Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------

Cerita 237 – Rahasia Kedua

Episode 1

Pengalaman mengesankan
bersama Wina.. operator telepon kantorku.. –Lihat Ceritaku ‘Rahasia Pertama’..–
Kini sangat membuat aku gampang dan berani menjurus kepada hal-hal yang berbahaya serta berisiko.

Mengingat aku sudah berkeluarga.. padahal aku sangat sayang kepada keluargaku.
Tiapkali aku pulang kantor.. selalu mereka mengharap kedatanganku.
Aku juga kangen kepada kelucuan anak-anakku.

Demikian juga istriku.. dia manis sekali. Dan kegiatan seksku dengan istriku masih normal saja.
Hal yang membuat tidak aman bagi hubunganku dengan Wina sang operator adalah:
Istriku sering datang ke kantorku untuk berbagai keperluan.

Misal mengantarkan sesuatu untuk aku saat dia lewat di kantorku.
Dan selain itu.. dia selalu berhubungan dengan Wina..
Karena si Winalah yang bertugas menyampaikan pesan kepadaku saat aku keluar kantor.

Aku sangat kuatir hubunganku diketahui oleh istriku. Yaa.. namanya saja perempuan.
Mungkin saja salah omong atau keceplosan.. bisa saja kan, TEMAN..?
Hmm.. ada yang pernah seperti yang aku alami..? Sungguh. Saat ini kepalaku betul-betul pusing..!

Untuk itu.. aku lantas pelan-pelan berusaha mengurangi kegiatan seksku dengan si Wina.
Untungya Wina bisa mengerti.. meski dia kadang menunjukkan muka yang masam saat aku sangat sibuk..
sehingga tidak sempat menyapanya.

Eh.. 2 bulan setelah aku 'agak vakum' dengan si Wina.. malah ada 'korslet' yang terjadi dengan diriku.
'Kegatalanku' nyerempet-nyerempet 'bahaya birahi' kembali tiba-tiba kumat tanpa kusadari.

Seperti begini kejadiannya: 5 rumah dekat rumahku.. ada dokter yang berpraktik di sana.
Hingga akhirnya aku tau.. bahwa dia seorang wanita muda dan cantik.

Dan satu lagi: Dengan mata yang selalu memperhatikanku saat aku berangkat dan pulang kerja.
–Mungkin kebetulan saja.. akan tetapi terjadi hampir tiap hari..–

Awalnya.. kami sering berpapasan saat aku mengendarai mobil.
Karena seringnya.. aku sampai hapal pelat nomornya. Mobil suzuki amenity putih L 287 DG.

Dia selalu memakai jas putih disamping bajunya sendiri..
dan selalu melihat serta terkadang juga melirikku saat aku melewatinya.
Lama-lama.. kami saling tersenyum karena seringnya bertemu.

Suatukali.. ketika dia baru saja datang memarkirkan mobilnya dan aku baru saja berangkat ke kantor..
Dia 'seperti' sengaja berdiri di samping mobilnya..
Seakan menunggu aku lewat dan langsung menoleh ke arahku untuk tersenyum.

Wow.. senyumnya..! Memang masih terasa kaku waktu itu..
Tapi di matanya terlihat dia senang melihatku. Gak tau.. mungkin aku saja yang GR..!

Akhirnya.. suatu ketika saat aku terkena flu dan tidak enak badan..
Aku lantas bertekat untuk mencoba keahlian di bidang kedokterannya.

Aku belum sempat berkenalan.. tapi tau dari nama di papan namanya saja. Namanya: dokter NW.
–Aku singkat saja..– Namun di sini aku beri nama dia dokter Diana.
Karena aku sepakat untuk tidak menunjukkan nama sebenarnya.

Sudah malam memang.. aku jalan kaki saja menuju ke tempat praktiknya.
Kebetulan juga istri dan anakku sedang pergi ke mertuaku dan aku baru saja pulang kantor.
Saat itu sekira pukul 21.00.

Langsung saja aku daftar di meja suster di depan dan menunggu di antrean.
Ketika aku dipanggil dan masuk..
Tampak dokter Diana sedikit kaget karena ternyata aku yang menjadi pasiennya.

Aku bergaya santai saja.. dan membuat bahan omongan awal.
Saat itu mungkin sekira sudah pukul 21.30an.. dan aku adalah pasien terakhir rupanya.

"Halo, bu.. apa kabar..?” Ujarku sambil berusaha ramah. Saat itu dia mengenakan baju putihnya.
Kancingnya tidak dikenakan.. untuk bagian dalamnya dia mengenakan baju tipis bercorak kembang..
Dan sedikit memperlihatkan behanya. Hmmm.. mengundang untuk tau saja.. pikirku.

"Lhooo.. sakit apaa.. paak..?" Sambutnya ramah pula.
"Ahh.. nggak tau nih.. kok tiba-tiba rasanya sakit semua.. habis lembur terus sih akhir-akhir ini..” alasanku.

"Namanya siapa pak.. hehe.. sudah lama tau tapi nggak kenal ya..?"
Tanyanya.. sambil menulis sesuatu di formulir datanya.
"Oooya.. ya.. Dino Tandi, gitu aja..” jawabku.

"Kerja di mana pak..?” Tanyanya sambil berdiri..
kemudian mempersiapkan alat ukur tekanan darah dan berdiri di sampingku.

"Di PT ANU.. belum tau ya..? Kan kita sering ketemu di jalan Darmo. Ya di situ itu kantor saya..” jawabku..
sambil bersiap untuk membantunya mempermudah pemeriksaan.
Entahlah.. aku sudah terasa akrab, mungkin karena kami sering bertemu..

"Mmm.. yang ada papan nama yang besar itu ya..? Ya saya tau..” ujarnya sambil memegang tanganku..
untuk mulai dipasang alat pengukurnya.

Wuihhhh..! Tangannya sangat lembut dan halus.. terasa sekali di kulitku. Srrr..!! Berdesir rasanya dadaku.
Mmm.. gini toh dipegang tangan bu dokter..? Pikirku senang.

Ketika mulai memeriksaku Dia agak membungkuk ke arahku..
sehingga tekukan bajunya memperlihatkan tali beha dan sedikit kulit buah dadanya yang putih..!
Widiihhhh..!! Srr lagi deh..!! Hehehe..

Selesai diukur tekanan darah.. aku disuruh berbaring ke tempat tidur.
"Pak, bisa berbaring sebentar..” katanya.
"Oya..” Aku segera beranjak ke dipan praktiknya dan berbaring di sana.

Sambil menunggu.. aku tutup mataku.. karena lampu di atasku sangat menyilaukan.
Tiba-tiba.. terasa tangannya menyentuh kancing bajuku sambil berkata pelan..” Permisi pak.. ya..”
Aku jawab dengan senyuman. Aku berharap dia tau.. aku sangat suka kepadanya.

Dia kemudian membuka 3 kancing di atas.. lantas dia mulai meletakkan stetoskopnya ke dadaku.
Semoga dia tidak tau bahwa aku agak deg-degan berdekatan dengannya.

Rasanya.. aku lain. Karena biasanya aku hanya berpapasan saja di jalan..
kini aku hanya beberapa senti saja dengannya.

Nah.. karena dipannya sempit.. –tidak seperti kasur untuk tidur di rumah..–
Lengan kananku sempat terhimpit oleh dorongan tubuhnya saat memeriksaku.

Ehmm..! Dapat kurasakan perutnya terasa lembut menyentuh lenganku.
Dan celakanya.. tanpa dapat kukontrol.. kontolku mulai tegang..!! Wahhh.. gawat nih..! Pikirku.
Tapi.. aku benar-benar tidak dapat membuang khayalanku untuk dapat menyentuh seluruh bagian tubuhnya..!

Aku lantas ingat si Wina.. yang begitu mulus dan padat berisi tubuhnya.. dan.. dan ..
Aku merasa celanaku tidak kuat lagi menahannya..
Hingga antara berharap dan tidak.. dia mungkin tau ada benjolan di celanaku saat itu.

TUUUUUTT..!! Tiba-tiba ada bel berbunyi.. dia lantas menuju ke mejanya dan mengangkat interkomnya.
”Oke.. sampai besok yaa, Hen. Ati-ati.. sudah dijemput kan..? Nggak.. ya.. ya.. Oke.. dahh..!”
Begitulah dia menjawab lawan bicaranya di interkom. Wah.. mengganggu saja.. pikirku..!

Tak lama kemudian dia kembali lagi ke arahku. Aku coba untuk menatapnya secara dalam.. ke matanya.
Dia tampak tidak dapat menahan perasaan.. dengan mencoba melihat ke arah lain.. sambil terus memeriksaku.

"Coba bilang AAA..” dia memegang bagian daguku untuk memeriksa bagian mulutku..
”AAAAAAAAA.."
"Ya.. sudah.." katanya.

"Stop dulu makan berminyak ya.. pak..” katanya sambil menuju ke mejanya lagi.
”Mau disuntik nggak..?”
Mmm.. ini dia, pinginnya sih aku yang suntik kamu..! Pikirku nakal.
Tapi aku bilang.. ”Mm.. gimana, kalau menurut dokter perlu, ya Okelah.. mumpung di sini..”

"Oke.. tolong siapin ya..!?” Katanya.
"Apanya..?” Tanyaku berlagak dungu.. menggodanya.
"HHmm.. ya bokongnya.. doong..!” Jawabnya sambil melirikku saat dia menyiapkan suntikannya.
Uhh.. sekarang dia merangsang sekali..! Tidak hanya cantik..! Sungguh..!

"Hoohoho.. yaya..” aku lantas melepas sabuk dan melorotkan Zipku..
Dan melorotkan sedikit bagian atas celana dan menampakkan bokongku.

"Yang kiri atau yang kanan Dokter..?” Pancingku.
"Biasa yang mana, terserah bapak .. nggak masalah kok.." ujarnya ramah.

"Yang kiri aja ya.. soalnya yang kanan sudah pernah dulu..” alasanku.
Padahal agar aku bisa memiringkan badanku ke kanan.. berhadapan dengan dia.
Dan bukannya membelakanginya.

"Monggooo.. terserah pasiennya saja. Siap..?” Katanya sambil berjalan menuju ke arahku.
"Iya.. tapi jangan sakit ya..!?” Kataku sambil berlagak seperti anak kecil.

Aku tampakkan ke dia bokong kiriku dengan memelorotkan celanaku.. dan Cdku tampak sebagian.
Juga tampak sedikit rambut dari kontolku.

Dia terlihat mencuri pandang ke arah kontolku yang sudah tegang dari tadi..!
Meski tidak tampak jelas.. tapi rambut kontolku yang lebat membuat perhatiannya terpecah.

"Pokoknya jangan goyang saja..” dia mulai mengeluarkan kapas dan menggosok bokongku yang akan disuntik..
Kumudian.. CREPP..! Bersamaan dengan masukknya jarum suntik..

Aku berlagak kesakitan.. dengan memegang bagian pinggulnya dengan tegang..
”Uhgghh.. sakkiit dook..!” Erangku seolah benar kesakitan.

"Ahh.. masa’..?” Ujarnya sambil meneruskan menekan jarum suntik sampai habis.. kemudian DITARIK..!
SRUTT..! "Addhuh..!” Bisikku.. sambil memegang lengannya sebentar.. lalu kulepaskan. Lumayan.

Dia kemudian melepaskan baju putihnya lalu menggantungkannya di kursi.
Ternyata dia memakai baju tanpa lengan. Wow.. sekarang tampak kulit lengannya yang putih dan mulus..

Sedikit rambut ketiaknya yang halus tidak lebat kelihatan. Tampaknya dia sedikit kepanasan..
Keringatnya tampak di bagian badannya.. menambah terangsangku kepadanya.

"Sudaaahh..” dia menuju ke mejanya dan mulai menulis resep.
"Gimana dok, kayaknya kok parah ya..?” Tanyaku.

"Nggak.. memang lagi musim kok.
Makanya jangan dulu makan yang berminyak. Ini ada resepnya..” jawabnya lagi.

Aku sudah bisa melihat.. bahwa buah dadanya berukuran sedang.. tidak terlalu kecil atau besar.
Mungkin sama dengan si Wina.. tetapi dokter Diana ini memiliki postur yang lebih kecil.. dan tinggi.

"Sampai jam berapa dok, praktiknya..?” Tanyaku lagi.
"Ini kan 24 jam.. karena saya melayani dengan layanan 24 jam;
Saya bekerjasama dengan beberapa klinik di Surabaya.. untuk itu harus full-time.
Tapi kan saya punya 3 rekan lagi. Ya.. dokter seperti saya.. jadi nggak full saya terus, lho..”
Katanya sambil menatapku sebentar lalu menulis lagi. Wow.. cantik sekali..!

"Lha terus.. gimana istirahatnya kalo mereka berhalangan hadir..?” Sahutku pingin tau.
"Ya.. di dalam saya siapkan ruangan istirahat buat saya.. ada tv-nya juga.. jadi ya bisa santai sejenaklah.
Kadang kalau bisa share waktu dengan dokter lain, saya bisa libur 1-2 hari. Ya.. memang begitulah kerjaan dokter.
Kalau paginya saya harus ke Puskesmas.. pasti saya tidur di sini.. karena Puskesmasnya ada di dekat sini.
Itu suster di depan saja sudah pulang sejak tadi jam 22.00.." katanya menjelaskan panjang lebar..
sambil menunjuk gorden di belakang ruang praktik.

Berarti ruang istirahatnya ada di belakang ruangan ini..!? Pikirku.
Wah.. ternyata petugas terima pasien tadi sudah gak ada toh..?

Berarti kami tadi hanya berdua saja toh..? Wahh.. asyik ya..!
Baru aku tau dari penjelasannya.
Aku lihat arlojiku.. kini telah menunjukkan pukul 22.40.

"Ini pak resepnya, dihabisin lho..” katanya..
"Ya bos..” jawabku menggoda..

"Capek ya dok.. saya aja kerja 12 jam sehari capeknya seperti ini.. wah.. apalagi anda ini ya..!?”
Aku coba menunjukkan simpati. Dia tampak tidak dapat menjawab pertanyaanku dengan cepat.
Mungkin takut dipikir macam-macam olehku, mungkin.

"Oke berapa dok..?” Tanyaku lagi.
"Mm.. 40ribu sajaa.." jawabnya ramah sekali.

"Oke.. ini dok. Terimakasih yaaa.. saya pamit dulu..”
Aku lalu berdiri sambil menyerahkan uang dan menjabat tangannya.
–Ini hanya alasanku saja..– Sambil tak lupa memberikan senyumku.

Di rumah.. aku tidak dapat tidur cepat.. karena memikirkan dokter Diana itu. Ahhh..!
Pagi-pagi.. aku berangkat.. dan ternyata mobilnya sudah tidak ada lagi..
Wahhh.. benaran rajin betul dia..!
-------ooOoo-------

Sudah 1 minggu ini kami selalu saling balas senyum saat berpapasan.
Suatu hari.. aku sangat kangen sekali kepadanya.

Untuk itu.. pada jam 21.30 aku coba untuk pergi ke tempat praktiknya. Saat itu ada 3 orang lagi antre.
Wahh.. laris juga.. pikirku. Dan untungnya aku jadi pasien terakhir lagi..

"Lhoo.. sakit apa lagi pak..?" Katanya kaget juga melihatku muncul lagi.
"Ahh.. kangen saja sama bu Dokter nih yaa..” godaku..

"Pusing-pusing nih di kepala..” lanjutku beralasan. "Banyak kerjaan lagi tuh.. makanya jangan sering lembuuur..”
Sekarang dia melepas jas putihnya..
Saat itu dia mengenakan baju hitam tipis dan behanya pun kelihatan hitam.. tanpa lengan.

"Wah.. capek juga nih saya.. mestinya teman saya yang menggantikan saya..
tetapi ternyata dia sedang ada operasi di rumah sakit umum.
Yaa.. jadinya saya nih yang harus jaga.. hehehhmmmm..” Dia mulai mencairkan suasana..

"Kalo dokter sakit, berobatnya ke mana ya..?" Tanyaku sambil senyum menggodanya.
"Hehehmmm yaa. ke dokternya dokter..” jawabnya asal saja.

"Oo.. soalnya saya mau tuh jadi dokternya.. kalau mau siiih.. hehehe.." ujarku.. mencoba memancing [perkara]..
"Ooya..!? Seperti apa tuh..?” Dia membalas rupanya.

"Ahh.. lihat-lihat sakitnya.. ringan, parah, naahh.. tergantung jenisnya..
Kalo seperti Dokter Diana ini.. saya memang spesialisasinya.. hehehemmm.."
Aku menyembunyikan rasa maluku setelah berbicara ngawur dengan berdehem.

"Aduuhh.. bisa aja pak Dino ini. Tapi bisa tuh dicoba lain kali ya..!?"
Ujarnya tanpa melihatku, karena dia mencari formulirku di raknya.
"Sekarang juga boleehh.. hehehmmm.." aku ngawur lagi..!

Aku melihat gambar kemaluan pria di poster belakang dipan praktiknya.. aku jadu punya ide..!
"Eh, boleh tanya nggak bu.. aku punya benjolan di sebelah bawah iniku.."
Sambil menunjuk gambar itu tanpa berani melihat responnya..

”Ketika aku pegang tidak terasa gatal atau sakit .. kenapa ya..?" Kataku sambil menoleh kepadanya.
Dia tampak agak menutupi kagetnya karena pertanyaanku itu..

”Apa itu .. Mm.. mulai kapan itu..? Hmm.. sebesar apa..?” Katanya agak gugup.
"Ya.. saya sih gak teliti ya.. tapi baru-baru saja kok, besarnya sebesar kacang aja..” jawabku ngawur lagi..
”Kalo nanti ada waktu, tolong diperiksa ya bu..” kataku lagi serius.. tanpa menampakkan aku lagi berbohong.

"Mm.. ya.. Oke.. nanti ya.. karena itu perlu dokter khusus.
Saya hanya bisa melihat kondisi awalnya sebagai referensi ke dokter ahlinya.."
Dia tampak bingung.. tapi akhirnya terjawab juga..

Aku berusaha serius sekali saat mulai berbaring dan mulai melepaskan baju kancing hemku.
Dan dia mulai meletakkan stetoskopnya.
Setelah itu, dia berbalik menuju mejanya, duduk.. langsung aku menyahut.

"Lho nggak jadi memeriksa iniku dok..?" Tanyaku sambil menunjukkan arah kontolku.
Aku konsentrasikan agar kontolku tidak tegang..
Agar terlihat aku memang mengalami yang aku keluhkan kepadanya.

"Oy.yyya.. sebentar ya..” dia agak tegang.. tanpa senyum dan berjalan menuju arahku..
”Tolong disiapin ya..” katanya..

Aku langsung mengerti maksudnya.
Kemudian segera melepas Zip dan langsung kupelorot celanaku sampai di setengah pahaku.

CDku masih terpasang. Wahh.. kontolku kok sudah mulai bereaksi..!? Gawat nih..!
Aku tetap berkonsentrasi agar tidak berdiri itu kontol..!

Tapi ternyata bu Dokter sudah memakai kaos tangan plastik. Wah.. kapan masangnya..? Kok cepet sekali..!
Untungnya, kontolku 'tidur' lagi.. pelan-pelan.. bagus.. bisa kerjasama..!

Dia mendekatiku, dan berkata.. "Yang mana..?”
Aku langsung membuka CDku dan kontolku terkulai dannnn.. mulai berdiri..!
Wah.. memang dasar tidak dapat diatur..! Rutukku pada sang kontol.

Aku tetap serius sekali.. tanpa senyum.. mulai memegang kontolku sendiri dan membolak-baliknya.
"Nah.. biasanya muncul di sini.. tapi kadang tidak ada.. sekarang ada nggak ya..?" Kataku bohong.

"Coba.. saya tidak tau yang normal gimana, pasti bu dokter tau apa itu yang dinamakan benjolan..” pancingku..
"Mmmm..” dia tampak berkedip-kedip dan bibirnya kering tanda tegang, dan dia mulai memegang kontolku.

Uhghh.. lembutnya..!! Kontolku tambah bersiap tegang.. seakan kaku sekali..
”Ehh.. maaf ya bu.. adikku kok jadi gini..” aku pura-pura.. agar suasana jadi santai.

”Hemm.. hmm..” dia senyum manis sekali.. menahan malunya.
10.. 14.. 15.. 18.. 20 cm.. sekarang kontolku dalam posisi puncak.

Aku meremkan mataku untuk menikmati sentuhan di kontolku. Dan aku membuka pahaku..
Untuk membebaskan tekukan kantung pelir yang tersisa saat kontolku masih lemas.

Dengkulku menyentuh pahanya.. ”Maaf ya Dok..” kataku.
Dan parahnya, cairan pelumasku tampak di ujung kepala kontolku..! Wah.. gawat nih..!

Dia mulai memegang dengan tangan dua. Tangan kiri memegang bagian atas..
Tangan bawah mencari benjolan di bagian bawah kontolku.. sambil mengurutnya dari atas sampai ke bawah.

Ughhhh.. aku terangsang sekali dengan sentuhannya.
Sekali-kali dia berhenti dan memutar-mutar ujung telunjuknya untuk memastikan..
apakah di situ ada benjolan.. kemudian berjalan lagi ke bawah. Begitu seterusnya.

Meski dengan kaos tangan.. masih terasa halusnya tangan Diana.. hhhhuhhhhhhgg..
Pasti dia tau bahwa saat itu aku sangat terangsang oleh sentuhannya.

Ergghhh..!! Kakiku berkali-kali tampak kaku untuk menahan rasa geli bercampur nikmat.
Tapi dia mendekatkan matanya ke arah kontolku.. dan meneliti betul-betul.

Sekitar 20 centi kepalanya berada di depan kontolku.. dan rambutnya jatuh ke arah pangkal pahaku.
Woowww.. hal itu menambah rangsangannya kepadaku..!!

"Huffhhh..” aku coba memberikan reaksi terhadap sentuhannya.. berharap dia membalasnya. Sangat berharap..!
"Kenapa..? Sakit..?" Tanyanya serius..

"Heh..? Sakit..? Belum.. eh.. nggak..” kataku tanpa melihatnya.. melihat ke atas. Menahan rasa nikmat.

CONTIECROTT..!!
-------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------
 
-------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------

Cerita 237 – Rahasia Kedua


Episode 2

Aku melirik ke bawah.
Uhh..! Cairan pelumasku tampak meleleh meluber di kepala kontolku.
Hingga akhirnya mengenai jempol kirinya.. aku diam saja.

"Kapan terakhir kali ada benjolan..?” Dia tanya lagi..
"Kira-kira.. dua hari lalu.. saat pulang kantor.. saya lihat waktu mandi malam hari.. Hghhm.."
Jawabku cepat.. sambil menahan nikmaaat..!!

Tiba-tiba.. terasa kepala kontolku digosok oleh sesuatu. Dan ketika aku lihat ..
Jempol Dokter Diana mungkin berusaha membersihkan jempolnya dari cairan pelumasku..
dengan cara meratakan cairan pelumasku ke seluruh kepala kontolku.

Wooowwww.. cara yang baikkk sekali..!! "Itu kennnnapa.. dokkk..? Kok keluar cairannya..?
Apa mungkin itu ya yang bisa sebabkan ada benjolah..?” Tanyaku berlagak dungu.

"Ohhmm.. bukan..” dia melirikku sambil menggigit bibirnya. Aku mencoba memastikan keadaan dirinya..
dengan memegang lengan kirinya yang memegang atas kontolku.. kemudian mendorongnya ke bawah dan ke atas.

"Maaf.. ya dook..” aku merem.
"Mhmmm.. kok ..?” Dia tampak salah tingkah.
"Dokter.. coba cari lagi.. pasti ada di sana..” pintaku mulai kian berani.

Dia mendekatkan lagi kepalanya sambil serius memeriksa kontolku. Ufffhhh..!!
Embusan nafasnya terasa dan merangsang bulu rambut kontolku untuk lebih menggiatkan rangsangan.
Whwhwhwh.. hebbattt..!!

Tangan kananku membantu memastikan pancinganku.. dengan meletakkannya di atas bokongnya..
yang saat itu agak membungkuk ke arah kontolku.
Aku seakan meremas bokongnya agar tampak kesakitan, dan dia sempat terkaget.

”Sakit ya..?" Tanyanya.
"Mhhmm.. ngggghhakk..” bisikku.. memancing reaksinya..
"Dookk..” kataku berbisik.
”Yaa..?” Dia menoleh ke arahku.

Aku langsung tangkap kepalanya dan aku cium bibirnya.. ”Hmmshemm.. pahkk..!?” Balasnya..
Ia mencoba menghindar. Aku langsung memainkan lidahku di mulutnya, dan membalas ciumanku..!

Dia melepas kaos tangannya dengan cepat dan meletakkan tangannya di atas pahaku.. aduh geli juga..!
Tangannya telah lepas dari kontolku.. dan tanganku langsung menuju ke roknya dan mencari Zipnya.

Ketemu.. dan srettt.. aku lepas pelan-pelan.. hingga lepas terjatuh dari tubuhnya.
Kini dia berbungkuk berciuman denganku tanpa rok.. hanya CD dan baju atasnya.

Tanganku langsung menuju ke memeknya. Ternyata di sana kutemui terdapat banyak cairan.. basah.
Langsung aku tarik bagian CD yang bertepatan dengan memeknya dan aku masukkan jariku ke sana.

Srekk srekk srekk slepp slepp.. Kugosok-gosok perlahan dengan penuh perasaaan.
”Phhhakk Dinoo.. jhhangannn..” dia merintih. Langsung aku temukan clitorisnya.
Karena ternyata sangat basah sekali area itu.. merem melek matanya saat aku gosok clitorisnya.

Tapi.. dia menyambutnya dengan menggoyangkan bokongnya maju-mundur.. maju-mundur.. maju-mundur..
Tambah cepat.. makin cepat.. sleck-sleck-sleck-sleck-sleck-sleck-sleck-sleck..!

Hingga akhirnya kaki kanannya naik ke bangku di bawah dipan praktiknya dan itu memperlancar tugasku.
Memeknya terbuka lebih luas..!

Akhirnya tangannya kembali menuju ke kontolku.. mengelus-elus.. kontolku dengan gemas..
”Mmghhgmmmm..!” Aku agak kaget menerima elusannya.. ennnnhhakkk..

Aku lantas bangun.. aku tahan posisinya agar tidak menjauh.. kemudian kembali menciumnya..
sambil melepas kancing bajunya.. dan menurunkan tali behanya kiri dan kanan.
Tuntas. Kini.. buah dadanya tergantung bebas..!

Wahhh.. aku baru tau sekarang ternyata buah dadanya cukup besar tapi padat.. putingnya kecil.
Tapi ketika aku coba elus..
”Aghhhhh.. phak.. kenapaaa..!?” Dia merem melek sambil terus berkata seperti itu..

Akhirnya aku turun dari dipan itu.. lantas melepaskan secara tuntas semua baju yang menempel di badanku..
Dia dengan tergesa-gesa juga melepas kancing-kancing yang tersisa.. lalu memelukku dengan erat.

”Pakkk.. aku sudah lama menunggu.. tapi aku maluuu. Ngg.. bagaimana dengan istri pak Dino.. nanti..?”
"Ssssst.. ayo kita ke ruangan istirahatmu..” ajakku tanpa menjawab pertanyaannya.

Aku memang langsung ingat istriku.. tapi aku merasa kasihan melihat dia sudah begitu terangsang..
oleh sentuhan dan gosokan tanganku. Aku tidak tega mengecewakannya, Teman..!!

Aku berjalan kira-kira 4 langkah saja.. sambil kontolku mendongak ke atas ke kiri dan kanan.
Ternyata ruangannya cukup kecil tapi nyaman.. ada kulkas, tv dan ranjang untuk 2 orang.. pas.

Aku kemudian langsung mendudukkannya dan mendorong tubuhnya agar tiduran terlentang.
”Sekarang gantian aku yang memeriksa dokter..” kataku sambil mengarahkan mulutku ke memeknya.

Kuembuskan nafasku ke rambutnya dan memeknya yang sudah basah. Slrupp.. slrupp.. slrupp..!
"Hmhhshhhhhghgmgmg.. phakkk.. uuuhh.. adhhhuuhhh.. enhhakkk.."

Erangnya sambil mengangkangkan kakinya lebih lebar.. memberi akses lidahku makin bebas bergerilya.
Tak kusangka dia mau berbuat seperti ini di depanku.. padahal aku baru bertemu dia 2 kali ini.

Tangannya memegang lututnya untuk menjaga dan menahan agar tetap bisa mengangkang..
Dan mulut memeknya terlihat kini terbuka lebar..!
Aku bisa melihat clitorisnya berwarna merah muda berkilat basah sekali.

Dia pejamkan mata sambil mengarahkan kepalanya ke atas.. menikmati jilatan-jilatan pada memeknya..
Aku melakukannya sekitar 5 menit.. dan kemudian aku berdiri dan membuka kulkas.

Ternyata ada botol madu di sana.. aku ambil dan aku buka tutupnya..
Kemudian aku tuangkan sekitar 1 sendok makan ke belahan memeknya.

Dia sempat kaget.. tapi aku langsung menjilati memek bercampur madu dengan ganas.
Hingga sontak membuat dia menjerit-jerit.. "Aggghhhh..! Ouwhhh..!! Diapakan ini..? Kok.. eeennhhkk..!?"

"Sssssghshhsm.. ooghhhh.. terus.. yyyyaa.. ahhhh.. aahhhh..!!” Erangan dan desahannya makin ramai.
Dia bergoyang liar dan menggoyangkan bokongnya..

Sekarang telapak kakinya bertahan di kasur dan mengangkat bokongnya..
sehingga aku lebih terdorong menekan memeknya.

Mulutku sudah basah gak karuan..
Dan rasa manis madu membantuku menikmati memeknya yang segar baunya..

"Rasanya gimana..? Hhhehhh.." tanyaku bersemangat.
"Ehhhnnn.. ehnnnn.. ehhnaak.. aku ggaakk kuat.. ghshhhmm.."
Sahutnya memegang kepalaku dan menggoyangkan ke kiri-kanan.

Kakinya sekarang melingkar di punggungku.. dan kaku.
"Phhhakk.. akkkkku.. ggakk.. kuuuatttthh.. aku.. piingiiiin.. ayoo..!!” Dia agak menjerit.
Seluruh tubuhnya menjadi kaku.. aku yakin dia sudah mengalami orgasme minimal 4 kali.

Aku berdiri dan melap mulutku dengan bantal.. dan tiba-tiba, kontolku terasa hangat oleh mulut Dokter Diana.
Ohhhh.. Tangan kirinya memegang buah pelirku dan memilin-milin.. sehingga aku teriak.. "Aghhhh..!!”

"Sakit yaa..?” Dia agak kaget. "Ayoo.. pak Dino..!” Katanya lagi.
"Ayo apa..?” Sahutku pura-pura bego.

Langsung aku didorongnya.. kemudian dia naik di atas kontolku.. slebb.. clebb..
Blessepp..!! Dengan pelan ia memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya.

Dia langsung merem rapat sekali sambil membuka mulutnya.. merangsang sekali dia.
Uhhhhh.. Langsung masuukk..! "Aghhhhhhhhhhmsssm.. aku nggak kuat.. pakk.. cepat..!!”
Dia sudah sangat bernafsu nampaknya.. langsung bergerak menggoyang kontolku di liang memeknya.

Dia maju-mundur.. membuat kontolku terasa licin dan sangat terangsang hebat.
Auwwhhh..!! Terasa sekali kedut-kedutan kecil dan akhirnya membesar.

Aku tidak ingin ini berakhir cepat.. langsung aku dorong dia.. kemudian aku tarik napas panjang..
Cairan nikmatku tidak jadi keluar.. dan dia agak kecewa.. tapi langsung duduk kembali di atas tubuhku.

Tanpa aba-aba lagi dia langsung naik turun di kontolku lagi.. menggoyangkan tubuhnya kembali.
Kali ini goyangannya sangat liar.. hingga aku tak kuasa menahannya.

"Dianaa.a.a.. erghh.. aku nggak kuattt.. lagi..” bisikku mengingatkannya.
"Ayoo.. keluarin aja. Aku punya penangkalnya..” bisiknya bersemangat.

"Uhhhh..! Kamu merangsang, Diana.. susumu gede.. pentilmu merangsang.. aku suka bokongmu..
Uughhh.. memekmu.. ohhhhh ennhakk..” kataku berulang-ulang.

"Ohhhhyyyyyya.. uhghh.. kontolmu juga gede.. Din..” dia sudah tidak memakai ‘pak’ lagi.
“Kontolmu.. aku suka.. panjanghh.. ohhh.. rasanya sampe ke dadaku.. ohhh.. ohhh.. ayoo..!!
Sama-sammmmmmmmmaa..!!” Erang Diana panjang.. saat badai orgasme menerpanya.

Seketika tubuhnya kaku sekali.. dan wajahnya sangat lain.. seperti mendapat hukuman yang sakit sekali.
Wajahnya menjadi anehh.. matanya terbelalakkk.. tapi merangsangg..! Oohh.. aku juga gak kuat lagi.

Kedut-kedutan di liang memeknya itu menjadi-jadi..!
Oohh.. kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak kusangka-sangka.
Ternyata.. dari dokter Diana yang anggun itu bisa keluar kata-kata yang sangat merangsangku.. hhhoohoh.

Aku angkat bokongku dan dia menekan bokongnya.. Jlebbb.. jlebb.. jlegh..!
Sehingga batang kontolku masuk dalam sekali hingga mentok di kedalaman liang memeknya.
Hingga cairanku lepas tak terkendali ke dalam memeknya.. CRRRTTT.. CRTTTT.. CRRRTT.. CRRRTT.. CRRTTTT..!!

Seluruh bagian dari kontolku menjadi sangat peka.. tanganku seakan menahan goyangannya agar berhenti..
Ughhhh..!! Sungguh aku tak kuat. Ohh.. rasanya nikmaatt sekali..!!

Dan dia berada di atasku selama 1 menit-an.. kontolku mulai melemas ketegangannya.
Tapi masih di dalam bekapan liang hangat memeknya yang kini mulai berkedut-kedut nikmat.

Dia mulai menggoyangkan bokongnya pelan sekali.. seperti tidak ingin kehilangan kenikmatan ini..
"Dhinn.. aku kayaknya laggii..” sambil berbisik dia menggoyangkan bokongnya tambah cepat.

Kontolku masih bisa bertahan agar tidak tidur.. dan dia mulai lagi.. tak kusangka..!
"Lagii.. lagii..!! Aku lagii Dhhhiinn..!! Ooghhh kontolmu.. kontolmu.. kontolmmmmmuu.. Ennnnhakkk..!!”

Wuihhhh..!! Ternyata dari mulut yang cantik itu bisa keluar kata-kata ‘jorok’ dan merangsangku..!!
Bokongnya maju-mundur sangat liar.. ke kanan-kiri.. terus.. terus.. terus..!!
Tangannya mencakar dadaku sampai sakit. Dia orgasme 8 kali..

Hingga akhirnya.. ”Uddhahh.. kasian kamu.. Dhin.. makasih yaaa. Maaf ya.. aku sudah pingin dari dulu..
Tapi kita tidak pernah ketemu seperti tadi. Makasih sudah datang ke sini..”
Katanya sambil berdiri menuju ke kulkas mengambil air putih kemudian menawarkan ke aku.

Dia menuju ke ruang praktiknya dan mengambilkan bajuku.
Lalu dia mandi dan berpakaian rapi kembali.. lain sekali dengan saat dia telanjang bulat..
Sekarang terlihat dia menjadi anggun kembali..

Aku berkunjung ke praktiknya sedikitnya 1 bulan sekali.. untuk melanjutkan kangenku dan kangennya.
Karena kalo terlalu sering, bisa-bisa tetangguku akan curiga.. masa' sakit kok terjadwal..!?
-------ooOoo-------

Aku tidak tau..
Akhirnya aku menjadi ketagihan untuk menjalin hubungan dengan selingkuh ini dengan wanita lain.
Serasa ada semangat dalam hidup ini. Wah.. gawat nih, TEMAN..!!

Suatu ketika.. istriku sakit dan terpaksa aku harus bawa ke dokter. Nahh.. ya terpaksa dokter Diana saja.
Karena istrikulah yang memintanya untuk ke dokter itu saja..!

Aku mendapatkan nomor antrean 30. Itu berarti sekitar jam 19.00an baru dapat giliran masuk ruang periksa.
Aku dan istriku sudah masuk ke ruang tunggu jam 19.00. Wah.. rasanya perutku sakit sekali menahan tegang.

Aku kuatir hubunganku diketahui oleh istriku.
Karena ‘katanya’.. istri punya indra ke-enam yang mampu mengetahui kegiatan suaminya..! !
Percaya atau tidak.. tapi lebih baik waspada.

TIBA GILIRAN KAMI..! ! Masuk.
Dan benar saja.. terlihat sekali, dokter Diana kaget ketika melihatku masuk bersama istriku.

Tapi untungnya dia segera menguasai keadaan dan istriku tidak begitu memperhatikan.
“Ooo.. silakan duduk..! " Ujar dokter Diana.. mencoba membuat suasana tenang.

“Leli..” jawab istriku.. saat dokter Diana menanyakan nama istriku.
Aku sendiri sangat gugup saat duduk dan mulai menceritakan sakit istriku ke dokter Diana.

Beberapakali istriku menambahi dengan keluhan sakitnya.. Diana memperhatikan dengan serius.
Dan sekali-kali melirikku dengan cepat kembali ke pandangan ke istriku.

Istriku lalu dipersilakan menuju ruangan berkorden. –Aku tidak pernah tau untuk apa sebelumnya..–
Yang ternyata untuk pasien wanita. Istriku menutup korden dari dalam dan naik ke dipan..
Kemudian melepas bajunya seperti diperintah oleh dokter Diana.

Sementara itu.. aku di luar bersama dokter Diana.. melihat dan berbisik kepadanya..
”Apa kabar..?" Tanyaku pelan.
"Baik..” bisiknya menjawab.. sambil menahan senyum.. ”Nakal..!” Tambahnya.

Dia lantas menyiapkan sesuatu di mejanya dan menuju ke ruangan berkorden.. aku lalu ditinggal sendiri.
Aku lantas punya ide .. aku ambil kertas kosong dan ballpoin di meja itu, kemudian aku tulis pesan:

AKU KANGEN SAMA KAMU.. MALAM INI .. YA.. SUN SAYANG.. DINO.
Kemudian aku letakkan di mejanya. SREET..! Dia keluar mengambil sesuatu dan kembali lagi.. WAH..!!

Akhirnya, selesai sudah dia memeriksa istriku. Sepulangnya.. aku pura-pura mengambil dompet.
"Waduhh.. Leli, dompetku ketinggalan di kursi di ruang praktiknya dokter itu..”

“Aduuuh.. gimana sih mas..? Kalo duitnya ilangnya gimanaaa..? Cepetan diambil sono..! Cepet ya..!?”
Katanya sambil masuk ke rumah dan menutup pintu.

CIHUYY..!! Aku teriak dalam hati dan berjalan balik ke Dokterku yang cantik..!
Sesampai di sana.. pintu sudah tertutup dan lampu di dalam ruang praktik sudah dimatikan..!!

Waduhh.. jangan-jangan dia tidak membaca pesanku. Gawat nih..! Kataku dalam hati.
Tapi kok aneh.. katanya 24 jam tapi kok dimatikan..? Biasanya tidak begini..! Batinku sambil menganalis.

Akhirnya aku coba menghubungi nomor teleponnya lewat ponselku. Tuuut.. ya.. nyambung..!
Kemudian..” Hallo bisa dibantu..?" Sahut dari sana.. ternyata suaranya.

”Eh.. sudah baca pesan belum..?" Kataku to the point.
"Ehh.. kamu nakal ya. Udah.. pulang sana..! Kasian istrimu itu lhoo..” jawabnya.
Aku jadi ingat istriku.. tapi langsung juga kuingat permainan cintaku dengannya.

"Aku kangen nihh.. aku udah di depan pintumu nih..!”
"O ya..!?” Dia kaget. "Ya ya.. aku bukain..” lanjutnya kemudian.

Tak lama berselang pintu segera terbuka dan aku masuk. Di dalam gelap.
"Ehh.. makasih ya.. kok tumben tutup..?" tanyaku.

“Iya.. aku mau istirahat. Karena besok aku ada acara di Jakarta. Pagi jam 5 harus ke Juanda.
Aku 15 hari di sana.. ada seminar.." ujarnya melas.. minta dikomentari.

"Wahh..” aku pegang wajahnya; pipinya.. hidungnya mulutnya. Aku cium bibirnya.
Aku lumat bibirnya dalam gelap dan tanganku mulai meraba seluruh tubuhnya.

Mulai dari pundak dan pinggul serta bokongnya.. aku lepas kancing bajunya dan aku cium ganas putingnya.
”Agghhmmm.. aku kangenn Dhhiin..” bisiknya agak merintih. "Kamu gak kangen kaann..?” Tanyanya melas.

"Diana.. aku kangennn juga.. aku kan ke sini.. sekarang..”
Jawabku sambil membimbing tubuhnya ke sofa ruang tunggu.

Di dalam ruang tunggu yang agak gelap.. aku cium dengan hangat dan lembut seluruh bagian buah dadanya.
Sambil mampir ke ketiaknya.. harumm meski berkeringat.. lain dengan istriku.. juga harum.. tapi lain..

Aku tetap berbaju lengkap.. tangannya meraba zip celanaku dan membukanya..
Aku bantu hingga akhirnya terlepas.. aku turunkan hingga ke lutut.. lalu Cdku.

Aku tarik tangannya.. kemudian gantian aku duduk di sofa.
Lanyas aku beri tanda agar dia naiki aku dari depan.. seakan dia berhadapan denganku.

Kedua tangannya berpegangan di sandaran sofa. "Ngghhhh.." Slebb.. clebbb.. blesskkk..!
Sambil merem matanya.. dia berangsur-angsur memasukkan batang kontolku ke dalam memeknya.

Aku bantu dengan menarik bokongnya. "Ahhhhhhhhhhgg.. uhhhhh.. ssshh.. Diinn..
Gimana kalau aku ke Jakarta, aku pasti kangehhhennn..”
Dia tetap merem.. dan mulai menggoyangkan bokongnya.. maju mundur.. naik. turun.. terus..!!

"Adddhhh.. Diana.. ennahkk.. kamu merangsang kalau begini..” aku merasa nikmat sekali.
"Oyaa.. Terus..? Hhhh.. sshhh.." dia menyambut dengan goyangan pinggulnya naik turun kiri kanan.

Tiba-tiba.. TIIIIIIT.. TIIIIIT..!! Ponselku bunyi..! Wah..!! Ketika aku lihat di layar.. ternyata nomor Rumahku..!
Istriku rupanya. Segera aku pasang kode ke Diana untuk diam dan ..

”Ya.. sudah.. aku mampir beli kacang nih. Di toko sebelah.. sebentar ya.. hehh.. oya.. 1 saja.. ya..?
Mereknya..? Oke.. daaa..!" Aku tutup ponselku.

Wahhhh.. kembali aku langsung goyang kuat bokongku.. angkat dan turun. Dia menyambut..
”Ouwggh.. truss.. truss.. lagi..!! Truss.. yyyaya.. yyyah..!!” Goyangannya bertambah liar.

Aku kewalahann. Aku perkuat peganganku hingga akhirnya.kepalanya terlempar ke belakang..!!
"Ouwghhh.. Dhhiiinnoo.. aku ngggggakk kuuuatttttthh..! Agghhhh..!!" Dia orgasme.. kuat sekali..!!

Segera putingnya aku gigit lembut untuk menambah kenikmatannya.
"Aahhhhh.. Diiinn.. jangann..! Ohhh.. ennhhakkk .. ya.. aaahhhh..” rintihnya keenakan.

Aku terangsang dengan polahnya.. kedutan kecil membesar cepat sekali..!! Clebb-clebb-clebb-clebb..!
Hingga.. "Heegghhkk..!!" CRRRRT.. CRRTT.. CRRTT.. Crrtt.. crrttt..!! Kuhenyakkan kontolku di memeknya.
Aku keluar.. pejuku muncrat deras menyemprot di dalam memek. Ahhhh.. nikmaaaaaat sekali teman..!!

Langsung aku berdiri, dia berjingkat menuju kamar mandi. Gak enak memang, langsung segera pergi.
Aku berciuman dengan Diana lagi.. mesra.. tanda pamitan dia ke Jakarta besok.

Setelah minum air putih aku pamitan..” Makasih ya.. Dinn..”
Dia katakan itu dengan mesra di sela pintu praktiknya.. kemudian cepat-cepat ditutup pintunya.

Tak lama kemudian aku mampir ke toko sebelah.. untuk membeli kacang dan snack pesanan istriku.
Ahhh.. legaaaaa, temaaannn..!! Kini Perasaanku Plong plong plong..!! F(. )I( .)N
-------------------------------------------------------ooOoo----------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd