Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

--------------------------------------------

6. The Party Must Over


Beberapa hari setelah pulang dari Pangandaran.. setelah jam makan malam aku dipanggil Bapak kostku.
Kupikir tumben malam-malam begini Bapak memanggilku. Kira-kira ada apa ya..? Batinku.

Sudah beberapa malam aku memang tidak ke rumah induk.. JJM ke Bogor cari suasana yang baru.
Biasanya hampir tiap malam.. meskipun sebentar aku menyempatkan numpang nonton berita di TV agar tau kondisi terkini.

"Duduk To..” katanya datar. Suasana kurasakan agak asing.. tidak seperti biasanya.

Biasanya tanpa disuruhpun aku sudah duduk.. bahkan kadang tiduran di lantai.
Akupun duduk di depannya. Ibu kosku duduk agak jauh dari tempat kami.

"Saya mau tanya.. jawab dengan jujur..” katanya lembut tapi tegas. Aku diam saja.. tapi debaran jantung mulai meningkat.

"Langsung saja. Saya mulai denger bisik-bisik.. kalau kamu belakangan ini sering pergi dengan Ibu Heni..?”

Glekk..! Aku tercekat.. tidak bisa mengeluarkan suara apapun. "Eee.. Eehh..” aku tergagap.

Pantas saja kemarin waktu aku jalan di gang.. ada tetangga yang melihatku dan memberikan isyarat pada teman bicaranya.
Aku sebenarnya bukan orang yang sensitif.. namun kata-kata Bapak kosku mengingatkanku.

"Tadinya saya senang kamu bisa membantu mengajari Eka. Tapi tidak kukira kalau kamu kemudian memanfaatkan kesempatan ini.
Sayang sekali kalau kuliahmu sampai terganggu.. lagian Ibu Heni kan sudah berkeluarga. Kenapa sih kamu tidak cari yang masih singel saja..?”
Aku hanya diam dan semakin menundukkan kepalaku.

Setelah Bapak kosku berbicara panjang lebar menasehatiku.. akhirnya dia berkata..
"Saya anggap kamu sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Ya sudah.. mulai sekarang jauhi dia.
Saya tidak melarang kamu mengajari Eka.. tapi jangan bikin affair dengan ibunya lagi.
Tentu kamu pernah dengar gosip tentang hubungannya dengan seorang pejabat.
Namun demikian semuanya terpulang kepadamu.. apapun yang kau putuskan.
Saya memberi nasehat bukan karena saya pandai.. namun lebih karena saya sudah lebih dahulu lahir dan lebih dahulu menikmati masa muda.."

Usai 'screening' singkat itu aku kembali ke kamar dengan kepala berdenyut-denyut. Tapi kupikir benar juga.
Dalam hal ini memang aku yang salah. Apapun alasannya.
Sampai malam aku masih memikirkan ucapan Bapak kosku dan berpikir tentang hubungan gelapku dengan Hanny ke depannya.

Esoknya aku menyempatkan diri bertemu dengan Hanny dan kami janjian di sebuah kafe di Bogor.
Aku berbicara panjang lebar mengulangi apa yang sudah kudengar tadi malam. Wajahnya terlihat keruh.. matanya mulai sembab dan berair.

"Aku tau bahwa hubungan kita ini memang tidak benar dilihat dari sisi manapun.
Namun aku juga tidak dapat menahan dorongan dari hatiku untuk selalu bertemu dan berbagi kenikmatan denganmu.
Kalau harus berpisah begitu saja.. untuk saat ini aku tidak sanggup.
Lebih baik kita kurangi frekuensi pertemuan dan lebih berhati-hati memilih waktu dan tempat pertemuan..” katanya sambil terisak.

Aku hanya diam dan menggenggam jarinya. Akhirnya kami sepakat untuk mengurangi frekuensi pertemuan dan lama waktu pertemuan.
Sejak itu kami bertemu dua atau tiga minggu sekali dan itupun tidak dalam waktu yang lama.
Selesai menumpahkan gairah.. maka kamipun segera pulang secara terpisah.

Namun kadang dia masih meminta kenikmatan ekstra sekali lagi dan kuberikan dengan Quicky.. Quicky.
Perlahan-lahan bisik-bisik tentangku pun menghilang.
-------------

Akhirnya setelah setahun setengah tinggal di kosku tersebut akupun dinyatakan lulus dan sebulan lagi akan ada wisuda.
Ketika bertemu maka kuberitahukan kepada Hanny tentang kelulusanku dan iapun mengucapkan selamat..
"Selamat ya.. sarjanaku. Nanti aku akan memberikan hadiah yang khusus buatmu..”

Menjelang wisuda akupun sudah melamar kerja di Jakarta dan diterima sebagai staf pembukuan..
di sebuah perusahaan yang berkantor di sekitar Harmoni.
Namun aku minta agar dapat mulai bekerja setelah wisuda saja. Tiga hari setelah wisuda Hanny memintaku untuk bertemu.

"Aku sebenarnya tidak mengharapkan kita berpisah. Namun aku juga sadar bahwa jalan hidupmu tentu tidak bisa aku yang mengaturnya.
Aku kali ini ingin bercinta denganmu.. mungkin untuk terakhirkalinya.
Kalaupun nanti kita masih bertemu aku sangat senang.. namun kalau tidak.. pertemuan ini menjadi kenangan yang indah bagiku.
Aku ingin semalaman memelukmu. Aku sudah mencari alasan untuk pergi selama sehari semalam.
Kalaupun orang atau bahkan Pak Edi tau aku sudah siap dengan segala risikonya..” paparnya memohon.

Ia mengajakku untuk menginap di sebuah hotel di Ancol. Rupanya ia sudah memesan kamar khusus.
Setelah kami masuk ke dalam kamar.. maka aku menjadi sangat terkejut melihat suasana kamar.

Sebuah kamar dengan pandangan ke laut.. sebuah ranjang bundar dengan bed cover merah muda dan langit-langit kamar yang dilapisi cermin.
Hmm.. Kupikir ia mengeluarkan uang cukup banyak untuk kencan terakhir ini.

Ketika aku masuk ke kamar mandi.. Hanny masih merapikan ranjang. Entah apalagi yang diperbuatnya.
Baru pada saat kembali ke dalam kamar aku merasakan suatu perasaan yang very very excited.

Kucium harum bunga melati dan kulihat ia sedang menaburi ranjang dengan bunga melati.
Kupeluk ia dari belakang dan kuusap pinggangnya. Kurapatkan tubuhku ke tubuhnya.. sehingga kejantananku menekan belahan pantatnya.

Ia mengenakan baju panjang warna krem dengan ritsleiting di depan dada sampai sebatas perut.
Celana panjangnya berwarna hitam dengan sepatu hak tinggi di bawah telapak kakinya.

Kubawa ia ke jendela sambil melihat Teluk Jakarta di waktu siang menjelang sore.
Kucium tengkuknya dan ia menarik napas panjang. "Hhmmh.. Anto..”

Ia membalikkan badannya. Mukanya sedikit mendongak.. bibirnya yang merah setengah terbuka dan semakin mendekat ke bibirku.
Kami berciuman dengan lembut namun penuh gairah terpendam.

Ia merogoh kantung celananya dan mengambil sebutir pil dan menyuruhku untuk meminumnya.
"To ini diminum dulu agar kamu bisa memuaskanku sampai besok pagi..”

Namun aku menolaknya. Kupikir badanku saat ini dalam kondisi fit.
Kalau untuk tiga atau empat pendakian sampai esok pagi rasanya masih mampu.
Kalau ia ingin lebih.. biarlah aku menunda kepuasanku dan kupuaskan ia terlebih dahulu sampai ia menyerah.

"Nggak usah Han.. kalau kamu ingin lebih aku akan menunda orgasmeku dan memuaskanmu dahulu..”

Kutarik ritsleting baju di depan dadanya dengan gigiku.. dan kemudian tanganku melanjutkan untuk membukanya.
Dadanya yang terbuka berwarna putih mulus terlihat kontras dengan bra berwarna hitam yang masih menutup payudaranya.

Kucium bahunya.. kumainkan tali bra-nya. Ia memelukku dan mengusapkan pipinya di kepalaku.
Mulutnya menjilati lubang telingaku dan membisikkan kata-kata penuh gairah.
"Ouhh Anto.. Malam ini akan menjadi malam yang sangat panjang. Kita akan menikmatinya detik demi detik.. Ouhh..!”

Kucium dan kugigit bagian dada di antara dua gundukan daging payudaranya.
Kulitnya memerah karena bekas gigitanku tadi. Ia tidak mencegahku untuk mencupangnya.. bahkan ia memintaku untuk melakukannya lagi.

"Anto.. Berikan lagi gigitan semutmu.. Aoouhh..!"

Kubuka bajunya kemudian bajuku sendiri dengan posisi tetap berciuman dan berpelukan.
Kudorong tubuhnya ke ranjang dan kutindih tubuhnya.

Bibirku menyusuri bahunya melepas tali bra-nya lewat tangannya bergantian kanan kiri..
kubiarkan bra-nya masih menutup dadanya karena pengait dipunggungnya belum kubuka.

Kembali bahunya yang sudah terbuka kucium dan kugigit sampai memerah.
Aku bergerak memutar.. sehingga berada di belakangnya. Kulepas pengait bra-nya dan kutarik dengan gigitanku.

Kini dadanya terbuka polos. Dari belakangnya.. tanganku meremas pantatnya dan menciumi punggungnya yang putih.
Tanganku meremas buah dadanya yang kencang.

Kuciumi leher dan belakang telinganya.. kemudian kugesekkan pipi kananku ke pipi kirinya.
Sambil kucium punggungnya kini tanganku melepas celananya dan celana dalamnya sekaligus..
tapi kubiarkan sepatu hak tingginya masih melekat di tumitnya.

Tak lama celana dan celana dalamkupun sudah melayang. Aku tetap menciuminya sambil berbaring miring di belakangnya.
Kugigit punggungnya dan terus menyusuri sekujur punggungnya ke bawah. Tanganku mengusap pantat dan kugigit pelan. Hanny menggelinjang.

Ia berbalik dengan posisi dadanya di depan mukaku.
Putingnya yang berwarna coklat kemerahan digesekkannya di ujung hidungku dan segera kutangkap dengan bibirku.

Mulutku bergerak ke bawah perutnya.. ia membuka pahanya agar memudahkan aksiku.
Aku hanya menggesekkan hidungku ke bibir vaginanya. Aku tidak ingin merangsangnya dengan mulutku.

Kepalaku bergerak ke atas dan menciumi ketiaknya yang terbuka.. karena tangannya berada di atas kepala sambil meremas bantal.
Kami berguling sedikit dan sebentar kemudian ia sudah berada di atasku. Bibirnya lincah menyusuri wajah.. bibir dan leherku.

Hanny mendorong lidahnya jauh ke dalam mulutku.. kemudian menggelitik dan memilin lidahku.
Kubiarkan Hanny yang mengambil inisiatif menyerang. Sesekali lidahku yang membalas mendorong lidahnya.
Tanganku meremas-remas payudaranya.

"Auhh.. Ayolah Anto.. Terus..” ia merintih pelan. Kemaluanku mulai menegang dan mengeras.

Kukulum payudaranya semuanya masuk ke dalam mulutku.. kuisap dengan kuat.. putingnya kumainkan dengan lidahku.
Napasnya memburu dengan cepat. Detak jantung kami semakin cepat meningkat.

"Ayo puaskan aku untuk saat-saat terakhir sayang.. Ahh.. Auuh..!”
Hanny mendesis ketika ciumanku berpindah turun ke leher dan daun telinganya.

Tangan kiriku mulai menjalar di pangkal pahanya..
Slepp.. kumasukkan jari tengahku ke belahan di tengah selangkangannya dan kugesek-gesekkan ke dinding depan vaginanya.

"Ah sayang. Kamu liar dan nakal sekali..”

Sementara itu tangan kananku meremas halus buah dadanya.
Tangannya tak mau kalah memegang.. meremas dan mnegocok kejantananku.

Dengan ganas aku menciumi seluruh bagian tubuh yang dapat kujangkau.
Beberapa saat kemudian ereksiku sudah mendekati maksimal. Kepalanya berdenyut menantang lawan di depannya.

Jari tengah kiriku kugerakkan lebih cepat dan tubuhnya kemudian meliuk-liuk menahan kenikmatan.
Pinggulnya naik dan berputar-putar.

Tangan kananku memelintir puting payudara kirinya dan dan mulutku kini menggigit puting kanannya.
Sementara jari kiriku tetap mengocok lubang vaginanya. Semakin cepat kocokanku.. semakin cepat pula gerakan pantat dan pinggulnya.

Permainan tangan kiriku kuhentikan lalu segera kuarahkan kejantananku untuk memasuki liang vaginanya.
Blessepp..! "Oughh.." erangnya menandai melesaknya batang kemaluanku di liang vaginanya.

Sebentar kemudian dengan mudah aku sudah menembus guanya yang panas.
Pinggulku kugerakkan naik-turun dan ia mengimbangi dengan memutar pinggulnya dan menaik-turunkan pantatnya.
Harumnya bunga melati sangat membantuku untuk lebih rileks namun sekaligus juga sangat menimbulkan gairah tersendiri.

Kakinya yang masih memakai sepatu hak tingginya menjepit pahaku dan kadang dikangkangkan lebar-lebar.
Kuciumi leher dan dadanya. Beberapakali kugigit sampai meninggalkan bekas kemerahan.
Aku akan menghujaninya dengan cupangan pada sekujur tubuhnya.

Plupp..! Kucabut penisku dan kubalikkan tubuhnya.. ia mengerti maksudku.
Segera ia nungging menaikkan pantatnya yang memang masih kencang.

Kuposisikan diriku di belakang pantatnya. Diraihnya penisku dan segera diarahkan untuk menerjang guanya kembali.
Slebb.. Jlebb..! "Arghhh.. tusuk lagi dalam To.. ohhh.." ceracau Hanny mulai kembali terdengar.

"Erghh..!" Kuterjang vaginanya dengan kocokan lembut. Clebb.. crebb.. clepp.. clebb.. clebb.. clepp.. crepp..
Tanganku memegang pantatnya dan membantu menggerakkan pantatnya maju-mundur.

Ia yang masih memakai sepatu hak tinggi kelihatan sangat seksi.. seperti adegan di BF.
Ia mulai menggelinjang dan mengejang lembut.. kedua tangannya mencengkeram dan meremas sprei.

"Ouhh.. Sudah To.. Kita .. ahhh.. ohhh.."

Ia merintih nikmat ketika pantatku kugerakkan ke belakang sampai penisku hampir terlepas dan kumajukan dengan cepat.
Kuulangi beberapakali lagi dan iapun menekankan kepalanya miring di atas bed.

"To.. Kita kembali pos-sisi kitahhh.. Akkhuh.. Ohhh.. !!"
Ia menjerit dengan kata-kata yang tidak jelas. Ia memintaku untuk kembali dalam posisi semula.

Plop. Kembali kucabut penisku dan segera kurebahkan kembali dalam posisi konvensional.
Aku tau ia dan aku juga.. hampir mengakhiri babak pertama ini. Kami bergerak berputar-putar.

Karena ranjang berbentuk bundar maka ke manapun arah tidur kami tetap dapat memuat tubuh kami berdua dengan nyaman.
Setiap kulihat cermin di langit-langit.. maka akupun terpacu untuk membagi kenikmatan yang lebih kepadanya.
Bunyi crik.. crik.. crikk dari gelang kakinya semakin sering dan kuat.. memenuhi seluruh sudut kamar.

Crebb-clebb-crebb-clepp-clebb-clebb-clepp-crepp-clebb-clebb..
Vaginanya kugenjot semakin cepat dan kuangkat kaki kirinya dan kulipat.. sehingga lututnya menempel di perutnya.

Dengan satu kaki terangkat dan satu lagi dikangkangkannya lebar-lebar ia semakin meracau.
"Ouahh.. Uuuhh..!” Dinding vaginanya mulai berdenyut dan akupun sudah mencapai no return point-ku.

Sebuah titik di mana aku tidak bisa turun atau kembali lagi.. harus kucapai puncak itu.
Kakinya yang tadi kulipat kukembalikan lagi dan segera kedua pahanya menjepit pinggangku.
"Sekarang Han.. Aku mau kell..lluu..arrhh..ghhh..”

“Erghhh..!” Aku menggeram keras. Pinggulnya naik menjemput kejantananku.
Jleghh..! Kutekankan kejantananku dalam-dalam di vaginanya. Crott.. crott.. crott.. crott..

"Ouhh Anto .. Aku juga samm..paaiihh..!” Ia memekik kecil.. menandai ujung pendakian syahwat yang tercapai.
Srr.. srrr.. srr.. Jepitan kakinya semakin ketat dan denyutan di vaginanya terasa meremas penisku.
Hak sepatunya menekan paha belakangku. Ditekan-tekannya pantatku ke bawah dengan betisnya.

Setelah beberapa saat kami sama-sama terkulai lemas.. bunga melati yang ditaburkannya tadi sebagian menempel pada tubuh kami yang basah kuyup oleh keringat yang membanjir.

Udara sejuk dari AC sangat membantu kami untuk mengembalikan tenaga. Hanny masih mengusap dan mempermainkan bulu dadaku.
Ia berbaring miring di sebelahku dengan kaki kananya membelit kakiku. Kupeluk bahunya dan kuusap-usap dengan lembut.

"Aku tidak ingin hari ini berlalu. Aku masih ingin bersamamu mengarungi samudra kenikmatan..” katanya sambil mengecup lenganku.

Setelah beberapa saat kemudian.. maka napas dan detak jantung kamipun kembali normal..
Kami tertidur berpelukan sampai hampir lupa untuk makan malam.

Jam tujuh malam aku terbangun dan perut terasa lapar. Aku memesan makanan dari kamar saja.
Setelah makan kuajak Hanny untuk mandi dulu.

Di bawah segarnya guyuran air hangat dari shower terasa tenaga kami dengan cepat menjadi pulih kembali.
Tanpa mengenakan apa-apa kami kembali lagi ke ranjang bundar.. dan Hanny sudah merengek minta untuk masuk babak berikutnya.

Aku masih menatap dan menikmati pemandangan tubuh aduhai yang sedang dalam keadaan telanjang terlentang di sampingku.
Ia naik ke atas tubuhku dan mencium bibir.. leher dan telingaku.

Mulutku mengisap kedua payudaranya.. kugigit putingnya bergantian. Ia hanya melenguh dan gairah kami berduapun mulai timbul.
Tangannya menyusup di sela pahaku.. kemudian mengelus.. meremas dan mengocok penisku.

Pantatku sesekali kunaikkan dan menahan napas. Bibirnya mengarah ke leherku.. mengecup.. menjilatinya.
Napasnya diembuskan dengan kuat ke dalam lubang telingaku.

Kini dia mulai menjilati putingku dan tangannya mengusap bulu dadaku kemudian menjalar sampai ke pinggangku.
Aku semakin terbuai kenikmatan. Kupeluk dan kuusap pungungnya dengan kuat.

Tangan kiriku dibawanya ke celah antara dua pahanya.
Slepp.. Jari tengahku masuk.. mengusap dan menekan bagian depan dinding vaginanya..
lalu bersama ibu jari menjepit dan memilin sebuah tonjolan daging sebesar kacang.

Setiapkali aku mengusap dan memilinnya Hanny mendesis keras. "SShh.. Ouhh.. Sshhss..!"

Ia melepaskan tanganku dari selangkangannya. Mulutnya bergerak ke bawah.. menjilati perutku.
Tangannya masih mempermainkan penisku.. bibirnya terus menyusuri perut dan pinggangku..
bergerak semakin ke bawah dan kemudian mengecup kepala penisku.

Lidahnya membelah masuk ke lubang kencingku. Arghh..!
Aku merasa seperti disengat aliran listrik tegangan tinggi dan secara refleks mengencangkan ototku.

Dua buah telur yang menggantung di bawahnya kemudian diisapnya. Aku hanya menahan napasku setiap ia mengisap telurku.
Hanny kembali bergerak ke atas.. tangannya masih memegang dan mengusap kejantananku yang telah berdiri tegak.

Kembali kami berciuman. Buah dadanya kuremas dan putingnya kupilin dengan jariku..
sehingga dia kembali mendesis perlahan dengan suara merintih. "SShh hhiihh.. Ssshh.. Ngghh.."

Rrrbb.. Perlahan-lahan diturunkankan pantatnya sambil memutar-mutarkannya.
Kepala penisku dipegang dengan jemarinya.. kemudian digesek-gesekkan di mulut vaginanya.

Erhhh.. Terasa sudah mulai lembab karena cairan dinding vaginanya.

Dia mengarahkan kejantananku untuk masuk ke dalam vaginanya.

Plep.. Ketika sudah menyentuh bibir guanya.. maka ditekannya pantatnya perlahan.. Slebb..

Aku merspon dengan menaikkan pantatku menyambut hantaman vaginanya. Clebb..!
Hanny merenggangkan kedua pahanya dan segera kepala penisku sudah mulai menyusup di bibir vaginanya.

"Ayolah Hanny.. Dorong.. Aku akan menyambutnya dari bawah..!!”

Rrrbbb.. Hanny semakin menekan pantatnya.. Slebb.. peniskupun semakin dalam menusuk masuk ke lorong nikmatnya.

"Ouhh.. Hanny..!” Desahku setengah berteriak kecil.

Selanjutnya Hanny bergerak naik-turun dan memutar. Perlahan-lahan kugerakkan pinggulku.
Karena gerakan memutar dari pinggulnya maka penisku seperti disedot sebuat mulut pusaran.

Hanny mulai mempercepat gerakannya.. namun kupegang dan kutahan pantatnya..
Kemudian aku yang mengatur kecepatan gerakan pantatku dari bawah dengan perlahan.

Hanny membuat denyutan-denyutan di dalam lubang vaginanya.
"Hanny.. Pelan saja. Kita nikmati saat-saat ini.." desisku sambil mencium dadanya.

Aku ingin mengantarnya mengarungi samudra percintaan. Kami saling menjepit sebelah kaki dengan dua kaki kami.
Kaki kirinya kujepit dengan kakiku dan demikian juga kaki kiriku dijepit dengan dua kakinya.

Dalam posisi ini ditambah dengan denyutan pada kemaluan kami masing-masing terasa nikmat sekali.
Kepalanya direbahkan di dadaku dan mengecup putingku. Tanganku menarik rambutnya kebelakang sampai kepalanya terangkat.

Kucium dan kuremas buah dadanya yang menggantung. Setelah kujilat dan kukecup lehernya kulepaskan tarikan pada rambutnya..
Kepalanya turun kembali kemudian bibirnya mencari-cari bibirku. Segera kusambut mulutnya dengan satu ciuman yang dalam dan lama.

Hanny kemudian mengatur gerakannya dengan irama lamban namun disertai dengan denyutan pada dinding vaginanya.
Pantatnya diturunkan sampai menekan pahaku.. sehingga penisku terbenam dalam-dalam menyentuh dinding rahimnya.

Ia menegakkan tubuhnya.. sehingga ia dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkanganku.
Ia kemudian menggerakkan pantatnya maju-mundur sambil menekan ke bawah.. sehingga penisku tertelan dan bergerak ke arah perutku.
Ughh.. Rasanya seperti diurut dan dijepit sebuah benda yang kuat namun lunak.

Semakin lama-semakin cepat ia mengerakkan pantatnya.. namun tidak ada kasar atau menghentak-hentak.
Darah yang mengalir ke penisku kurasakan semakin cepat dan mulai ada aliran yang merambat di sekujur tubuhku.

"Ouhh.. Ssshh.. Akhh..!” Desisannya pun semakin sering.

Aku tau sekarang bahwa iapun akan segera mengakhiri pertarungan ini dan menggapai puncak kenikmatan.
Kugeserkan tubuhku ke atas.. sehingga kepalaku menggantung di bibir ranjang.

Ia segera mengecup dan menciumi leherku. "Anto.. Sebentar lagi kita akan berlabuh.. Oughh..!"

Desiran dan aliran di saluran kencingku makin kencang. Aku bangkit dan duduk memangku Hanny.
Penisku kukeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot antara buah zakar dan anusku.

Slebb-slepp-slebb-slebb-slepp-slepp..
Ia semakin cepat menggerakkan pantatnya maju-mundur.. sementara bibirnya ganas melumat bibirku dan tangannya memeluk leherku.

Tanganku memeluk pinggangnya dan membantu mempercepat gerkan maju-mundurnya.
Ia sedikit mengangkat lutunya dan berteriak keras. "Antokkhh.. Ayo.. Berikan aku.."

"Hanny.. Sekarang.. Kuberi..kkhhan..!”
Kutarik tubuhnya dan kembali kurebahkan tubuhnya ke atas tubuhku.. matanya melotot dan bola matanya memutih.

Giginya menggigit bahuku dan.. "Anto.. Sekarang sayangku.. Sekarang.. Hhhuuaahh..!”
Ia kini memekik kecil. Bleghh..! Pantatnya menekan kuat ke bawah.

Dinding vaginanya berdenyut kuat mengisap penisku. Aku menahan tekanan pantatnya dengan menaikkan pinggulku.
Bibirnya menciumiku dengan ciuman ganas dan sebuah gigitan pada bahuku.
Satu aliran yang sangat kuat membersit lewat lubang meriamku. Cratt.. crett.. crett.. crett..

Kupeluk tubuhnya erat-erat dan kutekankan kepalanya di dadaku.
Napas yang putus-putus terdengar dan setelah sebuah tarikan napas panjang ia terkulai lemas di atas tubuhku.
Keadaan menjadi sunyi. Sisa malam itu masih kami isi dengan duakali percumbuan yang panjang.

Percumbuan terakhir sekitar jam lima pagi dengan foreplay yang lama dan kami mengejang bersama sekitar jam tujuh pagi.
Kami berendam di bath tub dengan berpelukan dan jari tangan saling meremas. Selama mandi pagi ia menyabuni tubuhku dengan mesra.

"Anto.. Kalau saja setelah bekerja kamu bisa tiap minggu ke Bogor.. aku akan merasa sangat senang.."
"Hanny.. akupun tidak ingin hari ini berganti. Namun banyak hal yang aku harus lakukan untuk masa depanku..”

"Aku mengerti To.. tapi rasanya cepat sekali kita bersama dan sekarang kita sudah berpisah..”
"Ada saat bertemu dan ada saat berpisah dan lagi meskipun akau tetap di Bogor kita tidak akan bisa selamanya begini..”

Ia terdiam dan tidak berbicara apa-apa lagi sampai kami selesai mandi.
Hannypun kelihatan sangat berat hati ketika kami sama-sama pulang ke Bogor.
---------------

Seminggu kemudian aku sudah siap masuk kerja dan akupun pamit kepada Bapak kos dan beberapa tetangga yang mengenalku.
Ketika aku pamitan dengan keluarga Pak Edi.. aku masih sempat dipersilakan duduk dan mengobrol dengan Pak Edi selama setengah jam.
Ia sangat berterimakasih kalau aku sudah membantu Eka anaknya.. sehingga kini prestasinya terbilang cukup bagus di kelasnya.

Ia sangat menyayangkan kalau aku bekerja di Jakarta dan menyarankan agar aku bisa bekerja di Bogor saja. Andai aku bisa..
Ketika aku mohon diri.. disalaminya aku dengan erat. Eka juga memelukku dengan menitikkan airmata.
Kuusap kepalanya dan kukatakan.. "Eka harus belajar lebih rajin ya.. Terima rapor Cawu depan harus ranking satu..!”

Hanny menyalamiku dengan tangan bergetar dan menggigit bibir bawahnya.
Ia tidak sanggup menatapku. Akupun tidak berlama-lama lagi dan kembali ke kamarku.

Akupun pindah ke Jakarta.. bekerja dan wanita-wanita datang dan pergi silih berganti di dalam hidupku..
seperti yang sudah kukisahkan dalam kisahku yang terdahulu.
Baik ketika aku masih menjalin hubungan dengan Hanny maupun ketika aku sudah bekerja di Jakarta.
Wanita Penjaga Showroom, Agen Asuransi, Wanita Indonesia 1-8 dan Aku Oase Para Wanita Bersuami 1-3..
---------------

Beberapa bulan kemudian ketika aku mengikuti diklat di Puncak.. aku sempatkan untuk mampir ke tempat kosku dulu.
Bapak kosku terlihat senang karena aku masih ingat dengan keluarganya.

Ketika kusinggung tentang keluarga Pak Edi.. ia menarik napas dalam-dalam.

Pak Edi pindah rumah setelah Ibu Heni.. Hannyku.. tertangkap basah sedang bergumul dalam keadaan tanpa busana dengan seorang mahasiswa adik kelasku di atas sofa ruang tamunya.

Ahh..! Anto.. dulu kamu juga pernah merasakan empuknya sofa itu dan tentu saja kehangatan tubuh Ibu Heni di tempat yang sama..!
Batinku pada diriku sendiri. (. ) ( .)
----------------------------------------------------------

End Of Cerita 71 – A Taste Of Honey
:beer:
Semoga Menghibur..

Sampai Jumpa Cerita-Cerita selanjutnya di Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau..

Adios..!
 
----------------------------------------------------

Cerita 72 – Tetanggaku.. Obsesiku..


Tante Sri Widyastuti

Hmm.. maunya sih ML dengan Tante sebelah rumah.. tapi yah gimana caranya aku ga tau.
Mau ajak ngobrol aja ga berani apalagi lebih dari itu. Tapi jujur aku bener-bener terobsesi dengan tante sebelah rumah gua.
Sorry.. namaku Egi. Aku seorang karyawan swasta di sebuah pabrik di kawasan kota industri di bilangan pinggiran Jakarta.

Aku tinggal dengan istri yang bernama Dianah.. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Bayu.
Sebenarnya istriku gak jelek.. cantik malah menurut teman-teman kantorku.. apalagi ditunjang dengan bentuk tubuh yang ideal..
tinggi 168 cm serta memiliki buah dada yang ranum.. besar ga kecil juga ga.. pokoknya ideal untuk dipegang dan kuremas.

Akan tetapi entah kenapa.. aku lebih tertarik dengan tante tetangga sebelah rumah.
Namanya tante Sri. Sri Widiastuti lengkapnya. Kulitnya sawo matang.. malah kalau menurutku cenderung agak hitam.

Buah dada biasa-biasa saja.. tidak terlalu besar.. mungkin dengan milik istriku masih kalah..
Akan tetapi bongkahan pantatnya yang entah kenapa kalau berjalan selalu bergoyang dengan indah..
setiap aku lihat dia berjalan.. selalu saja kontolku berdiri tegak.

Tante Sri sudah 15 tahun menikah dengan Oom Rohman.. akan tetapi tidak dikaruniai seorang anak pun.
Menurut kabar sih.. katanya Oom Rohman menjadi tak mampu untuk menunaikan kewajibannya sebagai seorang suami semenjak kecelakaan mobil 4 tahun yang lalu.

Mungkin jauh dari kenyataan bahwa aku akan dapat menikmati tubuh Tante Sri.. sangat jauh dari kenyataan.
Akan tetapi hal yang tidak mungkin itu terjadi juga.

Berawal ketika suatu malam Oom Rohman datang ke rumah..
beliau bercerita bahwa beliau akan pergi sekitar 1 minggu untuk berobat ke luar kota.
Beliau sangat terpukul dan sedih dengan kondisinya.

Keinginan beliau hanya ingin membahagiakan istrinya secara bathin, karena secara materiil Oom Rohman berkecukupan.
Aku dan istri akhirnya menyetujui untuk menjaga Tante Sri dan juga rumahnya.

Sudah 2 hari sejak kepergian Oom Rohman.. waktu itu aku sedang ngobrol dengan istriku dan terdengar pintu depan diketuk.
Istriku berjalan menuju pintu depan dan tak lama terdengar suara istriku berbicara dengan seseorang.
Tak lama kemudian istriku datang dengan diikuti Tante Sri di belakangnya.

“Mas, ini tante Sri mau minta tolong di betulkan keran bak kamar mandinya.. airnya ga bisa berenti ngalir..” kata istriku.
“Iya Dik Egi.. bisa minta tolong kan..? Soalnya kamar mandi tante jadi banjir.. Tolong ya.. sebentar saja..” pinta Tante Sri.

”Baik Tante.. nanti sebentar saya ke sana. Saya ganti baju dulu dan ambil tool box..” jawabku dengan senang hati.
Dengan wajah senang Tante Sri pun berterimakasih dan pergi meninggalkan kami.

Gue langsung beranjak mengganti baju dan mengganti celana panjang dengan celana pendek.
Tak lama istriku terlihat sedang bersiap-siap untuk keluar rumah.

“Mas.. aku mau jemput Bayu dulu ya.. terus sekalian mau ke supermarket beli keperluan dapur..”
Aku hanya menjawab.. ”Ya, hati-hati di jalan ya.. kasih kabar ntar..” aku langsung menutup pintu setelah istriku pergi dan menguncinya.
Aku langsung menuju ke rumah sebelah untuk membantu Tante Sri membetulkan Kran yang bocor itu.

Begitu sampai di depan rumahnya aku langsung mengetuk pintu rumah Tante Sri. “Permisi..! Tante.. ini saya Egi..”
Tak lama terdengar suara Tante Sri dari dalam rumah.. ”Masuk aja Dik.. Tante sedang di dapur..!”

Aku pun langsung masuk menuju dapur untuk menemui Tante Sri. Kulihat Tante Sri sedang sibuk mencuci piring.
“Tan, di mana kamar mandinya..? Bisa saya liat..?” Tanyaku kepada Tante Sri.

Tante Sri pun segera menghentikan kegiatannya dan mengelap tangannya.. lalu mengajakku menuju kamar mandi utamanya.

Aku diajak masuk melalui kamar tidur Tante Sri.. Wah.. ranjang ukuran King size yang nyaman.. pikirku.
Entah mengapa tiba-tiba hasratku untuk meniduri Tante Sri tiba-tiba muncul..
dan membayangkan aku bergumul dengan Tante Sri di atas ranjang tersebut.

“Doorr..!! Hayyyooo.. koq malah ngelamun Dik..?” Aku dikejutkan oleh suara Tante Sri dan tepukan halus di pundakku.
“Eh.. eh .. anu.. Tan, kamar Tante bagus ya..? Nyaman banget keliatannya.. enak kayaknya tidur di sini..” kataku dengan perasaan masih terkaget.
“Oh.. kirain ngelamunin apa.. kalau mau tidur boleh aja Dik..” jawabnya.. sangat mengejutkanku.

Duaarrrr..!! –ceritanya bunyi Petir menyambar.. hehehe..– Aku kaget mendengar perkataan Tante Sri..
Lantas berpaling ke arah Tane Sri seraya berkata..
”Ah, Tante ini gimana sih.. mana mungkin saya tidur di kamar Oom, ntar ada setan lewat bahaya Tan.. hehehe..”

Tante Sri tersenyum dan berkata. ”Ada setan lewat juga ga apa-apa.. Tante ga takut sama setan..”
”Wah kalo sampe bener-bener ada setan lewat.. bisa jadi skandal inetrnasional Tan.. ntar masuk infotainment loh..” selorohku mulai berani.

Tante Sri pun tertawa dan mencolek pinggangku. ”Kalau ga ada yang tau kan ga bakalan masuk infotainment kan Dik..”
Glek..!! Aku menelan ludah dan terasa tak bisa bicara.. entah apa maksud Tante berkata demikian.

“Maksud Tante.. ga ada yang tau apaan..?” Aku bertanya dengan nada bingung.. walau dalam hati berharap Tante Sri mengajakku ML.
“Aahh.. ga ada apa-apa Dik. Tante Becanda doang koq..”
Perkataan Tante Sri itu dengan cepat dan kilat menurunkan keinginan dan harapanku yang sedaritadi sudah berharap sesuatu terjadi..

"Ya sudah.. itu Dik kamar mandinya..” kata Tante Sri menunjukan letak kamar mandinya.
Aku pun melangkah menuju kamar mandi dengan perasaan yang kecewa.
Segera kubuka toolbox dan mencoba memperbaiki keran dengan pikiran yang tak menentu.

Tiba-tiba.. karena pikiranku tidak tertuju pada keran air.. tanpa sengaja aku mematahkan keran tersebut dan otomatis air dari keran itu menyembur dan membasahi baju dan celanaku.

Tante Sri pun tak luput kebasahan.. karena dia berdiri di belakangku.
“Waaahh.. sorry Tan, bisa minta tolong matikan air dari meteran nya tidak..?” Kataku sambil menutupi lobang keran itu denga tanganku.

“Sebentar Dik..” Kata Tante Sri sembari berlari keluar untuk mematikan aliran air.
Tak lama air pun berhenti dan Tante Sri kembali ke kamar mandi.

“Duh Tan, harus diganti nih kerannya, udah jelek nih..” kataku menjelaskan.
”Ya sudah.. nanti kamu anter Tante ya beli kerannya, Tante ga ngerti..” ujar tante Sri tersenyum.

Aku cuma mengangguk sambil mengelap wajahku yang basah.
“Tan, saya pulang dulu ya ganti baju.. Tante ganti baju juga ntar masuk angin..” kataku sambil melangkah meninggalkan kamar mandi.

“Ga usah pulang Dik, Pakai baju Oom saja. Sebentar Tante ambilkan..” aku tak menjawab..
hanya melihat Tante Sri melangkah dengan goyangan pantatnya yang seperti biasa menggoda hasratku.

Tanpa sadar kontolku berdiri tegak menyaksikan goyangan itu. Namun tak lama kembali aku dikagetkan oleh Tante Sri.
”Heii.. ini anak koq demennya ngelamun..? Ngelamunin apa sih Dik..? Nih.. bajunya. Ganti dulu nanti kamu yang masuk angin..”

Aku pun tersadar dan menerima baju tersebut, Tante Sri kulihat kembali menuju lemari pakaian dan mengambil baju ganti untuknya.
Aku masih saja terdiam dan kembali menatap ke arah bongkahan pantat yang sangat menawan itu.

“Dik Egi, kamu kenapa sih ngelamun aja daritadi..? Ada yang salah dengan Tante ya..? Kog ngeliatin Tante kayak gitu..”
Dengan gugup aku menjawab.. ”Eh.. sorry Tan, bukan bermaksud untuk kurang ajar.. tapi saya kagum dengan Tante..”

”Nghh.. Kamu kagum apanya sama Tante..?” Tante Sri menjawab dengan heran.

Aku pun menjawab dengan tertunduk. ”Maaf loh Tan.. sekali lagi bukannya maksud saya kurang ajar.
Saya hanya kagum liat bodi Tante. Apalagi .. Maaf.. Pantat Tante. Entah kenapa tapi saya benar-benar kesengsem sama pantat Tante..”

Tiba-tiba Tante Sri tertawa dan berkata..
”Hahaha.. Kamu ini ada-ada saja Dik.. Umur Tante udah Tua, dah kepala 5.. Jauh sama Bodinya Dianah..”

”Tapi bener Tan.. saya selalu terbayang sama pantat Tante, tapi sekali lagi saya meminta maaf sama Tante kalau saya sudah kurang ajar..”
kembali aku menjawab.

Tante Sri tak menjawab.. tapi kulihat dia menatap ke arah selangkanganku.
Deg..! Aku pun teringat kalau celanaku basah.. sehingga kontolku yang sudah berdiri daritadi terpampang nyata.. hehehe kayak Syahrini..

Dengan nekat langsung kutanya kepada Tante Sri. ”Loh, Tante liatin apa sih..? Koq diem aja..? Marah ya dengan perkataan saya tadi, ya Tan..?”

Tante Sri menjawab dengan mata yang masih tertuju ke arah selangkanganku.
”Eh, engga Dik, Tante ga marah.. Wah.. adik kamu berdiri tuh..? Gede juga ya..”

Aku lantas dengan berpura-pura menutupi selangkanganku.. padahal aku suka dengan tatapan mata Tante Sri yang tak beranjak dari selangkanganku.

“Kenapa ditutupin Dik..? Daritadi Tante dah liat koq.. Ga usah ditutupin, dibuka aja sekalian biar jelas..”
kata Tante Sri seraya berjalan ke arahku.. tangannya tiba-tiba meraba kontolku.

Dengan pura-pura menghindar aku berkata.. ”Tan, jangan.. ntar kejadian ada setan lewat..“

Namun tante Sri tak menghentikan aksinya..
”Kan tadi dah Tante Bilang.. tante ga takut dengan Setan.. malah pengen banget ada setan lewat..”

Hehe.. mendengar jawabannya itu aku lantas berhenti menghindar.. kemudian membiarkan Tante Sri mengelus-elus celanaku yang basah.
“Tapi tan, saya takut Oom Rohman tau, Dianah tau.. bisa berabe nih..” kataku sambil menghela napas.

Tante Sri tersenyum.. ”Kamu ini gimana sih..? Tadi tante dah bilang kalau ga ada yang tau jangankan Oom sama Dianah..
infotainment aja ga akan tau kan..” dan slepp.. tangan tante Sri tiba-tiba sudah masuk kedalam celanaku.

Ada sebagian dari diriku yang ingin menolak kejadian ini..
karena terbersit wajah anak dan istriku, juga wajah Oom Rohman pada waktu datang ke rumah untuk menitipkan rumah dan istrinya.

Akan tetapi desakan dan dorongan hasrat yang menggebu dan keinginan yang lama terpendam.. mengalahkan segala logika dan norma.
Tapi biarlah.. memang inilah yang sangan aku inginkan.. segala resiko biar aku tanggung belakangan. Pikirku memasabodohkan.

Tak berapa lama aku terbangun dari lamunanku dan tanpa aku ketahui celanaku sudah terlepas dan Tante sri masih sibuk mengelus-elus kontolku.
“Hhmmmpphhh.. ooohhhh.. Tan..” hanya itu yang keluar dari mulutku.

Tante Sri berkata dengan nafas yang memburu.. ”Dik.. beri Tante kenikmatan.. sudah lama tante tak merasakan nikmatnya kontol lelaki..”
Setelah selesai berkata itu, Tante Sri pun langsung berlutut dan membuka mulutnya hendak memasukan kontol ku ke dalam mulutnya.

“Tan, apa tante yakin dengan hal ini..?” Aku bertanya dengan berharap Tante Sri tidak akan menghentikan aksinya.

Tanpa berkata apa-apa, Tante Sri memasukan kontolku ke dalam mulutnya dan hanya menggelengkan kepalanya tanda bahwa dia memang menginginkan hal ini terjadi.
Aku hanya terdiam dan menikmati jilatan, sedotan dan ciuman Tante Sri pada kontolku.

“Ooouuhh.. aaahhh.. eee.. nnnaakkk.. Tan..” Ternyata permainan Tante Sri jauh lebih dahsyat dari permainan Dianah istriku.
Sampai lubang anusku pun kena sapuan dan jilatan lidahnya. Benar-benar serasa melayang tinggi ke langit ke tujuh.

“Dik, gantian dongghhh..” Tante Sri pun berdiri dan berjalan menuju ranjang King sizenya.

Tante Sri langsung berbaring dan membuka lebar-lebar pahanya.
Lalu sambil mengusap-usap memeknya.. ”Aayyooo Diikk.. masukan ceeppaatthh.. Tante dah ga saabarr..” bisiknya dengan suara manja.

Aku pun berjalan mendekati Tante Sri dan berlutut.
”Jangan dulu Tan, saya mau bikin Tante merasakan yang sama dengan apa yang saya rasakan tadi..”

Aku lantas memegang kedua pahanya dan mengangkatnya sedikit, lalu kubenamkan mukaku tepat di selangkangannya.

Lidah ku pun mulai bermain, mulai dari pangkal pahanya, lalu pelan-pelahan menuju lapisan luar memeknya.. bermain sebentar di situ..
Mulailah aku menjilati dan menggigit-gigit kecil clitorisnya.

Kulihat Tante Sri menggelinjang dan meracau tidak karuan.. “Dik, oouuhhh.. terussshhh.. jangaann.. ber.. hentiihh..”
Sementara tangannya sibuk menjambaki rambutku dan tangan satunya sibuk meremas-remas payudara kecilnya.

Tak lama kemudian dengan tiba-tiba Tante sri menjambak rambutku lebih keras seraya berteriak kecil,
”Aaaahhhhhh.. dddiiikkk.. taanntteee.. kkelluuaarr rhh..”

Tubuh Tante Sri mengejang dan pahanya pun menjepit kepalaku, jambakannya pun tak mengendur.
Tak lama tubuh Tante Sri ambruk, jambakan tangannya melepas dan jepitan pahanya pun mengendur.

“Dik, baru sekarang Tante dibuat keluar seperti ini.. eennaakkk banget Dik..” kata Tante Sri dengan nafas yang masih memburu.

Aku lantas mendekatkan tubuhku ke atas tubuh Tante Sri yang masih merasakan nikmatnya orgasme.
Crupp.. langsung kujilati payudara Tante Sri dan mulai menggigit perlahan pentilnya.

“Dik.. taaahhann dulluu.. Biaar Tante nafaasss dulu” Aku tak peduli dengan perkataan Tante Sri.. malah makin bersemangat menjilati payudaranya.
Sementara tangan kiriku kujadikan tumpuan tubuhku, tangan kanan ku menggenggam kontolku dan mulai menggesek-gesekkannya ke bibir memek Tante Sri.

“Diikk.. ttaahhaann ssebbenntaarr.. ooouuhhhh.. aaahh.. hhmmmppff”.
Tangan Tante Sri kembali bermain di rambutku, sedang tangan satunya mengusap-usap punggungku.

Perlahan aku mulai memasukan kontolku ke dalam memeknya yang sudah basah akibat orgasme pertamanya.
Slebb.. Blessepp.. perlahan tapi pasti.. kontolku pun mulai terbenam ke dalam memeknya yang ternyata jauh lebih sempit dari memek Dianah. Terang saja karena Tante Sri memang belum dikaruniai seorang anak pun.

“Diiikk.. pppeelllaann ppelllaann ohhh.. kontooollmu peennuuhh bbaanggeett.. daaannn .. aaahhhh.. sssttthhh..”
Jlebb.. belum selesai Tante Sri bicara, kontolku sudah terbenam seluruhnya ke dalam memeknya.

Tanpa sadar aku pun melenguh.. ”Erghhh.. hhhmmmppphh, eenaakk bbenneerr mmemek Taanttee..”

Kubiarkan kontolku terbenam di dalam memeknya. Dan aku pun berhenti menjilati payudaranya dan berpindah ke arah telinga Tante Sri.
Beralih kujilati dan kugigit cuping telinganya beberapakali.

Aksiku ini membuat Tante Sri makin bergejolak..
Tanpa disuruh, pinggulnya bergoyang sendiri dengan kontolku yang masih terbenam seluruhnya di dalam memeknya.

“Ayyooo.. Ddikk.. ggennnjjoottthh..” seru tante Sri mengajakku memulai pertarungan kelamin kami.
Namun masih kubiarkan kontolku di dalam memeknya.. asik menjilati telinga Tante Sri.

Tak lama aku pun mulai menarik perlahan kontolku hingga batas kepala kontol dan memasukannya kembali.. terus menerus.
Perlahan tapi pasti.. dengan ritme yang kuatur sedemikian rupa.. sehingga aku bisa merasakan kedutan dinding memek Tante Sri.

Sepuluh menit aku melakukan hal itu dan mulai mempercepat ritme naik-turunnya pantatku.
Tante Sri pun bertambah nafsu dan terus menggoyangkan pinggulnya,

”Diikk.. Taannttee mmaauu kkeellluuaarr llaggiii..”
Aku tak berkata apapun hanya larut dalam ritme bercinta yang aku rasakan dahsyat.

Tak lama Tante Sri kembali mengejang.
Tubuhnya terangkat dan tangannya yang sedaritadi mengelus punggungku berubah mencakar punggungku.
Namun rasa pedih itu kuabaikan.. yang ada hanya kenikmatan yang tiada duanya serta deru nafas dua anak manusia yang sedang diburu nafsu.

Entah kenapa.. biasanya aku bercinta dengan Dianah istriku tak pernah bisa lama..
sedangkan sampai saat ini aku masih belum merasakan tanda-tanda kontolku akan meledakkan amunisinya.

Tak puas dengan gaya misionaris aku pun segera mencabut kontolku.. membalikkan tubuh Tante Sri yang masih tergolek lemas oleh orgasme keduanya barusan.

Ketika Tante Sri mengangkat pantatnya untuk menungging.. aku mencegahnya dan tetap membiarkan posisi Tante Sri tertelungkup.
Kugenggam kontolku dan mulai menggosoknya di bibir memek Tante Sri dari arah belakang..

Slebb.. kembali perlahan aku masukkan kontolku ke dalam memek yang super nikmat itu.
Mengubah posisiku menjadi duduk di atas kedua paha Tante Sri.. dan mulai menggenjot kembali dengan irama yang konstan.
Tante Sri pun mulai menggoyangkan pantatnya dan terasa sekali kontolku seperti dipijat .

“Taann.. ennnaakkk beennerr.. ssshhhh.. ooouuhhh..” geramku menikmati goyangan pantat tante Sri.
Tante Sri hanya menggangguk.. matanya terpejam sambil menggigit bibirnya menikmati sodokan kontol ku yang mulai kupercepat ritmenya.

Tangannya menggenggam sprei sambil mengerang menahan nikmat. “Diiikk.. jangan berrhheenntiiii.. teerruuussss.. aaahhhh.. sshhhh..”

Aku pun semakin mempercepat genjotanku dan tak lama kemudian kembali Tante Sri mengangkat pantatnya tinggi-tinggi sambil berteriak..
”Ddiiiikkk.. Taanntteee kkkeellluuaarr llaagiii.. aaaahhhhhhhhh..!!”

Jlegh..! Kubenamkan sekaligus kontolku hingga amblas semuanya..
Kudiamkan sebentar memberikan kesempatan kepada Tante sri untuk merasakan orgasmenya.

Tak Lama sesudah itu, aku kembali membalikkan tubuhnya, kuangkat kedua kaki Tante Sri dan kuletakkan di antara bahuku.
Dengan perlahan tapi pasti kuletakkan kepala kontolku tepat di lobang memek Tante Sri.

Setelah kurasa pas di mulut memeknya akupun langsung menekan pantatku keras-keras.
Jlebb..!

Tak ayal Tante Sri pun mengangkat punggungnya dan berteriak..
”Aaaaaaaahhhh..! Hhhhmmmfffhhh.. Diiikkk kkaassaarrr bbaanggeett ssiihhh..!?”

Setelah terbenam seluruhnya aku pun berhenti sejenak. “Sakit ya Tan, sorry habis gemes banget saya sama memek Tante..”
Tante Sri tersenyum. ”Gak apa-apa Dik, sakit dikit doang.. tapi ennaakkk banget udahnya..”

Tiba-tiba Tante Sri mengangkat pantatnya dan mulai menaik turunkan pantatnya yang super bahenol itu.
Aku hanya diam dan bertahan dengan bertumpu dengan kedua tanganku.

“Dik.. mmmuulllaaaii laagii dooonnggg..”
Aku pun menuruti perintah Tante Sri dan mulai menggerakkan pantatkun naik-turun.

“Oohhhh.. ooouuuhhh.. oooouuuhhh.. aaahhh.. ssshhhhh.. mmmpphh..”
Hanya itu yang keluar dari mulut Tante Sri sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Tak lama kemudian mulai terasa ada sesuatu yang mendesak di kontolku. Aku pun mempercepat goyanganku..
”Taaannnn.. sssaaayyyaaa.. uuddaaahhh mmaaauu kkeellluuaarrrhh.. hhmmmppphh..” erangku memberitau..

Tante Sri pun mengangguk. ”Ayyyoo Diikkk.. sammaa-saaammmaaaaa.. Taannttee juuggaa mmaaauuu kkelluarrr.. aaahhhhhh..”

Tetapi sebelum aku keluar Tante Sri telah keluar terlebih dahulu dan mengangkat pantatnya tinggi-tinggi.. Jlebb..!
Hingga kontolku terbenam seluruhnya ke dalam memek Tante Sri.

“Aaaaaahhhhh.. Ttaanntteee kkkeelluuaaarr.. aaoooohhhhhh.. hhhmmmmmpppphh..”
Tak lama Tubuh Tante Sri pun jatuh lemas tergolek tak berdaya.

Aku yang sudah mulai mau keluar pun segera mencabut kontolku dan berlutut di depan wajah Tante Sri.
Tanpa disuruh.. ternyata Tante Sri menggenggam kontolku dan memasukannya ke dalam mulutnya, sambil mengocok-ngocok kontolku.

“Taannn.. ssaaayyaa kkkeellluuaarr yyaaa.. aaahhhh..”
Aku pun merasakan sesuatu yang sangat nikmat menjalar melalui seluruh titik urat syarafku.

Tante Sri menyedot kontolku kuat-kuat. Akhirnya aku menyemburkan air maniku di dalam mulut Tante Sri.
Crott.. crrott.. ccrott..” Kepalaku mendongak ke belakang menahan nikmat yang tiada taranya.

Sedangkan Tante Sri sibuk menelan Air maniku dan menjilati sisa-sianya di lubang kencingku.
Terasa sedikit ngilu akan tetapi nikmatnya memang tak tergambarkan dengan keta-kata.

Setelah usai aku segera merebahkan tubuhku di samping tubuh Tante Sri yang juga tergolek lemas.
“Dik.. hhmmmpphh.. Belum pernah Tante merasakan orgasme seperti ini..”

Aku menoleh ke arah Tante Sri. ”Memang waktu Oom Rohman masih mampu, Tante tidak pernah orgasme kayak tadi..?”

Tante Sri menggelengkan kepalanya dan tersenyum pahit.
”Tidak Dik, Tante hanya dibuat orgasme sekali kalau sedang berhubungan, itu pun kalau Oom Rohman benar-benar fit badannya..
kalau tidak ya Tante pakai tangan sendirilah..”

Aku ikut tersenyum dan membelai rambut Tante Sri yang acak-acakan.
”Ya sudah.. kalau begitu, bagaimana kalau saya saja yang jadi pemuas Tante..?
Ga papa koq, tinggal Tante beri tanda saja kapan kalau Tante sedang mau..”

Tante Sri menggangguk.. ”Gak nyesel sama orang tua kayak gini..?”
Aku pun menjawab.. ”Tidaklah, tua kan umurnya.. tapi dalemannya wuuuiihhh.. ABG punya..“ aku tertawa kecil sambil mencubit putingnya.

“Ya sudah, lekas pakai baju yang tadi Tante sediakan, trus tolong Tante belikan keran baru ya.. ntar Tante kasih hadiah lagi..”
Aku lantas bangkit dan bergegas memakai baju yang Tante Sri berikan padaku.

“Oke Tan.. saya jalan dulu ya.. ntar saya benerin krannya, saya ganti baju dulu ke rumah, baju Oom Rohman kegedean nih..”
Kukecup kening Tante Sri lalu meninggalkannya masih dalam keadaan tanpa busana.

Beberapa saat kemudian aku pulang ke rumah sambil tersenyum dan berkata dalam hati..
Ahh.. akhirnya apa yang aku inginkan tercapai.. hehehe..

Sejak saat itu kalau ada kesempatan aku dan Tante Sri selalu ML dengan gairah penuh seperti layaknya pengantin baru.
Sedangkan Oom Rohman setelah pulang dari berobat.. beliau mampu menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami..
walau pun tetap tidak bisa memuaskan gairah Tante Sri yang menggebu-gebu.

Dan untuk Dianah aku masih tetap menjalankan peranku sebagai suami..
sehingga tidak pernah ada kecurigaan di mata mereka dengan adanya hubungan gelap ku dengan Tante Sri. (. ) ( .)
----------------------------------------------------------
 
Cerita 73 – Pembalasan Dendam Dianah

Hatiku terasa hancur.. setelah dihianati oleh orang yang aku sayangi. Orang yang selama ini menjadi pasangan hidupku.
Tapi tekadku sudah bulat, aku harus membalas semua perbuatannya padaku.

Di hadapanku telah berdiri seorang lelaki yang sama-sama mengalami penghianatan cinta oleh pasangannya.
Namaku Dianah, suamiku bernama Egi.. bertahun-tahun aku mengarungi mahligai rumah tangga yang bahagia.
Sampai akhirnya kebahagiaanku itu musnah setelah dihancurkan oleh suamiku sendiri.. yang berselingkuh dengan tetangga sebelah rumah.

Ya.. Mas Egi suamiku kedapatan tidur dengan Tante Sri.
Kami pun bertengkar hebat, akan tetapi aku masih menahan rasa ingin bercerai karena selalu terbayang wajah Bayu anakku

Tetapi satu tekadku yang bulat yaitu pembalasan dendam.
Aku ingin membalaskan dendam dengan cara yang sama seperti suamiku lakukan terhadapku.

Dan caranya yaitu tidur dengan Oom Rohman suami dari Tante Sri. Dan aku ingin melakukannya dengan sepengetahuan suamiku sendiri.
Aku ingin dia pun ikut merasakan apa yang kurasakan pada saat dia tidur dengan orang lain.

Hingga hari yang kutunggu pun tiba. Setelah sebelumnya aku merencanakan hal ini dengan Oom Rohman.
Kami sepakat untuk melakukannya di hotel.
Dan berniat akan merekam segala perbuatan kami dan memberikan rakaman itu kepada pasangan kami masing-masing.

Dan memang Oom Rohman kali ini sudah kembali menjadi pria yang normal setelah menjalani terapi sekian lamanya.

Di hadapanku, Oom Rohman menyiapkan segala kebutuhan untuk merekam kegiatan bercinta kami.
Dipasangnya DVDcam di atas Tripod. Tak hanya 1 DVDcam, tetapi 3 buah dia pasang.
Sehingga mendapatkan 3 sudut pandang kamera yang berbeda.

Kami juga tak lupa menyewa kamar hotel di bilangan utara Jakarta.
Sebuah penginapan khusus yang dikelilingi oleh cermin.. sehingga sensasi yang didapatkan akan berbeda.

Tak lama kemudian kulihat Oom Rohman telah selesai dengan kameranya.
“Dik Dian, sekarang bagaimana..? Mau mandi dulu..?” Tanya Oom Rohman kepadaku.

“Nghh.. Oom saja duluan mandi, nanti saya belakangan..” jawabku masih setengah ragu sebenarnya.

Oom Rohman melangkahkan kakinya ke kamar mandi, dan tak lama kudengar gemercik air mengalir dari shower kamar mandi.

Nah.. tiba-tiba muncul perasaan enggan melakukan hal ini. Terbersit kembali wajah Bayu anakku.
Dan tanpa sadar aku meneteskan air mataku.

Akan tetapi ketika muncul bayangan wajah Mas Egi di pikiranku, kembali hatiku diselimuti amarah dan dendam.
Pada akhirnya.. setelah mengumpulkan keberanian.. aku pun bertekad tetap akan melakukannya.

Kudengar bunyi shower telah berhenti dan kemudian muncullah Oom Rohman yang hanya memakai handuk yang dililitkan di pinggangnya.
Aku lantas beranjak menuju kamar mandi. Kubasahi tubuhku dengan siraman air hangat.

Kugosok pelan setiap inci dari tubuhku. Dan kubersihkan memekku dengan sabun.. sehingga tercium aroma harum dari memekku.
Setelah kurasa bersih, aku pun melilitkan handuk di badanku. Dan aku pun keluar dari kamar mandi.

Kulihat di ranjang Oom Rohman telah berbaring di bawah selimut. Kulihat dia tersenyum kepadaku.
Perlahan aku berjalan mendekatinya. Kemudian kulepaskan handukku.

Splass..! Terpampanglah keindahan dan kemolekan tubuhku di hadapan Oom Rohman.
Tanpa basa basi Oom Rohman pun membuka selimutnya.. sehingga tubuh telanjangnya tampak jelas di mataku.

Kulihat ternyata kontol Oom Rohman jauh lebih besar dari Mas Egi. Dalam keadaan ’tertidurpun’ kulihat kontolnya sudah besar ukurannya.
Hal ini membuatku sedikit ngeri, tetapi sekaligus penasaran dengan ukuran kontol yang besar itu.

Dengan santai Om Rohman bangkit dari ranjang dan berjalan mendekati DVDCam dan mulai merekam.
Setelah itu Om Rohman mendekatiku hingga dia berdiri tepat di belakangku.

Tangannya mendekapku dengan lembut, mengelus bahuku, kemudian turun ke arah lenganku hingga sampai ke telapak tanganku.
Dengan lembut ia membimbing tanganku sampai akhrinya kurasakan tanganku menyentuh batang kejantanannya yang masih ’tertidur’ itu.

Dengan perlahan aku pun mengelus-elus kontol Oom Rohman yang menempel tepat di belahan pantatku.
“Hhhmmpphhh.. ssshhhhh.. ddiiikk..” Oom Rohman pun mendesah dengan lembut.

Tak lama kemudian kurasakan kontolnya mulai mengeras hingga akhirnya berdiri dengan tegak.
Aku lantas membalikkan badanku.. dan astaga.. ternyata benar apa yang kubayangkan.

Kontol Oom Rohman berdiri tegak.. dan besarnya membuat aku tercekat dan tak bisa berbicara.
Kontolnya mungkin sekitar 18 centi dan berdiameter 4 cm. Itu perkiraanku.
Aku masih berpikir apakah kontol itu bisa masuk ke dalam memekku atau bahkan malah merobeknya.

Ketika aku masih tertegun melihat kontol Oom Rohman yang besar itu, tiba-tiba Oom Rohman menekan tubuhku..
sehingga aku pun berlutut dan wajahku tepat berada di depan kontolnya.
Kemudian Oom Rohman sedikit menekan kepalaku hingga wajahku menempel di kontolnya.

Aku mengerti keinginannya.. tanpa disuruh lagi aku membuka mulutku.. slepp perlahan memasukkan kontolnya ke dalam mulutku.
Dan ternyata.. memang sesak sekali terasa dalam mulut ku.

Clop.. clopp.. aku mulai memaju-mundurka kepalaku sambil sesekali kujilat kepala kontolnya.
Mulai dari atas hingga ke pangkal pahanya.
Sesekali kukulum biji Oom Rohman dan tampak jelas wajah Oom Rohman yang memerah menahan nikmat.

Tak lama kemudian Oom Rohman menarik tubuhku dan merebahkanku di atas ranjang.
Kemudian dengan kedua tangan kekarnya dibukalah kedua pahaku.. sehingga memekku terpampang dengan jelas di depan wajahnya.

Oom Rohman lantas berlutut,.. kemudian kulihat tangan kirinya mengusap-usap memekku dengan lembut.

“Ooouuhhh.. sssshhhhh.. oooouuuhhh..” tanpa sadar aku pun mendesah merasakan kenikmatan yang tiada tara.

Belum sempat aku menarik nafas lagi.. slrupp.. tiba-tiba kurasakan lidah Oom Rohman menyeruak ke dalam memekku.
Menyapu bagian bibir memeku hingga dinding dalam memekku.

Dan tanpa sadar aku pun menjambak rambut Oom Rohman karena kenikmatan yang kurasakan bertambah dengan sapuan lidahnya.
“Aaaaaahhhh.. mmmffppppphhh.. Oooommmmhh..” eranganku keluar begitu saja dari mulutku.

Titik-titik syaraf dalam tubuhku serasa dibangunkan dan disengat oleh aliran kenikmatan yang tiada tara.
Belum lagi ditambah dengan jari tengah Oom Rohman kurasakan masuk ke dalam memeku dan mengobok-obok isinya.
Sedangkan lidahnya berpindah menyapu klitorisku.

Otomatis saja tubuhku mengejang kuat menahan geli dan nikmat pada saat yang bersamaan.
“Ooommmhh.. sssuuddahhh.. saaayyyaaa.. gaakk.. taaahhhaannn.. Aaaaahhhhhh..!!”

Aku berteriak dengan keras dan menjambak rambut Oom Rohman dengan lebih kuat lagi.
Ya.. aku mendapatkan orgasme pertamaku.
Dan rasanya bagaikan diterbangkan ke atas langit ke tujuh dan dijatuhkan ke dalam kolam kenikmatan yang tiada tara.

Bukannya berhenti akan tetapi jari dan lidah Oom Rohman ternyata bertambah kencang menstimulasi memekku.
”Oommm.. ssuudaahh.. sssuuddaaahh.. Aaaaahhhh.. Sssssttthhhh.. Ooooou uhhh..!!!” Teriakku dengan keras.

Oom Rohman pun tersenyum lalu berdiri di antara kedua pahaku yang masih terbuka dengan lebar.
Tangan kanannya menggenggam kontol besarnya itu.. kemudian dia mulai menggosok-gosokannya di bibir memekku.

Pluk.. plukk.. Sesekali kontolnya dipukul-pukulkan ke memekku. Tak lama kemudian dengan perlahan kontolnya pun ditekan.
Slebb.. Ughh.. Terasa sekali pada saat kepala jamurnya yang besar itu menyeruak masuk ke dalam memekku.

“Hhhmmmmppphhh.. ooouuhhh..!!” Hanya erangan kenikmatan yang keluar dari mulutku.

Akan tetapi pada saat kontolnya mulai masuk terus ke dalam memekku terasa agak perih..
mungkin kontolnya memang terlalu besar untuk ukuran memekku.

“Aaacchhh.. sssaakkkiittt.. ooommm.. ppeelllaannnn.. sssshhhhh..” rintihku pelan.

Oom Rohman hanya tersenyum, kemudian perlahan mencabut kembali kontolnya sampai hanya tersisa kepala kontolnya saja.
Dan kembali menekan kontolnyan lagi hingga masuk sekitar sepertiganya.

Clebb.. clepp.. clebb.. clebb ..Terus menerus dengan hati-hati Oom Rohman melakukannya..
hingga akhirnya rasa perih dan sakit itu hilang dan berganti rasa nikmat yang kurasakan sekarang.

“Ooouuhhhh.. aaaaahhh.. ooommm.. eennnaaakkkkhhh.. ssshhhhhh.. aaahhhhh..!!”
Eranganku semakin keras dan liar keluar dari mulutku.

Mendengar eranganku berubah dari erangan menahan sakit menjadi erangan menahan kenikmatan..
tanpa menunggu lama Oom Rohman tiba-tiba menekan kontolnya kuat-kuat..
Jlebb..! Hingga habislah seluruh kontolnya masuk terbenam ke dalam liang memekku.

“Aaaaaahhhhhh..!!!” Jeritku menahan sakit.. nikmat dan kaget sekaligus pada saat yang bersamaan.
“Oom.. saakiittt.. jaangann llaanggssuungg ggittuuu..hhhmmmppphhh..!!” Kataku pada Oom Rohman.

Oom Rohman tersenyum dan berkata.. ”Sorry dik, habis memek kamu enak banget.. sempit banget, padahal kan dah punya anak..”
Aku pun berpura-pura cemberut dan marah.. ”Tapi kan sakit Oom, punya Oom kegedean..”

Oom Rohman berkata.. ”Ya deh.. sorry ya.. ntar Oom kasih hadiah buat gantiin sakitnya..”
Dan begitu selesai berbicara.. Oom Rohman langsung melumat bibirku.

Lidahnya bermain liar di dalam mulutku. Sesekali mengisap dan menggigit kecil bibir dan lidahku.
Aku pun tak tinggal diam, kulingkarkan kedua tanganku di lehernya dan membalas ciumannya dengan lebih liar lagi.

Sementara itu kontol Oom Rohman yang telah masuk seluruhnya masih terbenam di dalam memekku.
Hingga lama-kelamaan rasa perih dan sakit itu hilang kembali. Aku pun menurunkan tanganku dari leher Oom Rohman.

Dan memegang pinggangnya dan memberikan isyarat supaya Oom Rohman kembali menggerakkan kontolnya.
Oom Rohman pun mulai menarik kontolnya keluar dengan perlahan dan menekannya kembali.
Terus menerus.. terkadang menggoyangkan kontolnya ke kiri dan kanan.

“Ooouuuhhh.. ooomm.. eennnaaakkkkhhh.. sshhhhh..!!”
Erangku sambil kembali mengimbangi permainan lidah Oom Rohman.

Tangan kiri Oom Rohman pun tak tinggal diam.. dan mulai meremas-remas susuku dan terkadang memelintir putingku..
sehingga kurasakan nikmatnya kian bertambah.

“Diiikk.. mem..meeemmeekkk..mmuuuhhh.. eennaakkk.. bbaanngeett.. oooohhhh..!!”
Oom Rohman mengerang dan kulihat kepalanya mendongak ke belakang.. menandakan dia merasakan nikmat yang luar biasa.

Aku merespon dengan menggoyangkan pinggulku untuk mengimbangi gerakan Oom Rohman.
Gerakan pinggangku membuat Oom Rohman terlihat menahan rasa nikmat. Dan kurasakan genjotannya semakin cepat dan semakin kuat.

Akan tetapi anehnya aku tidak lagi merasakan sakit atau perih.
Entah mungkin memekku sudah beradaptasi dengan ukuran kontolnya yang besar itu.

Sesekali kugerakan otot memekku.. sehingga menjepit kontolnya. Dan memang Oom Rohman tampak sangat menyukai permainan memekku.
Tak lama kemudian Oom Rohman mencabut kontolnya dan menarik tubuhku. Dia lantas membaringkan tubuhnya di kasur.

Aku pun mengerti kalau dia ingin agar aku menaiki kontolnya.
Maka tanpa basa-basi, kugenggam kontolnya dan kubimbing tepat di bibir memekku.

Kugesek-gesekan sebentar kontolnya di bibir memekku. Slebb.. Perlahan aku mulai menurunkan tubuhku..
Slebb.. Jlebb.. hingga perlahan kontolnya melesak masuk terbenam sedikit demi sedikit ke liang memekku.

Oughh.. Kurasakan kontolnya yang besar itu menggesek dinding dalam memekku..
hingga tanpa sadar akupun mengerang karena merasakan nikmatnya di saat kontol Oom Rohman menyeruak masuk.

“Ooooohhhhh.. ssshhhhhhh.. Ooommmm..!!” Erangku nikmat.

Ketika batang kontolnya telah masuk dua pertiganya.. kuangkat kembali tubuhku.
Dan terus berulang-ulang.. hingga tanpa terasa genjotan dan goyanganku pun semakin cepat.

Tangan Oom Rohman pun tak tinggal diam.
Kedua tangannya meremas-remas susuku dengan kuat. Sakit dan enak kurasan bersamaan disaat Oom Rohman meremas susuku.
Kadang sesekali kedua tangannya memegang pinggangku dan membantu menaik-turunkan tubuhku di atas batang kontolnya.

“Diiikkkk.. tteeerruuussshhhh.. aaahhhhh.. hhhmmmppp..” erang Oom Rohman.
Eranganku pun tak kalah hebat. “Aaaahhhh.. sssshhhh.. hhhmmppphhh.. aaahhhh.. ooouuhhhh..!!”

Keringat kami pun membasahi seluruh tubuh kami berdua.
Dan memang tak lama dari itu aku merasakan kalau aku akan segera mencapai orgasme.

Segera kupercepat goyanganku.. hingga akhirnya aku pun mencapai orgasme.
“Aaaaahhhhh.. sssshhhhhh.. oooommmm.. ssayyyyyaaa.. kkkee..llluuuaarrrhhhh.. aaaahhhh..!!!”
Jeritku kuat.. bersamaan dengan orgasmeku yang kedua.

Heghh..! Kutekan sekuat-kuatnya pantatku hingga batang kontol besar Oom Rohman pun hilang ditelan memekku.
Rrrrbbb.. Kurasakan tubuhku bergetar hebat dan seluruh bulu di tubuhku merinding menahan nikmat yang tiada duanya.
Hingga tak lama kemudian aku pun ambruk di atas tubuh Oom Rohman.

Tanpa menunggu lama.. Oom Rohman membalikkan tubuhku tanpa mencabut kontolnya dari memekku.
Kemudian kaki kananku diangkat tinggi dan diletakkan di dadanya. Sedangkan kaki kiriku dia letakkan di antara kedua kakinya.

Oom Rohman mulai menggenjot kontolnya keluar-masuk dari memekku. Clebb.. clobb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb.. creb.. crebb..
Sementara tangan kirinya meremas susuku sedang tangan kanannya memegang kakiku yang bersandar di dadanya.

Sesekali Oom Rohman menjilat dan mengulum jemari kakiku. Geli dan nikmat kurasakan bersamaan dengan genjotan dan isapan Oom Rohman.

“Aaahhhh.. Oooommm.. ooouuhhhh.. ooouuuuhhhh.. sssshhhhh..!!”
Erangku dengan kencang terdengar memenuhi ruangan kamar hotel yang mulai kurasakan suhunya memanas.

Cukup lama Oom Rohman menggenjotku dengan posisi seperti itu.
Akan tetapi tidak kulihat tanda-tanda Oom Rohman akan mencapai puncaknya.
Mungkin ini akibat dari terapi kelamin yang dijalani Oom Rohman selama ini.

Pikirankupun buyar karena tiba-tiba Oom Rohman membalikkan tubuhku lalu menarik pantatku.. sehingga posisiku kini menungging.
Tanpa menunggu lama.. Oom Rohman kembali menusuk memekku dengan kontolnya.

Akan tetapi kali ini kurasakan kontolnya lebih menyesakkan memekku. Kubuka kedua kaki ku lebih lebar supaya tidak terlalu sesak.
Akan tetapi ditahan oleh Oom Rohman. “Jangan Dik.. lebih enak begini..” kata Oom Rohman sembari mulai menggenjot kontolnya.

Kuikuti keinginan Oom Rohman.. walau kurasakan sesaknya memekku.. hingga terasa sampai ke ulu hati.
Akan tetapi aku tidak merasakan sakit sama sekali.. bahkan bisa dibilang jauh lebih nikmat dari posisi sebelumnya.

Dan memang dengan posisi seperti ini aku pun mulai merasakan akan mencapai orgasme kembali.
“Ooommm.. yyyaangg.. kennnceeennggg.. aaaahhhhh.. ooouuuhhhh.. saaayyyaaahhh.. mmmaauuu.. kkkeellluuaaarrr.. sssshhhh..!!”
Jeritku sembari menggenggam sprei dengan kuat.

“Aaaaahhhhh.. saaayyyaaa.. kkeellluuaaarrrr.. oooouuuuhhhhhh..!!” Akhirnya aku memang mencapai orgasmeku kembali.

Kurasakan tubuhku kemabli bergetar dengan hebat. Ahhh.. Orgasme yang kurasakan kali ini jauh lebih nikmat dari sebelumnya.
Sehingga aku pun menggigil kenikmatan dan seluruh syaraf tubuhku seperti tersengat arus listrik kenikmatan.

Terasa lemas dan lunglai sekali tubuhku.. tetapi di saat yang sama kurasakan pula kenikmatan yang sangat luar biasa.
Bisa dibilang melebihi kenikmatan yang kudapatkan dari mas Egi.

Belum lagi aku bernafas dengan tenang, Oom Rohman menggenjotku kembali dengan kuat dan cepat. Jlebb.. jlebb..!
“Aaaaahhhh.. Oooommm.. uuudddahhhh.. uuudaaahhh.. ddduuullluuuu.. aaaaaahhhhh..!!”
Jeritku merasakan sodokan kuat dari kontol besar Oom Rohman.

Akan tetapi Oom Rohman seperti tidak mempedulikan teriakanku.
Dia terus menggenjot dan menggenjot dengan kuat. Susuku pun tak luput dari remasan kuat tangannya.
Rasa letih yang kurasakan bertambah kuat kuarasakan. Akan tetapi ada kenikmatan pula yang kurasakan dari sodokan kontol Oom Rohman.

Dan genjotan Oom Rohman kurasakan semakin kuat dan semakin kuat lagi.
Beberapa saat kemudian Oom Rohman pun mengerang dengan hebat..
”Diiikkkk.. aaaahhhhh.. mmaauuuu.. kkkeellluuuaarrr.. sssshhhhh.. aaahhhh..!!”

Aku pun kembali merasakan desakan orgasme kembali datang.
“Yyaahhhh.. tteeerrrusshhh.. ooommhh.. aaahhh.. ssaayyaaa.. jjugaaa.. mmaauuu.. lllaaagihhh.. oouuuhhh.. aahhhh..!!” Jeritku melepas nikmat.

Tak lama berselang Oom Rohman menjerit dan menekan kontolnya sekuat tenaganya sehingga tubuhku terhenyak.
“Aaaaaaahhhhhhhhh..!!”
Ccroooottt.. cccrrroooottttt.. cccrrooootttt..!!

Aku pun menjerit dengan kuat saaat orgasme ku kembali datang bersamaan dengan hentakan kontol Oom Rohman di dalam memekku. “Ooooooooommmmmm.. aaaaahhhhhhhh..!!”

Kurasakan semprotan air mani Oom Rohman di dalam memekku begitu kuat dan banyak.
Tubuhku langsung ambruk tak berdaya, kurasakan seluruh tubuhku seperti tak bertulang lagi.
Lemas dan tak bertenaga. Tetapi nikmat yang sungguh tak terkira kurasakan pada saat yang bersamaan.

Dengan perlahan Oom Rohman bangkit sedikit lunglai.. tubuhnya yang kekar tampak basah kuyup oleh keringatnya.
Oom Rohman mendekatiku dan mengarahkan kontolnya yang masih sedikit berdiri ke arah mulutku.

Meski sedikit enggan.. entah kenapa aku membuka mulutku dan membiarkan kontolnya masuk ke dalam mulutku.
Oom Rohman pun menggenjot perlahan kontolnya di dalam mulutku.

Lidahku pun menyapu kontolnya dan mengisapnya.. membersihkan sisa –sisa air mani yang masih sesekali menetes dari lobang kontolnya.
Setelah kurasa bersih, aku pun mengeluarkan kontolnya dari mulutku.

Kulihat Oom Rohman tersenyum puas dan dia pun mengecup keningku seraya berkata..
”Hebat kamu Dik.. memek kamu memang ga ada duanya..”

Aku membalas senyumannnya.. ”Iya Oom, punya Oom juga hebat.. saya sampai ga punya tenaga lagi untuk bangun..”

Kulihat Oom Rohman berjalan menuju DVDcam dan mematikannya. Tak lama kemudian terdengar ketukan dari pintu hotel.
Oom Rohman mengambil handuk dan melilitkannya ke pinggangnya kemudian berjalan menuju pintu.
Ternyata pegawai hotel yang mengetuk pintu bermaksud memberitahukan bahwa jam sewa kamar telah habis.

Kulihat Oom Rohman kembali berjalan mendekatiku.
“Dik, pakai bajunya, kita keluar.. nanti kalau mau kita janjian lagi saja ya..” kata Oom Rohman sembari memberikan pakaianku.

Aku segera berpakaian.. walau badan masih terasa lemas. Selesai berpakaian kami pun bergegas meninggalkan hotel.
Dalam hatiku masih ada rasa tak percaya kalau aku mempunyai keberanian untuk membalaskan dendamku terhadap Mas Egi dan Tante Sri.
Namun tak pelak ada sebagian rasa bersalah muncul apabila wajah Bayu muncul di pikiranku.

“Sudahlah Dik.. yang penting kamu sudah bisa balas perbuatan suamimu dan istriku.. di samping itu kita juga sudah terpuaskan.. betul tidak..?” Kata Oom Rohman memecah keheningan dalam mobil.

Tangan kiri Oom Rohman mengelus pahaku dan sesekali naik ke atas rokku.
Aku tersenyum.. ”Ya Oom, saya sudah merasa dendam saya terbalaskan.. tapi ..”

Oom Rohman kembali berkata.. ”Tapi kenapa Dik.. ? Masih kurang yang tadi..? Hehehe..” Canda Oom Rohman.
“Ah.. Oom Rohman bisa saja.. Tapi kalau memang mau, kita atur saja waktunya, Oom..” balasku.

Jujur.. aku merasa mendapatkan kepuasan yang tidak aku dapatkan dari Mas Egi.

Dan mobil kami pun melaju dan meninggalkan kenangan yang tidak akan kulupakan.
Maafkan Mamamu Bayu, kesucian keluarga kita telah ternoda, semua gara-gara Papamu. (. ) ( .)
----------------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd