Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT PPKM (Perempuan Pelayan Kakek & Mamang)

Bimabet
Home Page (Index Halaman)

Episode 3a : Keisengan Lansia Pemilik Tubuhku

Episode 3b : Jenis Baru Pelanggan Tubuhku

“Hmmm...apa ini....", ada seperti benda kertas di dalam kolong mejaku sesampainya aku di sekolah dan duduk di mejaku. Amplopnya agak beda, berwarna cukup cantik dan wangi parfum.
Bukannya aku mau menyombongkan diri, tapi dari puluhan kali pengalamanku di SMP dan juga SMA, ini adalah surat cinta. Seingatku, semua cowok di kelasku yang agak dekat denganku, sudah ku beri pertanda tegas kalau aku tidak tertarik dengan mereka.
Kubaca surat itu, tulisannya rapih, bagus, dan bisa kubilang kalau yang menulis itu mempunyai skill literatur yang tinggi karena kutemukan banyak kata bagus yang aku sendiri pun tidak pernah tahu kalau kata itu ada.
Intinya surat itu, memintaku untuk datang ke gudang belakang sekolah pada jam 5. Seperti film drama saja, pikirku. Biasanya, setelah surat cinta, datanglah WA message 'penembakan'.

"Cklkk....emm....halo...?". Kulihat, ada siluet orang di dalam gudang. Begitu dia balik badan, aku langsung kaget.
"Hana.....", sapanya pelan.
"eh...Sheila...", aku agak kebingungan.
"Kamu ngapain di sini....?", tanyaku untuk memastikan bahwa dia pengirim surat yang kupegang.
"Surat itu...aku yang buat....".
"Aah...kamu, Sheila ? Pasti iseng ya, mau ngerjain aku? Apa jangan-jangan kamu latian sebelum bikin surat ke cowo yang kamu taksir ?", godaku.
"Surat itu buat kamu....", jawab Sheila setelah menggelengkan kepalanya.
"Ha? Buat aku?".
"Iyaa....".
"Gimana nih....aku jadi bingung....?".
"Mm....aku....suka sama kamu....".
"Ha? Suka sebagai teman kan ?".
"Lebih dari itu....aku ingin jadi pacar kamu....".
"Mmm....". Sumpah, aku bingung, baru kali ini, aku ditembak oleh cewek seumur hidupku.
"Maaf....aku egois, aku cuma ingin menyatakan perasaan aku ke kamu....daripada aku nyesel....".
".....", aku masih bingung meskipun dia telah melewatiku keluar dari gudang dan bisa kulihat sedikit matanya agak membengkak. Dia meninggalkanku dalam kebingungan di dalam gudang.


Sheila


Setelah sadar, aku pun menyusul dia, tapi sepertinya dia sudah pulang. Pulang sekolah, aku masih dalam keadaan bingung. Namun, bertemu dengan 'tukang bor' kemaluanku dan 'bor'nya yang usang itu membuatku lupa sementara. Setelah sesi gelutan intens antara pria keriput dan dara SMA serta air mani sudah selesai di 'transfer' dari kantung zakar si kakek tua ke tubuh belia gadis SMA, barulah aku ingat masalah Sheila tadi. Aku cerita pada Kek Wiryo. Nasihatnya, aku harus menemuinya dan menghadapinya, agar tidak ada yang aneh-aneh ke depannya. Namun, setelah kejadian itu, Sheila malah selalu menghindariku. Tapi, akhirnya, aku punya kesempatan saat jemputan Sheila sedang datang telat sehingga dia menunggu sendirian.
"Eh Sheila....".
"Ha...hana....", ujarnya ragu dan tak berani memandang mataku.
"Belum datang jemputannya?".
"Belum....", jawabnya singkat.
"Pulang bareng aku aja yuuk....".
"....".
"Ayoo...udah naik....sesekali naik motor....". Dengan agak ragu, Sheila naik membonceng motorku.
"Pegangan, Shei...". Aku menarik tangannya ke pinggangku dan mengarahkannya supaya dia memelukku dari belakang.
"Yuuuk...", ujarku sebelum menarik gas. Dengan diarahkan Sheila, kami pun sampai di rumahnya.

"Ma...masuk du..lu, Na...".
"Boleh ?". Dia pun mengangguk.
"Udah pulang, non ?".
"Iya, Bi...".
"Eh non, bawa temen ?".
"Halo, Mbak....".
"Iya, neng".
"Pak Suto kemana, Bi ?".
"Sakit, non. Tadi pas mau berangkat jemput, non. Katanya dia keliyengan, makanya dia pulang. Dia nitip pesen ke non, minta maaf...".
"Ooh iya, gak apa-apa, Bi. Aku ke kamar dulu yaa...".
"Iya, non...". Sheila cuma menengok ke arahku sebelum naik ke atas. Kamarnya ada di lantai dua.
"Ayo masuk, Na....". Wow, kamarnya luas, harum, dan rapih. Tapi memang lebih luas kamar Kek Wiryo sih, tapi tetap saja luas jika dibandingkan dengan kamarku di rumah.
"Maaf, aku ganti baju dulu yaa...". Sheila tetap menghindari bertatap mata denganku. Selagi menunggu, Aku memperhatikan seluruh sudut kamarnya. Sepertinya dia suka komik-komik jepang yang bertipe romantis. Kamarnya benar-benar rapih, namun fotonya malah jarang sekali.
"Diminum dulu, non...".
"Eh iyaa...makasih...Bi...siapa ?".
"Panggil aja Bi Ijah....".
"Ooh oke Bi Ijah...makasih yaa Bi...".
"Iyaa...non Sheila kemana, non ?".
"Lagi ganti baju di kamar mandi".
"Oooh...yaudah Bibi tinggal dulu yaa..".
"Iyaa, Bi...".

Tak lama Sheila keluar. Pakaian rumahnya terlihat kalau ini bukan pakaian rumah biasa, setidaknya cukup mahal. Tercipta suasana tidak nyaman di antara kami yang hanya saling duduk tanpa mengobrol
"Hmmm....kamar kamu rapih banget...", ucapku untuk memecah kesunyian.
"Iyaa...". Ceph, cuma sampai segitu, aku jadi bingung juga.
"Shei...aku boleh ke kamar mandi ??".
"Oh iya, boleh". Aku beralasan ke kamar mandi, sebenarnya untuk mencari topik pembicaraan. Pas aku keluar, kulihat Sheila sudah membungkukkan badannya ke arahku.
"Kamu...kenapa ?".
"Hana....aku mohon dengan sangat....kamu jangan nyebarin kejadian waktu itu...kalau kamu mau minta uang...aku kasih....".
"Ha?". Aku buru-buru mengarahkan agar Sheila tidak membungkuk lagi ke arahku, kutuntun kedua tangannya dan kami berdua duduk di kasur.
"Kamu ngomong apa?".
"Kejadian...waktu itu....tolong jangan disebar....".
"Kenapa kamu mikir aku bakalan nyebar ?".
"Kamu...cewek paling famous...".
"Lah? Siapa yang bilang...terus kalau aku misalkan emang bener...kamu pikir aku bakalan nyebar hal-hal begitu...?".
".....".

"Aku nggak nyangka...ternyata kamu pikir aku bakalan bully kamu...? Kamu bener-bener pikiran sempit....". Dia hanya menunduk, kulihat badannya bergetar, entah ketakutan atau ingin menangis.
"Apa jangan-jangan, itu alesan kamu, setelah kejadian itu, malah berusaha hindarin aku ?". Dia tidak menjawab, hanya diam tertunduk saja.
"Jawab....", suaraku agak tinggi.
"Ii...iyaaa...".
"Gimana....kalo....aku minta kamu jadi temen tapi pacar....?". Dia langsung mengangkat kepalanya dan menatapku dengan kebingungan. Aku memegang pundaknya.
"Gimana....", tanyaku sambil tersenyum.
"Ma...maksud...kamu...?".
"Kamu...aku....", ucapku sebelum membentuk simbol hati dengan telunjuk dan jempolku.
"Tapi....kamu...kan..normal....".
"Normal ?".
"Iyaa, punya pacar....".
"Iya sih, tapi nggak nutup kemungkinan kalau aku juga suka cewek....".
"Pasti...kamu...lagi ngeledekkin aku.....". Lucu juga, Sheila terkenal pendiam sekali di kelas, disiplin dan kaku kalau diajak berbicara. Tapi, yang kulihat sekarang, Sheila yang salah tingkah, wajah mulai agak memerah. Aku tidak menjawab, langsung kupeluk Sheila.
"Aku serius....".
"Tapi....".
"Sshhh....jawab aja...mau atau nggak....?", jawabku sambil mengunci mulutnya dengan jari telunjukku. Dia mengangguk malu-malu.

"Hihihi...sekarang kita resmi temen pacar....", sebutku sambil mengaitkan kelingking kami berdua. Nampaknya Sheila masih bingung kenapa aku berbicara demikian.
"Tapi...Hana...kamu kan normal....".
"Normal maksudnya punya cowok gitu ?".
"Iyaa...banyak cowok yang pengen jadi pacar kamu....".
"Kok kamu tahu??".
"Aku....perhatiin....kamu...terus...", jawabnya pelan malu-malu.
"Terus..kamu cemburu....?", godaku.
"Mm.....", dia tidak menjawab, hanya membuang muka saja.
"Hihihi....".
"Aku emang punya pacar cowok, tapi bukan satu sekolah....".
"Ooh....".
"Tapi sekarang, aku juga punya kamu....". Kulihat dia salah tingkah, dan menyembunyikan wajah merahnya karena malu
"Normal hanya sebuah kata yang diciptain komunitas sekitar kita aja. Perasaan suka itu nggak bisa dikontrol jadi bagi aku itu normal-normal aja...", ujarku menyemangatinya.
"Hana.....". Sambil berpegangan tangan, aku pun memancing Sheila lebih terbuka. Lama kelamaan, dia mulai nyaman berbicara denganku. Kami pun berbicara dari alasan aku mau menerima dia yang tidak 'normal' sampai ke alasan dia suka padaku yang sama-sama perempuan.

"Hana...aku...", ujarnya sambil tersedu-sedu karena menangis. Menangis karena tidak menyangka kalau aku menerimanya.
"Udaah....lagian kamu siih....nggak kasih aku kesempatan waktu itu...main kabur aja....". Dia hanya tersenyum sambil menyeka air matanya. Senyuman lepas seperti orang yang bebannya sudah terangkat.
"Hana.....terima kasih....", bisiknya sambil memelukku erat.
"Tolong jaga rahasiaku....".
"Pasti, Shei...". Kami pun saling beradu kening, tercipta momen sunyi nan haru. Sekitar 2 menitan, kami begini. Tiba-tiba...
"Ccpphh....". Aku cukup kaget karena Sheila mencium bibirku lembut. Ciumann yang penuh perasaan begini tak mungkin tak kubalas. Kami berdua saling mengadu bibir lembut.
"Cph....cph...." Kecupan kecil di bibirku sebelum Sheila menarik bibirnya.
"That was my first kiss....", kulihat air mata kembali mulai merembes keluar dari sudut matanya.
"And...you gave it to me?".
"Yes, because you're my first love....".
"Then.....".
"Cppphh....cccphhhh...ccllpphh....", kucium lagi bibirnya yang merah alami itu. Kali ini lebih lama kupagut bibirnya. Dia menutup matanya, menikmati ciuman kami berdua.
"That's your daily kiss....everday, starts from now. I'll give you kiss. And you're free to kiss me too". Sheila pun memelukku lagi. Sejak saat itu, kami menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Di sekolah, tentu kuajak Sheila bergabung juga. Memang, awalnya yang lain pada heran, kenapa tiba-tiba Sheila begitu dekat denganku. Aku bilang saja, dia meminjamiku catatannya dan sering pulang bersama karena memang begitu adanya.

"Hana.....", ucap Sheila pelan sambil menarik bajuku.
"Kenapa ?", kami pun berhenti sementara yang lain tetap berjalan menuju kelas usai makan di kantin.
"Kiss......", jawabnya pelan. Aku pun tersenyum.
"Guys...gue ke toilet dulu....", ujarku sedikit teriak. Kami berdua masuk ke dalam bilik toilet kosong setelah aku yakin tidak ada siapa-siapa. Aku pun langsung memojokkannya ke dinding bilik. Dia kelihatan sedikit tegang dan menutup mata.
"Kenapa tegang, Shei? Kan kita udah pernah....".
"Iyaa...tapi ini di sekolah....".
"Kan tadi kamu yang minta....".
"....", wajahnya agak memerah. Merasa gemas, akupun langsung mencaplok bibirnya yang memang tipis itu.
"Cccphhh...mmmhhh....ccpphhh...". Kami bercumbu, bibir kami saling pagut, lidah kami saling bertaut, tak ada yang mau mengalah. Kami berdua saling bertatapan, menikmati momen cumbuan lesbi kami ini. Hembusan nafasku dan nafasnya saling beradu, semaking menghangatkan tubuh kami. Dua orang gadis belia saling bercumbu dengan hasrat nafsu.
"Emmhhh...Hanaa....", lirihnya pelan saat aku menciumi lehernya. Puas menjilati lehernya, aku pun memagut bibirnya lagi.
"Krriiiiingg.....", bunyi bel sekolah menandakan harus masuk kelas. Aku pun menarik bibirku menjauh dari bibirnya. Benang air liur pun terbentuk diantar mulut kami. Kami berdua tersenyum saling bertatapan dan menempelkan jidat.
"Thanks, honey....".
"No, thanks you....", jawabku sebelum mengecup bibirnya sekali lagi. Kami berdua masuk kelas. Begitulah sekarang hubungan kami, sejak itu Sheila sering meminta 'jatah'nya di sekolah sambil malu-malu. Tapi, kalau di rumahnya aku di 'perkosa' olehnya. Bibirku sampai ledes dibuatnya. Setiap hari sepulang sekolah, aku ke rumah Sheila, namun hanya sampai jam 7, setelah itu aku pulang.

Aku tak melupakan tugasku, yakni sebagai gadis 'pengepul' air mani kakek kesayanganku yakni Kakek Wiryo karena kantung zakar keriputnya itu harus kosong setiap malam supaya nanti ketika aku sudah lulus SMA, Kakek Wiryo mempunyai sperma yang kuat untuk bisa membuahiku. Sel telur gadis belia sepertiku pastinya lebih kuat dari sperma uzur milik Kek Wiryo, maka dari itu, aku harus terus menghabiskan persediaan air mani Kek Wiryo setiap hari agar semakin kuat nantinya. Aku sering menghayal, andai saja Pak Karso tak meninggalkanku dan aku tetap mengenal Kek Wiryo.
Pastilah saat ini kuundang Pak Karso untuk tinggal bersamaku dan Kek Wiryo. Dengan begitu, imajinasi liarku bisa terkabul, lulus SMA, aku akan minta Kek Wiryo membelikan rumah sederhana untuk kita bertiga dan tentu setiap hari rahimku akan disiram sperma oleh mereka berdua.
Kek Wiryo dan Pak Karso pasti akan menggilir tubuhku dan akan bahu membahu menggenangi rahimku dengan sperma mereka atau bahkan menyuapiku dengan 'senapan' usang mereka itu. Ooh tak terbayang, jika benar terjadi seperti itu, pasti lah rahimku akan cepat jebol karena digilir mereka berdua.
Kakek Wiryo pun sudah tahu identitas Pak Karso. Aku curhat kepadanya.
Dia bahkan bilang kepadaku kalau dia berterima kasih kepada Pak Karso. Mungkin karena dia memerawaniku dan membuatku menjadi 'menyimpang', Kek Wiryo bisa bertemu denganku dan bisa merasakan kehangatan wanita lagi melalui tubuhku. Aku bahkan pernah bertanya jika aku bisa bertemu dengan Pak Karso lagi, bagaimana reaksinya. Dia malah menjawab, akan cepat-cepat membeli rumah agar kami bertiga bisa tinggal bersama supaya mereka berdua bisa bebas menggauliku dan menghamiliku berkali-kali. Pas sesuai dengan imajinasiku. Oh, Pak Karso, dimana kamu.....

Tapi, itu nanti. Sekarang, aku sedang fokus kepada makhluk cantik yang ada di pelukanku. Dia sedang tertidur dan memelukku.
"Halo...Kek...kayaknya Hana..nggak bisa pulang deh...".
"Kenapa...".
"Ini Sheila tidur...kayaknya dia lagi sedih....tadi abis curhat tentang orang tuanya....".
"Hmmm.....".
"Maaf, Kek....".
"Ya mau gimana lagi....".
"Hm....yaudah, karena Hana yang salah....besok malem....Kakek....tumpahin di dalem....".
"Maksud kamu...?".
"Iyaa.....keluarin di dalem....".
"Yang bener kamu.....?", tanyanya sedikit girang.
"Iyaa, kakek....".
"Tapi kalo nanti kamu hamil....gimana ?".
"Ya nggak apa-apa....Kakek mau tanggung jawab kan ?".
"Pastii, dong....".
"Yaudah...besok yaa....tapi besok doang looh....jangan terus-terusan....".
"Siiaaap, bidadariku....". Aku tersenyum, gara-gara imajinasiku tadi, vaginaku jadi 'menagih' untuk digenangi sperma.
"Yaudah, Kek....Hana mau bangunin Sheila dulu yaa...".
"Iyaa...ati-ati yaa di sana....". Setelah kututup telpon, aku pun bergerak perlahan turun dari tempat tidurnya agar tidak membangunkannya. Usai dari kamar mandi, aku pun kembali perlahan naik ke tempat tidurnya dimana Sheila masih tertidur dengan mata sembapnya sehabis menangis tadi.

"Hana...maaf...aku ketiduran....".
"Iyaa...nggak apa-apa....", balasku sambil mengelus-elus kepalanya.
"Emm....", Sheila kembali memelukku erat.
"Eh....Hana....kamu....", tangannya bergerak ke buah dadaku.
"Nggak pake baju....".
"Iyaaa...", jawabku lalu tersenyum. Entah seakan tak percaya atau ingin melihatku, dia langsung membuka selimutku. Dia langsung terdiam, matanya terpaku pada tubuhku.
"Ba..badan kamu.....bagus banget....", pujinya. Apakah ini tatapan seorang lesbi ? Tatapan matanya yang memandangi tubuhku yang tidak tertutup apa-apa ini sama seperti saat Pak Karso / Kakek Wiryo melihat tubuhku pertama kali.
"Aku bugil.....", bisikku. Dia memang seorang lesbi dan suka padaku, tapi nampaknya dia masih bingung harus apa. Aku dorong Sheila perlahan hingga tidur terlentang. Aku merangkak pelan naik ke atas tubuhnya.
"Aku akan perkosa kamu....di rumah kamu sendiri....", bisikku seraya menjilat kuping kanannya.
"Hana....", dia tidak berani memandangku, dia melihat ke samping. Wajahnya memerah, sesekali dia melirih pelan menerima rangsangan-rangsanganku dengan cara menjilati leher dan wajahnya.
“Ccpph ccpphh…hmmmm….ccccppppp….”, aku lumat bibirnya, kusilangkan lidahku dengan lidahnya. Sheila yang sudah biasa bercumbu denganku langsung membalas pagutan dan belitan lidahku. Dia memelukku lebih erat, menarikku semakin dalam ke pelukannya seakan tidak membolehkanku pergi dan mengakhiri cumbuan kami. Kulihat Sheila menutup matanya, dia benar-benar meresapi ciumanku.

Dia membuka mata, menatapku setelah kutuntun kedua tangannya ke buah dadaku.
“Hana….payudara kamu….kenyal dan besar…..”, komentarnya. Aku tersenyum menanggapinya.
“Nggak mau nyoba diremes-remes?”, tantangku.
“Boleh, Na ?”.
“Boleh dong, kamu kan pacar lesbi aku…”, aku gerakkan tangannya untuk mengusap-usap kedua payudaraku. Dia pun mulai menggerakkan tangannya sendiri.
“Empuk banget….”, komentarnya lagi sembari meremas-remas pelan kedua payudaraku.
“Mmmm…”, kukeluarkan lenguhan pelan.
“Enak ya, Na ?”. Aku mengangguk pelan.
“Coba di pelintir, Shei….”.
“Tapi nanti kamu kesakitan….”.
“Nggak apa-apa…”. Tubuhku bergetar kecil saat Sheila mulai memelintir kedua putingku secara perlahan. Melihatku yang bereaksi terhadap aksinya, Sheila pun mulai berinisiatif secara instingnya. Dia mulai meremas-remas “susu gantung”ku dengan lebih bertenaga, dan beberapa kali memelintir dan memilin-milin kedua putingku.
“Na….boleh aku isep nggak siih?”.
“boleh…banget…”, bisikku menggodanya. Agak kumajukan posisi tubuhku sehingga kedua daging kenyalku bergelantungan di atas wajah Sheila. Lidah Sheila meraih ujung putingku, membuatku sedikit kaget, dan dalam hitungan milidetik, puting kiriku sudah dikenyot oleh pacar lesbiku ini. Entah insting atau apa, Sheila mulai menggunakan lidahnya memainkan puting kiriku.




Hana Kegelian Diemut Sheila




“mmmmm…..”, lirihku meresapi gerakan lidah pada putingku yang semakin mengeras.
“Em…nn….”, ujar Sheila tidak jelas karena mulutnya masih tersumpal payudara kiriku.
“Enak ya, Na?”.
“Hm mhhh….”, jawabku mengangguk. Aku pun 'mengumpankan' payudara kananku, dan dia seperti ikan yang langsung mencaplok umpannya.
Diemut putingku dan diciumi sekujur payudaraku apalagi areolaku. Dengan gemasnya, Sheila menyantap kedua buah dadaku bergantian. Aku tersenyum melihat Sheila yang asik memainkan kedua buah dadaku yang bergelantungan di depan wajahnya. Biasanya, aku melihat wajah keriput Kek Wiryo yang ada di depan payudaraku.
Kini, seorang gadis muda dengan wajah cantik nan polosnya yang sedang 'mengunyel' kedua daging kembarku. Kucumbu bibirnya yang mungil itu. Kuciumi dagu, dan lehernya membuatnya menggelinjang kegelian.
“Geli, Na….”, ujarnya manja.
“We’re gonna have more fun….”, bisikku. Tanpa minta izin, aku buka kancing hemnya satu per satu seraya menggelitiki kuping kanannya dengan lidahku.

“Na….akuu…hh..maluu..hhh…”, Sheila sedikit melirih.
Aku hanya tersenyum, dan terus membuka kancingnya sampai hem seragamnya sudah terbuka. Kulitnya yang putih mulus benar-benar membuatnya semakin cantik. Kusingkap hemnya sehingga hanya tinggal bra berwarna putih polos yang menutupi salah satu 'harta karun' nya.
“punyaku…kecil….”, ternyata itu yang membuatnya malu.
“sshhhh…..”, jawabku menenangkannya dan menaruh telunjukku di mulutnya. Kedua tanganku bergerak ke bawah tubuh Sheila. Dia pun refleks mengangkat tubuhnya sedikit ke atas sehingga punggungnya sedikit terangkat. Kaitan bh nya pun sudah kulepaskan. Secara refleks, dia menutupi payudaranya dengan kedua tangannya.
“Aku mau liat punya kamu….”.
“Tapi kecil….”.
“So what….”.

Aku menyingkirkan kedua tangannya. Nampaklah buntalan daging kembarnya yang putih mulus itu. Memang ukurannya lebih kecil dibandingkan milikku. Tapi jika dibandingkan denganku, pastilah tidak adil karena saat dulu payudaraku ini selalu dijamah dan dipijat Pak Karso yang kemudian 'oper kredit' ke Kek Wiryo yang kuajari bagaimana memijat payudaraku dengan cara Pak Karso.
Alhasil, dari pijatan tangan keriput Pak Karso ke tangan keriput Kek Wiryo yang setiap hari rajin menjamah buah dadaku, jadilah buntalan dagingku ini berukuran 36C jika disesuaikan dengan ukuran bh ku karena bhku yang berukuran 36B sudah mulai terasa sempit. Aku tidak tahu apakah anak SMA tergolong normal jika payudaranya seukuran denganku atau tidak, tapi yang pasti Kek Wiryo bilang kalau payudaraku yang jadi 'mainan'nya setiap hari ini begitu membusung ke depan dan benar-benar menjadi pengalih perhatian dan 'magnet' kuat bagi para laki-laki.
Kupeluk Sheila yang wajahnya memerah, mungkin akibat malu dari pandangan mataku yang tertuju pada payudaranya. Kedua buah dadaku pun, menekan dan jadi saling menempel dengan dadanya, otomatis kedua putingku bergesekkan beberapa kali dengan kedua putingnya. Tubuhnya sedikit bergetar merasakkan gerakanku yang sengaja menggesek-gesekkan putingku ke 'kuncup' dadanya yang mulai mengeras.






Hana & Sheila




“Naa…hhhh….”, suara lirihannya benar-benar begitu lembut namun cukup seksi. Kuciumi lembut seluruh permukaan 'kemasan susu' miliknya itu. Bisa kurasakan tubuhnya yang merinding karena cumbuan-cumbuanku pada buah dadanya. Putingnya yang warnanya lebih merah muda menggoda daripada milikku membangkitkan rasa penasaranku.
“Naa…..”, eluhnya dengan tubuh yang bergetar. Lidahku menyapu lembut mengelilingi areola 'perawan' miliknya. Kuemut-emut, 'bantal' kembar miliknya, kuenyam putingnya bergantian penuh perasaan. Sheila jelas tengah terenguh dalam rasa nikmat berupa kejutan-kejutan kecil di payudaranya, dan aku yakin ini baru pertama kalinya dia merasakan 'kuncup' buah dadanya diemut-emut seperti sekarang.

“Masa…aku doang nih yang bugil….”, bisikku pelan.
“Aku malu….”.
“Kenapa malu ? Badan kamu…putih mulus….”, ucapku menyemangati, tapi dia memang nampaknya masih malu untuk melucuti pakaiannya sendiri di depanku.
Aku raih kebelakang pinggulnya, kubuka resleting rok SMAnya. Hingga akhirnya, dia tinggal memakai celana dalam putih berenda, dia refleks menutupi kedua buah payudaranya dengan kedua tangannya.
“Ccpph….ccupphh”, kuciumi sepasang pahanya yang putih mulus dan juga merona, karena sedikit terlihat agak pink. Tubuh Sheila benar-benar mulus, putih merona seperti kulit orang Jepang.
Sebenarnya, wajahnya pun cukup cantik. Mungkin karena poni rambutnya yang agak ketinggalan jaman dan kacamatanya yang tebal, jadi agak tertutup kecantikan rupanya. Kutempelkan hidungku ke daerah intim Sheila. Dia agak menolakku dan menahan kepalaku. Tanpa menyerah, aku menyingkirkan tangannya. Perlawanannya pun hanya sebatas malu saja, dia pasrah ketika aku mulai menarik celana dalamnya.

“wangi, Shei”, komentarku.
Begitu 'selimut' goa miliknya sudah kutarik, langsung semerbak wangi vanilla memenuhi hidungku. Tanpa izin, aku lakukan apa yang Kek Wiryo sering lakukan di selangkanganku yakni menempelkan hidung tepat di tengah-tengah 'celah' milik Sheila lalu menarik nafas dalam-dalam. 'Oksigen Nikmat' adalah julukan Kek Wiryo untuk aroma daerah intimku yang selalu dihirupnya setiap hari. Terlintas di pikiranku kalau sampai Sheila 'jatuh' ke tangan Kek Wiryo. Bisa habis dia dicabuli sepertiku. Pasti Kek Wiryo akan senang bisa berganti 'Oksigen' dari kedua daerah intim kami.
Lidahku pun mulai menjulur keluar, menggelitik sekitar pangkal pahanya. Dia bergetar, tubuhnya terkejut-kejut beberapa kali, apalagi ditambah lidahku yang mulai menyelip masuk dan mengilik bagian dalam dari liang kewanitaan Sheila yang belum terjamah siapapun ini. Kecupan-kecupan tak lupa kudaratkan dari pangkal paha kirinya ke pangkal paha kanannya.
Lidahku menari dengan lincahnya di sekitar V-Zone Sheila yang putih mulus. Mungkin karena terlalu sering mendapatkan 'jurus lidah' Kek Wiryo di daerah kewanitaanku, aku seperti tahu secara alami, bagaimana cara menggerakkan lidahku 'mengunyel’ bibir kemaluan Sheila dan sekitarnya.

“Naa….mmm….hmmmm…”
“Teruss….hhmmmmm”, lirih Sheila yang kini menahan kepalaku agar tetap di selangkangannya. Tanpa ampun, semakin kugerakkan dengan liar, lidahku ini. Membuatnya kejang-kejang, menggeliat-geliat ke sana ke kami tak karuan.
“Naaaa……..”, lenguh Sheila seraya menekan kemaluannya ke wajahku. Dan crrr…..mengucur keluar cairan dari vagina Sheila yang berwarna pink agak merekah ini.
“ssrrppp…..cceeppp….sslllrrrppp….”, tanpa buang waktu, langsung kuseruput 'kuah vagina' Sheila dengan hati-hati agar tidak ada yang tumpah.
Tubuhnya sedikit terkejut-kejut ketika aku melakukan itu, dan dia masih agak keliatan susah mengatur nafasnya. Aku pun keluar dari tempat 'sembunyi' yakni bagian bawah tubuh Sheila. Aku memandang matanya dengan mulut terbuka, lalu kutelan yang ada di mulutku sambil memandanbangun
Dia tersenyum lepas dan kelihatan begitu bahagia. Dia menggenggam erat tangan kiriku, pandangan matanya seolah mengatakan : 'That's really amazing, You're my angel…’. Aku balas tersenyum seraya bangun dari tempat tidur. Kupastikan pintu kamarnya sudah terkunci, dan aku berdiri di depan tempat tidur.
“You're not going anywhere, Miss..”.
“I’m yours….”, jawabnya pelan dengan nafas yang masih agak tersengal-sengal.

Aku pun naik ke tempat tidur dimana Sheila sudah terlentang pasrah. Kedua gadis SMA dengan tubuh ranum pun mulai saling mengeksplor tubuh masing-masing.
Tak terbayang kalau ada laki-laki yang masuk ke dalam kamar dan melihat kami sedang melakukan hubungan intim antara perempuan, pastilah habis kami diperkosa. Apalagi kalau si kakek mesumku yang datang, pasti habislah tubuh kami 'dibolongi' oleh tongkat veterannya itu. Sore sampai agak malam, kami semakin memanas, kami mandi keringat meski kamar Sheila memakai AC.
Kami sudah saling menyantap vagina, saling meludah ke mulut masing-masing, dan bermain 'biola' dengan alat kelamin kami. Kami akhirnya memutuskan berhenti karena sudah tak kuat dan juga lapar. Orang tua Sheila benar-benar tidak pulang juga. Setelah makan pun, aku mengajak Sheila tidur, tapi tentu tidur bugil bersama dengan 'sumur' kami yang mungkin sudah kering karena kami saling menguras liang kewanitaan masing-masing.





Hana & Sheila Tidur




“Aku pulang ya, Shei….”.
“yaah….”, sepertinya dia agak kecewa.
“Nanti….kapan-kapan aku nginep lagi….”.
“Janji…?”, tanyanya sambil menunjukku dan muka cemberutnya.
“janjii….”, ujarku sambil mengaitkan kelingkingku dengan kelingkingnya. Aku raih tangan kanannya ke payudara kiriku.
“Kamu….nggak pake bh….?”.
“Hssstt….”.
“Inget….sekarang….badan aku…punya kamu….hihihi….”, bisikku. Aku pun mengecup bibirnya sebelum kupakai sweaterku dan kupacu motorku.
Tentu hari ini adalah hari Sabtu, jadi aku tak perlu ke sekolah doong. Aku pulang ke rumah, menemui ibu dan ayahku. Sejenak beristirahat sembari berbakti kepada kedua orang tua dengan membantu mereka beberes rumah dan warung.
“Maah…Hana ke rumah Kek Wiryo lagi ya…kasian…udah malem…dia sendirian…”.
“Ooh iyaa, sana…ati-ati yaa kamu….jaga Kek Wiryo nya yang telaten yaa…”.
“Beress, Mah. Pah, berangkat dulu yaa…”.
“Iya, Hana…ati-ati….”. Sambil di jalan, aku teringat pesan ibu barusan. Jaga yang telaten. Andai dia tahu, aku lebih dari telaten sampai-sampai aku nina bobo kan Kek Wiryo tanpa mengenakan busana sama sekali.
“Ckkllkkk…”. Kubuka pintu dengan kunci rumah Kek Wiryo yang kupunya.
“Akhirnya…pulang juga…bidadari Kakek….”, sambutnya sembari berdiri dari duduknya.
“Hehehehe…..udah kangen yaa….”.
“iyaa…kangen banget…”.
“Duuh…baru sehari….”.

“Sehari mah terasa lama kalau jauh dari cewek secakep kamu, Hana…”.
“Lagi apa, Kek ?”, tanyaku santai sambil mulai melucuti pakaianku satu per satu.
“Ini lagi nonton tv aja….”. Bugil sudah aku di dekat Kek Wiryo. Tubuh sintal ku ini langsung didekap erat olehnya.
“Uuummm…..bodi perfect….”, gumamnya lalu menghirup nafas dalam-dalam ke leherku.
“Mana sini….memek gundul favorit kakek….”. Aku tersenyum dan menunjuk ke daerah segitigaku.
Tanpa perlu disuruh, Kek Wiryo segera jongkok dan membenamkan wajahnya dalam-dalam di selangkanganku.
“anginn surgaaa…..”, pungkasnya setelah puas menghirup aroma daerah intimku dalam-dalam beberapa menit.
“ada yang punya janji nih….”, sindirnya.
“Oh emang ada janji apa ya ?”.
“disuntik peju….”, jawabnya cabul.
“Hehehe…iya-iyaa, Kek…”, balasku manja. Kubantu Kek Wiryo berdiri, lalu kurangkulkan tanganku di lehernya.
“suntik pejunya…yang banyak ya, Kek….”, bisikku.
“nanti kamu hamil….”.
“Hana malah suka….hamil anak Kek Wiryo….”.
“Yang bener ?”.
“Hm mh…”, aku mengangguk.

“Malem ini….Kakek bikin memek kamu banjir peju pokoknya….”, jawabnya sangat mesum.
“Buang peju Kakek sepuasnya di memek Hana….Hana jablay ekslusif Kakek….”, kubisikkan dengan nada mendesah di kupingnya.
Aku yang sudah tak mengenakan apapun dipeluk erat oleh seorang kakek tua yang masih berpakaian lengkap dengan kedua bongkahan pantat yang sudah diremas-remas dari tadi. Kalau saja orang lain sampai tahu apalagi ibu dan ayahku tahu, pastilah aku habis dicaci maki.
“Yuuk…Kakek udah nggak sabar bikin adek buat si Aryo….”.
“mmmmm…..”, jawabku seraya mengigit bibir bawahku untuk semakin menggodanya. 'Algojo mesum'ku yang sudah uzur ini pun menggeretku ke tempat eksekusi yakni kamar kami.
Tempat yang akan menjadi saksi malam ini ketika liang senggamaku akan kembali digenangi sperma dari seorang pria tua. Malam yang dingin kalah oleh hawa nafsu kami berdua yang begitu asik bergelut melepaskan hasrat seksual kami berdua, seorang gadis SMA yang begitu bernafsu melakukan kopulasi dengan seorang pria tua nan uzur yang lebih pantas dipanggil kakek.
Kakek kesayanganku ini sungguh begitu nafsu memompa kejantanannya keluar masuk tubuh sintalku ini melalui lobang-lobang tubuhku yang memberiku kenikmatan tiada tara. Benih-benih air mani pun berkali-kali ditanamkan di dalam rahimku. Dia tidak pernah lupa untuk berejakulasi di dalam rahimku, sampai akhirnya selangkanganku benar-benar belepotan dengan air mani.
Tak perlu diasumsikan lagi, Kakek tua pemilik tubuhku ini memang sangat amat berhasrat menghamiliku dan membuat adik untuk Pak Aryo menggunakan rahimku ini karena dia benar-benar membanjiri liang senggamaku dengan lahar putihnya.
Dini hari pun menjelang, aku sudah amat lelah bahkan untuk menjaga mata tetap terjaga sudah begitu susah dan nampaknya 'cairan kejantanan' Kek Wiryo sudah kering dan berpindah semuanya di dalam liang kewanitaanku. Pasti ada jutaan sperma yang sedang berkompetisi di dalam rahimku untuk meng-klaim sel telurku untuk proses pembuatan adik dari Pak Aryo.

“kalo Hana…hamil….Kek Wiryo….mau tanggung jawab….kan”?, tanyaku terengah-engah.
“tergantung….”, jawabnya dengan nafas yang juga tersengal-sengal.
“Apa?”.
“Kamu kuat…nggak…kalo Kakek hamilin…..terus….”.
“Kuaa..ttthh….rahim Hana….punya Kakek….pake…. sepuasnyaa….”, jawabku sebelum akhirnya aku tertidur karena sudah tak sanggup lagi menahan kantuk, kelelahan digempur dan ditanami benih-benih berkali-kali oleh Kakek Kesayanganku yang memang dari dulu ingin menghamiliku dari dulu ini. Kapan…. kapan fantasiku… terwujud…. dimana Kek Wiryo dan Pak Karso menyenggamaiku setiap hari, 'mencelupkan’ kail pancing mereka ke dalam tubuhku secara bersamaan maunpun bergantian, dan mengeroyok tubuhku kemudian patungan air mani setiap harinya untuk membuatku hamil



Imajinasi Seragam Hana Untuk Kedua Lansianya​
Episode 4 : Susu Dibalas Air Susu

Press Release : Tidak ada publish untuk 2 minggu ke depan karena mandek hehehe. Tapi sebagai gantinya akan di post game APK (Android) yang bikin jadi mandek karena main game itu hehehe. Nantikan di thread ini juga, yang pasti ada unsur Beauty and The Beast nya, pokoknya nagih dah
 
Terakhir diubah:
Home Page (Index Halaman)

Episode 3a : Keisengan Lansia Pemilik Tubuhku

Episode 3b : Jenis Baru Pelanggan Tubuhku

“Hmmm...apa ini....", ada seperti benda kertas di dalam kolong mejaku sesampainya aku di sekolah dan duduk di mejaku. Amplopnya agak beda, berwarna cukup cantik dan wangi parfum.
Bukannya aku mau menyombongkan diri, tapi dari puluhan kali pengalamanku di SMP dan juga SMA, ini adalah surat cinta. Seingatku, semua cowok di kelasku yang agak dekat denganku, sudah ku beri pertanda tegas kalau aku tidak tertarik dengan mereka.
Kubaca surat itu, tulisannya rapih, bagus, dan bisa kubilang kalau yang menulis itu mempunyai skill literatur yang tinggi karena kutemukan banyak kata bagus yang aku sendiri pun tidak pernah tahu kalau kata itu ada.
Intinya surat itu, memintaku untuk datang ke gudang belakang sekolah pada jam 5. Seperti film drama saja, pikirku. Biasanya, setelah surat cinta, datanglah WA message 'penembakan'.

"Cklkk....emm....halo...?". Kulihat, ada siluet orang di dalam gudang. Begitu dia balik badan, aku langsung kaget.
"Hana.....", sapanya pelan.
"eh...Sheila...", aku agak kebingungan.
"Kamu ngapain di sini....?", tanyaku untuk memastikan bahwa dia pengirim surat yang kupegang.
"Surat itu...aku yang buat....".
"Aah...kamu, Sheila ? Pasti iseng ya, mau ngerjain aku? Apa jangan-jangan kamu latian sebelum bikin surat ke cowo yang kamu taksir ?", godaku.
"Surat itu buat kamu....", jawab Sheila setelah menggelengkan kepalanya.
"Ha? Buat aku?".
"Iyaa....".
"Gimana nih....aku jadi bingung....?".
"Mm....aku....suka sama kamu....".
"Ha? Suka sebagai teman kan ?".
"Lebih dari itu....aku ingin jadi pacar kamu....".
"Mmm....". Sumpah, aku bingung, baru kali ini, aku ditembak oleh cewek seumur hidupku.
"Maaf....aku egois, aku cuma ingin menyatakan perasaan aku ke kamu....daripada aku nyesel....".
".....", aku masih bingung meskipun dia telah melewatiku keluar dari gudang dan bisa kulihat sedikit matanya agak membengkak. Dia meninggalkanku dalam kebingungan di dalam gudang.


Sheila


Setelah sadar, aku pun menyusul dia, tapi sepertinya dia sudah pulang. Pulang sekolah, aku masih dalam keadaan bingung. Namun, bertemu dengan 'tukang bor' kemaluanku dan 'bor'nya yang usang itu membuatku lupa sementara. Setelah sesi gelutan intens antara pria keriput dan dara SMA serta air mani sudah selesai di 'transfer' dari kantung zakar si kakek tua ke tubuh belia gadis SMA, barulah aku ingat masalah Sheila tadi. Aku cerita pada Kek Wiryo. Nasihatnya, aku harus menemuinya dan menghadapinya, agar tidak ada yang aneh-aneh ke depannya. Namun, setelah kejadian itu, Sheila malah selalu menghindariku. Tapi, akhirnya, aku punya kesempatan saat jemputan Sheila sedang datang telat sehingga dia menunggu sendirian.
"Eh Sheila....".
"Ha...hana....", ujarnya ragu dan tak berani memandang mataku.
"Belum datang jemputannya?".
"Belum....", jawabnya singkat.
"Pulang bareng aku aja yuuk....".
"....".
"Ayoo...udah naik....sesekali naik motor....". Dengan agak ragu, Sheila naik membonceng motorku.
"Pegangan, Shei...". Aku menarik tangannya ke pinggangku dan mengarahkannya supaya dia memelukku dari belakang.
"Yuuuk...", ujarku sebelum menarik gas. Dengan diarahkan Sheila, kami pun sampai di rumahnya.

"Ma...masuk du..lu, Na...".
"Boleh ?". Dia pun mengangguk.
"Udah pulang, non ?".
"Iya, Bi...".
"Eh non, bawa temen ?".
"Halo, Mbak....".
"Iya, neng".
"Pak Suto kemana, Bi ?".
"Sakit, non. Tadi pas mau berangkat jemput, non. Katanya dia keliyengan, makanya dia pulang. Dia nitip pesen ke non, minta maaf...".
"Ooh iya, gak apa-apa, Bi. Aku ke kamar dulu yaa...".
"Iya, non...". Sheila cuma menengok ke arahku sebelum naik ke atas. Kamarnya ada di lantai dua.
"Ayo masuk, Na....". Wow, kamarnya luas, harum, dan rapih. Tapi memang lebih luas kamar Kek Wiryo sih, tapi tetap saja luas jika dibandingkan dengan kamarku di rumah.
"Maaf, aku ganti baju dulu yaa...". Sheila tetap menghindari bertatap mata denganku. Selagi menunggu, Aku memperhatikan seluruh sudut kamarnya. Sepertinya dia suka komik-komik jepang yang bertipe romantis. Kamarnya benar-benar rapih, namun fotonya malah jarang sekali.
"Diminum dulu, non...".
"Eh iyaa...makasih...Bi...siapa ?".
"Panggil aja Bi Ijah....".
"Ooh oke Bi Ijah...makasih yaa Bi...".
"Iyaa...non Sheila kemana, non ?".
"Lagi ganti baju di kamar mandi".
"Oooh...yaudah Bibi tinggal dulu yaa..".
"Iyaa, Bi...".

Tak lama Sheila keluar. Pakaian rumahnya terlihat kalau ini bukan pakaian rumah biasa, setidaknya cukup mahal. Tercipta suasana tidak nyaman di antara kami yang hanya saling duduk tanpa mengobrol
"Hmmm....kamar kamu rapih banget...", ucapku untuk memecah kesunyian.
"Iyaa...". Ceph, cuma sampai segitu, aku jadi bingung juga.
"Shei...aku boleh ke kamar mandi ??".
"Oh iya, boleh". Aku beralasan ke kamar mandi, sebenarnya untuk mencari topik pembicaraan. Pas aku keluar, kulihat Sheila sudah membungkukkan badannya ke arahku.
"Kamu...kenapa ?".
"Hana....aku mohon dengan sangat....kamu jangan nyebarin kejadian waktu itu...kalau kamu mau minta uang...aku kasih....".
"Ha?". Aku buru-buru mengarahkan agar Sheila tidak membungkuk lagi ke arahku, kutuntun kedua tangannya dan kami berdua duduk di kasur.
"Kamu ngomong apa?".
"Kejadian...waktu itu....tolong jangan disebar....".
"Kenapa kamu mikir aku bakalan nyebar ?".
"Kamu...cewek paling famous...".
"Lah? Siapa yang bilang...terus kalau aku misalkan emang bener...kamu pikir aku bakalan nyebar hal-hal begitu...?".
".....".

"Aku nggak nyangka...ternyata kamu pikir aku bakalan bully kamu...? Kamu bener-bener pikiran sempit....". Dia hanya menunduk, kulihat badannya bergetar, entah ketakutan atau ingin menangis.
"Apa jangan-jangan, itu alesan kamu, setelah kejadian itu, malah berusaha hindarin aku ?". Dia tidak menjawab, hanya diam tertunduk saja.
"Jawab....", suaraku agak tinggi.
"Ii...iyaaa...".
"Gimana....kalo....aku minta kamu jadi temen tapi pacar....?". Dia langsung mengangkat kepalanya dan menatapku dengan kebingungan. Aku memegang pundaknya.
"Gimana....", tanyaku sambil tersenyum.
"Ma...maksud...kamu...?".
"Kamu...aku....", ucapku sebelum membentuk simbol hati dengan telunjuk dan jempolku.
"Tapi....kamu...kan..normal....".
"Normal ?".
"Iyaa, punya pacar....".
"Iya sih, tapi nggak nutup kemungkinan kalau aku juga suka cewek....".
"Pasti...kamu...lagi ngeledekkin aku.....". Lucu juga, Sheila terkenal pendiam sekali di kelas, disiplin dan kaku kalau diajak berbicara. Tapi, yang kulihat sekarang, Sheila yang salah tingkah, wajah mulai agak memerah. Aku tidak menjawab, langsung kupeluk Sheila.
"Aku serius....".
"Tapi....".
"Sshhh....jawab aja...mau atau nggak....?", jawabku sambil mengunci mulutnya dengan jari telunjukku. Dia mengangguk malu-malu.

"Hihihi...sekarang kita resmi temen pacar....", sebutku sambil mengaitkan kelingking kami berdua. Nampaknya Sheila masih bingung kenapa aku berbicara demikian.
"Tapi...Hana...kamu kan normal....".
"Normal maksudnya punya cowok gitu ?".
"Iyaa...banyak cowok yang pengen jadi pacar kamu....".
"Kok kamu tahu??".
"Aku....perhatiin....kamu...terus...", jawabnya pelan malu-malu.
"Terus..kamu cemburu....?", godaku.
"Mm.....", dia tidak menjawab, hanya membuang muka saja.
"Hihihi....".
"Aku emang punya pacar cowok, tapi bukan satu sekolah....".
"Ooh....".
"Tapi sekarang, aku juga punya kamu....". Kulihat dia salah tingkah, dan menyembunyikan wajah merahnya karena malu
"Normal hanya sebuah kata yang diciptain komunitas sekitar kita aja. Perasaan suka itu nggak bisa dikontrol jadi bagi aku itu normal-normal aja...", ujarku menyemangatinya.
"Hana.....". Sambil berpegangan tangan, aku pun memancing Sheila lebih terbuka. Lama kelamaan, dia mulai nyaman berbicara denganku. Kami pun berbicara dari alasan aku mau menerima dia yang tidak 'normal' sampai ke alasan dia suka padaku yang sama-sama perempuan.

"Hana...aku...", ujarnya sambil tersedu-sedu karena menangis. Menangis karena tidak menyangka kalau aku menerimanya.
"Udaah....lagian kamu siih....nggak kasih aku kesempatan waktu itu...main kabur aja....". Dia hanya tersenyum sambil menyeka air matanya. Senyuman lepas seperti orang yang bebannya sudah terangkat.
"Hana.....terima kasih....", bisiknya sambil memelukku erat.
"Tolong jaga rahasiaku....".
"Pasti, Shei...". Kami pun saling beradu kening, tercipta momen sunyi nan haru. Sekitar 2 menitan, kami begini. Tiba-tiba...
"Ccpphh....". Aku cukup kaget karena Sheila mencium bibirku lembut. Ciumann yang penuh perasaan begini tak mungkin tak kubalas. Kami berdua saling mengadu bibir lembut.
"Cph....cph...." Kecupan kecil di bibirku sebelum Sheila menarik bibirnya.
"That was my first kiss....", kulihat air mata kembali mulai merembes keluar dari sudut matanya.
"And...you gave it to me?".
"Yes, because you're my first love....".
"Then.....".
"Cppphh....cccphhhh...ccllpphh....", kucium lagi bibirnya yang merah alami itu. Kali ini lebih lama kupagut bibirnya. Dia menutup matanya, menikmati ciuman kami berdua.
"That's your daily kiss....everday, starts from now. I'll give you kiss. And you're free to kiss me too". Sheila pun memelukku lagi. Sejak saat itu, kami menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Di sekolah, tentu kuajak Sheila bergabung juga. Memang, awalnya yang lain pada heran, kenapa tiba-tiba Sheila begitu dekat denganku. Aku bilang saja, dia meminjamiku catatannya dan sering pulang bersama karena memang begitu adanya.

"Hana.....", ucap Sheila pelan sambil menarik bajuku.
"Kenapa ?", kami pun berhenti sementara yang lain tetap berjalan menuju kelas usai makan di kantin.
"Kiss......", jawabnya pelan. Aku pun tersenyum.
"Guys...gue ke toilet dulu....", ujarku sedikit teriak. Kami berdua masuk ke dalam bilik toilet kosong setelah aku yakin tidak ada siapa-siapa. Aku pun langsung memojokkannya ke dinding bilik. Dia kelihatan sedikit tegang dan menutup mata.
"Kenapa tegang, Shei? Kan kita udah pernah....".
"Iyaa...tapi ini di sekolah....".
"Kan tadi kamu yang minta....".
"....", wajahnya agak memerah. Merasa gemas, akupun langsung mencaplok bibirnya yang memang tipis itu.
"Cccphhh...mmmhhh....ccpphhh...". Kami bercumbu, bibir kami saling pagut, lidah kami saling bertaut, tak ada yang mau mengalah. Kami berdua saling bertatapan, menikmati momen cumbuan lesbi kami ini. Hembusan nafasku dan nafasnya saling beradu, semaking menghangatkan tubuh kami. Dua orang gadis belia saling bercumbu dengan hasrat nafsu.
"Emmhhh...Hanaa....", lirihnya pelan saat aku menciumi lehernya. Puas menjilati lehernya, aku pun memagut bibirnya lagi.
"Krriiiiingg.....", bunyi bel sekolah menandakan harus masuk kelas. Aku pun menarik bibirku menjauh dari bibirnya. Benang air liur pun terbentuk diantar mulut kami. Kami berdua tersenyum saling bertatapan dan menempelkan jidat.
"Thanks, honey....".
"No, thanks you....", jawabku sebelum mengecup bibirnya sekali lagi. Kami berdua masuk kelas. Begitulah sekarang hubungan kami, sejak itu Sheila sering meminta 'jatah'nya di sekolah sambil malu-malu. Tapi, kalau di rumahnya aku di 'perkosa' olehnya. Bibirku sampai ledes dibuatnya. Setiap hari sepulang sekolah, aku ke rumah Sheila, namun hanya sampai jam 7, setelah itu aku pulang.

Aku tak melupakan tugasku, yakni sebagai gadis 'pengepul' air mani kakek kesayanganku yakni Kakek Wiryo karena kantung zakar keriputnya itu harus kosong setiap malam supaya nanti ketika aku sudah lulus SMA, Kakek Wiryo mempunyai sperma yang kuat untuk bisa membuahiku. Sel telur gadis belia sepertiku pastinya lebih kuat dari sperma uzur milik Kek Wiryo, maka dari itu, aku harus terus menghabiskan persediaan air mani Kek Wiryo setiap hari agar semakin kuat nantinya. Aku sering menghayal, andai saja Pak Karso tak meninggalkanku dan aku tetap mengenal Kek Wiryo.
Pastilah saat ini kuundang Pak Karso untuk tinggal bersamaku dan Kek Wiryo. Dengan begitu, imajinasi liarku bisa terkabul, lulus SMA, aku akan minta Kek Wiryo membelikan rumah sederhana untuk kita bertiga dan tentu setiap hari rahimku akan disiram sperma oleh mereka berdua.
Kek Wiryo dan Pak Karso pasti akan menggilir tubuhku dan akan bahu membahu menggenangi rahimku dengan sperma mereka atau bahkan menyuapiku dengan 'senapan' usang mereka itu. Ooh tak terbayang, jika benar terjadi seperti itu, pasti lah rahimku akan cepat jebol karena digilir mereka berdua.
Kakek Wiryo pun sudah tahu identitas Pak Karso. Aku curhat kepadanya.
Dia bahkan bilang kepadaku kalau dia berterima kasih kepada Pak Karso. Mungkin karena dia memerawaniku dan membuatku menjadi 'menyimpang', Kek Wiryo bisa bertemu denganku dan bisa merasakan kehangatan wanita lagi melalui tubuhku. Aku bahkan pernah bertanya jika aku bisa bertemu dengan Pak Karso lagi, bagaimana reaksinya. Dia malah menjawab, akan cepat-cepat membeli rumah agar kami bertiga bisa tinggal bersama supaya mereka berdua bisa bebas menggauliku dan menghamiliku berkali-kali. Pas sesuai dengan imajinasiku. Oh, Pak Karso, dimana kamu.....

Tapi, itu nanti. Sekarang, aku sedang fokus kepada makhluk cantik yang ada di pelukanku. Dia sedang tertidur dan memelukku.
"Halo...Kek...kayaknya Hana..nggak bisa pulang deh...".
"Kenapa...".
"Ini Sheila tidur...kayaknya dia lagi sedih....tadi abis curhat tentang orang tuanya....".
"Hmmm.....".
"Maaf, Kek....".
"Ya mau gimana lagi....".
"Hm....yaudah, karena Hana yang salah....besok malem....Kakek....tumpahin di dalem....".
"Maksud kamu...?".
"Iyaa.....keluarin di dalem....".
"Yang bener kamu.....?", tanyanya sedikit girang.
"Iyaa, kakek....".
"Tapi kalo nanti kamu hamil....gimana ?".
"Ya nggak apa-apa....Kakek mau tanggung jawab kan ?".
"Pastii, dong....".
"Yaudah...besok yaa....tapi besok doang looh....jangan terus-terusan....".
"Siiaaap, bidadariku....". Aku tersenyum, gara-gara imajinasiku tadi, vaginaku jadi 'menagih' untuk digenangi sperma.
"Yaudah, Kek....Hana mau bangunin Sheila dulu yaa...".
"Iyaa...ati-ati yaa di sana....". Setelah kututup telpon, aku pun bergerak perlahan turun dari tempat tidurnya agar tidak membangunkannya. Usai dari kamar mandi, aku pun kembali perlahan naik ke tempat tidurnya dimana Sheila masih tertidur dengan mata sembapnya sehabis menangis tadi.

"Hana...maaf...aku ketiduran....".
"Iyaa...nggak apa-apa....", balasku sambil mengelus-elus kepalanya.
"Emm....", Sheila kembali memelukku erat.
"Eh....Hana....kamu....", tangannya bergerak ke buah dadaku.
"Nggak pake baju....".
"Iyaaa...", jawabku lalu tersenyum. Entah seakan tak percaya atau ingin melihatku, dia langsung membuka selimutku. Dia langsung terdiam, matanya terpaku pada tubuhku.
"Ba..badan kamu.....bagus banget....", pujinya. Apakah ini tatapan seorang lesbi ? Tatapan matanya yang memandangi tubuhku yang tidak tertutup apa-apa ini sama seperti saat Pak Karso / Kakek Wiryo melihat tubuhku pertama kali.
"Aku bugil.....", bisikku. Dia memang seorang lesbi dan suka padaku, tapi nampaknya dia masih bingung harus apa. Aku dorong Sheila perlahan hingga tidur terlentang. Aku merangkak pelan naik ke atas tubuhnya.
"Aku akan perkosa kamu....di rumah kamu sendiri....", bisikku seraya menjilat kuping kanannya.
"Hana....", dia tidak berani memandangku, dia melihat ke samping. Wajahnya memerah, sesekali dia melirih pelan menerima rangsangan-rangsanganku dengan cara menjilati leher dan wajahnya.
“Ccpph ccpphh…hmmmm….ccccppppp….”, aku lumat bibirnya, kusilangkan lidahku dengan lidahnya. Sheila yang sudah biasa bercumbu denganku langsung membalas pagutan dan belitan lidahku. Dia memelukku lebih erat, menarikku semakin dalam ke pelukannya seakan tidak membolehkanku pergi dan mengakhiri cumbuan kami. Kulihat Sheila menutup matanya, dia benar-benar meresapi ciumanku.

Dia membuka mata, menatapku setelah kutuntun kedua tangannya ke buah dadaku.
“Hana….payudara kamu….kenyal dan besar…..”, komentarnya. Aku tersenyum menanggapinya.
“Nggak mau nyoba diremes-remes?”, tantangku.
“Boleh, Na ?”.
“Boleh dong, kamu kan pacar lesbi aku…”, aku gerakkan tangannya untuk mengusap-usap kedua payudaraku. Dia pun mulai menggerakkan tangannya sendiri.
“Empuk banget….”, komentarnya lagi sembari meremas-remas pelan kedua payudaraku.
“Mmmm…”, kukeluarkan lenguhan pelan.
“Enak ya, Na ?”. Aku mengangguk pelan.
“Coba di pelintir, Shei….”.
“Tapi nanti kamu kesakitan….”.
“Nggak apa-apa…”. Tubuhku bergetar kecil saat Sheila mulai memelintir kedua putingku secara perlahan. Melihatku yang bereaksi terhadap aksinya, Sheila pun mulai berinisiatif secara instingnya. Dia mulai meremas-remas “susu gantung”ku dengan lebih bertenaga, dan beberapa kali memelintir dan memilin-milin kedua putingku.
“Na….boleh aku isep nggak siih?”.
“boleh…banget…”, bisikku menggodanya. Agak kumajukan posisi tubuhku sehingga kedua daging kenyalku bergelantungan di atas wajah Sheila. Lidah Sheila meraih ujung putingku, membuatku sedikit kaget, dan dalam hitungan milidetik, puting kiriku sudah dikenyot oleh pacar lesbiku ini. Entah insting atau apa, Sheila mulai menggunakan lidahnya memainkan puting kiriku.




Hana Kegelian Diemut Sheila




“mmmmm…..”, lirihku meresapi gerakan lidah pada putingku yang semakin mengeras.
“Em…nn….”, ujar Sheila tidak jelas karena mulutnya masih tersumpal payudara kiriku.
“Enak ya, Na?”.
“Hm mhhh….”, jawabku mengangguk. Aku pun 'mengumpankan' payudara kananku, dan dia seperti ikan yang langsung mencaplok umpannya.
Diemut putingku dan diciumi sekujur payudaraku apalagi areolaku. Dengan gemasnya, Sheila menyantap kedua buah dadaku bergantian. Aku tersenyum melihat Sheila yang asik memainkan kedua buah dadaku yang bergelantungan di depan wajahnya. Biasanya, aku melihat wajah keriput Kek Wiryo yang ada di depan payudaraku.
Kini, seorang gadis muda dengan wajah cantik nan polosnya yang sedang 'mengunyel' kedua daging kembarku. Kucumbu bibirnya yang mungil itu. Kuciumi dagu, dan lehernya membuatnya menggelinjang kegelian.
“Geli, Na….”, ujarnya manja.
“We’re gonna have more fun….”, bisikku. Tanpa minta izin, aku buka kancing hemnya satu per satu seraya menggelitiki kuping kanannya dengan lidahku.

“Na….akuu…hh..maluu..hhh…”, Sheila sedikit melirih.
Aku hanya tersenyum, dan terus membuka kancingnya sampai hem seragamnya sudah terbuka. Kulitnya yang putih mulus benar-benar membuatnya semakin cantik. Kusingkap hemnya sehingga hanya tinggal bra berwarna putih polos yang menutupi salah satu 'harta karun' nya.
“punyaku…kecil….”, ternyata itu yang membuatnya malu.
“sshhhh…..”, jawabku menenangkannya dan menaruh telunjukku di mulutnya. Kedua tanganku bergerak ke bawah tubuh Sheila. Dia pun refleks mengangkat tubuhnya sedikit ke atas sehingga punggungnya sedikit terangkat. Kaitan bh nya pun sudah kulepaskan. Secara refleks, dia menutupi payudaranya dengan kedua tangannya.
“Aku mau liat punya kamu….”.
“Tapi kecil….”.
“So what….”.

Aku menyingkirkan kedua tangannya. Nampaklah buntalan daging kembarnya yang putih mulus itu. Memang ukurannya lebih kecil dibandingkan milikku. Tapi jika dibandingkan denganku, pastilah tidak adil karena saat dulu payudaraku ini selalu dijamah dan dipijat Pak Karso yang kemudian 'oper kredit' ke Kek Wiryo yang kuajari bagaimana memijat payudaraku dengan cara Pak Karso.
Alhasil, dari pijatan tangan keriput Pak Karso ke tangan keriput Kek Wiryo yang setiap hari rajin menjamah buah dadaku, jadilah buntalan dagingku ini berukuran 36C jika disesuaikan dengan ukuran bh ku karena bhku yang berukuran 36B sudah mulai terasa sempit. Aku tidak tahu apakah anak SMA tergolong normal jika payudaranya seukuran denganku atau tidak, tapi yang pasti Kek Wiryo bilang kalau payudaraku yang jadi 'mainan'nya setiap hari ini begitu membusung ke depan dan benar-benar menjadi pengalih perhatian dan 'magnet' kuat bagi para laki-laki.
Kupeluk Sheila yang wajahnya memerah, mungkin akibat malu dari pandangan mataku yang tertuju pada payudaranya. Kedua buah dadaku pun, menekan dan jadi saling menempel dengan dadanya, otomatis kedua putingku bergesekkan beberapa kali dengan kedua putingnya. Tubuhnya sedikit bergetar merasakkan gerakanku yang sengaja menggesek-gesekkan putingku ke 'kuncup' dadanya yang mulai mengeras.






Hana & Sheila




“Naa…hhhh….”, suara lirihannya benar-benar begitu lembut namun cukup seksi. Kuciumi lembut seluruh permukaan 'kemasan susu' miliknya itu. Bisa kurasakan tubuhnya yang merinding karena cumbuan-cumbuanku pada buah dadanya. Putingnya yang warnanya lebih merah muda menggoda daripada milikku membangkitkan rasa penasaranku.
“Naa…..”, eluhnya dengan tubuh yang bergetar. Lidahku menyapu lembut mengelilingi areola 'perawan' miliknya. Kuemut-emut, 'bantal' kembar miliknya, kuenyam putingnya bergantian penuh perasaan. Sheila jelas tengah terenguh dalam rasa nikmat berupa kejutan-kejutan kecil di payudaranya, dan aku yakin ini baru pertama kalinya dia merasakan 'kuncup' buah dadanya diemut-emut seperti sekarang.

“Masa…aku doang nih yang bugil….”, bisikku pelan.
“Aku malu….”.
“Kenapa malu ? Badan kamu…putih mulus….”, ucapku menyemangati, tapi dia memang nampaknya masih malu untuk melucuti pakaiannya sendiri di depanku.
Aku raih kebelakang pinggulnya, kubuka resleting rok SMAnya. Hingga akhirnya, dia tinggal memakai celana dalam putih berenda, dia refleks menutupi kedua buah payudaranya dengan kedua tangannya.
“Ccpph….ccupphh”, kuciumi sepasang pahanya yang putih mulus dan juga merona, karena sedikit terlihat agak pink. Tubuh Sheila benar-benar mulus, putih merona seperti kulit orang Jepang.
Sebenarnya, wajahnya pun cukup cantik. Mungkin karena poni rambutnya yang agak ketinggalan jaman dan kacamatanya yang tebal, jadi agak tertutup kecantikan rupanya. Kutempelkan hidungku ke daerah intim Sheila. Dia agak menolakku dan menahan kepalaku. Tanpa menyerah, aku menyingkirkan tangannya. Perlawanannya pun hanya sebatas malu saja, dia pasrah ketika aku mulai menarik celana dalamnya.

“wangi, Shei”, komentarku.
Begitu 'selimut' goa miliknya sudah kutarik, langsung semerbak wangi vanilla memenuhi hidungku. Tanpa izin, aku lakukan apa yang Kek Wiryo sering lakukan di selangkanganku yakni menempelkan hidung tepat di tengah-tengah 'celah' milik Sheila lalu menarik nafas dalam-dalam. 'Oksigen Nikmat' adalah julukan Kek Wiryo untuk aroma daerah intimku yang selalu dihirupnya setiap hari. Terlintas di pikiranku kalau sampai Sheila 'jatuh' ke tangan Kek Wiryo. Bisa habis dia dicabuli sepertiku. Pasti Kek Wiryo akan senang bisa berganti 'Oksigen' dari kedua daerah intim kami.
Lidahku pun mulai menjulur keluar, menggelitik sekitar pangkal pahanya. Dia bergetar, tubuhnya terkejut-kejut beberapa kali, apalagi ditambah lidahku yang mulai menyelip masuk dan mengilik bagian dalam dari liang kewanitaan Sheila yang belum terjamah siapapun ini. Kecupan-kecupan tak lupa kudaratkan dari pangkal paha kirinya ke pangkal paha kanannya.
Lidahku menari dengan lincahnya di sekitar V-Zone Sheila yang putih mulus. Mungkin karena terlalu sering mendapatkan 'jurus lidah' Kek Wiryo di daerah kewanitaanku, aku seperti tahu secara alami, bagaimana cara menggerakkan lidahku 'mengunyel’ bibir kemaluan Sheila dan sekitarnya.

“Naa….mmm….hmmmm…”
“Teruss….hhmmmmm”, lirih Sheila yang kini menahan kepalaku agar tetap di selangkangannya. Tanpa ampun, semakin kugerakkan dengan liar, lidahku ini. Membuatnya kejang-kejang, menggeliat-geliat ke sana ke kami tak karuan.
“Naaaa……..”, lenguh Sheila seraya menekan kemaluannya ke wajahku. Dan crrr…..mengucur keluar cairan dari vagina Sheila yang berwarna pink agak merekah ini.
“ssrrppp…..cceeppp….sslllrrrppp….”, tanpa buang waktu, langsung kuseruput 'kuah vagina' Sheila dengan hati-hati agar tidak ada yang tumpah.
Tubuhnya sedikit terkejut-kejut ketika aku melakukan itu, dan dia masih agak keliatan susah mengatur nafasnya. Aku pun keluar dari tempat 'sembunyi' yakni bagian bawah tubuh Sheila. Aku memandang matanya dengan mulut terbuka, lalu kutelan yang ada di mulutku sambil memandanbangun
Dia tersenyum lepas dan kelihatan begitu bahagia. Dia menggenggam erat tangan kiriku, pandangan matanya seolah mengatakan : 'That's really amazing, You're my angel…’. Aku balas tersenyum seraya bangun dari tempat tidur. Kupastikan pintu kamarnya sudah terkunci, dan aku berdiri di depan tempat tidur.
“You're not going anywhere, Miss..”.
“I’m yours….”, jawabnya pelan dengan nafas yang masih agak tersengal-sengal.

Aku pun naik ke tempat tidur dimana Sheila sudah terlentang pasrah. Kedua gadis SMA dengan tubuh ranum pun mulai saling mengeksplor tubuh masing-masing.
Tak terbayang kalau ada laki-laki yang masuk ke dalam kamar dan melihat kami sedang melakukan hubungan intim antara perempuan, pastilah habis kami diperkosa. Apalagi kalau si kakek mesumku yang datang, pasti habislah tubuh kami 'dibolongi' oleh tongkat veterannya itu. Sore sampai agak malam, kami semakin memanas, kami mandi keringat meski kamar Sheila memakai AC.
Kami sudah saling menyantap vagina, saling meludah ke mulut masing-masing, dan bermain 'biola' dengan alat kelamin kami. Kami akhirnya memutuskan berhenti karena sudah tak kuat dan juga lapar. Orang tua Sheila benar-benar tidak pulang juga. Setelah makan pun, aku mengajak Sheila tidur, tapi tentu tidur bugil bersama dengan 'sumur' kami yang mungkin sudah kering karena kami saling menguras liang kewanitaan masing-masing.





Hana & Sheila Tidur




“Aku pulang ya, Shei….”.
“yaah….”, sepertinya dia agak kecewa.
“Nanti….kapan-kapan aku nginep lagi….”.
“Janji…?”, tanyanya sambil menunjukku dan muka cemberutnya.
“janjii….”, ujarku sambil mengaitkan kelingkingku dengan kelingkingnya. Aku raih tangan kanannya ke payudara kiriku.
“Kamu….nggak pake bh….?”.
“Hssstt….”.
“Inget….sekarang….badan aku…punya kamu….hihihi….”, bisikku. Aku pun mengecup bibirnya sebelum kupakai sweaterku dan kupacu motorku.
Tentu hari ini adalah hari Sabtu, jadi aku tak perlu ke sekolah doong. Aku pulang ke rumah, menemui ibu dan ayahku. Sejenak beristirahat sembari berbakti kepada kedua orang tua dengan membantu mereka beberes rumah dan warung.
“Maah…Hana ke rumah Kek Wiryo lagi ya…kasian…udah malem…dia sendirian…”.
“Ooh iyaa, sana…ati-ati yaa kamu….jaga Kek Wiryo nya yang telaten yaa…”.
“Beress, Mah. Pah, berangkat dulu yaa…”.
“Iya, Hana…ati-ati….”. Sambil di jalan, aku teringat pesan ibu barusan. Jaga yang telaten. Andai dia tahu, aku lebih dari telaten sampai-sampai aku nina bobo kan Kek Wiryo tanpa mengenakan busana sama sekali.
“Ckkllkkk…”. Kubuka pintu dengan kunci rumah Kek Wiryo yang kupunya.
“Akhirnya…pulang juga…bidadari Kakek….”, sambutnya sembari berdiri dari duduknya.
“Hehehehe…..udah kangen yaa….”.
“iyaa…kangen banget…”.
“Duuh…baru sehari….”.

“Sehari mah terasa lama kalau jauh dari cewek secakep kamu, Hana…”.
“Lagi apa, Kek ?”, tanyaku santai sambil mulai melucuti pakaianku satu per satu.
“Ini lagi nonton tv aja….”. Bugil sudah aku di dekat Kek Wiryo. Tubuh sintal ku ini langsung didekap erat olehnya.
“Uuummm…..bodi perfect….”, gumamnya lalu menghirup nafas dalam-dalam ke leherku.
“Mana sini….memek gundul favorit kakek….”. Aku tersenyum dan menunjuk ke daerah segitigaku.
Tanpa perlu disuruh, Kek Wiryo segera jongkok dan membenamkan wajahnya dalam-dalam di selangkanganku.
“anginn surgaaa…..”, pungkasnya setelah puas menghirup aroma daerah intimku dalam-dalam beberapa menit.
“ada yang punya janji nih….”, sindirnya.
“Oh emang ada janji apa ya ?”.
“disuntik peju….”, jawabnya cabul.
“Hehehe…iya-iyaa, Kek…”, balasku manja. Kubantu Kek Wiryo berdiri, lalu kurangkulkan tanganku di lehernya.
“suntik pejunya…yang banyak ya, Kek….”, bisikku.
“nanti kamu hamil….”.
“Hana malah suka….hamil anak Kek Wiryo….”.
“Yang bener ?”.
“Hm mh…”, aku mengangguk.

“Malem ini….Kakek bikin memek kamu banjir peju pokoknya….”, jawabnya sangat mesum.
“Buang peju Kakek sepuasnya di memek Hana….Hana jablay ekslusif Kakek….”, kubisikkan dengan nada mendesah di kupingnya.
Aku yang sudah tak mengenakan apapun dipeluk erat oleh seorang kakek tua yang masih berpakaian lengkap dengan kedua bongkahan pantat yang sudah diremas-remas dari tadi. Kalau saja orang lain sampai tahu apalagi ibu dan ayahku tahu, pastilah aku habis dicaci maki.
“Yuuk…Kakek udah nggak sabar bikin adek buat si Aryo….”.
“mmmmm…..”, jawabku seraya mengigit bibir bawahku untuk semakin menggodanya. 'Algojo mesum'ku yang sudah uzur ini pun menggeretku ke tempat eksekusi yakni kamar kami.
Tempat yang akan menjadi saksi malam ini ketika liang senggamaku akan kembali digenangi sperma dari seorang pria tua. Malam yang dingin kalah oleh hawa nafsu kami berdua yang begitu asik bergelut melepaskan hasrat seksual kami berdua, seorang gadis SMA yang begitu bernafsu melakukan kopulasi dengan seorang pria tua nan uzur yang lebih pantas dipanggil kakek.
Kakek kesayanganku ini sungguh begitu nafsu memompa kejantanannya keluar masuk tubuh sintalku ini melalui lobang-lobang tubuhku yang memberiku kenikmatan tiada tara. Benih-benih air mani pun berkali-kali ditanamkan di dalam rahimku. Dia tidak pernah lupa untuk berejakulasi di dalam rahimku, sampai akhirnya selangkanganku benar-benar belepotan dengan air mani.
Tak perlu diasumsikan lagi, Kakek tua pemilik tubuhku ini memang sangat amat berhasrat menghamiliku dan membuat adik untuk Pak Aryo menggunakan rahimku ini karena dia benar-benar membanjiri liang senggamaku dengan lahar putihnya.
Dini hari pun menjelang, aku sudah amat lelah bahkan untuk menjaga mata tetap terjaga sudah begitu susah dan nampaknya 'cairan kejantanan' Kek Wiryo sudah kering dan berpindah semuanya di dalam liang kewanitaanku. Pasti ada jutaan sperma yang sedang berkompetisi di dalam rahimku untuk meng-klaim sel telurku untuk proses pembuatan adik dari Pak Aryo.

“kalo Hana…hamil….Kek Wiryo….mau tanggung jawab….kan”?, tanyaku terengah-engah.
“tergantung….”, jawabnya dengan nafas yang juga tersengal-sengal.
“Apa?”.
“Kamu kuat…nggak…kalo Kakek hamilin…..terus….”.
“Kuaa..ttthh….rahim Hana….punya Kakek….pake…. sepuasnyaa….”, jawabku sebelum akhirnya aku tertidur karena sudah tak sanggup lagi menahan kantuk, kelelahan digempur dan ditanami benih-benih berkali-kali oleh Kakek Kesayanganku yang memang dari dulu ingin menghamiliku dari dulu ini. Kapan…. kapan fantasiku… terwujud…. dimana Kek Wiryo dan Pak Karso menyenggamaiku setiap hari, 'mencelupkan’ kail pancing mereka ke dalam tubuhku secara bersamaan maunpun bergantian, dan mengeroyok tubuhku kemudian patungan air mani setiap harinya untuk membuatku hamil



Imajinasi Seragam Hana Untuk Kedua Lansianya​

Home Page (Index Halaman)


Press Release : Tidak ada publish untuk 2 minggu ke depan karena mandek hehehe. Tapi sebagai gantinya akan di post game APK (Android) yang bikin jadi mandek karena main game itu hehehe. Nantikan di thread ini juga, yang pasti ada unsur Beauty and The Beast nya, pokoknya nagih dah
Kereeeen suhuuu
 
sebagai penikmat cerbung, sangat mengapresiasi tinggi penulis cerita ini, sangat sangat luar biasa alur ceritanya, pergumulan birahi dan kontra bathin nya.. pkokoknya salut banget dah
 
Aq g ada masalah sama adegan lessbian. Tapi seperti.a sheilla jg harus dikasih tau betapa nikmat.a kontol kakek2 :cim:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd