Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

MAAF, KITA SUDAH MANTAN

Part 11

"Kau!"

"Akan kutunjukkan padanya, bagaimana cara memperlakukan seorang gadis." Lanjutnya.

***

"M-mas Arya!"

Ia mengulurkan tangannya pada Raya. Untuk sesaat gadis itu tertegun karena tak tahu harus berbuat apa.

"Sini, kemarikan tanganmu, Raya." ucapnya dengan cepat meraih tangan Raya.

Arya mengandeng tangan Raya dengan lembut, membuat gadis itu sejenak terpukau dan terus menatapnya tanpa berkedip. Tak menyangka jika ia mendapat perlakuan semanis ini oleh pria yang tak begitu dikenalnya.

"Benar benar beda sikapnya," gumam Raya.

"Maaf, apa kau baru saja mengatakan sesuatu?"

"Ah, tidak." Jawab Raya tersipu.

Arya terus mengandeng lengan Raya hingga tiba didepan Ferarri merah milik Alex. Wajah masam diperlihatkan pemuda itu ketika Arya melepaskan tangannya dan membuka pintu mobil Alex untuk Raya.

"Nah, masuklah." Ucap Arya mempersilakan Raya masuk.

Raya masuk sambil mengulas senyum tipis, gadis itu hanya bisa menurut saja karena merasa tersanjung dengan perlakuan manis yang diperlihatkan Arya padanya.

Arya menutup pintu mobilnya. Lalu Tampak kedua pemuda itu bicara sebentar, entah apa yang mereka bicarakan, karena setelah pembicaraan itu selesai, Alex terlihat emosi, sedang Arya, pemuda itu menyunggingkan senyum tipis diwajahnya. Tak lama, Alex masuk dengan wajah kesal setelah sebelumnya menutup pintu mobilnya dengan kasar.

"Mobilmu bisa rusak kalau kau banting seperti itu, kan sayang. Ini mobil mahal soalnya," Raya mendesis.

"Bukan urusanmu, nona!"

"Kalau kau bosan dengan mobilmu ini, kau bisa berikan saja padaku," balas Raya asal.

Wajah Alex masih belum terlihat ramah dan bersahabat, membuat Raya akhirnya memilih bungkam. Bukan tak ingin mengajaknya bertengkar. Tapi, gadis itu sadar jika ada sesuatu yang telah terjadi diantara Alex dan Mas Arya tadi.

"Entah mengapa mereka terlihat tak bersahabat, seperti anjing dan kucing saja," bisik Raya.

Raya melirik Alex yang masih diam didepan kemudi mobilnya, beberapa kali pemuda itu menghela nafas kasar, beberapa saat berlalu dalam hening, hingga akhirnya ia menyalakan mobilnya dan perlahan pergi meninggalkan area parkiran timur mall ini.

"Sepertinya hubungan kalian tidak begitu bagus," ucap Raya mencoba mengakhiri keheningan diantara mereka.

"Sudah kubilang ini bukan urusanmu."

Raya mencibir begitu mendengarnya, gadis itu membuang pandangannya keluar jendela. Jawaban ketus Alex membuatnya malas untuk bicara lagi.

Mereka berdua kini diam, saling membuang pandangan, hanya terdengar suara penyiar radio yang mengusir keheningan diantara mereka.

Mata Alex masih fokus pada kemudinya, sementara Raya masih melempar pandangannya kearah luar jendela. Mereka berdua belum terlihat ingin bicara.

Ferarri merah itu terus melaju membelah jalanan ibukota, matahari pun mulai terbenam. Menyisakan tanya dibenak Raya akan sikap aneh yang diperlihatkan Alex saat ini padanya.

"Apa aku bisa bicara sebentar?" Raya memberanikan diri mengajaknya bicara.

"Katakan saja."

"Ada urusan apa kau sampai menjemputku hari ini?"

"Membicarakan tentang pernikahan kita."

"Apa? Pernikahan? Maaf, aku tak mau menikah dengan pria menyebalkan seperti dirimu."

"Kau pikir aku mau, kau bahkan tidak masuk urutan terakhir kriteria calon istriku."

Mendengar perkataan Alex barusan, Raya langsung membuang muka. Merasa harga dirinya telah diremehkan, gadis itu pun membalasnya.

"Lalu, apa yang ingin kau bicarakan denganku? Dengar, Jangan harap aku akan setuju untuk menikah denganmu. Aku memang suka dengan uang tapi bukan berarti aku bersedia menikah dengan pria yang tidak bisa menghargai orang seperti dirimu. Aku akan lantang menolak pernikahan ini dihadapan Ibumu nanti."

"Jangan!" Refleks Alex menolak.

"Jangan coba coba kau mengatakannya didepan mama. Jika tidak, aku akan membuat perhitungan denganmu."

"Kau yang lebih dulu menghinaku."

"Baiklah, aku minta maaf. Apa kau puas?"

"Belum."

"Apa yang kau inginkan?"

"Aku lapar, aku mau makan."

"Makan?"

"Iya, belikan aku pecel ayam, bakso, dan nasi goreng. Baru aku bisa mengerti semua penjelasanmu nanti," Ucap Raya ketus.

"Sebanyak itu? Makanmu sebanyak itu?"

"Iya, aku akan makan banyak, apalagi jika sedang kesal. Kenapa? Tak pernah melihat seorang gadis makan banyak?" Raya mendengkus kesal.

"Baiklah," Alex menyerah.

Sebuah senyuman kemenangan terbit diwajah Raya, tak lama ia menunjuk sebuah warung tenda yang menjual nasi goreng.

"Nasi goreng seafood disana sepertinya enak."

Alex menoleh, tak lama ia menepikan mobilnya, lalu tanpa bicara ia bergegas keluar dari mobil membelikan sebungkus nasi goreng pesanan Raya.

Sambil menunggu Alex selesai, Raya mengambil ponselnya. Tampak sebuah notifikasi dari Winda, teman satu tempat kostnya.

[Raya, titip kamarku ya, aku nggak pulang ke kost malam ini. Aku pergi ke rumah saudara di Depok]

Wajah gadis itu seketika manyun, niat hatinya ingin membawanya makan malam agar mereka bisa makan bersama dikamar kostnya, seketika buyar, tak lama, Alex kembali dengan membawa sebungkus nasi goreng ditangannya.

"Nih!"

"Terima kasih."

"Sudah, cukup ini saja, aku tak berminat lagi dengan pecel ayam dan baksonya."

Alex memandang Raya dengan tatapan tanya. Ada rasa penasaran dalam dirinya melihat perubahan sikap gadis itu yang sangat tiba tiba.

"Apa kau sakit?"

"Aneh, kau tidak demam kok." Ucap Alex sambil meletakkan telapak tangannya didahi Raya.

"Apaan sih? Aku baik baik saja."

"Kau benar-benar gadis yang aneh," gerutu pemuda itu.

"Aku mau pulang! Jika ada yang ingin kau bicarakan denganku, lebih baik sekarang bicara saja."

Alex masih menatapnya penuh tanya, karena masih tak percaya dengan sikap yang diperlihatkan Raya saat ini. Pemuda itu sejenak menunduk, mencari kalimat yang bisa mewakili keinginannya.

"Berapa aku harus membayarmu?"

"Apa maksudmu?"

"Pernikahan kita akan terjadi. Aku tak ingin membuat mama kecewa."

"Maaf, aku tak ingin melanjutkan sandiwara ini lagi. Sudah kukatakan aku memang suka uang dan menginginkan pria kaya untuk kujadikan suami, tapi bukan berarti harus mempermainkan sebuah pernikahan. Aku masih cukup waras untuk melakukan hal bodoh itu," balas Raya tegas.

"Aku tak memintamu mempermainkan pernikahan. Kita akan bercerai jika sudah menemukan pasangan masing-masing."

"Sama saja, tuan."

"Anggap saja aku minta tolong padamu, Nona Raya. Selama kita masih terikat pernikahan aku akan memberikan uang bulanan padamu, kartu kredit, atau apa saja yang kau inginkan."

Raya diam, batinnya kini bergejolak. Disatu sisi Ia ingin menerima penawaran Alex, karena bisa membalas sakit hatinya pada Dhani. Tapi disisi lain, nuraninya menolak.

"Aku menunggu keputusanmu, Nona Raya, kuharap kau bisa menerima tawaran ini. Aku berjanji, pernikahan kita hanya sebatas status saja. Tak lebih!"

"Tidak!"

"Jangan mengambil keputusan sekarang. Pikirkan saja dulu."

Raya diam, lalu membuang muka ke arah luar jendela mobil ini. Wajah sang mantan kekasih kini terus saja terbayang dibenaknya, seolah olah mengejeknya.

Mobil Alex perlahan mulai melaju kembali, menembus kemacetan jalan ibukota yang melelahkan, membuat waktu seolah berjalan sangat lambat. Hingga akhirnya, tiba juga dibangunan dua lantai. Rumah kost kostan yang ditempati Raya.

"Aku menunggu kabar darimu secepatnya. Kuharap sebelum acara lamaran, aku sudah mendengar jawaban darimu."

Raya tak menjawabnya, ia tergesa keluar dari mobil dan bergegas meninggalkan Alex yang masih terpaku menatapnya.

****

"Ah, sial."

Alex menggerutu saat melihat Arya ketika mengunjungi rumah ibunya, pertemuan terakhir mereka di parkiran Mall dua hari yang lalu, masih menyisakan perasaan kesal dihatinya.

Kedatangan Alex kerumah ibunya bukan tanpa alasan. Bu Sekar, meminta putranya untuk membantunya mempersiapkan beberapa hal terkait acara lamarannya untuk Raya. Beberapa hal perlu dibicarakan dengannya dan meminta pertimbangan darinya.

"Senang mendengar kau akan menikah, Alex," sapa Arya, ketika melihat Alex hendak pamit pulang pada ibunya.

Alex hanya mendelik tajam melihatnya, lalu mencium tangan ibunya. Pemuda itu menggigit bibirnya, berusaha menahan diri untuk tidak memperlihatkan emosinya.

"Aku pulang dulu, ma."

"Kebetulan kau ada dirumah, Arya. Mama mau bilang jika minggu depan kota akan ke palembang, melamar Raya untuk Alex. Kau mau ikut?" Ajak Bu Sekar.

"Minggu depan aku akan pergi ke Bandung mungkin untuk dua atau tiga hari. Aku ada urusan dengan beberapa klien dibandung Ma. Maaf, aku mungkin tidak bisa ikut kesana," Jawab Arya.

"Sayang sekali. Bukankah ramai jika kau bisa ikut," ungkap Bu Sekar kecewa.

"Maaf ma, tapi aku benar-benar tak bisa membatalkannya. Perlu waktu tiga bulan bagiku agar bisa mengatur pertemuan ini." Arya berkelit.

"Baiklah, mama bisa mengerti. Tapi, kau harus hadir di acara pernikahan mereka nanti."

"Iya ma," jawab Arya pendek.

Bu Sekar membalik badan, meninggalkan mereka berdua. Seulas senyum tipis terlihat diwajah Arya. Pemuda itu kini membalas tatapan mata Alex yang sedari tadi meliriknya.

"Apa kau yakin ingin menikahinya?"

"Apa maksud ucapanmu?"

"Aku hanya kasihan melihat Raya. Gadis itu belum tahu jika nantinya pernikahan kalian akan membuat luka baginya."

"Jangan ikut campur, urusanku. Tahu apa kau dengan urusan pernikahan kami."

Arya terkekeh mendengar ucapan Alex. Pemuda berusia dua puluh tujuh tahun itu, kini menatapnya dengan pandangan menusuk.

"Kau pikir aku tak tahu, sampai sekarang kau masih menyimpan perasaan pada Stella, bukan? Aku mengenalmu cukup lama Alex, bertahun tahun kau hanya melihat Stella saja, hingga menolak semua gadis pilihan Ibumu. Lalu kau pikir aku akan percaya akan pernikahanmu dengan Raya?"

"Aku yakin kau menikahinya hanya untuk menghindari perjodohan yang dilakukan ibumu saja. Bagimu hanyalah Stella saja, hanya dia saja wanita yang ingin kau nikahi, sayang kau terlalu takut untuk mengakui semua itu," cecar Arya.

"Diam kau!"

"Kenapa? Apa ucapanku ada yang salah, Alex?"

"Lebih baik kau tutup mulutmu itu," ucap Alex lalu memalingkan wajahnya dan membalikkan badannya, melangkah meninggalkan tempat ini.

"Aku suka Raya. Aku suka gadis itu."

Ucapan Arya seketika membuat langkah Alex terhenti. Tak lama ia menoleh menatap Arya yang terkekeh melihatnya.

Bersambung
 
makasih untuk update nya...sampai jumpa di update berikutnya...
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd