Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Breaking The Princess

*copotin bangku lionstar, buka bungkus kuaci rambo*

ane up dulu dah, siapa tau di notice sama pembaca laen :pandaketawa:
 
.


Bab 4 : Breaking The Princess I ( Ahegao and Punishment )





“KYAAAAH!”

Aku menjerit kaget ketika Officer Nobita tiba-tiba menyergapku dari belakang lalu menarik diriku jatuh ke sofa. Kami pun terhempas bersamaan, dengan posisi badanku kini berganti duduk di pangkuan polisi bertampang culun itu.

Aaaakh~ kamu tuu cantik banget, Chesuko san, tau nggak! Aku gak tahan! Gemessh gemessh gemeesh… mmmffffhhhhh,”

Layaknya orang kesurupan, Pak Nobita seketika beringas mengecup-ngecupi leherku sembari sapukan jilatan-jilatan panas di sana. Sepertinya, ia iri dengan kemujuran Pak Tanaka di mobil tadi. Segenap bulu kuduku pun sontak berdiri akibat “perkosaan” itu. Ia meremas-remas gunduk buah dadaku begitu kencang seolah ingin memuncratkan habis segala isinya. Ugh, tentu saja kelenjar payudaraku belum bisa mengeluarkan susu. Yang ada hanyalah sekujur senti tubuhku sontak terkejang gelisah plus kelojotan liar. Aku merasakan rasa sakit yang samar di sana, namun bercampur enak. Jujur, baru pertama kali aku mengalami di-grepe-grepe toket secara kasar begini. Bahkan Takashiro yang berandalan pun terbilang lembut kalau sedang nenen ke puting dadaku.




( Cheska - 21 Tahun )



( Detektif Tanaka )


( Officer Nobita )



“P-Pak Nobita, p-pelan-pel—”

“Empuuuk… uuuuh, kenyal, hihihi.”

Si Culun ini sudah tak bisa mendengar. Ia sudah kerasukan syahwat. Segala gestur atau kata protesku pun mungkin cuma dianggap rengekan pelacur genit saja olehnya. Padahal, belum lima menit kami berlangkah masuk kamar, aku baru minum setengah botol air mineral dingin di kulkas minibar (maklum, aku haus), aku belum sempat dandan apalagi bersantai, mereka—dua polisi brengsek ini—sudah menggerayangi tubuhku secara kilat memburu tak ubahnya ini aku perek jam-jaman. Bahkan, sepatu cosplay boots Junko-ku pun belum sempat aku lepas.

Mmmfhh cuphh cupphh slrrrph slrrrph,”

Sambil terus mencium-ciumi leher, Pak Nobita kembali melucuti kancing-kancing bajuku hingga terbuka. Kali ini sampai lepas terbang ke lantai. Selanjutnya, tentu saja penutup dadaku. Ia buka kaitannya hingga, pluk, La Perla berwarna hitam itu pun jatuh, bebaskan payudara kencang yang langsung kembali diraup cengkeramannya. Kini, aku tinggal mengenakan boots plus rok mini cosplay tanpa celana dalam—yang entah apa fungsinya—karena sama sekali gagal menyembunyikan gunduk kemaluanku.

Mmmmm… P-PAK!”

“Kenapa, Chesuko san?”

“Remes-remeshnyahh pelanin dikit, Pakh… sakiiit~”

Pak Nobita tercengir cabul. Ia pun memperhalus pijatannya. Tak hanya meremas, ia selingi pula aksi jemari bercincin kawinnya tersebut dengan perlahan memainkan serta memuntir-muntir tonjolan puting tegangku yang mungil menantang. Dasar bajingan, ini… ini… ini enak sekali! Bola mataku mabuk terbenam, aku turut terbawa mesum, sampai-sampai sekujur beban punggungku lemah terkulai di dada kurusnya.

Nah, gini kan enak.

Astaga, Cheska! kamu ini kenapa? Kok mau-maunya sama Om-Om tua bejat ini? Suami orang pula, aargh
!

“Segini… suka?” ujar si Muka Culun buyarkan dilema konflik batinku, yang langsung kujawab dengan cara pasrah berikan leher. Aku biarkan saja polisi rendahan ini lukiskan tanda cupang kecil di bawah rahangku.

Mmmuach! Manja yahh kamu, Chesuko san. Kapan kamu jebol perawan?”

“K-Kelas tiga SMU, Pak.”

Sorot sayu nakalku lalu melirik Pak Tanaka yang baru saja beres merokok sambil menenggak kaleng bir. Terkekeh mesum, betis kekar berbulu lebatnya lantas berlangkah mendekat. Ia kemudian berjongkok di depan lutut lalu membuka lebar pahaku. Rok miniku pun praktis tersingkap ke atas, sajikan belahan sempit bibir tembem vagina yang berlinangan lendir pelumas.

“P-Pak! Jangaan, aku belum cebook!” rintihku lemas karena masih tersandera nikmat gerayang tangan Pak Nobi. Dari gerak wajahnya yang menyosor ke selangkangan, jelas aku tahu apa yang bakal si Kumis Jelek ini lakukan.

“Gapapa, Cantik. Aku cebokin pake lidah, yah? Bhihihi~”

“P-PAK! Ouuuuhh!”

Si Muka Culun mencengkeram erat kedua lenganku, Si Kumis Jelek merenggang paksa lipatan pahaku. Dikunci kokoh dalam posisi terkangkang jalang seperti ini, membuatku lagi tak bisa berakting munafik, pura-pura melawan demi menjaga kehormatan. Bahkan, andai aku serius berontak pun kupikir tak bakal sanggup. Dua bapak-bapak polisi ini terlalu kuat, sedangkan aku cuma gadis lemah biasa yang nihil skill bela diri.

Aku lantas terpejam buang muka kala kurasakan endusan hangat deru nafas Pak Tanaka di bibir kemaluanku—daging organ keintiman yang selalu kujaga penuh prinsip hanya untuk kekasihku saja. Kini, liang mungil itu tersibak nakal di hadapan si Detektif Cabul. Lengket dan basah. Aku betul-betul berahi dan terangsang, dan aku gagal menyembunyikannya.

Hmmmh, bau pesing campur keringat. Tapi aku suka, Chesuko san. Aroma memek alamimu ini khas perempuan muda banget,”

Wajahku menguap merah mendengar celetukan tersebut. Pake dijelasin segala lagi, aaah!

“D-Dilap dulu pake tissue, Pak. P-Punya aku kotor, bekas pipis, nanti gak— AAAAHNGGH!”

Sekujur lekuk area pinggulku sontak terhentak kejang kala Pak Tanaka tiba-tiba menguaskan lidahnya. “Invasi” yang begitu brutal dan mendadak. Dijilat-jilatnya secara rakus layaknya anjing lapar permukaan empuk daging vaginaku hingga licin melembab. Aku tersengat rasa geli yang sungguh luar biasa. Luar biasa nikmat, membuat diriku tak sanggup lagi menahan lolongan binal.

Oooooouhhh~ P-Paaaakhh~”

“Suka, dijilatin memeknya?”

“S-Suka banget, Pak— Oooooouh!”

Tak hanya jilatan, hisapan-hisapan nakal pada klitoris serta seruputan lahap mulut pria berkumis jelek ini pun juga melejitkan api gairahku. Badanku seketika menghangat. Sendi-sendi ototku melemas. Posisi leher kepalaku jatuh ternengadah ke belakang. Diteguknya sampai habis seluruh tetes lendir-lendir seksual yang kuproduksi dalam vagina yang meleleh lewat kedut celahnya.

Slrrrruphmmmphhhahhhh… nikmat sekali cairan memekmu ini, Chesuko san. Kayak kuah ramen mahal.”

Tak henti lelahnya Pak Tanaka terus mencaploki erat area keintiman seakan-akan ia tengah ber-french kiss mesra dengan ‘bibir bawah’-ku. Ia bahkan tak menyerah ketika aku menggelinjang-gelinjangkan panggul akibat tercambuk sengat geli. Lumatan bibirnya terus mengikuti, berputar ke kanan dan ke kiri, rekatkan mulut beserta lidah menciumi kewanitaan plus tudung kelentitku.

Oooohhhooohngghaaaaassh… P-Pakhhh…,”

Hmmmph slrrrrph slrrrph… Chesuko san… memek Indonesia memang gurihhh.. slrrrrph—”

Pak Tanaka lalu menelusukan indera pengecapnya, membelah celah peranakan. Ia lanjut korek-korek lelehan lendir yang tersisa di dalam sana, menggelitik beceknya lorong. Jelas tak akan habis karena rongga kemaluanku akan terus memproduksi pelumas percintaan selama syaraf libidoku diprovokasi seperti ini.

Aku benar-benar tak tahu sudah berapa lama Pak Tanaka “menginterogasi” liang kemaluanku. Satu menit? Dua menit? Lima menit? Yang jelas, kini aku mulai hilang kesadaran. Jiwa serta pikiranku seakan tercerabut dari cangkangnya. Deru liar nafasku mulai terengah-engah seksi bercampur lenguhan manja. Aku sudah kecapekan menahan konstannya desakan klimaks yang berdesir-desir menggoda segenap ragaku. Benar-benar lelah. Benar-benar capek. Memang persetan kalian berdua!

Clappclapclakkclappp… clakk… clap…

Mulai terdengar suara kecipakan erotis dari celah keintimanku. Tanpa sadar, aku pun mulai bergoyang mendorong-dorong pusat selangkanganku ke wajah Pak Tanaka, seakan meminta bajingan tua berkumis jelek itu menjorokan lidahnya lebih dalam. Ugh, kenapa gak pake kontol aja, sihhh? Jadi kapan kalian tuu mau ngentotin akunya, bangsaddh?

Haaah haaaahhahhhmmmngggh nggghhh hahhhh~”

“Lapor Pak Detektif! Chesuko san Ahegao! Hihihihi!”

Mmmmmhy-y-yaahh…,”

“Kamu emang perek, Chesuko san. Kenapa lidahnya ngejulur-julur kaya gitu? Mirip anjing betina! Hihihihh.”

H-h-hahhhhy-y-yaaaaah…,”

“Apa? Kamu ngomong apa, Chesuko san?”

“A-akuuh… m-memanghh… p-pereeeekh! Haaaaaghhh!”

Si Kumis Jelek ini tampak menikmati momen-momen kekuasaannya. Tanpa jeda ia terus mempermainkan bibir vaginaku. Harus kuakui, permainan lidahnya dahsyat. Lincah dalam tarian dan pintar menemukan titik sensitif. Aku sampai jadi gila dibuatnya. Inikah rasanya bercinta dengan pria tua beristri? Lelaki yang katanya memiliki “jam terbang” tinggi?

Dan, aaah… sebentar lagi pun aku dapet. Klimaks kedua! Kurasakan ada sesuatu yang merayap hangat berkonsentrasi sesak dalam tubuhku—di area bawah pusar. Aku gak kuat. Aku bener-bener gak kuat lagi. Fuck this shit.

“HAUUUUUUUUHH! AHN-JIINGH! AAAAHNGNGH!”

Saking derasnya ledakan puncak yang kugapai, lengkingan kasar pun refleks terlontar dari mulutku. Hanya dengan oral-nya saja, si Kumis Bangsat ini mampu melayangkan aku terbang ke bulan. Aku terkejang shock jepitkan paha, mengunci kepala Pak Tanaka yang belum kenyang “mencangkuli” lorong vagina. Akibatnya, ia pun terbasah kuyup terkena semprotan air cintaku.

Phuahh! Uhuk! Uhuk! Gila nih perek, bhihihihi!”

Demi Tuhan, aku sudah tak bisa mengendalikan tubuhku lagi! Kekurangajaranku tadi sama sekali tidak direncanakan! Begitu Pak Nobita lepaskan pasungan tangannya, aku pun langsung terkulai jatuh merosot dari pangkuan. Bluk! Aku menggelepar tengkurap, di lantai, dengan kondisi celah kemaluan masih menyemburkan cipratan-cipratan kecil sisa pasca orgasmeku.

Hhhhhhhahhhhhhhahhhh…,”

Entah berapa detik berlalu, aku masih terengah-engah mengais nafas. Tertelungkup beku berusaha keras memulihkan diri. Kubiarkan tangan kekar Pak Tanaka mengelus-elus kulit pantat mulusku. Beberapa celetuk kalimat pujian pun sontak membuatku tersipu—mengingat sebagai perempuan tentunya aku juga suka disanjung. Pijat jemarinya lalu berjelajah menggelitik punggung hingga ke bahu, menyusuri tiap tonjol ruas tulang belakangku.

Shit, enak banget… enak banget, tadi… p-pengen… pengen lagih~

Sepertinya, aku sudah menjadi “boneka seks” mainan mereka. Dan saat ini (kuyakin cuma untuk momen malam ini saja!), aku tak keberatan diperlakukan demikian. Aku sudah kehilangan minat melawan. Aku sudah kehilangan kehendak mempertahankan harkat. Yang kuingin sekarang hanyalah kepuasan seks! Seks, seks, dan cuma SEKS! Melahap nikmatnya orgasme sampai sendi ototku lemas, tak bisa berdiri, dan harus beringsut merangkak.

P-Pak Detektif…,”

“Ya, Cantik?”

“Entotin akuh.”

Aku mendelik lemah. Dua polisi brengsek itu malah saling bersitatap, sunggingkan senyum penuh arti.

“Akh, kurasa Chesuko san sudah pecah, Nobita kun. Mentalnya broken.”

“Ya, Ya… hihihi. Tak menyangka bisa secepat ini.”

??? What? Aku… kenapa?

“Chesuko san.”

“I-I-ya, Pak?”

“Mau kontol siapa dulu? Saya atau Officer Nobita? Bhihihi!”

“S-Siapapun, please! Kontolin akuh… s-sekaranghh…,”

“Huahahahaha!”

Masih terkapar letih di lantai, aku hanya bisa mengepalkan tangan mendengar tawa olok-olok mereka. Gigiku gemeretak—tersiksa gelisah. Ini tidak benar. I-Ini tidak sepantasnya! Aku ini tukang bully, bukannya malah di-bully!

Grrrrrgh!
Haruskah aku perkosa mereka berdua?



---------------------------------------



Akhirnya, aku merasa tubuhku telah kembali normal dan mampu membangkitkan diri. Diiringi erangan pelan, aku bergeliat manja, duduk selonjor di lantai. Officer Nobita lalu mendekat membawakanku sekaleng jus leci dingin. Ber-arigatou, aku pun lantas meneguknya dan sementara aku minum, si Polisi Culun itu melucuti sepatu boots cosplay serta rok miniku. Kini, aku resmi bisa dilaporkan ‘telanjang bulat’. Aku memang tidak merasa perlu malu, karena toh liang kehormatanku pun sudah habis diobok-obok muncrat oleh mereka. Tidak ada lagi martabat yang tersisa pada diriku. Malah, aku sedikit bangga indahnya gunduk payudara serta merahnya bibir kemaluanku dipuja-puji oleh mereka, terumbar kemana-mana.

“Chesuko san.”

“Yah?”

Aku agak terkejut ketika tiba-tiba Pak Nobita menarik tanganku lalu membopongku kembali duduk di pangkuannya. Kali ini, saling berhadapan, wajah kami bersitatap cukup dekat. Tanpa aba-aba ia sekonyong-konyong langsung mencaplok bibirku dibarengi dengus liar layaknya binatang. Karena sedikit shock, aku pun refleks terpejam, rapatkan bibir kemudian mundur sejengkal. Aku memang menganggap kissing atau ciuman itu sesuatu yang sakral. Seremonial pengakuan cinta serta rasa sayang kepada orang tertentu. Setidaknya… itulah prinsip yang kupegang teguh sampai detik ini.

Namun, Pak Nobita belum menyerah. Ia berulang menarik kepalaku lalu lagi-lagi mencoba menciumku dengan gestur lebih lembut. Lidahnya yang hangat terus membelai-belai bibirku, bak pejantan menggoda betinanya. Dibantu remasan tangan yang terasa begitu mesra di busung dada, aku pun akhirnya membuka mulut dan menjulurkan lidahku. Kusambut lumatan hangatnya selayaknya aku berpagutan bibir dengan seorang kekasih. Kami berciuman erat, lekat, berseling gigitan-gigitan kecil nan manja pacukan debar jantungku.

Kuakui, Officer Nobita ini lumayan jago kissing dan sabar memperlakukan perempuan. Kekurangannya hanya satu, sayang… mukanya jelek. Namun aku tak peduli. Aku hanya ingin lampiaskan nafsuku serta turuti syahwat hingga aku lelah. Dan kami terus berlumatan mulut alias ber-french kiss ria hingga air liur kami bertetesan. Lidah kami saling berbelai, saling berkejaran, bermain-main memacu birahi hingga tanpa sadar kedua tanganku pun merangkulnya mesra. Kuremas rambut Pak Nobita lalu kupagutnya “kasar”. Aku mulai agresif, mematuk-matukan bibir mencucup gemas mulut si Polisi Tua Culun ini.

“Chesuko san…,”

Telingaku mendengar Pak Tanaka berujar. Bola mataku mendelik kecil. Detektif berkumis itu rupanya sudah kembali pada rokok dan kaleng birnya.

Hmmmh hnnn?”

“Saya ingin bicara denganmu sebentar. Soal catatan kriminalmu.”

Officer Nobita melepaskan pagutan bibirnya. Ia mengangkat sedikit badanku lalu memindahkan sapuan lidahnya pada puting payudaraku, seolah ia menyuruhku fokus pada Pak Tanaka. Diemut-emutnya pelan tonjolan mungil nan sensitif berwarna kecokelatan mudaku itu. Naluri kewanitaan tetap membuatku memeluk sayang kepala si Culun ini ketika ia ‘menyusu’ lahap pada buah dadaku.

“c-Catatan kriminal? M-Maksud anda?”

Detektif Tanaka menyeringai, mesum, membuatku merasa galau.

S-Setelah ini kalian akan membawaku ke kasur dan menyetubuhiku, kan? Please, jangan bermain-main lagi! Aku udah horny banget pengen ditusuk-tusuk kontol! batinku berkeluh kesah.

“Ehehehe, sebelum kita bersenang-senang… saya pengen ngasih kamu sedikit hukuman dan pendidikan kedisiplinan dahulu, Chesuko san. Jangan khawatir, hanya sebentar, kok.”

“H-Hukuman? Emang aku salah a-apa?”

“Untuk kesalahanmu selama SMU, Chesuko san. DNS High International School, itu kan nama sekolahmu dulu?”

Aku tercenung, mengkerutkan dahi. Tahu dari man—

“Tentu saja kami ini penyidik profesional, Cantik. Sebelum kami menjemput kamu, kami sudah menggali-gali sedikit data tentangmu. Tentang bagaimana catatan kriminal serta kenakalanmu di sekolah.”

WHAT?

Aku hanya bisa beku tanpa suara kala Detektif Tanaka membuka buku notes kerjanya kemudian membacakan sesuatu di sana.

“Untuk catatan kriminal… bersih. Tak ada apapun data di kepolisian Indonesia, tapi…,”

Hei, hei, t-tunggu dul—

“Untuk kenakalan di sekolahmu, kami punya data cukup serius, Chesuko san. Bullying, perkelahian fisik, perilaku tidak sopan pada guru dan staff, sampai kasus hate speech… lihatlah, kamu ini benar-benar begundal betina cantik yang harus dihukum Chesuko san, bhihihi! Dihukum sampe ngompol!”

Bola mataku membelalak tak percaya. Okelah catatan kepolisian masih masuk akal, tapi soal kasus di DNS International? Kenapa mereka sampai tah—

AAARGH! Bisa jadi dari Takashiro! Kami memang pernah saling cerita dan buka rahasia tentang kebengalan masa sekolah dulu! Kurang ajar Takaaaa! Hiks, aku merasa dikhianati dua kali.

“Gimana, Chesuko san? Kamu siap kan terima hukuman? Apalagi, dulu kamu dengan bangganya ngaku bisa lolos dari sanksi sekolah karena pengaruh Papamu.”

Hiks, beneran ini sih bacotan dari Taka.

“Sekarang… cobalah pikirkan perasaan korban-korban yang kamu sakiti, penderitaan mereka. Hukuman ini setidaknya bisa bikin hati kamu tenang. Percayalah, Chesuko san… hihihihi!”

“….”

“Ayolah, abis ini kita ngentot, deh, sampe kamu capek.”

Semburat merah kontan merambat di wajahku begitu kutahu mereka sadar apa hal yang kutunggu-tunggu sejak tadi. Aku pun melemas pasrah ketika Detektif Tanaka mengangkat tubuhku dan menggiringku menuju ranjang. Pria berkumis jelek itu lalu menyuruhku memposisikkan badan menungging lentur seperti anjing. Aku menurut. Kulakukan sebaik dan seseksi mungkin yang aku tahu. Namun, ia tiba-tiba menarik kedua tumpuan tanganku ke belakang hingga sejajar dengan pergelangan kaki. Posisi bulatan pantatku pun kian menjulang ke atas, beriring kepalaku yang terjatuh landai terhempas di atas bantal.

“Nobita kun, ambilkan pillory arms-nya.”

Detektif Mesum itu berkata pada anak buahnya, yang langsung menyodorkan “alat” yang diminta. Setelah kupaham apa fungsi benda itu, aku pun sontak bergidik membayangkan hukuman apa yang akan kujalani. Bulir-bulir keringat muncul di keningku. Ternyata, itu adalah sebuah kunci pemasung. Pergelangan tangan dan kakiku lalu dikunci sedemikian rupa dalam posisi sejajar, hingga aku tak dapat bergerak apalagi meronta dan tetap dalam keadaan menungging Cabul seperti ini.



“Mulus sekali kulit pantat dan pahamu, Chesuko san. Pasti bakal kelihatan jelas ini bekasnya…,” bisik Pak Tanaka mengusap-usap bagian belakangku tak ubahnya barang dagangan. Aku terlenguh kecil ketika jemari nakalnya lembut mencolek garis vagina. “Kamu seharusnya ditunggingkang seperti ini di halaman sekolahmu, Chesuko san, supaya para korbanmu bisa memperkosamu sampai kamu nangis, bhihihi.”

Aku mengkerutkan dahi mendengar ocehan ngawur si Mesum ini. Membayangkan diriku diperkosa ramai-ramai jelas membuatku jijik dan muak. Tapi… tapi… kalau hanya fantasi dan sarana rekreasi semata….

Assssshhh~ hngngnghh~”

Tiba-tiba, Pak Nobita menjamah badanku lalu menjepitkan sepasang alat aneh pada kedua putingku. Cukup membuat ngilu rasanya. Seperti capitan jemuran, tapi… heh, ada kabelnya? “MMMH! Aaahhh! P-Pakkhh~” Belum selesai aku berpikir, di belakang sana aku mendapati juga ada sebatang benda karet dan panjang membelah bibir kemaluanku, kemudian dirangsekan cepat ke dalam hingga menancap kokoh. Kalau ini jelas… liang kemaluanku dipasangi dildo. Badan, kulit, serta pori-poriku seketika merinding. Apalagi, ketika Detektif Tanaka memperlihatkan padaku beberapa alat lainnya yang sepertinya membuatku paham hukuman apa yang bakal aku terima.



“Baiklah Chesuko san, saya akan jelaskan. Plastic Spanking Paddle A, untuk kesalahanmu yang bullying. Crop stick B, untuk perkelahin sesama murid. Wood stick C, untuk perilaku tak sopan kepada guru. Dan, leather belt stick D, untuk hate speech. Tiap alat akan digunakan untuk sepuluh kali pukulan, jadi total empat puluh. Siap, Chesuko san?”

Aku tak berkata apa pun, hanya mengangguk pelan seraya menggoyangkan kecil pantatku, meminta si Kumis Mesum ini segera lakukan “tugas”-nya.

“Chesuko san… tolong katakan ini sebelum dimulai,”

Aku menoleh dan melihat Officer Nobi menyodorkan layar ponselnya. Di sana ia tulis sebuah kalimat yang membuatku berhela nafas.

“T-Tolong hukum saya karena saya telah jadi Tuan Puteri yang jalang, Pak Detektif. Pukul pantat saya sampai saya kapok.”

Aku lantas memejam mata saat kurasakan pemukul plastik A yang tebal itu mengelus-elus pantatku. Begitu halus dan lembut, serasa membelai-belai sayang, sampai tiba-tiba—

PLAKKKKK!!!

“AAAAAHHNGG!”

Serasa disengat listrik, aku berteriak dan mengejat hebat akibat rasa perih yang kuderita. Begitu panas dan menjalar, membuat ragaku spontan bergetar. Dan, kuncian yang membelenggu tangan serta kakiku ini hanya membuatku makin tersiksa saja.

Lalu setelah itu, aku kembali dikejutkan oleh rasa yang lain, rasa yang sungguh geli sekaligus nikmat dan erotik di puting susu serta rongga vaginaku. Rupanya, alat-alat yang terpasang di tubuhku ini mempunyai fitur vibrasi. Dan, Officer Nobita cepat-cepat menyalakan remotenya begitu Detektif Tanaka lakukan cambukan.

Hahhhhahhhhahhh…,”

Aku menolehkan wajah ke samping lalu menarik nafas. Pikiranku bingung, kacau, tercampur aduk, antara meresponi rasa sakit serta merengkuhi kenikmatan stimulus seksual.

PLAKKKKKK!!!

“AUUUGH!”

PLAKKKK!!!!

“AHN-JINGGH! ARGHH!”

PLAKKKK!!!

“AAAAAHNGNGH!”

PLAKKK!!!

“HHHHAAAAGHHH!”

Sejenak aku membenamkan wajahku ke bantal. Mataku terpejam berair disertai gigi yang bergemeretak menahan pedih. Namun, impuls-impuls kenikmatan yang kurasa di payudara serta lubang vaginaku ini benar-benar membuatku gemas. Gemas karena mengapa hanya sekilas dan getar rangsangan pun segera dimatikan sebelum aku merasa “cukup”! Akibatnya, aku jadi berdebar, gelisah, dan berharap menunggu—

PLAKKKKK!!!!

“OOOOUHHHHGGG!”

PLAKKKK!!!

“AAAAHHHH!”

PLAKKKKK!!!

“HHHAAAHHH!”

Rasa perih kini telah berbaur rasa nikmat. Aku mulai memperoleh sensasi hasrat seksual baru yang sama sekali belum pernah kurasakan. Tapi… apakah ini memang sesuatu yang asing dan muncul terinjeksi secara paksa? Atau justru, sudah mengendap lama dalam diriku namun baru tergali sekarang? Shit! I’m so confused! K-Kenapa aku—

PLAKKKKK!!!

“AHHHNGNGHHH!

PLAKKKKK!!!

“OUFFFFFHHHG!”

“…..”

“…..”

“Baiklah, seri pertama selesai, sekarang istirahat semenit.” tegas Detektif Tanaka di belakang. Ia mengelap bibir keintimanku yang, ugh, tampaknya mulai becek berlendir oleh tissue, membenamkan kembali posisi dildo yang agak terdorong keluar.

Aku menatap Officer Nobita yang berdiri di sampingku dengan sorotan kosong. Bahkan, aku tak menghitungnya, mengingat sudah pukulan ke berapa tadi. Aku hanya terdiam pasrah dan menunggu, menunggu bulatan pantatku didera lagi demi mendapat… mendapat apa?

“Chesuko san, kalau gak kuat bilang ya, safe code-nya bilang ‘Reddish’, oke?” ujarnya seraya mendekat lalu menyeka air mataku, yang sempat merembes tanpa bisa kutahan.

Pluk! Pluk! Pak Tanaka menepuk bokongku. “Saya harap kamu merenungkan betapa buruknya perbuatan mem-bully orang itu, Chesuko san. Tak tahu di negaramu, tapi di Jepang sini, efeknya bisa sangat serius. Harusnya kamu dihukum bukkake, bhihihihi!”

Bukawhat?

Aku tak menjawab dan hanya terdiam membenamkan wajahku ke bantal. Kurasakan alat kedua yang berupa crop stick logam menggesek-gesek pelan pantatku, hingga pada momen yang tak kuduga—

PLAKKKK!!!

“AAAAAAAHWWWHH!”

Untuk pemukul yang kedua ini, “area” titik hantaman memang relatif lebih kecil hanya pada bagian ujungnya, namun intensitas nyeri yang terasa di kulitku sungguh lebih menyengat. Tak beda dengan sesi pertama tadi, kondisi respon tubuhku pun masih bergeliat campur aduk antara jerit rintih rasa sakit berseling kejangan sarat birahi gegara vibrasi stimulus dildo. Sepuluh kali deraan aku “dihukum” sedemikian rupa, tersiksa oleh kebimbangan yang muncul buyarkan syaraf otak.

PLAKKKKK!!!

“AAAAAKHHHNGNGNGH!”

Tibalah aku pada hukumanku di alat pemukul ketiga, sebuah wooden stick alias batang kayu kokoh yang tak kuduga daya hantamnya cukup dahsyat. Ini adalah cambukan yang paling sakit menurutku, membuatku menjerit agak lebih lengking dan pilu. Rasa perih yang kudapat terasa rata menjalar di kedua belah gunduk pantat selaras ukuran panjang dan tipis kayu. Dan pula sepertinya, Officer Nobita pun sontak mempertinggi kekuatan getar vibrasi dildo serta penjepit putingku untuk mengimbanginya.

PLAKKKK!!!

PLAKKKK!!!

PLAKKK!!!!

PLAKKKK!!!

Tepat di pukulan kelima, akhirnya aku remuk menangis. Ya, menangis nyaring tersedu-sedu bukan sesegukan lagi seperti sebelumnya. Sejenak, Pak Tanaka menghentikan pecutannya, membiarkanku berusaha menarik nafas serta menenangkan diri kembali. Sudah pasti deraan-deraan jahanam tadi bakal meninggalkan bekas luka di pantat indah tanpa celaku. Tapi aku masih belum mengucapkan safe word, yang berarti aku meminta lanjut kembali. Mungkin aku sudah gila, entah kenapa, aku ingin dipukul lagi, sekaligus dimanjakan oleh gelitikan vibrator yang terasa begitu ‘nanggung’ tak tuntas memuaskanku.

Di alat pemukul keempat, D, tampaknya syaraf-syaraf kulitku sudah sedikit “kebal” dan mampu mengantisipasi apapun rasa nyeri yang ditimbulkan. Memang masih terasa perih dan membuat bibir mengaduh, namun… tak terlalu membuat tersiksa. Malah, akibat intensitas getaran alat bantu seks yang kian ditinggikan kembali oleh Officer Nobita membuatku kini merasa gelisah. Well, gelisah karena makin lama titik batas klimaksku makin hampir tersentuh, membuat area panggul belakangku berkejat-kejat kecil menahan pipis.

PLAKKKK!!!

“OUFFFFHHHH!”

Selepas Pak Tanaka melakukan pukulan terakhir, Officer Nobita pun menyalakan remotenya tanpa jeda. Kentara, ia ingin merangsangku lebih kuat hingga aku melenguh orgasme dan semburkan kembali air-air cintaku yang berlinangan indah. Dan, hal tersebut pun segera ia dapatkan sekitar satu menit kemudian, sewaktu aku tak mampu lagi membendung ledakan yang membuat sekujur badanku tersetrum lezat seubun-ubun.

Ooooooohhhf-fuckhhmmmmmmh…. Hnnnngngngh~”

Aku terlalu ‘teler’ untuk menjerit, hanya bisa berdesah panjang disertai bola mata redup ke atas plus muka kelelahan akibat bergulat menahan sakit. Sementara di lubang pipisku sana, sepertinya air keintiman mengucur lumayan banyak, kencang, hingga kaki, lutut, dan tanganku bisa menjejaki lembabnya.

Pluk!

Bersamaan dengan itu, sumbatan dildo vibratorku pun terjatuh, perlihatkan liang vagina yang kuduga menganga bulat, meneteskan sisa-sisa lendirnya yang kental dan hangat.

Ini sangat memalukan sih sebetulnya, tapi… tapi… kenapa aku merasa seksi ya tampil berpose lucah begini? Andai Sherry dan Giztha melihatku, aku penasaran gimana reaksi mereka.

“Ahhh, sugoi~ kamu hebat sekali, Chesuko san.” komentar Officer Nobita membelai-belai rambutku seakan aku ini anaknya. “Bagaimana menurutmu, Detektif?”

“Wajarlah, yang kutahu cewek bengal kan biasanya kuat-kuat, huahahaha.” tawa Detektif Tanaka menimpali. “Chesuko san, tolong jangan diambil hati, ya, ini kan untuk kebaikanmu juga, pendidikan kepribadianmu, bhihihihi!”

“….”

Haduh, apa sih? Cepetan lah lepasin aku terus gituin aku! I’m so fuckin’ horny!

Eh tapi… bentar dulu, deh. Aku masih pengen bertungging ria seperti ini, menikmati petualangan seksual aneh, langka, dan mendebarkan ini. Aku sungguh tak menyangka, hal sinting dan mendegradasi semacam yang kualami sekarang betul-betul membuatku nyaman lagi bergairah. Nyaman dalam definisi….

Well, entahlah, pasca dieksekusi, aku merasa… ada rasa tenang dan bahagia di hatiku secara psikologis. Dosaku serasa ditebus. Kesalahanku serasa dibayarkan. Dalam perih dan memar di bokongku, aku merasa lega. Padahal sebelumnya, aku tak merasa ada beban atau tekanan apa-apa. Merasa ‘bersalah’ saja tidak!

“….”

Laman-lamat, aku pun berpikir, apakah aku seorang sado masokis? Benarkah? Arrgh, bingung juga sih, karena yang kutahu, untuk meneliti soal itu kan harus dilakukan ahlinya, iya kah? Mungkin aku harus berbicara atau ngobrol-ngobrol dengan psikolog.

“….”

Emmmh, ngomong-ngomong, kenapa aku… ngerasa pengen dipecut lagi, ya?

Detektif Tanaka akhirnya tersenyum dan membuka pillory arms yang mengunci tangan plus kakiku. Aku pun sontak menggeletakan diri di atas kasur tak ubahnya ikan mati. Maksudnya, ingin diangkat sambil digendong, tapi dasar brengsek, mereka malah meninggalkanku begitu saja.

“Chesuko san, tunggu sebentar, ya. Saya mau beli makanan dulu untuk kamu. Kamu harus makan, biar kuat bertenaga nantinya pas ‘aksi’, bhihihihi!”

GRRRH, bener, nih, gak nyesel kalo aku main Ultimate Goddess Mode? Awas loh, jangan pada lemes, yaaah!







---------------------------------------
 
AGH TIDAK UGLY BASTARD TERNYATA MASIH AJA ADA DI CHAPTER SELANJUTNYA!!! :aduh: :aduh:

Dikirain tuh dua bapac2 udah kelar interpiw nya, ternyata malah makin nyiksa si bocil cheska, mana keasikan pula dipecut2 :pandaketawa::pandaketawa:
 
sudah kuduga pasti main gim dulu brad kita satu ini :papi:

ngetes gim tower of fantasy dulu, brad :beer:

BRo @walpurgisnacht
•⌣»̶·̵̭̌✽̤̈🐡 Terima Kasih 🐡✽̤̈·̵̭̌«̶⌣•

sama-sama, brad :beer:

Makasih apdetnya bro @walpurgisnacht AKA @AndreDiaz ...

thanks, brad :beer:

AGH TIDAK UGLY BASTARD TERNYATA MASIH AJA ADA DI CHAPTER SELANJUTNYA!!! :aduh: :aduh:

Dikirain tuh dua bapac2 udah kelar interpiw nya, ternyata malah makin nyiksa si bocil cheska, mana keasikan pula dipecut2 :pandaketawa::pandaketawa:

Masih ada satu chapter lagi, brad, execution part :pandaketawa:

Yah, namanya bapack-bapack, pasti seneng lah jahilin gadis muda :bata:

nice hot story gan, nitip sendal!!!

wuah, awas sendalnya ilang, brad :pandaketawa:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd