Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Naga Merah

bajingan juga si doni ini, usia masih muda,bajingannya sudah luar biasa,mungkin kedepan sedikit kasih bocoran om @attackersfreak latar belakang keluarga doni, usia muda, umur 20 an, bajingannya sudah profesional gitu, makasih updatenya ya om @attackersfreak tunggu kisah selanjutnya
rencana awal gitu sih, bahkan di notes gw yang ilang ada latar belakang si Doni bisa jadi kayak gini. cuman ya itu tadi, gegara ilang, agak males nulis ulang plus kemaren kalau dipaksain update utuh buat Doni rasanya kurang nyambung. Jadi ya hikmah ilangnya notes gw, kudu nulis ulang sekaligus memperbaiki beberapa hole di cerita (meskipun ternyata masih ada 😅)

Terima kasih saran dan kritiknya suhu2 semua, semangat dah ngelanjutin cerita 😁🍺
 
Mantebb abis nih cerita... pake mulustrasi kayanya lebih manteb nih gan..
 
Part 11.a
Naga Api


POV Naga

"Belum tidur kamu sayang?", tanyaku kepada Sari.

"Bentaran lagi ah. Nungguin kamu dulu", jawab Sari yang segera menyongsongku ketika masuk kamar.

Kututup pintu kamar, lalu kami berciuman lembut. Cantik sekali dia malam ini. Dengan baju tidur terusan selutut berbahan satin berwarna pink. Kulihat putingnya tercetak di bajunya, yang membuatku yakin dia tidak menggunakan bra.

"Kok sampe malam banget sih ngobrolnya ama anak2?", tanya Sari.

"Banyak banget memang yang lagi dibahas. Setelah peristiwa kemarin, kayaknya banyak yang bakal kita hadapi ke depannya".

"Ya udah deh, yang penting kamu jaga diri, inget, kamu sekarang udah punya istri, ada yang nungguin kamu di rumah", Sari mencubit lenganku.

Aku tertawa dan mengecup bibirnya yang manyun.

***

Malam itu entah kenapa aku terbangun dengan tiba-tiba. Firasatku merasakan sesuatu yang tidak biasa. Kulihat Sari masih terlelap tidur di sampingku tanpa busana.

Akupun bangkit dari ranjang lalu turun ke lantai bawah untuk mengambil air putih. Terasa panas badanku. Tetapi di lantai bawah ternyata Satrio, Beni dan Rangga telah duduk di ruang makan. Sementara Panji yang wajahnya masih terlihat mengantuk berjalan gontai ke arah kami.

"Ehemm..", kudengar suara dari belakangku yang ternyata Pak Cipta sedang berjalan ke arahku.

"Rupanya kalian menyadarinya juga hingga sudah berkumpul disini", Pak Cipta tersenyum membuka percakapan.

"Aku sebenarnya cuman ngikut aja sih, dibangunin si Rangga tau tuh ada apa", sahut Beni masih dengan gaya cengengesannya.

Satrio mengamini perkataan Beni.

"Ya, mungkin intuisi kalian memang belum sepenuhnya terasah, tapi aku yakin sebentar lagi kalian bakal membuka gerbang kedua, dan bakal waspada bila terjadi situasi seperti ini", ujar Pak Cipta.

"Situasi seperti ini, maksudnya?", tanya Panji.

"Firasat.. bagi pengguna Kundalini yang telah membuka gerbang kedua, firasat sendiri tidak boleh diabaikan, karena penggunanya telah memperoleh kebangkitan intuisi dan kewaspadaan. Meski terkadang ada pengguna Kundalini dengan pembukaan gerbang tinggi namun kewaspadaanya kuran, bukan karena tidak terbangkitkan, tetapi memang dia memilih tidak mempercayai intuisinya", jelas Pak Cipta.

"Dan malam ini, seperti yang Rangga dan juga Naga rasakan, aku juga merasakan firasat yang sama. Maka sebaiknya kita meningkatkan kewaspadaan, ingat, kita menghadapi musuh yang tidak bisa dianggap remeh", Pak Cipta lalu mengambil tempat duduk di sebelahku.

"Bagaimana keadaan Sari sekarang Naga?", tanya Pak Cipta kepadaku

"Kurasa masih sedikit shock, tetapi pernikahan kami kurasa membawa efek baik baginya", jawabku.

Pak Cipta hanya manggut2 dan tersenyum. Beberapa menit kemudian kami lalui dengan diam. Sibuk dengan pikiran kami masing-masing.

Tiba-tiba telingaku menangkap suara gerakan dari samping dan atap rumah. kuperkirakan sekitar 6 orang. Dan aku yakin mereka bukan orang sembarangan karena gerakan mereka sangat halus namun kokoh.

Aku memandang Rangga, dan dia mengangguk balas menatapku. Sementara Beni, Satrio dan Panji nampak mengerti dengan isyaratku dan Rangga.

Pak Cipta menyuruh kami semua menuju ruang teras depan, kemudian menyuruh aku dan Rangga untuk duduk di bangku teras, sementara Satrio, Beni dan Panji disuruhnya bersiap menuju halaman rumah.

"Cukuplah pertarungan ini sebagai pemanasan buat mereka sebelum kebangkitan kundalininya", ucap Pak Cipta kepadaku.

"Sobat yang ada di atas atap dan samping rumah, silahkan lewat pintu depan. Tak enak rasanya kami mempersilakan masuk tamu dari pintu yang tidak semestinya", kali ini Pak Cipta berkata sambil mendongak ke atas.

Yang mengherankan, Pak Cipta seperti hanya berbicara biasa, namun suaranya seperti mendengung keras di telinga kami semua.

Tak berapa lama aku mendengar suara berisik, lalu nampak 5 tubuh berpakaian hitam dengan lambang kelelawar putih di punggungnya berloncatan turun di halaman rumah.

"Pak Cipta, tadi aku merasakan kehadiran 6 orang, tetapi mengapa hanya 5 orang yang ada disini?", tanyaku.

"7 sebenarnya, tetapi tenang, satu orang yang tidak hadir disini sudah diurus oleh satu orang di pihak kita", ucap Pak Cipta sambil terkekeh.

Aku terdiam. Berarti ada satu orang yang tidak terdeteksi olehku. Siapakah orang yang begitu hebatnya bisa menyembunyikan hawa kehadirannya.

Dan kini di halaman rumah tampak 5 orang berpakaian hitam berhadapan dengan Satrio, Beni dan Panji. Masing-masing pihak sudah memasang kuda-kuda. Tak lama sebuah bentakan keras diikuti dengan tendangan dari salah satu orang berpakaian hitam membuka pertempuran.

Dengan tenang Satrio memapag serangan orang itu. Sementara sikunya langsung meluncur ke dada si penyerang yang terbuka. Tetapi rupanya si penyerang bukan bocah kemarin sore. Dengan cepat tubuhnya mundur setindak sehingga sikutan Satrio mengenai tempat kosong.

Namun rupanya Satrio juga telah memperkirakan hal tersebut. Memanfaatkan dorongan tubuhnya saat melancaran sikutan, dengan cepat serangan sikunya digantikan dengan tendangan memutar yang telak mengenai pinggang orang berpakaian hitam tersebut.

"Bugh..", orang berbaju hitam tersebut terlempar ke samping.

Belum sempat Satrio menghela nafas, serangan selanjutnya datang dari teman si baju hitam. Beni kali ini yang meloncat menghadapi orang tersebut. Tendangan si penyerang langsung diadu dengan kakinya. Posisi Beni lebih menguntungkan karena memapag serangan dari samping sementara sang penyerang hanya berkonsentrasi pada Satrio, tidak menduga serangannya dipatahkan oleh orang lain. Si penyerang terlempar dengan kondisi kaki patah.

Melihat hal ini, akhirnya keempat orang termasuk yang terkena tendangan Satrio tadi merangsek maju bersamaan.

Kali ini Pak Cipta berdiri. Dengan santai ia menuju arena pertempuran.

"oke, kali ini cukup fair, empat lawan empat. Sudah lama aku tidak berolahraga", ujar Pak Cipta sambil tersenyum lebar.

Meski kurasa kelima penyerang tersebut telah membuka gerbang Kundalini mereka, tetapi mungkin mereka belum sepenuhnya bisa mengendalikannya. Terbukti Satrio dan Beni langsung diatas angin saat bertemput menghadapi mereka. Beberapa kali pukulan Beni dan Satrio mengenai lawan mereka. Namun kuakui kekuatan mereka bertahan menghadapi Satrio dan Beni patut diacungi jempol.

Di sudut lain kulihat Panji mulai kewalahan menghadapi lawannya. Pada satu kesempatan sebuah tendangan telak tepat mengenai dada Panji. Tubuhnya terlempar menghantam tanah, sementara darah terlihat mengalir dari sudut bibirnya. Sepertinya Panji pingsan akibat benturan tadi.

Aku bangkit dari dudukku untuk membantu Panji, namun Rangga menepuk lenganku dan menyuruhku duduk kembali.

"Kamu ga ngerasain aura berbeda dari Panji saat dia terhempas tadi?", tanya Rangga kepadaku

Aku kembali memandang Panji. Kulihat aura tubuhnya yang seakan menjadi lebih pekat. Beberapa kali kulihat kilatan cahaya disekitar tubuhnya membelah auranya.

"Apakah Panji berhasil membangkitkan Kundalini miliknya?", tanyaku kepada Rangga

"Tepat, dan lebih daripada itu, Kundalini miliknya sepertinya juga telah dapat dikendalikan sepenuhnya", jawab Rangga.

"Kilatan cahaya di sekitar auranya menandakan bahwa Kundalininya telah dikalahkan dan menuruti perintah sang pemilik".

"Bahkan Kundalini milikmu belum memberitahukan namanya kepadamu bukan?", tanya Rangga

Aku mengangguk sambil memandang Rangga.

"Ketika sang Kundalini telah memberikan namanya kepada pemiliknya, artinya dia telah tunduk sepenuhnya di bawah perintah sang pemilik".

"Dan baru kali ini aku melihat ada pemilik Kundalini yang membuka gerbang pertama dan langsung menundukkan naga miliknya", Rangga melanjutkan dengan mimik wajah yang menunjukkan kekaguman.

"Luar biasa tekad anak itu", ujarnya kemudian.

Sementara Panji yang telah bangkit dari pingsannya, tiba-tiba membawa aura yang mengerikan disekitarnya. Perlahan dia bangkit. Sementara penyerangnya seperti mendapat tekanan yang tidak nampak hingga menciutkan nyalinya.

Beberapa langkah sang penyerang mundur dengan wajah pucat. Panji memasang kuda-kuda lalu meloncat tinggi dan melancarkan tendangan ke penyerangnya. Mencoba menghindar, sang penyerang menggulingkan badannya ke samping. namun Panji rupanya menyadari elakan tersebut, sehingga tendangan kanannya yang tadinya mengarah lurus ke depan langsung diubah menjadi tendangan kiri menyamping.

"Brakk...", tendangan Panji telak menghantam dada si penyerang dan aku yakin tulang dadanya ikut remuk. Sang penyerang terlempar ke belakang lalu ambruk tak bergerak.

Sementara kulihat Satrio dan Beni yang rupanya telah selesai bertempur ikut mengawasi pertempuran Panji.

Lain hal dengan Pak Cipta yang rupanya masih bermain-main dengan lawannya. Beberapa kali tubuh tambunnya dengan menakjubkan melakukan elakan2 akrobatis yang hampir mustahil dilakukan oleh orang dengan bobot tubuh diatas 90 kilogram.

Hingga akhirnya Pak Cipta meloncat mundur meninggalkan arena.

"Rangga, tolong lanjutkan, aku capek", kata Pak Cipta.

Rangga tidak menunggu lama dan langsung melesat mendekati penyerang Pak Cipta tadi. Jari-jarinya langsung terkembang mengeluarkan aura yang menyeramkan. Tentu saja tak menunggu lama bagi si penyerang menghadapi pemilik Kundalini gerbang kedua. Sebentar saja jantungnya telah tertembus jari milik Rangga.

Belum sempat kami bernafas lega, tiba2 sebuah jasad terlempar dari belakang rumah, langsung jatuh di tengah arena bekas pertempuran tadi.

"Komar", desisku

Tubuh Komar nampak menyedihkan. Kepalanya terpuntir ke belakang. Wajahnya menunjukkan kengerian sesaat sebelum dia tewas. Siapa orang yang telah menewaskan Komar. Atau jangan-jangan orang ketujuh yang tidak bisa kudeteksi keberadaannya tadi. Belum sempat aku berfikir panjang, sebuah suara tertawa keras muncul dari balik pintu rumah.

"Hahahaha, lama tak jumpa Cipta, kulihat kamu semakin makmur saja".

"Dan kamu bocah, jangan lupa kembalikan lagi cincinku. Sudah tak tahan aku beberapa hari disiksa panas Kundalini", orang tersebut menyapa kami sambil tertawa lebar

"Bang Hadi..", gumamku sambil tersenyum.

***
 
Terakhir diubah:
Makasih supportnya suhu2, mohon maaf part ini agak pendek karena memang pendek, hehehe..
Tapi tenang, ga lama update lagi.

Rencana awal sih mau dobel update, tp daripada kejadian kayak kmren notesnya ilang, ya yg udah ada di update dulu hehehe...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd