Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

------------------------------------------------------------------------

Cerita 152 – Perlu NB = ‘Nafkah Batin’

Episode Baper, Sweet Amari

“Buka mulutnya dong mas Rafi..” Amari menyodorkan sepotong kue ke mulutku.
Aku menyambutnya sambil pura-pura menggonggong..
sehingga membuat anak gadis mbak Eva itu tertawa geli melihat tingkahku.

Hari ini genap sudah sebulan aku tinggal di keluarga mbak Eva.
Seminggu terakhir ini load pekerjaanku agak berkurang..

Sehingga hari-hari ‘kosong’ku selain kupergunakan untuk memberi kepuasan ‘ekstra’..
alias ‘Nafkah Batin’ pada mbak Eva dan Atika.. –’kan hari ‘kosong’ mestinya istirahat..–
juga kupergunakan untuk mengenal Amari lebih dekat.

Anak gadis yang semula kutaksir berusia 18 tahun itu ternyata berumur 21.
“Mama memang kawin muda.. dia melahirkan Ria ketika berumur 19 tahun..!! Hebat ya..!?”
Katanya ketika kutanya usia sesungguhnya.

Ya.. aku tau kalau mamamu hebat Amari..
Mamamu dan tantemu adalah wanita-wanita yang hebat di atas ranjang..
Hebatnya lagi.. mereka bisa menutupinya darimu..!


”Kalau kamu sendiri gimana..?” Tanyaku memancing.

“Yaaa.. yang penting kuliah selesai dulu. Tapi.. ngga juga sih.. namanya juga jodoh.. kita ngga pernah tau..
kalau besok tiba-tiba datang seorang pangeran tampan yang kaya raya dan baik hati.. lalu melamar Ria..? Masa’ nolak..?”

“Kalau gitu kuliahnya ngga selesai dong..!” Kataku menyela.
"Lho.. mas ini gimana..? Ya kasih syarat dong.. boleh kau melamarku..
tapi biarkan aku menyelesaikan studiku.. gitu looo..!”

Amari memang anak yang sangat cerdas. Buktinya.. tahun depan ia akan meraih gelar insinyur di IPB.
Dengan pengetahuannya yang luas.. ia selalu menjadi teman diskusi yang menyenangkan.

Ditambah lagi dengan sifat keibuan dan perhatiannya yang tinggi pada orang lain..
membuat Amari menjadi sosok ideal bagi setiap pria untuk dijadikan seorang pendamping hidup..

Oh.. satu lagi.. soal fisik..!
Tubuh Amari adalah kombinasi antara mbak Eva dan Atika.

Tubuhnya tinggi semampai. Ukuran buah dadanya persis seperti ibunya..
Dan jauh lebih kencang dan ketat.. maklum.. perawan.

Gadis ini juga mempunyai hobi mengkoleksi BH yang bentuknya aneh-aneh..
Entah dari mana didapatnya itu.

Seperti saat ini.. karena ia mengenakan kaos komprang bergambar Tweety favoritnya..
bila lengannya diangkat.. Plass..!!
Maka terlihatlah buah dadanya yang besar itu dibalut oleh beha-nya yang bermodel bikini.

Di mana cupnya berbentuk sarang laba-laba.. sehingga kulit buah dadanya yang putih itu dapat terlihat.
Putingnya ditutup oleh gambar seekor laba-laba kecil.

Bila sedang bercerita dengan semangat.. tampak gundukan besar itu bergoyang-goyang.
Wuih.. syurr juga aku dibuatnya.

Urusan wajah.. Amari lebih mirip ayahnya yang asli Solo.
Kalau dicari bandingannya.. raut wajahnya bisa dimirip-miripkan dengan Widi AB THREE.

Hanya saja hidung Amari lebih mancung.. dan tubuhnya lebih tinggi dan seksi.
Secara keseluruhan.. Amari jauh lebih menarik dibanding Widi.

Terus terang.. aku betah duduk berlama-lama di dekatnya..
----oOo----

“So.. gimana Fi..? Bisa ngga kamu nganter si Ria survey..?”
Mbak Eva bertanya seraya memberikan piring penuh dengan nasi hangat kepadaku.

Sore itu aku ia mentraktir seluruh keluarganya karena mendapat promosi..
menjadi direktur program di kursus bahasa Inggris tempatnya bekerja.

“Iya mas.. Ria harus survei tentang pola tani di daerah perbukitan.
Ini juga baru survei lokasi kok.. belum penelitiannya. Jadi paling lama cuma makan waktu 2 hari..”

Seekor kucing kelaparan tentu tak akan menolak diberi ikan asin. Dan bagiku.. Amari adalah ikan kakap..!!
“Sure.. ngga masalah.. kapan kita berangkat..?” Tanyaku enteng.

“Gimana kalo malam ini juga mas..!?”
“Malam ini..!?”
Seruku.. bersamaan dengan Atika. Mbak Eva tak kuasa untuk menyembunyikan senyumnya.

Ia mengerti.. karena malam ini seharusnya aku adalah ‘jatah’ Atika.
Dan hari Senin.. suami Atika akan pulang dari Dubai.

“Iya.. malam ini.. supaya Minggu sore kita sudah sampai lagi ke Bogor.
Soalnya.. kalau Minggu pulangnya kemalaman.. kasian mas Rafi.. Senin kan harus ngantor. Gimana mas..?”

Amari memandangku dengan kerlingan mata bundarnya yang indah..
“I don’t mind.. lets go then..” jawabku seraya melirik Atika.

Istri kesepian itu tak dapat menyembunyikan kekecewaannya.
Alisnya mengkerut.. bibirnya merengut dan matanya menatapku kesal.

Well.. I am sorry my dear.. keliatannya aku harus mengecewakanmu nanti malam..
-----oOo-----

Aku berjalan sambil menggendong ransel tentara di pundak.
Kami.. aku dan Amari.. tengah menyusuri sebuah sungai yang terletak 60 km di selatan Bogor.

Saat itu kami sedang bersiap-siap melintasi sungai itu..
untuk mencapai desa Batu Sumur yang terletak di areal yang berbukit-bukit.

Dari deskripsi yang diberikan oleh dinas pembinaan desa Pemda Jawa Barat..
desa tersebut tampaknya ideal untuk proyek penelitian akhirnya Amari.

Masih terngiang bisikan mbak Eva ketika melepaskan kepergian kami..
“Fi.. promise me.. please don’t touch her.. she is still a virgin..”

Saat itu aku hanya tersenyum.. dan aku bersyukur bahwa I don’t give my word to Eva.
Karena.. semakin lama berdua dengan Amari.. semakin sexy penampilannya di mataku..
–dasar mata keranjang.. susah..!!–

“Wah.. jembatan kayunya masih 2 km lagi dari sini mas..”
Ria menunjuk lokasi jembatan itu di peta.

“Tapi jembatan tali sudah keliatan.. tuh dia..”
Gadis manis itu menunjuk ke sebuah jembatan darurat terbuat dari tali tambang yang disimpul erat.

Kuperhatikan wajah manis yang menggunakan topi tentara.. kemeja lapangan berwarna coklat..
dan celana pendek komprang dengan warna yang sama.

Kemeja itu tak dapat menyembunyikan keindahan tubuhnya.
Di bagian dada tampak kancing-kancingnya agak tertarik..
karena desakan dua buah dadanya yang besar itu –kutaksir sekitar 36....– .

Namun karena badannya yang tinggi.. –sedikit lebih pendek dariku yang 176 cm....–
bentuknya jadi proporsional.. dan indah..

Titik-titik keringat berkumpul di ujung hidung mancungnya..
bibirnya yang mungil nampak kering oleh panasnya udara.. kain di sekitar ketiaknya basah oleh keringat.

Aku memandang jembatan tali itu dengan agak kawatir..
“Apa kuat menahan beban tubuh kita..? Apa tidak sebaiknya kita pergi menuju ke jembatan kayu..?”
Tanyaku sambil melihat potongan ilalang dan bercak tanah merah yang menempel di betis dan pahanya yang mulus itu.

“And walk for another 2 Kilo ?.. Hhmm.. mas Rafi.. sebentar lagi kayaknya mau hujan deh..
Jadi kita harus cepat-cepat.. no risk no gain..!” katanya sambil tersenyum.

Benar juga. Soalnya dari sungai itu kita masih harus jalan 5 km lagi untuk sampai ke desa.
Tampak tangannya membuka kancing kemejanya yang ke satu dan kedua.. sehingga putihnya gundukan
besar buah dada itu terlihat olehku.

Udara mendung sore itu semakin terasa gerah saja..
“Ok kalau begitu biar aku dulu yang nyeberang.. baru kamu.. sungainya juga keliatan ngga terlalu dalem kok..”
kataku seraya menapakkan kakiku di jembatan tali itu..

Aku merayap perlahan-lahan.. memang tali itu sangat kokoh.. sehingga kekhawatiranku berkurang..
“Mas.. Ria juga naik ya .. talinya kuat kan..?”

Tanpa menunggu jawabanku.. gadis bertubuh tinggi sintal itu mulai merayap di belakangku..
Tali mulai bergoyang-goyang.. ingin aku berteriak untuk menyuruhnya kembali..

Namun kuurungkan karena khawatir ia terkejut.. geraknya semakin cepat ke arahku yang masih menunggu..
Tiba-tiba kaki gadis itu tergelincir.. badannya yang dibebani ransel kehilangan keseimbangan dan..

“Mas.. AAAAAAAAIII..” BYUUURRRR..! Amari tercebur ke dalam sungai berwarna coklat itu..
Aku terkejut melihat gadis itu menggapai-gapai..

My Beby.. Amari rupanya tidak bisa berenang..!!
Tanpa pikir panjang kulempar ranselku dan terjun ke sungai.

Tanganku memeluk lehernya dari belakang dan kuseret ke sisi tujuan kami.
Tubuh Amari terasa berat karena ia masih membawa ransel.

Amari megap-megap dengan wajah pucat karena terkejut.
“Ngga apa.. ngga apa.. its OK.. you’re save now..” Kataku sambil memeluk erat tubuh sintal Amari..

Wouww.. dalam suasana panik seperti itu masih juga dadaku terasa berdesir..
benar-benar montok tubuh perawan ini terasa dalam pelukanku..

Dengan spontan kucium keningnya untuk menenangkan Amari yang masih pucat dan gemetar karena kaget.
Tetesan air dari langit perlahan mengetuk-ngetuk muka kami..

Dan dalam 1 menit hujan turun dengan lebatnya diikuti oleh kilat yang menyambar..
What a day.. aku melepaskan pelukanku dan menyapu sekelilingku dengan pandangan..

Ahhhh thank Beby.. kuliat sebuah gubuk kira-kira 200 m di depan kami.
“Amari.. di situ ada gubuk..” kataku riang. “Ayo kita ke sana..!”

Kuangkat tubuh gadis itu dan kupapah menuju gubuk itu.
Gubuk itu rupanya tak berpenghuni. Perfect..!

Lalu kubuka ransel Amari. Hanya ada bivak untuk bermalam dan kaleng makanan dan minuman.
Shit..!! Pakaian kering ada di ransel satu lagi yang kulepaskan ketika terjun ke sungai..
dan ransel itu seingatku juga tercebur ke dalamnya. Ya nasib..!!

Akhirnya kubentangkan bivak sebagai alas duduk dan kududukkan Amari di atasnya.
“Ahhhh..” terdengan gadis itu menghela nafas lega seraya tersenyum.

“Mas Rafi.. thanks ya Ria udah ditolongin..”
Aku balas tersenyum.. “Its Oke.. non.. lain kali lebih hati-hati ya..?”

Lalu kubuka bajuku dan menggantungnya di tali jemuran tua yang masih ada di dalam gubuk itu.
Amari memandang tubuhku yang cukup atletis.

Itu terlihat pada pandangannya menyapu perlahan dari otot leherku..
otot dadaku yang bidang.. otot perutku yang berbentuk kotak-kotak kecil..

Pusarku yang mulai ditumbuhi bulu.. semakin ke bawah.. di mana bulu-buluku makin lebat..
Ke bawah lagi.. dan berhenti di tonjolan di balik celana pendekku..

Aku agak kikuk juga melihat penisku yang berdiri karena udara dingin.
Apalagi sambil dipandangi oleh mata cantik milik Amari itu. Entah apa yang dipikirkannya..

Tiba-tiba kulihat Amari terbelalak melihat pahaku.
“Adduhh mas.. ada LINTAH..!!” Serunya sambil bangkit dan mendekat ke pahaku.

Aku pun ikutan panik dibuatnya.
“Sebentar mas.. jangan bergerak.. ini ada satu.. dua..!”

Lalu dengan serius ia berputar ke belakang.. ke depan lagi..
Tangannya tanpa sadar menyingkapkan celanaku yang cukup longgar semakin ke atas..!

”Nnah.. ada satu lagi mas.. hhhhh..” mendadak ia seperti hendak tersedak..
ketika matanya tertumbuk pada CD ku yang basah kuyup..

Sehingga tak kuasa menutupi testis dan batang penisku yang jelas tercetak di kain basah itu.
Mungkin seumur hidup.. perawan ini baru sekali ini melihat testis dan batang penis yang tengah berdiri tegak itu.

Aku yang masih memusatkan perhatianku pada lintah-lintah di pahaku itu..
dengan polosnya membuka celana pendekku dan memelorotkannya ke lantai.

“Ria.. tolong liat lagi apakah masih ada lintah yang nempel di kakiku..?”
Sontak mata Amari makin terbelalak..

Karena kini terlihat benar bentuk batang penisku yang tengah berdiri itu dari luar CD basahku..
Bahkan belakangan baru kusadari..
Kepalanya yang laksana helm tentara Jerman pada perang dunia II itu.. menyembul keluar mengarah ke pusar.

“Emmm.. emmmm.. ngga deh mas.. cu..cuman tiga..” jawabnya tergagap sambil terus menatap kepala penisku.
Aku masih juga belum ‘ngeh’ akan situasi yang sebenarnya bisa menjadi ‘opportunity’ ..

Masih dengan naifnya aku berkata pada putri semata wayang mbak Eva itu..
“Ria.. jangan-jangan di tubuh dan kakimu ada juga lintah menempel.. sebaiknya kamu periksa dulu..”

Mendengar itu Amari langsung berdiri dan bergegas membuka kemeja basahnya.
Dibukanya kancing kemejanya yang ketiga.. –belahan buah dadanya semakin jelas..– keempat..
–buah dadanya sudah terlihat lebih jelas.. putih warnanya di bawah cahaya matahari menjelang senja..–

Dan terakhir.. Amari membuka bajunya dengan kedua tangannya ke samping..
Di saat itulah aku melihat kedua buah dada besar berukuran 36 itu menggelantung menantang untuk dijamah.

Dan BeHa-nya.. my Beby.. model BH-nya..!!!
Amari menggunakan BH berwarna merah dengan bentuk bikini yang talinya hanya selebar 1/2 cm..!!

Tapi yang membuat kepala penisku semakin menyembul dari CD-ku..
adalah penutup putingnya yang terbuat dari bahan transparan berbentuk bibir Mick Jagger.

Akibatnya.. mataku dapat melihat dengan jelas..
Puting berwarna coklat kemerahan itu berdiri tegak di tengah dinginnya hujan.

Karena terburu-buru melepaskan.. pakaian Amari tersangkut di kedua sikunya di belakang punggungnya.
Gadis itu menggoyang-goyangkan tangannya untuk bisa segera terbebas dari belitan bajunya.

Akibatnya.. buah dadanya bergeletar dan bergayut ke kanan dan ke kiri.
Getarannya persis seperti getaran puding besar yang diguncang piringnya.

Aku mulai terangsang melihat gadis setengah telanjang itu menggeliat-geliat di hadapanku.
Kembali terngiang pesan ibunya di telingaku:
“Fi.. promise me.. please don’t touch her.. she is still a virgin..

Kembali kulihat buah dada besar dengan putingnya yang bergelayut itu.. Ou what the hell..!
Kuhampiri tubuh mulus itu dan kuputar sehingga ia membelakangiku.

“Sini kubantu Ri..” tanganku menarik bajunya hingga terlepas.
“Sorry Ria.. ini supaya cepat..”

Kutempelkan dada dan perutku di punggungnya yang polos itu..
Kujulurkan tanganku seakan memeluk perut depannya..

Dan tanganku membuka celana pendek komprangnya dan dengan cepat menurunkan ritsleting.
Ketika ritsletingnya sudah mencapai dasar..

Slapp.. dengan sengaja kutekan ritsleting itu bersama jari-jariku ke selangkangannya..
“Ahhhh.. mas Rafi..!” Desahnya sambil melirik ke belakang dengan pandangan merajuk.

Saat itu praktis aku memeluk tubuh perawan itu dari belakang.
Bagian depan tubuhku kutempelkan ke punggungnya.
Penisku yang semakin besar itu dengan tenangnya berlabuh di belahan pantat Amari yang sekal itu..

Gadis itu rupanya merasa bahwa penisku menempel di belahan pantatnya.
Tiba-tiba aku merasakan bahwa Amari sengaja menggerakkan otot pantatnya..

Sehingga kedua buah pantatnya bergerak menjepit penisku..
Aaaawww.. nikmatnya..!

Yess keliatannya gadis ini sudah mulai terpengaruh suasana..
saat itu pipi kananku menempel di kuping kirinya.

Dari balik punggungnya kulihat ke bawah buah dadanya yang besar dan ketat itu berbentuk kerucut..
dengan putingnya yang sudah menonjol.. entah karena dingin.. atau karena suasana..

“Ria..” bisikku dengan serak.. “Jangan panik ya.. di dada sebelah kiri kamu ada lintah..!”
Ria tercekat.. dengan raut muka ketakutan ia memandang buah dada kirinya dan..

”Iiiiiiih.. mas.. Jijik.. buangin dooongg..!!”
“Iya.. iya.. biar aku periksa dulu lainnya.. supaya yakin ada berapa lintah yang ada di tubuh kamu..”

Aku pun melepaskan celana pendeknya.. sehingga saat itu kami dua orang anak manusia berlainan jenis..
berpelukan dengan hanya memakai pakaian dalam.

Bentuk CD Amari lagi-lagi lain dari pada yang lain.. bentuknya sih standar..
Tapi di daerah vaginanya ditutupi oleh kain bermotif jaring..

Sehingga otomatis dari jaring itu keluarlah bulu-bulu keriting yang sangat lebat itu..
Nafsuku sudah naik ke kepala.

Aku sudah tak peduli dengan pesan-pesan ibunya..
Di dalam pikiranku sekarang cuma ada satu kata.. 'Perawani..!!'

Tanganku mulai meraba-raba punggungnya dari atas.. ke bawah..
melewati pinggang.. pantat.. buah pantat kanan..

“Mas.. apa ngga bisa dilihat aja..? Kalau diraba kan geli..!?” Ujarnya tersenyum..
Belum juga bisa kutebak senyum itu.. apakah artinya.. teruskan.. atau.. stop..!!

“Biar yakin aja Ria..” kataku sambil meneruskan rabaanku ke buah pantat kiri..
Lalu kutelusuri belahan pantatnya ke bawah.. melewati anus.. terus ke selangkangan..

Dan kutekan tanganku di vaginanya.
“Aaaaaa.. mas Rafi aaa.. tangannya kok nakal..!? Nanti Ria marah nih..”

Lagi-lagi putri semata wayang mbak Eva itu melirikku dengan pandangan merajuk..
Kuputar lagi tubuhnya sehingga kita saling berhadapan.. kemudian aku berjongkok..

Dan dapat kulihat ada 2 lintah menempel di paha bagian dalam kiri dan kanan..
Wahh.. bener-bener hebat lintah-lintah itu.. tau benar dia tempat-tempat strategis untuk mengisap darah..

Tak lupa aku memandang ke arah selangkangannya yang hanya tertutup jaring itu.. sehingga
tampak jelas segunduk daging gemuk yang ditutupi bulu-bulu keriting nan lebat itu.

Amari melihat tingkahku itu dan dengan segera menutupinya dengan jari tangannya..
”Mas Rafiiii.. kok malah ngintip sihh..!? Mbok tolong buangin lintahnya.. nanti Ria bilangin mama lo..”
rajuknya dengan manja.

“Oke.. Oke.. begini caranya .. Lintah ini akan kita taburi garam.. lalu kita buang.. begitu sudah lepas..
sebaiknya bekas gigitan lintah itu kita sedot dan buang darahnya ke lantai..
supaya tak ada racun yang masuk.. is that clear..?”

Ria mengangguk mendengar penjelasanku yang.. –terus terang..– cuma didasari oleh logika ‘ngeres’ itu.
Aku lantas mengambil garam yodium di ransel Amari dan mulai kutaburi di lintah yang menempel di dada kirinya..

“Ria .. sorry.. bisa dibuka BH-nya semua..?
Aku takut kalau lintahnya lepas malah jatuh ke dalam cup BH.. bisa berabe nanti..”

Amari mengangguk menuruti permintaanku yang ditunjang mimik serius itu..
Ia menjulurkan kedua tangannya ke belakang punggung dan.. Ctassss..!

Terlepaslah kedua buah dada cantik itu dan bergelayut dengan menantang.
Begitu dekatnya mataku.. sehingga aku bisa melihat urat-urat birunya di sepanjang buah dada itu.

Tangan kananku memegang buah dada kirinya.. mengangkatnya..
“Sssss.. mau diapain mas..?” Bisiknya mendesis geli..
”Supaya garamnya nggak ke mana-mana..” jawabku seenaknya..

Lalu kutaburi lagi lintah itu dengan garam.. seraya menempelkan jari telunjukku di ujung putingnya.
“Mmass..” Amari menatap mukaku dengan mata sayu karena geli.. tubuhnya mulai menggeliat pelan..

Beberapa detik kemudian lintah itu menggeliat-geliat dan dengan mudah kutarik dan kubuang..
Amari meringis ketika sedotan lintah itu terlepas..

Lalu kuturunkan mukaku.. kudekatkan bibirku ke bekas gigitan lintah yang berwarna biru itu.
Lalu perlahan-lahan slrupp.. kujilat..!

“Perih Ria..?” Tanyaku..
“Ehhhh.. g..geli..” rintihnya ketika aku mulai mengecup-ngecup dadanya..

Mula-mula perlahan.. kemudian sedikit keras.. dan akhirnya kusedot dengan kuat..
“Ehhhhh mmas Rafiii..!?” Rengeknya sambil menjambak rambutku..

Mungkin maksudnya ingin mencegah.. tapi tak kulihat usaha sungguh-sungguh ke arah itu..
Perlahan tapi pasti kuperluas areal sedotanku.

Kini bukan hanya di bekas gigitan lintah tapi bergeser menuju putingnya..
terus.. semakin dekat.. semakin dekat..

Dan.. ”AUUUUUUWWW..!!!”
Bersamaan dengan masuknya puting panjang Amari ke mulutku..

Kuselipkan tangan kananku ke dalam selangkangannya melalui perut..
Kusibakkan bulu-bulu keriting lebatnya dan.. kujamah vagina mungil yang masih sempit itu..

Amari terbelalak dan menutup kedua pahanya.
Ia belum dapat menerima kedatangan benda asing di daerah terlarangnya.

Wow.. berarti belum pernah ada tangan lain yang piknik ke sana selain aku..!!
Kenyataan itu membuatku semakin terangsang..

Amari menggelinjang kegelian ketika kusedot dan kugigit puting kirinya..
Ia sama sekali tidak menolak ketika tangan kiriku mulai meremas dan memilin buahdada dan puting kanannya.

“Mmmasss.. please.. stop dulu.. masih ada lintah yang mesti dibuang..” bisiknya dengan suara serak..
Stop dulu katanya..! Stop dulu..!? Kalau begitu pasti ada kelanjutannya, donk..!

“Ria.. coba kamu berbaring..” Amari mengikuti permintaanku..
“Sorry Ri..” kataku seraya membuka kedua belah pahanya. Aku menelan ludahku berkali-kali..
Susah betul kudeskripsikan dengan kata-kata betapa merangsangnya ia dalam posisi itu..

Lalu kutaburkan garam sebanyak-banyaknya di atas tubuh kedua lintah yang seharusnya kuberi tanda jasa itu..
karena memberi kesempatan menelanjangi Amari di hadapanku..

Dan.. lintah-lintah itu menggeliat-geliat sebelum dengan mudah kulemparkan ke luar..
Kupandangi CDnya yang merangsang itu.. kupandangi bulu-bulu keriting itu..

Kuturunkan wajahku mendekati selangkangannya.. Sekilas kulihat Amari mengangkat kepalanya..
ingin melihat apa yang akan kulakukan di selangkangannya..

Kutempelkan bibirku di paha dalam kanannya.. bukannya kusedot..
malah kutelusuri paha bagian dalam itu ke atas mendekati vaginanya.

Aroma khas vagina perempuan menusuk hidungku..
Dan aku sangat hafal.. bahwa ini aroma vagina yang sudah banjir..!!

“Ehhh.. hhhhhh.. ssssss masss..” desisnya sambil menggoyang pinggulnya ke kiri dan kanan.
Bibirku sampai sudah di vaginanya. Kukecup CD-nya yang sudah basah oleh cairan vagina Amari..

Lalu dengan jari telunjukku kukuakkan CD di selangkangannya itu ke samping..
sehingga tampak belahan vaginanya yang sudah mulai terbuka namun masih tampak sempit itu..

Kukecup bibir vaginanya.. kunaikkan bibirku ke arah atas..
dan kutemukan bagian yang menonjol sebesar biji kacang lalu tiba-tiba.. kukecup dan kusedot-sedot..

“AAAAHHH.. ssss.. MASSS..!” Jeritnya sambil tiba-tiba bangkit dari baringnya..
sambil menjambak rambutku untuk menghentikan aktifitasku..

”M..mas.. please.. MAS RAFI.. PLEASE.. j.. jangan mass.. nanti Ria keterusan.. OUUUHHH..!”

Lenguhnya ketika tanpa menghiraukan kata-katanya aku mulai memasukkan..
dan menggerak-gerakkan lidahku ke dalam vaginanya.

Aku menghentikan jilatanku.. kuangkat wajahku ke hadapan wajahnya..
Kami berdua kini berada dalam posisi duduk..

Kaki Amari mengangkang.. sedangkan aku berlutut di hadapannya..
Kupandang wajah cantik yang kini tak berani memandang langsung mataku..

Matanya hanya memandang bibirku yang semakin dekat ke bibirnya.. semakin dekat dan..
Amari memejamkan matanya.. tangannya naik memeluk leherku..

Tanganku memeluk bahunya dan merapatkan buah dadanya ke dadaku..
Kami pun berciuman dengan mesranya..

Desahan dan rintihan halus terdengar memenuhi gubuk itu..
Sesekali kulepas bibirnya dan kukecup kupingnya seraya membisikkan kata-kata mesra..

“Aku sayang kamu Ria.. kamu cantik sekali..!”
Kemudian kulanjutkan ciumanku dengan kuluman lidahku dalam mulutnya..

Amari ternyata cukup mahir dalam hal cium mencium..
ia melumat habis bibirku dan menjelajah bersih seluruh rongga mulutku..

Masih sambil menciumi bibirnya.. perlahan-lahan kubaringkan..
Kemudian kutindaih tubuh sintal Amari dengan tubuh tegapku..

Sehingga buah dadanya yang besar itu serasa hendak pecah tergencet oleh dadaku..
Dengan cepat kuturunkan celana dalamku..
hingga penisku seakan meloncat keluar dan berdiri tegak mencari tempat berlabuh..

Dengan lembut kubimbing tangan kanan Amari ke selangkanganku..
lantas kugenggamkan penis gemukku itu di tangannya.

Sambil menggigit dan mengecup bibirku..
mata perempuan itu mendelik ketika tangannya memegang raksasa kecil di selangkanganku itu..

Tangannya secara refleks mulai bergerak maju-mundur.. maju-mundur..
My Beby.. nikmatnya..!

Betapa nikmatnya kocokan seorang anak perawan yang ibunya pun sering kusetubuhi..
Kedua tanganku turun ke pinggang Amari dan dengan cepat menurunkan CD nya..

Tiba-tiba Amari meronta..
tangannya melepaskan penisku dan berpindah menahan CDnya agar tidak diturunkan..

Ia melepaskan bibirnya dari ciumanku dan dengan nafas tersengal-sengal ia mendesah..
“Mmas Rafi.. j..jangan mass.. Ria takut keterusan.. Ria takuut.. Ria belum siaap..”

Aku mengecup kening dan pipinya dengan penuh kasih sayang..
”Sshh.. sshh.. shh.. shh.. shh.. jangan takut sayang..
ibumu mengalami hal ini 3 tahun lebih dulu dari usiamu yang sekarang.. dan dia ngga menyesal kan?”

“Oke.. kalau begitu kita akan bermain tanpa mengganggu keperawananmu..
Aku akan memasuki hanya kalau kamu minta.. setuju..??”

Ria tersenyum lega dan mencium bibirku.
Tangannya kembali mengocok penisku dan aku pun dengan leluasa menurunkan CD nya..

Akhirnya.. Kami berdua bergumul dengan penuh nafsu dalam keadaan telanjang bulat..
Amari mulai menggelinjang-gelinjang histeris.. “Ouww.. maaaass.. maaaasss.. gellliiihhh aouww..!”

Terutama bila kugesekkan penis raksasaku ke klit-nya.
Untuk menambah kenikmatan gesekan itu.. Amari mengangkat kedua pahanya..

Sehingga kepala penisku menusuk-nusuk klitnya yang.. Ya ampuuun.. sudah sangat bengkak itu..
Tiba-tiba kurasakan hal yang aneh di kedua pahaku..
Ya ampuuun.. lintah-lintah kurang ajar itu ternyata dengan santainya masih menikmati darahku..

Kuhentikan kegiatanku. “Ria.. tolong aku ya..? Tolong buang lintah-lintah di kakiku..”
Ria tertawa seraya mendorong badanku ke samping.

“Ya ampun.. mas.. saking asyiknya Ria jadi lupa..”
“Kamu ngerasa asyik Ria..?” Tanyaku memancing.

Amari tertunduk sambil tersenyum lalu menganggukkan kepala.
“Pernah ngerasain asyik yang seperti ini dengan orang lain..? Pancingku lagi..

C’mon Fi.. cut it out.. it’s none of your business.. Tapi aku penasaran mendengar jawabannya..

Sambil masih terus menunduk Amari menggelengkan kepalanya..
tampak ia menggigit bibirnya tanda menahan rasa malu..

Yessss so I am the first time..! Yessss.. to be the first selalu memberikan kebanggaan tersendiri..
Yesss..! –dasar laki-laki..!! First time aja diributin..!!–


Aku berbaring sambil mengangkang.. mata Amari tak bisa lepas dari penis gemukku..
yang masih berbaring tegak dengan kepalanya yang nyaris menyentuh puser.

Tangannya menaburkan garam di tubuh lintah-lintah sialan itu.. dan tak lebih dari semenit..
Binatang menjijikkan itu sudah pada berjatuhan.
Amari melemparkannya jauh-jauh.. lalu langkah berikutnya..?

Amari mendekatkan mukanya ke arah selangkanganku perlahan-lahan.. semakin dekat..
semakin dekat.. dan terasa paha bagian dalam kaki kiriku di sedot..

Setelah beberapa saat ia berpindah meneyedot bekas gigitan lintah di kaki kananku..
Ketika itu kugesekkan penis raksasaku d pipinya ..

Tiba-tiba ia melepaskan sedotannya lalu membaringkan kepalanya di atas penisku lalu seraya memejamkan mata.
Ia membelainya dengan pipi kanan dan kiri.. seperti sedang menyayangi anak kucingnya..

Lalu ia menciumi dan menjilati batang penisku dari arah testis ke atas.. terus ke atas..
Perlahan tapi pasti terus ke atas.. sejenak ia berhenti di urat di bawah kepala penisku dan menggigitnya..!

”Yaaaahhh.. ouwww Ria.. enaknya.. belajar dari mana kamu..?”
“Movie..” jawabnya pendek dan seketika itu juga ia membuka mulutnya lebar-lebar..

Lalu Clopp..! Ia mengamblaskan seluruh penisku ke dalam mulutnya..!!
Sungguh kasihan melihat Amari di saat itu..
ia persis seperti seorang anak yang memasukkan 2 buah pisang ambon ke dalam mulutnya.. besar sekali..

Kemudian ia menaikkan kepalanya naik.. turun.. naik.. turun..
Tiba-tiba naik-turun.. naik-turun.. kebih cepat lagi.. lebih cepat lagi..

Aku bangkit duduk dan membelai punggung mulus Amari..
Yang dilanjutkan dengan meremas kedua buah dada besar gadis itu terasa benar kenyanya di telapak tanganku..!

”Mmmmhhh.. Emhhhhh.. Emhhhhhhh..!”
Ia menjerit-jerit sambil terus mengulum ketika kuperas keras-keras kedua buah dadanya..

Tiba-tiba aku berbaring kembali.. namun tubuhku kupindahkan sedemikian rupa..
sehingga wajahku tepat berada di bawah vaginanya.. yess 69 position..!!

Clapp..!! Langsung kubenamkan wajahku dalam hutan lebat milik perawan ini.
Slrupp.. clruipp.. slrupp.. aku menjilati seluruh bagian bibir luar mau pun dalam vagina Amari..

Perempuan muda itu menggelinjang-gelinjang dengan dasyat di atas perutku.
Ia juga tak menolak ketika kuselipkan lidahku ke dalam vaginanya.. semakin dalam.. semakin dalam.

Lalu dengan lidah ditegangkan aku menggerakkan mukaku maju-mundur di bawah vagina Amari.
Perempuan itu sungguh-sungguh sedang dalam puncak birahinya.. sehingga ia benar-benar lupa diri.
Satu-satunya hal dalam benaknya adalah .. kepuasan seksual..! Apa pun itu namanya..!

Kugulingkan kembali Amari.. lalu kutindih tubuh sintalnya.. kembali kuciumi kuping dan lehernya.
Mata Amari tampak terpejam dan kulihat ia sudah mengangkangkan pahanya.. seakan menanti sesuatu.

Aku agak ragu-ragu melihat sikapnya itu.. tapi tak ada salahnya mencoba..
Kuarahkan kepala penisku ke dalam vaginanya.

Plepp..! Kutempelkan di pintunya yang sempit itu..
Tak ada perlawanan.. hanya rintihan penantian yang menggairahkan..

“Mas.terus masss..!” Slebb..
Aku mulai memasukkan penisku ke dalam vagina sempit itu..

1 cm.. 3 cm.. 5 cm..
Amari menggigit bibir..

Ia menghayati betul masuknya penisku centi demi centi..
7 cm..

“Aaaaahh..!”
10 cm..

“AAAAHH..!” Dan.. 16 cm..!
”AAAAAAAAHHHHH..!!”

BLESSSKKK..!! Ckrekk..!!
Amblas sudah keperawanan Amari.
Tampak darah segar meleleh dari vaginanya dan membasahi bivak di bawah.

Amari menggigit bibir.. alisnya berkerut.. expresinya menunjukkan ia sedang merasakan kesakitan..
Buahdadanya yang bergeletar kesana kemari kuremas dan kusedot..

Lantas secara tiba-tiba aku mulai menggenjot penisku keluar-masuk vagina Amari..
“Aaahhhh.. mas.. aduh enaknyah.. aduh enaknyahhh.. aaaahhhh..!”
Amari menjerit-jerit histeris mirip tantenya.. Atika.

Crebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb.. Gerakanku semakin cepat dan semakin cepat..
Tiba-tiba kurasakan otot-otot vagina Amari berkontraksi.. seluruh tubuh wanita itu menegang..

Amari memelukku dan mencium bibirku erat-erat.. Juga pinggulnya berputar semakin cepat..
Aku semakin cepat menggenjot penisku.. makin cepat.. makin cepat..

Tiba-tiba kurasakan sesuatu menyemprot dari penisku.. “RIIIAAAAAA..”
“Mmmas RAFIII.. AAAAAAHH..!” Srrrr.. srrrr.. srrrr.. srrrr.. srrr..

Cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. cratt..! Aku menembakkan spermaku..
Seraya menerima siraman air panas dari vaginanya.

Kami terhempas setelah mengarungi samudera birahi penuh nafsu ini.
Amari memejamkan matanya. Tampak ada air mata meleleh di ujungnya..

“Ria bahagia mas.. Ria puas..”

Kami saling bercumbu mesra sambil berpelukan selama kurang lebih limabelas menit..
sebelum memutuskan untuk menggunakan baju lembab dan meneruskan perjalanan ke Batu Sumur.
-----oOo-----

Survei itu sukses.. dan aku sempat sekali lagi bersetubuh dengan Amari..
di sebuah motel di Bogor sebelum kembali ke rumah.

Sampai bulan ke 6.. aku menjalani kehidupan sex yang paling mengggairahkan selama hidupku.
Setiap minggu aku harus menyetubuhi at least mbak Eva dan anaknya Amari.. juga Atika bila suaminya berlayar..

Sesudah bulan ke-6 aku kembali ke Jakarta. Hubunganku dengan Amari berlanjut hingga kini.
Mbak Eva hanya tau bahwa kita pacaran.. tanpa tau bahwa hubungan kami sudah seperti suami istri.

Semenjak aku menjalin hubungan serius dengan Amari.. aku berhenti berhubungan seks dengan mbak Eva.
Janda cantik itu setahun kemudian menikah dengan seorang duda tanpa anak.

Atika melahirkan seorang anak hasil hubungannya denganku. Namun.. suaminya hanya tau bahwa itu adalah anaknya.
Atika mendapatkan sensasi yang luar biasa karena bisa memperoleh anak dari bukan suaminya.
Sensasi ini berupa perasaan dendam yang terbalas.

Aku hidup bersama dengan Amari.. yang tak pernah mengetahui hubunganku dengan ibu dan tantenya.
Dan aku menghentikan petualangan seksku setelah Amari ada di sisiku.

At least sampai hari ini.. entah besok.. atau lusa.. END
---------------------------------------oOo-----------------------------------

End of Cerita 152..

Sampai Jumpa di Lain Cerita.. Adios.. :bye:
 
------------------------------------------------------------------------------

Cerita 153 – Cabin Attendant

Tira dan Eva

Kenalkan..
nama gue Fer. Gue sekarang domisili di pulau seribu pura.. biasa dibilang Bali.
Memang sih gue bukan asli orang Bali.. cuma karena pekerjaan yang menempatkan gue di sana.

Tinggi badan gue 179cm dengan berat 78kg.. umur gue saat ini hampir 27 tahun.
Gue punya kisah menarik dan nggak bisa gue lupain.. Kejadiannya kira-kira beberapa tahun yang lalu.

Pada suatu siang tanggal 12 September 2004.. HP gue berbunyi.
Gue liat nomernya koq bagus.. tapi gue gak kenal siapa ini orang yang nge-bell.

Namun gue angkat juga. Gue pikir ini nomer orang miliki orang gede.
Alangkah terkejutnya gue ketika diangkat.. terdengar suara wanita yang serak-serak basah menyapa.

"Halo.. Ini Fer..?” Gue diam sesaat.. memory otak gue berpikir.
Siapa gerangan pemilik suara ini..? Rasanya gue pernah denger dan gak asing. Tapi gue lupa siapa.

Lalu gue jawab.. "Halo.. iya betul.. ini Fer. Ini siapa ya..?” Sambil gue masih berpikir.
"Hei.. lupa ya ama gue..? Ini gue Tira..!!"

Klikk..!! Langsung gue teringat. Gue kenal baik cewek ini. Dia teman gue waktu kuliah.
Selain itu ia juga tetangga gue. Karena kos-kosan kami dulu juga bersebelahan.

Dulu waktu kuliah dia cukup jadi primadona di kelas. Umurnya di bawahku 1 tahun.
Dan memiliki tinggi 164 cm.. dengan berat 42kg.. dengan ukuran BH 34B..

Yup. Gue kenal baik ini cewe.. tapi udah lama lost kontak sewaktu gjue pindah dari Jakarta.

"Hai Tira.. lo sekarang di mana..?” Tanya gue.
"Aku ada di Manado nih..” jawabnya.

"Ohh.. jauh banget ya..! Ngapain di sana..?” Balas gue.
"Ini lagi boarding mau ke Makassar..?” Jawabnya lagi.

"Wah.. emang lo tinggal di mana sekarang..?
Enak bener ya jalan-jalan mulu. Emang kerja apaan sekarang..?” Gue menyelidik,

"Eh Fer.. bentar malem gue mau ke Bali.. bisa kan ketemu..?
Udah lama nih gak ketemu..” katanya mengajak.

Otak gue berpikir .. Emang ini orang kerja apa..? Katanya mau ke Makassar.. tapi bilang mau ke Bali..?

"Ra.. lo katanya mau ke Makassar..? Tapi malam mau ke Bali..? Emang gawe apa lo sekarang..?”
Tanya gue mengulang pertanyaan tadi..

"Hehehe.. Fer.. gue kerja jadi pramugari..” Tira berkata sambil tertawa..
"Ohh.. pantesan .. Emang U stay di Bali malam ini..?" Tanya gue lagi makin penasaran.

"Iya nih.. bisa ya jemput gue di hotel..?" Tira meminta bantuan gue.
"Ouw.. gampang itu. Pasti..!!” Jawab gue mantap.. "Eh tapi jam berapa..?”

"Hmm.. Kalo gak delay jam 9-an.." Jawab Tira lagi.
"Buset..!! Oke deh.. ntar kalo dah sampe Bali telpon gue aja, ya.." ujar gue memastikan.
----oOo----

Ya.. gue keluar dulu dah ke langganan. Lumayan buang waktu daripada diam seharian di kantor.
Setelah ngobrol ngarol ngidul.. gue lirik HP gu. Wah.. udah jam 4 neh..! Gue pamit pulang.
Lumayan dapet orderan.. walau cuma iseng doang.

Sambil nyetir mobil tiba-tiba HP gue berbunyi.. Gue pikir Tira telpon..
Eh ngga taunya pacar gue yang nelpon.. minta dijemput di kantornya.

Yah.. akhirnya gue putar arah mobil gue menuju kantor cewek gue.
Gue jemput cewek gue dan gue antar pulang. Waktu itu baru jam 5-an lebih dikit.

Setelah sampai.. eh ada aja halangan.. cewek minta ditemenin.. karena ortunya belum balik dari kantor.
Dengan berbagai macam alasan.. akhirnya gue cabut dari rumahnya..

Sampe di kantor langsung gue absen keluar.. –suatu keharusan di perusahaan..–
Padahal jabatan gue lumayan cukup tinggi di kantor cabang di Bali.

Setelah mandi.. gue tunggu jamnya sambil tidur-tiduran.. Ughh.. rasanya lamaaaaa sekaliii.
Akhirnya jam 9.45 HP gue berbunyi. Ini dia..!! Tepat sekali Tira nelpon mengatakan sudah sampe.

Langsung gue tancap gas mobil gue sedalam-dalamnya.. hingga akhirnya tiba juga di hotelnya.
Lalu gue telpon Tira. Dia bilang masih OtW ke hotel. Weleh.. lama amat..!? Udah gak sabaran nih gue.

10 menitan gue nunggu.. akhirnya sebuah mobil tiba. Gue tunggu di lobi sembari dia mandi.
Tak lama akhirnya muncul gadis dari arah lift dengan kaos ketat agak pendek..

Sehingga terlihat sedikit perutnya yang putih mulus.. berwarna biru laut dengan setelan celana pendek jins yang seksi..
Memperlihatkan kakinya yang putih mulus.. buat ngiler aja hehehehe..

"Maaf ya.. nunggu lama..?” Tira berkata mengejutkan diri gue yang terkagum-kagum melihat kedatangan Tira..
Abis.. waktu itu Tira tampak sedikit lebih berisi dari waktu kuliah.. Wih.. makin cantik aja nih orang.

"Hallo Fer pa kabar..? Kaget ya liat gue..? Makin cantik kan gue..?”
Seloroh Tira sambil mengulurkan tangan menjabat tangan gue.

Gue masih terpukau melihat kecantikan Tira.. Hehehehe.. di Bali jarang nemuin cewek cantik dengan face chinese.
Emang sih.. Tira masih ada keturunan Chinessenya..

"Halo..!! Wah.. lo makin cantik aja..” sambil gue mengulurkan tangan. Tak disangka.. waktu berjabatan tangan..
Tira langsung memeluk gue dan memberikan ciuman di pipi kanan dan kiri..
Sontak saja si otong langsung konak deh.. Hehehe..

Setelah Pelukan sebentar Tira melepaskan pelukan gue dan berkata..
"Fer mau ke mana nih.. Eh tapi kita makan dulu ya laper nih.."

"Boleh.. lo mau makan apa..? Berat apa yang ringan..?”
"Gue mau makan udang nih..” jawabnya.

"Emmm.. di mana ya malem-malem gini..? Oke deh.. kita jalan dulu aja.. nanti lo tinggal pilih aja.. oke..?”
Gue berkata sambil merangkul Tira sambil mengajak melangkah menuju mobilku.

"Eeh.. tunggu.. tunggu..!” Tira menjawab agak terkejut.
"Kenapa..? Mau makan jam berapa neh..? Udah malem.. ntar keburu tutup..” bilang gue lagi.

"Eemmm Fer.. boleh kan gue ajak temen gue..?”
Belum sempet gue jawab.. muncullah temennya.. Duhh.. lemes langsung kaki ini..

Yah.. koq ngajak temen..!? Gue bicara dalam hati.

"Ini kenalin temen gue..” Tira berkata sambil melepaskan rangkulan tangan gue..
kemudian berbalik sambil menunjukkan temannya yang baru muncul dari arah lift.

Kami lantas berjabat tangan.. "Gue Eva temen kerjanya Tira..” Eva berkata dengan senyum yang manis.
"Eemm.. gue Fer.. temen Tira waktu kuliah..” jawab gue mantap..
sambil mata gue melirik toketnya yang sedikit terbuka..

Malam itu Eva menggunakan kaos putih dengan kerah berbentuk V..
yang memperlihatkan belahan dadanya dan dibalut celana jins ketat..

Wah.. terlihat pinggulnya cukup besar dan agak nungging ke belakang..
Dengan facenya mirip orang Indo.. ternyata Eva lebih tinggi dan lebih berisi dari si Tira..

Setelah makan.. kita naik mobil pelan pelan sambil ngobrol..
"Eh Ra.. mau ke mana lagi nih..?”
Gue memotong pembicaraan antara Tira dan Eva.. yang waktu itu menunjukkan pukul 11 lebih..

"Terserah deh..” jawabnya.
"Mau ke mana udah malem gini.. karaoke yuk..?” Gue jawab sekenanya..

Jawaban tak kuduga.. "Mau.. mau..!!” Jawab si Eva.
----oOo----

30 menitan setelah kita nyanyi di room.. gue keluar beli inex.
"Apa tuh Fer..?” Tira bertanya waktu gue memasukkan inex ke mulut gue..

"Inex..! Obat nahan ngantuk..” gue jawab sekenanya..
"Mau donk..” jawab si Eva..

Oke.. gue belikan inex 2 butir.. tapi mereka hanya makan 1/2 butir saja.
Ya.. sisanya gue simpan di saku gue.. –akhirnya gue telen juga tuh inex.. hhee..–

Gak lama setelah itu.. Kita bertiga on bareng.
Dengan merangkulkan tangan kiri gue ke bahu Tira dan tangan kanan gue rangkulkan ke bahu Eva.

Mereka asik mengeleng-gelengkan kepala.. udah kaya heli aja..
Gue turunin tangan kiri gue merangkul punggung si Tira.. gue sentuh toket kirinya dari luar..

Gue tunggu sejenak.. menantikan reaksi. Wah.. nih orang diem aja..!
Mendapat hal itu.. maka dengan perlahan gue remas toketnya..

Wutt..!! Tira langsung memandang mata gue.. Gue pikir dia marah nih..!

Eh.. ternyata Tira langsung mencium bibir gue dengan ganasnya tanpa malu..
padahal di samping kanan gue ada Eva..

Ketika permainan lidahnya dimulai..
segera gue balas dengan gigitan lembut sewaktu lidahnya masuk dalam mulut gue.

Karena ganasnya serangan lidah dari Tira.. tangan kanan gue yang daritadi merangkul di Eva.. gue lepaskan..
langsung gue peluk Tira.

Posisi Tira di samping gue membuat tangan kiri gue tergencet tubuhnya.
Nggak habis akal.. gue angkat tubuh Tira ke pangkuan gue.. hingga tubuh kita langsung berhadapan.

Ciuman pun berlangsung lama..
Gue gak sadar lagi kalau si Eva masih di samping gue. Gue ciumi leher Tira dengan ganasnya.

Gue dan Tira sedang asik-asiknya bercumbu.. Cklik..!! Tiba-tiba lampu dinyalakan.
Rupanya si Eva kesal karena kita anggap kerupuk.. Garing banget.. hehehe..

Kita berdua langsung tersadar dan melepaskan ciuman kita.
Tira langsung memperbaiki duduknya.. yang selama lampu tadi kita padamkan telah ‘teracak-acak’.

"Pulang yuk.. bete nih..!” Eva ngomel karena dari tadi dia kita cuekin..
Rupanya karena Tira juga baru kenal dengan Eva.. –pas penerbangan ini mereka baru kenal rupanya..–

Bah.. kontol gue udah ngaceng berat.. orang ini minta pulang. Huh.. sebel banget rasanya..
Karena gak enak.. Tira akhirnya mengajak pulang.

Sesampainya di depan kamar hotel.. Tira membisiki gue..
"Udah malem ini Fer. Nginep aja di kamar kita..” –Tira dan Eva satu kamar..–

Gue jawab.. "Emang enak..? Kan ada si Eva..” agak berbisik juga.
"Lo gak liat muka Eva..? Dia juga nafsu, kali..” Tira ngasih kode frontal.

Uffhh..! Mendengar itu adek gue di bawah yang tadinya ciut.. langsung berontak tegang.. semangat 45. Hehe..
Ketika sudah di kamar.. Eva langsung menjatuhkan badannya di kasur..

Gue masuk kamarnya.. dan Tira menutup pintu serta langsung mematikan lampu..
Kita melanjutkan pertarungan yang terhenti.. –double bed..– kita berdua langsung masuk dalam selimut.

Nafsu gue udah ampe ubun-ubun.. langsung kuciumi lehernya..
Lantas dengan cepat gue lepas kaos dan BH Tira.. nggak peduli terlempar ke mana.
–Lagian ga keliatan. Gelap banget, sih..– yang penting kita berdua telanjang dulu.

Gue langsung buka kaos dan celana jins gue sampai bugil.. gue tendang keluar kaos dan celana gue itu.
Tira pun dengan cepet membuka celana pendeknya. Udah gak nahan kali.. ampe buru-buru bugil.. Hihihi..

Nafsu gue sampe ubun-ubun udah gak tertahankan. Gue arahkan mulut gue di toketnya.
Clrupp.. slrupp.. langsung gue jilatin dan isap.. membuat Tira seperti kuda liar.. mendesah desah..
“Ohh.. aaahhh.. ahhhh.. ohhh.. ”

Tangan gue kanan menopang tubuh gue.. biar Tira tidak terlalu berat..
sedangkan tangan kiri gue memilin-milin toketnya..

10 menit gue ngerjain toketnya kiri dan kanan.
Gue cupang berkali-kali toketnya hingga berwarna merah. –Ngkali ya. Kan masih gelap..!? Hehe..–

Jilatan gue terus menuruni perut.. dan akhirnya gue memukan gundukan bukit-bulu yang halus.

Lidah gue terus menyusuri liang vaginanya.. akan tetapi tau-tau Tira menarik tangan gue.
"Jangan.. sayang.. aku jijik..” dengan nafasnya tersengal-sengal.

Gue naikkan tubuh gue menindih tubuhnya.. mulut gue mulai mencium lehernya yang putih.
Dan kembali kita berpagutan penuh nafsu..

Tangannya mulai bergerak menuju terpedo gue.. Ctapp.. dipegangnya lembut..
"Sayang.. koq gede banget ya..?” Tira berkata di telinga gue sambil mendesah..

"Ra.. boleh kan gue masukin..?” Tanya gue.
Tira hanya menganggukkan kepalanya.. dengan raut muka yang buat gue nafsu banget.

Segera saja kontol gue arahkan ke vaginanya.. Tira pun membantu menuntun kontol gue menuju miliknya.
Setelah dirasanya pas.. "Dorong sayang..” Tira berkata sambil mendesah.

Slebbb.. Gue dorong kontol gue memasuki liang memeknya.. Slebb.. 1 cm.. slebb.. 2 cm..
"Aouww..!! Sakit. Pelan-pelan sayang.." Tira merintih.. agaknya dia kesakitan.

"Sakit ya, Ra..? Emang U masih perawan..?” Tanya gue. Tira menggelengkan kepalanya.
"Koq masih sakit..? Padahal baru dikit masuknya..” kata gue lagi.. agak heran juga.

"Dulu gue pernah ngelakuin ini 1 kali ama mantan cowokku.. trus setelah itu dia menghilang.."
Jawab Tira sendu.. terlihat matanya berkaca-kaca..

"Fer.. udah masukin aja.. gue nafsu banget..” Tira berkata sambil membimbing kontol gue.
Kembali gue pegang kontol gue dengan tangan kanan.. sambil membimbing kontol gue menuju memeknya.

Slebbb.. 1cm.. slebb.. 2 cm.. gue lihat Tira menggigit bibir bawahnya menahan sakit..
"Masih sakit ya Ra..?” Bisik gue di telinganya.
"Udah.. ga apa. Terusin aja.. gue ga papa..” jawab Tira berusaha tegar. Hehehe..

Karena nafsu gue udah di ubun-ubun.. gue dorong paksa pinggul gue perlahan.. tapi pasti..
Slebb.. 2cm.. slebb.. 3cm.. slebb.. 4cm.. slebb.. 5cm..

Kepala kontol gue sudah masuk semua. Lalu gue dorong sekuat tenaga.. Jlebb..! Blessskk..!
"Aaaaaccchhhh..!!” Tira menjerit histeris..

"Aduh..!! Sakit.. sakit..” rintih Tira perlahan.
Gue kecup bibirnya.. agar teriakan Tira tidak membangunkan si Eva.

Gue diamkan kontol gue di dalam liang vaginanya beberapa saat.
Ughhh.. terasa memeknya memeras-meras kontol gue. Rasanya seret.. hangat dan nikmat banget..

Setelah gue diamkan sekitar 2 menitan.. slepp.. gue coba menarik kontol gue..
"Aaahhh.. tunggu sayang.. masih perih nih..” Tira mendesah..

Gue diemin kontol gue di dalam memeknya.. sambil kita melakukan frech kiss yang dahsyat..
Sleppp.. Pelan-pelan gue tarik kontol gue.. lalu.. jlebb.. secepatnya gue masukkan lagi..

Jlebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. Berkali-kali gue lakukan.. menyodok-menarik batang kontol gue.
Cairan cinta Tira mulai keluar.. hingga liang nikmatnya terasa licin dan Tira mulai merasa enak.

Tira hanya mendesah desah.. “Ahhh.. ahh.. ahh.. ahh.. ohh.. ohh..”
Pinggul Tira mulai mengikuti irama genjotan gue dan nafas gue mulai membara..

Sama seperti Tira yang tak mau kalah mengoyangkan pantatnya..
mengimbangi tusukan kontol gue pada memeknya..

Setelah 10 menitan guemenggenjot memeknya.. tiba-tiba kakinya disilangkan pada pinggul gue..
Sehingga.. tak pelak posisi kontol gue memasuki liang memeknya lebih dalam lagi..

Tira pun mengerang.. “Aah.. ahh.. aaahhhh.. aahhhh.. aaahhhh..”
Gue tau Tira pasti mau keluar. Genjotan kontol gue di liang vaginanya gue percepat.
Sesekali gue tusuk memeknya dalam-dalam.. sehingga terasa mentok dalam rahimnya..

Tira hanya bisa mendesah.. “Aaah.. ahhh.. aaahhh..aahhh.. aaaahhh..”
Tak lama gue rasakan memeknya berdenyut-denyut dan.. “Aaaahhhh.. aahhhh.. aaahhhh..”

Rupanya Tira telah orgasme untuk yang pertamakalinya.
Begitu dahsyatnya.. membuat tubuh Tira bergetar.

Tak lama kemudian.. srrr.. srrr.. srrr.. kontol gue terasa hangat tersiram cairan miliknya.
Gue diamkan kontol gue di dalam memeknya.. berdenyut-denyut.. dan diremas-remas dinding memeknya.

Setelah itu Tira melemas dan melepaskan lilitan kakinya dan tangannya,
"Duhh sayang.. enak banget.. gue belum pernah seperti ini.. Fer lu emang luar biasa.. makasih ya..”
Tira berkata sambil mengatur nafasnya.

Kemudian Tira mencium bibir gur.. padahal waktu itu gue belum ngerasa apa-apa.
Hmm.. mungkin pengaruh dari inex tadi.. pikir gue menganalisis.

Gue lanjutkan lagi genjotan gue dengan kecepatan sedang..
Jlebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb..

Ughhh.. Liang memeknya kini terasa licin sekali.. membuat bebunyian yang menambah nafsu gue..
Kira-kira 20 menit-an sudah berlangsung setelah Tira orgasme yang pertama.. pinggul gue cape banget.

Tapi gue belum merasakan tanda-tanda mau keluar.
Entah sudah 3 atau 4 kali lagi Tira ber-orgasme dalam 20-an menit itu..

Pada saat Tira menunjukkan dia mau orgasme lagi.. rrrbb..!!
Tiba-tiba selimut ditarik oleh Eva dan lampu kamar dinyalakan.. Ctekk..!

"Lo ini.. ganggu orang tidur..!!” Suara Eva mengagetkan kami.
Akan tetapi waktu itu Tira akan mengalami orgasme yang entah keberapakali.

Seketika kakinya dililitkan ke paha gue dan tangannya memeluk tubuh gue.
Ia mendesakkan selangkangannya ke selangkangan gue.

Ergghhh..!! Seketika saja tubuh kami bersatu dengan rapatnya.
Tira mendesah nikmat. “Aaaahhh.. aahhh.. aaahhhaaa.. aaahhhhh..”

Tanpa mempedulikan lampu yang menyala dengan terang dan selimut telah dibuka oleh Eva..
Gue saat itu ngerasa malu juga sih. Tapi mau gimana, coba..? Kaki dan tangan Tira memeluk erat tubuh gue..!

Setelah Tira mengalami orgasme.. akhirnya Tira melepaskan pelukannya.
Sementara gue berguling ke sampingnya.

Beberapa saat kemudian Tira berdiri dengan tubuh telanjang.
Lalu tanpa malu dia langsung ngeloyor ke kamar mandi.

Sebelum nyampe pintu kamar mandi ia menoleh..
"Va.. lo mau nyobain..? Tuh kontol Fer masih berdiri..” sambil matanya menatap mata gue..

Gue lirik Eva.. rupanya Eva sedang terkagum-kagum melihat kontol gue masih berdiri.. keras..

"Fer.. lo mandi dulu gih.. badanmu berkeringat.. dan itu dicuci juga ya.. Emoh aku bekasan Tira..”
Si Eva berkata sambil telunjukan telunjuknya menunjuk kontol gue..

Hehehe.. namun nggak gue pedulikan omongan Eva..
Gue langsung masuk ke kamar mandi.. yang di sana sudah ada si Tira lagi mandi.
Kontol gue terus berdiri.. padahal air mandinya dingin banget..

Tira nyeletuk.. "Wah hari ini lo hoki bangeet.. bisa nidurin 2 pramugari dalam semalam.. Hahaha..”
Ledeknya.. kayak lagi ngobrol dengan seseorang sambil menyabuni kontol gue..

Di kamar mandi kita mandi berdua.. kami menyabuni satu dengan yang lain.
"Wah.. Fer.. lo gak bener deh..! Liat.. toket gue pada merah-merah lo cupang.
Awas ya.. nanti pasti aku bales..!!” Tira berkata sambil menyabuni teteknya.

Gue cuma tersenyum.. lantas meninggalkan Tira di kamar mandi..
sambil mengeringkan badan gue dengan handuk hotel.

Di dalam kamar.. gue lihat Eva sedang tiduran di kasur.
"Buset.. itu meriam apaan gak loyo-loyo..? Padahal udah dimandiin.."

"Hehehehe.. ini bukan meriam.. ini rudal skud..” gue menjawab..
sambil menunjukkan telunjuk gue ke arah kontol gue yang masih berdiri walaupun terlilit handuk.

Gue langsung dekati Eva yang sedang terbaring di kasur.
Waktu gue mau cium bibirnya.. Eva memalingkan wajahnya.. menghindari ciuman gue..

"Ini makan permen dulu.. biar mulutnya wangi..” Eva berkata sambil memberikan aku permen rasa mint.
Gue ambil sebatang rokok marlboro.. gue selipkan di bibir sambil duduk di pinggir kasur Eva.

Setelah duduk gue nyalain rokok dan gue isap dalam-dalam rokok ini.. Wah.. nikmat banget..
Tak lama.. Tira keluar dari kamar mandi dengan mengunakan handuk menutupi toketnya..

Kemudian dia membuka kopernya dan memakai baju tidur di depan kami.
"Eh.. gue bobo dulu ya. Nanti lo lo pada jangan berisik..”
Tira berkata sambil membereskan tempat tidurnya yang berantakan sehabis pertempuran kita.

Gue nikmati rokok gue dan ngobrol dengan Eva sembari menghabisi rokok..
Tangan Eva mulai mengelus paha gue.. kemudian menyibakkan handuk yang guepakai.

Tuink..! Maka nampaklah kontol gue yang masih berdiri.. walaupun tidak maksimal.
Eva mulai melakukan pijitan-pijitan lembut di kontol gue..

Kemudian gue geser dudukan gue membuka handuk.. sehingga gue bugil.
Gue matikan rokok yang sedang gue isap.

Rupanya Eva sudah mengerti. Eva menggeser melepaskan pijatan pada kontol gue.
Kemudian ia menggeser posisi baringnya.. memberi ruang untuk gue menindih tubuhnya.
Eva masih berpakaian lengkap.

Mulai gue cium pipi kirinya.. kemudian ciuman gue bergeser ke arah bibirnya..
sedangkan tangan kiri gue mulai memeluk tubuh Eva.

Gue cium bibir Eva yang sudah menanti bibir gue.
Langsung gue serang dengan uluran lidah ke dalam mulut Eva.

Eva pun tak kalah ganasnya beradu lidah.. dan gigitan lembut Eva semakin membuat gue bernafsu.
Kini hanya terdengar nafasnya yang kian memburu.

Hampir 5 menitan sudah kita beradu lidah..
Tangan kanan gue menopang tubuh sedang tangan kiri mulai bergerak menuju toket indah milik Eva..

Gue elus lembut toket kanan Eva..
Rupanya Eva udah gak sabaran.. dia mendorong tubuh gue.. hingga terlepaslah ciuman kita.

Dengan cepet Eva membuka kaosnya..
Gue pun membantu dia membuka kaos dan behanya yang berwarna krem..

Nampaklah toket Eva yang menantang.. membuat nafsuku kian meningkat..
Clrupp..!! Lalu langsung gue emut toket Eva yang berukuran 34 C itu..
Pentilnya masih kecil banget dan berwarna merah mudah sama seperti warna bibirnya..

Gue isap dan gue jilati pentil toket Eva dengan ganasnya.. Eva hanya mengerang keenakan..
"Uuuuhh.. uuuhhhhh.. aaaahhhh.. aaaahhhh.. aaahhhh.." desahnya penuh nikmat.

"Say.. gigit donk..” Eva berkata dengan suara yang penuh nafsu..
Tanpa aba-aba ke 2 langsung gue gigit-gigit toket kanannya..
sedangkan tangan kanan mulai berusaha membuka celana jins Eva..

Eva sangat kooperatif.. ia membantu membuka celana miliknya.
Dan Eva mengangkat pantatnya untuk memudahkan tangan gue untuk melepas celana panjangnya.

Karena kesulitan.. gue lepas dulu kuluman mulut gue pada toketnya.
Lalu melepas celananya.. sekaligus menarik lepas celana dalamnya yang berwarna krem..

Jreng..!! Kini terlihatlah gundukan di selangkangannya.. ditumbuhi bulu-bulu tipis yang tersusun rapi..
Wah.. Eva ini memperhatikan juga bagian sensitifnya.. pikir gue.

Setelah Eva telah telanjang tanpa sehelai benang di tubuhnya..
Gue pandangi sejenak tubuh Eva yang membuat adrenalin gue meningkat..

Eva pun langsung menutupi daerah sensitifnya dengan tangan sambil berkata..
"Apaan sih koq liatnya kayak gitu..? Buat gue takut.."

Gue hanya tersenyum dan mulai mencium bibir Eva dengan lembut.
Eva pun membalas ciuman gue.. tangan kirinya memeluk tubuh gue dan meremas rambut kepala gue.

Sementara tangan kanannya turun menyusuri tubuh gue menuju terpedo gue.
Clokk.. clokk.. clokk.. Eva mulai mengocok-ngocok kontol gue dengan lembut..

Gue pun tak mau kalah.. ciuman gue mulai turun ke dagunya.. lehernya..
Sampailah di toketnya.. Cloph..! Langsung gue terkam toketnya yang menantang..

Gigitan lembut gue membuat tubuh Eva bergetar..
Sementara tangan kiri gue mulai bergerilya di toket kanannya..

Gue pilin-pilin dengan lembut puting susunya.. "Uuhhh.. aaahhh.. aaaa.. aaahhh.. uuuhh.. aaahhh.."
Desahan Eva mulai tak ber aturan.. nafasku pun sudah naik turun..

"Feeerrr.. gue udah gak tahan.. lo masukin aja deh.. "
Lengan kiri gue turunkan menuju vaginanya.. Ouw.. memeknya sudah basah sekali..

Gue belai lembut bulu-bulu halusnya.. juga gue gosok pelan-pelan bibir vaginanya yang sudah basah.
Slepp..! Jari tengah gue mulai gue masukkan sedikit-sedikit dengan terus gue gesek-gesekkan di bibir vaginanya..

”Aaa.. aaaaahhh.. aaa.. uuuhhhh.. aa aahh.. aaaaaaaa..” erangan Eva semakin menjadi-jadi.
"Feeeerrrr.. masukin donk.. pleaseeee..” pintanya sambil memelas.

Gue hanya tersenyum.. selanjutnya bergeser turun sambil mulai berjongkok berhadapan dengan tubuh Eva.
Gue atur posisi.. dengan tangan kanan menahan tubuh dan tangan kiri memegang kontol gue..
sembari mengarahkan ke belahan memeknya..

Tangan kanan Eva memegang kontol gue..
kemudian membantu menepatkan posisi kontol gue pas dengan liang vaginanya..

Setelah pas kepala kontol gue dengan vaginanya.. gue dorong pantatku perlahan..
Slebbh.. "Say.. pelan-pelan ya.. Sakit..hhh..” kata Eva mengingatkan.
"Iya.. tenang aja say.." balas gue singkat.

Perlahan-lahan kontol gue mulai membelah vaginanya.. Rrebb..
"Sssttttthhh..” Eva menahan nafasnya.

"Ouwww.. pelan pelan say..” ujarnya lagi.
"Iya..” jawab gue sambil mataku melihat kepala kontol gue mulai memasuki memek Eva.

Rrrrbbb.. rrrbbb.. Sedikit demi sedikit kepala kontol gue menusuk lalu membenam..
Mulai membelah dan menyelinap masuk ke dalam belahan memek Eva..

Karena vagina Eva yang masih sempit walaupun sudah tidak perawan lagi..
terlihat bibir vaginanya tertekan masuk.. karena kepala kontol gue memang cukup besar dengan diameter 4 cm.

"Aaaaddduuhh.. sakit..” Eva mengerang. Padahal kepala kontol gue hampir masuk semua.
Slepp..! Gue tarik kontol gue keluar dulu.. gue gosok-gosokan kepala kontol gue di bibir vaginanya..

Eva hanya bisa mendesah-desah.. ”Aaaa.. aaa.. aahhhh.. aaahhh.."
Kembali gue memasukkan kontol gue.. tangan Eva pun berusaha membantu..

"Va tahan dikit ya..” kata gue.
"Iya.. tapi sakit sayang.. Lo pelan-pelan yaaa..” jawabnya sambil meringis.

Gue pegang kontol gue dengan tangan kanan.. kembali mengarahkan kontol gue di vaginanya.
Eva membuka kakinya lebar-lebar.. sehingga vaginanya terbuka sedikit.

Setelah kontol gue tepat di depan vaginanya.. Slebb.. gue dorong kontol gue perlahan.
“Sshhhh..” Eva hanya bisa mendesis menahan sakit sambil menggigit bibir bawahnya.

Slebb.. 1cm.. slebb.. 2cm.. slebb.. 3cm.. slebb.. 4cm.. akhirnya kepala kontol gue masuk semua..
Gue tahan posisi dulu.. biar memek Eva melakukan adaptasi terhadap ukuran batang kontol gue..

Gue lirik muka Eva.. terlihat Eva meringis seperti menahan nyeri..
Kemudian Eva memberikan senyuman walau terlihat kesakitan.

Lalu dengan mesra gue cium bibirnya sambil tangan kanan menopang tubuh gue..
agar kontol gue tidak terdorong masuk selama beberapa saat..

Setelah terasa Eva sedikit menikmati ciuman gue.. mulai gue dorong lagi kontol gue perlahan..
Slepp.. Slebb..! Setengah batang kontol gue sudah memasuki vaginanya.. dan..

Blleesskk..! Akhirnya kontol gue tertelan masuk dalam memeknya..
Eva langsung memeluk erat tubuh gue menahan ngilu.. "Aaa.. aaaaa.. sssstttt.. aaaahh.."

Gue diamkan sejenak kontol gue di dalam memeknya.. agar Eva merasa enakan..
"Fer goyang donk.. pelan-pelan yaaa.. masih sedikit nyeri.." pinta Eva beberapa saat kemudian.

Slebb.. gue tarik perlahan dan gue goyangkan pinggang.. clebb.. clebb.. clebb.. crebb.. crebb..
Setelah sekira 2 menitan.. mulai gue goyang agak cepat. Jlebb-jlebb-clebb-clebb-clebb-clebb..

"Masih sakit say..?” Tanya gue.. sambil menarik batang kontol dari cepitan memeknya.
"Enggak. Enak koq..” jawabnya. Maka gue percepet genjotan pada memeknya..

5 menit sudah kita berpacu.. goyangan demi goyangan berlalu..
Mulai Eva menunjukkan gejala orgasme.. pinggangnya mulai cepat mengikuti irama goyanganku.

"Fer.. gue mau keluar nih.. cepet Fer.. hhhh..!!" Tak lama kemudian Eva mengerang.
"Aaaa.. aaaahhh.. aaaahhh.. aaaaa.. aaahhhhhh..” sambil tangannya memeluk tubuh gue erat.

"Sayang.. enak banget..” desahnya sambil mengecup bibir gue.
Setelah itu tubuh Eva melemas tak berdaya.. seperti kehabisan tenaga.

Gue merasa belum ada tanda-tanda mau keluar.. maka terus saja gue genjot tubuhnya..
"Va.. U di atas donk.. cape nih..” pinta gue.. Eva hanya mengangukkan kepala.

Slepp..! Gue tarik kontol gue dari vagina Eva. Gue balikkan tubuh lalu berbaring terlentang di kasur..
Eva kemudian mengangkang di atas tubuh gue.. tepat di tengah-tengah tuguh gue.

Setelah tepat Eva mengarahkan kontol gue tepat di memeknya.. lalu langsung menekan tubuhnya.
Jlebb.. Bleeesskk..! “Nghhh..hhhh..!” Kontol gue langsung terbenam dalam memeknya.

Tak lama kemudian Eva mulai menggoyangkan tubuhnya..
"Ahhh.. aaaa.. aaaahhh.. aaahhhhh.. aaaa.. aaaahhh..” desahan Eva mulai lagi.

Nafas gue mulai tak beraturan “Sssssttttt.. aaaa.. sssstttt.. aaaaahhhh.,”
Setelah 10 menitan.. Eva meminta untuk tukar posisi lagi..

"Fer cape nih goyang trus.. " Eva kemudian menarik tubuhnya..
Plopp..! Terlepaslah kontol gue dari jepitan memeknya.

Kemudian Eva memposisikan diri untuk gaya misionaris. –MoT.. standart..–..
Gue segera tindih tubuhnya dan kuarahkan kontolnya kedalam memeknya..

Bblleessskk..! Kembali kontol gue membelah dan menyerang memeknya..
Gue goyangkan pantat dengan cepet. Crebb-clebb-clebb-clebb-crebb-crebb..

Namun baru sekitar 5 menitan.. tubuh Eva kembali bergetar hebat..
"Fer.. gue keluar lagi.. aaaaahhhh.. aaaahhhhh.. sssttt.. uhhh.. aaa.. aaahh.. aaaahhhhh..”

Erangan Eva setelah orgasme yang ke-2. Tubuh Eva kembali melemas.
"Fer lo masih lamakah..? Gue udah cape nih.." katanya lemas.

"Ini bentar lagi..” balas gue sambil terus menggenjot tubuhnya.
"Burungmu kuat banget sih.." katanya lagi sambil mendesah-desah.

"Udah.. lo nikmati aja..” nggak gue hentikan kocokan kontol gue dalam memeknya.
"Fer.. nanti keluarin di luar aja ya.. gue takut hamil..” katanya terlihat sayu.

Karena gue mulai ada tanda-tanda mau keluar.. nggak gue hiraukan tubuh Eva yang lemas itu.
Crebb-clebb-clebb-clebb-crebb-crebb-clebb-clebb-clebb-creb-crebb..

Terus dan terus gue genjot memeknya dengan penuh nafsu.
Dinginnya ac tak terasa bagi kita.
Tubuh gue dan Eva terlihat mengkilap bermandikan keringet..

Setelah hampir 10 menit berlalu.. gue merasakan mau keluar.. gue makin percepat goyangan..
"Aaaahhh.. aaahhhh.. aaaaa.. uuuhhhh.. a aaahhh..”

Rupanya Eva pun kembali nafsu. pantatnya mulai bergoyang mengikuti gerakan gue.
“Say..hhh.. gue mauhh kellluarrr nihhh..” kataku sambil menahan gejolak di kontolku.

"Sama.. aahh.. ahhh.. gue juga..hhh..” jawabnya mendesah.
Tak lama terasa kontol gue mulai berdenyut-denyut mau menyemburkan cairan kepuasan.

Gue percepet goyangan gue.. Jlebb-jlebb-clebb-clebb-clebb-clebb..
“Aaahhh.. sssttt.. aaaa.. ssss.. aaaaahhhh..”

"Va guee kellluuuaarrrr niiihhh..hhh.." erang gue hampir orgasme.
Namun ketika gue mau cabut kontol gue.. "Tahhhannnn.. guee juggghha mau kellluarrr..hhhh..”

Tiba-tiba saja kedua kaki Eva dililitkan di belakang pantat gue.. melarang gue mencabut kontol.
"Sstttt.. aaaahhhh.. aaahhhhh.. aaaa hhhh .. aaaaah.. aaaa.. aaa.. aaahhhh..!"

Akhirnya.. karena gue udah nggak bisa nahan lagi.. crott.. crott.. crott.. crott..
Seketika muncratlah sperma gue di dalam rahimnya. Wuahhh.. nikmat banget rasanya..

Karena Eva juga udah mau keluar.. dia menggoyang-goyangkan pantatnya dan akhirnya..
"Aaaahhh.. aaaaahhh.. ssttt.. aaaaahhhhh.. aaaahhhhh..” erangan Eva setelah orgasme..

Lilitan kaki Eva di pinggang gue mulai mengendur.. hingga akhirnya terlepas..
Gue diamkan sejenak tubuh gue.. menikmati orgasme yang panjang.
Gue pandang wajah Eva yang terlihat lemas sekali.

"Fer.. lo dah keluar..?" Tanyanya lemas. Gue hanya menganggukkan kepala..
"Hah..!? Lo keluarin di dalem ya.. Fer..? Kalo gue hamil gimana nih..?” Eva berkata terlihat panik.

"Abis gimana..? Waktu gue mau cabut.. lo malah tahan badan gue.." kata gue membela diri.
"Ya mao gimana.. aku juga pas mau keluar..” sahutnya nggak mau kalah.

"Nanti kamu cuci aja yang bersih pake air dingin..” usul gue.
"Emang ngaruh..?” Sambil Eva mendorong tubuh gue.. sehingga kontol gue terlepas dari memeknya.

Kemudian Eva ngeloyor ke kamar mandi.. tak lama terdengar bunyi shower di kamar mandi.
Langsung gue susul Eva yang sedang mandi.

"Menurut kedokteran sih.. sel sperma akan mati bila terkena suhu yang di bawah 32 derajat Celsius..”
Kata gue setiba di kamar mandi.
"Masa’ sih..?” Eva menjawab.

"Ya.. suhu badan manusia normal kan 36-37,5 derajat celcius.
Lo sempot aja vagina mu dengan air shower dingin.. kalo bisa airnya sampe masuk ke dalam vagina.."

Meski terlihat ragu dan kurang percaya.. Eva melakukan apa yang telah gue katakan.
Seusai mandi. Gue lihat HP gue.. Udah jam 6 pagi lebih neh..
Kami membereskan tempat tidur dan gue tiduran di samping Eva.

Jam 7-an gue telpon bagian HRD di kantor gue. Untuk meminta izin:
Kalo hari ini gue gak bisa ke kantor karena gak enak badan.. hehehehehe..

Abisnya.. gue masih penasaran ama memek Tira dan Eva.

Karena katanya hari ini mereka libur.. dan baru besok pagi-pagi baru berangkat ke Jakarta.
Masih ada waktu seharian untuk ngentot ama 2 org pramugari ini.. Heheheh..

Thanks Tira And Eva.. –bukan nama sebenarnya.. koq..–
I Will Be Always Remember Both Of You.. (. ) ( .)
-----------------------------------------oOo-----------------------------------------
 
--------------------------------------------------------------------------------

Cerita 154 – Gara Gara Horny

Aku bangun
kesiangan. Kulirik jam dinding.. ah.. pukul 8 pagi. Suasana rumahku sepi.
Tumben.. pikirku. Segera aku meloncat bangun.. mencari-cari istri dan anak-anakku.. tidak ada..

Ahh.. baru kuingat, hari Minggu ini ada acara di sekolah anakku mulai jam 9 pagi.
Pantas saja mereka sudah berangkat.

Istriku sengaja tidak membangunkan aku untuk ikut ke sekolah anakku..
karena malamnya aku pulang kantor hampir pukul 4 pagi.

Yah.. beginilah nasib auditor kalo lagi dikejar tenggat laporan audit.
Untung saja.. ada anggota timku yang bisa mengurangi keteganganku.

Ya.. Agnes tentunya. Yang semalam telah memberikan servis untukku.
Baginya.. bersetubuh dengan lelaki lain selain suaminya bukan hal yang tabu.

Karena dia sendiri juga tidak mempermasalahkan jika suaminya berkencan dengan wanita lain.
Prinsip mereka.. yang penting pasangan tidak melihat kejadian itu dengan mata kepala sendiri.

Aku tersenyum mengingat kejadian semalam. Sebenarnya jam 11 malam kami sepakat untuk pulang kantor..
tapi ternyata aku dan Agnes sama-sama lagi horny. Akhirnya.. terjadilah seperti yang sudah kuceritakan di atas.

Tak terasa, aku mulai horny lagi. Penisku pelan-pelan mengangguk-angguk dan mulai mengacung.
Walah.. repot bener nih..! Pikirku. Lagi sendiri.. eh ngaceng..!!?

Kebetulan.. di rumah tidak ada pembantu..
karena istriku.. Indah.. lebih suka bersih-bersih rumah sendiri dibantu kedua anakku.

“Biar anak-anak gak manja dan bisa belajar mandiri.
Lagian bisa menghemat pengeluaran..” kilah istriku. Aku sih setuju saja.

Kurebahkan tubuhku di sofa ruang tengah.. setelah memutar DVD BF.
Sengaja kusetel.. biar hasratku cepet tuntas.

Setelah kubuka celanaku.. aku sekarang hanya pakai kaos dan tidak pakai celana.
Pelan-pelan kuurut dan kukocok penisku.

Tampak dari ujung lubang penisku melelehkan cairan bening.. tanda bahwa birahiku sudah memuncak.
Aku pun jadi teringat Linda.. sahabat istriku. Kebetulan Linda berasal dari suku Chinese.

Dia adalah sahabat istriku sejak dari SMP hingga lulus kuliah.. sebab dulu mereka juga bertetangga.
Karenanya hingga kini Linda sering juga main ke rumahku. Kadang sendiri.. kadang bersama keluarganya.

Ya.. aku memang sering berfantasi sedang menyetubuhi Linda.
Tubuhnya mungil.. setinggi Agnes.. tapi lebih gendut.. eh, berisi maksudku.. hehehe..

Yang kukagumi adalah kulitnya yang sangat-sangat-sangat putih mulus.. seperti warna patung lilin.
Dan pantatnya yang membulat indah.. sering membuatku ngaceng kalo dia berkunjung.

Aku hanya bisa membayangkan seandainya tubuh mulus Linda bisa kujamah..
Uughhh.. pasti nikmat sekali.

Fantasiku ini ternyata membuat penisku makin keras..
merah padam dan cairan bening itu mengalir lagi dengan deras.

Ah Linda.. seandainya aku bisa menyentuhmu.. dan kamu mau ngocokin penisku..
Begitu pikiranku saat itu.

Lagi enak-enak ngocok sambil nonton bokep dan membayangkan Linda..
terdengar derap langkah sepatu dan seseorang memanggil-manggil istriku.

“Ndah.. Indah.. aku dateng..!!” Seru suara itu..
Oh my gosh.. itu suara Linda..!! Mau ngapain dia ke sini..? Pikirku.
Kapan masuknya.. kok gak kedengaran..?

Linda memang tidak pernah mengetuk pintu kalau ke rumahku..
karena keluarga kami sudah sangat akrab dengan dia dan keluarganya.

Belum sempat aku berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan diri..
tau-tau Linda udah nongol di ruang tengah dan.. “Aahh.. ANDREEEEW..!?” Jeritnya kaget.

“Kamu lagi ngapain..?”
“Aku.. eh.. anu.. aku.. ee.. lagi. Ini ..” aku tak bisa menjawa pertanyaannya.
Gugup. Panik. Sal-ting. Semua bercampur jadi satu.

Orang yang selama ini hanya ada dalam fantasiku.. tiba-tiba muncul di hadapanku dan straight..
Langsung melihatku dalam keadaan telanjang. Gak pake celana.. cuma kaos aja.
Ngaceng pula. Wadduhh..!!

“Kamu dateng kok gak ngabarin dulu.. sih..?” Aku protes.
“Udah.. sana, pake celana dulu. Pagi-pagi telanjang.. nonton BF sendirian. Lagi ngapain sih..?”
Ucapnya sambil duduk di kursi di depanku.

“Yee.. namanya juga lagi horny. Ya udah.. mending colai sambil nonton BF.
Lagian anak-anak sama mamanya lagi pergi ke sekolah. Ya udah.. self service..” sahutku mulai tenang.

“Udah.. Ndrew. Sana pake celana dulu. Kamu gak risih apa..?”
“Ah.. kepalang tanggung kamu dah liat..? Ngapain juga dtitutupin..? Telat donk..” kilahku.

“Dasar kamu ya. Ya, udah deh, aku pamit dulu. Salam aja buat istrimu. Sana, terusin lagi..”
Linda beranjak dari duduknya dan pamit pulang.

Buru-buru aku mencegahnya. “Lin, ntar dululah..” pintaku.
“Apaan sih..? Orang aku mau ngajak Indah jalan. Dia nggak ada.. ya udah.. aku mau jalan sendiri..” sahutnya.

“Bentar deh Lin. Tolongin aku.. gak lama kok. Paling sepuluh menit..” aku berusaha merayunya.
“Gila kamu ya..!?” Linda protes sambil melotot.

“Kamu jangan macem-macem deh, Ndrew. Gak mungkin donk aku lakukan itu..!” Sergahnya.
“Lin..” sahutku tenang.

“Aku gak minta kamu untuk melakukan hal itu. Enggak.
Aku cuma minta tolong.. kamu duduk di depanku.. sambil liatin aku colai. Gimana..?” Pintaku agak memelas.

Linda tidak menjawab. Matanya menatapku tajam. Sejurus kemudian..
“Oke.. Lin. Aku janji gak ndeketin apalagi nyentuh kamu. Tapi.. sebelum itu.. kamu juga buka bajumu dong..
Pake BH sama CD aja deh.. gak usah telanjang. Kan kamu dah liat punyaku, please..?”
Aku merayunya dengan sedikit memelas sekaligus khawatir.

“Hm.. fine deh. Aku bantuin deh. Tapi bener ya.. aku masih pake BH dan Cdku.
Dan kamu gak nyentuh aku ya..? Janji lho..!?” Katanya menegaskan.

“Tapi.. tunggu. Aku mau tanya.. kok kamu berani banget minta tolong begitu ke aku..?”
“Yaaa.. aku berani-beraniin.. Toh aku gak nyentuh kamu.. Cuma liat doang. Lagian.. kamu dah liat punyaku..?
Trus, aku lagi colai sambil liat BF.. Lha ada kamu.. kenapa gak minta tolong aja.. liat yang asli..?” Kilahku.

“Dasar kamu. Ya udah deh.. aku buka baju di kamar dulu..” ujar Linda lagi sambil berdiri.
“Gak usah.. di sini aja..” sahutku.

Meski dengan gerakan agak ragu perlahan.. dia buka juga kemejanya..
Dan.. Blubb..! Aahh.. payudara itu menyembul keluar.

Payudara yang terbungkus BH sexy berwarna merah..
menambah kontras warna kulitnya yang sangat putih dan mulus.

Glekk..! Aku menelan ludah.. karena hanya bisa membayangkan seperti apa isi BH merah itu.
Setelah itu.. diturunkannya zip celana jinsnya dan dibukanya kancing celananya.

Perlahan.. diturunkannya jinsnya.. sedikit ada keraguan lagi di wajahnya.
Tapi akhirnya.. celana itu terlepas dari kaki yang dibungkusnya.

Wow..! Aku terbelalak melihatnya. Paha itu sangat mulus dan putih sekali.
Lebih putih dari yang pernah aku bayangkan. Tak ada cacat.. tak ada noda. Perfecto..!!

Selangkangannya masih terbungkus celana dalam mini berbahan satin..
sewarna dengan behanya. Sepertinya itu adalah satu set BH dan CD.

“Nih.. aku udah buka baju. Dah.. kamu terusin lagi colinya. Aku duduk ya..!?”
Linda segera duduk dan hendak menyilangkan kakinya.

Buru-buru aku cegah. “Duduknya jangan gitu dong..”
“Iih.. kamu tuh ya.. macem-macem banget. Emang aku musti gimana..?” Protes Linda.

“Nungging, gitu..?”
“Ya kalo kamu mau nungging, bagus banget..” sahutku.
“Sori ye.. emang gue apaan..” cibirnya.

“Kamu duduk biasa aja.. tapi kakimu di buka dikit.. jadi aku bisa liat celana dalam sama selangkanganmu.
Toh veggy kamu gak keliatan..?” Usulku.

“Iya.. iya.. ni anak rewel banget ya. Mau colai aja pake minta macem-macem..”
Linda masih saja protes dengan permintaanku.

“Begini posisi yang kamu mau..?” Tanyanya sambil duduk dan membuka pahanya lebar-lebar.
“Yak sip..” Sahutku. “Aku lanjut ya colinya..”

Kini sambil memandangi tubuh Linda.. aku terus mengocok penisku..
Tapi kulakukan dengan perlahan.. karena aku nggak mau cepet-cepet ejakulasi.

Sayang.. kalau pemandangan langka ini berlalu terlalu cepat.
Aku pun menceracau.. tapi Linda tidak menanggapi omonganku.

“Oh.. Liinn.. kamu kok mulus banget siihh..?” Aku terus menceracau.
Linda menatapku dan tersenyum.

“Susumu montok bangeett.. ahh.. pahamu sekel dan putiiiihhhh..hhh.. bikin aku ngaceng, Liiiiiinnn..”

Linda terus saja menatapku dan kini bergantian menatap wajahku dan sesekali melirik ke arah penisku..
Yang terus saja ngacai.. alias mengeluarkan lendir dari ujung lubangnya.

“Pantatmu, Liiiinnn.. seandainya kau boleh megang..
Uuuhh.. apalagi kena penisku.. oouuufff.. pasti muncrat aku..”

Aku merintih dan menceracau memuji keindahan tubuhnya.
Sekaligus aku berharap.. kata-kataku dapat membuatnya terangsang.

Linda masih tetap diam dan tersenyum-senyum.
Tetapi matanya mulai sayu.. dan dapat kulihat kalo nafasnya seperti orang yang sesak nafas.

Kulirik ke arah celana dalamnya..
Oppss.. aku menangkap sinyal kalo ternyata Linda juga mulai terangsang dengan aktivitasku.

Karena celana dalamnya berbahan satin dan tipis..
Jadi jelas sekali terlihat ada noda cairan di sekitar selangkangannya.

Duduknya pun mulai gelisah. Tangannya mulai meraba dadanya.. dan tangan yang satunya turun..
Mulai meraba paha dan selangkangannya. Tapi Linda nampak ragu untuk melakukannya.

Mungkin karena ia belum pernah melakukan ini di hadapan orang lain.
Kupejamkan mataku.. agar Linda tau bahwa aku tidak memperhatikan aktivitasnya.

Dan benar saja.. setelah beberapa saat.. aku membuka sedikit mataku..
kulihat tangan kiri Linda meremas payudaranya dan.. Owww.. BH sebelah kiri ternyata sudah diturunkan..

Astagaaa..!! Puting itu merah sekali.. tegak mengacung.
Meski sudah melahirkan dan memiliki satu anak..
kuakui, payudara Linda lebih bagus dan kencang dibandingkan Agnes.

Kulihat tangan kiri Linda memilin-milin putingnya..
Sementara tangan kanannya ternyata telah menyusup ke dalam celana dalamnya.

“Sssshh.. oofff.. hhh.:”
Kudengar suaranya mendesis seolah menahan kenikmatan.

Aku kembali memejamkan mataku dan meneruskan kocokan pada penisku..
sambil mendendar dan menikmati rintihan-rintihan Linda.

Tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang hangat.. basah.. lembut.. menerpa penis dan tanganku.
Aku membuka mata dan terpekik. “Lin.. kamu..!?” Leherku tercekat.

“Aku nggak tega liat kamu menderita, Ndrew..”
Sahut Linda sambil membelai penisku dengan tangannya yang lembut.

My gosh.. perlahan impin dan obsesiku menjadi kenyataan.
Penisku dibelai dan dikocok dengan tangan Linda yang putih mulus.

Aku mendesis dan membelai rambut Linda. Kemudian secara spontan..
Linda menjilat penisku yang sudah bener-bener sewarna kepiting rebus dan sekeras kayu.

Dan.. hap..!
Sebuah kejadian tak terduga tetapi sangat kunantikan.. akhirnya penisku masuk ke mulutnya.
Ya, penisku diisap Linda. Sedikit lagi pasti aku memperoleh lebih dari sekedar cunilingis.

Tak tahan dengan perlakuan sepihak Linda, kutarik pinggulnya dan buru-buru kulepaskan Cdnya.
“Kamu mau ngapain, Ndrew..!?” Linda protes sambil menghentikan hisapannya.

Aku tidak menjawab.. jariku sibuk mengusap dan meremas pantat putih nan montok..
yang selama ini hanya menjadi khayalanku.

“Ohh.. Lin,, boleh ya aku megang pantat sama memiaw kamu..?” Pintaku berharap.
“Terserah.. yang penting kamu puas..” ujar Linda seperti mendesah.

Mendpat 'izinnya'.. segera kuremas-remas pantat Linda yang montok.
Ah.. obsesiku tercapai.. Dulu aku hanya bisa berkhayal.. sekarang, tubuh Linda terpampang di hadapanku.

Puas dengan pantatnya.. kuarahkan jariku turun ke anus dan vaginanya.
"Oghhh.. hhhhh.." Linda merintih menahan rasa nikmat akibat usapan jariku.

“Achh.. Liiiinn.. enak bangeeeeett.. sssshhh..”
Aku menceracau menikmati jilatan lidah dan hangatnya mulut Linda saat mengenyot penisku.

Betul-betul menggairahkan melihat bibir dan lidahnya yang merah..
menyapu lembut kepala dan batang kelelakianku.

Hingga akhirnya.. “Liiinn.. bibir kamu lembut banget sayaanngg.. aku.. ach.. aku..”
“Keluarin sayang.. penis kamu udah berdenyut tuh.. udah mau muncrat yaaa..”

“I.. iiy.. iiyyaaa.. Liiiiinnnnnnnnn.. Ouufuffff.. argghh..”
Tak dapat kutahan lagi. Bobol sudah pertahananku.

Crottt.. crooottt.. crooootttt..
Spermaku muncrat sejadi-jadinya di muka, bibir dan dada Linda.

Tangan halus Linda tak berhenti mengocok batang kejantananku..
seolah ingin melahap habis cairan yang kumuntahkan..

Ohhhh.. my dream come true..
Obsesiku tercapai.. pagi ini aku muncratin pejuhku di bibir dan muka Linda.

“Lin.. kamu gak geli sayang..? Bibir.. muka sama dada kamu kena spermaku..?” Tanyaku.
Linda menggeleng dengan pandangan sayu.

Tangannya masih tetap memainkan penisku yang sedikit melemas.
“Kamu baru pertamakali kan.. mainin penis orang selain suami kamu..?”

“Iya, Ndrew. Tapi kok aku suka ya..? Terus terang.. bau sperma kamu seger banget..
Kamu rajin maka buah sama sayur ya..?” Tanya Linda menebak.

“Iya.. kalo gak gitu.. Indah mana mau nelen sperma aku..”
“Aihhh..!?” Linda terpekik. “Indah mau nelen sperma..?” Aku mengangguk.

“Kenapa Lin..? Penasaran sama rasanya..?
Lha.. itu spermaku masih meleleh di muka sama dada kamu. Coba aja rasanya..” sahutku.

“Mmmm.. ccppp.. ssllrppp..” terdengar lidah dan bibir Linda mengecap spermaku.
Dengan jarinya yang lentik.. disapunya spermaku yang tumpah di dada dan mukanya..

Slrupp.. slrupp.. kemudian dijilatnya jarinya sampe bersih.
Hmmm.. akhirnya spermaku masuk ke dalam tubuhnya..
“Iya.. Ndrew.. sperma kamu kok enak ya..? Aku gak ngerasa eneg pas nelen sperma kamu..”

“Mau lagi..?”
“Ih.. kamu tuch ya.. masih kurang, Ndrew..?”

“Lha kan baru oral.. belum masuk ke meqi kamu, Lin..” sahutku.. ”Tuh, liat.. bangun lagi kan..?”
“Dasar kamu ya..”

“Bener kamu gak mau spermaku..? Ya udah.. kalo gitu.. aku mau bersih-bersih dulu..”
Ancamku sambil bangkit dari kursi.

“Mau sih.. Cuma takut kalo Indah dateng.. gimana donk..?” Linda merajuk.
Perlahan kuhampiri Linda.. kuminta dia duduk di sofa.. sambil kedua kakinya diangkat mengangkang.

Kulihat meqinya yang licin karena cairan cintanya meleleh akibat perbuatan jariku.
“Hmmm.. Lin.. meqi kamu masih basah.. kamu masih horny dong..?” tanyaku.

“Udah Ndrew.. cepetan deh.. Nanti istrimu keburu dateng.. Lagian aku udah .. Auuuwwww..!!
Ohhh.. Shhhhh..”

Linda terpekik saat lidahku menari di ujung klitorisnya.
“Ndrewwww.. kamu gilaaa yaaa..” bisiknya sambil menjambak rambutku.

Kumainkan lidahku di kelentitnya yang udah membengkak.
Kukuak perlahan bibir vagina Linda yang semakin membengkak.

Perlahan pula kumasukkan telunjukku, mencari G-spotnya.
Akibatnya luar biasa.. Linda makin meronta dan merintih. Jambakannya makin kuat.

Cairan birahinya makin membasahi lidah dan mulutku. Tentu saja hal ini tak kusia-siakan.
Slrupp..! Kusedot kuat agar aku dapat menelan cairan yang meleleh dari vaginanya.

Ya.. aroma vagina Linda lain dengan aroma vagina istriku.
Meski pun keduanya tidak berbau amis, tapi ada sensasi tersendiri saat kuhirup aroma kewanitaan Linda.

“C’mon.. Ndrew.. I can’t stand.. ochhh.. ahhhhhh.. shhhh.. c’mon honey.. quick.. quick..”
Aku paham.. gerakan pantt Linda makin liar. Makin kencang.

Kini kurasakan pula meqinya mulai berdenyut.. Sebentar lagi dia meledak. pikirku.

Ting.. tong.. Bel rumahku berbunyi.
“Mas.. mas Andrew..!!” Suara wanita di depan memanggil namaku.

Sontak kulepaskan jilatanku. Linda memandang wajahku dengan wajah pucat.
Aku pun memandang wajahnya dengan jantung berdebar.

“Ndrew.. kok kayak suara Rika ya..?” Linda bertanya.
“Wah.. mau ngapain dia ke sini..? Duh.. gawat dong..” ucap Linda ketakutan.

“Udah Lin.. kamu masuk kamarku dulu deh.. cepetan..” Segera Linda berjingkat masuk ke kamarku..
Mungkin sekalian membersihkan tubuhnya karena di kamarku ada kamar mandi.

Aku tau ada sebersit ekspresi kecewa di wajahnya.. karena Linda hampir meledakkan orgasmenya..
Yang tiba-tiba harus terputus oleh kedatangan Rika.. sahabatnya.. sekaligus sahabat istriku ini.

Setelah kupakai kaos dan celana yang kuambil dari lemari dan cuci muka sedikit..
aku menuju ke ruang tamu.. membuka pintu.

“Halo mas.. ’Pa kabar..?” Sambut Rika begitu melihatku membuka pintu.
“Baik, Rik. Ayo masuk dulu. Tumben nih pagi-pagi, kayaknya ada yang penting..?”
Tanyaku seraya mengajak Rika menuju ruang tengah.

Seketika mataku sedikit terbelalak melihat pakaiannya. Bagaimana tidak..?
Kaos ketat menempel di badannya.. dipadukan dengan celana spandex ketat berwarna putih.

Aku melihat lipatan cameltoe di selangkangannya.. menandakan bahwa di daerah itu tidak ada bulu jembutnya.
Lalu.. saat aku berjalan di belakangnya.. tak kulihat garis celana dalam membayang di spandexnya.

Hmm.. mana mungkin dia gak pake CD.. mungkin pake G-string.. pikirku.

Kami berdua segera menuju ruang tengah. Untung saja film bokep yang aku setel udah selesai.
Jadi Rika nggak sempat melihat film apa yang tengah aku setel.

“Ini lho mas.. aku mau anter oleh-oleh. Kan kemarin aku baru dateng dari Jepang.
Nah.. ini aku bawain.. sedikit bawaanlah.. buat kamu sama Indah. Itung-itung membagi kesenangan..”

“Wah.. tengkyu banget lho.. kamu baik banget..”
“Ah.. biasa aja lageee.. hehehe..”

Kami berdua sejenak ngobrol-ngobrol..
karena memang sudah beberapa bulan Rika nggak berkunjung ke rumahku.

Rika ini adalah salahsatu sahabat istriku.. selain Linda.
Diam-diam.. aku pun juga terobsesi dapat menikmati tubuhnya.

Ya.. Rika seorang wanita yang mungil. Tinggi badannya nggak lebih dari 155cm.
Bandingkan dengan tinggiku yang 171. Warna kulitnya putih.. tapi cenderung kemerahan.

Hmm.. aku sering berkhayal lagi ngentotin Rika..
sambil aku gendong dan aku rajam memiawnya dengan penisku.
Pasti dia merintih-rintih menikmati hujaman penisku..

“Hey.. bengong aja..! Ngeliatin apa sih..?” Tegur Rika tiba-tiba.. membuyarkan lamunku.
“Eh.. ah.. anu.. enggak. Cuma lagi mikir.. kapan ya gue bisa jalan-jalan sama kamu..”

Eits.. kok ngomongku ngelantur begini sih. Aduh.. gawat deh..

“Alaaa.. mikirin jalan-jalan apa lagi ngeliatin sesuatu..?” Rika melirikku dengan pandangan menyelidik.
Mati aku..!! Berarti waktu aku ngeliatin bodynya.. ketauan dong kalo aku melototin selangkangannya. Wah..

“Ya udah, mas. Aku pamit dulu.. abis Indah pergi. Lagian dari tadi kamu ngeliatin melulu. Ngeri aku.
Ntar diperkosa sama kamu deh.. hiyyy..!!” Rika bergidik ambil tertawa. Aku Cuma tersenyum.

“Ya udah, kalo kamu mau pamit. Aku gak bisa ngelarang..”
“Aku numpang pipis dulu ya..?” Rika menuju kamar mandi di sebelah kamarku.
“Iya..”

Tepat saat Rika masuk kamar mandi.. sambil berjingkat Linda keluar dari kamarku.
Aku terkejut dan segera menyuruhnya masuk lagi.. karena takut ketauan.

Ternyata CD Linda ketinggalan di kursi yang tadi didudukinya.. waktu sedang aku jilat memiawnya.
Astagaaa..!! Untung Rika nggak ngeliat.. atau jangan-jangan dia udah liat..
Makanya sempat melontarkan pandangan menyelidik..? Entahlah..

“Cepeeeett.. ambil trus ke kamar lagi..!” Perintahku sambil berbisik.
Linda mengangguk.. segera menyambar Cdnya dan.. Ceklek..! CONTIECROTT..!!
------------------------------------oOo----------------------------------
 
Terakhir diubah:
----------------------------------------------------------------

Cerita 154 – Gara Gara Horny [Part 2
]

Brengg..!! Pintu kamar mandi terbuka.. dan saat Rika keluar..

Kulihat wajahnya terkejut melihat Linda berdiri terpaku di hadapannya..
sambil memegang celana dalamnya yang belum sempat dipakainya.

Ditambah keadaan Linda yang hanya memaki kaos.. tetapi di bawah tidak memakai celana jinsnya.
Aku pun terkejut dan berdiri terpaku.

Hatiku berdebar.. tak tau apa yang harus kuperbuat atau kuucapkan.
Semuanya terjadi dalam waktu yang sangat singkat dan tak terelakkan. Kepalaku terasa pening.

“Linda..? Kamu lagi ngapain..?” Rika bertanya dengan wajah bingung campur kaget.
“Eh.. anu.. ini lho ..” kudengar Linda gelagapan menjawab pertanyaan Rika.

“Kok kamu megang celana dalem..? Setengah telanjang lagi..?” Selidik Rika.
“Oo.. aku tau.. pasti kamu berdua lagi berbuat yaaa..?”

“Enggak Rik. Ngaco kamu, orang Linda lagi numpang dandan di kamarku kok..!”
Sergahku membela diri.

“Trus, kalo emang numpang dandan.. ngapain dia di ruangan ni.. pake bawa celana dalem lagi..
Udah gitu telanjang juga.. Hayo..!?” Rika bertanya dengan galak.

“Sini liat..!” Rika menghampiri Linda dan cepat merebut celana dalam yang dipegang Linda..
tanpa perlawanan dari Linda.

“Kok basah..?” Rika mengerutkan keningnya. “Nhaa.. bener kan.. hayooooo.. kamu ngapain..?
“Udah deh, Rik.. emang bener.. aku lagi mau ML sama Linda. Belum sempet aku ngentot, sih.
Baru aku jilat-jilat memiawnya.. keburu kamu dateng..”

Aku menyerah dan memilih menjelaskan apa yang barusan aku lakukan.

“Kamu tuh ya.. udah punya istri masih doyan yang lain. Ini cewek juga sama aja..!
Gatel ngeliat suami sahabatnya sendiri..!?” Rika memaki kami berdua dengan wajah merah padam.

“Terserah kamulah.. kamu mau laporin aku sama Linda ke polisi.. silakan.
Mau laporin ke Indah.. terserah..” ucapku pasrah.

“Hmm.. kalo aku laporin ke Indah.. kasian dia. Nanti dia kaget. Kalo ke polisi.. ah.. ngrepotin..”
Rika menimbang-nimbang apa yang hendak dilakukannya.

“Gini aja mas. Aku gak laporin ke mana-mana. Tapi ada syaratnya..”
Rika memberikan tawarannya kepadaku.

“Apa syaratnya, Rik..?” Ujarku dengan nada terpaksa.
“Nggak berat kok. Gampang banget dan mudah..”

“Iya.. apaan syaratnya..?” Linda ikut bertanya.
“Terusin apa yang kamu berdua tadi lakuin. Aku duduk di sini.. nonton. Bagaimana..?”

“WHAT..!?” Aku dan Linda berteriak bebarengan.
“Gila lu ya..!? Masa’ mau nonton orang lagi ML..!?”

“Ya.. terserah kamu. Mau pilih mana..?” Rika mencibir dengan senyum kemenangan.
Aku dan Linda saling berpandangan.

Tak mampu berpikir jernih lagi.. segera kuhampiri Linda.. kubelai tangan dan rambutnya.
Linda seolah memahami dan menyetujui syarat yang diajukan Rika.

Segera saja kulumat bibirnya yang ranum.. dan tanganku meremas pantatnya yang sekel.
Linda segera membuka kaosnya.

Sambil terus berciuman dan meremas pantatnya, kubimbing Linda menuju sofa.
Kurebahkan ia disana dan dengan cekatan dilepaskannya kaos dan celanaku..
sehingga aku sekarang telanjang bulat di hadapan Linda dan Rika.

Aku melirik Rika, yang duduk menyilangkan kakinya.
Kulihat wajahnya menegang seperti tegangnya penisku.

Aku tersenyum-senyum ke arahnya, sambil memainkan dan mengocok-ngocok penisku..
seolah hendak memamerkan kejantananku.

“Ayo, Ndrew.. cepetan deh.. udah gak tahan, honey..” Linda merintih.
“Biarin aja si Rika.. paling dia juga udah basah..” katanya setengah berbisik.

“Enak aja kamu bilang..!!” Sergah Rika.. ternyata mendengar.
“Udah.. buruan..! Aku pengen liat kayak apa sih kalian kalo ML..?” Perintah Rika lagi.

Aku menatap mata Linda yang mulai sayu dan tersenyum.
Setelah melepas seluruh pakaiannya.. sempurnalah ketelanjang-bulatan kami berdua.

Tak sabar.. segera kusosor memiaw Linda yang sangat becek oleh lendir birahinya.
“Achhhh.. sshhhh.. Oouufffgg.. Andreeeww..!”

Linda menjerit dan mengerang menerima serangan lidahku.
Pantatnya tersentak ke atas.. mengikuti irama permainan lidahku.

Hmmm.. nikmat sekali. Memiawnya beraroma segar.. tanda bahwa memiaw ini sangat terawat.
Dan yang membutku girang adalah lendir memiawnya yang meleleh deras..

Seiring dengan makin kuatnya goyangan pinggulnya..
“Hmmppff.. Andrew.. Andrew.. sayaaaanngg.. akh.. akh.. akkkkkuu..”

Linda terus merintih. Nafasnya tersengal-sengal, seolah ada sesuatu yang mendesaknya.
“Akku.. . mmmhhhhh.. ssshhh..”

“Keluarin sayang.. keluarin yang banyak..” Aku berbisik..
sambil jari tengahku terus mengocok memiawnya dan jempolku menggesek itilnya yang sudah sangat keras.

Baik itil mau pun memiaw Linda sudah benar-benar berwarna merah.. sangat basah..
akibat lendirnya yang meleleh.. hingga membasahi belahan pantat dan sofa.

Segera aktivitas tanganku kuganti dengan jilatan lidahku lagi.
Hal ini membuat paha Linda menegang.. tangannya menjambak rambutku..
sekaligus membenamkan kepalaku di tengah jepitan pahanya yang menegang.

Aku merasakan memiawnya berdenyut dan ada lelehan cairan hangat menerpa bibirku.
“Andreeww.. Aaacchh..!”

Linda menjerit keras sekali.. menjepit kepalaku dengan pahanya..
menekan kepalaku di selangkangannya dan berguncang hebat sekali.

Tak kusia-siakan lendir yang meleleh itu. Kusedot semuanya, kutelan semuanya.
Ya.. aku tidak mau membuang lendir kenikmatan Linda.

Sedotanku pada memiawnya membuat guncangan Linda makin keras..
Hingga akhirnya Linda terdiam seperti orang kejang.

Tubuhnya kaku dan gemetaran.
“Oooohhhh.. Ndreww.. aaachhh..” Linda menceracau sambil gemetaran.

“Enn..en.. Nik.. mat.. bangeth.. sssse.. dothan.. sama jhiilatan kkk.. kamu..”
Kulihat Linda tersenyum dengan wajah puas.

Segera kuarahkan bibirku melumat putingnya yang keras dan kemerahan.
Meski pun sudah melahirkan dan menyusui dua anak.. payudara Linda sangat terawat, kencang.
Dan putingnya masih berwarna kemerahan.

Siapa lelaki yang tahan melihat warna puting seperti itu.. apalagi sekarang puting merah itu..
benar-benar masih keras dan mengacung meski pemiliknya barusan menggapai orgasme.

“Shhh.. Dreeewwww.. iihhhh.. geli..”
Linda menggelinjang saat kuserbu lagi putingnya.

Aku tidak mempedulikan rintihannya.
Kulumat putingnya dengan ganas.. sehingga badan Linda mulai mengejang lagi.

“Acchhh.. Andreww.. sayaaaannggg..” Linda merintih.
“Terus sayang.. iss.. ssseeeppp.. pen.. til.. kuhh.. ooffhh.. hh.. hh.. hh..”

Tanpa aba-aba.. segera kusorongkan penisku yang memang sudah mengeras seperti kayu ke memiaw Linda.
Blessskk..!! “Ahhkkk.. mmppfff.. oooggghhh..”

Pantat Linda tersentak ke depan, seiring dengan menancapnya penisku di mekinya.
Slebb.. jlebb.. Kutekan penisku makin dalam dan kuhentikan sejenak di sana.

Ughhh.. Terasa sekali memiaw Linda berkedut-kedut, walau pun tergolong super becek.
“Ayo, nDrew.. gocek penis kamuh..akk.. kkuuuu.. udah mau.. keluarrrrr.. laggiiiihhh..”
Linda merintih memohon.

Segera kugocek penisku dengan ganas dan kecepatan penuh.
'Membongkar'.. mengaduk-aduk dan menyodok-nyodok liang meqi Linda yang makin membasah.

Clebb.. clebb.. crebb.. crepp.. crepp.. cplakkk.. cplaakkkk.. cplaakkkk..!
Bunyi gesekan penisku dengan memiaw Linda yang sudah basah kuyup nyaring terdengar.

Tak lupa kulumat bibirnya yang ranum dan tanganku menggerayang memilin menikmati payudara dan putingnya.
Sesaat kemudian kulihat mata Linda terbalik.. Cuma terlihat putihnya.

Kakinya dia lipat mengapit pinggul dan pantatku. Tangannya memeluk tubuhku erat.
“Ann.. dreeww.. Oogghh.. Aakkhh..!” Linda menjerit keras dan sekejap terdiam.

Tubuhnya bergetar hebat. Terasa di penisku denyutan memiaw Linda.. sangat kuat.
Berdenyut-denyut.. seolah hendak memijit dan memaksa spermaku untuk segera mengguyur..
menyiram memeknya yang luar biasa becek.

Makin kuat kocokan penisku di dalam memiaw Linda, makin kencang pula pelukannya.
Makin kencang pula pelukannya. Nafas Linda tertahan..
Seolah tidak ingin kehilangan momen-momen indah menggapai puncak kenikmatan.

Karena denyutan memiaw Linda yang membuatku nikmat..
ditambah rasa hangat karena uyuran lendir memiawnya, aku pun tak tahan.

Ditambah ekspresi wajahnya yang memandang wajahku dengan mata sayu..
namun tersirat kepuasan yang amatsangat.

“Ayo nDrew.. keluarin pejuh kamu.. keluarin di memiawku.. cepp..aatthh..” Linda memohon.
“Kamu gak papa aku tumpahin pejuh di rahim kamu..?” Tanyaku sambil terengah-engah.

“No problem honey.. aku safe kok..” sahut Linda.
“C’mon honey.. shot your sperm inside.. c’mon honey..”

“Liinn.. Lindaaa.. Lindaaaaaaaa.. Argggggghhhhh..” aku merasakan pejuhku mendesak.
Crebb-clebb-clebb-crebb-crebb-crebb-clekk-clekk-clekk-clekk..

Kupercepat kocokanku dan Linda juga mengencangkan otot memiawnya.. berharap agar aku cepet muncrat.
“Aacchh..” Jrroott.. jrroott.. jrrroott.. tak kurang dari tujuh kali semprotan pejuhku.

Banyak sekali pejuh yang kusemprotkan ke rahim Linda.. sampai-sampai ia tersentak. Jleghh..!!
Kubenamkan dalam-dalam penisku, hingga terasa kepala penisku seperti memasuki liang kedua.

Ahhh.. ternyata penisku bisa menembus mulut rahimnya. Berarti pejuhku langsung menggempur rahimnya.

“Ohhh.. nDrreeeww.. enak sayang.. nikmat, sayaaannggg.. offffffghhhh..” Linda merintih lagi.
“Uggghhh.. hangat sekali pejuh kamu, Ndrew..” ucap Linda.

Setelah beristirahat sejenak dengan menancapkan penisku dalam-dalam di lepitan dan jepitan vagina Linda..
Lalu secara mendadak kucabut penisku.. Pllloopph..!

Kupandangi memiaw Linda yang masih membengkak dan merah dengan lubang menganga.
Linda segera mengubah posisi duduknya dan.. ceeerrrrrr.. pejuhku meleleh keluar.

Segera saja jemari Linda meraih dan mengorek bibir memiawnya.. menjaga agar pejuhku tidak tumpah ke sofa.
Akibatnya.. telapak tangan Linda belepotan penuh dengan pejuhku yang telah bercampur lendir memiawnya.

Dengan pejuh di telapak tangan kanannya.. Linda menggunakan jari tangan kirinya..
untuyk mengorek memiawnya untuk membersihkan memiawnya dari sisa pejuhku.

“Berani kamu telen lagi..?” Tantangku.
“Idih.. syapa takut..” Linda balas menantangku.

“Nih liat ya..” Clep.. dijilatnya telapak tangannya yang penuh pejuhku..
“MMmm.. slrrpppp.. glek.. aachhhh..”

Linda nampak puas menikmati pejuh di tangannya.
“Hari ini kenyang sekali aku.. sarapan pejuh kamu duakali.. hihihihi..” Linda tertawa geli.

“Tuh.. masih ada sisanya di tangan. Belum bersih..” Sahutku.
“Tenang, nDrew.. sisanya buat.. ini ..”

Sambil berkata begitu, Linda mengambil sebagian pejuhku dan mengusapkannya di wajahnya.
“Bagus lho buat wajah.. biar tetep mulus..” sahut Linda sambil mengerling genit.

“Astagaaaa.. kamu tuh, Lin.. diem-diem ternyata ..” kataku terkejut.
“Kenapa..? Kaget ya..?”

“Diem-diem, muka alim.. tapi kalo urusan birahi liar juga ya..?”
“Ya.. iyalaaahhh.. hare gene, Ndrew.. orang enak.. kok ditolak..?”

“Tau gitu.. tadi aku semprot di muka kamu aja ya..” sesalku.
“Iya juga sih.. sebenernya aku pengen kamu semprot. Cuman aku dah gak bisa ngomong lagi.. nahan enak sih..
Lagian aku pengen ngerasain semprotan pejuh kamu di memiawku..” Linda tersenyum.

“Eh, Ndrew.. ssstttt.. coba liat tuh.. jailin yuk..” ajak Linda.
Ya ampuuunnnn.. aku lupa bahwa aktivitasku tengah diamati Rika.

Segera kulirik Rika.. yang ternyata tanpa kami sadari tengah beraktivitas sendiri.
Tangannya menggosok-nggosok spandexnya, yang mulai membasah.

Kulihat lekukan cameltoenya makin besar.. lebih besar dari yang kulihat di ruang tamu.
Pertanda bahwa Rika juga telah dilanda birahi.

Linda mencolek tanganku.. rupanya ia ingin mengerjai Rika. Aku setuju.
Sambil berjingkat.. aku dan Linda menghampiri Rika.

Segera tangan Linda yang masih ada sisa pejuhku dioleskan ke muka dan bibir Rika.
“MMppphhhh.. fffggghhh..!?” Rika sontak terkejut dan menghentikan aktivitasnya.

“Apaan nih…kok kayak bau pejuh..?”
“Udahlah Rik.. aku tau kamu juga ikutan horny.. ngeliat aku dientot sama mas Andrew..”
Linda tersenyum-senyum genit.

“Ahh.. aku.. eeehh.. anuu ..” Rika gelagapan kehabisan kata-kata.
“Rik, ngkalo kamu juga horny, gak papa kok.. aku masih kuat..” Tantangku.

“Tuh.. kamu liat. Penisku masih bisa bangun.”
Ya.. walau pun sudah menyemprotkan amunisinya duakali permainan..
penisku masih berdiri walau pun tak sekeras waktu ngentotin Linda.

Malahan sekarang penisku berdenyut dan mengangguk-angguk.. seolah menyetujui usulku dan Linda.
“Tuhhh, Rik. Penisku manggut-manggut..” sahutku.

“Tapi nanti kalo Indah pulang gimana..?” Tanya Rika.
“Don’t worry, honey. Kalo memang kepergok.. nanti aku bantu jelasin ke Indah..” Hibur Linda.

“Soalnya, dulu-dulu aku pernah becandain Indah.. gimana kalo sekali-sekali aku minjem penis suaminya..”
“Trus.. Indah bilang apa..?” Rika penasaran.

“Mmmm.. dia sih gak bilang iya.. tapi juga gak bilang enggak..” jawab Linda.
“Dia cuman ngomong.. ya kalo kamu gak malu sama Andrew.. terserah kamu.
Tapi kalo Andrew ketagihan.. risiko tanggung sendiri lho. Gitu kata Indah..”

“Oooo..” Rika terlongong mendengar penjelasan Linda.
Aku pun terperangah.
Jadi.. ternyata..!? Jangan-jangan mereka berdua memang sengaja ke sini.. atas suruhan Indah..

Gak pake lama segera kulumat bibir Rika yang mungil. “Mmmpphhh.. mmppfff.. aaahhhh..” Rika mendesah..
”Andrewww.. puasin aku sayang.. guyur aku dengan pejuhmu kayak Linda tadi.. oooccchhhhh..”

Aku terus melumat bibirnya.. lehernya yang jenjang dan mulus..
Kujilat pula telinganya yang membuat Rika merinding dan tersengal-sengal.
Ternyata salahsatu titik rangsangannya adalah telinga.

Linda membantu melepaskan spandex Rika.
Dan.. oouuuwww.. pantesan di selangkangan Rika terlihat seperti terbelah.

Rupanya dia memakai G-String yang segitiganya hanya mampu menutupi itilnya.
Selebihnya.. terlihat bibir vaginanya sudah membengkak kemerahan dan basah kuyup oleh lendirnya.

Kulihat vagina Rika sama dengan Linda.. bersih dari bulu jembut,
sehingga hal ini membuat penisku langsung tegak mengeras lagi.

Linda turut membantu Rika melepaskan G-String, kaos dan Bhnya.
Seolah Linda tak ingin Rika direpotkan oleh aktivitas lain yang mengurangi kenikmatan bercinta.

"Ohhh.. Ndreeww.. sssshhhhh.. hhhaaaaaarrrggghhh.. mmmppphhhhh..”
Rika merintih-rintih sambil menggelengkan kepalanya saat bibirku turun ke putingnya.

Payudara Rika lebih kecil dari Linda, mungkin hanya 34B, dibandingkan milik Linda yang 36C.
Putingnya berwarna coklat muda, tegak keras mengacung, seolah menantangku untuk segera melahapnya.

Dan.. hap.. kusedot putting kiri.. sementara tangan kananku meremas payudara sebelah kanan dan memilin putingnya.
“Auuuccchhhh.. Anddreewwww.. ampunnnn.. amppuuuuuunnnnn..!”

Rika berteriak menahan nikmat saat jari tangan kiriku menyusuri memiawnya.
Kumasukkan jari tengahku sambil jempolku menggosok itil Rika yang sangat keras.

“Rik.. penis Andrew diusap dong.. biar cepet keras…” ujar Linda.
Segera tanpa diperintah duakali, Rika segera meraih penisku, mengusap dan mengocok bergantian.

“Uffff.. Rika sayaaanng.. akhirnya penisku kena kamu yaaa..” aku merintih menahan nikmat.
Ternyata Rika sangat terampil dalam urusan kocok mengocok..
sehingga tak perlu waktu lama penisku sudah sekeras kayu lagi, mengkilat kemerahan.

Tak sabar segera kubalikkan tubuh Rika, sehingga posisinya sekarang nungging di depanku.
Lututnya bertumpu pada sofa panjang, sehingga punggungnya meliuk, menambah sexy posisinya saat itu.

Dengan pantat membulat, tampak bibir vagina Rika merekah merah dan berkilat licin oleh cairan birahinya.
Tak tahan, kuserbu vagina Rika, kujilat itilnya dan kukorek liangnya dengan jari-jariku.

“Arggghhh.. Andrew.. oohhhh.. nik.. mat.. sss.. sseekkk.. kali.. say.. yaannnghhh..”
Rika menjerit sambil tersengal. Napasnya memburu.

“Akk.. kku.. hammm.. ppir sampai, honey..” Rika terus merintih.
Ah.. ternyata Rika tak sanggup bertahan lebih lama lagi.

Terasa sekali di bibirku.. suhu vagina Rika makin panas dan lendir cintanya bertambah banyak mengalir.
Segera saja kuarahkan batang penisku yang menunggu giliran merojok vagina Rika.

Slebbb.. Jlebb..!! “Ugghhh.. aaccgghh.. Andreeeewwww..”
Pantat Rika tersentak menerima hunjaman penisku yang begitu tiba-tiba.

Agghhh..! Nikmat sekali vagina Rika. Meski pun sama-sama becek dan mampu berdenyut..
Nmaun aku merasakan sensasi lain dibandingkan vagina Linda.

Makin lama makin terasa vagina Rika berdenyut-denyut.
Tak ada suara yang keluar dari bibir Rika.. kecuali erangan dan rintihan.

Kurasakan otot di sekitar pantat dan selangkangannya mengejang..
Lalu tiba-tia Rika menekan pantatku sambil melolong.. “Ooouuwww.. Andreeewww.. Uuufffggghhh..!”

Nafas Rika tertahan dan kupercepat hunjaman penisku, seolah menyerbu vagina Rika bertubi-tubi.
Ahh.. betapa hangat lendir birahi yang mengalir, bahkan sampai meleleh membasahi pahaku dan paha Rika.

Rika tetap menggoyang-goyangkan pantatnya..
sehingga membuatku makin bernafsu menggocek penisku dalam vaginanya yang becek namun sempit.

“C’mon honey.. shot your sperm inside my mouth..”
Rika menoleh dan menatapku dengan mata sayu seolah memohon agar kusemprotkan spermaku di mulutnya.

“Ohhhhh.. aaaawwwgghhh.. Rikaaaaa.. vagina kamu kok ennnnaaakk bangethhh sssssiiiccchhh..!?”
Aku menceracau sambil terus memajumundurkan pantatku.

“Ngeliat pantat kamu yang bullet.. dddaannn.. putih.. eeegghhhh.. bikinnhh.. aakkk.. kkkuuuu..
pengennnnhhhh.. ngecreettthhh.. aaarrrrggghhh.. RIIIKKKAAAAAAAAAA.. HHHHH..!”

Aku berteriak keras sambil mencabut penisku.
Serta merta Rika meraih penisku, mengocoknya sambil mengisap kepala dan batangnya.

“C’mon.. ayo Ndrew.. keluarin pejuhmu..”
“Aku pengen ngerasain pejuh kamu..”

Linda pun tak tinggal diam. Ia berbaring telentang di bawahku dan menjilat perineumku..
seolah tau bahwa itu adalah daerah ‘matiku’. Ya, aku paling gak tahan kalo perineumku dijilat.

“Aaarrgghh.. LINDAAAA.. gila kamu.. aaarrrghhhh.. nnnniiikk.. mathhh.. bangetttt..”
“Aku gak tahan, Rikaaa.. Lindaaa.. sayangku cintaku..”

Dan.. crrroooooottt.. crroooootttt.. “Haeeppphh.. eeelllppphhhhh.. hhhmmmppphhh..”
Suara dari mulut Rika. Tampak dia gelagapan menerima semburan spermaku..
tak kurang dari 5 semburan kencang dan banyak.

“Aaaahhh.. ooouuffhh.. auuww.. ooouuww.. udah Rik.. udah.. udah.. jangan diisep teruss.. gelllliii..”
Aku meringis kegelian karena Rika tetep mengisap penisku.. seolah tak rela kalo pejuhku tak keluar tuntas.
Seolah ingin menikmati pejuhku hingga tetes terakhir.

“Hmmm.. udah puas kamu Rik..?”
Tanya Linda sambil bibirnya mengecap-ngecap pejuhku yang menetes ke mukanya.

“Ahh.. gila juga si Andrew ya..” sahut Rika.
“Memiawku rasanya penuh banget. Mana penis dia panjang lagi. Berasa mentok di rahimku kayaknya..”

“Liang kamu gak dalem sih Rik..” timpalku.
“Tapi asyik kok rasanya. Ternyata memiaw kalian sama-sama gak dalem ya..”

“Thanks banget ya buat kamu berdua, udah mau bantuin aku..” ucapku.
“No problem.. dear Andrew..” sahut Rika dan Linda hampir bersamaan.
“Gimana pun.. kamu kan suami sahabatku. Boleh dong kalo saling bantu..” sahut Rika.

Kami pun bercanda sejenak sekedar melepaskan lelah.
Dan sambil masih tetap bertelanjang..
kupersilakan Rika dan Linda ke ruang makan untuk sekedar minum minuman segar.

Kulirik, jam menunjukkan waktu pukul 11.37 siang..
pertanda tak lama lagi istriku dan anak-anak akan segera datang.

Mereka berdua pun segera membersihkan diri..
dari sisa-sisa lendir dan sperma yang membasahi vagina mau pun wajah mereka.

"Ok Ndrew.. aku pamit dulu ya.." Rika pamit sambil mengecup bibirku.
"Daaahh.. sayang..”

“Mmuuachh.." Linda memagut bibirku lama.. seolah tak mau kehilangan momen yang sangat dahsyat.
"Bye.. Ndrew..!!” Linda juga berpamitan.

"Salam buat Indah ya.. tapi jangan bilang lho, kalo kamu habis bagi-bagi pejuh.. xixixi.."
Rika dan Linda cekikikan sambil berjalan keluar.

"Ok, hon.. don't worry.. thanks ya..!”
Sahutku sambil melambaikan tangan dan mengantar mereka ke pagar.

Ah.. betapa bahagianya aku. Ternyata dua sahabat istriku tak keberatan olah sex denganku.
Yang selama ini hanya khayalanku.. kini telah menjadi kenyataan.

Thanks buat Rika dan Linda.. kuharap kalian gak bosen.
Karena aku pun tak akan pernah bosan menikmati tubuhmu.. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd