Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mabataki ~ Kisah hidup di negara orang

Chapter 9

Ceritanya lanjut dari posisi terakhir kemarin. Aku dengan posisi terbaring di atas kasur berwarna pink dan di atasku ada seorang wanita yang biasanya kalem. Namun entah kenapa aura kalemnya itu sama sekali tak bisa kurasan sekarang, tergantikan oleh tatapan binatang buas dari matanya. Aku pun hanya kebingungan, posisinya dia duduk di atas perutku dan entah kenapa aku malah terangsang dan penisku mulai menunjukkan wujud aslinya di balik celanaku.

"Hana... Ka... Kamu ngapain?"

Tanpa memberikan jawaban apapun, tangannya mulai menjelajahi bagian dadaku, aku bisa merasakan jemarinya mulai menari perlahan, membuatku merasakan semua gerakannya. Gimana sih perasaanmu, tiba tiba diperlakukan seperti ini sama orang yang belum seminggu kenalan. Kalau ditanyain kenapa tidak ngelawan gitu, ya sebenernya aku sendiri juga kurang tau, karena waktu itu rasanya jadi sangat lemas, terjebak antara perasaan takut dan terangsang.

"Azumi... Jangan-jangan... kamu masih perjaka ya?"

"Ng...nggak kok!"


Entah kenapa aku bilang begini, aku sendiri pun tidak tau. dan mau tau gimana reaksinya? Ya, dia cuma tertawa kecil kemudian mulai nyerang bagian putingku yang masih terlindung di balik kausku. Tetapi tetap saja rasanya itu benar-benar sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata, apalagi itu baru pertama kali ada yang menyentuh putingku seperti tu, sampai-sampai aku tidak bisa menahan desahan yang memaksa keluar dari mulutku sendiri. Sentuhan yang lembut itu benar-benar membuat tubuhku bergetar.

"Azumi... Kamu ga usah bohong. Aku tau kok kalau kamu masih perjaka", senyuman itu... senyuman jahat itu rasanya bener-bener membuat sesuatu dalam diriku bangkit.

"Mau kubantu?", kata Hana sambil memeragakan gerakan mengocok dengan tangannya. Sedangkan aku hanya mematung tanpa bisa menjawab.

"Jawabannya mana!!", Hana setengah berteriak, sambil tangannya menggosok-gosok daerah selangkanganku yang sudah mengeras bahkan ia berusaha menggenggamnya. Aku memejamkan mataku mencoba menahan diriku sendiri dari mendesah lebih keras, tapi sayang sekali bukannya menahan, memejamkan mata malah membuatku semakin merasakan nikmatnya gosokan Hana hari itu.

Set.... tiba-tiba dia sudah menarik turun celanaku beserta celana dalamnya, penisku yang daritadi tersembunyi langsung melompat keluar dari sarangnya. Kini Hana duduk berlutut di hadapan penisku yang sudah tegak berdiri sambil tersenyum dengan penuh kemenangan. Aku langsung mencoba berdiri tapi Hana menahan badanku dan mendorongku kembali ke posisi duduk di pinggiran kasur.

"Heee... lebih besar dari dugaanku ya ternyata"

Hana mulai menyentuh ujung penisku dengan jari telunjuknya, sambil memain-mainkannya.

"Kamu cuma diginiin aja bisa setegang ini, jangan bilang kamu masokis ya", aku sama sekali tidak bisa menjawab kata-katanya tapi aku bisa merasakan wajahku memerah, entah kenapa rasanya ada sesuatu yang terbakar dalam diriku.

Terlalu banyak hal yang tidak aku tahu untuk urusan sex karena bagaimanapun ini adalah pengalamanku pertama kali, tidak tau harus ngomong apa atau harus bagaimana, atau harusnya rasanya bagaimana, tapi yang jelas aku sudah terangsang berat cuma dengan permainan jemarinya itu.

"hehe...Ini baru pemanasan, pertunjukan utamanya baru akan dimulai!", yang jelas waktu itu rasanya seperti sudah terbang ke langit ke tujuh, antara rasa malu dan rasa terangsang yang bersaing menguasai tubuhku. Aku bisa melihat air liur Hana yang mengalir dari ujung lidahnya ke ujung penisku yang lanjut mengalir sampai ke pangkalnya. Ya, seorang gadis yang bak seperti model itu sedang mempermainkan penisku.

Entah mau disebut mimpi indah atau mimpi buruk, tapi sepertinya aku mulai menikmatinya. Jemari lentiknya yang menari di sekitar penisku, mengocoknya dengan kasar. Ia benar-benar fokus memainkan ujung penisku sambil menahan bagian pangkalnya dengan melingkarkan jari telunjuk dan jempolnya.

"Kalau diginiin sakit ya ga bisa keluar?"

Desahan-desahan mulai keluar tak tertahankan dari mulutku. Rasanya kaya mau keluar tapi karena ditahan sama jarinya itu, nikmat tapi sakit di saat yang bersamaan. Tapi cewek yang ada di hadapanku itu sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan, bahkan ia keliatan menikmati setiap detiknya.

'Serangan' ini terus berjalan selama beberapa menit, bahkan aku mulai kesulitan mengontrol desahanku lagi.

"Azumi, kamu kaya cewek ya. Berisik."

Tiba-tiba posisi tangannya berubah lagi, sekarang dia menjepit penisku di antara jari telunjuk dan jari tengahnya sambil menariknya perlahan dari pangkal sampai ke ujung. Aku cuma bisa menggelinjang, antara rasa sakit dan rasa nikmat bener-bener sudah jadi satu.

"Enak?"

"Iya. Enak... AH..."


Setelah berbagai kemelut dalam hati, akhirnya aku pun menyerahkan diriku sepenuhnya pada nafsu, aku sudah tidak bisa menyangkal lagi. Aku kini sepenuhnya ada di bawah perintahnya.

"Mulai sekarang... Kamu panggil aku Hana-sama!"

"Siap, Hana-sama..."


Ya, sememalukan itu aku waktu itu.

"Anak pintar... Sekarang hadiahnya, Aku kasih liat teknik yang lebih bagus"

Awalnya Hana mengeluarkan air liur ke telapak tangannya sebelum mulai meremas bagian pucuk penis dan mempermainkannya layaknya tuas persneling mobil. Aku bener-bener tidak tau perasaan apa ini, benar-benar sebuah perasaan baru, mau dibilang enak juga tidak, dibilang tidak enak juga ada enaknya, sebuah perasaan baru yang sama sekali sulit untuk dijelaskan.

"Gimana? Kamu suka kan?"

Senyumnya terlihat jelas sementara aku cuma bisa mengangguk lemah. Hana menjilat bibirnya yang semakin tampak bersinar. Dia terus menyerang dengan dua teknik itu bergantian dan dengan intensitas yang semakin meninggi. Suara benda basah dan desahanku semakin memenuhi ruangan itu.

"Azumi... Kamu diginiin pun ga melawan sama sekali. Ternyata kamu memang masokis ya", Dia nampak tertawa puas, sedangkan aku hanya bisa terdiam sambil menutup mata menahan rasa nikmat atau rasa sakit, aku pun tak tahu yang mana yang lebih dominan.

Aku bisa merasakan penisku hampir meledak setelah 'siksaan' itu, tapi tiba-tiba semua itu berhenti, sentuhan itu berhenti, kentang kalau kata orang-orang. Rasanya seperti dijatuhkan ketika ada di puncak kenikmatan. Seperti membaca cerita tanpa ending, rasa hampa langsung memenuhi diriku.

Perlahan kubuka mataku, nampak dia tersenyum puas melihat diriku yang merasa kehilangan ini. Dia tahu benar apa yang dia lakukannya, dia sengaja menggantungkanku dengan perasaan ini.

"Hari ini... sampai di sini saja", katanya sambil berdiri dari duduknya.

Mendengar perkataan itu ada rasa yang mengganjal, rasa kecewa tapi entah kenapa aku tidak bisa melawan sama sekali, tidak ada rasa keberanian untuk itu. Mungkin memang ada jiwa masokis yang terpendam dalam diri ini. Aku hanya bisa menatap Hana berharap belas kasihannya.

"Huft...", Hana menghela napas menunjukkan kekecewaan di wajahnya sebelum kemudian mulai membuka kaus oversizenya dan melemparnya ke arahku. Harum wangi tubuh Hana sangat terasa dari kaus itu, aku pun seperti hewan kelaparan langsung menghirupnya dalam-dalam, mengisi paru-paruku dengan bau tubuh Hana. Aku bisa melihat kulit Hana dengan lebih jelas sekarang, belahan dadanya yang terlihat jelas dan juga dadanya yang sekal walaupun masih tertutup bra bermotif bunga-bunga, sungguh sebuah pemandangan yang cantik.

"Aku kasihan sama kamu, jadi pakai aja. Keluarin sendiri", katanya sambil menggerakkan tangannya, menyuruhku untuk bermasturbasi sendiri. Gila aja kan ya, belum pernah seumur-umur aku masturbasi di depan orang lain, apalagi di depan perempuan. Tapi rasa kentang itu mengalahkan akal sehatku, kubentangkan kaus itu di atas kasur dan mulai masturbasi di atasnya. Hana lagi-lagi tersenyum puas melihat diriku yang mengikuti setiap kata-katanya.

"Nurut banget kamu ya", selanjutnya ia melempar BHnya ke mukaku, kini bagian dadanya benar-benar terekspos. Aku bisa lihat dada ukuran D cup dengan puting pinknya itu menantang ke arahku. Seperti seekor kucing kelaparan yang melihat ikan di hadapannya, tanpa berpikir panjang tanganku coba untuk meraihnya.

*Plak* Ia menampar tanganku dengan keras. "Siapa yang ngebolehin kamu pegang???", Ia setengah berteriak.

Nyaliku langsung menciut dan kembali fokus ke masturbasiku sendiri. Sampai akhirnya aku menumpahkan spermaku ke atas baju dan BHnya yang terbentang di atas kasur.

Ya, aku untuk pertama kalinya masturbasi sambil dilihat oleh seorang wanita, terlebih lagi di tempat tidurnya. Ada rasa bersalah dan rasa hampa yang menyerang begitu selesai masturbasi. Memang biasanya juga seperti itu, tapi entah kenapa rasa itu menyerang lebih hebat saat ini.

"Banyak juga ya. Sudah lama ga masturbasi ya? Ya udah, aku mandi dulu, habis itu kamu boleh pinjam kamar mandiku, terus pulang ya", katanya sambil masuk ke kamar mandi. Ia melepas celana dan dalamannya di depan kamar mandi jadi aku bisa melihat tubuh telanjangnya dari belakang sebelum ia menutup pintu kamar mandinya. Pantatnya yang montok benar-benar membuat imajinasiku ke mana mana.

Aku hanya terdiam di atas kasurnya, melihat air maniku yang tumpah di atas kaus milik seorang wanita. Meratapi nasibku ini. Bisa-bisanya aku melakukan hal senista ini.

Baru mungkin sekitar 20an menit kemudian, Hana selesai mandi dan menyuruhku untuk gantian mandi. Aku menggunakan sabun dan shampo milik Hana, harum buah persik Jepang itu benar-benar mengingatkanku pada Hana. Namun sebelum pikiran kotor memenuhi otakku lagi, aku langsung menyiram kepalaku dengan air dingin.

Setelah selesai mandi aku segera keluar dan bersiap untuk pulang.

Ketika berada di genkan, Ia menahan tanganku sejenak dan menepuk-nepuk kepalaku dengan lembut.

"Anak baik. Terima kasih ya. Sampai jumpa besok di kampus."

Kemudian ia mengecup pipiku dengan lembut.

Ya, ini membuatku semakin bingung. Yang mana Hana yang asli, dia yang buas dan sadis itu, atau dia yang lembut?? Apa dia ada rasa padaku, atau... gimana... Aku pun pulang dengan seribu pertanyaan di benakku.

Jadi, hubungan kita ini apa?


  1. Masokis (do M/惉M) adalah sifat seseorang yang lebih suka berada di posisi pasif atau "diserang" dalam sebuah hubungan. Walaupun penggunaan kata ini di Jepang konotasinya tidak seekstrim bila digunakan di negara lain.
  2. ā—‹ā—‹-sama, adalah panggilan untuk orang yang posisinya jauh lebih tinggi. Contohnya panggilan pelayan untuk tuannya. Dalam bahasa Indonesia bisa disetarakan "Yang mulia" atau "Tuan".
  3. Genkan adalah area pintu masuk untuk rumah atau apartemen di Jepangā€”yang terdiri dari kombinasi dari teras dan keset. Letaknya langsung di depan pintu dan biasanya ada tempat untuk melepas sepatu sebelum masuk ke area rumah utama.
ME5FFUP_t.jpg

Hana Kuroki​
 
Terakhir diubah:
Inilah alasan kenapa saya menulis kentang, karena pengalaman pertama saya.. eh, maksudnya, pengalaman Azumi adalah kentang :pandaketawa:


Waduh kentang updatenya šŸ˜£ tapi makasih hu
Siap-siaplah hilang keperjakaan, Azumi-kun :mabuk:
Kentang adalah jalan ninjaku :pandaketawa:

Makasih banyak suhu MaxChoo
Kisaran 2017 kah?
Bukan 2017, tapi deket-deket itu :pandapeace:
Apapun yg akan segera terjadi jng lupa Om, Si Nguyen pepet terus biar mimpi nakalnya bisa jd kenyataan :D
Wah, cerita sama si Nguyen yang itu ga terlalu banyak hu, tapi ditunggu aja :pandaketawa:

Makin muantapu aja nih ceritanya...
Btw saya senang dengan footnotenya, bikin tambah wawasan.. Sangkyu senpai.
Sama-sama, terima kasih sudah membaca :pandajahat:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd