Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PETUALANG SUNYI

Aditya dan Alisha

Irene menuruti perintah ibunya pergi ke kamar untuk tidur. Hatinya berbunga-bunga karena cowok pujaannya ternyata tidak menolak dirinya walaupun belum tentu juga menerima dirinya. Tapi yang jelas, cowok itu belum punya pacar. Dan Irene ingin sekali menjadi pacarnya.

Sejak sebulan yang lalu, ketika cowok itu menjadi penghuni baru rumah kontrakan di sebelah, Irene sudah merasa kesengsem pada kedewasaannya ketika pertama kali melihatnya. Kak Adit memiliki kharisma yang menyejukkan hati dengan sikapnya yang ramah dan simpatik.

Setelah meminum susu yang disediakan ibunya, Irene langsung tertidur pulas seperti bayi.

***

Alisha menatap wajah putrinya yang imut dan jelita. Bibirnya tersenyum. "Untuk anak-anak seperempat tablet valium 5 mg sangat ampuh dan efektif." Katanya dalam hati. Dia lalu pergi ke dapur dan menyiapkan coklat panas. Alisha yakin, sebentar lagi Aditya akan datang mengetuk pintu rumahnya.

Soalnya, dia sudah meletakkan HPnya di dekat wastafel dapur ketika tadi membantu mencuci piring dan sebelumnya telah meminta adiknya, Irawan, untuk menelponnya pada jam 11 malam.

Apabila Aditya mengetuk pintu, Alisha akan mempersilakan masuk dan menyuguhinya dengan coklat panas yang manis. Apakah dengan sedikit godaan bisa meluluhkan kesunyian hati pemuda itu? Alisha bertanya dalam hatinya. Dia yakin, tubuhnya masih memiliki pesona. Seandainya terjadi sesuatu yang romantis, Danil dan Irene tidak mungkin akan terbangun.

Valium akan menjaga mereka tetap terlelap.

***

Alisha tersenyum ketika sebuah ketukan halus di pintu terdengar pada pukul 23.10
"Permisi, Mamah Irene... ini HPnya ketinggalan." Terdengar suara Aditya di luar pintu. Alisha cepat membuka pintu dan pura-pura membelalakkan matanya.
"Ya, ampun!" Kata Alisha. "Saya lagi pusing nyari-nyari HP dari tadi di mana nyimpennya... ayo masuk dulu Kak Adit... saya bikinkan coklat panas ya."
"Saya... saya..."
"Ayo, masuk saja. Enggak apa-apa koq." Alisha menarik tangan Adit dengan gembira.

Adit termangu di ruang tamu. Sementara Alisha dengan cepat melengos ke dapur.

Rumah kontrakan ini lebih luas dan lebih besar. Kamar tidurnya ada dua, kamar tamu dan ruang tengah terpisah. Walau kamar mandi dan dapur tergabung satu namun lebih luas dari kamar mandi dan dapur Adit.

Alisha datang dari dapur sambil menating baki berisi 2 buah gelas tinggi berisi coklat panas yang masih mengepul. Harum coklat menggelitik hidung Adit yang runcing.
"Mamah Irene... jangan repot-repot..." Adit masih berdiri di ruang tamu.
"Sama sekali tidak merepotkan." Kata Alisha sambil meletakkan baki di atas meja. "Saya tadi bingung mencari HP, jadi saya membuat coklat sambil mengingat-ingat... rupanya tertinggal di rumahmu."
"Tadi Mamah Irene mungkin lupa waktu nyuci piring di wastafel."
"Panggil saja saya Lisha, Kak Lisha. Duduklah Adit. Saya boleh panggil kamu Adit kan?"

Aditya Raharja terdiam. Kepalanya dipenuhi keraguan.

"Ya, mungkin tadi saya lupa." Katanya. Dia duduk di sebrang meja dan menatap pemuda pendiam itu dengan tatapan yang hangat.

Aditya bukan lelaki bodoh. Tatapan itu membuat hatinya mendesir oleh gairah yang selama ini terpendam. Adit bukan tidak berani melawan tatapan hangat itu. Bukan. Bahkan dia bisa mengalahkannya dengan cepat. Hanya saja, Adit takut kepada dirinya sendiri... siapa yang bisa menghentikannya jika sudah terbakar? Kalau bukan Pak Danil atau Irene yang terbangun, siapa lagi?

Adit tahu. Sekilas saja dari raut wajah Alisha yang cantik itu... sebuah rona kusut dari akumulasi kekecewaan yang panjang dan lama... Ekspresi rona wajah seperti itu pernah dia tahu secara persis. Ya, dia pernah tahu secara persis. Sangat persis bahkan. Bu Mona. Ya, Bu Mona. Adit ingat. Grand Manajer paling julid, paling kejam dan paling sadis di seantero PT. Retail Indonesia itu ternyata hanya seorang wanita yang butuh belaian kasih sayang.

Dan kepuasan.

"Koq diam? Diminum coklatnya mungpung masih panas." Kata Alisha sambil memeluk gelas tinggi itu ke dadanya. Dan menyeruput tubir gelas dengan bibirnya yang tipis.
"Terimakasih Mam... eh, Kak."

Alisha tersenyum.

"Dit, saat ini sebenarnya kesempatan baik saya untuk... Maaf. Saya harap kamu tidak akan tersinggung. Kapan lagi saya punya waktu berbincang aman seperti saat ini. Kita hanya berdua saja. Dan saya harap Adit tidak salah paham."
"Jika saya melakukan kesalahan atau telah mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh saya mohon maaf, Kak. Saya mungkin tidak sengaja." Kata Adit.

Alisha tertawa tertahan.
"Bukan." Katanya. "Bukan soal kamu. Kamu tidak pernah mengucapkan apa pun yang tidak senonoh... selama sebulan ini, sejak Adit mengisi rumah sebelah... saya merasa khawatir soal Irene." Katanya, dia menyeruput gelas coklatnya, lagi.

Aditya menatap Alisha dengan alis terangkat. Wajah simpatiknya terpapar jelas di mata Alisha.

"Saya kurang paham maksud kakak." Kata Adit. "Irene? Kenapa khawatir?"
"Ya, mungkin kamu kurang paham. Saya ini seorang Mom, Dit. Saya mengasuh dan membesarkan Irene dengan tangan saya sendiri... Danil, maksud saya Papanya, paling hanya datang seminggu 3 ata 4 kali. Itu pun cuma malam saja. Mereka jarang berinteraksi. Irene membutuhkan figur seorang ayah tapi rasanya Danil hanya memenuhi kebutuhan itu sedikit saja. Saya tidak ingin kamu salah paham, Irene menyukaimu, Dit. Tapi sebenarnya dia hanya butuh figur seorang ayah. Maksud saya... maaf... Irene baru 15 tahun. Organ-organ tubuhnya baru tumbuh... saya harap, kamu, kamu jangan salah paham. Saya ingin kalian berteman dan bersahabat tapi jangan... jangan sampai..."
"Oh, Tuhan!" Seru Adit.
"Maaf, maaf sekali lagi... saya melihat bagaimana Irene melihatmu dengan kerjapan-kerjapan matanya... dan saya, saya juga melihat kamu, Dit. Maaf sekali lagi maaf."

Aditya Raharja terdiam. Wajah simpatiknya ambyar. Berubah menjadi wajah suram yang penuh sedih dan luka.

Adit tahu bagaimana rasanya tubuh abg berusia 15 tahun. Ya, dia tahu. Dia berani bersumpah! Tapi itu adalah kesalahan yang takkan diulanginya.
"Bu Mona, maafkan saya." Desis Adit dalam hatinya.

Mulut Adit terkatup. Gerahamnya gemeretak pelahan. Irene itu sangat menggoda. Sama seperti Magdalena, putri semata wayangnya Bu Mona.

"Saya minta kamu berjanji untuk tidak menodainya." Kata Alisha dengan nada yang tenang, lembut dan pelahan.

Aditya menunduk.
"Saya berjanji, Kak." Kata Adit, suaranya gemetar.
"Saya tahu, Adit juga menyukai Irene. Dia imut kan?"

Aditya mengangguk. Sejak awal ketika dia menemukan cewek bocil itu menatapnya, Adit tahu, dia tidak boleh melakukan kesalahan yang sama.

Setelah mereka berkenalan, si bocil itu selalu menganggunya setiap pulang kerja. Adit bertanya-tanya, sampai kapan dia bisa bertahan untuk tidak menangkap tubuh abg itu dan memberinya sensasi tak terlupakan dengan mengecup bibir tipisnya. Sampai kapan?

Aditya terdiam dan merasa ditelanjangi masa lalunya oleh Alisha.
"Kamu harus melupakan Irene, Dit." Kata Alisha. "Kamu harus menunggu dia 2 atau 3 tahun lagi jika masih menginginkannya." Alisha menatap tajam pemuda ganteng itu dengan sorot matanya. Lalu, tiba-tiba, Mom berusia 35 tahun itu berdiri dari duduknya, melangkah pelahan menuju pemuda yang sedang menunduk itu. Dia kemudian berlutut di depan Adit.
"Tapi jika kau penasaran, kamu bisa cobain mamanya." Kata Alisha dengan nada yang sangat lembut.

Adit mendongak dari tunduknya. Matanya terbelalak.

Tiba-tiba sebuah ciuman mendarat di bibir Adit. Sebuah ciuman yang panas dan penuh gairah. Sedetik Adit tergeragap. Namun detik berikutnya Adit membalasnya dengan ciuman yang lebih panas dan lebih bergairah.
"Oh, Tuhan..." Desis Alisha dalam hatinya.

Ciuman balasan Adit telah membuat ujung memeknya meneteskan lendir kenikmatan. Sesuatu yang belum pernah dirasakannya selama 16 tahun pernikahan dengan Danil.

***
(Bersambung)
mantap,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
 
Om..
Kalau lagi WFH, sediain sehari ya buat lanjutin ceritanya
Saya gak sabar nih sama kelanjutannya;)
 
Orgasme pertama

Alisha tahu, sejak awal ketika dia menemukan pemuda itu sedang menjinjing TV LCD dan Laptop, lalu memasuki rumah kontrakan di sebelah rumahnya, dia telah tergoda.

Ya, pemuda itu telah menggodanya dengan senyum ramahnya yang simpatik.

Pemuda itu memiliki tubuh tinggi kurus. Sepertinya kerempeng dan tak bertenaga kalau tidak dilihat dengan cermat. Dia berbasa-basi dengan suara bassnya yang renyah.

Selama ini Alisha tidak pernah berpikir ingin berselingkuh dari suaminya. Dia berpikir, buat apa berselingkuh jika yang dimiliki lelaki lain sebelas dua belas dengan milik suaminya. Pak RT Dodi, Pak Guru Ujang dan Pak Hendra pemilik Kontrakan, beberapa kali menggodanya.

Dia pernah menyentuh kontol Pak RT dan Pak Guru dengan cara berpura-pura tak sengaja mengenainya dengan punggung tangannya. Dia lalu mengetahui ukurannya secara persis. Walau menyentuhnya dari luar celana, tapi Alisha bisa memastikan ukurannya tidak jauh berbeda dengan milik Danil. Sedangkan Pak Hendra, dia lebih tua dari suaminya. Alisha merasa malas dan tak berminat sama sekali.

Dulu, ketika mengontrak rumah di Antapani, ada seorang brondong yang ngebet kepadanya. Alisha meladeninya dan menyesalinya. Walau brondong itu sangat ganteng tapi kalau kontolnya kecil, buat apa. Brondong itu kemudian merepek-repek gak mau diputusin. Huh, lelaki macam apa itu.

Sedangkan pemuda ini, yang mulutnya tengah menyusuri lehernya dan membuat Alisha menjadi setengah gila, sangat berbeda. Alisha tahu Adit memiliki kontol yang gede ketika tak sengaja memergokinya ke luar dari kamar mandi. Dia memakai celana dalam hitam dan kedua tangannya sedang sibuk menggosok-gosok kepalanya dengan handuk. Dia mungkin baru selesai keramas dan handuk itu menutupi kepalanya.

Alisha waktu itu hendak menawarkan nasi goreng yang baru saja dibuatnya. Irene sudah pergi sekolah diantar Danil dan sisa satu piring itu sengaja khusus dibuatkan untuk Adit.

Benda itu tercetak dengan sangat jelas di permukaan celana dalamnya. Menggembung miring. Saat itu, hampir saja Alisha melemparkan piring itu dan menerkam kontol besar itu.

Tapi waktu itu tidak dia lakukan. Soalnya mereka baru kenal seminggu.

Sekarang Alisha tahu pemuda itu memiliki hasrat yang besar. Padahal kelihatannya pendiam dan sangat alim.
"Oh, Tuhan!" Keluh Alisha ketika mulut pemuda itu menggigit telinganya dengan lembut dan jemari tangannya mengelus memeknya dari luar celana dasternya.
"Kak Lisha... memeknya udah basah." Bisik Adit. Dia mengelus-elus belahan memek Alisha dari luar daster dan membuat Mom yang kesepian itu menggelinjang.

Tetapi Alisha tidak menjawab.

Sejak 16 tahun yang lalu ketika dia diperawani Danil di hotel itu, sampai beberapa puluh menit yang lalu, dia selalu melayani. Beberapa kali dia mencoba mencari selingkuhan yang dapat melayaninya tapi selalu gagal. Sekarang, ketika dia mendapatkan pelayanan yang membuatnya melayang-layang dari pemuda itu, mengapa harus menjawab pertanyaan yang sangat bodoh itu?

Alisha ingin meminta pemuda itu untuk menarik celana dasternya, meremas pantatnya dan menyibakkan kancing-kancing baju dasternya agar mulut pemuda itu menemukan dua puting yang sudah mengeras dan tanpa BHnya.

Tapi bibir mulutnya terkatup. Mengapa? Karena bibir memeknya sekarang yang membuka.

Alisha menginginkan banyak sensasi yang lainnya, oleh sebab itu dia melepaskan diri dari pagutan Adit. Wajah Alisha nampak merah dan dadanya tersengal. Nafsu syahwat telah menguasai otaknya dan dia menginginkan kontol besar itu memasuki memeknya.

Malam semakin larut dan dingin. Gang di depan rumah pun semakin lengang.

Alisha menutupkan pintu yang tak sempat ditutup secara rapat oleh Adit. Dia lalu menghadapi pemuda itu yang berdiri ambigu di depannya, secara berhadapan. Menatap mata pemuda itu dengan tantangan untuk saling jujur dan terbuka.

"Apakah kamu menginginkannya?" Tanya Alisha tiba-tiba.
"Saya tidak tahu Kakak. Tapi ini... peganglah." Jawab Adit sambil menarik tangan Alisha ke dalam celana boksernya. Alisha menurut. Tangannya kemudian menggenggam kontol Adit yang hangat dan tegang.
"Kontolmu udah ngaceng." Bisik Alisha. "Berarti kamu menginginkannya."

Alisha melepaskan genggaman tangannya pada batang kontol Adit. Kedua tangannya seperti bertolak pinggang pada pinggulnya, lalu dengan sekali membungkuk dia melepaskan celana dasternya.
"Kamu juga lepaskan." Katanya kepada Adit yang tertegun melihat mom yang merasa tak pernah orgasme itu.
"Iya Kak." Jawab Adit.

Mereka berhadapan lagi dalam keadaan telanjang dari bagian pusar ke bawah.

Alisha berjinjit untuk mendapatkan bibir pemuda itu yang sangat lembut dan manis. Menicumnya dengan gemas dan lembut. Mengemutinya dengan asyik. Tangan kirinya meraih kontol Adit yang sudah menegang pada batangnya. Diameter kontol itu besar dan panjang batangnya lebih panjang dari genggaman jari jemari tangannya.

Alisha mengoles-oleskan kepala kontol itu ke dalam belahan liang memeknya yang sudah sejak tadi meneteskan air liur kenikmatan. Setelah tepat berada di permukaan liang memek yang menganga, Alisha menekan pinggulnya sehingga batang kontol itu pun masuk ke dalam liangnya.

Clep.

"Ah... enak sekali." Bisik Alisha dalam hatinya sambil terus sibuk mengulum bibir pemuda itu dengan tekun. Setelah kepala kontol itu memasuki memeknya, Alisha kemudian mengalungkan kedua tangannya di leher pemuda itu dan memberikan goyangan dangdut maju mundur agar kontol pemuda itu memberikan sensasi enak pada memeknya.

Ternyata memang enak. Sangat enak.

Alisha menggoyangkan pantatnya dengan cepat sebab dia merasakan ada desiran halus pada kelentitnya yang menginginkan goyangannya dipercepat. Selama hampir lima menit dia mempermainkan kontol pemuda itu dengan memeknya. Alisha sungguh tak menyangka, tubuh pemuda itu demikian kuat dan kokoh. Pemuda itu tak bergeming meskipun goyangannya semakin lama semakin cepat dan gila.

Akhirnya, Alisha sudah tak sanggup lagi menahannya. Dia melepaskan mulutnya dari mulut pemuda itu dan memeluk tubuh kokoh itu dengan sangat kuat.
"Ougkh!" Keluh Alisha. Dia menempelkan permukaan selangkangannya ke permukaan selangkangan pemuda itu dengan sekuat tenaga dan bertahan dengan getaran tubuhnya yang meledakkan orgasme pertama selama hidupnya.

Ssrrrr... sssrrrrr... sssrrrr.... crot... croot... crootttt...

Alisha terus memeluk tubuh Adit sampai seluruh ledakkan orgasmenya selesai. Setelah itu dia melepaskan memeknya dari sumbatan kontol Adit, lalu terkulai di kursi sofa.

Alisha lemas.

Adit terbengong-bengong sambil berdiri. Kontolnya yang panjang dan besar itu tampak mengacung-acung tidak puas.
"Oh Tuhan!" Keluh Alisha dengan suara cukup keras. Dia berbaring di sofa dengan wajah letih. Ewean sambil berdiri memang sangat menguras tenaga, apalagi bagi Alisha yang sudah berumur 35 tahun itu. Sensasi orgasme yang menenangkan membuatnya melayang-layang dalam keadaan sakaw.
"Kakak... tapi Adit belum apa-apa nih." Kata Adit protes.

Tapi Alisha tidak menjawab. Dia sedang sibuk dengan ekstasi sakau yang melanda tubuhnya. Tetes demi tetes lendir kenikmatan itu berjatuhan pada pucuk memeknya dan mebasahi sofa. Beberapa menit kemudian terdengar bunyi dengkur yang halus.

ZZzzzzzzz....
Alisha pingsan dalam nikmatnya.

***
(Bersambung)
 
RIMBA ASMARA gimana kelanjutanya? MALAH BIKIN CERITA BARU yakin cerita ini TAMAT?

AKU ENGGAK PERLU MEMBUKTIKAN ADA ORANG YANG MEMAKSA AKU MENGHENTIKAN CERITA RIMBA ASMARA DI REAL LIFE. BUAT APA? ENGGAK ADA GUNANYA.

TOH YANG TERANCAM HIDUPKU, BUKAN HIDUP KALIAN.

AKU BIKIN CERITA DI SINI KUBILANG BERKALI-KALI INI CERITA FIKTIF. TAPI BAGI YANG NGERASA DICERITAIN, MEREKA MENGANGGAP INI ENGGAK FIKTIF.

SEANDAINYA KALIAN CERMAT KE MANA ARAH CERITA RIMBA ASMARA AKU YAKIN KALIAN PASTI PAHAM SIAPA YANG MEMAKSAKU MENGHENTIKANNYA.

TAPI AKU YAKIN KALIAN TIDAK AKAN PAHAM. SOALNYA KALIAN SEMUA UDAH DIBEGOIN MEDIA NASIONAL YANG PENIPU ITU.

AH SUDAHLAH.


BAGI KALIAN YANG SUKA NGEGAS MINTA DITERUSIN CERITA RIMBA ASMARA, BAIK YANG LANGSUNG DI TIMELINE MAUPUN DI PM, SARAN AKU SIH TERUSIN AJA SENDIRI CERITANYA DI KEPALA KALIAN.

HE HE HE
SORRY YA

PEACE
SALAM KOPI ITEM
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd