Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG PETUALANG SUNYI

Awal yang bagus, cuma mengingatkan jangan ada adegan underage, sayang kalo cerita bagus terus dibanned... Lanjutkan suhu..
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Purbaya1
Apa yg direncanakan Mama Irene?
Kayaknya mo enak2..
Adit ga hom2 kan Hu?
Soalnya koq masih jomblo
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Mantap suhu... rimba asmara nya tersesat di tengah rimba... biarlah petualang sunyi yg membantu asmara keluar dari rimbanya,..... mantap deh...... lanjutkan teruss... gasspolll
 
Selalu yg namanya Irene kok bikin gemes gemes gitu ya wkwkwk. Alisha kutunggu goyangan mu ..xixixi
 
Aditya dan Alisha

Irene menuruti perintah ibunya pergi ke kamar untuk tidur. Hatinya berbunga-bunga karena cowok pujaannya ternyata tidak menolak dirinya walaupun belum tentu juga menerima dirinya. Tapi yang jelas, cowok itu belum punya pacar. Dan Irene ingin sekali menjadi pacarnya.

Sejak sebulan yang lalu, ketika cowok itu menjadi penghuni baru rumah kontrakan di sebelah, Irene sudah merasa kesengsem pada kedewasaannya ketika pertama kali melihatnya. Kak Adit memiliki kharisma yang menyejukkan hati dengan sikapnya yang ramah dan simpatik.

Setelah meminum susu yang disediakan ibunya, Irene langsung tertidur pulas seperti bayi.

***

Alisha menatap wajah putrinya yang imut dan jelita. Bibirnya tersenyum. "Untuk anak-anak seperempat tablet valium 5 mg sangat ampuh dan efektif." Katanya dalam hati. Dia lalu pergi ke dapur dan menyiapkan coklat panas. Alisha yakin, sebentar lagi Aditya akan datang mengetuk pintu rumahnya.

Soalnya, dia sudah meletakkan HPnya di dekat wastafel dapur ketika tadi membantu mencuci piring dan sebelumnya telah meminta adiknya, Irawan, untuk menelponnya pada jam 11 malam.

Apabila Aditya mengetuk pintu, Alisha akan mempersilakan masuk dan menyuguhinya dengan coklat panas yang manis. Apakah dengan sedikit godaan bisa meluluhkan kesunyian hati pemuda itu? Alisha bertanya dalam hatinya. Dia yakin, tubuhnya masih memiliki pesona. Seandainya terjadi sesuatu yang romantis, Danil dan Irene tidak mungkin akan terbangun.

Valium akan menjaga mereka tetap terlelap.

***

Alisha tersenyum ketika sebuah ketukan halus di pintu terdengar pada pukul 23.10
"Permisi, Mamah Irene... ini HPnya ketinggalan." Terdengar suara Aditya di luar pintu. Alisha cepat membuka pintu dan pura-pura membelalakkan matanya.
"Ya, ampun!" Kata Alisha. "Saya lagi pusing nyari-nyari HP dari tadi di mana nyimpennya... ayo masuk dulu Kak Adit... saya bikinkan coklat panas ya."
"Saya... saya..."
"Ayo, masuk saja. Enggak apa-apa koq." Alisha menarik tangan Adit dengan gembira.

Adit termangu di ruang tamu. Sementara Alisha dengan cepat melengos ke dapur.

Rumah kontrakan ini lebih luas dan lebih besar. Kamar tidurnya ada dua, kamar tamu dan ruang tengah terpisah. Walau kamar mandi dan dapur tergabung satu namun lebih luas dari kamar mandi dan dapur Adit.

Alisha datang dari dapur sambil menating baki berisi 2 buah gelas tinggi berisi coklat panas yang masih mengepul. Harum coklat menggelitik hidung Adit yang runcing.
"Mamah Irene... jangan repot-repot..." Adit masih berdiri di ruang tamu.
"Sama sekali tidak merepotkan." Kata Alisha sambil meletakkan baki di atas meja. "Saya tadi bingung mencari HP, jadi saya membuat coklat sambil mengingat-ingat... rupanya tertinggal di rumahmu."
"Tadi Mamah Irene mungkin lupa waktu nyuci piring di wastafel."
"Panggil saja saya Lisha, Kak Lisha. Duduklah Adit. Saya boleh panggil kamu Adit kan?"

Aditya Raharja terdiam. Kepalanya dipenuhi keraguan.

"Ya, mungkin tadi saya lupa." Katanya. Dia duduk di sebrang meja dan menatap pemuda pendiam itu dengan tatapan yang hangat.

Aditya bukan lelaki bodoh. Tatapan itu membuat hatinya mendesir oleh gairah yang selama ini terpendam. Adit bukan tidak berani melawan tatapan hangat itu. Bukan. Bahkan dia bisa mengalahkannya dengan cepat. Hanya saja, Adit takut kepada dirinya sendiri... siapa yang bisa menghentikannya jika sudah terbakar? Kalau bukan Pak Danil atau Irene yang terbangun, siapa lagi?

Adit tahu. Sekilas saja dari raut wajah Alisha yang cantik itu... sebuah rona kusut dari akumulasi kekecewaan yang panjang dan lama... Ekspresi rona wajah seperti itu pernah dia tahu secara persis. Ya, dia pernah tahu secara persis. Sangat persis bahkan. Bu Mona. Ya, Bu Mona. Adit ingat. Grand Manajer paling julid, paling kejam dan paling sadis di seantero PT. Retail Indonesia itu ternyata hanya seorang wanita yang butuh belaian kasih sayang.

Dan kepuasan.

"Koq diam? Diminum coklatnya mungpung masih panas." Kata Alisha sambil memeluk gelas tinggi itu ke dadanya. Dan menyeruput tubir gelas dengan bibirnya yang tipis.
"Terimakasih Mam... eh, Kak."

Alisha tersenyum.

"Dit, saat ini sebenarnya kesempatan baik saya untuk... Maaf. Saya harap kamu tidak akan tersinggung. Kapan lagi saya punya waktu berbincang aman seperti saat ini. Kita hanya berdua saja. Dan saya harap Adit tidak salah paham."
"Jika saya melakukan kesalahan atau telah mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh saya mohon maaf, Kak. Saya mungkin tidak sengaja." Kata Adit.

Alisha tertawa tertahan.
"Bukan." Katanya. "Bukan soal kamu. Kamu tidak pernah mengucapkan apa pun yang tidak senonoh... selama sebulan ini, sejak Adit mengisi rumah sebelah... saya merasa khawatir soal Irene." Katanya, dia menyeruput gelas coklatnya, lagi.

Aditya menatap Alisha dengan alis terangkat. Wajah simpatiknya terpapar jelas di mata Alisha.

"Saya kurang paham maksud kakak." Kata Adit. "Irene? Kenapa khawatir?"
"Ya, mungkin kamu kurang paham. Saya ini seorang Mom, Dit. Saya mengasuh dan membesarkan Irene dengan tangan saya sendiri... Danil, maksud saya Papanya, paling hanya datang seminggu 3 ata 4 kali. Itu pun cuma malam saja. Mereka jarang berinteraksi. Irene membutuhkan figur seorang ayah tapi rasanya Danil hanya memenuhi kebutuhan itu sedikit saja. Saya tidak ingin kamu salah paham, Irene menyukaimu, Dit. Tapi sebenarnya dia hanya butuh figur seorang ayah. Maksud saya... maaf... Irene baru 15 tahun. Organ-organ tubuhnya baru tumbuh... saya harap, kamu, kamu jangan salah paham. Saya ingin kalian berteman dan bersahabat tapi jangan... jangan sampai..."
"Oh, Tuhan!" Seru Adit.
"Maaf, maaf sekali lagi... saya melihat bagaimana Irene melihatmu dengan kerjapan-kerjapan matanya... dan saya, saya juga melihat kamu, Dit. Maaf sekali lagi maaf."

Aditya Raharja terdiam. Wajah simpatiknya ambyar. Berubah menjadi wajah suram yang penuh sedih dan luka.

Adit tahu bagaimana rasanya tubuh abg berusia 15 tahun. Ya, dia tahu. Dia berani bersumpah! Tapi itu adalah kesalahan yang takkan diulanginya.
"Bu Mona, maafkan saya." Desis Adit dalam hatinya.

Mulut Adit terkatup. Gerahamnya gemeretak pelahan. Irene itu sangat menggoda. Sama seperti Magdalena, putri semata wayangnya Bu Mona.

"Saya minta kamu berjanji untuk tidak menodainya." Kata Alisha dengan nada yang tenang, lembut dan pelahan.

Aditya menunduk.
"Saya berjanji, Kak." Kata Adit, suaranya gemetar.
"Saya tahu, Adit juga menyukai Irene. Dia imut kan?"

Aditya mengangguk. Sejak awal ketika dia menemukan cewek bocil itu menatapnya, Adit tahu, dia tidak boleh melakukan kesalahan yang sama.

Setelah mereka berkenalan, si bocil itu selalu menganggunya setiap pulang kerja. Adit bertanya-tanya, sampai kapan dia bisa bertahan untuk tidak menangkap tubuh abg itu dan memberinya sensasi tak terlupakan dengan mengecup bibir tipisnya. Sampai kapan?

Aditya terdiam dan merasa ditelanjangi masa lalunya oleh Alisha.
"Kamu harus melupakan Irene, Dit." Kata Alisha. "Kamu harus menunggu dia 2 atau 3 tahun lagi jika masih menginginkannya." Alisha menatap tajam pemuda ganteng itu dengan sorot matanya. Lalu, tiba-tiba, Mom berusia 35 tahun itu berdiri dari duduknya, melangkah pelahan menuju pemuda yang sedang menunduk itu. Dia kemudian berlutut di depan Adit.
"Tapi jika kau penasaran, kamu bisa cobain mamanya." Kata Alisha dengan nada yang sangat lembut.

Adit mendongak dari tunduknya. Matanya terbelalak.

Tiba-tiba sebuah ciuman mendarat di bibir Adit. Sebuah ciuman yang panas dan penuh gairah. Sedetik Adit tergeragap. Namun detik berikutnya Adit membalasnya dengan ciuman yang lebih panas dan lebih bergairah.
"Oh, Tuhan..." Desis Alisha dalam hatinya.

Ciuman balasan Adit telah membuat ujung memeknya meneteskan lendir kenikmatan. Sesuatu yang belum pernah dirasakannya selama 16 tahun pernikahan dengan Danil.

***
(Bersambung)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd