--------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------
Cerita 202 – ‘Jangan Nolak Rezeki..!!’ [Part 3]
[Part 3] – "Cuma Seks, kok..!"
Lima tahun sudah perpisahanku dengan bu Rina.
Kami tidak pernah berkomunikasi, tidak ada kabar sedikitpun.
Mungkin ia sengaja demikian.. dan aku juga tidak mencari jejaknya.
Karena hanya akan membuat perasaanku sakit.
Yah.. setelah 5 tahun berpisah.. perasaanku terhadap Bu Rina tidak hilang.
Sehingga selama lima tahun ini juga aku tidak berhubungan khusus atau pacaran.
Aku bisa menahan perasaan.. tetapi tidak dengan birahiku.
Kebiasaanku berhubungan badan dengan Bu Rina.. rupanya telah menjadi candu..
Yang tentu saja menagih dan selalu ingin terpuaskan.
Mungkin selama enam bulan syahwatku bisa tertahan..
Namun lambat laun birahiku berontak minta dilampiaskan.
Akhirnya WTS-lah yang menjadi sasaran pemuas birahiku..
Tidak perlu hubungan khusus atau perasaan.. asal ada uang birahi pun terpuaskan.
Sudut-sudut kota Bandung sudah kujelajahi untuk memuaskan birahiku.
Mulai dari Saritem yang terkenal, Tegalega.. stasiun KA.. sampai ke gang-gang yang kumuh.
Aku sudah hapal betul tempat-tempat yang aman untuk memuaskan birahi.
Mulai yang kurus sampai yang gendut seperti gajah..
Mulai ABG anak SMA sampai nenek-nenek yang banyak kriputnya.
Mulai yang tarif 2 juta sampai yang 50 ribu telah aku coba.
Namun tak ada satu pun yang seindah Ibu Rina.
Umurku sekarang sudah 29.. usia yang sudah layak untuk berumah tangga.
Keluargaku selalu mendorongku untuk menikah.. karena umurku yang sudah cukup..
Ditambah pekerjaanku yang sudah tetap dengan penghasilan yang lumayan.
Beberapakali mereka mencoba mencarikan calon istri buatku namun aku selalu menolak.
Bukan karena kurang cantik atau kurang apapun..
Tapi aku memang tidak bisa menikah tanpa adanya perasaan.
Hingga suatu momen.. ketika reuni akbar di sekolahku dulu.. aku bertemu dengan seorang wanita.
Risna namanya. Dia adik kelasku beda 2 angkatan.
Aku dulu memang akrab dengan dia.. bahkan dekat sekali.
Tapi selama itu.. aku hanya menganggap dia tak lebih sebagai adik.
Dari acara reuni itu, kami saling tukar nomor telepon.. kami pun lebih sering berhubungan.
Sebenarnya dari dulu aku mengetahui kalau Risna memendam perasaan kepadaku.
Namun karena waktu itu aku hanya konsentrasi sekolah..
Maka aku selalu mengabaikan hal-hal yang seperti itu.
Risna belum menikah.. bahkan dari pengakuannya dia belum pernah pacaran sama sekali.
Mungkin terasa aneh ketika wanita umur 27 tahun belum pernah pacaran, tapi itulah dia.
Setelah lulus SMA dulu dia tidak melanjutkan kuliah.. tapi lebih memilih langsung bekerja..
untuk mengobati sakit bapaknya dan membiayai sekolah dua adiknya.
Dua tahun yang lalu bapaknya meninggal karena sakit. Dan sekarang adik-adiknya sudah pada lulus sekolah.
Mungkin sudah saatnya dia untuk mencari pasangan hidup, Nmun sialnya justru akulah yang menjadi 'sasarannya'.
Awalnya aku menolak.. karena dari dulu aku selalu menganggapnya adik.. namun akhirnya aku bersedia juga menikahinya.
Rasa sayang ada.. namun tidak dengan cinta. Yah.. memang sudah saatnya aku nikah.
Daripada aku selalu jajan untuk memuaskan birahiku.. lebih baik aku nikah.
Dua bulan setelah reuni.. kami melaksanakan pernikahan.
Pernikahan yang ala kadarnya.. tanpa pesta yang mewah karena tanpa ada persiapan.
Setelah menikah, aku tinggal di rumah orangtua Risna.
Aku sebenarnya menginginkan tinggal berpisah, namun Risna menolaknya.
Kedua adik Risna sekarang sudah bekerja di Batam dan Jakarta..
Makanya Risna tetap menginginkan tinggal di situ untuk menemani ibunya.
Setelah tiga bulan menikah.. suatu hal yang aneh terjadi.
Waktu itu hari Sabtu.. hari libur bagiku. Karena aku hanya kerja dari Senin sampai Jumat.
Tetapi tidak dengan istriku Risna.. yang bekerja di pabrik garment.
Pagi itu.. setelah istriku pergi aku hanya menghabiskan waktu luangku di kamar..
Sambil mendengarkan musik dan tiduran.. aku bersantai di rumah.
“Libur ya A’..?” Tanpa kusadari.. mertuaku sudah ada di pintu kamar yang memang tidak tertutup.
Risna anak pertama.. sehingga di keluarga dipanggil Teteh.. makanya aku juga ikutan dipanggil Aa.
“Oh, iya.. mah..” aku sedikit kaget.
“Tetehnya dah pergi..?”
“Udah, mah.. barusan aja.”
“Oh.. mamah tadi habis senam.. ngerumpi dulu sih sama ibu-ibu.. jadi gak tau perginya.." ujar ibu mertuaku.
"Aa' hari ini gak ke mana-mana..?” Lanjut ibu mertuaku lagi.
“Nggak, mah.. emang ada apa ya..?” Tanyaku.
“Ah, nggak.. cuma mau ngobrol aja..” tiba-tiba mertuaku masuk dan duduk di kasur di sebelahku.
“Aa kapan atuh mau ngasih mamah cucu..? Mamah kan sudah pengen ngegendong cucu nih..” lanjutnya.
“Belum dikasih aja, mah.. kami juga sedang berusaha kok.”
“Mainnya kurang benar kali, A’..!”
“Main apanya sih, mah..?”
Aku sudah tau kalau mertuaku sudah menjurus ke seks.. tapi aku pura-pura tidak tau arah pembicaraannya.
“Coba mamah lihat.. apa Aa mainnya sudah benar apa belum..?”
Aku kaget saat tiba-tiba mertuaku berdiri dan membuka bajunya sampai bugil.
Mertuaku umurnya sekitar 50 tahunan..
Badannya sudah melar namun tak nampak lemak yang bergelambir.
Meski melar.. tubuhnya terlihat masih pada kencang.. mungkin karena rajin senam.
“Ayo donk, A’..” dia meminta lagi.
“Ah, nggak, mah. Ntar Risna gimana..?”
Meski penisku sudah menegang melihat mertuaku telanjang, aku coba untuk menolaknya.
Bagaimanapun aku sudah berjanji pada diriku sendiri tidak akan mengkhianati Risna.
“Udah. Teteh mah gak usah dimalahin. Tenang aja A..!”
Melihatku hanya melongo.. mertuaku langsung membuka celanaku..
Kemudian langsung mengulum penisku yang sudah menegang.
“Udah, mah, jangan..!” Mulutku berucap menolak.. namun tidak dengan penisku.
Kuluman mertuaku begitu nikmat terasa.. lebih nikmat daripada kuluman Risna, istriku.
Mungkin karena lebih berpengalaman.
Aku pun segera terhanyut dalam kuluman ibu mertuaku. Tak ada niat lagi untuk menolak atau berontak.
Lidah ibu mertuaku lincah megenai titik sensitifku. “Gantian ya, A..”
Tanpa memberi kesempatan menjawab.. ibu mertuaku langsung naik ke atas tubuhku..
Kemudian menindih wajahku dengan selangkangannya. Vaginanya langsung menghujam wajahku.
Namun tidak seperti yang kubayangkan.. ternyata vaginanya tidak terlalu bau.
Bahkan nyaris tak berbau. Hanya aroma daun sirih yang kucium.
Dibandingkan dengan ibu mertuaku ini.. vagina Risna istriku ternyata lebih bau.
Sekali lagi.. pengalaman yang membedakan.
Lidahku pun bergoyang di vagina ibu mertuaku.
Saat klitorisnya kumainkan.. terdengar desahan nikmat darinya. “Hmm.. pintar juga nih Aa..”
Beberapa saat kemudian Ibu mertuaku turun dari atas wajahku.
“Kalau punya Teteh suka dijilatin juga gak A..?” Lanjutnya bertanya.
“Gak pernah. Risna gak mau, mah..” Duh, kepikiran lagi istriku, Risna. Maafkan Aa ya.
Mungkin mamahmu ini sudah edan. Sudah dua tahun gak ngerasain.. makanya jadi haus banget.
Tapi tidak bisa kupungkiri juga, dia memang hot.
Aku lebih horny dengan mamah kamu dibanding kamu.. ucapku dalam hati.
“Yuk.. sekarang masukin punya Aa ke mamah..” mertuaku langsung berbaring mengangkang.
Kali ini aku tak berpikir panjang.. kuhujamkan penisku yang sudah mengeras ke vagina ibu mertuaku.
Perlahan-lahan kukocok dan dengan berirama kocokanku kian cepat.
“Hmm.. sudah bagus ritmenya A'. Terus. Terus, A'..!” Rintihnya meluapkan nikmat birahi.
Tak lama kemudian nampaknya ibu mertuaku mencapai orgasme.
Tubuhku dipeluknya erat.. sampai kukunya terasa mencengkeram kulit punggungku.
“Ahhh.. mamah keluar A'..!” Desah ibu mertuaku. Untuk sesaat aku pun berhenti.
“Sekarang mamah yang di atas ya, A'..!” ucapnya meminta.. aku pun hanya mengangguk mengiyakannya.
Aku lantas telentang.. ibu mertuaku langsung menaikiku dan memasukan penisku ke vaginanya.
Mertuaku hanya diam.. tidak bergoyang. Namun kurasakan vaginanya meremas-remas penisku.
Aughhhh..!! Sungguh nikmat sekaliii..!!
“Gimana A'.. enak gak..?” Tanya ibu mertuaku.
“Iya, mah. Enak..!!” Sahutku dengan erangan penuh nikmat.
“Teteh mah belum bisa kaya gini.. harus senam khusus dulu..” kata mertuaku. Dia lalu bergoyang naik turun.
Tangannya menuntunku untuk meremas payudaranya yang sudah agak kendur.
Sesekali putingnya yang kecoklatan aku mainin dan pada saat itu juga desahan dari bibir mertuaku terlontar.
Setelah beberapa lama bergoyang erotis.. mertuaku akhirnya mencapai puncak orgasme yang kedua.
Kurasakan selangkangannya menjepit pinggulku.. liang vaginanya mengejang.. mengeras..
Mencengkeram kuat batang penisku.. seolah hendak melumat batang penisku di dalammya sana.
“Ahhh.. Ahh.. mamah keluar lagi.. Aa juga keluarin donk..” rintihnya.
“Eh, iya, mah..” jawabku sambil menikmati jepitan vaginanya.
Beberapa saat kemudian, dengan posisi yang masih sama, mertuaku kembali bergoyang.
Kali ini goyangannya memutar. Kurasakan sensasi yang berbeda dari goyangan yang tadi.
Penisku terasa dimanjakan dan terkena pada titik sensitifnya.
Makin cepat goyangannya.. makin tak bisa aku tahan. “Aku mau keluar, mah..” erangku.
“Keluarin aja, A'..!” Jawab ibu mertuaku.. terus menggoyang penisku mengaduk liang nikmatnya.
“Di mana, mah..?” aku ragu untuk menembakan sperma di dalam vaginanya.
“Yah.. di dalam aja, A'..!!”
“Gak pa-pa nih, mah..?” Aku masih ragu.
“Gak pa-pa, A, biar nikmat..!!” Sahut mertuaku di sela erang nikmatnya.
Cratt.. cratt.. cratt.. cratt..! cratt..! Kulepaskan cairan sperma yang dari tadi kutahan.
Ada limakali muncratan aku rasa spermaku menghujam vagina mertuaku.
Setelah selesai muncratannya.. mertuaku langsung mengeluarkan penisku dari vaginanya..
Kemudian turun dari atas tubuhku. “Ternyata Aa' udah hebat mainnya..” ucap mertuaku.
“Ya udah.. mamah mandi dulu yah, A'..” dia meninggalkan kamar dengan masih keadaan telanjang bulat.
Dipungut lalu ditentengnya baju senam yang tadi berserakan di lantai.
Aku tidak sempat membalas ucapan mertuaku.. karena aku masih sibuk mengatur nafas.
Pikiranku melayang membayangkan apa yang telah terjadi. Kepuasan yang begitu hebat.
Ingin aku menyusul mertuaku ke kamar mandi dan mengulangi yang telah kami lakukan.
Tapi saat itu juga aku terbayang wajah Risna istriku.
Tidak..! Cukup kali ini saja.. aku gak boleh mengulangi lagi.. ucapku dalam hati.
Setelah mertuaku selesai mandi.. aku segera mandi pula. Selesai mandi, aku langsung keluar menyalakan motor.
Aku bilang ke mertuaku kalau aku mau servis motor sekalian jemput istriku.
Padahal tidak ada rencana pada hari itu aku servis motor..
Namun aku tak bisa berduan dalam satu rumah dengan mertuaku yang edan itu.
Bisa-bisa nanti aku ditidurin lagi.
Memang nikmat dan memuaskan sih, tapi aku tak tega mengkhianati istriku.
Rupanya terlalu lama servis motornya.. sehingga aku terlambat menjemput istriku..
Yang memang hanya setengah hari kerjanya.
Setelah aku telepon.. ternyata istriku sudah pulang duluan dan berada di rumah.
Saat itu juga aku putuskan kembali ke rumah.
Setiba di rumah.. kudapati isriku dan mertuaku sedang mengobrol di depan TV.
Aku hanya menyapa mereka dan langsung menuju kamar.
Aku sengaja tidak ikut mengobrol.. karena masih terbayang apa yang telah aku lakukan bersama mertuaku tadi.
Aku tidak bisa membayangkan seandainya istriku tau apa yang telah kami lakukan.
Tidak beberapa lama berselang istriku menyusulku masuk ke kamar.
“Udah makan, A'..?” Dia menyapa.
“Belum.. ntar aja ah, Ris, belum lapar..” nafsu makanku seolah hilang.
“Tadi sama mamah gimana, A'..?”
Dug..! Pertanyaan itu terasa tajam. Apakah istriku sudah tau..?
Apa yang akan dikatakan istriku nanti..?
Baru 3 bulan nikah, aku sudah selingkuh.. dengan ibunya dia sendiri lagi..!!
“Aa'..?” Risna memanggil lagi.
Aku menarik nafas dalam-dalam. “Maafin Aa', Ris.. Aa gak bermaksud, tapi mamah yang ..”
Belum selesai kalimatku, istriku langsung memotong.
“Aa' kenapa sih..? Kan Risna yang menyuruh mamah..” ucapnya.
Jderr..!! “Maksudnya..?” Aku terkaget dan juga bingung dengan ucapannya.
“Iya.. memang Risna yang nyuruh mamah buat main sama Aa'..”
Aku semakin bingung dengan ucapannya. Apakah istriku mau ngetest kesetianku..?
Kalau memang iya.. berarti sudah gagallah aku.
“Gimana. Aa' puas main sama mamah..?”
“Emang maksud Risna tuh apa sih..!?” Nadaku agak meninggi.
“Aa' marah yah..?” Pertanyaannya semakin membuatku bingung.. kenapa harus aku yang marah..?
Seharusnya kan Risna yang marah.. karena aku telah berselingkuh dengan ibunya.
“Risna selama ini ngerasa belum bisa muasin Aa'..” lanjutnya.
“Risna sudah belajar sama mamah.. semua yang mamah ajarin juga udah Risna praktekin..
Tapi tetep aja Risna masih ngerasa Aa' belum terpuaskan. Mamah juga katanya bingung mau ngajarin Risna..
Apalagi soalnya mamah sendiri belum tau Aa' sukanya kaya gimana.
Makanya Risna nyuruh mamah nyobain main ma Aa'..”
Jdarr..!! Gila..! Ibu dan anak sama edannya.
Aku selama ini memang suka kikuk kalau sedang bercinta dengan istriku, Risna.
Karena selama ini aku biasa bermain dengan wanita-wanita yang sudah berpengalaman.
Tapi apa selama ini Risna gak sayang sama aku..
Sehingga dia tidak cemburu sama sekali aku bercinta dengan orang lain?
“Sebenarnya Risna sayang gak sama Aa'..?” Aku bertanya penasaran.
“Ya sayang atuh, A'..!” Jawabnya singkat.
“Tapi kamu kenapa gak cemburu Aa' bercinta dengan orang lain..?”
“Ah, Aa'.. orang lain siapa..? Itu kan mamah Risna sendiri. Ngapain juga pake cemburu..?
Kalau Aa mainnya sama orang lain, baru Risna cemburu..” tegas Risma lagi.
“Emang tadi mamah bilang apa saja sama Risna..?”
“Ya.. bilang yang Aa suka seperti apa. Sukanya diapain.. mau praktekin sekarang A'..?”
“Ayo,.!!” Jawabku singkat.
Risna langsung membuka celanaku dan mengeluarkan penisku. Diisapnya penisku secara perlahan.
Memang isapannya berbeda dari biasanya.. namun masih tetap lebih nikmat ibunya.
Setelah penisku cukup keras.. aku menyuruh istriku berhenti mengulumnya.
Lalu aku menelanjangi istriku.. dan bersiap untuk merangsangnya.
Kulumat mulut istriku.. sambil kuremas-remas payudaranya.
Payudara istriku memang tidak terlalu besar dibandingkan ibunya.. mungkin hanya ukuran 34B.
Tetapi miliknya tetap masih kencang dan kenyal saat diremas.
Lalu aku buka kakinya hingga mengangkang dan hendak kujilati vaginanya.
Namun ketika lidahku sudah menyentuh bibir vaginanya, istriku menolak.
“Jangan dijilatin ya, A'.. linu.. langsung masukin aja ya..?”
“Yah.. Aa' kan pengen ngerasain, Say..” jawabku kecewa.
Saat itulah terdengar bunyi ketukan di pintu kamar.
“Teh.. Teteh.. chargeran HP mamah yang dipinjam teteh di mana..?” Tenyata ibu mertuaku.
“Nih.. di meja, mah. Mamah ambil aja sendiri.. teteh lagi nanggung nih. Pintunya gak dikunci kok..” jawab istriku.
Aku melirik padanya.. menandakan protes terhadap istriku..
Yang malah menyuruh masuk pada ibunya saat aku dan dia dalam keadaan telanjang.
“Gak pa-pa atuh, A'.. kan mamah juga sudah pernah liat Aa telanjang. Iya kan, mah..?”
Jawab istriku sambil melirik ibunya yang sudah masuk ke dalam kamar.
“Oh iya, mah.. gimana sih caranya biar kalau dijilatin gak linu..?” Lanjut istriku lagi.
“Ya tetehnya rileks atuh.. nyantai. Jangan ditahan.. nikmati aja..” jawab mertuaku.
“Yuk.. A'.., cobain lagi ya..!?” Pinta Risna padaku.
Duh.. kacau nih.. pikirku. Tiba-tiba moodku hilang dengan masuknya mertuaku itu.
Tapi yah tanggung.. kasihan juga istriku kalau sampai tak jadi main.
Jadi aku coba jilat lagi vaginanya, namun masih sama.
Ketika lidahku menyentuh bibir vagina.. kaki istriku langsung merapat karena linu.
“Duh.. teteh mah.. nih, lihat mamah..” nampaknya mertuaku gemas melihat tingkah sang anak.
Dia langsung membuka celana dalam dan mengangkatkan dasternya.
Mertuaku lalu berbaring dan mengangkangkan kakinya. “Coba A'.. jilat punya mamah..” lanjutnya.
Mulanya aku agak sedikit ragu.. kulirik istriku. ”Gak pa-pa, Ris..?” Aku bertanya pada istriku.
“Iya.. gak pa-pa atuh A'.. kan Risna juga pengen tau..” jawab istriku mengizinkan.
Meski masih agak segan.. aku lalu berpindah ke vagina ibu mertuaku.
Memang vagina mertuaku sudah berkerut dan bibir vaginanya sudah bergelambir coklat..
Berbeda sekali dengan vagina istriku yang masih mulus kencang tidak bergelambir.
Namun dari aromanya.. vagina mertuaku lebih harum dari vagina istriku yang berbau pekat.
Aku mulai menjilati bagian luar vagina mertuaku.. bibir vagina yang bergelambirnya kuisap-isap.
Mertuaku mulai mendesah.. sedangkan istriku memperhatikan secara seksama di sampingku.
“Nih, teh.. kaya gini.. nyantai aja.. ahhhh..” kata metuaku sambil mendesah.
Lalu aku jilati klitorisnya yang menyembul. Desahan mertuaku semakin menjadi.
Saat itu juga istriku menarik tangan kiriku dan menempelkannya di vaginanya untuk kumainkan.
Aku tak berhenti menjilati vagina mertuaku dan tanganku juga aktif di vagina Risna.
Sekarang istriku pun mulai mendesah.
“Sudah, A'.. tuh jilati juga punya teteh..” kata mertuaku sambil beranjak mau pergi.
Aku pun menghentikan jilatan di vaginanya.
“Mamah mau ke mana..? Jangan pergi dulu atuh, mah..” Istriku mencegah ibunya pergi.
“Sudah.. Teteh terusin aja. Nanti mamah malah jadi pengen..” jawab mertuaku.
“Ajarin Teteh lagi atuh, mah. Kalau pengen, ntar sekalian dimasukin sama Aa'. Mau kan, A..?” Risna melirikku.
“Yah.. gimana Risna sama mamah aja..” kataku pada akhirnya.
Siapa juga yang bisa menolak kenikmatan seperti ini.. ya ngga..? Hehehe..
“Ya sudah.. tuh terusin dulu jilatin punya teteh, A'..” kata mertuaku.
Aku pun bersiap kembali menjilat vagina istriku yang dari tadi sudah mengangkang lebar.
“Pelan-pelan ya, A'..” kata istriku.
Perlahan mulai kujilati vaginanya. Pertama-tama aku jilati bulu-bulunya, lalu bagian luar secara perlahan.
Risna mulai menikmati dan mengeluarkan desahannya.
Kemudian kulanjutkan dengan bagian dalam vaginanya, perlahan-lahan klitorisnya kujilati.
Saat klitorisnya kuisap, istriku seperti tersentak kaget..
sambil memegangi tangan ibunya yang sudah ada di sampingnya.
“Linu, A'..“ erang istriku. “Udah ya, A'..!?” Pintanya.
Aku pun berhenti menjilati vagina istriku, lalu aku berganti ke payudara istriku.
Kujilati puting kanan payudaranya dan tanganku meremas payudara yang sebelah kirinya.
Istriku sangat menikmati, desahannya semakin mengencang.
Pada saat itu juga tiba-tiba penisku terasa hangat.
Rupanya penisku sudah berada di mulut ibu mertuaku yang masih menggunakan daster.
Auhhhh.!! Sungguh terasa nikmat.
Melihat aku yang sedang menikmati kuluman mertuaku.. istriku langsung bangun dan menyuruhku terlentang.
Istriku memperhatikan secara detail kuluman mertuaku terhadap penisku.
Melihat istriku yang memperhatikannya.. mertuaku menyuruh istriku menggantikannya mengulam penisku.
Kemudian dia membuka daster dan BH-nya, sehingga telanjang bulat.
Didekatkannya puting payudara yang sudah agak mengendur ke mulutku.
Tanpa bertanya lagi.. aku langsung mengisap dan menyedot puting itu.
“Masukin, Ris. Masukin..!” Aku sudah tidak tahan dengan kulumannya..
Kusuruh istriku untuk memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
Istriku pun langsung menaikiku dan memasukan penisku ke lubang vaginanya.
Perlahan-lahan dia bergoyang.. sedangkan mulutku masih mengisap puting mertuaku.
Tanpa kusadari.. tangan mertuaku memegangi pinggul istriku, memberikan arahan dalam bergoyang.
“Nah.. gitu, teh. Enak kan..?” Katanya sambil memberi arahan goyangan memutar pada istriku.
“Iya, mah.. ahhh.. Teteh mau keluar, mah.. Aaahhhhhhh..!!”
Seketika itu vagina Risna mencengkeram erat batang penisku, tubuhnya mengejang.
Dia sudah orgasme. Lalu istriku menghentikan goyangannya dan mengatur nafasnya.
“Gantian mamah ya..?” Kata mertuaku.
Istriku turun dari atas tubuhku sambil menarik ibunya untuk menggantikan posisinya.
Namun saat mertuaku hendak naik, aku menolaknya.
Aku tau kalau mertuaku sudah bergoyang di atas, aku pasti cepat keluar.
“Mamah di bawah dulu ya..”
Kataku sambil mendekap tubuh montoknya dan meletakkannya dalam posisi telentang.
Kumasukkan penisku ke vaginanya yang bergelambir, kudekap erat tubuhnya sambil kuciumi mulutnya.
Kugoyang terus sambil terus kuciumi mertuaku. Kuciumi lehernya, kucupang sampai memerah.
“Ahhhh.. terus, A'..! Iya, begitu! Enak banget..!” Ucapan itu keluar dari mulut mertuaku.
Mendengar desahannya.. semakin kupercepat kocokan penisku pada lubang vaginanya.
Dan beberapa saat kemudian.. tubuhnya mengejang..
Tangannya memelukku kencang.. sementara vaginanya mencengkeram keras.
“Aa.. mamah keluar.. hah.. hah.. hah.. hah..“ nafas mertuaku masih terputus-putus.
Sebenarnya saat tadi juga aku hendak keluar, namun kucoba tahan.
“Teh, sama teteh lagi nih..” kata mertuaku.
“Gak ah, mah.. teteh masih linu. Sama mamah aja ya, gak pa-pa kan, A'..?” Istriku bertanya padaku.
Aku juga sebenarnya lebih menikmati mertuaku dibanding istriku.. mungkin karena lebih berpengalaman.
“Ya sudah.. tapi ganti mamah yang di atas ya..?” Aku mengiyakan.
Kami pun lantas bertukar posisi.. sekarang mertuaku yang berada di atas.
Pada saat penisku menancap di vaginanya, mertuaku tidak langsung menggoyang.
Tapi justru ini yang paling aku suka.. saat penisku serasa dicengkeram-cengkeram oleh dinding vaginanya.
“Enak, mah..” gumamku tanpa sadar.
“Ntar teteh ajarin yang itu ya, mah..” kata istriku.
“Iya, ntar mamah ajarin..” kata mertuaku dengan senyum bangga.
Tak lama kemudian mertuaku mulai bergoyang.
Payudaranya yang sudah menggelantung terlihat naik turun sesuai irama.
Dan seperti yang sudah aku kira kalau aku tak kuat lama kalau mertuaku yang di atas.
“Nikmat, mah. Aa mau keluar nih.." erangku nikmat.
“Keluarin aja, A. “ jawab mertuaku.
Kugenggam tangan istriku yang berada di sampingku dan tak lama kemudian..
kurasakan nikmat yang tak terkira saat air maniku keluar.. menyembur dari penisku..
Menghujam dengan derasnya.. jauh ke liang vagina mertuaku.
Crot.. crot.. crot.. crot..! “Arghhhhhhh..!!” Aku mengeram penuh kepuasan.
Setelah selesai, mertuaku langsung turun.
Masih dalam keadaan telanjang, dia lalu pergi meninggalkan kamarku.
Sekarang tinggallah aku dan istriku. Kubelai rambutnya.
Meskipun terasa gila, tapi kurasakan aku semakin sayang kepadanya.
“Ris..” aku memanggil.
“Iya, A..” sahut istriku.
“Kok bisa ya kamu berbagi seperti itu..?” Tanyaku yang masih heran.
“Risna sama mamah mah dari dulu sudah dekat banget. Apa-apa suka berdua.. pergi ke mana-mana berdua..
Tidur berdua.. bahkan mandi juga kadang suka berdua sama mamah.
Makanya kalau Aa’ main sama mamah ya udah.. ga masalah buat Risna..” jawabnya.
“Jadi Risna juga berbagi suami sama mamah..?”
“Ya nggak atuh.. A’. Aa’ tuh suaminya Risna.. trus kalau mamah ya tetep aja mertuanya Aa’.
Ini kan cuma masalah seks aja, A’. Risna juga kasihan sama mamah..
Semenjak bapak sakit sampai meninggal mamah tuh gak pernah berhubungan badan gitu.
Palingan cuma masturbasi sendiri.." jelas istriku panjang lebar.
"Terus.. nanti kalau Risna lagi mens atau sehabis ngelahirkan, kan gak bisa main.
Jadi kalau Aa’ mau.. tinggal main sama mamah. Risna kan gak mau Aa’ jajan atau nyari di luar..”
Jawaban istriku begitu datar.. seperti yang biasa. Padahal bagiku ini hal yang aneh dan juga begitu gila.
Tapi yah kalau boleh jujur.. aku merasa lebih puas main dengan mertuaku yang lebih berpengalaman.
-------ooOoo-------
Setelah saat itu.. kami sering bermain bertiga.
Bahkan tak jarang.. kalau istriku sedang kerja aku bermain dengan mertuaku.. tapi dengan sepengetahuan istriku.
Sekarang aku sudah 5 tahun menikah dan sudah dikarunia seorang anak.
Sampai saat ini juga aku masih suka berhubungan badan dengan mertuaku..
Apalagi kalau istriku sedang datang bulan.
END
-----------------------------------------------------ooOoo---------------------------------------------------
End of Cerita 202..
Sampai Jumpa di Lain Cerita.. Adios..