Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

---------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------

Cerita 211 – Tak Terduga..

Pipit

Lelaki
bertubuh kecil itu menyelinap diam-diam. Bilik kecil itu gelap, tapi ia sudah hafal sudut-sudutnya.
Tangannya kini meraih handel laci meja dan perlahan menariknya.

Dengan senter kecil, disorotinya selembar kertas dari dalam sebuah map.
Tertulis di atasnya sejumlah nama. Dilipatnya kertas itu dan dimasukkan ke balik jaketnya.

Penyusup..! Kata-kata itu menggema di benaknya.
Ya.. Faiz, lelaki itu.. sadar betul. Ia adalah penyusup.. mata-mata..!

Ia bekerja untuk militer.. mengamat-amati aktivitas rakyat. Ia bahkan tinggal di rumah sebelah pondok.
Dua tahun sudah ia menyusup ke tempat ini, menyamar sebagai santri.

Dua tahun cukup baginya untuk mendapat kepercayaan dari para pengasuh pondok di kawasan terpencil itu.
Karena itu pula.. ia bisa bebas masuk ke sejumlah ruangan yang terlarang bagi banyak santri lainnya.

Sore tadi.. ia bahkan bertugas menyiapkan minuman untuk sebuah pertemuan.
Ia yakin ini pertemuan yang sangat rahasia. Sejumlah pengurus pondok hadir.

Ia juga melihat orang-orang yang tampaknya lama tinggal di hutan, turut hadir.
Orang-orang ini dilihatnya meletakkan senjata-senjata AK-47 di sudut ruangan.

Sambil menyiapkan minuman.. Faiz leluasa mendengarkan pembicaraan mereka.
Sangat jelas baginya, mereka tengah membicarakan rencana penyerbuan ke sebuah pos militer, pekan depan.
Usai pertemuan, mereka semua bergegas pergi.

Faiz sempat mendengar pimpinan pondoknya berpamitan kepada istrinya.
”Kira-kira seminggu kami pergi..” kata lelaki itu.

Seluruh rencana sudah terekam dalam benak Faiz. Tinggal satu yang belum, nama-nama mereka yang hadir.
Daftar hadir di selembar kertas itulah yang kini dikantonginya.

Aku harus segera mengabari markas.. ujarnya dalam hati sambil perlahan beranjak ke luar ruangan.
Namun baru saja memegang handel pintu, mendadak ia mendengar suara rintihan.

Faiz berhenti sejenak. Itu rintihan seorang perempuan. Begitu jelas dan lebih mirip desahan.
Faiz melupakan sejenak rasa cemasnya. Ia berbalik memasuki ruang dalam.

Desahan itu begitu merangsangnya. Ia terus mendekat ke arah sumber suara di salah satu kamar.
Faiz tau pasti.. malam ini cuma seorang perempuan muda yang tinggal di rumah itu.

Perempuan itu, Nurfitri.. istri salah seorang pengasuh pondok.
Faiz biasa memanggilnya dengan Ustazah Pipit.

Pintu kamar Pipit hanya tertutup sehelai kain korden.
Perlahan Faiz menyingkapkan korden itu. Kamar Pipit tak cukup terang.

Tapi kedua mata Faiz yang sejak tadi terbiasa dengan kegelapan dapat melihat dari arah samping..
Sesosok tubuh perempuan tampak duduk di ranjang dengan bersandar di dinding.

Perempuan itu hanya mengenakan daster tipis. Rambutnya yang lebat terurai ke bawah bahu.
Ahhh..!! Seketika ia terpesona. Faiz belum pernah melihat Pipit dalam keadaan seperti itu.

Sehari-hari.. ia hanya bisa melihat sepasang mata Pipit dari celah cadar yang dipakainya.
Pakaiannya pun semacam jubah panjang yang menutupi sekujur tubuhnya.
Meski demikian.. Faiz yakin perempuan itu adalah Pipit.

Sontak saja darah mudanya bergelora saat pertamakali melihat wajah perempuan itu.
Perempuan itu begitu cantik. Hidungnya mancung. Bibirnya tipis.

Faiz makin tegang manakala melihat Pipit tengah meremas-remas kedua payudaranya dari luar daster.
Dari bibirnya yang tipis keluar rintihan. Kepalanya mendongak.

Pipit baru sekitar tiga tahun menikah dan belum punya anak. Suaminya sangat sibuk di luar pondok.
Mungkin karena itu, nafkah batinnya tak sepenuhnya terpuaskan.

Ughhh..!! Faiz melotot. Entah kapan Pipit melakukannya.
Yang jelas.. di depannya terlihat perempuan itu telah mengeluarkan sebelah payudaranya. Cukup besar.
Dalam cahaya remang-remang.. bagian indah itu tampak berkilauan.

Pipit terus meremas dan merintih. Kini ia bahkan menarik-narik putingnya.
Faiz dengan tegang menanti adegan berikutnya..

Saat dilihatnya Pipit menarik bagian bawah dasternya hingga ke pinggang.
Kedua kakinya yang menekuk kini terlihat jelas.

Faiz belum dapat melihat sasaran yang amat dinantinya karena posisinya terhalang kaki Pipit yang indah.
Tapi dilihatnya sebelah tangan Pipit kini menetap di pangkal pahanya.

Rintihan Pipit makin menggairahkan. Di sela rintihannya terdengar ia menyebut nama suaminya.
Tiba-tiba terdengar pintu depan terbuka. Faiz cepat bersembunyi di tempat yang aman.
Suasana ruangan yang remang-remang memudahkan ia menemukan tempat sembunyi yang aman.

"Kak.. Kak Pipit..!” Suara seorang gadis remaja terdengar. Faiz melihat lampu di kamar Pipit menyala terang.
Lalu kepala Pipit menyembul dari balik korden. Ia kini telah mengenakan jilbabnya.

"Ada apa..?" Katanya.
"Pintu depan kok tak dikunci..?"

"Masa’..? Tadi perasaan sudah kukunci. Iyalah, nanti kukunci.."
"Ya sudah.. Kak. Aku balik ke kamar dulu.."
Pipit pun mengantar adiknya keluar. Lalu dikuncinya pintu rumah.

Sepeninggal adiknya, Pipit kembali masuk ke kamarnya.
Faiz pun berjingkat kembali ke tempat pengintaiannya.

Lelaki itu bersorak dalam hati melihat Pipit tak mematikan lampu.
Karena itu, ia kini dapat melihat dengan jelas suasana di dalam kamar.

Pipit masih mengenakan dasternya.. tetapi kini berjilbab.
Perempuan itu menghadapi sebuah kaca yang pantulannya membuat Faz dapat melihat wajah perempuan itu.

Pipit tampaknya belum terpuaskan dengan masturbasinya tadi.
Di depan kaca.. ia mulai kembali meremas payudaranya.

Disampirkannya jilbab hitamnya yang panjang sampai pinggul ke belakang pundaknya.
Dari kaca kini terlihat sepasang gundukan yang montok berlapis daster tipis.

Faiz mengusap pangkal pahanya yang mulai membengkak.
Dilihatnya Pipit meremas-remas kedua payudaranya dengan mata terpejam.
Dari bibirnya mulai terdengar suara merintih.

Entah bagaimana awalnya.. daster Pipit tau-tau sudah melorot ke lantai.
Faiz melotot. Pipit kini terlihat sangat menggairahkan dengan jilbab di kepalanya..
Namun di bagian bawah hanya bra dan celana dalamnya yang tersisa.

Terus.. terus..!! Faiz berharap dalam hati. Dan harapannya terwujud.
Kedua tangan Pipit menekuk ke belakang dan melepaskan pengait bra-nya.

Begitu terlepas.. dilemparnya bra itu ke ranjang. Lalu.. perempuan itu menunduk, melepas celana dalamnya.
Ufhhh..!! Seketika Faiz menahan napas.

Tak pernah terbayangkan olehnya bakal melihat perempuan yang sangat dihormatinya itu..
Kini hanya mengenakan jilbab.. tetapi selebihnya telanjang bulat.

Wow..!! Tubuh Pipit amat sempurna. Putih.. mulus dan sangat proporsional.
Dari cermin di hadapannya.. Faiz bisa melihat sepasang payudara Pipit yang lumayan besar tapi kencang.
Pangkal pahanya nyaris mulus.. karena hanya sedikit bulu tumbuh di situ.

Pipit kembali meremas-remas kedua payudaranya. Kedua putingnya dipilin-pilin dan ditarik-tariknya sendiri.
Sementara dari bibirnya terdengar desahan makin keras diselingi suaranya menyebut nama suaminya.

Tangan kiri Pipit masih sibuk merangsang payudaranya..
Ketika tangan kanannya bergeser turun dan berhenti di pangkal pahanya.

Faiz melihat perempuan muda itu mulai meremas-remas kemaluannya.
Pinggulnya yang bundar bergoyang-goyang perlahan. Pipit kini agak menungging.

Tangan kirinya berpegangan meja rias di depannya. Ia berdiri dengan kedua kaki melebar.
Seketika Faiz melotot melihat dari belakang jemari Pipit bermain di kemaluannya sendiri.

Sangat jelas terlihat.. jari tengah Pipit keluar masuk celah vaginanya.
Desahan Pipit makin keras. Tubuhnya terlihat mengkilap oleh keringat.

Tiba-tiba ia menjatuhkan dirinya ke ranjang dan langsung menelungkup.
Posisi kakinya tepat menghadap Faiz. Karenanya, pandangan Faiz jadi makin jelas.

Ia bisa melihat bagian dalam bibir vagina Pipit yang berwarna pink.. membuka dan mengatup..
saat kini dua jarinya menusuk-nusuk makin cepat dan makin dalam.

Tiba-tiba Pipit membalik lagi. Kini ia berbaring dengan kedua kaki menekuk dan mengangkang luas.
Makin jelas lagi bagi Faiz dapat melihat vagina Pipit yang basah.. dan kedua jarinya yang juga basah..

Click.. clickk.. click.. click.. clickk.. terus keluar masuk dengan begitu cepat di kerapatan liang.
"Ahh.. ahh.. ouhh.. Kakak.. ouhh..” tiba-tiba tubuh Pipit menegang.

Punggungnya melengkung diiringi rintihan panjang.
Tampak ia berusaha menusukkan kedua jarinya sejauh mungkin sampai akhirnya tubuhnya ambruk ke ranjang.
Sesekali terlihat lonjakan-lonjakan kecil.. sisa-sisa terpaan orgasmenya.

Faiz terus memandangi Pipit yang kini terkulai lemas kehabisan tenaga di ranjangnya.
Kakinya lurus.. masih mengangkang luas. Tangannya tergeletak di sisi tubuhnya.

Sekira sepuluh menit kemudian.. Faiz melihat gerakan dada Pipit yang membusung.. makin teratur.
Melihat aksi Pipit tadi.. Faiz yang semula hanya bermaksud mencuri dokumen mulai merancang tindakan lain.

Dipasangnya topeng skinya.. hingga kini hanya kedua matanya yang terlihat.
Dengan jantung berdegub Faiz mengecek apakah Pipit sudah betul-betul tertidur.

Diraihnya saklar lampu di dekat pintu. Ditekannya dan kamar pun gelap gulita.
Ctik.!! Lalu dinyakannya lagi. Dilihatnya Pipit tak bereaksi.

Bagus. sekarang waktunya.. katanya dalam hati sambil mulai berjingkat memasuki kamar.

Faiz kini berdiri di sisi ranjang. Dipandanginya perempuan yang dihormatinya itu sambil tersenyum licik.
Pipit masih tampak anggun dengan jilbabnya yang agak kusut.

Di bagian bawah, sepasang payudaranya yang amat putih dan mulus tampak menantang untuk dijamah.
Kedua putingnya hanya berupa tonjolan kecil berwarna agak gelap dengan wilayah areola yang sempit.

Makin ke bawah.. dilihatnya perut yang rata dan pinggang yang ramping.
Lalu.. sedikit di atas vaginanya adalah bagian yang ditumbuhi sedikit rambut kemaluan.

Di bagian pangkal kedua pahanya yang mulus..
Faiz melihat vagina yang gemuk dengan kulit kemerahan bekas diremas-remas.
Bibir vaginanya tampak rapat.. agak basah.

Faiz meraih bra Pipit dan menciumnya. Diambilnya juga daster Pipit di lantai.
Dengan belatinya, disobeknya daster hijau itu menjadi potongan panjang.

Lalu, perlahan diangkatnya tangan kiri Pipit ke atas kepalanya. Pipit tetap tak bereaksi.
Ia tidur begitu pulas setelah kepuasan yang tadi diperolehnya.

Perempuan itu terus diam saat pergelangan tangan kirinya diikat dengan bra ke kaki ranjang.
Faiz lalu beralih ke tangan kanan Pipit dan berhasil mengikat pergelangannya..
dengan potongan daster ke kaki ranjang pada sisi yang berseberangan.

Faiz puas memandangi hasil kerjanya.
Kedua tangan Pipit yang terangkat membuat payudaranya makin membusung indah.

Faiz kini melepas celananya.. membebaskan penisnya yang sejak tadi telah keras menegang.
Perlahan ia naik ke atas ranjang dan berlutut mengangkangi bagian dada Pipit.
Perempuan itu masih terpejam.

Faiz menyentuh puting kanan Pipit dengan ujung penisnya.
Gesekannya menimbulkan rasa geli yang makin menaikkan gairah mudanya.

Dilakukannya hal yang sama pada puting kiri dan ditekannya..
hingga kini kepala penisnya tenggelam di kekenyalan payudara Pipit.

Faiz berhenti sejenak ketika merasakan kepala penisnya diselimuti kehangatan.
Diperhatikannya perempuan itu mengerutkan dahinya dan mulai menggerakkan kepalanya.

Faiz kini menjepit kedua puting Pipit dengan telunjuk dan ibu jarinya.
Perlahan mulai memilin-milinnya dan menariknya menjauh.

”Auw.. ahh..!” Dari bibir Pipit mulai terdengar rintihan pelan.
Faiz memperkeras jepitannya dan mempercepat frekuensi pilinannya.

"Ouhh.. ngghh.. aduhh.. Ap-apa ini.. aaa.. mmffff..!?” Pipit tiba-tiba membelalakkan matanya..
ketika Faiz dengan gemas menjepit kedua putingnya keras-keras sambil menariknya sejauh mungkin ke atas.

Namun jerit kesakitan dan keterkejutan Pipit langsung terbungkam. Sebab.. saat bibir mungilnya terbuka..
Faiz langsung menyumpalkan celana dalam perempuan itu ke mulutnya sendiri.

Pipit panik dan menendang-nendang.
Ia takut dan malu luar biasa melihat seorang lelaki di atas tubuhnya yang terikat dan telanjang.

"Tak usah teriak kalau tak ingin tetekmu ini kutikam..!” Ancam Faiz dengan suara yang diubahnya.
Pipit merintih kesakitan.

Faiz mencengkeram payudara kirinya dan menekan ujung belatinya vertikal tepat di ujung putingnya.
"Saya akan tarik keluar celana dalam di mulut Ustazah. Tapi janji, Ustazah tak akan berteriak.
Setelah itu, saya akan beri Ustazah pengalaman yang takkan terlupakan. Janji..?" Desis Faiz.

Pipit yang ketakutan langsung menganggukkan kepalanya. Faiz lalu melepaskan sumpal di mulutnya itu.
"Ooh.. jangan.. jangan perkosa saya..” ucap Pipit begitu mulutnya terbebas.

"Tak usah banyak cakap. Sekarang kulum ini! Awas kalau sampai tergigit..!"
”Auw..!” Pipit memekik ketika Faiz menyodorkan penisnya dan langsung memaksa untuk mengulumnya.

Mau tak mau perempuan itu melakukan hal yang tak pernah dilakukannya sebelumnya.
Faiz seperti kesetanan. Kedua tangannya memegangi bagian belakang kepala Pipit yang berjilbab hitam.

Pinggulnya bergerak maju-mundur dengan cepat dan kasar.
Pipit mengerang-erang. Ia ingin muntah dan kesulitan bernapas.

Apalagi Faiz kemudian berhenti dengan ujung penis yang terasa menyumbat kerongkongannya.
Hidung mancung Pipit tenggelam di kerimbunan rambut kemaluan Faiz.

Pipit panik merasakan penis Faiz berdenyut..
Dan sedetik kemudian menyemburkan cairan yang kental, hangat dan beraroma menjijikkan.

Tapi apa daya.. Pipit tak kuasa melakukan apapun kecuali menelan sperma Faiz yang memenuhi rongga mulutnya.
Pipit terisak ketika akhirnya Faiz menarik keluar penisnya yang lemas.
Ia tak sadar Faz merekam close up wajahnya dengan pen cam.. memperlihatkan seputar bibirnya yang bernoda sperma.

Tapi Faiz belum berhenti. Ia kembali menyumpal mulut Ustazah Pipit dengan celana dalamnya sendiri.
Perhatiannya kemudian tertuju pada sepasang payudara Pipit yang putih mulus.

Begitu putihnya, sampai terlihat pembuluh darahnya yang berwarna biru kehijauan di balik kulit payudaranya.
Faz kini dengan lembut meremas-remas gundukan daging kenyal itu.
Sesekali disentuhnya kedua puting Pipit dengan ujung jarinya.

Pipit mulai kembali terdengar merintih. Sesekali terlihat Pipit bergidik. "Mmmfff.. mmmffff..”
Pipit merintih lagi saat lidah Faiz menyapu kedua putingnya berganti-ganti dengan gerakan memutar.

Ujung lidah Faiz pun menyentil-nyentil tonjolan kecil yang mulai mengeras itu.
Lalu dengan gerak agak mengejutkan.. Faiz melahap salahsatu puting Pipit dan menghisapnya seperti bayi yang kehausan.

Pipit sampai mendongakkan kepalanya menahan perasaan persis seperti saat ia masturbasi tadi.
Apalagi kemudian terasa pangkal pahanya diremas-remas.

Faiz masih terus mengisap kedua puting Pipit berganti-ganti..
sambil jari tengahnya menekan klitoris Pipit dengan gerak berputar-putar.

Di tengah ketakutannya.. Pipit sekuat tenaga melawan desakan dari bawah sadarnya..
untuk menikmati perlakuan lelaki yang tengah menindihnya itu. Tapi ia tak kuasa melawannya.

Kerinduannya pada belaian suaminya tergantikan oleh perbuatan lelaki asing ini.
Pipit makin terlena.. saat lidah Faiz menelusuri kulitnya dari celah antara kedua payudaranya..
terus ke pusar dan akhirnya berhenti di pangkal pahanya.

Dari semula mengerang kesakitan.. dari bibir Pipit kini justru keluar rintihan penuh kenikmatan.
Bahkan napasnya makin memburu ketika Faiz menguakkan liang vaginanya lebar-lebar..
Sejenak memandanginya dan kemudian menyapu bagian dalamnya dengan lidah.

Tubuh Pipit menggigil.. tanpa sadar ia mengangkat pinggulnya..
seolah menyodorkan kepada Faiz untuk dijilat habis-habisan. "Nghh.. nghh.. mmmff..!”
Desahan Pipit makin keras terdengar.

Faiz kini menyedot klitorisnya.. seperti yang dilakukannya pada puting perempuan alim itu.
Faiz paham, Pipit segera mencapai orgasmenya.

Tepat sedetik sebelum Pipit meledak dalam kenikmatan, ia berhenti.
Dua jarinya langsung mencubit kuat-kuat klitoris Pipit.

Pada saat bersamaan, sebelah puting Pipit digigitnya agak keras..
sedang puting satunya dijepitnya dengan ibu jari dan telunjuknya, amat kuat.

Pipit yang tengah berada di awang-awang seolah dibanting keras-keras.
Kenikmatan yang hampir sampai puncak.. kembali berganti dengan rasa sakit luar biasa.

Ia pun mengerang panjang tanda kesakitan.. sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Di ujung puting yang dijepit terlihat setitik darah.

Pipit masih kesakitan ketika akhirnya Faiz menempatkan dirinya di antara kedua pahanya.
Slebbb..!! Kembali rintih kesakitan terdengar dari bibir Pipit.

Blessekkk..!! Penis Faiz tanpa ampun langsung menerobos vagina Pipit sedalam-dalamnya.
Kalau saja mulutnya tidak tersumpal.. ia pasti sudah menjerit sejadi-jadinya.

Vaginanya yang jarang dimasuki oleh suaminya masih terlalu rapat untuk ukuran penis Faiz yang besar.
Pipit sudah terlalu lelah untuk melawan. Kedua kakinya hanya mampu menendang-nendang lemah ke udara.

Sementara Faiz seperti kesetanan terus menghujamkan penisnya ke vagina perempuan idamannya itu.
Clebb.. crebb.. crebb.. clebb..clebb..crebb..crebb..clebb..clebb..crebb..!! "Eungghh.. ngghh.. mmmff..!”

Pipit hanya bisa merintih panjang saat Faiz menyedot kuat-kuat putingnya yang berdarah.
Sementara puting satunya pun dipilin dan dijepit kuat-kuat hingga menitik darah di pucuknya.
Lalu, puting yang satu inipun mendapat gilirannya, disedot kuat-kuat.

Dari kedua mata indah Pipit menetes air bening. Tubuhnya terguncang hebat..
Ketika Faiz akhirnya mencengkeram kedua payudaranya sampai ke pangkal..
kemudian menjadikannya seperti tali kekang kuda.

Sementara ia terus mendorong penisnya keluar masuk vagina dengan cepat dan kasar.
"Aaaagghhhhh..!!” Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..!! Terdengar suara Faiz agak keras..

Saat akhirnya testisnya menumpahkan muatannya lewat batang penisnya.
Dengan deras dan kencang menyemprot langsung memenuhi rongga vagina Pipit.

Pipit merasa vaginanya amat pedih. Maka.. semburan sperma Faiz yang panas pun membuatnya makin tersiksa.
Pandangan matanya berkunang-kunang.
Napasnya tersengal-sengal, apalagi tubuh Faiz yang berat masih menindihnya.

Perlahan Pipit merasakan penis Faiz mengecil dan akhirnya lelaki itu bangkit.
Faiz kemudian menarik kain jilbab Pipit dan mengelap penisnya yang berlumur sperma dengan kain itu.

"Aku akan melepas ikatanmu.. tapi jangan coba-coba bertindak bodoh..” bisik Faiz mengancam. "Mengerti..!?"
Lanjutnya sambil mencengkeram payudara kiri Pipit. Perempuan itu mengangguk.

Faiz pun langsung melepaskan ikatan di tangan Pipit dan menarik keluar celana dalam yang menyumpal mulutnya.
Begitu ikatan terlepas.. Pipit langsung membenahi jilbabnya yang panjang untuk menutupi tubuhnya.

Faiz membiarkannya. Namun ia kemudian menyuruh wanita itu bangkit dan menggiringnya ke kamar mandi.
Di kamar mandi, Faiz menyuruh Pipit membuka jilbabnya. Pipit menolak..

Tetapi akibatnya Faiz mencengkeram sebelah payudara yang tertutup jilbabnya..
sambil menempelkan belatinya ke pipi perempuan itu.

Akhirnya, sambil terisak.. Pipit melepas juga jilbabnya. Faiz terpana.
Pipit yang kini telanjang bulat itu tampak makin menggairahkan.

Rambutnya yang panjang digulung hingga menampakkan leher yang jenjang.
Kulit Pipit begitu putih. Di bagian dalam kedua pahanya yang mulus tampak mengalir spermanya.

"Mandi..!" Perintah Faiz. Kali ini.. tanpa diperintah duakali, Pipit langsung mandi.
Ia memang segera ingin membersihkan seluruh tubuh, terutama kemaluannya.
Tapi ia merasa malu luar biasa. Bahkan, suaminya pun tak pernah melihatnya dalam kondisi seperti ini.

Di luar dugaan Pipit, Faiz pun membuka seluruh pakaiannya, kecuali topeng skinya.
Disuruhnya Pipit menyabuni penisnya.

Sementara Faiz sendiri mulai menyabuni kedua payudara Pipit sambil menarik-narik putingnya.
Pipit merintih ketika Faiz menyabuni selangkangannya. Apalagi, dua jari Faiz memaksa masuk ke situ.

Usai mandi, Pipit agak lega karena Faiz menyuruhnya berpakaian, bahkan lengkap dengan jilbab dan cadarnya.
Melihat Pipit kembali dalam keadaan yang biasa dilihatnya sehari-hari, Faiz makin bergairah.

Didorongnya perempuan itu merapat ke dinding. Diremasnya kuat-kuat kedua payudara Pipit dari luar busananya.
Tangan Faiz pun bergerak turun dan mencengkeram pangkal paha Pipit dari luar jubah hitamnya.

"Ohhh.. sudah.. jangan lakukan lagi..”
Pipit mengiba-iba ketika Faiz memutar tubuhnya hingga kini ia menghadap dinding.

Dari belakang, Faiz masih meremas-remas kedua payudara dan pangkal pahanya.
Pipit merasakan kedua kakinya direnggangkan.. lalu jubahnya diangkat ke atas.

Pipit terisak.. tangan Faiz kini berada di balik jubahnya dan langsung meremas lagi kedua payudaranya.
Kali ini, bahkan mendorong ke atas branya..
hingga sepasang buah dadanya keluar dan langsung digenggam kedua tangan besar Faiz.

Faiz seperti tergila-gila dengan payudara perempuan itu.
Tak bosan-bosannya ia meremas, mencengkeram, menarik dan memelintir putingnya.

Pipit kini menangis dan sesekali memekik ketika ulah Faiz menyakiti bukit payudaranya.
"Oooh.. tidak.. tidak.. jangan lagi..” Rintih Pipit ketika merasakan tangan Faiz menyelinap ke balik celana dalamnya..
Mempermainkan vaginanya seperti bocah bermain tanah liat.

Sesekali Pipit memekik karena Faiz dengan nakal menarik rambut kemaluannya yang tak seberapa banyak.
Tubuh perempuan bercadar itu gemetar. Ia merasakan bagian belakang celana dalamnya disingkapkan.

Lalu.. ada tangan yang menarik dua gundukan pantatnya ke arah berlawanan. Slebb.. Jlebb..!!
"Aaakkhhh..” Pipit mengerang. Vaginanya sekali lagi diterobos penis Faiz yang seolah tak pernah puas.

Disetubuhi dari belakang membuat Pipit sangat tersiksa. Apalagi.. kali ini Faiz lama sekali tak juga selesai.
Sebelah kaki Pipit kini diangkat lelaki itu..
Dan Faiz terus menyarangkan penisnya ke segala arah di dalam vagina perempuan cantik itu.

Tubuh Pipit terus tergoncang-goncang dan akhirnya ia terjatuh dalam posisi merangkak.
Hebatnya.. penis Faiz masih tetap menancap di dalam liang vaginanya.

Pemandangan di dalam kamar itu sungguh luar biasa.
Seorang perempuan dengan jilbab.. cadar dan jubah serba hitam.. merapatkan pipinya di lantai..
Sementara pinggulnya yang terbuka mendongak ke atas.

Di belakangnya.. lelaki bugil tengah menyetubuhinya. Faiz tampaknya hampir selesai.
Ia menggerakkan pinggulnya seperti kesetanan.. sedang tangannya mencengkeram keras pantat Pipit yang besar.
Pipit menahan sakit dengan menggigit bibirnya sendiri sampai berdarah.

Jleghh..! "Aaarrrgghhhhh..!" Crett.. crett... crtett.. crett.. crett..!!
Faiz mengerang keras sambil mendorong penisnya sejauh mungkin ke dalam liang vagina Pipit.

Setelah sekiankali.. spermanya masih tetap tersembur.. menyakiti bagian dalam vagina Pipit yang terluka.
Pipit pun memekik kesakitan dan tubuhnya ambruk.. hingga kini ia masih telungkup ditindih Faiz.
Pemerkosa dan korbannya itu sama-sama terengah-engah.

Pipit merasakan penis Faiz di dalam vaginanya perlahan menciut..
Hingga kini tinggal bagian kepalanya yang terjepit vaginanya.

Akhirnya Pipit merasakan penis Faiz yang kini lemas.. terlepas dari vaginanya..
Bersamaan dengan mengalirnya sperma Faiz dari dalam vaginanya.

TIba-tiba Faiz membalikkan tubuhnya. Kini Pipit terbaring telentang dan Faiz pun sudah mengangkangi wajahnya..
setelah sebelumnya menyingkapkan cadar hitamnya.

Pipit memalingkan wajahnya saat melihat penis Faiz yang mengkerut.. betul-betul basah kuyup oleh cairan kental.
"Bersihkan dengan lidah..!" Perintah Faiz. Pipit tak bisa menolak.
Apalagi belati Faz diacungkan di depan wajahnya. Sambil menahan mual.. dijilatinya penis Faz sampai bersih.

Faiz kemudian menutup kembali wajah perempuan itu dengan cadar. Faiz beringsut mundur.
Dijumputnya kain jubah di bagian dada Pipit dan dengan belatinya disobeknya bagian itu.
Akibatnya, sepasang payudara Pipit terbuka, tepat di bagian putingnya.

"Oke.. aku sudah selesai. Kamu tak akan ceritakan ini pada siapapun bukan..?
Tak ada orang akan percaya dan kamu akan malu sendiri..” kata Faiz sambil memilin-milin puting Pipit.

"Disamping itu, aku akan datang lagi kapanpun aku ingin bercinta denganmu.
Kamu akan menerimaku dengan kehangatan bukan..? Katakan ya dan aku akan segera pergi..”
Kata Faiz sambil menjepit kedua puting Pipit agak keras. "Aduh.. aduh.. ya.. iyaa..” Pipit cepat-cepat menjawab.

Faiz tersenyum dan langsung bangkit.. mengenakan pakaiannya kembali dan pergi meninggalkan korbannya.
Pipit masih meringkuk di lantai.. terisak-isak menyesali nasibnya. -end- (. ) ( .)
---------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------------
 
:beer: melaM dooG
eperibadi..

Noh.. di atas Nubi posting Cerita 211..
Sialkan dikenyot.. nyott.. :nenen:
 
--------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------

Cerita 212 – SATuan PenikmAt Memek

Kisah Dua Pembalasan untuk Tetangga Resek..!!

Sejak aku berhubungan
dengan Heny.. kehidupanku menjadi berubah.
Baik dari segi seks maupun dari segi ekonomi. Untuk kebutuhan seks.. Heny meminta jatah 2 kali dalam seminggu.

Sedangkan untuk masalah uang.. gajiku dobel dan itu tidak diketahui oleh istriku..
sehingga aku bisa menggunakanya sesuka hatiku.

Hehehe.. sangat enak rasanya mempunyai uang lebih.. gumamku dalam hati menikmati apa yang aku dapatkan.
Di awal bulan seperti biasanya aku mengirimkan 60% gajiku sebagai sekuriti kepada istriku..
Ya.. tetap seperti biasanya agar tidak menimbulkan curiga.

Tetapi entah mengapa.. perbedaan yang aku tutup-tutupi itu terlihat oleh Yanti..
istri Ratno.. yang merupakan tetanggaku di kampung.

Tanpa kusangka.. Ratno memberitaukan kepada istriku bahwa aku jarang masuk kerja.. tetapi banyak uang.
Karena.. biasanya di akhir bulan aku selalu meminjam uang kepadanya.

Istriku sempat menanyakan itu dan curiga..
tetapi aku bisa menjelaskanya.. sehingga semuanya tetap berjalan normal.

Walaupun begitu.. aku jadi sangat membenci Ratno.. karena dia mencampuri urusanku dengan keluarga –istriku..–
Dan dalam hatiku aku ingin membalasnya. Bagaimana caranya.. aku belum tau dan masih memikirkanya.
-------ooOoo-------

Namun.. entah mengapa Tuhan.. eh, Iblis sangat berbaik hati kepadaku.
Saat itu aku sedang santai di kamar.. karena aku sedang libur..

Tanpa permisi.. tanpa kulonuwun.. tiba-tiba tanpa mengetuk pintu Yanti bertamu ke kamarku.
Aku sempat salah tingkah dibuatnya karena aku hanya mengenakan CD saja.
Ditambah lagi aku sedang memutar sebuah film bokep karena niatku memang mau coli.

‘Iiihhh.. Mas Yudho kok gitu sih..!?” Tanya Yanti spontan.
“Mmmm.. sori, lagian kenapa kamu tidak mengetuk pintu dulu..!?”
Tanyaku sambil mengambil sarung dan memakainya.

‘I.iya maaf Mas, aku yang salah..!” Jawabnya sambil duduk di atas kasur.
“Kamu kenapa.. tumben pagi-pagi sudah kusut begitu..!?” Tanyaku.

Akhirnya kami berbincang. Dan dari situ aku tau bahwa Ratno dan Yanti sedang marahan..
Yang disebabkan karena Ratno mengigau dan menyebut-nyebut nama Rina dalam tidurnya.

Aku yang belum pernah seakrab ini dengan Yanti merasa canggung.. lebih-lebih jika urusannya dengan orang ketiga.
Jadi aku mengalir aja.. menasehatinya dan memintanya untuk bersabar, tetapi ujung-ujungnya tetap menggigit.

“Jangan dulu mikirin cerai Mbak, mengalir aja..!!” Kataku menasehati.
”Tapi Mas Ratno selingkuh, Mas..!!?” Kata Yanti sambil terisak dan menangis.
“Ya udah.. kamu selingkuh aja biar impas..!” Kataku keceplosan. Yanti mendadak diam.

Duh.. aku menyesal juga telah mengatakan ‘selingkuh aja’ dan hanya bisa diam menunggu bagaimana responnya.
Tanpa kusadari.. layar TVku masih memutarkan adegan-adegan film bokep..
Dan itu jelas dilihat juga oleh Yanti yang sepertinya mulai larut dalam hipnotis Maria Ozawa.

Matanya tak berkedip seakan menghayati..
atau bahkan membayangkan kalau Dia adalah Miyabi yang sedang dientot 2 pria.

”Mmm.. ssssshhhh..” lirih kudengar suara desis dari mulut Yanti..
Terlihat tangannya meremas sprei dengan nafas tidak teratur.

Mendadak kontolku menegang makin kuat.. hingga kurasakan Palkonku keluar dari CD.
Nafsuku bergelora ingin mendekap Yanti dari belakang dan mulai mencumbunya.
Tetapi aku takut jika Yanti menolakku atau bahkan melaporkan pada suaminya.

Tetapi setan dengan cerdasnya berbisik bahwa ini kamarku dan dialah yang menghampirimu.
Jadi ini rejeki kontolku..!! Hehehe.. pikirku membenarkan tindakan yang akan kulakukan.

Akupun terbujuk bisikan itu.. atau mungkin memang sudah sehati.. alias sama-sama setan.
Pelan-pelan aku melepaskan sarungku.. memelorotkan CD-ku dan berbugil ria di depannya.

“Lihat yang asli aja.. lebih enak dan pasti bisa dinikmati..!!” Kataku mengejutkanya.
‘E-eehhh.. apaan kamu mas Yud.. jangan macam-macam, atau aku akan berteriak..!?” Ancamnya.

“Yanti.. saaayaaang.. ngapain kamu pura-pura marah..? Lagian gak ada salahnya kamu selingkuh denganku.
Suamimu kan sudah mengkhianatimu.. aku lebih tampan.. dan aku yakin punya suamimu tidak sebesar ini..!!”
Bujukku sambil menggenggam dan mengocok kontolku di depannya.

”Jangan gila kamu mas Yud..!!” Katanya sambil berjalan menuju pintu.
Aku langsung menghentikan langkahnya dengan mendekapnya dari belakang..

Kemudian secepat kilat melemparnya ke tempat tidur.
Buru-buru aku mengunci pintu kamarku dan mengubah AV ke TV dengan volume keras.

Anehnya Yanti tidak mencoba berlari atau berteriak..
Melainkan hanya diam menatapku dengan tubuh terlentang, seperti pasrah.

Aku pun lantas mendekatinya dan berbaring di sebelahnya.. tidak ada kata yang terucap..
Kami hanya beradu pandang untuk beberapa saat. Aku beranikan diri untuk meraba pahanya.

Perlahan naik-turun setengah menggelitik.
Dan belum usai pancinganku.. mendadak Yanti menarikku ke arahnya.

”Emuah.. Emuah.. Emuah.. Emuah..!!”
Kamipun berciuman hebat.. saling mengisap dan melumat bibir dengan tangan mulai meraba.
”Hemmmmm..” halus tangannya kurasakan mulai menggenggam dan mengurut kontolku dengan agak gemetar.

Tak mau kalah.. aku langsung menyelipkan tanganku dari bawah dasternya..
Mengelus pahanya kemudian bergerilya menuju gundukan memeknya yang masih tertutup CD hitam.

‘Gede banget mas Yud.. apa muat..?” Tanya Yanti lugu.
“Ssshhh.. mmmmuat-laaahh.. bayi aja muat..!” Kataku asal.

”Sakit dong..!?” Katanya masih agak gemetar.
“Udah.. rasakan dulu.. ntar kalau sakit gak usah dilanjut..!” Kataku menenangkannya.

Aku langsung menindih Yanti.. menyelipkan kontolku di pangkal pahanya..
Lalu kembali menciumi bibirnya, lehernya serta mengisapnya.
Sementara kedua tanganku tak henti-hentinya meremas dan memainkan kedua toketnya.

Seperti tak puas dengan cumbuanku.. buru-buru Yanti melepaskan CDnya..
Lantas dia menjepit kontolku kuat-kuat sambil melingkarkan kakinya di pinggangku.

”Aahh.. aahh,.. aa.. aahh.. ah.. ah.. ah.. ah.. ah.. ough.. ohh.. aahhh.. hh.. hh..!”
Yanti tak henti-hentinya mengerang dan mendesah..
dengan tangan menjambak rambutku serta paha menggesek-gesek kontolku.

Terus dan terus.. kami terus bercumbu layaknya orang bergulat.. kami berguling berganti posisi menindih dan ditindih.
Hingga akhirnya kamipun berposisi 69 dan saling mengisap dahsyat.. hingga terasa ngilu di ujung kontolku.

“Enak banget kocokan kamu, hemmmm..!” Pujiku merasakan sepongan mulutnya.
‘Mmff..mmff.. hhaku.. hemesss.. hangett.. Mas..hhff..” katanya sambl mengoral palkonku.

Lalu ia keluarkan dari mulutnya. ”Ingin sekali aku menggigitnya..!” Katanya lagi, sambil membelai jembutku.
Tidak sampai di situ.. kurasakan lidah hangatnya menyapu selangkanganku hingga ke lipatan pantatku.
Semuanya dilakukanya penuh nafsu.

Tak mau kalah dengannya.. akupun ikut-ikutan menjadi phsycosex dengan menjilati dalam memek beceknya..
maju-mundur keluar masuk dengan cepat.. sambil menggelitik dan menekan-nekan anusnya dengan ujung jariku.

Belum apa-apa kami sudah bermandikan keringat, mungkin karena kami terlalu bersemangat untuk memburu nikmat.
”Hemmmmm..”
”Auwwww..”
”Oooohhh..!”
”Aaaahhh..”
Ahh.. ah.. hh..!”
”Ah.. Aaahhh..!”
Desahan dan jeritan kami saling beriringan memenuhi ruangan.. selaras dengan nafsu kami yang sama-sama menggebu.

”Oouuhh..!” Aku mendesah tertahan.. saat kurasakan kontolku dipaksakan masuk seluruhnya di dalam mulutnya.
”Hhemm..” Palkonku merasakan aliran nafasnya mengalir dari sisi-sisi rongga mulutnya.

Cukup sudah pemanasannya.
Sekarang waktunya menancapkan peluru torpedoku ke dalam memeknya
. Gumamku dalam hati.

Sleepp.. Blesshh.. Sepp.. seluruh kontolku kubenamkan ke dalam memeknya.
Walau harus kuakui pada awalnya begitu sulit.. namun karena sudah sangat berlendir dan licin.. akhirnya masuk juga.

”Oughh..!! Aahh..!!” Lagi-lagi Yanti mendesah panjang.. merasakan kehadiran kontolku di dalam memeknya.
Untuk sejenak aku menunggu adaptasi memeknya agar tidak membuat Yanti kesakitan karena sesak.

‘Mmmm.. mmmmaasssss.. auuww.. sakit nih..!” Rengeknya.
“Sebentar lagi juga enak.. pelan-pelan aja..!” Bisikku lirih.

Sedikit demi sedikit aku terus menekan dan menariknya.. terus dan terus.
Hingga akhirnya lepitan hangat rapat memeknya terbiasa dengan batang kontolku.

Hemmmm.. dengan posisi doggy style dapat kulihat bagaimana lubang anus Yanti begitu bersih terawat.
Dan iseng-iseng akupun meneteskan ludahku tepat di anusnya.. kemudian disusul oleh jari tengahku.

”Sssakiiiiiiiiiiiitttt.. aaaammmpuuuunnnn Massssssssssssss..!!” Kata Yanti menahan perih.
“Tahan sayaaaaaaangggg..!!” Bisikku sambil menciumi lehernya.

Dengan posisinya yang tertelungkup..
Aku pun terpaksa mengikutinya dengan gaya push-up dan terus menggenjot goyanganku.

Plak.. Plakkk.. Plakk..!! Di saat Yanti terhanyut oleh rangsangan dan gelitikan batang kontolku di memeknya..
aku kembali menusukkan jariku ke anusnya. Crepp..!!

Hemmmm.. sangat sempit rupanya.. tidak mungkin aku bisa meng-anal-nya dengan kontolku.
Gumamku dalam hati.

”Aduuuhh.. Periiiiiiihhhh..!!” Jeritnya merasakan sakit di anusnya..! Tetapi itu tidak bertahan lama.
Dengan bantuan sedikit lotion.. Yanti mulai menikmati sensasi yang aku beri.

Aku semakin bersemangat saat terdengar suara lirihnya mendesis penuh kenikmatan.
Aku semakin menggenjotnya dan lebih dalam.

Ooooohhh.. hampir setengah jam lebih aku terus mengobok-obok memeknya.. dengan berbagai gaya dan posisi.
Bahkan karena terlalu lama menyemprot.. aku sempat berfikir:
Apakah spermaku sudah habis disedot Heny semalam ya..?

Karena lelah akupun meminta Yanti untuk WOT dan membebaskan gaya goyangannya suka-sukanya aja.
”Aauw.. auw.. aaaauuuuuuuhhh..!”
Desahan yanti semakin liar saja.. seliar goyang pantatnya yang memutar-mutar.

Mendapat perlakuan tersebut.. aku pasrah aja menikmati geolannya..
Sambil meremas dan memainkan toketnya yang menggantung dengan ukuran bigsize.

Dan benar saja.. dalam hitungan menit akhirnya aku tidak mampu menahan laju spermaku..
Hingga akhirnya.. jleghh..!! Kuhentakkan pinggulku ke atas.. sekuatnya.. menunjang kontolku di memeknya.

Crot.. Croott.. Crot.. Crot.. Crroottt..!! Kontolku bendenyut menumpahkan sperma ke dalam memeknya.
Spontan Yanti terkejut dan memprotes aku.. karena spermaku membanjiri memeknya.

Sementara posisinya sekarang sedang 'marahan' dengan suaminya.. bahkan ada rencana untuk cerai.
Itu membuatnya sangat ketakutan kalau-kalau nantinya dia hamil.
Aku coba menenangkanya dengan mengatakan bahwa aku akan bertanggungjawab jika dia hamil.

Entah terpaksa atau karena lega..
Yanti langsung bereaksi dengan mencium leher dan mengisap dadaku hingga berwarna merah kehitaman.

‘Mmmm.. bener ya Mas akan tanggungjawab..!” Kata Yanti menegaskan.
“Iiya sayaaaanggg.. jangan pikirkan itu. Aku pasti memenuhinya..” jawabku menenangkannya.

Selesai berbenah.. kami sempatkan untuk mandi bersama dan menyabuni seluruh bagian di tubuhnya.
Kami kembali bercumbu.. dan sudah dapat ditebak.
Hingga menjelang senja kami ber-ML-ria sampai 2 kali seperti layaknya orang berbulan madu.

Selama 2 minggu kami selalu menyempatkan untuk ML setiap hari. Bahkan sempat hampir ketahuan bapak kost.
Untung orangnya sudah tua.. jadi penglihatanya kurang.

Entah apa yang terjadi diantara mereka, Yanti memutuskan untuk pulang ke rumah Ortunya, alias pisah ranjang.
Hal itu aku manfaatkan untuk berpindah kost.

Karena sebelumnya Yanti melarangku berpindah kost..
Mungkin dan sangat bisa ia takut jika aku tidak memenuhi janjiku menikahinya jika hamil. Hehehe..

CONTICROT..!!
--------------------------------------------------------ooOoo-------------------------------------------------
 
Bimabet
Cerita 212..yang kisah 1 ada di thread sebelah (kompilasi from office) ya suhu?
Makasih updatenya suhu..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd