Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kopi

Kembung neh pakde pai...kebanyakan kopi 'blm apdet2 tah?
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Maringono. Karo ngenteni dono sing gak apdet-apdet. Wis meh mari ngetike iki


Edited:
Buat yang kesepian di malem minggu. Buat para jomblo. Buat para pemeran LDR. Dan buat para pecinta kopi. Yuk kita ngopi bareng :kopi:
 
Bab 7


Fiuh... Aku berhasil selamat dari godaan setan yang terkutuk, haiyah, dari cengkraman bencong sialan itu. Sungguh sebuah pengalaman yang menakutkan. Kini masuk waktu subuh. Adzan berkumandang bertalu-talu. Bersahutan dari satu langgar ke langgar lain. Dari setiap corong masjid ke telinga setiap orang yang mampu mendengarnya. Motorku kini melaju perlahan menuju tempat kos. Menggelindingkan rodanya perlahan, menyusuri jalanan sepi, menuju peraduan. Mengantarkan diriku ke tempat ternyaman di saat kantuk mulai datang menyerang.

"Hoam..nyamnyam," aku mulai menguap.

Hmm, seperti inikah rasanya jadi pekerja malam? Aku jadi salut sama satpam komplek, penjaga pom bensin, perawat, dokter jaga, polisi piket, tentara, maling, dan para pekerja malam lainnya. Di saat yang lain enak-enakan tidur, mereka rela mengorbankan waktu istirahatnya untuk bekerja. Membaktikan diri demi orang lain, kecuali maling tentunya. Sesuatu yang mungkin tak akan dirasakan oleh orang yang "normal" dengan kehidupan siangnya.

Langit mulai terang. Motorku kini sudah memasuki kampung tempatku tinggal. Dekat pasar. Hilir mudik orang dari dan menuju ke pasar terasa sekali di pagi hari ini. Suara-suara keras berlogat jawa suroboyoan-madura berpadu dengan riuh rendah suara pembeli yang bertransaksi dengan pedagang. Susana khas pasar pagi.

Gerbang kosku sudah terlihat, lelah rasanya mata ini. Sepertinya kasurku semakin nyaman dalam khayal. Ayolah, apa yang kalian pikirkan jika kalian tidak tidur sama sekali dalam dua puluh empat jam? Seperti itulah kira-kira diriku sekarang. Kini aku sudah dekat dengan pintu gerbang. Tapi lho eh kok ada mbak Ani. Ah si pemilik toko cantik rupanya sedang lari pagi. Tapi kok langkahnya aneh. Seperti ada yang tertahan? Lho eh...

"Hei To."

"Hai mbak, lari pagi ya?"

"Lari pagi... Kebelet nih. Bisa numpang kamar mandimu gak?"

Eh, kok? Kenapa tidak!

"I.. Iya mbak. Silahkan mbak. Ayo ikut."

Segera kuparkirkan motor. Setengah berlari aku menuju kamar. Ambil kunci, terus buka pintu. Mbak Ani pun segera masuk kamar langsung ke kamar mandi.


Serrrr........

Cepluk jebyur....

Cepluk jebyur.....





Ah.... Bayanganku melayang jauh ke awang-awang. Suara indah kecepak kecepuk menggelitik khayalku. Mengusir jauh mimpi untuk segera tidur.

Oooohhhh sukaaaaaa....

Suka suka sukaa....

Tanpa kusadari tanganku bergerak menuju selangkangan. Menggosok junior dari luar celana yang kukenakan. Anganku melambung tinggi. Oooh mbaak.... Uuuhhhh.....


Resleting celanaku kini telah terbuka. Menampakkan gundukan keras dalam balutan cd. Segera kumasukkan tanganku, kuraih batangku, kutarik-ulur dia. Ooohhh rasanya begitu menggoda...

Aku masih memejamkan mata ketika tiba tiba terdengar teriakan tertahan. Bukan, pekikan kecil! Tampak sosok wanita yang ada dalam khayalku sekarang berdiri di depan pintu kamar mandi. Tangannya menutup mulutnya. Matanya terpejam. Langsung kutarik tanganku. Kututup celanaku.

"Ma.. Maaf," aku yakin wajahku kini memerah. Mirip udang rebus. Aduuuuh, kenapa sih aku gak bisa ngontrol nafsuku.

Siaaaaal..... Aduuuuh mati aku. Nanti mbake pasti gak mau lagi sama aku. Ilfil gitu. Waduuuh... Maaf mbaaak, maaaafff....

Perlahan tangannya turun. Matanya mulai membuka. Kulihat senyuman di bibirnya. Eh, bukan, itu seringai. Iiihhh, jahat banget mbaknya.

"Lagi ngayalin siapa hayo?" sebuah pertanyaan meluncur dari mulutnya. Wuihhh.... Menohok banget tuh!

"I.. Itu.. Anu... A... Aku itu... Aku.. " aduh kok bisa gagap begini ya?

Perlahan dia melangkah mendekatiku. Persis kayak pilem my friend's hot mom yang terkenal itu. Waduuuh gimana ini... Ampun mbaaak... Tobat akuuu.

"Hmmm?" seringainya semakin jelas. Menegaskan dia ingin sesuatu dariku. Aduh Gusti... Ampuuun.

"Ayo To. Bangun. Bangun. Ini hanya mimpi. Hanya mimpi. Ayo banguuun!"

Aku berusaha meyakinkan diri kalau memang ini hanyalah mimpi. Aku berusaha bangun dan menghapus mimpi ini. Tapi mimpi ini benar-benar melekat, tak mau pergi. Tidak, ini bukan mimpi. Ini nyata. Tidaaaaaaaakkkkkk!!!!!!

Tapi lho lho... Kok mbak Ani jadi kelihatan tanduknya! Lhaaa......

"Gimana To? Mau aku bantu?" mbak Ani tersenyum menyeringai. Wuiiih serem.

Kini dia duduk di sampingku. Tangannya meraih selangkanganku. Merabanya dari luar celana. Aku yang duduk setelah terkejut tadi, kembali terperangah. Tubuhku lemas, mataku nanar, pikiranku kosong.

Serrr...

Rasa geli kembali menjalar dari dalamnya. Badanku merinding jadinya.

"M...baaaaakkkk.... Jangaaaaannnnnhhhh," ucapku lirih. Aku tak mampu lagi menguasai diri.

Sementara si mbak tersenyum sambil terus menggosokkan tangannya di celanaku, aku kembali memejamkan mata. Takut, enak, gemetar, entah rasa apa lagi yang kurasakan. Seumur hidup, baru kali ini batangku disentuh dari luar celana.

Memang sih, my dick udah sering disentuh, dipegang, bahkan dikocok sampai muntah. Tapiiii... itu kan sama tanganku sendiri. Sama tangan orang lain, perempuan, cakep pula, baru kali ini kulakukan. Beuh rasanya, nderedhegnya itu lho. Syumfah, badanku sampe lemes. Takut pula. Abis ke gap pula. Malu pula. Apa pula. Entahlah, terserah kalian mendeskripsikan. Halah, bahasanya kok tinggi gitu. Halah, ngomong apa aku ini. Halah mbulet ae...

Balik lagi ke cerita!

Dengan lembut, mbak Ani mendorong dadaku. Menidurkanku. Sambil melanjutkan kegiatannya mengelus anuku. Aku yang udah gak bisa berpikir apa-apa hanya nurut gitu aja. Tanpa ada perlawanan sama sekali.

Sejurus kemudian, mbak Ani membuka resleting celanaku. Memelorotkan sedikit pakaian bawahku, hingga lepas dari pinggangku. Aku yang kembali terkejut tak bisa melakukan apa-apa. Persis aktor bokep jepang yang diatur oleh ceweknya. Tampak bodoh sekali aku ini.

Nah, ini juga aku gak habis pikir. Ini burung kok gak mau kompromi sama sekali dengan otakku ya. Di saat gawat seperti ini kok dia malah bangun. Tegak mengacung. Keraaas sekali. Seolah siap memangsa apapun yang ada di hadapannya. Aduuuuh caciiiing. Kenapa sih kamu begitu.

"Hmmm, besar sekali punyamu. Pasti enak nih di dalam."

Dalam? Dalam apa? Aku lagi terdesak kok situ bilang dalam. Lha tapi kakiku kok masih lemes gini. Lemes tapi tegang. Tegang itu kaku. Tapi kok lemes. Aduuuh pikiranku kok makin ngelantur gini.

"Gimana rasanya To? Enak gak hm?" ucapnya sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya di kepala pionku.

Aku tidak menjawab. Tidak bisa menjawab. Hanya lenguhan saja yang keluar dari bibirku.

"Eh? Lenguhan? Woi, aku sedang ketakutan woi. Gak boleh melenguh!"

"Tapi kan itu kenyataannya."

"Tapi aku kan ketakutan."

"Tapi kan nyatanya kamu melenguh. Itu fakta."

"Eh, iya tah? Coba buktikan?"

"Kalo gitu ayo kita lihat videonya."


Press rr, wait, play...


"Emmmmhhhhh.... Ooohhhhh.... Uuuuuuhhhh... Emmmm... Mmbaaaakkk."

Stop!

"Nah tuh kan. Betul kan."

"Eh, iya juga nding. Tapi kok bisa gitu ya? Padahal aku kan ketakutan. Kok melenguh?"

"Ya nggak tau. Kan yang merasakan dirimu sendiri. Bukan aku."

"Yaelah, kamu mah gitu. Ayolah, bantu aku nulis kenapa kok bisa begitu."

"Ya sudah, aku tulis deh. Tapi terserah aku ya?"

"Suka-suka lah."

Entah kenapa aku melenguh. Aku sendiri heran. Jujur aku merasa takut. Tapi memang enak sih digituin. Hayo siapa sih yang gek keenakan itunya diituin cewek? Kalo gak berarti kamu gak normal.

Perlahan mbak Ani mengusap penisku. Membuatnya semakin mengeras.

"Hmmm gede banget punyamu To. Aku suka," ucap mbak Ani sambil memainkan penisku.

"I... Iya mbaaak," hanya itu saja kata yang bisa kuucapkan.

Fiuh... Kakiku sampai lemas. Hatiku apalagi. Gak karuan dah bentuknya. Sudahlah gak usah ngomong gimana aku. Ancur cur cur cur cur. Ditambah lagi si ucing gak mau kompromi, eeeh sekarang malah mulutku ikutan rese. Ancur guwe mah. Ancurrrr.

Sekarang batangku malah dipegang pula sama mbaknya. Walah... Lha kok, gerakannya sama dengan kalo aku co...

Ooooh, shiiit. Aku mulai menikmatinya. Enggak enggak enggak. Ini sudah gak bener. Harusnya aku takut, berontak, teriak, atau apalah. Bukan menikmati yang seperti ini.

Tapi whuenak e pancene. Beda banget sama kalau aku ngocok sendiri. Beda banget! Rasanya kenikmatannya tujuh puluh derajat lebih tinggi daripada kalo sama tangan sendiri. Uwoooooh.....

Tapi beneran, hatiku, eh, otakku sekarang sedang andy lau. Antara dilema dan galau. Di satu sisi aku mulai menikmati ini. Di sisi lain aku masih shock, kegap, takut. Di sisi lainnya lagi ini kesempatan besar menikmati fantasi yang lebih dari yang pernah kukhayalkan. Di sisi lainnya lagi aku merasa ini gak bener. Itu aku gak pernah melakukan ini sebelumnya. Aduuuh pusing aku. Akhirnya kuputuskan saja..

"Mhmbaaaak, emmmmmh..."

"Hmm?" eh, si mbak kok malah cuma mesem, sambil menaikkan alisnya saja? Sementara itu tangannya tetap saja bergerak di situ. Naik turun.

Tanganku tiba-tiba bergerak. Menyambar, bukan, mencengkeram tangan mbak Ani yang sedang mengurut punyaku. Menuntunnya, memberi semangat untuk terus mengocok dan mengocok. Semua menjadi tak terkendali. Bahkan kewarasanku juga.

Entahlah, semua yang terjadi biarlah terjadi. Sekarang faktanya ada seorang perempuan, cakep, sedang memegang, membelai, mengurut kejantananku. Naik turun. Dan itu sangat amat bisa membuatku lupa diri. Bisa banget banget banget malah.

Dan itulah yang terjadi. Perlahan tetapi pasti. Rasa geli-geli nikmat itu mulai menggantikan ketakutan, kekhawatiran, dan rasa malu yang tadi mendera.

Yup. Tubuhku tidak segemetar tadi. Tanganku tidak lagi lemas. Sekarang aku malah berani menjamah tangan mbak Ani. Sementara yang dijamah masih telaten memainkan kemaluanku. Dia melakukannya sambil tersenyum. Seolah dia sedang memainkan boneka kesayangan. Seolah dia hendak berkata "persetan dengan yang lain. Aku sudah punya ini. Dan itu cukup untuk mengisi seluruh hidupku."

"Uuuh, cayang. Masih tambah keras aja tante mainin," dan kejadian berikutnya tak kalah mengejutkan. Tanpa aba-aba, dia mencium ujung tombakku.

"Muach."

Selanjutnya dia kembali memainkan si ular kadut layaknya mainan karet. Tanpa sekali pun melirik ke arahku. Weleh weleh weleh, beruntungnya kamu cing. Aku yang punya kamu aja sampai dicuekin.

Lama dia ngocok sambil ngomong sendiri, sampai entah dia merasa capek atau apa, tiba-tiba saja dia tiduran di perutku. Mak gedeblug rasanya. Dia kira spring bed apa. Aku kemudian bereaksi. Kugapai lengannya yang atas. Maksud hati sih memperingatkannya, perutku keberatan. Tapi si mbak malah cuek bebek bin mentog. Mainin jamur berambut itu sesuka gati. Sambil sesekali nyiumin gitu. Kutarik sedikit lengannya, baru dia menoleh sambil tersenyum.

"Punyamu lucu. Aku suka To."

Eh? Kok malah lanjut lagi dia. Wadiuuuh gimana ini. Ku tarik lagi lengannya, kali ini dia cemberut.

"Apa sih To? Ganggu orang lagi asyik aja."

"Mbaak, berat tuh pundaknya. Sikunya sakiiit..."

"Eh? Hehehe maaf ya," ucapnya nyengir. Lalu dia beringsut turun. Menyisakan kepalanya saja di perutku.

Hah hah hah akhirnya aku merasa lega juga. Biarpun tinggal kepala, tapi lumayan lah daripada siku dan pundak. Bukannya senang, malah sakit yang kerasa.

"Lho.. Lho.. Burung, kamu kenapa? Kok agak mengecil?" terdenger ucapannya lirih. Mungkin agak bosen juga sih junior diperlakukan begitu.

Namun sesaat kemudian, tiba-tiba saja aku merasakan ucing basah, geli, keterik, lebih tepatnya kesedot. Kulirik sebentar. What!!! Jamurku dimakan, eh bukan, disedot oleh si mbak! OMG kakiku rasanya lemes. Selangkangan rasanya geli banget nget nget. Ampyuuun... Yang ini enak paraaaaahhhhh....

"Oooohhhhhmmmmmhhhh," tanpa sengaja aku melenguh. Akibatnya, mbak Ani melirik ke arahku.

"Hemapha?" dia bertanya, lalu melanjutkan aktifitasnya lagi.

Tanganku juga tidak tinggal diam. Kuraih kepalanya. Kubelai rambutnya. Memberi sensasi sendiri buatku. Entah buat dia. Yang jelas batangku kembali perkasa.

Agak lama kemudian, barulah mbak Ani mencabut mulutnya. Dia duduk di sampingku. Tangannya kembali memainkan si ucing. Bibirnya menyunggingkan senyum. Entah senyum model gimana gitu. Terkesan nakal, liar, binal di mataku. Oooh mbak, kamu kok jadi sexy sekarang.

"Kamu mau ini To?" tanganku dipegang. Diarahkan ke payudaranya. Uwooooo another jackpot pagi hari ini. Menggantikan kesialanku semalam...

"Lho, eh JANGAN UNGKIT HAL ITU DI SAAT MENYENANGKAN SEPERTI INI!!!!. Dasar penulis gebleg."

Ah sudahlah. Sekarang waktunya senang-senang. Oh ya. Tanganku kan sekarang ada di dadanya, emm geser dikit sih. Nah, pas di situ. Jariku ikutan aktif. Meremas-remas bukit kenyalnya. Terasa keras bhnya. Sementara mbak Ani masih asik bersama ucing.


Aku masih menikmati benda kenyal itu ketika mbak Ani menarik kausnya ke atas. Membuka kausnya. Mataku terbelalak melihat adegan ini. Meskipun hanya melihat punggung, tapi ini sudah lebih dari cukup bagiku untuk memenuhi imajinasiku selama setahun ke depan.

"Cabul... Cabul... Cabul."

"Biarin. Daripada situ gak punya cerita, week."

"Siapa bilang sini gak punya cerita. Situ aja yang gak pernah buka semprot."

"Siapa bilang gak pernah baca semprot. Orang sini tukang mantengin kok."

"Buktinya situ gak tau cerita paidi. Kamu tau siapa pemerannya? Itu aaakuuuuu!"

"Haaah? Cerita paidi? Hah.. Hahaha... Hahahaha.... Dasar cowok lemah."

"Kok lemah?"

"Iya lah. Situ lemah. Poligami dong. Lihat si Ichi. Bininya aja empat. Archi. Dua cerita malah. Anak dan bapak sama-sama incest. Lha kamu? Indri aja sampai melarikan diri saking sakit hatinya sama kamu."

"Tapi dia kan dapet panggilan kerjaan ke sana. Bukan karena aku."

"Bohong. Dia itu pergi karena kamu lebih milih Novi. Harusnya kamu gentle dong. Pilih dua-duanya. Tanggung jawab dah jebolin memek orang."

"Eh... Ituu..."

"Sudah sudah. Kalian berdua kok malah ngomongi cerita orang. Sekarang waktunya kamu, sama aku. Ayo To, buruan ke kasur. Abaikan penulis gebleg itu. Atau.... Mau trisum? Hmm?" tiba-tiba mbak Ani muncul memotong perdebatan kami berdua.

"Eng.. Gak dah mbak. Kalian aja yang nikmati. Aku mau balik ke Novi dulu. Kalian lanjut dah," ucap penulis sambil nyengir kuda.

"Ya sudah, lanjut lagi ya. Sampai di mana tadi?"

Mbak ani masih memainkan pelerku. Sedangkan aku juga gak mau kalah. Kaus yang dikenakannya telah terlempar ke lantai. Demikian juga branya. Tanganku kini sudah luwes memainkan susu dan putingnya. Dua-duanya pula. Gimana caranya? Bayangkan aja sendiri!

"Tooooh.... Punyaku bassaaaahhh,"

Mbak Ani bergegas menurunkan celana trainingnya. Berikut celana dalamnya. Segera badannya memutar. Kini kakinya, emm selangkanginnya ada di depan mulutku. Eh, bukan, nempel. Haduuuh... Kenapa ngetik bisa salah mulu. Aduuuh... Horny tingkat dewa aku....

Mulutnya kini menggantikan tangannya mengocok buayaku. Sementara lidahku menggelitik lubangnya. Asin rasanya. Hahaha akhirnya aku tahu rasanya memek. Keberuntungan terbesar dalam hidupku. Aku tak bisa menikmatinya. Ini terlalu.... Nik... Maaaathhhh ohhhhhhhh.....

setelah beberapa lama aku menikmati lubangnya, kurasakan tekanan dari pinggulnya bertambah. Otot-otot pahanya menegang. Punyaku juga. Rasanya geli-geli gimanaa gitu. Kuakui sedotannya ruaar biasa. kurasa aku tak bisa lagi bertahan. Pinggulku mulai mengangkat-angkat tak terkendali. Aku tak sanggup lagi...

"Mbbbaaahh.... Akuuuhhh.... Ennnnaaahhhh...."

"Akuuuhh huuuhhaaahhhh..."

"Hoooohhhh-"

"-Hoooohhhh."

"Emmmmmhhh-"

"-Emmmmmhhh."

Tak tahan akuuuhhhh..... Crooot.... Croooot.... Spermaku keluar banyak di dalam mulutnya. Demikian juga lidahku. Sekarang becek banget rasanya. Tubuh kami saling merapat. Tegang. Sangat. Lalu ambruk bersamaan.
 
Pertamax buat tukang kopinya. Dah nikmati aja. Gak kentang kan?
 
udah gitu doang ?
dikit amat om
lagi dong banyakin biar si (siapa sih nama cast utamanya ini :bingung:) iso nyoblos tempik
 
Bimabet
Aaaannnniii oooohhh annniiiii,,, kucinta padamu,, telolelolet, kusayang padamu telolelolet... Rhoma Irama mode on:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd