(kriiinnngggg.................)
Pagi menjelang, kami berdua terbangun oleh suara dering telepon. Mama segera bangkit, dengan langkah kaki yang masih gontai ia berjalan menuju telepon itu.
"halooo....." kata mama.
'halo mah.... Ini ayah......, baru bangun ya?'
"iya.... Ada apa yah... tumben pagi-pagi telepon..."
'iya .... Ayah mau ngabarin, kepulangan ayah ditunda.... Ada masalah mesin di pengeboran....'
"ohhh... yasudah.... Ayah fokus kerja dulu..... jangan lupa makan yah...."
'iya...... makasih ya mah.... Ayah balik kerja lagi....'
"oke yah....."
Mama menaruh kembali gagang telepon itu ketempatnya.
"ayah ya mah?"
Mama mengangguk, matanya masih sayu karena kantuk. Ia kembali merebahkan diri bersamaku.
Setengah jam berlalu, kini kami telah terjaga. Permainan dengan mama semalam benar-benar membuatku lelah. Aku berjalan menuju ke kamarku.
Kulihat file video yang kudownload semalam sudah selesai, aku segera mematikan komputer itu tanpa menonton video yang kudownload.
Aku bergegas memasuki kamar mandi dan membersihkan diri.
Selepas mandi, badanku kembali segar. Aku keluar menghampiri mama di dapur. Ia telah menyiapkan sarapan untuk kami.
"pagi mah......" kataku.
"pagi sayang....." ia membalas.
"mama udah mandi?"
"udah...... abis keringetan banget... badan mama jadi lengket..."
"sampe tiga ronde sih....." kataku.
"huuuu.... Kamu yang mulai......" mama mencibirku.
Aku hanya tersenyum saja.
"kirain mama belom mandi.... Abis kimononya masih yang semalem...."
"ahh dirumah kan Cuma ada kita berdua.... Biarin aja....kamu sendiri Cuma pake handuk doang...."
Kami berdua tersenyum. Mama mengambilkanku sepiring nasi, kami mulai sarapan.
Dalam sela-sela sarapan itu kami berbincang. Ternyata mama tidak keberatan menerima permintaanku semalam. Aku senang, sekarang aku tidak perlu lagi berhubungan dengan wanita-wanita yang tidak jelas. Sudah ada mama yang siap memenuhi permintaanku.
Lagipula mama juga kesepian, hasratnya selalu tertunda. Seperti pagi ini, lagi-lagi ayah harus menunda kepulangannya, ia harus tinggal lebih lama karena pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Nasi di piring kami sudah habis. Aku meminum air di gelas kaca yang disediakan oleh mama.
"mah...... main lagi yuk...."
"ehhhh.... Kok kamu jadi ketagihan gitu main sama mama....."
"abis mama menggoda banget sih...."
"apanya yang menggoda...... tete mama aja udah peot begini...." Ia menyingkap kimononya, membuat kedua payudara itu menyembul keluar.
"tetep aja mama bikin horny.... Mama kan cantik... putih..." kataku.
Wajah mama merona, aku mendekatinya dan mengecup bibirnya.
"masa di dapur sih sayang....."
"aku udah ga tahan mah...... pengen ngentot sama mama......" kataku.
Aku segera menarik tubuh mama untuk berdiri, kubalikkan tubuh mama membelakangiku. Ia menundukkan tubuhnya dan bertumpu pada meja.
Kuarahkan penisku menuju vagina mama.
(sfx : Sleppp.....)
"Aaakkkhh..... sabar sayang...."
Kumasukkan penisku kedalam vagina mama yang masih belum basah. Kurasakan penisku bergesekan didalam lubang itu.
"Aaaaahhhhssss...... keset banget mahh....enak...." ceracauku.
Aku mulai memompa penisku perlahan.
"Aaaakkhh.....Mmmmmhhh..." mama mendesah.
Perlahan vagina itu mulai basah. Kini aku dengan leluasa menggerakkan penisku maju mundur.
Kuraih kedua payudara mama yang berguncang karena gerakan kami.
Kuremas kuat kedua payudara itu. Puting mama kuselipkan antara jari telunjuk dan jari tengahku. Ohhhh...... nikmat sekali.
"mahhh....... Enak banget mah......"
"Aahhhh...... terus..sayang..Ahhhhh....Ahhhhh....... genjot terut....."
Mama menekan tubuhku kebelakang dengan pantatnya, penisku kini masuk semakin dalam.
Hujaman demi hujaman kulancarkan. Perlahan meja makan itu bergeser dari posisinya. Gelas-gelas di atas meja itu saling beradu, menciptakan suara gaduh.
Mama mengulurkan tangan ke selangkangannya. Ia mengusap klitorisnya dengan jemari tangan kirinya.
Aku mencengkeram erat tubuh mama dan terus memompa penisku.
"Aaaaahhhh......Aaaahhhhhhh........."
Mama tertunduk. Dahinya menyentuh bibir meja itu.
Vagina mama berdenyut kencang.
"mmaaahhh...... memek mama sempit banget...."
"ahhhh...... terus sayang....... Enak sayang....."
Aku mempercepat gerakanku. Gesekan antara penisku dengan vaginanya semakin nikmat.
Penisku mulai berdenyut.
Tubuh mama menegang.
Usapan jemari mama di klitorisnya sesekali menyentuh buah penisku. Usapan itu cepat sekali, sepertinya mama mengejar orgasmenya yang sebentar lagi tiba.
"Aaaaaahhh.........Aaaaaaaahhh...Oooohhhhhh...." mama melenguh.
"maaahh... aku mau keluaaar....."
Kudekap erat tubuh mama.
Cengkeraman erat di penisku membuat nafsuku meledak. Aku mempercepat hujamanku, semakin cepat dan kuat.
"AaaaaAAaaaaahhh.... Sayang...Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh..." mama melenguh panjang.
"Aaahh....Aaaaaaaaaahhh.."
(sfx : Crooootttt.......Croooottt.....Crooott....)
Spermaku kembali membasahi rahim mama.
Lututku mulai lemas, kakiku bergetar menerima orgasme yang begitu cepat.
Aku menarik tubuh mama untuk duduk di kursi. Penisku masih menancap dalam vaginanya.
Ia menyandarkan tubuhnya ke tubuhku. Kukecup lembut lehernya.
"mahhh.... Enak ga ngentot sama aku?"
"hhhh....enak banget sayang..... kamu bisa puasin mama sebanyak kamu mau.... Asal selama ayah ga ada ya....."
"Ngomong-ngomong kalo mama hamil gimana.....?"
"mama kan pasang KB.... Gak akan hamil kok..."
Aku mengusap payudara mama dengan gerakan memutar. Payudara mama yang dalam kondisi normal agak kendor, kini masih menegang. Puting susu itu mengacung seakan menantang.
"udah yuk sayang..... mama capek...." Kata mama.
"iya mah...aku juga...."
Kami menyudahi permainan itu.
Aku kembali kekamarku, kuraih handphone yang tergeletak di atas meja. Baterainya sudah penuh.
'ehhh.... Ada sms...' batinku.
'Tom... sibuk ga? Katanya mau traktir?'
Ternyata dari mbak Naya. Aku segera membalas sms itu.
Kami janjian bertemu di sebuah mall di jakarta selatan.
Aku segera memacu mobilku menuju kesana. Hari ini aku akan bertemu kembali dengan bidadari penolongku. Mantabbbb..........^^
Sesampainya disana, aku menunggu di pintu masuk selatan. Disana ada sebuah bangku panjang, aku duduk disana.
Beberapa menit berlalu, tiba-tiba sepasang tangan menutup mataku.
"tebak siapa?"
"ya pasti malaikat penolongku dong......" kataku.
"gombal........." kata Naya sembari melepaskan tangannya dari tanganku.
Kami berdua memang cepat akrab. Naya memang seorang yang memiliki pribadi cepat bergaul. Tutur katanya lemah lembut, sopan, dan santun. Membuat dirinya seakan tidak asing dimata setiap orang.
"mau ditraktir dimana nih?" tanyaku.
"terserah....."
kata-kata sakti itu lagi.
"Yaudah, kita makan di sana mau ga?" aku menunjuk sebuah restoran berlambang kepala sapi di pojok pintu masuk.
"boleh......" jawabnya.
Kami pun bergegas masuk.
Setengah jam berlalu.
Berbincang dengan Naya memang mengasyikkan. Wawasannya begitu luas. Tak heran ia lulus kuliah dengan cepat. Naya bercerita, ia sedang bertengkar dengan pacarnya. Pacarnya selingkuh, maka dari itu ia tidak segan mengajakku jalan. Mungkin ingin balas dendam.
Setelah makan, kami bergegas keluar. Kami berjalan bergandengan seakan seorang kekasih.
"mba... mau nonton ga?"
"emank ada film apa?"
"ga tau.... Kita liat aja dulu yuk...."
"boleh......"
Perlahan kami menyusuri jalan menuju bioskop di lantai paling atas. Menaiki eskalator dan memandang sekeliling. Kami bercengkerama sangat akrab. Terkadang Naya menunjuk sebuah toko. Katanya ditoko itu menjual buku-buku yang bagus.
Pantas saja wawasannya luas, ternyata ia senang membaca buku.
Beda sekali denganku, dulu buku pelajaranku malah kujadikan bantal
Tak lama kami sampai di tempat yang dituju.
Pintu masuk dari kaca itu membuka otomatis ketika kami mendekat.
Udara dari dalam menyeruak keluar. Wangi popcorn begitu terasa, khas sekali seperti aroma bioskop dimana-mana.
Kami masih bergandengan ketika berjalan menuju pembelian tiket.
Naya menunjuk sebuah film yang menurutnya bagus.
Sebenarnya aku kurang menyukai film ber-genre romantis. Tapi tak apa lah. Demi menyenangkan hatinya akan kuturuti.
Waktu kedatangan kami pas sekali, film itu dimulai tidak sampai lima belas menit lagi.
Kursi yang tersisa saat itu cukup banyak, tampaknya orang-orang kurang menyukai film ini.
Aku segera membeli dua buah tiket tanpa menanyakan tempat duduk.
Setelah membayar, kami segera menuju pintu theater yang dimaksud.
Aku mengecek tiket kami. Tempat duduk kami di baris A.
"hah? Paling atas?" kataku.
"emang kenapa kalo diatas? Tadi gak milih tempat?"
"iya, aku main bayar-bayar aja....."
"yaudah gapapa..... yuk masuk."
Tangan kami saling menggengam erat ketika kami menaiki anak tangga di tengah hamparan kursi itu. Menuju baris paling atas yang ternyata tidak dihuni seorang pun. Rata-rata orang memilih bangku di baris tengah.
"waduh.....kok jadi mojok begini?"
"gapapa... biar romantis...."
'eeeee..... dia ngasi kode....'
Kami duduk berdampingan. Mengatur posisi duduk kami agar cukup nyaman.
Tak lama film dimulai. Ternyata kami adalah orang terakhir yang memasuki ruangan itu. Sepi sekali di dalam. Hanya ada beberapa pasangan yang duduknya saling berjauhan. Kami dengan leluasa bisa melihat mereka dari deret paling atas.
Naya memperhatikan dengan seksama film itu, namun lain denganku. Aku sama sekali tidak bisa mencerna alur ceritanya.
Membosankan, begitu pikirku.
Aku mulai mengusap punggung tangan Naya.
Kulitnya halus sekali. Lembut bagai kain sutera.
Naya menengok kearahku dan tersenyum.
"bosen ya?" kata Naya berbisik
Aku mengangguk.
"kalo aku sih udah tau jalan ceritanya dari baca novel.." katanya.
"aku gak ngerti sama sekali...hihihi...." Aku ikut berbisik.
Kami menyandarkan tubuh kami agak naik.
"lho? Pada kemana nih orang" tanyaku. Saat itu kulihat tidak ada satu kepalapun menyembul dari balik punggung bangku-bangku itu.
"sssttt..... mereka lagi mesra mesraan" kata Naya.
"gila.... Kalo keliatan orang gimana...." Kataku berbisik.
"makanya jangan berisik...."
Naya menyandarkan kepalanya dibahuku.
"sayang ya mba udah punya pacar....."
"emank kenapa?"
"aku kan masi jomblo....ahahah"
"yaudah si jalanin aja......"
Aku menoleh kearah Naya. Ia pun menoleh kearahku.
Mata kami menyatu, kami saling berpandangan. Perlahan kami saling mendekatkan wajah.
Bibir kami menyatu.
Bibir Naya yang lembut kini melumat bibirku.
Tak kusangka ia begitu agresif. Aku memberanikan diri meraba pahanya yang dibalut rok sebatas lutut.
"mmm...." Ia mendesah pelan.
Lidah kami bertautan. Kami merundukkan posisi duduk kami. Saat ini alur cerita di film itu sudah kami lupakan. Kami larut dalam percumbuan yang semakin panas.
Perlahan aku mulai menyingkap roknya.
Jemari tanganku kini meraba kulit pahanya yang halus.
Ia membalas meraba selangkanganku. Penisku yang sudah mengeras ia genggam dari balik celana.
"sssshh..mm.." aku mendesah pelan dalam ciuman kami.
'Ahhhh.......' Kami mendengar suara memekik dari kejauhan.
Tampaknya para pasangan itu sudah berbuat lebih jauh.
Perlahan Naya mulai menurunkan resleting celanaku. Ia mengeluarkan penisku yang mengeras dari penjara yang membelenggunya. aku tak mau kalah. Kususupkan tanganku di antara celana dalamnya. Kuraba bulu-bulu lembut yang tumbuh disana.
Perlahan jemariku menggesek klitorisnya. Ia mengeliang pelan. Diremasnya batang kemaluanku yang menegang kuat.
Tanganku kini mulai menyusup dibalik kausnya, mengaduk-aduk apa yang ada di balik kaus merah itu. Kuselipkan jemariku di dalam branya.
"sshh.... Toket mba gede banget..." kataku berbisik.
Ia hanya tersenyum. Ia menundukkan badan dan mulai mengulum penisku.
Kurasakan bibir dan lidah itu begitu lincah memainkan batang penisku yang mengacung tegak.
Jemari tanganku mulai memasuki liang vagina yang telah basah itu.
"mba....aku ga tahan nih...."
Ia melepas kulumannya. Sandaran tangan di antara tempat duduk kami naikkan agar ia bisa merebahkan diri.
Aku membuka selangkangannya lebar-lebar.
Kusingkap celana dalam itu tanpa melepasnya. Lubang kenikmatan itu sudah terpampang didepan mata.
Kutindih tubuh Naya dan kumasukkan penisku perlahan.
"mmhh.." ia mendesah.
Kugerakkan penisku perlahan, keluar masuk.
Kunikmati sensasi berhubungan sex di tempat umum yang belum pernah kurasakan.
Mulut Naya terkatub rapat. Ia tidak ingin desahan-desahan liar keluar dari bibirnya.
Aku menyingkap kausnya dan mulai menjilati dadanya.
"mmhh...mmhhh...mhh.." ia mendesah di sela nafasnya
Aku tidak berani untuk menaikkan tempo gerakanku. Khawatir ia akan mendesah keras.
Perlahan-lahan aku memompa penisku.
Detik demi detik yang kami lewati dalam ruangan gelap itu sangat kami nikmati. Perlahan, keringat mulai mengucur. Udara pendingin ruangan tak sanggup menahan kobaran asmara diantara kami. Vaginanya mulai berdenyut. Mengcengkeram lembut kejantananku.
"mm....hh.." ia mendesah begitu pelan, sangat berkebalikan dengan apa yang dilakukan tangannya pada tubuhku. Jemari itu mengcengkeram kuat pundakku. Kedua pahanya merapat kuat. Menjepit pinggangku. Penisku berdenyut kencang, gerakan perlahan ini ternyata membawa kenikmatan tersendiri.
Tubuhya menegang.
"mmmmhh.......mmmmmhh......." ia mendesah diikuti dengan melelehnya cairan kenikmatan dari vaginanya. aku mengcengkeram kuat payudara Naya dan menarik sedikit penisku sampai bibir vaginanya.
(sfx : Croott..Crooottt......Crooott....)
Spermaku menyembur dalam lubang kenikmatan itu. Semoga saja tidak sampai kerahimnya.
Naya menepuk punggungku, memintaku untuk bangkit.
Kami kembali kepada posisi duduk. Naya mengambil tisu di tas kecil yang dibawanya. Ia membersihkan lelehan spermaku. Tisu itu kemudian dimasukkan kedalam plastik kecil yang tadinya digunakan untuk menyimpan bedak.
"mba...... gapapa nih ML sama aku?" tanyaku berbisik. Aku membereskan baju dan celanaku yang porak poranda.
"gapapa... santai aja....." katanya.
Aku hanya memandang kearahnya ketika ia membereskan pakaiannya.
Tak sampai dua menit, lampu ruangan itu kembali menyala.
Untunglah kami sudah kembali rapi. Sempat aku memandang ke sekeliling sebelum kami menuruni tangga.
Pasangan-pasangan itu masih sibuk merapikan pakaian mereka.
Kami berjalan menuju pintu keluar.
Beberapa orang berlalu lalang di lorong itu.
Sial, toilet penuh. Orang-orang yang ingin masuk kesana sampai harus mengantri di luar toilet.
"gak jadi ke toilet?" tanya Naya.
"ngak deh.... Males ngantrinya panjang... kita keluar aja dulu..." kataku.
Kami berjalan-jalan mengitari mall itu, tak ada yang cukup menarik untuk menahan mata kami memandang cukup lama.
Langkah kaki menuntun kami sampai di pelataran mall itu.
Sebuah kursi panjang terbuat dari besi terlihat kosong.
Kami berjalan menyusuri pelataran dan duduk disana.
Pagi menjelang, kami berdua terbangun oleh suara dering telepon. Mama segera bangkit, dengan langkah kaki yang masih gontai ia berjalan menuju telepon itu.
"halooo....." kata mama.
'halo mah.... Ini ayah......, baru bangun ya?'
"iya.... Ada apa yah... tumben pagi-pagi telepon..."
'iya .... Ayah mau ngabarin, kepulangan ayah ditunda.... Ada masalah mesin di pengeboran....'
"ohhh... yasudah.... Ayah fokus kerja dulu..... jangan lupa makan yah...."
'iya...... makasih ya mah.... Ayah balik kerja lagi....'
"oke yah....."
Mama menaruh kembali gagang telepon itu ketempatnya.
"ayah ya mah?"
Mama mengangguk, matanya masih sayu karena kantuk. Ia kembali merebahkan diri bersamaku.
Setengah jam berlalu, kini kami telah terjaga. Permainan dengan mama semalam benar-benar membuatku lelah. Aku berjalan menuju ke kamarku.
Kulihat file video yang kudownload semalam sudah selesai, aku segera mematikan komputer itu tanpa menonton video yang kudownload.
Aku bergegas memasuki kamar mandi dan membersihkan diri.
Selepas mandi, badanku kembali segar. Aku keluar menghampiri mama di dapur. Ia telah menyiapkan sarapan untuk kami.
"pagi mah......" kataku.
"pagi sayang....." ia membalas.
"mama udah mandi?"
"udah...... abis keringetan banget... badan mama jadi lengket..."
"sampe tiga ronde sih....." kataku.
"huuuu.... Kamu yang mulai......" mama mencibirku.
Aku hanya tersenyum saja.
"kirain mama belom mandi.... Abis kimononya masih yang semalem...."
"ahh dirumah kan Cuma ada kita berdua.... Biarin aja....kamu sendiri Cuma pake handuk doang...."
Kami berdua tersenyum. Mama mengambilkanku sepiring nasi, kami mulai sarapan.
Dalam sela-sela sarapan itu kami berbincang. Ternyata mama tidak keberatan menerima permintaanku semalam. Aku senang, sekarang aku tidak perlu lagi berhubungan dengan wanita-wanita yang tidak jelas. Sudah ada mama yang siap memenuhi permintaanku.
Lagipula mama juga kesepian, hasratnya selalu tertunda. Seperti pagi ini, lagi-lagi ayah harus menunda kepulangannya, ia harus tinggal lebih lama karena pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Nasi di piring kami sudah habis. Aku meminum air di gelas kaca yang disediakan oleh mama.
"mah...... main lagi yuk...."
"ehhhh.... Kok kamu jadi ketagihan gitu main sama mama....."
"abis mama menggoda banget sih...."
"apanya yang menggoda...... tete mama aja udah peot begini...." Ia menyingkap kimononya, membuat kedua payudara itu menyembul keluar.
"tetep aja mama bikin horny.... Mama kan cantik... putih..." kataku.
Wajah mama merona, aku mendekatinya dan mengecup bibirnya.
"masa di dapur sih sayang....."
"aku udah ga tahan mah...... pengen ngentot sama mama......" kataku.
Aku segera menarik tubuh mama untuk berdiri, kubalikkan tubuh mama membelakangiku. Ia menundukkan tubuhnya dan bertumpu pada meja.
Kuarahkan penisku menuju vagina mama.
(sfx : Sleppp.....)
"Aaakkkhh..... sabar sayang...."
Kumasukkan penisku kedalam vagina mama yang masih belum basah. Kurasakan penisku bergesekan didalam lubang itu.
"Aaaaahhhhssss...... keset banget mahh....enak...." ceracauku.
Aku mulai memompa penisku perlahan.
"Aaaakkhh.....Mmmmmhhh..." mama mendesah.
Perlahan vagina itu mulai basah. Kini aku dengan leluasa menggerakkan penisku maju mundur.
Kuraih kedua payudara mama yang berguncang karena gerakan kami.
Kuremas kuat kedua payudara itu. Puting mama kuselipkan antara jari telunjuk dan jari tengahku. Ohhhh...... nikmat sekali.
"mahhh....... Enak banget mah......"
"Aahhhh...... terus..sayang..Ahhhhh....Ahhhhh....... genjot terut....."
Mama menekan tubuhku kebelakang dengan pantatnya, penisku kini masuk semakin dalam.
Hujaman demi hujaman kulancarkan. Perlahan meja makan itu bergeser dari posisinya. Gelas-gelas di atas meja itu saling beradu, menciptakan suara gaduh.
Mama mengulurkan tangan ke selangkangannya. Ia mengusap klitorisnya dengan jemari tangan kirinya.
Aku mencengkeram erat tubuh mama dan terus memompa penisku.
"Aaaaahhhh......Aaaahhhhhhh........."
Mama tertunduk. Dahinya menyentuh bibir meja itu.
Vagina mama berdenyut kencang.
"mmaaahhh...... memek mama sempit banget...."
"ahhhh...... terus sayang....... Enak sayang....."
Aku mempercepat gerakanku. Gesekan antara penisku dengan vaginanya semakin nikmat.
Penisku mulai berdenyut.
Tubuh mama menegang.
Usapan jemari mama di klitorisnya sesekali menyentuh buah penisku. Usapan itu cepat sekali, sepertinya mama mengejar orgasmenya yang sebentar lagi tiba.
"Aaaaaahhh.........Aaaaaaaahhh...Oooohhhhhh...." mama melenguh.
"maaahh... aku mau keluaaar....."
Kudekap erat tubuh mama.
Cengkeraman erat di penisku membuat nafsuku meledak. Aku mempercepat hujamanku, semakin cepat dan kuat.
"AaaaaAAaaaaahhh.... Sayang...Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhh..." mama melenguh panjang.
"Aaahh....Aaaaaaaaaahhh.."
(sfx : Crooootttt.......Croooottt.....Crooott....)
Spermaku kembali membasahi rahim mama.
Lututku mulai lemas, kakiku bergetar menerima orgasme yang begitu cepat.
Aku menarik tubuh mama untuk duduk di kursi. Penisku masih menancap dalam vaginanya.
Ia menyandarkan tubuhnya ke tubuhku. Kukecup lembut lehernya.
"mahhh.... Enak ga ngentot sama aku?"
"hhhh....enak banget sayang..... kamu bisa puasin mama sebanyak kamu mau.... Asal selama ayah ga ada ya....."
"Ngomong-ngomong kalo mama hamil gimana.....?"
"mama kan pasang KB.... Gak akan hamil kok..."
Aku mengusap payudara mama dengan gerakan memutar. Payudara mama yang dalam kondisi normal agak kendor, kini masih menegang. Puting susu itu mengacung seakan menantang.
"udah yuk sayang..... mama capek...." Kata mama.
"iya mah...aku juga...."
Kami menyudahi permainan itu.
Aku kembali kekamarku, kuraih handphone yang tergeletak di atas meja. Baterainya sudah penuh.
'ehhh.... Ada sms...' batinku.
'Tom... sibuk ga? Katanya mau traktir?'
Ternyata dari mbak Naya. Aku segera membalas sms itu.
Kami janjian bertemu di sebuah mall di jakarta selatan.
Aku segera memacu mobilku menuju kesana. Hari ini aku akan bertemu kembali dengan bidadari penolongku. Mantabbbb..........^^
Sesampainya disana, aku menunggu di pintu masuk selatan. Disana ada sebuah bangku panjang, aku duduk disana.
Beberapa menit berlalu, tiba-tiba sepasang tangan menutup mataku.
"tebak siapa?"
"ya pasti malaikat penolongku dong......" kataku.
"gombal........." kata Naya sembari melepaskan tangannya dari tanganku.
Kami berdua memang cepat akrab. Naya memang seorang yang memiliki pribadi cepat bergaul. Tutur katanya lemah lembut, sopan, dan santun. Membuat dirinya seakan tidak asing dimata setiap orang.
"mau ditraktir dimana nih?" tanyaku.
"terserah....."
kata-kata sakti itu lagi.
"Yaudah, kita makan di sana mau ga?" aku menunjuk sebuah restoran berlambang kepala sapi di pojok pintu masuk.
"boleh......" jawabnya.
Kami pun bergegas masuk.
Setengah jam berlalu.
Berbincang dengan Naya memang mengasyikkan. Wawasannya begitu luas. Tak heran ia lulus kuliah dengan cepat. Naya bercerita, ia sedang bertengkar dengan pacarnya. Pacarnya selingkuh, maka dari itu ia tidak segan mengajakku jalan. Mungkin ingin balas dendam.
Setelah makan, kami bergegas keluar. Kami berjalan bergandengan seakan seorang kekasih.
"mba... mau nonton ga?"
"emank ada film apa?"
"ga tau.... Kita liat aja dulu yuk...."
"boleh......"
Perlahan kami menyusuri jalan menuju bioskop di lantai paling atas. Menaiki eskalator dan memandang sekeliling. Kami bercengkerama sangat akrab. Terkadang Naya menunjuk sebuah toko. Katanya ditoko itu menjual buku-buku yang bagus.
Pantas saja wawasannya luas, ternyata ia senang membaca buku.
Beda sekali denganku, dulu buku pelajaranku malah kujadikan bantal
Tak lama kami sampai di tempat yang dituju.
Pintu masuk dari kaca itu membuka otomatis ketika kami mendekat.
Udara dari dalam menyeruak keluar. Wangi popcorn begitu terasa, khas sekali seperti aroma bioskop dimana-mana.
Kami masih bergandengan ketika berjalan menuju pembelian tiket.
Naya menunjuk sebuah film yang menurutnya bagus.
Sebenarnya aku kurang menyukai film ber-genre romantis. Tapi tak apa lah. Demi menyenangkan hatinya akan kuturuti.
Waktu kedatangan kami pas sekali, film itu dimulai tidak sampai lima belas menit lagi.
Kursi yang tersisa saat itu cukup banyak, tampaknya orang-orang kurang menyukai film ini.
Aku segera membeli dua buah tiket tanpa menanyakan tempat duduk.
Setelah membayar, kami segera menuju pintu theater yang dimaksud.
Aku mengecek tiket kami. Tempat duduk kami di baris A.
"hah? Paling atas?" kataku.
"emang kenapa kalo diatas? Tadi gak milih tempat?"
"iya, aku main bayar-bayar aja....."
"yaudah gapapa..... yuk masuk."
Tangan kami saling menggengam erat ketika kami menaiki anak tangga di tengah hamparan kursi itu. Menuju baris paling atas yang ternyata tidak dihuni seorang pun. Rata-rata orang memilih bangku di baris tengah.
"waduh.....kok jadi mojok begini?"
"gapapa... biar romantis...."
'eeeee..... dia ngasi kode....'
Kami duduk berdampingan. Mengatur posisi duduk kami agar cukup nyaman.
Tak lama film dimulai. Ternyata kami adalah orang terakhir yang memasuki ruangan itu. Sepi sekali di dalam. Hanya ada beberapa pasangan yang duduknya saling berjauhan. Kami dengan leluasa bisa melihat mereka dari deret paling atas.
Naya memperhatikan dengan seksama film itu, namun lain denganku. Aku sama sekali tidak bisa mencerna alur ceritanya.
Membosankan, begitu pikirku.
Aku mulai mengusap punggung tangan Naya.
Kulitnya halus sekali. Lembut bagai kain sutera.
Naya menengok kearahku dan tersenyum.
"bosen ya?" kata Naya berbisik
Aku mengangguk.
"kalo aku sih udah tau jalan ceritanya dari baca novel.." katanya.
"aku gak ngerti sama sekali...hihihi...." Aku ikut berbisik.
Kami menyandarkan tubuh kami agak naik.
"lho? Pada kemana nih orang" tanyaku. Saat itu kulihat tidak ada satu kepalapun menyembul dari balik punggung bangku-bangku itu.
"sssttt..... mereka lagi mesra mesraan" kata Naya.
"gila.... Kalo keliatan orang gimana...." Kataku berbisik.
"makanya jangan berisik...."
Naya menyandarkan kepalanya dibahuku.
"sayang ya mba udah punya pacar....."
"emank kenapa?"
"aku kan masi jomblo....ahahah"
"yaudah si jalanin aja......"
Aku menoleh kearah Naya. Ia pun menoleh kearahku.
Mata kami menyatu, kami saling berpandangan. Perlahan kami saling mendekatkan wajah.
Bibir kami menyatu.
Bibir Naya yang lembut kini melumat bibirku.
Tak kusangka ia begitu agresif. Aku memberanikan diri meraba pahanya yang dibalut rok sebatas lutut.
"mmm...." Ia mendesah pelan.
Lidah kami bertautan. Kami merundukkan posisi duduk kami. Saat ini alur cerita di film itu sudah kami lupakan. Kami larut dalam percumbuan yang semakin panas.
Perlahan aku mulai menyingkap roknya.
Jemari tanganku kini meraba kulit pahanya yang halus.
Ia membalas meraba selangkanganku. Penisku yang sudah mengeras ia genggam dari balik celana.
"sssshh..mm.." aku mendesah pelan dalam ciuman kami.
'Ahhhh.......' Kami mendengar suara memekik dari kejauhan.
Tampaknya para pasangan itu sudah berbuat lebih jauh.
Perlahan Naya mulai menurunkan resleting celanaku. Ia mengeluarkan penisku yang mengeras dari penjara yang membelenggunya. aku tak mau kalah. Kususupkan tanganku di antara celana dalamnya. Kuraba bulu-bulu lembut yang tumbuh disana.
Perlahan jemariku menggesek klitorisnya. Ia mengeliang pelan. Diremasnya batang kemaluanku yang menegang kuat.
Tanganku kini mulai menyusup dibalik kausnya, mengaduk-aduk apa yang ada di balik kaus merah itu. Kuselipkan jemariku di dalam branya.
"sshh.... Toket mba gede banget..." kataku berbisik.
Ia hanya tersenyum. Ia menundukkan badan dan mulai mengulum penisku.
Kurasakan bibir dan lidah itu begitu lincah memainkan batang penisku yang mengacung tegak.
Jemari tanganku mulai memasuki liang vagina yang telah basah itu.
"mba....aku ga tahan nih...."
Ia melepas kulumannya. Sandaran tangan di antara tempat duduk kami naikkan agar ia bisa merebahkan diri.
Aku membuka selangkangannya lebar-lebar.
Kusingkap celana dalam itu tanpa melepasnya. Lubang kenikmatan itu sudah terpampang didepan mata.
Kutindih tubuh Naya dan kumasukkan penisku perlahan.
"mmhh.." ia mendesah.
Kugerakkan penisku perlahan, keluar masuk.
Kunikmati sensasi berhubungan sex di tempat umum yang belum pernah kurasakan.
Mulut Naya terkatub rapat. Ia tidak ingin desahan-desahan liar keluar dari bibirnya.
Aku menyingkap kausnya dan mulai menjilati dadanya.
"mmhh...mmhhh...mhh.." ia mendesah di sela nafasnya
Aku tidak berani untuk menaikkan tempo gerakanku. Khawatir ia akan mendesah keras.
Perlahan-lahan aku memompa penisku.
Detik demi detik yang kami lewati dalam ruangan gelap itu sangat kami nikmati. Perlahan, keringat mulai mengucur. Udara pendingin ruangan tak sanggup menahan kobaran asmara diantara kami. Vaginanya mulai berdenyut. Mengcengkeram lembut kejantananku.
"mm....hh.." ia mendesah begitu pelan, sangat berkebalikan dengan apa yang dilakukan tangannya pada tubuhku. Jemari itu mengcengkeram kuat pundakku. Kedua pahanya merapat kuat. Menjepit pinggangku. Penisku berdenyut kencang, gerakan perlahan ini ternyata membawa kenikmatan tersendiri.
Tubuhya menegang.
"mmmmhh.......mmmmmhh......." ia mendesah diikuti dengan melelehnya cairan kenikmatan dari vaginanya. aku mengcengkeram kuat payudara Naya dan menarik sedikit penisku sampai bibir vaginanya.
(sfx : Croott..Crooottt......Crooott....)
Spermaku menyembur dalam lubang kenikmatan itu. Semoga saja tidak sampai kerahimnya.
Naya menepuk punggungku, memintaku untuk bangkit.
Kami kembali kepada posisi duduk. Naya mengambil tisu di tas kecil yang dibawanya. Ia membersihkan lelehan spermaku. Tisu itu kemudian dimasukkan kedalam plastik kecil yang tadinya digunakan untuk menyimpan bedak.
"mba...... gapapa nih ML sama aku?" tanyaku berbisik. Aku membereskan baju dan celanaku yang porak poranda.
"gapapa... santai aja....." katanya.
Aku hanya memandang kearahnya ketika ia membereskan pakaiannya.
Tak sampai dua menit, lampu ruangan itu kembali menyala.
Untunglah kami sudah kembali rapi. Sempat aku memandang ke sekeliling sebelum kami menuruni tangga.
Pasangan-pasangan itu masih sibuk merapikan pakaian mereka.
Kami berjalan menuju pintu keluar.
Beberapa orang berlalu lalang di lorong itu.
Sial, toilet penuh. Orang-orang yang ingin masuk kesana sampai harus mengantri di luar toilet.
"gak jadi ke toilet?" tanya Naya.
"ngak deh.... Males ngantrinya panjang... kita keluar aja dulu..." kataku.
Kami berjalan-jalan mengitari mall itu, tak ada yang cukup menarik untuk menahan mata kami memandang cukup lama.
Langkah kaki menuntun kami sampai di pelataran mall itu.
Sebuah kursi panjang terbuat dari besi terlihat kosong.
Kami berjalan menyusuri pelataran dan duduk disana.