hanya bisa menjaga Kek Wiryo sore sampai malam hari karena aku harus sekolah. Justru jam-jam segitu yang memang 'diinginkan' Kek Wiryo, pikirku. Tentu aku sudah meminta izin dulu ke ibu dan ayahku. Mereka memberiku izin tanpa curiga sedikitpun. Mungkin pikir mereka, Kakek Wiryo sudah tua, mana mungkin ia berbuat macam-macam padaku. Kalau saja mereka tahu, tubuh beliaku ini sudah dicabuli berkali-kali oleh 'pria antik' kesayanganku ini.

Dengan cepat setelah pulang sekolah aku mengambil barang-barangku yang sudah kusiapkan kemarin malam. Aku merasa begitu bersemangat menjelang hari pertamaku sebagai 'pindah' ke rumah Kek Wiryo untuk 2 bulan ke depan. Aku langsung bergegas setelah pamit ke ibuku.
"Ckleek". Aku sudah diberikan kunci rumah oleh Pak Aryo kemarin sore. Mereka sudah percaya padaku dan sejak aku yang merawat Kek Wiryo. Kek Wiryo jadi kelihatan lebih segar dan sehat, bahkan jadi periang, tak seperti sebelumnya. Iyalah, bagaimana tidak ?. Tiap ada kesempatan kugunakan tubuhku untuk menjadi tempat pelampiasan hasrat seksual Kakek Wiryo.
Belum lagi, 'cairan surga'ku yang selalu ditagih oleh Kakek Wiryo karena dia bilang, lelehan vaginaku adalah obat awet mudanya. Mungkin ada benarnya juga, karena semenjak ia mulai minum 'sari' vaginaku, dia kelihatan semakin segar bugar tiap harinya. Awalnya, aku mau beri kejutan dengan masuk ke kamarnya diam-diam sambil telanjang, tapi sepertinya dia sudah menunggu kedatanganku.
"Hana !!!", teriaknya seraya berlari dari ruang tamu. Dia langsung menomplok tubuhku dan mencumbui wajahku bertubi-tubi.
"Ampuuun, Kek. Ampuuuun", candaku manja.
"Nggak ada ampun, buat kamu Hana".
"Hihihihi, udaaah Kek...geliiii", desahku begitu manja. Untungnya pintu sudah kukunci tadi, jadi tak ada yang melihat kalau ada seorang siswi SMA sedang diciumi penuh nafsu oleh seorang kakek-kakek.
"Kamu nggak tau, kalau Kakek kangen banget", ujarnya sebelum menjilati seluruh wajahku penuh nafsu.
"Hana juga kangen kok Kek", balasku menggoda.

Aku sama sekali tak jijik, wajahku dijilati olehnya. Aku sudah sering meminum ludahnya. Yap, salah satu hal mesum yang diajarkannya padaku adalah meminum ludah bahkan sampai air kencingnya. Tentu dia juga melakukan hal sama. Alhasil, sekarang aku sama sekali tidak jijik dengan cairan apapun yang keluar dari tubuhnya, begitu pula dengannya. Aku pun jadi toilet berjalannya, jika dia ingin buang air kecil, dia tinggal mengeluarkannya di dalam mulutku. Dan seperti toilet, aku pun selalu menelannya tanpa sisa.

"Obat awet muda kakek, udah siap kan ?".
"Udaaah siaap...hhhh, Kek", jawabku mulai terangsang. Setelah dia selesai mencumbui leherku, aku agak mundur ke belakang. Seraya mengulum bibir bawahku, aku mengangkat rok panjangku seolah membukakan pintu masuk bagi Kakek Wiryo menuju surga dunia milikku. Tanpa perlu disuruh, kakek tua kesayanganku ini merangkak masuk ke dalam rokku.
"Wah ini dia obat awet muda Kakek". Entah kenapa, wajahku memerah mendengar perkataan itu.
"Kakek minta yaa, Hana. udah 2 minggu, Kakek nggak minum obat", ucapnya cabul dari dalam rokku.
"Iyaa, Kek. Minumnya yang banyak", candaku nakal.

"Mmmmm....", 10 menit ke depan, aku hanya bisa menggelinjang, mendesah dan melirih keenakan saat lidah jejaka tua ini menjelajahi setiap inci dari bagian tubuhku yang paling intim tanpa tahu apa yang dilakukannya terhadap alat kelaminku di bawah sana karena tertutupi oleh rok panjangku sendiri.
Sebuah celana dalam tentu jadi halangan yang sangat mudah baginya. Tergambar sebuah fantasi di otakku, tiba-tiba Pak Karso datang dan ikutan merangkak masuk ke dalam rokku. Dalam fantasiku, bagian bawah tubuhku benar-benar habis dimain-mainkan oleh Kek Wiryo dan Pak Karso sampai aku kelabakan dan menggelinjang dengan hebatnya.

Damn, aku memang sudah tahu benar kalau aku punya kelainan seks yang menyimpang. Gerontophilia, eksibisionisme, nymphomaniac adalah kata-kata yang kutemukan bagi setiap perasaanku yang kurasakan melalui internet. Aku tidak tahu, bisa dapat sifat-sifat menyimpang itu dari mana. Tanpa kusadari, ternyata kaki kiriku sudah ada di pundak Kek Wiryo. Tidak sopan memang, tapi dia sendiri yang mau mengubek-ngubek kemaluanku, jadi bukan salahku dong ?.
"Aahhhmmmm...Kek...hhhhh....Hana....ngaaak...kuaatthhh lagiiiii.....", tubuhku mengejang hebat, desahanku kencang menandakan tubuhku yang sudah sampai pada puncak kenikmatan.
"AAAAHHHH !!!!!!". Mengucur deras, air kewanitaan dari 'mangkuk' intimku.
"Ssslllrrruuupppp sslrrrpppp !!!!". Bunyi seruputan yang begitu kencang terdengar. Tentu bunyi itu dari suara Kakek Wiryo yang sedang menyedot 'sirup' vaginaku dengan serakah seperti vacuum cleaner.

"Aakhh !! Segerrr !! Memek kamu emang bikin seger !!", ucap Kakek Wiryo setelah keluar dari dalam rokku. Aku hanya tersenyum seraya mengatur nafas, wajahku sudah pasti agak memerah. Dengan kaki agak gemetaran, aku dituntun Kakek Wiryo menuju ruang tamu. Didudukkannya aku di sofa empuk rumahnya.
"Sekarang gantian, kamu mau minum apa ?".
"Apa..aja..Kek", jawabku masih tersengal-sengal.
"Oke, sebentar yaa". Tak lama, dia kembali membawa minuman.
"Ini, Hana. Diminum dulu".
"Ini, nggak dicampur apa-apa kan, Kek?", tanyaku karena biasanya dia iseng mencampurkan sperma dan kadang air seninya ke dalam minumanku.
"Nggak kok, murni sirup. Hehehehe", ketawanya khas dengan gigi ompongnya". Ya, biasanya minumanku dicampur dengan sperma atau air seninya, tapi tetap minuman itu pasti kuminum karena sudah tak ada rasa jijik lagi bagiku, lagipula, kadang aku juga iseng membalasnya dengan cara yang sama.

Mungkin bagi orang lain, benar-benar menjijikkan dan menganggap ini suatu kegilaan, tapi kami biasa-biasa saja saling meminum air seni satu sama lain. Tak ada penyakit sampai saat ini.
"Oh iya, Hana. Tapi Kakek lupa ngaduknya". Tiba-tiba dia membuka kolornya, dan memasukkan penisnya yang setengah bangun itu ke dalam minumanku lalu digunakannya untuk mengaduk-aduk minumanku.
"Nih Hana sayang, minumannya".
"Iihhh, Kek Wiryo jorok banget sih", omelku.
"Hehehehe". Bukan Kek Wiryo namanya kalau tidak mesum kepadaku. Ada saja kelakuannya, mungkin karena sudah 20 tahun lebih tidak menyentuh wanita, tiba-tiba, aku yang seorang gadis muda, datang menyerahkan tubuh untuk pelampiasan nafsunya yang terpendam selama ini.

Tentu saja, dia jadi benar-benar cabul & mesum kepadaku. Meski tahu kalau minumanku tercemar penisnya dan tadi aku sempat protes, aku meminumnya dengan santai seolah tak terjadi apa-apa.
"Hana, punya Kakek lengket nih, bersihin yaa, nanti punya Kakek digigit semut".
"Biarin aja, biar digigit semut", balasku sambil mengeluarkan lidah untuk meledeknya.
"Ntar kalu digigit semut, jadi bengkak, nggak bisa njus kamu deh. Hehehehe", balasnya mesum.


Hana Membersihkan 'Sendok' Kek Wiryo

"Hmmm, sini deh kalo gitu". Kuemut-emut 'senapan' veterannya sampai mengkilat, lalu kukeringkan dengan lengan cardiganku.
"Naah, udah nggak lengket lagi nih, Kek", kataku sambil mengelus-elus tongkat sakti Kakek Wiryo.
"Makasih yaa Hana sayang".
"Berarti kamu bakal tinggal di sini sampai Aryo sama Dewi pulang ya?".
"Iyaa, Kek. Hana di sini sampai Pak Aryo sama Bu Dewi pulang".
"Kira-kira 2 bulan lebih dong kamu di rumah Kakek?".
"Iya, Kek. Kakek jangan bosen yaa sama Hana".
"Mana mungkin bosen, hehehehe".
"Eh iyaa, Hana. Kamu lupa peraturan di rumah Kakek ?".
"Inget banget kalo soal bugilin Hana".
"Ya inget dong, liat siswi SMA secantik kamu itu....pasti keingetannya bugilin kamu terus....".

"Iiih, Kek Wiryo mesuuum....", candaku seraya tanpa malu-malu, kulepaskan semuanya di depan Kek Wiryo. Kakek tua ini kelihatan terkesima dan menikmati setiap gerakanku saat melucuti seragam sekolahku satu per satu. Bra berukuran 36C yang sedari tadi menutupi payudaraku akhirnya kulepaskan terakhir dan celana dalam yang agak basah terkena air liur Kek Wiryo tadi pun kutanggalkan. Jadilah kini, aku berdiri bugil sepenuhnya di depan Kakek Wiryo yang kelihatan nanar melihat kemolekan dan kemulusan tubuhku. Meski sudah sering melihat tubuhku, dia kelihatan masih takjub dan terkesima.


Hana Mematuhi Peraturan

"Badan kamu, emang bener-bener juara, Hana. Sempurna, nggak ada cacat sedikitpun, kualitas ORI luar negeri", pujinya seraya memutariku dan mengamati tubuhku dengan seksama.
"Ah si Kakek. Kakek udah sering lihat juga, masih aja bilang gitu".
"Yaa habis emang bener-bener mantap kamu Na".
"Apalagi susu kamu ini, kenceng, bulet, terus busung ke depan, kayak perempuan yang pake korset, padahal kamu nggak pake apa-apa", tambahnya dengan mencengkram kedua buntalan daging kembarku dengan kencang.
"Ah Kakek, bisa aja", jawabku merasa malu tapi suka dipuji seperti itu.
"Terus kenapa kamu masih pake bh ? Kata kamu, kalo pake bh, kamu ngerasa sesek n susah nafas ?", tanyanya sambil menciumi leherku mesra dan tentu tangannya asik meremas-remas buntalan dagingku.

"Hana juga kalau di rumah udah nggak pernah pake bh, Kek. Tapi kan kalo di sekolah, seragam Hana putih, baju olahraga Hana juga putih, nanti bisa keliatan dong? Kan Hana sering banget dideketin cowok, kalau mereka sampai tahu Hana nggak pake bh kalo ke sekolah. Hana bisa dianggep jablay, ato Hana malah bisa aja diperkosa rame-rame".
"Oh iya, bener juga kamu. Kamu sih mukanya cantiknya pake banget, udah gitu, kulit kamu juga mulus banget, badan kamu apalagi, cowok mana yang nggak ngiler ngeliat kamu. Hahahaha", ledek Kakek Wiryo.
"Iiih, kan bukan salah Hana, Kek. Mereka aja yang pada suka sama Hana", pembelaan diri dariku.
"Tapi Kakek bingung. Kalau cewek cantik kayak kamu pasti banyak yang suka, cowok seumuran kamu yang ganteng dan kaya pasti pada naksir. Tapi kenapa kamu lebih milih mesra-mesraan sama Kakek ?", tanya Kek Wiryo yang kutahu sedikit memperhalus kata-katanya.
Padahal pasti maksud sebenarnya, dia ingin tanya, kenapa aku lebih suka disenggamai oleh kakek tua sepertinya dibandingkan dengan cowok-cowok seumuranku yang berwajah tampan dan masih segar ?. Aku pun balik badan dan memandang mata Kakek Wiryo.

"Hana lebih suka yang berpengalaman, Kek", jawabku begitu genit dan manja seraya mengedipkan mata.
"Bisa aja kamu, sayang", balas Kakek Wiryo sebelum menepuk kedua bongkahan pantat kenyalku.
"Oh iya, Kek. Hana mau mandi dulu, gerah banget. Kakek mau nemenin Hana ?", godaku genit.
"Tadi Kakek udah mandi, Hana".
"Ya udah, Kakek yang rugi", jawabku pura-pura cemberut, dan meninggalkannya.
"Jangan marah dong Hana. Sini biar kakek bawain aja yaa barang-barang kamu". Aku pun tidak menjawab, aku cekikikan membelakangi Kakek Wiryo. Lucu juga mengerjai kakek tua ini. Usai mandi, tubuhku terasa segar kembali. Aku pun menyisir rambutku usai mengeringkan tubuh. Tentu barang-barangku semua ada di kamar Kakek Wiryo karena pastilah untuk 5 bulan ke depan, kami akan terus tidur bersama karena aku akan mengeloninya tiap malam.


Hana Mandi

“Wiiih, makanannya udah siaap".
"Udah nggak ngambek ?".
"Hihihi, mang enak, Hana boongin".
"Eh dasar kamu yaa. Yaudah, sini makan dulu, pasti kamu laper abis pulang sekolah".
"Iyaa, laper banget, tapi Hana suapin Kakek dulu".
"Nggak apa-apa, Kakek belakangan aja".
"Yaa jangan gitu, Kek. Kan Hana di sini emang buat ngerawat. Kalo Hana makan duluan, nggak sopan dong?". Meskipun aku lebih berfungsi sebagai 'mainan sex' untuk Kakek Wiryo, tapi aku tidak melupakan fungsiku sebagai babysitternya. Atau mungkin lebih tepat disebut grandpasitter.
"Kakek mau makan yang mana ?".
"Yang itu, itu, itu", jawabnya manja seperti anak kecil yang sedang memilih-milih makanan.
Setelah semua lauk yang dia tunjuk kutaruh piring bersama nasi, seperti biasa, aku pun duduk di pangkuannya dan berhadap-hadapan. Kubiarkan saja dia bermain-main dengan payudaraku dan sesekali membenamkan wajahnya di belahan payudaraku sementara aku fokus menyuapinya makan. Sambil kusuapi makan dan bermain-main dengan payudaraku, seperti biasanya, Kakek Wiryo selalu mengajakku ngobrol, biasanya tentang sekolahku hari itu. Ya karena aku memang suka sekali mengobrol, pasti kuceritakan dengan detail.

Yah, seperti cucu yang sedang mengobrol dengan kakeknya saja. Hanya ada satu perbedaan keciil saja. Bedanya yaitu aku, si cucu palsu, duduk di pangkuan si kakek dengan tak berpakaian sedikit pun sehingga si kakek bisa dengan leluasa memainkan payudara si cucu palsu ini. Usai makanan Kakek Wiryo habis, aku tetap duduk di pangkuannya dan mulai mendesah pelan sebab Kakek Wiryo sedang asik menyusu pada kedua buah dadaku secara bergantian.
"Kek, mau minum ?", tanyaku setelah dia sudah puas mengempeng putingku.
"Iya, Kakek aus nih, makanya Kakek nyedot-nyedot susu kamu tapi nggak keluar-keluar. Hehehehe", candanya nakal.
"Yee, emangnya Hana lagi menyusui".
"Bukannya kamu emang lagi menyusui ?".
"Iya, menyusui bayi tua", jawabku sambil mencubit pipinya yang peyot.
"Hehehehe". Aku meminum air putih yang ada di gelas, kemudian aku langsung menumpahkannya di mulut Kakek Wiryo menggunakan mulutku.


Hana Memberi Minum

Cara minum seperti itu memang sudah kusepakati bersama dengannya. Aku tidak keberatan dengan permintaan cara minum Kakek Wiryo karena aku juga menikmatinya. Lidah kami pun tentu tak terhindarkan untuk saling terpaut satu sama lain dengan nakalnya.
"Udah Kek ?".
"Udaah !! Segerrrr !!!", ujarnya.
"Bisa aja Kakek nih".
"Yaudah, sekarang kamu gantian nih makan".
"Iyaa, Kek". Aku pun turun dari pangkuan Kakek Wiryo, akhirnya selangkanganku terbebas dari rasa 'mengganjal' yang disebabkan oleh reaksi 'pentungan' Kakek Wiryo atas ketelanjanganku ini. Aku mengambil makanan lalu duduk di sebelah Kakek Wiryo dan mulai makan.
"Iih, Kek Wiryo. Orang makan diliatin".
"Nggak boleh nih ?".
"Iyalah, kan nggak enak jadinya makannya".
"Oh yaudah deh, nggak Kakek liatin".
"Eeh, Kakek ngapain ?", ku bertanya karena Kakek Wiryo tiba-tiba merangkak ke masuk ke kolong meja makan.
"Kan nggak boleh ngeliatin kamu makan, yaudah, Kakek liatin pangkal paha kamu aja", jawabnya mesum dari kolong meja.
"Eits, enak aja, mau liat, bayar", ledekku dengan merapatkan pahaku sehingga si kakek tua mesum ini tidak dapat memandangi daerah intimku.
"Pelit banget sih Hana", rayunya seraya mengelus-elus pahaku dan mencium lututku lembut. Tentu tidak tega rasanya, memisahkan satu-satunya 'penyemangat hidup' bagi Kakek Wiryo dengannya, yang tak lain adalah alat kelaminku sendiri.
"Tapi jangan iseng yaa, ntar Hana keselek kayak waktu itu".
"Iyaa sayang, hehehehe".


Gerbang Surga Hana Terbuka

Kubukakan 'gerbang surga'nya, kurasakan wajahnya langsung menempel pada selangkanganku. Biasanya kalau Kakek Wiryo sedang membenamkan wajahnya di antara kedua pangkal pahaku berarti ia lagi menikmati aroma organ intimku dengan cara menarik nafas sedalam-dalamnya.
Sebenarnya sih memang tidak sopan, aku, seorang gadis muda, yang hanya grandpasitter enak-enakan makan di meja makan sementara Kakek Wiryo yang sudah tua dan notabene adalah pemilik rumah mewah ini malah duduk di bawah meja makan. Tapi, ya...dia sendiri yang mau menghirup angin 'surga'ku. Mau bilang apa ?. Aku tak berani bergerak karena Kakek Wiryo seperti benar-benar sedang menikmati aroma vaginaku. Kurasakan endusan nafasnya berkali-kali yang cukup menggelitik nafsuku.
"Udah makannya, Hana ?".
"Udah, Kek".
"Kok nggak bilang dari tadi?".
"Takut ganggu. Hehehehe".
"Ada-ada aja kamu, kan Kakek yang gangguin kamu".
"Ayo Kek sini Hana bantuin". Aku pun membantunya keluar dari kolong meja.
"Hana cuci piring dulu ya, Kek". Tak berapa lama aku baru mencuci piring, Kakek Wiryo pun menghampiriku dari belakang.

Dia langsung memelukku dari belakang, dan menggenggam dua susu gantungku dengan mantap.
"Ada apa, Kek?", tanyaku mesra sambil tetap mencuci piring. Dia mulai memelintir dan memencet-mencet kedua putingku dengan pelan.
"Nggak, Kakek nggak mau jauh-jauh aja dari kamu".
"Huuu, si Kakek ini".
Menurutku, itu hal yang logis. Jika ada seorang gadis muda yang menarik dan sama sekali tidak berpakaian di dekat seorang pria, pasti pria itu akan selalu mendekati si gadis muda apalagi pria ini adalah seorang lelaki tua yang sudah lama tidak melihat lagi keindahan dari tubuh telanjang seorang perempuan dan merasakan nikmat & hangatnya tubuh perempuan sepertiku. Tentu aku dengan senang hati membiarkan tangan keriput Kakek Wiryo menjamah tubuh mulusku dengan sesukanya karena aku memang adalah obat kesepian dan pelipur lara bagi Kakek Wiryo.

Untuk sekarang, tubuhku inilah yang menjadi 'instrumen' sumber gairah hidup Kakek Wiryo. Kehangatan dari tubuhku yang mampu membuat Kakek Wiryo kembali bersemangat dan periang, meninggalkan dirinya yang dulu, yang selalu marah-marah karena sering merasa sendiri. Aku yang sudah mendaulat diriku sendiri sebagai 'boneka seks' bagi Kakek Wiryo tentu akan dengan senang hati memberikan payudara atau kemaluan atau seluruh tubuhku untuk dimain-mainkan olehnya.
Itulah sebab mengapa aku mau melakukan semua hal mesum yang diminta Kakek Wiryo mulai dari menjaganya dengan aku tak berbusana sedikitpun, mandi 'basah' dengannya, menyuapinya dari mulut ke mulut, menjadi 'meja makan' untuknya, bahkan sampai meminum / menampung air seni & ludahnya di dalam vaginaku seharian selama bersekolah pun aku sama sekali tidak keberatan. Pokoknya, aku merasa hidup untuk 'menyenangkan' Kakek Wiryo.

"Kamu ini memang sempurna, Hana. Kakek bener-bener beruntung banget, di hari tua Kakek, bisa ngerasain tidur bareng sama daun muda kayak kamu", puji Kakek Wiryo.
"Ah Kek Wiryo bisa aja, nggak mungkin Hana sempurna".
"Tapi bener, kamu kayak bidadari". Karena telah selesai mencuci piring, aku balik badan dan mengalungkan tanganku di leher Kek Wiryo.
"Hhmmpphh.....cccpphhmm.....". Bibir kami pun saling pagut dan lidah saling membelit seraya saling pandang. Kami benar-benar sudah sama-sama rindu bermesraan. Tatapan itu adalah tatapan seorang pria tua yang sudah tak sabar ingin menggeluti tubuh seorang gadis muda.
"Hana....yuk, bikin adek buat Aryo....".
"Hmmm.....siapa takuut....".


Hana 'Ngamar' Bersama Kek Wiryo

Seorang gadis SMA yang sudah bugil segera bergegas menuju kamar bersama seorang kakek tua yang mesum. Tentu kalian tau apa yang terjadi selanjutnya. Jadi, tak usah kuceritakan lagi yaa karena malam itu, kami bergumul, bercinta penuh hasrat layaknya sepasang suami istri yang sedang bulan madu dan sangat bersemangat untuk berkembang biak, walaupun aku menolak saat Kek Wiryo beberapa kali berusaha untuk 'menuang' spermanya di dalam rahimku. Walaupun sebenarnya, aku tak keberatan kalau sampai mengandung anak Kakek kesayanganku ini, tapi setidaknya nanti setelah aku lulus sekolah, barulah kusiapkan rahim ini untuk Kek Wiryo seorang.

"Eennggghhhh......", aku mengulet untuk meregangkan tubuhku. Terasa pegal-pegal tubuhku habis 'dipakai' semalam oleh Kek Wiryo yang masih tidur di sampingku. Lengket di wajah, payudara, dan selangkanganku menandakan kalau sperma Kek Wiryo tadi malam sudah mengering dan menjadi kerak di tubuhku.
Perlahan kusingkirkan tangannya yang ada di perutku. Sudah terlalu biasa aku bangun pagi, jadi di hari sabtu seperti sekarang pun, otomatis aku bangun pagi. Kek Wiryo udah hebat, pejunya udah dimana-mana, pikirku dalam hati sambil berjalan ke kamar mandi. Kubersihkan seksama tubuhku dari sisa sperma Kek Wiryo.
"Bangun.....Kek.....udah siang....", bisikku mesra selesai mengeringkan tubuh dan rambutku.
"Masih ngantuk....Hana....".
"Hmm....ayo doong bangun....cppph....", kucium pipinya.

"Hmm.....kamu habis mandi yaa.....wangi.....", ucapnya tapi tetap belum membuka mata.
"Iyaa....habis lengket.....", jawabku manja.
"Kok lengket?", tanyanya sambil meremas-remas payudara kiriku yang berada dalam jangkauan tangannya.
"Iyaa...dipejuin Kakek terus siih...."
"Tapi enak kan?".
"Hihihi....iyaaa....".
"Kakek pejuin lagi deh.....".
"Hihihi...nggak aah....baru mandi...", ledekku sambil menjauhkan buntalan daging kenyalku dari tangan keriput Kek Wiryo.
"Yaah...sini....sayang....lagi...asiik juga remes...remes....yang kenyal-kenyal....", ucapnya cabul.
"Makanya bangun.....", kuucapkan sebelum memeletkan lidah.
"Haduuh...iyaaa..iyaaa...". Dengan agak terpaksa, si kakek pejantanku ini bangun juga dari tempat tidur. Aku langsung mendekat untuk membopoh tubuh rentanya.
"Happ....ketangkep lagi....", ucapnya setelah menggenggam kembali payudara kananku.

Aku hanya sedikit mencubit pinggang Kek Wiryo sebelum ikut masuk ke kamar mandi untuk 'menemani'nya. Tentu tubuh beliaku digerayangi penuh nafsu di kamar mandi oleh Kek Wiryo. Akhirnya, aku mandi kembali untuk membersihkan 'getah lengket' Kek Wiryo yang ditumpahkannya ke wajahku.
"Kek...hari ini Kakek mau ngapain ?".
"Yaa grepein kamu lah....terus mejuin kamu....".
"Iissh....si Kakek....ditanya serius juga...".
"Hehehe....ya nggak ngapa-ngapain lah...kalo udah tua yaa tinggal di rumah aja...".
"Hana bosen nih....jalan-jalan yuk, Kek....".
"Mau kemana emangnya kamu?".
"Yaa nge mall aja...".
"Yaa terserah kamu...Kakek mah ikut aja....".
"Okee....Hana dandan dulu yaa....".
"Jangan lupa...pakai baju yaa...hehehe".
"Iyaalah, Kek....masa nggak pake baju....ntar disangka orang gila....".
"Kalo orang gilanya seksi kayak kamu mah....pasti berebutan bawa pulang....". Aku hanya membalas dengan mengeluarkan lidah sambil berlalu ke kamar.
"Eeh...Kakek juga....masa mau pake kaos oblong gitu...".
"Eh iyaa, Kakek lupa....". Aku pun menggandeng Kek Wiryo menuju kamar. Seorang gadis SMA telanjang bulat menggandeng mesra seorang kakek-kakek yang berpakaian lengkap.
"Yuuk Kek....drivernya udah sampe...". Kami berdua keluar rumah menuju mobil yang sudah ada di depan gerbang rumah. Aku mengunci pintu gerbang dulu lalu membantu Kek Wiryo masuk ke dalam mobil.
"Ke mall XXX ya, Mba ?".
"Iyaa, Pak...".

Di dalam mobil, aku dan Kek Wiryo pun mengobrol dengan si pak supir mobil online ini. Sesekali, aku menangkap matanya melirik padaku lewat kaca yang ada di atas dashboard. Apalagi, memang Kek Wiryo sesekali sedikit dekat-dekat manja kepadaku.
"Sudah sampai, mba".
"Iya, Pak. Sebentar ya...". Aku mengambil dan menyerahkan ongkos dari dompetku, kemudian aku keluar duluan untuk membantu Kek Wiryo keluar mobil.
"Pak...makasih yaa....", aku melongok ke dalam mobil.
"Oh iya, mba. Sama-sama....".
"By the way....itu bukan kakek saya....itu suami saya.....", ucapku sambil memeletkan lidah.
"O...oh iyaa...mba". Mukanya antara kebingungan, heran, dan tidak percaya. Entah kenapa, aku merasa iseng ingin menggoda si bapak itu.
"Bilang apa kamu ?".
"Hihihi....bilang Kek Wiryo itu suami Hana hehehehe....".
"Iseng juga kamu....".
"Abisnya dia ngelirik Hana mulu....tapi Kakek juga iseng....sengaja mesra-mesra sama Hana....".
"Hehehe....abisnya kamu cantik banget....jadi pengen bikin yang lain jelous gitu...hahaha".
"Yaudaah yuuk...masukkk".
"Masukkin kamu?".
"Ihh....mesum mulu Kek....itu mah ntar aja di rumah...hihi...".


Hana Menggoda Kek Wiryo di Mall

Kami berjalan berkeliling mall, tentu banyak yang memperhatikan kami karena kami bergandengan tangan dan kadang aku beberapa kali bersikap manja ke Kek Wiryo. Hihihi, namanya juga orang, pasti banyak yang berpikir negatif kalau aku adalah cewek nakal / cewek simpanan. Tapi memang benar jugaa sih, bedanya cuma aku melakukannya dengan senang hati, tanpa imbalan karena aku memang 'sakit'.
"Kakak....kakak princess yaa ?". Aku tersenyum melihat seorang gadis kecil yang tiba-tiba bertanya padaku setelah aku keluar dari kamar mandi.
"Bukan kok, Dek....".
"Tapi kakak cantik kayak princess Elsa.....".
"Lebih cantikan kamu", kataku seraya mencubit kecil pipinya. Sepertinya ibunya, sedang di dalam wc.
"Eh Prita....kamu udah keluar, Mama cariin di dalam kamar mandi".
"Mah...mah....kakak ini mirip princess Elsa....".
"Maaf ya, Mba....anak saya suka banget sama yang di kartun Frozen itu....".
"Oh iyaa....nggak apa-apa, Bu...anak ibu juga lucuu...".
"Mari, kami duluan, Mba....".
"Iya, Bu". Kata-kata anak tadi seakan membuatku menjadi bahagia sekali.
"Udah, Hana ?".
"Udah, Kek....yuuk, duduk sambil nunggu dibuka pintu nya....".

Sambil menunggu, kami pun makan dan mengobrol sambil bercanda. Untungnya, Kek Wiryo tidak nekat dan menggerayangiku di tempat umum seperti ini. Coba, kalau di rumah, sudah habis buah dadaku di remasnya penuh nafsu, vaginaku juga pasti sudah dikobel-kobel tanpa ampun seperti aku ini 'sex toys' miliknya. Mata kami saling terus memandang. Saking seringnya Kakek Wiryo mengintimiku, aku bisa tahu tatapannya, sudah 'lapar' terhadapku, seakan tatapannya berkata bahwa sudah tak sabar ingin 'memandikan'ku dengan air maninya.
"Yuuk, masuuk, Kek....". Aku pun menggandeng tangan Kek Wiryo sambil menunjukkan tiket masuk.
"Di bagian kanan ya, Mba".
"Makasih, Mba...". E1 dan E2, akhirnya ketemu.
"Kakek mau dimana ?".
"Udah, dimana aja".
"Yaudah, Hana yang dipojok yaa....". Kami pun menyaksikan iklan-iklan yang biasa ditampilkan sambil menunggu film dimulai. Lama kelamaan, ruangan pun cukup penuh karena memang film ini, film baru. Untungnya kami datang jauh sebelum jam nya sehingga kami masih bisa mencari tempat duduk dengan masih ada cahaya. Lampu pun mulai meredup menandakan film akan dimulai. Pasti karena ruangan sudah gelap, dan memang aku duduk di pojok paling kanan, Kek Wiryo langsung mulai 'bergrilya'.
"Hmmm....langsung....", ejekku sambil bercanda.
"Hehehe....".

Tangannya mulai mengelus-elus paha kiriku. Kubiarkan saja tangan keriput Kek Wiryo mengelus-elus paha kiriku, toh dia sudah 'langganan' terhadap celah yang ada di pangkal pahaku. Aku mulai 'terusik' dari elusan dan rabaan tangan Kek Wiryo, seketika tubuhku merinding sedikit.
"Eh bentar, ini kan.....", seakan mau mengkonfirmasi sesuatu, tangan Kek Wiryo semakin merayap masuk ke dalam rokku, 'meraih' pangkal pahaku.
"Hana....kamu....", bisiknya pelan.
"Sshhhh.....", aku langsung menaruh telunjukku di bibir Kek Wiryo.
"Gelii, Kek....", bisikku agak mendesah.
"Nekat kamu.....Hana....", balasnya pelan karena dia menyadari bahwa aku hanya mengenakan rok tanpa memakai celana dalam sehingga tangannya sekarang bersentuhan langsung dengan 'belahan' bibir vaginaku.
"Enak Kek....semriwiing...hihihi...lagian....Kakek jadi gampang kan...ngecek kandang burungnya....", balasku nakal.
"pengertian banget kamu....", bisik Kek Wiryo semangat.

Tanpa perlu komando, Kek Wiryo langsung menggerakkan jari tengahnya mengikuti 'celah' pada pangkal pahaku, naik turun perlahan tapi pasti, cukup untuk mulai menghangatkan tubuhku dan sedikit mengangkat pantatku. Aku mengulum bibir bawahku, menahan rasa menggelitik yang mulai terasa pada selangkanganku. Si Kakek satu ini memang pandai sekali menyalakan 'sumbu'ku pelan-pelan.
Vaginaku yang memang menjadi 'alat latihan' bagi Kek Wiryo untuk mendapatkan kembali keperkasaannya, membuatnya sangat tahu 'prosedur' yang tepat untuk memanaskan 'mesin nafsu' di tubuhku. Aku sudah tidak memikir rokku yang semakin tersingkap ke atas, aku hanya bisa fokus pada rasa menggelitik yang mulai berubah ke nikmat-nikmat kecil pada tengah selangkanganku. Secara alamiah, kedua kakiku mulai membuka untuk memberi keleluasaan si 'penguasa' mengeksplor bagian bawah tubuhku.

"Udahh mulai basah nih....", bisik Kek Wiryo menggodaku.
"Abisss...dimainin siih....", balasku dengan berbisik manja. Gila, jantungku berdegup kencang. Ruangan memang gelap, tapi di sebelah Kek Wiryo ada pasangan juga, belum lagi yang di belakang yang mungkin dapat melihat tangan Kek Wiryo yang berada di dalam rokku, dan mungkin yang di depanku dapat mendengar bisikan kami berdua.
Sensasi apalagi ini, rasa menggelitik nikmat yang kurasakan di bawah sana ditambah jantungku berdegup kencang karena takut ketahuan orang membuatku berkeringat, namun bukan gerah tapi lebih ke sensasi aneh ini. Apalagi Kek Wiryo menambah 'kekuatan' di sana dengan menurunkan bala bantuan berupa jari telunjuk dan jari manisnya. Semakin lihai lah ia menaikkan suhu tubuhku ini sampai aku mulai menggelinjang-gelinjang kecil seakan orang yang tak bisa duduk dengan nyaman.

"Emmmhh.....", tanpa sadar, aku mengeluarkan lenguhan pelan. Kek Wiryo langsung menutup mulutku dengan tangannya.
"Ssstt....". Aku mengangguk perlahan. Sial, hampir saja. Kek Wiryo melanjutkan serangannya lagi. Aku menggigit bibir bawahku, menahan keinginan alami ku untuk mengeluarkan desahan nikmat dari keluar masuknya jari tengah dan jari manis Kek Wiryo pada kemaluanku. Ruangan bioskop yang tadinya sejuk, jadi terasa gerah.
"Hhmmmfffhhh.....". Aku menahan kejang sampai aku mengangkat pantatku, melepaskan gelombang nikmatku dari 'kilikan' si pria tua penikmat tubuhku ini.
"Hh..hh...hhhh.....", Aku mengatur nafasku. Sensasi jantung berdegup kencang ditambah nikmat membuat orgasmeku lebih 'menyegarkan' dari biasanya. Tidak kusangka, mungkin aku akan mempunyai sifat menyimpang yang baru.
"Kamu emang binal....", bisik Kek Wiryo.
"hehehe.....".
"Nanti....Kakek pejuin memek kamu....".
"Mm...hhh...yang...banyak...Kek....", jawabku berbisik manja.
"Pasti...sampe luber".

Setelah 'tegang' tersebut sudah kulepaskan, aku mengatur nafasku sambil mencoba kembali fokus ke film.
"Kek jarinya....", ku mengingatkan Kek Wiryo karena jarinya masih 'mengail' vaginaku.
"Hehehe....maaf...suka lupa...kalo udah nyangkut di memek kamu...". Dia menarik jarinya keluar. Seperti ada yang plong namun juga ada yang 'kosong' saat liang kewanitaanku tidak terisi jari Kek Wiryo.
"Hmmm.....memek kamu emang wangii....", ujar Kek Wiryo seraya mengulum dua jarinya. Aku mencubit manja lengan si pria keriput ini. Kami melanjutkan nonton, tangannya menggenggam tanganku.

Aku merasakan sensasi dingin lengket di pangkal pahaku, tentu itu karena 'lelehan' vaginaku yang merembes keluar. Mudah-mudahan saja tidak sampai ke bangku bioskop. Meski kehilangan 20 menit dari film karena 'kobokan' Kek Wiryo tadi, aku masih bisa mengikuti film sampai habis. Ternyata, film ini lama juga, sampai 2 setengah jam. Tapi, aku yakin, Kek Wiryo tidak terlalu mengerti filmnya.
"Emmm...selesai jugaa...", kataku sambil meregangkan tubuh.
Kulihat, ternyata di samping Kek Wiryo adalah sepasang pasangan, dimana yang sebelah Kek Wiryo persis adalah si cowok. Dia seperti menatapku curiga, aku langsung memandang ke arah lain. Ternyata, aku baru sadar rokku terangkat cukup tinggi, dan ternyata bukan pandangan curiga, melainkan dia memandangi pahaku yang tidak tertutup rok. Kami menunggu pengunjung lain keluar karena aku taku Kek Wiryo agak susah keluar kalau ramai.

"Yuk, Kek...".
"Ayuuk".
"Maaf ya, Mas...", izinku saat melewati si laki-laki yang sekarang tersenyum padaku. Berani banget dia, padahal dia sedang bersama pasangannya. Namun, kulihat pasangannya sedang fokus ke handphonenya. Seketika, langsung terbesit ide nakalku. Aku tersenyum ke pria itu, lalu mengangkat rokku tinggi-tinggi.
Sudah pasti, pria itu bisa melihat daerah intimku yang tidak tertutup apa-apa dengan sangat jelas. Terlihat dari pandangan matanya yang terbelalak tapi tak mau berkedip sedikitpun dan kelihatan menelan ludah. Gila, sepertinya aku memang bertambah 'sakit'. Aku segera menurunkan rokku dan menyusul Kek Wiryo sambil sedikit cekikikan.
"Nekat banget kamu....", sepertinya Kek Wiryo melihat keisenganku.
"Abis itu cowok...lagi ama ceweknya masih aja ngeliatin Hana, Kek...".
"Ooh...". Kek Wiryo menatap pria itu sehingga mereka berdua berpandang-pandangan, lalu tiba-tiba Kek Wiryo 'merogoh' ke dalam rokku dan aku sedikit terpekik kaget saat dia mencelupkan jarinya ke dalam vaginaku, untuk kemudian ditarik lagi dan diemut olehnya sendiri.


Rok Hana Terlihat

Aku melihat dia seperti tersenyum menang, dan tindakannya tadi seolah mengejek pria itu bahwa selangkangan yang baru saja dilihat pria itu adalah 'milik'nya. Tentu, dia merasa menang terhadap pria itu, secara Kek Wiryo sudah tua namun bebas merogoh selangkangan gadis muda sepertiku. Aku langsung mencubit lengannya dan menggiringnya untuk cepat-cepat keluar bioskop. Sembari lewat, aku merasakan petugas bioskop memandangiku, semuanya. Sepertinya mereka melihat saat Kek Wiryo merogoh ke dalam rokku barusan.
"Kek...tadi Hana diliatin sama petugasnya tau...", adu ku.
"Iya? Keliatan tadi ya? Hehehe...maaf, Hana...".

"Tapi....seru juga yaaa...", jawabku jujur serasa mulai menagih sensai deg-degan bercampur nikmat di dalam bioskop tadi.
"Hahaha....kamu makin binal aja, Hana....".
"Iiihh....", ku mencubit lagi lengannya.
"Lagian Kakek sih....Hana disuruh bugil terus jadinya lama-lama nggak nyaman pake cd n bh kalo kemana-mana...", keluhku manja. Segerombolan cowok yang melewatiku tiba-tiba berhenti dan menengok ke arahku. Aku langsung menutup mulutku.
"Hihihi....kayaknya kedengeran ama orang yang tadi...".
"Nggak apa-apa, biar mereka fantasi...hahahaha".
"Dasar...demen banget sih ngegoda cowok lain pake Hana....".
"Iyalah...Kakek bangga banget....cowok-cowok yang masih muda ngeliatin kamu udah kayak harta karun...sementara Kakek bisa bebas grepein kamu kapan aja....jadi seru bikin mereka jealous hahahaha...", tawa Kek Wiryo puas.

Setelah kami membeli sedikit makanan untuk camilan, kami pun memesan mobil online lagi. Kami cuma mengobrol biasa saja sambil memakan cemilan yang kami beli terakhir, sepertinya Kek Wiryo sudah kelelahan. Sesampainya di rumah, aku pun menuntun Kek Wiryo duduk di sofa ruang tamu. Ku buatkan minum sambil menyalakan ac yang ada di ruang tengah dan juga ruang tamu tentunya. Hari ini sungguh pengalaman yang menarik bagiku, mungkin daftar penyakit menyimpangku akan bertambah.

"Kakek...capek??".
"Iya, Hana...udah lama nggak jalan-jalan di luar rumah....lumayan berasa juga....".
"Hmmm....". Aku tersenyum, dan ku setel lagu dengan beat yang cukup energik.
"Woooaahh....asiiikk...". Kek Wiryo langsung bersemangat seketika, melihatku mulai bergerak mengikuti hentakan lagu. Puluhan kali ku melakukan strip dance untuk Kek Wiryo dan mungkin ratusan kali aku menonton video-video strip dance sehingga mungkin saja, aku lebih ahli dari penari striptis betulan yang ada di klub.

Tembok, lantai, semua gerakan sensual kulakukan dan karena aku memang tidak mengenakan 'pembungkus onderdil'ku, aku perlahan membuka atasanku perlahan. Musik yang kumainkan memang sedikit techno agar lebih bersemangat. Mata Kek Wiryo benar-benar tidak berkedip, bola matanya mengikuti gerakanku seakan menempel pada tubuhku. Aku merasa menjadi semakin 'gerah'. Padahal, sudah sering ku menari untuk Kek Wiryo tapi rasanya dia tak pernah bosan melihatku menari untuknya.

"Pleek.....", jatuh lah kain terakhir yang menempel di tubuhku alias rokku jatuh ke lantai, pas musik berhenti.
"Gilaaa.......", Kek Wiryo tepuk tangan dengan semangat. Ku lihat tonjolan di celananya.
"Hh...hh...masih capek, Kek ?", tanyaku sedikit mengatur nafas.
"Langsung ilang capeknya...hehehehe". Aku tersenyum, lalu bersimpuh pada dua tangan dan lututku.
"Miiiaaww.....", ku menirukan suara kucingnya.
"Ayoo...sini...mpus nya Kakek....". Dengan merangkak, aku pun mendekati Kek Wiryo. Aku merangkak melingkari kaki Kek Wiryo seperti kucing yang sedang meminta perhatian dari sang majikan.
"Prrrr.....", ku menirukan suara manja kucing. Aku mendekatkan wajahku ke kaku Kek Wiryo. Ku mulai menjilati jari-jari kaki kiri Kek Wiryo satu per satu, sesekali kuemut jari kakinya yang sama 'reyot'nya dengan badannya. Setelah kubuat basah kakinya, aku pun tidur terlentang di lantai. Dia pun iseng meletakkan kakinya di atas tubuhku seakan tubuhku ini keset. Dia mengelus-elus belahan kemaluanku dengan kaki kanannya sementara kaki kirinya memainkan buah dadaku.

"Eemmmnnhhh....", aku menggeliat kesana kemari merasa geli-geli nikmat karena tubuhku dijadikan 'keset' oleh Kek Wiryo.
Tiba-tiba dia mengangkatku.
"Kayaknya ini kucing perlu dimanja....".
"Miiaaawww....", jawabku. Jadilah si pejantan tuaku ini menggotong tubuh putih mulusku yang sudah tidak tertutup apa-apa lagi ke dalam kamarnya. Tubuh beliaku yang masih ranum ini pun digelutinya dengan penuh nafsu seperti biasanya.
"Nanti kalau kamu udah lulus SMA....memek kamu...langsung Kakek pejuin tiap hari sampai kamu hamil....", bisiknya padaku dengan nafas tersengal-sengal setelah puas 'menodai' tubuhku sampai 4 putaran.
"Pasti Kek Wiryo sayang....Hana juga udah nggak sabar bikin dede bayi sama Kakek....", jawabku menggoda dengan suara lemas karena kelelahan. Aku pun tidur dengan kondisi seperti biasanya yakni, wajah dan tubuh berlumuran air mani Kek Wiryo.

Episode 3b : Jenis Baru Pelanggan Tubuhku
Home Page (Index Halaman)
 
Terakhir diubah:
Mantaaaap .
Makasih updatenya om @TheGreatMag
Siaap, broo
Mantullll
Makasih updet lanjutan ceritanya kang
Okeh, Kang..jangan lupa like & subscribe nya (eh bentar..ini kn bukan youcup)
mantap gan lanjutkan
Wokeeh broo
Good update suhu.. thanx. Saran suhu, hana nya di gangbang kakek wiryo ajak temen temen nya.
Hmm...takut jd monoton..tentang Kek Wiryo...
Spoiler dikit lah ya...
Punya rencana sendiri untuk Kek Wiryo dan Hana akan semakin seru petualangannya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd