Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PPKM (Perempuan Pelayan Kakek & Mamang)

Spoiler dikit dong hu, ceritanya bakal soft terus atau bakal ada unsur pemaksaannya, penasaran :konak:
 
Early Update karena harusnya update malam Minggu biar menemani malam Minggu kalian tapi ya udah lah. Mau bobo cepet nanti malem gue wakakakak

Home Page (Index Halaman)
Episode 1 : Registrasi Baru Pemilik Tubuhku


Episode 2 : Hidupku Sebagai Budak Seks Lansia



Hana Masak Di Dapur



"Hana !! Kamu dimana ?!".

"Disini, Kek...di dapur !!", jawabku dengan berteriak.

"Ooh di dapur kamu dari tadi ?".

"Iyaa, Kek. Siapin sarapan buat kakek".

"Kakek cariin juga....".

"Abisnya kakek kayaknya tidurnya pules banget...".

"Lagi bikin apa?". Kek Wiryo pun memelukku dari belakang, kedua tangannya merangkul pinggangku mesra.

"Roti panggang ya, Kek. Kemarin kan udah pisang goreng".

"Wah enak tuh, Hana...".

"Yang enak roti bakarnya apa tangannya nih ?", sindirku karena kedua tangan Kakek tua ini mulai meremasi kedua buah dadaku.

"Roti bakarnya sih enak....tapi ini nih yang lebih enyaak....hehehehe".

"Hmmmm....masih pagi udah grepein Hana....Kek Wiryo mesum iiihh....".



"Hehehehe...abiss kamu montok banget sih, Hana...". Aku membiarkan Kek Wiryo asik memainkan kedua buntalan daging kembarku sementara aku lanjut menyiapkan sarapan. Beginilah keadaan kami semenjak waktu itu.

Sekarang kami begitu mesra seperti sepasang suami istri yang baru menikah dan sang suami sangat gemar menggerayangi tubuh sang istri. Kek Wiryo benar-benar menggandrungi tubuh beliaku ini. Hampir setiap saat, dia meraba-raba tubuhku, dan tentu saja aku pun tak keberatan karena kami sudah sepakat kalau aku adalah jablay ekslusif milik Kek Wiryo jadi tentu aku tak boleh menolak apapun keinginannya.

Terhitung sudah 3 hari, aku menemani Kek Wiryo semenjak kami mulai bermesraan malam itu. Ada gadis SMA sepertiku yang tak keberatan melayani permintaan-permintaan mesum nan cabulnya setiap saat membuat Kek Wiryo berubah dan lebih semangat, tidak seperti waktu pertama kali bertemu yang selalu marah-marah dan membentak.



"Emmmmmm.....Keekkk.....", lirihku pelan seraya sedikit menggeliat karena tangan kanan Kek Wiryo sudah menyelinap masuk ke dalam daster baby doll ku untuk 'menggenggam' buah dadaku dan memainkan puting kiriku. Terhitung sudah 3 hari, aku menginap di rumah Kek Wiryo.

Setiap siang, aku pulang sebentar ke rumah. Ya setidaknya 'setor muka' ke ibuku meskipun dia tahu kalau aku ada di rumah Kek Wiryo. Yang tidak ia tahu kalau anaknya ini setiap hari selalu diraba-raba oleh si empunya rumah. Tubuhku yang masih ranum ini pun dijamah kapanpun setiap ada kesempatan. Yah seperti sekarang ini. Aku tidak mengenakan lainnya selain daster ini. Jika dasterku ini dipelorotkan, pastilah aku akan benar-benar bugil. Bukan tanpa sebab aku tidak mengenakan pakaian dalam. Kek Wiryo menyuruhku untuk tidak mengenakan pakaian dalam secuil pun. Tentu agar dia bisa lebih mudah menjamah tubuhku sesukanya. Aku sendiri tidak keberatan juga sih. Maklum....penyakit....



Tangan kanan Kek Wiryo yang asik bermain-main dengan payudaraku, tangan kirinya pun mulai melata turun dan membelai lembut area intimku. Aku menggeliat kecil dan sedikit melirih lembut.

"Udah donk, Kek....Hana kan lagi nyiapin sarapan", protesku tapi dengan nada manja.

"Maaf..maaf....Kakek nggak kuat kalo ngeliat kamu, Hana....hehehe", ujarnya seraya mencumbui tengkuk leherku.

"Iyaa iyaaa...tapi nanti aja yaaa..habis ini....", jawabku lembut. Kami memang sudah seperti suami istri yang baru menikah, mesra dan begitu intim namun sampai saat ini, kami belum pernah bersenggama, hanya sebatas bermesraan di ranjang. Sudah aku tes, Kek Wiryo hanya bisa 'bertahan' sekitar 6 menit setelah 'gagang pistol'nya itu mengeras sebelum akhirnya menembakkan 'timah putih'nya dan hanya bisa beraksi satu kali dalam sehari.



Kek Wiryo pun sadar, dia bilang kalau tak ingin mengecewakanku saat berhubungan intim karena dia tahu umur dan staminanya tak seperti dulu. Bagai istrinya, aku pun menyemangatinya dan berjanji untuk membantunya. Aku tahu betul kalau dia sudah sangat ingin melampiaskan nafsunya kepadaku sebagaimana mestinya. Pastilah sayang kalau dia tidak menggunakan tubuhku yang sudah menjadi hak miliknya ini seperti seharusnya, aku juga agak merasa frustasi karena aku selalu digerayangi oleh kakek tua ini tapi tidak pernah di 'pake' dengan benar. Apa ?! Dipake? Terdengar begitu cabul kata-kata itu tapi entahlah, aku merasa darahku agak menghangat saat memikirkan kata itu barusan.



Tapi sebagai gadis SMA yang sudah di 'miliki' oleh Kek Wiryo, aku pun selalu menuruti perintahnya, termasuk untuk menyuapinya dengan mulut, mandi bersamanya setiap kali, dan bahkan sering menyuguhkan hiburan untuknya dengan menari striptease. Aku suka sekali saat melucuti pakaianku sendiri di depannya, aku merasa begitu sensual apalagi kalau Kek Wiryo sudah mulai meraba-raba tubuhku dengan kedua tangannya yang sudah keriput itu.

"Naaah...udah jadii deeh". Aku letakkan roti panggangnya di meja makan.

"Minumnya teh ya, Kek?".

"Kopi aja, Hana...".

"Jangaan, Kek. Kalau masih muda sih, bagus kopi pagi-pagi. Tapi kakek nanti makin.....".

"Iyaa deh..nurut kata kamu aja". Teh pun segera kusajikan di meja makan. Kutemani pacar tuaku ini sarapan. Kami mengobrol dan tentu saja tangannya pun aktif bergerilya merayap dan mengelus-elus pahaku, sesekali mencolek-colek bibir vaginaku. Aku seperti sudah sangat terbiasa di 'main' kan seperti ini karena Kek Wiryo benar-benar gemar melakukan hal mesum denganku, yah meskipun kami belum pernah bersenggama tapi dia senang sekali menggerayangiku seperti sekarang setiap ada kesempatan.



"Hana...jangan lupa donk...aturan kita...".

"Iyaaa..iyaaa", aku tersenyum. Aku pun perlahan menurunkan tali dasterku dengan gerakan sensual di depannya. Dia nampak tak berkedip dan mengikuti setiap liukan gerakan tubuhku dengan seksama. Tampillah aku tak mengenakan sehelai benangpun di hadapan lelaki tua ini. Tubuh beliaku yang masih ranum dan mulus ini terpampang jelas di hadapan Kek Wiryo. Aku pun menciumnya dan berbisik di telinganya.






Hana Cuci Piring Tanpa Busana



“Aku jablaynya Kek Wiryo......", bisikku nakal.

"Pookkk !!!", Kek Wiryo pun menampar pantatku kencang saat aku berbalik badan untuk mengambil piring dan gelas kotor untuk dicuci. Ya, aturan sederhana yang sudah kami sepakati bersama adalah aku diharuskan bugil sepanjang waktu di dekat Kek Wiryo jika hanya kami berdua, dan jika ada orang selain kami, aku diperbolehkan mengenakan pakaian namun hanya pakaian luar, aku dilarang keras mengenakan pakaian dalam. Kalau keluar rumah, aku baru dapat dispensasi boleh mengenakan apapun sesuai keinginanku. Tak perlu waktu lama, Kek Wiryo pun menghampiriku dan mendekapku dari belakang, tentu tangannya mulai bergrilya menggerayangiku yang sudah tak mengenakan secuil pakaian apapun ini.



Sambil cuci piring, aku pun meresapi belaian dan sentuhan tangan keriput Kek Wiryo di beberapa bagian di tubuh beliaku. Tentu saja aku tidak menghentikannya karena tubuhku ini sudah menjadi hak miliknya. Terserah kapan dan di mana saja dia mau menggerayangiku, aku harus selalu siap.

"Hana...kamu memang harummm.....wangiii...".

"Wangi apanya, Kek ? Kan Hana belum mandi....".

"Iyaa...tapi badan kamu wanginya beda yaa...nggak ada bau asem-asemnya sama sekali....".

"Ahh bisa aja, Kakek...".

"Padahal sering diilerin ama Kakek...".



Memang benar, beberapa kali aku menemani Kek Wiryo tidur, aku sering dilelehi ilernya, terutama payudaraku karena dia senang sekali tidur di atas buah dadaku. Dan satu lagi kebiasaan favoritnya sebelum tidur yaitu sambil menunggu kantuk, dia iseng mengobel" vaginaku. Tak jarang juga dia tertidur sementara jarinya masih di dalam rongga liang kewanitaanku. Layaknya seorang budak, aku pun tak berani membangunkannya sehingga aku sering tidur dalam keadaan daerah intimku sedang di 'colok' Kek Wiryo dengan jarinya dan ilernya mengalir ke tubuhku.

"Maaf yaa Hana....".

"Nggak apa-apa, Kek".

"Coba kakek masih kayak dulu....kamu bakalan nggak bisa keluar kamar nanti, Hana....", ujarnya mesum seraya menciumi tengkuk leherku sampai aku menggelinjang kecil kegelian.

"Hana punya ide...". Aku pun balik badan sehingga dadaku menempel ke tubuh Kek Wiryo yang keriput. Aku mengalungkan kedua tanganku ke lehernya.

"Gimana kalau Kek Wiryo latihan supaya bisa kayak dulu lagi...".

"Tapi Kakek nggak tau caranya, Hana...".

"Tenang...kan ada Hana....".

"Emang kamu tau ??".

"Kan ada internet....hihihi...".

"Tapi nanti kalau Kakek udah bisa kayak dulu...pasti Kakek bakalan lebih sering ngisengin kamu....", ucapnya sambil menatapku dengan tatapan mesum.






Hana Menggoda Kek Wiryo



"Nggak apa-apa...Hana suka malah....", jawabku sambil menggigit bibir bawahku.

"Lagian....Hana juga udah penasaran...rasanya ditidurin Kek Wiryo.....", bisikku begitu cabul ke Kek Wiryo. Sebuah ucapan yang kuyakin tidak ada gadis SMA lain yang mengucapkannya ke seorang kakek tua renta seperti Kek Wiryo selain diriku.

"Kamu emang bidadari dari surga, Hana....". Kek Wiryo pun langsung menggenggam bongkahan pantatku dengan kedua tangannya dan melumat habis bibirku.

"Mmmhhh..cccppphhhh...sssllrrpppp....".



Kami berdua pun saling mencumbu dan melumat bibir. Lidah kami tak hentinya saling bertaut. Ciuman yang begitu menggebu-gebu. Sayang, cinta, dan nafsu melebur menjadi satu di pagi hari yang sepi itu antara seorang kakek tua yang kesepian dengan seorang gadis remaja yang sudah tak berbusana sedikitpun. Tak akan ada pasangan beda 2 generasi yang begitu mesra dan bernafsu di saat yang bersamaan seperti kami. Meskipun aku belum di 'gunakan' sebagaimana mestinya fungsi seorang perempuan untuk pejantannya karena pejantanku yang sudah 'expired' ini. Berbekal sedikit ilmu dari Pak Karso dulu dan searching sana sini di internet. Aku pun mulai menerapkan program 'kembali jantan' ke Kek Wiryo. Program yang kunamai sendiri biar seru, pikirku. Mulai dari makanan, minuman, senam kaegel, senam kebugaran, bahkan pola makan dan tidurnya pun kuatur.



Dan tentu saja aku menemani Kek Wiryo dalam keadaan bugil sepanjang waktu. Tentu saja dia semakin semangat apalagi sudah lama dia tidak diperhatikan seperti ini. Dan sekarang ada aku, seorang gadis SMA yang senantiasa menemaninya tanpa mengenakan apapun di sampingnya, bagaiamana mungkin ia tak bersemangat. Jika olahraga fisik, aku pun menetapkan target yang harus dicapai. Kalau Kek Wiryo bisa mencapainya, hadiahnya yaitu dia bisa melakukan apa saja terhadapku. Kadang kalau aku sedang terlalu 'kejam' tapi Kek Wiryo berhasil mencapai targetnya, dia pun membalas dendam dengan memain-mainkan buah dadaku dan bibir vaginaku dengan kakinya sampai aku orgasme. Sesekali dia juga membuatku mandi dengan air seninya untuk 'balas dendam' padaku. Tentu kupatuhi semua perintahnya jika dia berhasil mencapai target. Memang aku bilang kalau aku adalah budak seksnya dan dia bisa melakukan apa saja kepadaku, tapi selama program ini belum selesai, aku harus lebih 'kejam' dari biasanya.






Hana 'Personal Trainer'



Setiap malam, aku pun 'mengukur' hasil latihan Kek Wiryo. Metode pengukurannya juga kusesuaikan dengan kegemaran Kek Wiryo yakni kuluman terhadap penisnya. Aku mengulum batang kejantanannya setiap malam sebelum tidur setelah kupasang stopwatch untuk menghitung daya tahannya. Dan ternyata cukup membuahkan hasil, lama kelamaan Kek Wiryo sudah mulai bisa menahan ejakulasinya meski aku mengulum kemaluannya dengan sangat intens karena aku juga suka sekali mengemut batang penisnya yang kencang namun keriput itu. Dan kekerasan penisnya pun sudah lebih 'keras' dari sebelum-sebelumnya. Aku benar-benar seperti petani yang dengan sabar menunggu tanamannya matang. Bedanya, 'tanaman' yang sedang kurawat ini nantinya akan menancap di dalam tubuhku sesuai keinginan si empunya. Sudah dua minggu-an program 'kembali jantan' ini berlangsung. Sekarang 'senjata' Kek Wiryo sudah bisa 3-4 kali untuk 'beraksi' dalam sehari.



Dan selama dua minggu lebih ini, tidak ada seorang pun yang datang bertamu, tak heran kalau Kek Wiryo benar-benar merasa kesepian jika dia sendirian di rumah yang besar ini. Kek Wiryo pernah bercerita kalau teman-temannya banyak yang sudah meninggal duluan atau ada yang pindah tapi jauh entah kemana. Kubilang pada Kek Wiryo kalau sekarang sudah ada aku yang siap menemaninya baik sehari-hari secara normal ataupun 'berlaga' di ranjang. Apalagi aku tak pernah yang namanya berbusana sedikit pun dan ditambah Kek Wiryo bisa 'bermain' dengan tubuh ranumku sesuai kemauannya, aku yakin dia tak merasa kesepian lagi saat ini.



"Hana....janji kamu yang waktu itu...".

"Yang mana, Kek?".

"Ituu...jatah buat Kakek...Kakek udah ngerasa siap".

"Oohh....bukan Kakek yang minta jatah..tapi Hana yang minta jatah....udah lama Hana nunggu....", ujarku nakal seraya mendekatinya. Kulingkarkan kedua tanganku di lehernya, kupancing lidahnya agar masuk ke dalam rongga mulutku. Kubiarkan kakek tua ini mencumbuku dengan penuh nafsu, memenuhi rongga mulutku dengan lidahnya.

"Gleeeeghh !!!". Kuperlihatkan pada Kek Wiryo, aku menelan habis air liur yang barusan ia 'buang' ke dalam mulutku.

"Hmmmm...", kubuat ekspresi wajahku seperti orang yang habis meminum jus yang enak.

"Kalo gitu...Hana mandi dulu yaa...".

"Jangan lama-lama, Hana....Kakek udah nggak tahan....".



Aku hanya tersenyum nakal. Kubersihkan tubuhku dengan seksama, tak ada yang terlewat. Aku ingin tubuhku segar dan harum sebelum ku 'sajikan' ke Kakek Wiryo untuk dinikmati. Sambil mandi, aku membayangkan kalau misalkan Pak Karso tidak pulang kampung. Apakah aku masih akan kenal dengan Kek Wiryo dan jadi 'pelipur lara'nya. Dan kalau memang tetap terjadi, apa Pak Karso akan rela berbagi tubuhku dengan Kek Wiryo? Pikiran-pikiran itu membuatku berimajinasi. Kek Wiryo membeli rumah sehingga kami bertiga bisa hidup bersama. Dan tentu aku menjadi istri mereka berdua sekaligus 'budak seks' kedua tetua itu. Pastilah aku menghabiskan setiap hari seumur hidupku dalam keadaan bugil di imajinasiku itu.



Mungkin aku akan tidur dengan Kek Wiryo dan Pak Karso masing-masing 'menempel' di kedua buah payudaraku atau aku tidur dengan keadaan 'ditusuk' dari depan dan belakang. Bahkan aku berimajinasi kalau kedua pria uzur itu akan 'patungan' spermanya yang tiap hari di tuang ke dalam rahimku lalu berhasil membuatku hamil. Ahhhh......tak terasa, aku mulai mengelus-elus daerah intimku sambil berimajinasi seperti itu. Benar-benar penyakitku semakin parah. Aku tiba-tiba sadar dan berhenti masturbasi karena aku ingat kalau kekasihku yang sudah uzur tak sabar menunggu tubuhku untuk dicabuli sepuasnya. Aku keluar mandi, sengaja melilitkan handuk di tubuhku. Sambil tetap mengeringkan rambut dengan handuk lainnya, aku pun berjalan perlahan mendekati Kek Wiryo yang sudah tidur terlentang di ranjang dengan menggunakan kolor saja.



Aku duduk di pinggir tempat tidur sambil mengeringkan rambutku. Kami berdua tidak berbicara tapi suasananya romantis sekaligus nakal. Tak tahu dengan Kek Wiryo, tapi tubuhku mulai menghangat dengan sendirinya padahal ac menyala dengan suhu 20 derajat. Seorang gadis muda hanya mengenakan handuk dan sekamar dengan seorang kakek tua yang tinggal mengenakan kolor yang membuat suasana menghangat karena siapa pun pasti tau kelanjutan dari situasi ini. Padahal sudah setiap malam aku mengeloni kakek tua ini tanpa mengenakan apapun dan digerayangi setiap sebelum tidur, tapi entah kenapa aku merasakan seperti seorang perempuan yang baru menikah dan ini adalah malam pertama dengan suamiku.






Pergumulan Pertama Hana Dengan Si Lansia Kek Wiryo



"Ccpphh...cpphh...kamu wangi sekali, Hana....", puji Kek Wiryo sembari menciumi pundak kiriku.

"Biar Kakek betah sama Hana malem ini.....", jawabku nakal menggoda.

"Pastinya.....", bisik Kek Wiryo di telinga kananku sebelum mulai menciumi pundak kananku.

"Eemmhhhh...", lirihku perlahan menikmati ciuman-ciuman mesra serta jilatan di tengkuk leherku. Belakang telinga dan daun telingaku pun di jilat dan ciumi Kek Wiryo sehingga aku menggelinjang kecil karena kegelian.

"Malam ini....kamu milik Kakek, Hana....", bisiknya.

"Malam ini dan seterusnya, Kek.....", balasku.



Bibirku pun langsung disambar olehnya begitu aku selesai berbicara. Kami berpagut perlahan, tak ingin buru-buru karena malam ini adalah momen spesial. Momen dimana Kek Wiryo akan mengukuhkan tubuhku sebagai hak miliknya dan tak ada yang boleh menyentuh tubuhku mulai malam ini sampai seterusnya kecuali mendapat izin darinya. Lagipula hanya ada kami berdua malam ini, kami ingin benar-benar menikmati meleburnya cinta dan nafsu kami berdua menjadi satu. Usai berciuman, aku berdiri dan menghadap ke arah Kek Wiryo. Kutuntun kedua tangannya untuk mengenggam handuk di tubuhku.



Handuk yang jadi satu-satunya penghalang antara pejantan tuaku ini dengan hak miliknya, yaitu tubuh beliaku. Dia pun menarik handukku dengan mudah sehingga handukku pun melorot ke lantai. Terpampanglah tubuh beliaku di depan Kek Wiryo. Dia tak berkedip seolah baru malam ini dia melihatku tanpa busana. Padahal setiap hari, aku berkeliaran tanpa menggunakan apapun di dekatnya, tapi entahlah, kurasakan pandangan matanya menjalar di sekujur tubuhku layaknya pengamat seni yang sedang meneliti karya seni.

"Kamu memang bidadari, Hana....", Kek Wiryo geleng-geleng kepala. Aku hanya tersenyum, agak tersipu malu. Aku naik ke atas tempat tidur perlahan, menarik tangan kek Wiryo untuk mengajaknya lebih ke tengah tempat tidur. Kuarahkan dia untuk tidur terlentang. Aku merangkak naik ke atas badannya jadi terlihatlah kalau aku seperi sedang 'memperkosa' seorang Kakek tua.

"I Love you, Kek....".

"I love you too, Hana....".



Kami pun bercumbu lagi, kali ini lebih intens dan bersemangat karena 'keadaan' sudah mulai memanas.

"Ccpphhh..ccuuppphh...ssllrrrppp", bunyi pagutan bibir kami yang berdecit serta aksi kami yang saling menghisap lidah satu sama lain. Air liur kami bercampur menjadi satu. Tubuhku yang tidak tertutup sehelai benangpun menindih Kakek Wiryo yang keriput. Kekasih tuaku ini pun mulai mengelus-elus punggungku seraya terus mencumbuku tanpa henti, lidahnya pun beradu dengan lidahku terus-menerus. Kedua tangan keriputnya terus turun mengikuti lekukan tubuhku hingga sampai ke bongkahan pantatku. Digenggamnya, diremasnya, dan dipukul-pukul pantatku oleh Kek Wiryo.

"Pantat kamu emang sekel banget....", puji Kek Wiryo.

"hmmm.....sekelan mana sama yang ini ??", tanyaku seraya menekan-nekankan payudaraku ke dadanya.

"Kamu mah semuanya sekel. Body kamu itu mulus dan seksi, Hana....".



"Aah..Kek Wiryo bisa ajaa.....".

"Eemmm.....ini apa ya, Kek...kok ada yang keras-keras gituu....", godaku dengan menggerak-gerakkan bagian bawah tubuhku menggosok bagian bawah perut Kek Wiryo.

"Itu jarum....buat ngejait vagina kamu, Hana".

"Hihihi....mau dong di jait....tapi nggak tajem kan?".

"Tenang....udah disesuaikan dengan kebutuhan", canda Kek Wiryo.

"Tikam jejak ya, Kek....biar kuat jaitannya....", timpalku. Kek Wiryo tersenyum, dia menyibakkan rambutku dan menatap wajahku dalam-dalam.

"Kamu memang bener-bener cantik, Hana. Seperti bidadari....Kakek yakin pasti banyak temen cowok kamu yang ngiler dan bayangin bisa kayak gini sama kamu....tapi sekarang kamu malah bugil di atas bandot tua kayak Kakek....".

"Kakek tau kenapa ?".

"Kenapa?".

"Karena Hana cinta Kek Wiryo....cccuuppphhh".

"Kakek jugaa....hhpphhh cccppphhh".



Kami pun bercumbu kembali dengan intensnya seakan kami tak bisa bernafas jika tidak bercumbu. Hanya ada kami berdua yang ada, tentu kami tak ingin buru-buru, kami ingin memadu kasih selama mungkin dan aku sendiri ingin supaya Kek Wiryo bisa mendapatkan kehangatan dan kenikmatan dari setiap inci tubuhku dan selama yang ia mau karena pasti Kek Wiryo sudah lama tak merasakan hangatnya tubuh seorang gadis apalagi tubuh gadis belia sepertiku. Candaan mesum seperti yang kami lakukan tadi, dan foreplay yang berlama-lama juga sering kulakukan bersama Pak Karso karena aku melakukannya dengan keinginanku sendiri sehingga aku benar-benar mau meresapi momen-momen intimku dengan pria-pria lansia kecintaanku tanpa terburu-buru.



"Ccupphh....cupphhh....". Aku tinggalkan jejak berupa ciuman mesra dan agak 'basah' pada badan Kek Wiryo sambil aku 'melongsor' ke bawah badannya. Mungkin aku seperti bintang-bintang porno yang kelihatan begitu asik dan menikmati saat scene berhubungan dengan pria tua, bedanya, mereka melakukan itu agar dibayar mahal sedangkan aku asli benar-benar karena ingin melakukan hal ini tanpa ada alasan lainnya. Kini, aku berhadapan dengan kolor Kek Wiryo dengan tonjolan di tengahnya. Aku tersenyum nakal sebelum mulai memberi kecupan-kecupan mesra pada tonjolan di kolornya itu. Kujulurkan lidahku mengitari tonjolan itu berulang kali, ke atas ke bawah, ke kanan dan ke kiri, juga beberapa kali mengelilingi tonjolan tersebut hingga pas di bagian itu, kolornya basah karena liurku. Aku melihatnya tersenyum begitu lepas. Aku tak tahu apa yang membuatnya tersenyum. Aku hanya menduga pasti ia tak menyangka kalau ada seorang gadis SMA sepertiku begitu 'menggandrungi' selangkangan pria tua sepertinya.



Benar-benar kubuat basah di bagian tonjolan itu pada kolor Kek Wiryo sebelum mulai kepoloroti. Keluarlah si 'tugu' keriput Kek Wiryo yang sudah mengacung tegak dengan bangganya di hadapanku.

"Kerass...hhh....Kek...", ujarku setelah menggenggam batang penis Kek Wiryo.

"Biar enak mentungin kamunya....", balas Kek Wiryo cabul.

"Eemmm....Kek Wiryo......", gumamku manja. Aku membenamkan wajahku sehingga hidungku berada tepat menempel pada kantung zakarnya sampai-sampai aku bisa mencium lubang anusnya.

"Kamu ngapain, Hana ??".

"Nggak apa-apa, Kek. Gemes aja. Gak boleh ? Kakek sering ngunyeng-ngunyengin kepalanya ke punya Hana", protesku manja.

"Lama lagi....Masa Hana nggak boleh", tambahku.

"Punya kamu kan wangi. Nah kalau Kakek kan bau....".

"Hana sukaaa kok....", jawabku dengan nada riang.



Kelihatannya dia sedikit terkejut mendengar jawabanku. Aku pun kembali mengusap-usapkan wajahku ke selangkangan Kek Wiryo. Penyakit seksualku membuatku merasa begitu 'nyaman' membenamkan wajah ke selangkangan kakek tua seperti Kek Wiryo, membuat tubuhku semakin menghangat cenderung panas. Seperti biasa, kumulai dengan kecupan-kecupan ringan dan mesra di sekujur batang serta kantung zakar Kek Wiryo.

"Aah....Hanaahhh....", dia agak kaget setelah mulai kujilati sekitar liang anusnya. Setiap hari, ia mengubek-ubek duburku dengan lidahnya, sekarang gantian, pikirku. Kugerakkan lidahku naik menyapu setiap inci kantung zakarnya yang membuat si empunya bergemetar kecil seraya melirih pelan merasakan lidahku yang bergerak dinamis di selangkangannya. Lidahku pun memanjat 'tugu' Kek Wiryo dengan mengelilingi batangnya sambil naik ke pucuknya yang lalu kemut-emut dan kukilik lubang kencing Kek Wiryo dengan lidahku sampai dia menggeliat-geliat. Mulai kuemut-emut pucuknya dan 'kutelan' batang penisnya perlahan satu cm demi satu cm hingga akhirnya penis Kek Wiryo 'tersangkut' di tenggorokanku satu batang penuh. Aku tersenyum ke arahnya. Setiap malam, mulutku 'karaoke' dengan penis Kek Wiryo. Tentu saja, kerongongkanku sudah terlatih untuk 'menyimpan' batang ini di dalamnya sehingga aku pun tenang-tenang saja, sama sekali tak merasa tersedak sedikit pun.



"Aaaahhhh......", aku melepas 'genggaman' kerongkonganku pada penis Kek Wiryo. Aku tak tahu sudah berapa menit, aku hanya merasa sudah cukup lama bermain dengan 'mainan' favoritku ini. Kini aku duduk di atas selangkangannya, tapi penisnya belum 'menyatroni' lawan mainnya yakni vaginaku.

"Aaahhh.....eemmhhh....uuhhhmmm.....", lirihku pelan merasakan nikmat sekaligus geli tekstur penis Kek Wiryo yang bergesekkan perlahan dengan bibir vaginaku. Kedua tanganku bertumpu pada dada Kek Wiryo agar mudah menggerakkan pinggulku untuk 'mengasah' kemaluanku dengan 'batang asah' Kek Wiryo yang sudah keras. Sesekali, aku mengamati Kek Wiryo yang juga nampak menikmati alat kelamin kami berdua yang saling menggosok satu sama lain. Otomatis kedua buah payudaraku pun jadi mainan tangannya. Diremas-remas kedua buntalan daging kembarku dan dipilin-pilin putingku dengan gemas oleh Kek Wiryo, menambah sensasi nikmat yang kurasa.



"Hhmm....hhh....hhh", nafas kami semakin memburu seiring akselerasi gesekan kemaluan kami yang semakin cepat. Aku berhenti bergerak, tak mau membuat Kek Wiryo 'susah bertahan'. Kusatukan lagi bibir tipisku dengan mulutnya sebelum kumajukan tubuhku sedikit dan merunduk sehingga kedua buah dadaku tergantung indah tepat di depan kedua matanya. Tanpa perlu pikir lagi, kekasih tuaku ini langsung menyambar 'daging' yang kusajikan. Disedotnya payudara kananku sampai pipinya yang sudah kempot itu menjadi semakin kempot karena hisapannya yang begitu kuat. Sedangkan kemasan susuku bagian kiri kembali menjadi 'mainan exclusive' tangan Kek Wiryo yang begitu asik mengenggam dan meremasnya. Aku benar-benar ingin Kakek Wiryo bisa menikmati dan bermain-main dengan setiap incinya dari tubuhku agar dia bisa 'nostalgia' dengan kehangatan serta kenikmatan yang bisa didapat dari tubuh seorang gadis muda sepertiku di umurnya yang sudah lanjut sekarang. Jadilah aku seperti sedang 'mengumpankan' payudaraku ke Kek Wiryo yang sudah seperti ikan yang terkena kail pancing. Habis kedua pucuk susuku diemut-emut dan digigitinya bergantian. Permukaan payudaraku yang putih mulus pun diciumi dan dicupangi penuh nafsu oleh lelaki tuaku ini. Pasti akan berbekas, pikirku. Tapi memang sudah sewajarnya Kek Wiryo memberikan 'tanda' di tubuhku yang sudah menjadi hak miliknya.



"Nggak keluar-keluar nih susu kamu, Hana".

"Ya kan Hana belum pernah hamil".

"Wah kalau gitu, biar Kakek yang hamilin kamu deh sekarang....", ujar Kek Wiryo dan menepuk kencang pantatku.

"Jangan donk, Kek...kan Hana masih sekolah....".

"Berarti kalo kamu udah lulus...nggak masalah donk???", goda Kek Wiryo.

"Hhmm....gimana yaa.....".

"Kalo Hana udah lulus....bikin kesebelasan juga, Hana siap....", godaku nakal. Hihihi, aku benar-benar suka mengobrol dan bercanda mesum sebagai selingan di sela-sela aktifitas seksual yang kulakukan. Saat bersama Pak Karso juga sering kami bercanda mesum selagi foreplay agar tidak melulu terbakar nafsu. Topiknya juga sama yakni membuatku hamil. Nampaknya jika sudah jadi kakek-kakek, para pria bakal memimpikan untuk menghamili gadis belia. Sebenarnya, aku tidak keberatan untuk dihamili oleh pria lansia seperti Kek Wiryo dan Pak Karso. Seperti yang sudah kubilang, bahkan aku berfantasi kalau alat intimku ini jadi bank sperma bagi Kek Wiryo dan Pak Karso sehingga setiap hari mereka bisa menyuntikkan benih mereka ke dalam rahimku yang sedang menuju masa 'matang' sebagai seorang perempuan, pastilah sel telurku akan kalah oleh serangan gencar benih mereka setiap harinya. Tapi, itu tentu hanya fantasi, kalau aku hamil sekarang, bisa berabe urusannya.



"Hana...udah siap?".

"Udah siap...Hana siap dipake sama Kek Wiryo....", ujarku cabul. Kami berdua tersenyum. Kurogoh benda yang dari tadi kutindih dengan selangkanganku. Tak perlu kubantu, benda itu langsung berdiri tegak mengacung ke atas. Kugenggam agar tidak kemana-mana. Perlahan kuturunkan tubuhku.






Goyangan Hana



"Eeeehhmmmmm......", lirihku pelan meresapi penis Kek Wiryo yang semakin 'menusuk' kemaluanku semakin dalam.

"Aahhhh.....akhirnyaaa.....", lenguh Kek Wiryo.

"Sempit punya kamu, Hana....ooohhh....", ujar Kek Wiryo. Kubalas dengan senyuman karena aku juga begitu meresapi penuhnya liang kewanitaanku dengan penis Kek Wiryo. Entah kenapa, ada perasaan plong atau lega seakan sesuatu yang sudah lama hilang kudapatkan kembali. Mungkinkah itu artinya penyakit seksualku yang menyimpang akhirnya terpenuhi kembali saat aku merasakan alat kawin Kek Wiryo menghuni liang kewanitaanku setelah sekian lama 'kosong' tidak bertuankan pria lansia? Karena setelah ditinggalkan Pak Karso, aku hanya bisa masturbasi sendiri saja?.



Tak tahu lah, yang pasti aku memejamkan mata untuk merasakan 'penuh'nya liang senggamaku dengan penis Kek Wiryo. Siapa yang mengira, di'ganjal' penis seorang pria tua dapat memberikan kelegaan padaku seperti ini. Kami berdua sama-sama saling menatap dan melempar senyum. Nampaknya Kek Wiryo juga puas akhirnya bisa merasakan betapa hangatnya liang senggama seorang wanita setelah sekian lama. Terlebih lagi, wanita itu adalah aku yang masih belia dengan tubuh ranumku.

"Niikmat sekali punya kamu, Hana.....hangat dan sempit...".

"Hihihihi.....", aku hanya tertawa kecil saja. Aku membalas perkataannya dengan mencumbu Kek Wiryo dengan agak sedikit menggoyang-goyangkan pinggulku untuk perlahan mengocok bagian tubuhnya yang sedang 'bersemayam' di dalam liang kewanitaanku.

"Mmmm......", kumulai menggerakkan pinggulku sambil terus kuciumi pria lansiaku ini.



"Cccppphhh....mmmmhhhh.....eehhhmmm.....". Stimulasi gesekan perlahan dinding vaginaku dengan batang penis Kek Wiryo yang ada kerutan membuat rasa nikmat ini semakin menjadi-jadi.

"Ooohh....Hanaaa.....teruussss", erang Kek Wiryo. Perlahan tapi pasti, kugerakkan pinggulku. Mata kami saling bertatapan, dan sama-sama tersenyum. Sepertinya Kek Wiryo berpikir sama denganku yakni, mulai bergoyangnya pinggulku menandakan kalau hubungan seksual antara dua insan yang beda 2 generasi dimulai. Tak ada perbedaan lagi bagi kami. Kami hanya sepasang pria dan wanita yang ingin meluapkan cinta & nafsu kami dengan saling mengadu alat kelamin. Kedua tangan keriput Kek Wiryo mulai mengelus-elus pinggangku seakan dia ingin mengikuti lekukan tubuhku dengan kedua tangannya sampai akhirnya tangannya sampai di buah dadaku. Diremasnya dan diguncangkan-guncangkan kedua 'susu'ku seperti mainan kenyal yang biasa dimainkan anak-anak.



Kuberikan senyumanku yang bercampur rasa nikmat yang mulai 'menyetrum' dari bagian bawah tubuhku. Tentu kedua buntalan daging kembarku bukan 'mainan' baru bagi Kek Wiryo. Setiap hari tanpa terkecuali, pria lansiaku ini 'memainkan' payudara ranumku yang mungkin masih akan bertumbuh ini. Diciumi, diremasi, dicubiti, dicupangi, dan digigiti pun pernah. Dia benar-benar gemas sekali dengan sepasang payudara yang begitu bulat membusung dan padat berisi milikku ini. Bahkan kedua buah dadaku ini sering jadi 'keset' untuk membersihkan kaki Kek Wiryo sebelum naik tempat tidur, dan aku senang sekali melakukan hal itu. Pinggulku terus bergerak perlahan 'menyendok' batang penis Kek Wiryo sementara kedua putingku sedang dipilin-pilin dan dipelintir perlahan olehnya yang membuatku menggelinjang keenakan. Kurendahkan tubuhku, langsung disambar lah bibirku. Dilumatnya habis-habisan penuh nafsu, tentu aku balas pagut tak mau kalah. Sambil tetap bercumbu, aku memeluk Kek Wiryo. Kumulai menaik-turunkan pinggulku.



"Uuuhhmmmmm.....ppkk....ppkkkk", suara lirihku diselingi bunyi 'tubrukan' selangkanganku dengan selangkangan Kek Wiryo. Aku bergoyang-goyang dan naik-turun begitu liarnya. Kek Wiryo agak kewalahan. Tiba-tiba dia menarik tubuhku turun.

"Pelan saja, Hana.....", bisiknya.

"Hehe.....iyaa...hhhh....Kekhhh.....maaf.....", jawabku dengan wajah yang kuyakin terlihat sedang 'nagih'. Sungguh aneh, biasanya pria yang keburu nafsu, ini malah aku, si perempuan yang terbawa nafsu. Padahal lawan bermainku juga seorang kakek-kakek. Jelas ini karena penyakit seksualku yang aktif membara karena sudah lama tidak bersenggama dengan pria lanjut usia. Aku mengatur nafas berusaha menekan nafsuku. Aku lumat perlahan mulut keriput Kek Wiryo untuk intermezzo. Tentu pinggulku tetap bergerak maju mundur untuk 'menggilas' pentungan milik Kek Wiryo namun dengan tempo yang pelan.

"Vagina kamu sempit dan hangat, Hana.....".



"Hihihi.....kontol Kek Wiryo juga keras n gede....", bisikku pelan.

"Uupsss, maaf Kek...", tambahku menyadari menggunakan kata agak kasar.

"Nggak apa-apa, Hana....Kakek suka kalo gadis secantik kamu ngomong jorok....".

"Hehehe....kalo gitu..Kakek juga dong...hhhhmmm....".

"Memek kamu peret ampun-ampunan, Hana....".

"Hihi....".

"Sekarang gantian....Kakek yang kerja".

"Memek Hana siaaap.....", ujarku cabul. Takut memberatkan Kek Wiryo, aku pun mengangkat vaginaku dan melepaskan 'rengkuhan' terhadap penis Kek Wiryo. Aku berbaring di sebelahnya, dia langsung menindih tubuhku.

"Hihihi.....hhhmmmm.....", aku menggeliat-geliat kegelian menerima serbuan ciuman dan jilatan Kek Wiryo di wajah dan leherku. Liurnya membasahi seluruh permukaan wajahku. Payudaraku pun kembali dicupangi hingga memerah sebelum akhirnya ia memasukkan 'kunci stang'nya ke dalam liang senggamaku.



"Mmmm.....". Kek Wiryo menatapku dengan pandangan nafsu. Sungguh malam yang benar-benar luar biasa untuk kami berdua.

"Aaahhhmmmm......", aku mulai mengeluarkan suara lembut saat Kek Wiryo mulai 'menggasak' liang senggamaku.

"Mmmhhhh....Keeekkkhhh......teruuussshhhh.....", erangku yang semakin keenakan dengan hantaman-hantaman penis Kek Wiryo di dalam rongga vaginaku.

"Ccllkk....cclllkkk.....", decak air menandakan kalau liang vaginaku sudah berpelumas demi memudahkan gerakan 'ular' Kek Wiryo yang bersarang di dalam.

"Eeemmhhhh......hhhh....uuuhhhmmmm.....", kusilangkan kedua kakiku di pinggang Kek Wiryo, refleks tubuhku yang begitu merasa nikmat dari hentakan penis kekasih tuaku ini. Tangan Kek Wiryo asik bermain-main dan meremasi kedua buah dadaku.

"Cccppphhhh....".

"Mmmmmm.....".



Otomatis aku menggeliat-geliat saat kakek tua kesayanganku ini 'istirahat' sebentar dari menggenjot vagina beliaku dengan mengenyot-ngenyot kedua kuncup susuku bergantian. Kek Wiryo memang pandai 'menggeluti' tubuhku semenjak aku jadi 'budak seks'nya dan dia bebas bermain-main dengan tubuh beliaku.

"Crrrpphhh...ssrrppphhh....", bunyi seruputan saat aku menjulurkan lidahku yang langsung disambar oleh Kek Wiryo dan menghisap liurku hingga lidahku kering. Aku membuka mulutku lebar-lebar.

"Emmmm....enaak, Kek...", komentarku sehabis menelan ludah Kek Wiryo yang dibuangnya ke dalam mulutku tanpa sisa.

"Lagi ?".

"Lagii....".

"Glek....". Tentu tanpa jijik, aku menelan ludah Kek Wiryo kedua kalinya. Aku adalah budak seksnya, tentu harus menerima semua pemberiannya dengan senang hati.

"Ccuuppphh...". Kami berlanjut saling berpagutan bibir sambil tetap vaginaku di 'bor' dan disundul-sundul penis Kek Wiryo.



Kami berdua benar-benar larut dalam nafsu dan kenikmatan tiada tara malam ini. Mungkin tak ada yang menyangka kalau persetubuhan antara gadis SMA dengan seorang kakek tua bisa seintim dan begitu bergairah seperti kami. Tak henti-hentinya kami bercumbu nafsu dan aku diciumi dan dijiliati oleh Kek Wiryo di selang-selang genjotannya. Tangannya pun tak bisa diam, 'memanjakan' bagian tubuhku dengan mengelu-elusnya. Kami tak tahu sudah berapa lama berbuat mesum sampai saat ini, yang kami ingin, malam ini tidak cepat berakhir sehingga kami bisa saling meluapkan nafsu kami dan aku bisa melayani Kek Wiryo dengan tubuhku selama mungkin.



"Eehhhmmm....Keekkhhh...Hana...dikitt...hhhh...lagiiii...hhhhhh", lirihku yang sudah tidak kuat menahan 'ledakan' nikmat yang sudah membendung ingin keluar dari tubuhku. Kek Wiryo tiba-tiba mencengkram pinggangku dan mulai menghentakkan penisnya semakin kuat dan cepat.

"Keekkhh...hhmmm....eeehhhmmm....Kekk....Wiryoooo.....hhhhh....uuuuuhhhmmmmmmm......". Tumbukan Kek Wiryo semakin mantap masuk ke dalam liang senggamaku.

"Aaaaaaahhhhh !!!!!! Keeekhhhhhhh !!!!!!". Sentakan terakhir yang begitu kuat sehingga penisnya masuk ke dalam liang vaginaku dengan sangat bertenaga mengantarkan orgasmeku. Kek Wiryo memelukku seraya aku merasakan kejutan listrik bertubi-tubi mengalir di sekujur tubuhku membuatku berkedut-kedut sehingga aku memeluk badan Kek Wiryo dengan sangat erat. Kek Wiryo diam seperti itu saja, membiarkanku menikmati momen orgasmeku dengan maksimal.

"Hhh....". Nafasku terengah-engah selesai orgasme. Kurasakan semburan cairan hangat dari dalam tubuhku agak tertahan karena tersumpal penis Kek Wiryo. Setelah agak beberapa lama, Kek Wiryo mengangkat tubuhku sehingga aku duduk di atas batang kejantanan Kek Wiryo dengan saling berhadap-hadapan.



"Desahan kamu, sangat berarti buat Kakek, Hana. Bidadariku.....".

"Cpphhh....", kulumat bibir tuanya dengan bibir tipisku.

"Hana bukan bidadari Kakek.....Hana, jablay Kakek....", bisikku nakal. Kek Wiryo tersenyum dan menatap mataku dalam-dalam. Senyumannya menggambarkan kepuasan sekaligus bangga. Nampaknya ia bangga, di umurnya yang sekarang apalagi setelah organ laki-lakinya sempat sudah tidak 'berfungsi', ia masih bisa membuatku yakni seorang gadis belia mendapatkan orgasme dari persetubuhan.

"Sekarang giliran Hana yang bikin Kakek keluar....mmmm", dengan itu aku pun langsung mengalungkan kedua tanganku ke leher Kek Wiryo dan mulai menggerakkan pinggulku naik-turun.

"Aaahhh aaahhhh hheemmmm......", desahku merasakan nikmatnya 'pentungan' tua Kek Wiryo yang terus-menerus menggesekki liang vaginaku karena gerakanku yang naik-turun.

"Mmmhh.....Kek.....kontol Kakek....kerasshhhhh.....", bisikku nakal.

"Enak ya, Hana ?".

"Bangeetthhhhh.....", balasku.



Aku peluk Kek Wiryo semakin erat, kugerakkan pinggulku maju mundur dengan semakin intens. Kek Wiryo juga memelukku agar tubuhku tidak jatuh ke belakang. Sesekali aku berhenti bergerak untuk membiarkan bibirku dilumat penuh nafsu oleh Kek Wiryo dan juga sesekali dia memberiku 'hiasan' cantik berupa cupangan demi cupangan di leher dan di atas dadaku. Oohhh !!!! Seks seperti ini yang kubutuhkan, aku merasa begitu dikuasai sekaligus begitu diinginkan. Ternyata tubuhku menagih rasa ini, rasa yang kudapatkan setiap kali diintimi oleh Pak Karso dulu. Nafas kami sudah saling menderu, tak karuan. Peluh keringat sudah bercucuran meski ac terpasang pada suhu rendah. Tiba-tiba Kek Wiryo menurunkanku sehingga aku kembali ke posisi 'missionare'. Langsung saja Kek Wiryo tancap gas dan 'memborbardir' liang vaginaku dengan sangat cepat dan bertenaga menggunakan 'tongkat sodok' miliknya.

"Aaah aaah...Keekkkhh...aaaahhh.....hhheemmm.....", erangku terguncang-guncang mengikut setiap gerakan tarik-ulur penis Kek Wiryo yang 'mengait' kemaluanku dengan mantap.

"Cckkk cclllkk ccllkkk !!!!", bunyi decak air begitu kencang karena liang kewanitaanku yang sudah begitu 'licin' oleh pelumas. Aku tak kuat lagi menahan gempuran senjata veteran Kek Wiryo.



"Aahh...Kek....hhhh.....Han...aaaahhhh....lagiiiihhhhh !!!!", erangku lepas seraya mengeluarkan puncak kenikmatanku lagi. Kek Wiryo pun kali ini diam kembali namun menutup mata. Seakan dia meresapi penisnya yang hangat karena kembali 'disiram kuah' oleh vaginaku.

"Hhhh.....Hana.....kalah....lagi.....", desahku seraya mengatur nafas.

"Kakek.....hhhh....curanghhh....", protesku karena tiba-tiba ia menggempurku sebegitu intensnya.

"Eeiittsss.....kalo jablay....nggak boleh protes....", katanya sambil menutup bibirku dengan jari telunjuknya.

"Ooh iyaaa....mmm", senyumku nakal. Kami pun beristirahat sebentar, tentu dengan alat kelamin kami yang masih saling 'mengait'.

"Siap Kakek pacul lagi ??".

"Siap...selalu....Kakek sayang.....", ujarku manja dan lalu mengemut jari telunjuknya itu dengan nakal. Hanya ada kami berdua, tentu Kek Wiryo bebas 'mengendarai' jablaynya yakni aku, sesuka hatinya. Kami pun bisa berlama-lama mengumbar hawa nafsu karena ini adalah malam pertama kami sebagai partner sex atau lebih tepatnya, si kakek tua & jablaynya. Malam pengukuhan bagiku untuk menyerahkan tubuh beliaku yang masih ranum dan selama ini tak 'bertuan' semenjak ditinggal Pak Karso menjadi hak milik Kek Wiryo sampai seterusnya.



Kali ini, aku tak mau kalah lagi dengan Kek Wiryo, ucapku mantap dalam hati. Percuma saja kalau aku kalah lagi, padahal dulu hampir setiap hari, aku dicabuli Pak Karso. Namun, aku merasa lega juga. Bagaimana tidak ? Yang tadinya Kek Wiryo susah sekali ereksi karena faktor biologis di usianya, dengan latihanku dan tentu dengan tubuhku, beliau bisa perkasa lagi dan aku menjadi 'wadah' spermanya yang pertama setelah mendapatkan keperkasaannya kembali. Bahkan, aku sampai 'kalah' dan agak kewalahan. Suara decak air, nafas yang memburu, decitan bibir yang saling menempel, dan tentu desahan, lirihan, serta erangan kami benar-benar memenuhi ruangan dan begitu lepas. Rumah yang begitu besar, megah, dan luas. Tak akan ada orang di luar rumah yang tahu atau menduga kalau di dalam rumah ini ada kakek tua yang sedang asyik mencabuli seorang gadis SMA dengan sama-sama bernafsunya.

Akhirnya setelah sudah berpeluh keringat, aku berhasil 'memojokkan' Kek Wiryo dengan posisi reverse-woman on top.



"Hana.....hhh....Kakek.....udah....nggak kuaaat....", ujarnya.

"Aaah...Hanaaaa....hhhhh". Dengan segera kuangkat pantatku, aku kocok penis Kek Wiryo dengan semangat. Kurasakan batangnya berdenyut semakin cepat, dan kepala penisnya sudah mulai berubah warna.

"Crrrooottthhhh !!!! Crrrooottthh !!!!".

"Haanaaaaa !!!!!!", erang Kek Wiryo seraya menembakkan spermanya.

"Aaah....", aku agak kaget sehingga aku menutup mata kananku karena semburan sperma Kek Wiryo mengarah ke situ. Aku memang sengaja mengarahkan 'pipa hidran' milik Kek Wiryo ke wajahku. Daripada spermanya kemana-mana, lebih baik kujadikan wajahku sebagai 'sasaran tembak' sperma Kek Wiryo. Tentu, sudah sering aku memakai 'masker' sperma dari Kek Wiryo.

"Ccrrtt...", kurut-urut batangnya untuk mengeluarkan sisa sperma dari 'selang'nya itu. Kutadahkan tangan kananku untuk menampung sisa sperma yang meleleh keluar dari lubang kencing Kek Wiryo.



"Ssrrpphh....ssllrrrppp", kusedot kuat-kuat seraya mengkilik lubang kencing Kek Wiryo. Kujilati seluruh batang sampai ke buah pelirnya untuk memastikan sperma Kek Wiryo tidak ada yang berceceran. Dan tanpa ragu, kutempelkan sisa sperma di tanganku ke wajahku dan kuratakan sperma Kek Wiryo di sekujur wajahku. Hei, ini krim anti-aging yang baik dan alami karena mengandung banyak protein & nutrisi melebihi krim wajah manapun, yaah setidaknya itu yang kubaca dari internet. Wajahku terasa lengket tapi juga hangat. Jariku kukulum satu persatu.






Minuman 'Nutrisi' Hana



"Hihihi....asiin seperti biasa...", komentarku merasakan sperma Kek Wiryo. Lelah kami berdua, kami pun tidur bersebelahan dengan aku menyamping memeluk Kek Wiryo. Sperma Kek Wiryo pun mulai mengering sembari kami berdua beristirahatkan tubuh kami setelah hampir 1 jam bersenggama secara perdana dengan sangat intens.

"Malam pertama yang kedua....", ujar Kek Wiryo.

"Hihihi....sama cewek SMA".

"Iyaa...udah gitu cantik banget lagi...".

"Ah, Kek Wiryo gombal terus....".

"Bener deh....pasti temen-temen kamu yang cowok sering ngebayangin atau mimpi jorok sama kamu...eh malah Kakek yang ketiban cewek ABG cantik kayak kamu....".

"Berarti Hana emang jodohnya Kek Wiryo....", godaku.

"Kalau jodoh....boleh dong....keluar di dalem....".

"Nanti yaa, Kek....seenggaknya Hana lulus SMA dulu....".

"Janji yaa ?".

"Iyaaa....malah nanti Kek Wiryo WAJIB keluarin peju di dalam memek Hana", tantangku.

"Nanti kamu hamil gimana ?".



"Justru itu.....biar Kek Wiryo harus nikahin Hana....".

"Kalau itu mah gak usah dipaksa...siapa juga yang gak mau nikahin bidadari kayak kamu....udah gitu sekel banget", ucapnya seraya menepuk pantatku kencang.

"Baguuuuss deeh kalo gitu....".

"Oh iya, Hana....kayaknya yang ini belum kena kontol deh", ujar Kek Wiryo cabul sambil mulai mengorek-ngorek lubang pantatku.

"Mau nyobain semua ya, Kek ?", godaku.

"Iya dong, barang bagus mesti dicobain semua sampai puasss....hehehe".

"Huuu....dasar Kek Wiryo.....emangnya Hana barang elektronik".

"Btw....emang Kek Wiryo udah siap lagi ?", tanyaku menantang.

"Nggak liat kamu....tuh....", tunjuknya ke penisnya.

"Ehhh....dedeknya udah bangun lagi.....", ucapku manja seraya langsung mengecup-ngecup kepala penisnya.

"Kok cepet banget, Kek ?".

"Kalo deket cewek SMA yang bening kayak kamu....siapa yang nggak cepet ngaceng....udah gitu bugil lagi....duuuh....bikin cepet-cepet pengen bikin dedek bayi....".

"Hihihi....Kek Wiryo....", balasku gemas yang kubalas dengan kecupan mesra di buah pelirnya.



Dan tanpa buang waktu lagi, kami pun kembali bergumul malam itu. Malam 'pertama' kami sebagai pasangan kakek-gadis SMA secara sah. Kek Wiryo pun jadi bersemangat merengkuh dan menikmati kehangatan tubuhku sampai kami 3x saling adu kelamin hingga orgasme. Kami akhirnya tidur karena sudah kelelahan, yang pasti mulai malam ini, vagina, mulut, pantat, dan seluruh tubuhku sudah resmi di klaim oleh Kek Wiryo sebagai 'sarang' kenikmatannya yang bisa ia nikmati kapan saja dan dimana saja asalkan hanya ada kami berdua. Aku tertidur menyusul Kek Wiryo yang nampaknya sudah pulas. Raut wajahnya kelihatan begitu lega dan puas. Bagaimana tidak, 3 kali ia menggunakan tubuhku untuk ejakulasi. Aku pun menggenggam pelan kantung pelirnya.



"Pasti udah keriing kerontang niih dalemnya", pikirku dalam hati karena isinya alias air maninya sudah disemburkan keluar semua dan berpindah ke tubuhku, tepatnya wajahku, payudaraku, dan tentu sudah masuk juga ke dalam lambungku lewat kerongkonganku. Latihan kami tidak sia-sia, aku yang punya perilaku seks menyimpang ,gerontophilia, ini akhirnya mempunyai lagi 'tambatan hati' untuk mengolah tubuhku yang masih belia dengan segala kenikmatan dunia setelah ditinggal cinta pertamaku yang juga seorang pria tua yakni, Pak Karso. Hoooaahhhmmm, aku sangat mengantuk, aku mulai menutup mata, merasa begitu lepas dan enteng karena lelahnya tubuhku setelah digumuli Kek Wiryo sampai kami berdua benar-benar puas.



Dan setelah malam itu, tentu kami berdua semakin rajin berhubungan intim. Kami berbuat mesum dimana-mana di rumah itu. Di kamar tidur, kamar mandi, dapur, ruang tamu, ruang tengah, di atas meja makan, pokoknya segala sudut rumah ini bisa jadi 'medan tempur' kami berdua. Tidak ada yang bisa menghentikan Kek Wiryo untuk mencabuliku karena memang hanya ada kami berdua di dalam rumah ini sampai berhari-hari ke depan.

"Ting tong....".

"Bruk bruukk...bruuk". Secepat kilat aku bangun dari ranjang.

"Eh Hana !!! Mau kemana kamu ??!!".

"Mau bukain pintu lah, Kek....".

"Iyaaa, tapi pake baju dulu kamu....".

"Eh ?? Hana lupa.....kebiasaan telanjang sih....", candaku sambil mengenakan pakaian.

"Eh Pak Aryo...Bu Dewi...udah pulang". Benar dugaanku, hari ini memang harusnya sudah pulang. Aku cuma tidak menyangka kalau jam segini karena jam segini biasanya aku sedang 'menyusui' Kek Wiryo setelah selesai bercinta di sore hari. Mereka cukup kaget melihat Kek Wiryo yang begitu cerah dan riang menyambut mereka. Raut muka mereka yang lelah seakan langsung hilang dengan senyuman mereka melihat Kek Wiryo begitu berubah dibandingkan saat ditinggal. Iyalah, berminggu-minggu dijagain sama cewek SMA yang selalu bugil tiap hari n bisa dicabulin terus, kakek mana yang tidak 'happy' ditinggal bersamaku, pikirku dalam hati. Setelah mengobrol santai sejenak dengan mereka semua, aku pamit pulang.



"Hana...terima kasih banyak. Kok Kek Wiryo jadi berubah drastis semenjak dijaga kamu ?", tanya Bu Dewi mengajakku agak menjauhi Pak Aryo dan Kek Wiryo.

"Hana gitu loohh....hihihi", jawabku.

"Memang hebat ya kamu....untung sekali Tante minta bantuan kamu, Hana....".

"Hihihi....tenang, Bu Dewi....kalau sama Hana...semua rebeesss....".

"Uugghh....kamu...udah cantik, pinter ngambil hati orang lagi....", ucap Bu Dewi sambil mencubit pipiku gemas.

"Pak Aryo....Hana pulang dulu yaa...", izinku.

"Tunggu Hana....ini oleh-oleh buat kamu....".

"Aduuh...Pak Aryo...nggak usah....bener deh....".

"Ini...ambil aja....kamu kan sudah bantu keluarga kita....".

"Ayo Hana. Ambil, nanti kalau nggak diambil, kita malah marah lho...", pungkas Bu Dewi.

"Yaah...yaudah deh...ini, saya terima ya, Pak...terima kasih banyak Pak Aryo, Bu Dewi....".

"Pah...jadi gimana, misalkan nanti kalau dijagain sama Hana lagi...Papah mau ?".

"Harus Hana yang jagain...nggak mau yang lain...", jawab Kek Wiryo pasti.



"Duuuhh...ati-ati Hana....ada yang cinta pada pandangan pertama...nanti bisa-bisa....kamu malah jadi ibu tiri kita lagi....", goda Bu Dewi.

"Aah Bu Dewi....Kek Wiryo....Hana jadi maluu niiih....". Sepertinya Pak Aryo dan Bu Dewi sama sekali tidak curiga dengan gelagat kami berdua, malah menganggap hanya bercandaan saja. Padahal memang benar itu kejadiannya dan mungkin hanya tinggal menunggu waktu untuk aku benar-benar jadi ibu tiri mereka. Whaaat ????.

"Kek...Hana pulang dulu ya....", ucapku sambil memeluknya.

"Jagain Kakek lagi yaaa pake body kamu yang semok itu...", bisik Kek Wiryo.

"Tenang....nanti kalau Hana jagain lagi....Hana kuras deh sampe kering...itu punya Kakek....", balasku berbisik.

"Pak Aryo...Bu Dewi....Hana pulang dulu yaa...Kek Wiryo...bye-byeeee....".

Aku buru-buru 'kabur' dari mereka karena aku baru ingat kalau di bagian dalam celana yang kukenakan, ada sperma Kek Wiryo karena tadi ia iseng 'menodai' celanaku bagian dalamnya dengan sperma agar aku daerah intimku terkena spermanya dan ia berhasil karena tadi aku buru-buru memakai celana sehingga aku tidak ngeh dengan celanaku. Pantas rasanya dari tadi ada perasaan dingin dan basah, pas di selangkanganku. Untungnya pas sudah sampai di rumah, ibu sedang sibuk di warung. Aku bergegas ke kamar dan membuka celanaku.

"Hmmm....dasar Kek Wiryo....bisa aja jebakannya....", ujarku sambil memperhatikan selangkanganku yang terasa lengket dan celanaku yang ada noda basah di sana. Aku pun langsung mandi sambil mengucek bekas air mani Kek Wiryo di celanaku sambil tersenyum-senyum sendiri mengingat statusku yang sudah resmi 'dimiliki' lagi oleh seorang pria tua yakni Kek Wiryo.

Rasa cinta memang tidak terbatas usia dan golongan. Tak kusangka, kini aku benar-benar semakin menyukai yang namanya digumuli pria tua dengan usianya 2x lipat lebih dari umurku. Who knows, aku akan menjadi apa ke depannya.

Aku yang menjalani hidupku, setapak demi setapak. Tiada urusan orang lain sambil tetap berimajinasi kalau beneran sampai dinikahi Pak Karso dan Kek Wiryo bersamaan, aku harus mengenakan pakaian sexy seperti tiap hari untuk memanjakan mata kedua lansia kesayanganku.




Bayangan Pakaian Hana Jika Menikah Dengan 2 Lansianya

Home Page (Index Halaman)

Episode 3a : Keisengan Lansia Penikmat Tubuhku
 
Terakhir diubah:
Ane bikin cerita sma sampe tamat aman-aman aja, malah dapet hadiah dari mimin ;)
Yang penting umur 18+
Semangat hu, bikin ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd