Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------------------------------------

Cerita 142 – Dilanda Gairah

Mbak Srini

Percintaanku
dengan Sulasmi.. pelajar kelas 3 SMP sudah berjalan hampir se
tahun.
Itulah yang tidak habis dalam benakku sampai sekarang.

Duh.. untung saja tidak sampai hamil.
Dan seandainya hamil.. pupus sudah cita-citaku dan mungkin tidak seperti sekarang ini.

Ekonomiku relatif baik.. seorang isteri yang bekerja sebagai perawat..
Satu anak dan aku sendiri seorang karyawan swasta di kotaku Semarang.

Aku memiliki seorang baby sitter umurnya 19 tahun.. dan dia ternyata naksir berat sama aku.
Bila istriku dinas malam.. pasti dialah yang akan menemaniku di ranjang.
Kami bertempur habis-habisan 3 sampai 4 kali.

Sempat kasusku ini masuk koran lokal.
Di mana anakku dilarikan baby sitterku karena minta dikawin olehku.. ampun deh.

Nanti bagian lain aku ceritakan tersendiri.
-------oOo-------

Ini kisahku saat remaja. Di awal-awal mengenal seks.. ketika harus ‘nge-kost’.. jauh dari orangtua.
Aku anak pertama dari lima bersaudara.
Usiaku menginjak 16 tahun manakala orangtuaku harus pindah tugas dari kota K ke kota P.

Alhasil waktu itu aku baru dua bulan masuk kelas 1 SMA sayang jika harus pindah..
Apalagi sekolahku adalah sekolah swasta yang membutuhkan biaya banyak.

Atas kebijakan orangtuaku.. aku harus kos.
Maka aku diantar oleh kedua orangtuaku dan keempat adik-adikku menempati kos baru.

Rumah kosku sangat besar.. dengan model kuno khas ukiran Jepara.
Berbentuk letter L dengan halaman luas.. terdapat sepasang pohon mangga.

Ruang tamu memanjang ke belakang yang bersekat..
terdapat empat kamar di bagian tengahnya.. berhadapan langsung dengan ruang makan.
Semuanya berjumlah sepuluh kamar.

Aku sendiri berada di kamar terakhir di bagian letter L-nya.
Empat kamar termasuk kamarku.. berakses langsung keluar melalui pintu samping..
Dengan halaman kecil di tanami pohon mangga kecil. Dipisahkan oleh tembok belakang sebuah rumah.

Teman-teman kosku waktu itu bernama Mbak Mamiek.. Mbak Mur.. Mas Prayitno..
Mbak Srini.. Indarto.. Sularno dan pemilik Kos.

Rumah bagian depan yang tepat membatasi kamarku memiliki dua anak perempuan.
Sulasmi kelas tiga SMP.. dan Sutarmi SD ke las 6.

Ukuran tubuhku biasa-biasa saja.. 168. Berat Badan 60 dengan tahi lalat di dagu sebelah kanan.
Dan rahang sebelah kiri yang kata mbak Srini menarik.. sekaligus membuatku manis kata mbak Srini.
Padahal aku laki-laki tulen.. hal ini nanti aku ceritakan.

Ukuran penisku juga normal.. tegak lonjong ke atas tanpa membengkok.
Setiap pagi semenjak duduk di kelas 3 SD.. aku selalu merendam dengan teh basi selama 10 menit..?

Tanpa diberi gula loh.. –entar malah dikerubut semut.. bisa berabe.. he.. he..–
Lalu pelan-pelan dikocok-kocok.. diremas.. jangan sampe keluar mani..
–seringnya sih keluar.. abis enak sih.. hahaha..–

Itu kata anak-anak kos sebelah rumahku dahulu.. entah benar atau tidak.
Manfaatnya..? Itu juga aku belum tau.

Hari-hari berlalu, aku sudah mulai terbiasa dengan lingkunganku yang baru..
Aku sering keluar dengan teman-temanku yang baru.

Aku sangat akrab dengan teman-teman kosku.
Dapat ditebak.. aku lebih dekat dengan mbak Srini.. seorang guru SD.

Usianya terbilang jauh denganku.. yang saat itu berusia 16 jalan 17 tahun sedangkan dia 26 tahun.
Mbak Srini berasal dari kota Klaten. Berambut sedikit keriting sebatas bahu.. dengan tinggi sekitar 160-an.

Postur tubuhnya biasa dan warna kulitnya menandakan orang Jawa asli.. berwarna sawo matang. Coklat kekuningan..
Ya.. berbeda dengan Lasmi.. –Sulasmi .. anak pemilik kost..– yang coklat kehitaman.

Apalagi tempiknya. Setelah aku gosok-gosok dengan tanganku dan kontolku..
Mungkin membantu mempercepat hormon kewanitaannya.. kini rambut tempiknya semakin lebat.. ha.. ha..

Suatu malam.. aku ingat waktu itu aku habis menyetubuhi Lasmi aku tidak bisa tidur..
Padahal hujan turun dengan derasnya.

Mustahil malam-malam begini.. apalagi hujan deras aku ketok jendela Lasmi.. minta jatah ngenthu..!?
Wahh.. bisa-bisa berabe.. bakal panjang urusannya.

Aku lalu keluar kamar.. hanya bercelana dalam.. berkaos oblong dibalut kain sarung.
Iseng aku berjalan di samping rumah.

Jam menunjukkan pukul 10.30 saat aku berada di samping jendela kamar mbak Srini.
Kebetulan kulihat lampu kamarnya masih menyala.

Ada celah di jendela kamarnya.. kamar kami semua dari kayu hanya kamar depan yang menghadap kejalan dari nako.
Iseng aku mengintip. Ah.. sayang tertutup kain korden.

Mataku jelalatan dalam keremangan lampu samping yang hanya 5 watt.. mataku menemukan sapu lidi.
Aku ambil sebatang dan pelan aku masukkan.. lalu aku sibak dengan sangat pelan sekali.

Moga-moga ada sesuatu yang menarik terjadi dalam kamar. Begitu pikirku.

Saat aku berhasil menyibak kain korden..
Tampak mbak Srini dengan berbaring terlentang dengan rok tersibak ke atas..

Dan..Wuahhh.. tanpa celana dalam..!? Sepertinya mbak Srini sedang membaca sebuah novel..
sambil memasukkan sebuah benda ke dalam liang tempiknya.

Astaga.. aku tau.. benda itu sebuah pisang ambon.. yang dibalut dengan sebuah kondom.
Ukuran pisang Ambon itu lumayan besar.. lebih besar pisangnya dari punyaku.

Wuihh.. belahan kakinya tepat berada di jendela di mana aku mengintip.
Sementara wajahnya tertutup novel yang dibacanya.

Kakinya sesekali menggapai tepian ranjang yang terbuat dari besi.
Hampir setengahnya pisang itu melesak masuk ke dalam vaginanya.

Tampak dadanya membusung.. dan dari balik kaos yang dikenakannya payudaranya naik-turun tidak teratur.
Uhh.. Mbak Srini tengah terobsesi atau menghayati oleh bacaan novel yang dibacanya.

Berkali-kali pantatnya naik-turun 'mengolah' pisang berkondom itu di liang tempiknya..
Terlihat dengan cepat tangannya memaju-mundurkan pisang berlapis kondom di tangannya.

Pasti pisang itu akan segera matang.. tidak perlu pemanasan lewat pengarbitan..
Dan ditanggung akan manis alami he.. he..!!
Demikian candaku pada diriku sendiri.

Asyik juga.. hampir selama 20-an menit hal itu berlangsung.
Sprei bagian pantatnya sudah awut-awutan dan basah oleh cairan yang keluar dari tempiknya.

Aduh.. mana tahan dong, Mr 'P' sudah berdiri apalagi hanya bercelana dalam.. so bebas berkeliaran.
Malam sudah mendekati larut.. aku toleh kanan dan kiri sepi..

Lantas dengan bersandar di tembok rumah Lasmi.. celana dalam dan sarungku aku lepas.
Kontolku yang sudah ereksi habis aku pencet pangkalnya dengan tangan kiriku .

Sedangkan tangan kananku mengocok batang dan kepalanya. “Hhhhh..!”
Aku tidak tau mbak Srini saat itu sudah mencapai orgasme..

Kemudian dia meletakkan bacaannya di sampingnya.. sambil mengatur napasnya yang memburu..
ia melihat kain kordennya bergoyang..

Karena tanpa sadar.. akibat dorongan birahiku aku lepaskan begitu saja lidi yang aku pegang.
Bersamaan mbak Srini membuka jendela kamarnya dengan pelan.. dan nyaris tanpa bunyi..

Aku memejamkan mataku.. aku membayangkan penglihatanku tadi sambil mengocok kontolku..
tepat berada di depan jendela kamar mbak Srini yang tanpa kuketaui terbuka perlahan.

Mbak Srini menahan napas manakala dilihatnya aku sedang mengocok kontolku menghadap ke arahnya..
dengan kontol yang ereksi habis.. bagian kepalanya bulat berkilatan diterpa cahaya lampu kamarnya..
hingga mengeluarkan cairan bening tanda birahi.

“Sssstttthh..!” Aku mendesis dan tidak sadar.. Mbak Srini sudah menikmati pemandangan nikmat..
Juga dengan kedua mata terbelalak.. tertuju kepada kepala kontolku.

Apalagi petang tadi kontolku sudah diasah di vagina Lasmi.. so tampak memerah berkilatan.
Bak sebuah kepala gada.. aku mencondongkan pantatku ke depan.. dengan wajah menengadah ke atas dan mata terpejam.

Karena dorongan birahi.. ditambah petang tadi aku sudah orgasme duakali..
sehingga aku mengalami sedikit kesulitan mencapai orgasme..

Aku pelan terdorong ke depan.. dan saat aku mendekati puncak orgasme.. aku sudah mendekat ke jendela. dan
Dan tu tidak aku sadari.. suerr..! “Ahh..!?”

Aku terkejut bukan kepalang saat terasa kepala kontolku seperti ada yang melahap.
Sialnya.. saat tepat sekali air maniku mau muncrat.. mataku terbelalak.

Ya ampun..!? Mbak Srini sudah 'melahap' kontolku.. dan dengan cepat dia menjulurkan lebih keluar kepalanya..
Lalu dengan kedua tangannya menarik pantatku..

Srootthh..!! Ia menyedot dengan kuat kontolku yang melesak masuk sampai batas kerongkongannya.
Crott.. crott.. crott.. crott..!! Air maniku bercampur dengan air ludahnya..

Akibatnya aku terdorong semakin maju.. refleks kedua tanganku bertopang pada daun jendela kamarnya.
“Hoeekk..!”
“Ahh..!” Habis semua air maniku.. keterkejutanku.. kenikmatanku. Disedot Mbak Srini. Tuntas.. tas.. tas..!!

Aku terdiam.. manakala aku mulai tenang.. mbak Srini sedikit menarik keluar kontolku..
sehingga hanya bagian kepalanya yang masih berada dalam mulutnya.

Lalu kontolku terkulai lemas dan mbak Srini bangkit menghadapku.
“Hayoo, tadi ngintip aku ya..?” Katanya pelan.. hampir tak terdengar.. tapi bagai dentum halilintar bagiku.

Sementara hujan masih deras mengguyur dan gelegar guntur bersahut-sahutan..
membuat siapapun pada malam itu nyaris keluar rumah kecuali aku, mungkin he.. he..

Aku hanya meringis.. mengangguk. Tampak air maniku masih melelh di bibirnya..
dan lagi rupanya sebagian aku muncratkan di kaos yang dipakainya.

Tampak putingnya menyembul dari kaos tanpa lengan berwarna hijau kesukaannya.
Otak laki-lakiku bekerja dengan cepat.. memberikan informasi kepadaku;
Bahwa perempuan itu memerlukan pemuasan birahi.. walau tadi dia sudah melakukannya sendiri.

Cepat aku raih tengkuknya dan aku lumat bibirnya,
“Mmpphhh.. hhh.. hh..!..?”

“Heekkkh.. hhh..!”
Mbak Srini tidak kuasa menolak, dengan tinggi hanya 155 cm membuatnya terdongak dari balik jendela.

“Mmmppphhh..!”
“Hhhmmmppp..!”

Kali ini mbak Srini yang berpegangan pada tepian jendela dengan kedua tangannya..
Asyik buah dadanya yang tidak mengenakan beha tampak bergetar-getar.. dangan putingnya menyembul, mengundang belaian.

“Hhhh..”
“Hhmm..”

Tentunya dengan mudah kedua tanganku menggerayanginya dan menyusupkan ke balik kaosnya.
Mbak Srini terpejam. Kali ini payudara yang aku pegang berbeda dengan milik Lasmi.

Payudara ini milik seorang perempuan dewasa.. sedangkan Lasmi yang beberapakali sudah aku setubuhi..
adalah seorang perempuan remaja yang baru mulai tumbuh dan tumbuhnya hasil karbitan.
Karena belum saatnya.. malah sudah merasakan tubuh seorang laki-laki menidurinya.

Payudara mbak Srini memiliki puting panjang dan keras.. payudaranya tidak bundar seperti punya Lasmi..
tapi lonjong.. tentunya duakali lebih besar dari punya Lasmi.

Ah.. ternyata payudara perempuan berlainan, aku kira sama. Seperti kontol, setiap laki-laki berbeda.
Sedangkan aku termasuk yang normal untuk ukuran Asia.. dengan tinggi badan 170 berat 60..

Anda bisa membayangkan berapa ukuran kontolku semestinya.
Tidak usah aku sebutkan.. kebanyakan orang menulis dengan menyebut ukuran yang sangat luar biasa.

“Masuk yuk..” bisiknya lirih dan aku langsung meloncat masuk..
Mbak Srini bergegas menutup jendela kamarnya sementara hujan masih deras mengguyur.

Aku melepas sarung, celana dalam dan kaos yang aku pakai.
Diterangi oleh cahaya lampu 5 watt tampak dari kaca almari tubuhku yang bugil dengan kontol yang ‘ereksi’ habis.

Mbak Srini tersenyum sambil membuka kaosnya.
Ah.. sepasang payudaranya menggantung dengan putingnya yang coklat kehitaman menjulang ke atas.

Dia menarik turun roknya.. sehingga dia sudah berbugil-ria.
Bagian selangkangangannya ditumbuhi rambut yang hitam pekat.

Ia berjalan pelan menghampiriku.. berdiri di samping di mana aku duduk di tepian ranjang.
Mbak Srini terlihat tersenyum di dalam cermin.. memandang ke arahku.

Aku tidak melihat soal cantik atau tidak.. kenyataannya dia memang tidak cantik..
Tapi dalam keadaan bugil..!? Woww.. itu urusan lain.

Lalu dia ikut duduk di sampingku.. masih tetap tersenyum memandang ke cermin.
ke arahku.. dan meraih batang kontolku. “Tuh, panjang..” seraya melirikku.

“Tadi sudah dicoba..” sambil aku melingkarkan tangan kananku ke pundaknya.
“Iih.. kamu nakal..” dia menyebut namaku.

“Kenyotan mbak Srini hebat deh..” sambil tangan kiriku mengusap lembut payudaranya.
Tampak di cermin dia tersenyum memandangku.
“Pasti, pasti aku kenyot lagi punya kamu..” sambil menyebut namaku.. “Sampai kamu puas.”

“Kalau sekarang punya kamu gantian aku nyot, mau..?”
“Mau sekali, sayang..!”

Lalu mbak Srini naik ke atas ranjang dan bersandar menggunakan bantal ke tepian ranjang..
Kemudian melipat kedua kakinya.. lalu membuka lebar-lebar.. mengangkang.

Tersenyum manakala aku beranjak ke arah selangkangannya.
Tempiknya membuka lebar.. hitam kemerahan..

Lalu dengan kedua tangannya.. dia menyibakkan rambut tempiknya yang demikian lebat.
Basah saat aku dekatkan wajahku.. aroma khas tempiknya menyergap hidungku.. beda dengan milik Lasmi.

Sebagai perempuan dewasa.. mbak Srini tentunya lebih berpengalaman merawat kelaminnya.
Beda dengan punya Lasmi.. tempik Lasmi masih halus ditumbuhi sedikit rambut baru.

Sedangkan milik mbak Srini.. di tepiannya sudah lebat ditumbuhi rambut.
Membuat malam itu aku ingin menikmatinya.

Clrup.. slrup.. Aku mulai mencium belahan bagian atasnya.. menjilati berlahan klentitnya.
Setelah beberapakali aku praktik melakukannya pada Lasmi.. membuat lidahku kini sudah terampil.

“Sssttt..tt..thh..!” Desahnya keenakan.
“Hhhh.. hh.. hh..!” Erangnya makin sering terdengar.

Mbak Srini mendesah.. memandang apa keselangkangannya dan mengusap rambutku dengan kedua tangannya..
Seolah-olah kami sudah lama menjadi sepasang kekasih dia memperlakukan aku dengan lembut.

Dengan kedua kaki terpentang lebar.. sesekali mbak Srini menggoyang-goyangkan selangkangannya.
Mengarahkan sesuai dengan bagian mana aku menjilati tempiknya..

Dan beberapakali dia mengarahkan dengan menggeser rahangku.. di mana dia meminta bagian yang perlu dijilati.
“Turun sedikit..”
“Yah, aahhh.. hh.. ahh..!”

Erang nikmatnya setiap lidahku menyentuh apa yang diinginkannya.
Mbak Srini bergetar dengan kedua kaki mengejang saat aku menjepit dengan kedua bibirku klentitnya.

Lalu.. slruppp.. menyedotnya dengan kuat dan menggesek menggunakan ujung lidahku.
“Aakhhh.. hh.. hhh..!” Kedua tangan mbak Srini meremas kain sprei.. dan membusungkan dadanya ke atas.

Menumpangkan kedua kakinya ke atas pundakku.. lalu mengatupkkan sepasang pahanya.
Mengakibatkan kepalaku terbenam hingga membuatku sulit bernapas..

Hanya terdengar kecipak bunyi.. kecepok..! Kecepok..! Kecepok..!
Bunyi mulutku yang mengenyot tempiknya.

Tiba-tiba.. “Masukkan sayang, aku sudah enggak tahan..”
Mbak Srini meraih pundakku, memintaku naik untuk menidurinya.

Dengan tangan kirinya dia meraih kontolku yang sedari tadi sudah ngaceng..
mengarahkan ke tempiknya, ke lobang vaginanya dan tangan kanannya menekan pantatku.

Crepp.. Blessekk..!! “Aahhh..!!”
“Erghhh..!” Aku hanya mengikut seperti kerbau dicucuk moncongnya.
Hangat.. basah dan kenceng.. saat kontolku sampai ke dasarnya.

Mbak Srini menekuk kedua kakinya dengan tumit ditarik ke atas.. mengimbangi sodokokanku ke liang senggamanya..
mengelus punggungku dan memandangku penuh senyum.

Wajahku tegang dengan bertopang pada kedua tanganku..
wajahku memerah dengan semua ototnya menyembul keluar, napasku tersengal-sengal.

“Tidak usah tegang dong sayang.. santai saja. Biar kontol kamu saja yang tetap tegang yah..!”
“Habis enak sekali sih..” aku tekan pantatku sambil memejamkan mata keenakan tentunya.

“Tuh khan, enthotanmu kenceng..”
Ia menaikkan wajahnya dan mengecup bibirku dengan bergantung pada punggungku.

“Ngganjel tuh kepala konthol, kenceng banget..”
“Enak..?”
“Tentu dong..!” Katanya manja.

“Kalau begini bagaimana..?”
Jlebb..! Aku tekan pantatku dan aku goyang sambil menyodok. “Auw..!”

“Gimana..?”
“Jangan berhenti..”

Mbak Srini mencengkeram pantatku dan dia pula meliuk-liuk mengimbangi irama samba yang aku peragakan.
Memasuki fase kenikmatan birahi.. busyet kenceng banget jepitannya, sehingga membuatku sangat-sangat sulit bergerak.

Kontholku terbelenggu di dalam tempiknya, terjepit vagina yang berlendir, hangat. Keceplok.. keceplok.. keceplok..!
Sambil menggigit pundakku kuat-kuat, mbak Srini histeris dengan mencengkeram pundakku.

“Hhhmmmppphhhh..!!”
“Mmmppphhh..!!”

Kelamin kami beradu kuat, saling menggesek, saling mengentot.
Derasnya hujan sepanjang malam itu mengimbangi keliaran mbak Srini.

Ups..! Sangat luar biasa, dia binal bagaikan seekor banteng.
Tulangku serasa mau lepas semua, entah berapakali dia melakukan gigitan buas di dadaku dan cengkraman-cengkraman.

Plok.. plok.. keceplok..! Lalu mbak Srini terlonjak dengan kepala menegadah ke atas.
“Aaahhh..!!”

Diiringi aku yang dengan sekuat tenaga menggoyang pantatku dalam dekapannya..
napasku serasa habis dan jantungku serasa mau meloncat..

Tapi air maniku minta dikeluarkan.. alias aku sudah sangat birahi banget.
“Heekkk..!!” Seluruh otot wajahku menyembul keluar dan aku peluk erat lehernya.

Aku benamkan wajahku di lehernya, balas aku gigit leher belakangnya dan dadaku sesak menindih payudaranya.
Bersamaan dengan gelegar guntur di langit aku melepas airmaniku.

“Aaahhh.. hh.. hhh..!!” Crrooot.. crrooottt.. crroottttt..!!
Aku semburkan kuat-kuat airmaniku, membasahi semua liang vaginanya dan sebagian meleleh keluar.

“Ahhhh..!” Kami berdua berguling terlentang.. menatap langit-langit..
Dan sesekali guntur menggelegar.. curah hujan sudah tidak sederas tadi.

Terimakasih kepada kontholku.. di mana hari ini dia melakukan kerjasama yang sangat baik padaku.
Bekerja keras memuaskan nafsu birahiku.

Pagi tadi sudah mengentot Lasmi sebelum berangkat sekolah.. petangnya saat orangtua dan adiknya pergi kondangan..
dia memberiku isyarat agar aku masuk ke dalam kamarnya.. lalu aku entot Lasmi duakali.

Eh.. malamnya.. bagaikan dapat durian runtuh.. duakali air maniku muncrat oleh mbak Srini.
“Puas..?” Bisiknya di telingaku.
“Sangat.. sangat sekali nih kontholku sampe teler..!”

Ctapp..! Diraihnya kontholku yang lemas tak bertenaga..
berkilatan diterpa cahaya lampu yang berlumuran airmani bercampur lendir birahinya.

“Hik.. hik.. hik.. perkasa banget kamu sayang..”
“Sekarang mbak Srini tidak usah pake pisang dikondomi, loh..”
Kataku sambil meraih payudaranya yang menggantung di sampingku.

“Tapi kamu harus tetap sayang aku dong,.” dia tersenyum dan mendekatkan bibirnya ke bibirku.
“He-eh..!”

"Kamu boleh kok melakukannya sepuasnya.. kapan pun kamu mau.
Tapi jangan sampai ketahuan temen-temen.. khan entar enggak enak..”

“Hmm kenapa..?”
“Malu..”

“Asyik khan ditonton seperti lihat film porno..”
“Iih.. kamu nakal ah..!”

Dia merapatkan tubuhnya.. sehingga puting payudaranya menempel di dekat bibirku..
dan aku tolehkan wajahku meraup putingnya.

“Mau lagi sayang..? Masih kuat.. tuh kontol sudah tidak bergerak-gerak..” dia mengusap kontolku dengan lembut.
Coba dari pagi sang kontol tidak berkerja keras akan aku sambut tantangannya.

Tapi apa mau dikata.. maksud hati memeluk gunung apa daya kontol sudah KO.
Aku hendak kembali ke kamar.. tapi mbak Srini mencegahku.. memelukku.
HIngga akupun tertidur dalam dekapannya dengan telanjang bulat.

Menjelang subuh aku mengendap-endap kembali ke kamarku..
dengan sebelumnya sudah memberikan jatah pagi pada mbak Srini.. yang selalu minta dientot lagi sebelum aku pergi.

Serangan fajar.. kata orang-orang pejuang dahulu.
-----oOo-----

Sekarang aku punya jadwal kegiatan sangat padat,
Sulasmi tentu tidak mau lepas dari entotanku.. karena dia pacarku.

Walau kami jarang sekali jalan bareng. Aku emoh.. sebab dia bukan tipeku.
Entot yes.. jalan no..!
Berbagai alasan aku utarakan dan dia he.. he.. Dasar bego.. mau menerima saja.

Sedang mbak Srini.. ini juga jauh dari seleraku. Tapi soal asah pedang alias entot sih.. sah-sah saja. Hehe..
Selama ini kami kami tidak pernah bilang cinta.. paling-paling aku sayang kamu.

Berbeda dengan Lasmi.. keseharian mbak Srini sekarang sangat jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya.
Mbak Srini selalu berusaha tampil fresh dan cantik di hadapanku.

Kalau dahulu pulang mengajar langsung mengenakan daster dan santai.. sekarang beda.
Pulang langsung mandi.. rambut keteknya dicukur habis.. memakai parfum wangi.. tampil rapi dengan hiasan bedak tipis..
Dan berusaha memancing gairahku dengan hanya mengenakan kaos tanpa lengan.

Beha yang dipakainya selalu kontras dengan kaos buntungnya.
Mas Prayit sering menggodanya.. dia akan berbinar-binar bilamana ada aku di situ.

Jam menunjukkan pukul 4.15 saat aku melompat dari kamar mbak Srini..
Biasa.. sebelum aku tinggal mbak Srini minta dientot sebagai hukum wajib.
Padahal semalam sudah tigakali aku ngecrot.. sedangkan dia sampai limakali.

Dengan gontai aku mengendap-endap masuk ke dalam kamar..
Ahh.. di sana kulihat tubuhku telanjang di depan kaca penuh dengan gigitan birahinya.

Kontolku serasa ngilu.. saat aku rebahkan badanku ke ranjang dan lelap sebentar.
Aku biarkan tubuhku terlentang telanjang bulat.

Jam 6.15 aku terbangun.. mempersiapkan buku pelajaran lalu aku mandi.
Segar sekali, badanku yang pegal-pegal telah bugar kembali. Rasa ngilu di kontolku sudah tidak aku rasakan.

Mbak Srini sudah hendak berangkat ketika dia membuka pintu kamarku..
Sementara aku tengah telanjang. Menoleh keluar sejenak lalu masuk.

“Aku berangkat sayang..”
Yah..” aku tersenyum.

Dia kemudian meraih kontolku, mengusapnya.. kemudian memberikan kecupan di kepalanya.
“Luar biasa.. aku selalu kangen dengan ini. Membuatku ketagihan..”

Kecupannya berubah menjadi kenyotan.. coba seandainya mbak Srini tidak segera berangkat..
Pasti kontolku dibuat ereksi lagi. Dan jelas akan aku entot lagi.. apalagi badanku sudah bugar.

Mengecup bibirku sambil mengurut kontolku yang mulai bereaksi..
“Iih.. nakal.. sudah mau bangun lagi.. entar sayang yah..”

Lalu beranjak pergi.. di mana sebelumnya meminta aku menyentuh payudaranya yang kenyal..
tersembul dari balik seragam gurunya.

Aku melangkah keluar saat di tempat biasa Lasmi sudah menungguku.
Di kerimbunan tanaman Mahkotadewa.. dia tampak rapi dibalut seragam putih birunya.

Pekan ini usai ujian semester ganjil.. sekolahku mengadakan class meeting dan sekolah Lasmi mengadakan pentas seni.
“Hari ini ada pelajaran..?”

“Ya tidak ada dong..”
Lasmi hanya diam tidak bergerak saat aku merapatkan tubuhku duduk di sampingnya.

“Iya ya.. ada pentas seni dan class meeting yah..?”
“He-eh..” dia mengiyakan sambil tangannya balas menggenggam tangan kananku.

Diam dan memutar sedikit wajahnya ke kiri saat aku mendekatkan bibirku dan mengecupnya.
Meraih pundaknya dengan tangan kiriku, menarik lembut, sehingga badannya sedikit memutar ke arahku.

“Hhhmmmppp..!” Desah napas hangat.. napas kami saling beradu sesaat Lasmi membuka mulutnya.
Aku menjulurkan lidahku.. memilin lidahnya dan gemertak gigi kami beradu saat aku tekan tengkuknya merapat ke arahku.
Lasmi terdiam pasrah.

“Di rumah saja yuk..” dia meraih tanganku menarik masuk ke dalam rumahnya.
“Pintunya di kunci..” pinta Lasmi.

Aku menutup pintu serta menguncinya dan Lasmi sudah beranjak masuk ke dalam kamarnya.
Aku mengikutinya dan tampak Lasmi sudah terlentang di atas ranjang.

Buah dadanya yang mungil menyembul di balik seragamnya..
Ia memandang ke arahku dangan mesra dan sorot matanya telah membara.

Aku membuka baju seragamku.. aku lemparkan ke atas meja belajarnya.
Lalu celana panjang abu-abuku aku buka sekalian dan aku sisakan celana dalam saja.
Kontolku menonjol dan mulai 'ereksi'. Pagi ini dia akan bekerja lagi.. padahal dari semalam sudah bekerja limakali.

Aku menghampiri Lasmi yang telah berani memandang ke arah kontolku yang menyembul..
tersembunyi di balik celana dalamku..

Sambil membuka satu-per satu kancing baju seragamnya.. aku mengecupnya dengan lembut.
Lasmi kembali membuka mulutnya.

Aku dapatkan payudaranya dengan beha membusung, setengahnya milik mbak Srini.
Ah.. biarlah bukan hal mutlak.

Dengan kait beha di bagian depan memudahkan aku membukanya..
Aku sibak.. dan aku rasakan kemulusan dan kehangatan Lasmi.

“Hhh..!” Lasmi menggeliat pelan saat bibirku beralih kepayudaranya.. mengusap.. memilin dengan bibirku.
Sementara tangan kananku mengusap-usap lembut..

Sedangkan bagian depan selangkanganku yang memuat kontolku.. menekan bagian bawah perutnya.
“Lepas sayang, nanti kusut..” dia beranjak dan melepas seragamnya.

Aku membantunya melepas.. ketika sudah semua terlepas dan Lasmi telanjang bulat.. dia meraih celana dalamku.
“Dilepas juga dong, curang ah..!” Lalu merebahkan dirinya.

Aku melepas celana dalamku dan kontolku sudah ereksi diraih oleh tangan Lasmi.
Padahal tubuhku banyak membekas merah bercampur biru..
Mana yang hasil perbuatan mbak Srini.. dan mana hasil perbuatan Lasmi.. aku tidak tau.

Aku pertamakali mengajari Lasmi membuat 'cupang-an' saat aku paksa dia mencoba melakukan oral seks.
Ceritanya.. waktu belajar privat buat cupangan itu hari Minggu.. orangtua dan adiknya ke luar kota, aku samperi dia di rumah.

Singkat cerita aku sudah telanjang bulat.. di atas sofa ruang belakang..
Aku minta dia mencoba menggigit kulitku dengan pelan, menyedotnya, memutar-mutar lidahnya.

Awalnya sih perih bercampur geli.
Satu-dua kali dia mencoba dan lama-lama enak, kalau aku hitung waktu itu ada 15 cupangan.

Sungguh.. hampir setiap hari badanku penuh cupangan dari Lasmi maupun mbak Srini..
Tapi ada keuntungannya; yakni mereka berdua tidak tau bahwa itu adalah hasil perbuatan dua orang.
Jadi aku nikmati saja. Hehehe..

Dan pelajaran kedua yakni mencoba mengenyot kontholku.. ini juga luar biasa.
Kaku.. jengah saat dia pertamakali memasukkan kontholku ke dalam mulutnya. Lucu katanya.
Aneh.. besar dan berkedut-kedut.. demikian dia mengistilahkannya.

Sambil menyeringai.. kontolku digenggam dengan kedua tangannya..
Shingga bagian kepalanya menyembul besar kemerahan seperti jamur.

Bagian ujungnya mengeluarkan lendir birahi..
lalu Lasmi menempelkan ujung lidahnya ke bagian yang berlendir dan menjilatinya memutar.
“Ouwwghh..!” Geli bercampur nikmat.

Kelak.. saat kami ber-entot session inilah yang paling dinikmati oleh Lasmi..
sebelum kami melakukan persetubuhan yang sebenarnya.

Dia amat menyukai kontolku ber-'kedut-kedut' dalam genggamannya saat aku kegelian sampai kontolku memerah.
Dia menikmati saat urat-urat tubuhku menyembul.. mukaku memerah menahan nikmat..
Urat kontolku menyembul dengan kepala kontol merah mengeras.

Itulah saat kali pertama dia belajar variasi seks.. dan untuk pelajaran ini Lasmi menunjukkan kelasnya sebagai gadis yang cerdas.
Entah kalau Mas Phytagoras memberikan teorinya.. pastilah Lasmi otaknya bebal.

Aku merayap turun ke selangkangannya.. rambutnya sudah mulai banyak dan tidak beraturan.
Lembab dan basah.. aroma sabun mandi masih segar terasa.

Wangi dan berbau khas.. kali ini belum pesing..
soalnya baru selesai mandi dan tampaknya memakai celana dalam baru.

Lasmi menggeliat.. dan mulutnya lirih dengan tangan tergenggam saat kelentitnya langsung aku kenyot.
Aku sibak pelan kedua kakinya dengan menekuk ke atas.

Lubang memeknya sudak mengalir-lendir dan tidak aku sentuh untuk membiarkan semakin basah.
Aku lirik ke atas.. dadanya naik turun, kepalanya menggeleng ke kanan dan ke kiri.

Tangannya tetap tergenggam.. dan kedua kakinya bergetar-getar..
Juga sesekali menjepit kepalaku.. seandainya tidak aku tahan dengan kedua tanganku.

“Sini dong..” pintanya lirih dengan mata sayu. Lasmi beranjak bangun dan menarik pantatku ke arahnya.
Aku arahkan kontolku dan menyambutnya langsung..

Tanpa variasi mengenyot seperti anak kecil mengenyot es lilin..
Tapi lumayan sudah belajar privat soal seks.. ini dia kelasnya sebagai anak gadis yang cerdas.

Kami berposisi 69.. kontan aku melenguh kegelian.
Digenggamnya kontolku dengan tangannya.. mengenyot kepala kontolku.

Rentang waktu hampir setahun.. membuat perasaan sungkan dan malu lambat laun mulai mengikis.
Sementara mbak Srini mulai masuk pula dalam pelukanku. Inilah namanya nasib baik berpihak kepadaku.

Kenikmatan Lasmi saat lidahku bermain-main di kelentitnya tampak bila dia mengenyot kuat-kuat kontolku.
Sudah menjadi kebiasaannya.. membuka kedua belah kakinya lebar-lebar..
dan tidak menjepitnya ketika pertamakali aku menjilat kelentitnya.

“Nyoot, nyroot, mpppp.. ah..!” Bunyi serotan dari kenyotan Lasmi dengan kedua kakiku terpentang lebar..
HIngga aku semakin ikut mengenyot lobang vaginanya.

Lasmi mengusap-usap rambut selangkanganku.. merayap turun ke pelirnya.
Berbeda dengan mbak Srini yang wow.. mahir dan penuh perasaan.

Membuat kontolku berkedut-kedut menahan hentakan birahi..
sedangkan Lasmi.. walau masih terasa kaku toh aku menyukainya.
Jam terbangnya belum banyak.. perlu praktek terus-menerus.. toh dia anak yang cerdas.

Yang terutama.. aku memperoleh keperawanan Lasmi..
Sedangkan dari mbak Srini aku merupakan laki-laki yang ketiga.. setelah laki-laki yang pertama anak bapak kosku menodainya.

Laki-laki kedua juga melakukan hal yang sama.. dan aku yang ketiga sedang dalam pelukannya.
Lumayan.. gratisan dengan bermodal rayuan gombal. Hehehe.. Duh.. jahat banget yah aku..!?

Tempik Lasmi sudah membanjir.. tampak kelaminnya berkilatan. Membengkak tanda semakin birahi.
“Aahhh..!!”

“Srrrppp.. hhh..!!” Lalu aku berbalik, Lasmi tersenyum dengan tangannya mengusap bibirku..
yang bercelemotan air liur bercampur lendir tempiknya.

Bleesss..! Kontolku langsung masuk ke vaginanya tanpa perlu bimbingan tanganku.
Seluruh selangkangannya sudah berlumuran lendir.. apalagi kontolku sudah basah akibat klomotan mulut Lasmi.

“Hhh.. hh..!!” Lasmi berani memandang dan membelai rambutku saat pantatku aku tekan..
Dan dadaku mulai merapat menindih payudaranya. Aku lihat pancaran cinta dan birahi di mata Lasmi.

Bersemu merah rona wajahnya saat mata kami saling beradu pandang.
Mengangkat kedua tumitnya ke atas, lalu kakinya menumpang di atas pinggulku.

“Aku suka.. aku mau sayang..” ujarnya lirih tanpa sungkan dan malu.. sambil memejamkan matanya dia mendongak..
memperlihatkan lehernya untuk mempersilakan aku mencumbunya.

Aku langsung menerkamnya.. kedua tangannya terentang ke atas.. di bagian bawah ketiaknya mulutku bermain-main..
sambil pelan aku mulai menaik-turunkan pantatku memompa kontolku merojok liang nikmat yang rapat.. tempiknya.

Sementara kedua tanganku menopang dadaku.. yang sesekali bersentuhan dengan kekenyalan..
dari kelembutan payudaranya yang putingnya mulai tumbuh dan mengeras.

Kepala Lasmi menengadah dengan mata terpejam dan mulut menganga..
Disertai pula deru napas yang menandakan dia pasrah untuk diapa-apakan.

“Ah-ah-ah-hhh..!” Aku menggenjot pantatku.. di mana kontolku sudah leluasa keluar-masuk..
dan bergesekan nikmat dengan vaginanya yang sudah berlendir.. basah luar biasa.

“Hhh.. hhh.. hh..!!”
“Hhhmmmppp..!!”

Ciumanku bergerilya di bagian ketiaknya yang tampak berbulu halus sekali..
Kemudian naik berputar-putar di sekitar payudaranya.

Puas kemudian merambat ke bagian belakang telinganya.
Aku terus mengusap-usap belakang lehernya dengan hidung dan mulutku..

Memberikan gigitan mesra berupa cupangan.
Membekas merah.. toh nanti tertutup rambut, sehingga tidak kelihatan.

“Sssttthhh..!” Lasmi merintih lirih sekali.. tubuhnya menggigil.. bulu kuduknya meremang..
mulutnya semakin menganga dan deru napasnya sudah tidak karu-karuan.

Dia mau.. sungguh dia sangat mau.. rasa malu sudah sirna sama sekali. Kini tidak ada batasan di antara kami.
Buktinya, Lasmi membuka lebar kakinya.

Mengangkat ke atas dan mengambang, tumitnya kini menempel pada kedua pundakku.
Ceplik-ceplik-ceplik..! Demikian suara kelamin kami beradu.

Kontolku yang berbandul besar mengosek-ngosek.. membuat Lasmi semakin tidak sadar..
seolah-olah terbang sangat tinggi dan tinggi sekali.

Tiba-tiba, membuka kedua matanya dan mencari-cari mulutku.
Mencengkeram tengkukku dan menarik ke mulutnya, lalu membekap mulutku dengan mulutnya.

“Hhhmmmppphhh..!” Napasnya terasa sangat memburu menerpa hidungku..
dengan aku melesatkan maju-mundur kontolku yang semakin terasa licin di vaginanya.

Clik-clok-clik-clok-clik..! Kreet-kreet-kreet.. kolaborasi antara gesekan kelamin dan derit ranjang..
sungguh lucu bebunyian yang ditimbulkan kalau disimak dengan seksama.

“Aaahhhh..!!!”
“Hek-hek-hek-heeekkk.. kkk..kk.. hhh..hh..!”

Croot-croot-croot-croot..!
“Ahhh.. hhh.. hh..!”

Aku ambruk ke atas tubuh Lasmi yang menyambutku dengan pelukan.. walau kami bersimbah keringat.
Mengapitkan kembali kedua kakinya ke atas pinggulku, membiarkan kontolku terus menghujam di dalam.

Air mani meleleh keluar dari liang vaginanya.. membasahi kain sprei berwarna biru laut yang sudah acak-acakan.
Kami saling berpagutan.. berciuman hangat, saling memilin lidah kami.
Aku meremas payudaranya dengan tangan kananku.

Jarum jam terus merangkak naik, tapi sepertinya kami tidak lagi perduli.
Toh.. kami sudah menyelesaikan ujian semester kami.. kesibukan belajar mengurangi gairah kami.

Dan sekarang.. Lasmi ingin menumpahkan semua kekangenannya yang terpendam.
Melupakan harkat kewanitaannya.. kehormatannya sebagai wanita.. semuanya terpupus habis.

Kami saling berciuman lama sekali.. kontolku masih keras tertancap di vaginanya.
Kami saling memandang, bertatapan dalam jarak yang sangat dekat sekali.

Masih ada bara api birahi di dalam matanya. Itu aku ketahui dengan dia tidak melepaskan dekapannya.
Tidak melepaskan mulutku yang memagutnya.. justru membalas memagut.

Sementara.. dengan pelan aku naik-turunkan pantatku.. kontolku berlahan-lahan keluar-masuk secara berlahan.
Lasmi menatapku tegang, semakin kencang dia memelukku tapi tidak sekuat yang pertama.

Desah panas napasnya terasa betul di ujung hidungku.
Lalu mulutnya diam, tapi desah napasnya mulai memburu, semakin lama semakin cepat.

Goyanganku tetap konstan, berlahan.. naik-turun.
Liang memeknya yang sudah penuh dengan air mani.. menimbulkan bunyi kecipak yang makin keras.

Ceplok-ceplok-ceplok..! Sudah tidak aku pedulikan..
Toh kontolku masih menghujam di dalamnya.. walau terasa ngilu-ngilu enak.

“Ahhh..!” Ternyata dia orgasme untuk yang keduakalinya.
“Jangan..!” Pintaku saat dia hendak merenggangkan pelukannya.

Dia tetap menatapku dan aku menatapnya penuh ketegangan.
Kontolku menyiratkan akan mengeluarkan hentakan air mani yang kedua.

Lasmi sudah mulai paham sampai pada level ini.. gadis cerdas.
Aku susupkan wajahku ke lehernya, memeluknya erat.. menindih payudaranya yang kenyal.

Jleghh..!! Kutekan dalam-dalam batang kontolku.. sehingga selangkangan kami merapat..
Sementara kontolku yang tidak sekencang ereksi tadi berdenyut pelan.

Serrr-serrr-serrr-serrr..!! “Hhh..!” Crutt.. crutt.. crutt.. crutt..
Jantungku serasa mau copot saat aku sampai ke puncak.. semburan airmaniku juga tidak sekuat tadi.

Aku tetap menggoyang naik-turun pelan.. supaya kontolku jangan sampai terlepas..
karena sudah lemah tapi masih mampu menancap.

Lasmi sedikit mengerenyitkan dahinya.. tempiknya ternyata sudah merasa perih dan panas.
Kontolku pun demikian.. langsung terkulai dan PLOP..! Terlepas sendiri dari vaginanya.

“Capai..?” Kataku saat aku membantunya membersihkan ceceran air maniku di selangkangannya.
“Sedikit..” katanya sambil membantuku juga membersihkan lelehan air mani di batang kontolku.

Kontolku tampak berkilat-kilat dan aku duduk terlentang..
Sementara Lasmi dengan lemah lembut membersihkan dengan saputangan miliknya.
Menggenggamnya saat sudah bersih dan memberikan kecupan di kepala kontolku.

Lalu kami berbenah. Jam menunjukkan angka 9 pagi.. saat Lasmi beranjak pergi dengan sepedanya.
Mengayuhnya dengan pelan dan lunglai.. tapi matanya terpancar sorot kebahagiaan.

Sedang aku.. kongko-kongko di emperan sebuah toko kacamata di ujung gang rumah kosku.. menunggu angkutan. (. ) ( .)
-------------------------------oOo------------------------------
 
Terakhir diubah:
-----------------------------------------------------------------------

Cerita 143 – “Gangguin Tidur Aja..!!”

Mbak Sri


Kenalkan.. Namaku Baron. Aku bekerja sebagai Satpam di salahsatu pabrik makanan di Jawa Timur.
Perawakanku tinggi besar ndak atletis.. cocoklah memang kalo jadi penjaga keamanan..

Cerita ini terjadi di rumah kostku. Kebetulan kamar kostku terletak paling belakang.
Aku sengaja memilih tempat ini karena selain lebih tenang.. juga agak jauh dari keramaian.

Suatu hari.. ketika baru pulang dari jaga malam.. aku langsung ambruk di atas kasurku hanya pake celana bonyaerku.
Belum setengah perjalanan di awang-awang.. pintu kamarku diketok seseorang..

Namun karena mengantuk aku tak menghiraukannya. Tapi pintu kamarku diketuk terus..
Sialan..!! Gangguin orang tidur, aja..!! Gumamku kesal dalam hati..

Dengan kepala yang masih berat kupaksakan diri untuk membuka pintu.
"SIAPA..!" Hardikku sambil membuka pintu.
"Eh.. saya mas.. maaf mengganggu.."

Ternyata mbak Sri dengan perlengkapan mandinya.. Dia tetangga kamarku.
Janda ditinggal pergi sama suaminya .. terkenal paling cerewet di RT sini.

Mukanya nda cantik. Standarlah.. tinggi juga tidak seberapa.
Cuman menangnya di kulit putih dan body berisi.

"Ada apa mbak.. ganggu tidur orang ajah..?" Tanyaku ketus.
"Anu mas.. sori banget saya ganggu.. Gini mas.. bisa numpang mandi..? Karena air di kamar saya nda jalan.."
Katanya sambil senyum-senyum.. seperti nda bikin salah.

Karena malas ngomentari.. kusilakan aja dan dia langsung ngeloyor masuk ke kamar mandi.
Aku pun melanjutkan tidurku.

Sialnya.. karena terlanjur bangunnya kaget.. ditambah bebunyian mbak Sri lagi mandi..
–brutal banget mandinya.. brisik asli..!– aku jadi tak bisa tidur.. sudah bolak balik nda bisa juga tidur.

Sambil ngumpat dalam hati.. maka kuputuskan untuk mutar DVD film semi korea yang baru kupinjam dari teman..
Hampir setengah jam.. baru mbak Sri keluar dari kamar mandi.

Semriwing..!! Bau wangi menyebar di kamarku..
dan kuperhatikan dia hanya pake bajunya yang tadi.. terusan selutut.. nda pake beha..

–urusan yang begituan mataku tajam he.. he.. he..–
"Mas.. jorok banget sih.. WCnya kotor sekali.." katanya tanpa basa basi.

Sialan.. sudah ganggu orang.. numpang mandi nda terimakasih.. malah ngehina.. gumamku dalam hati.
Tapi kudiamkan saja karena aku lagi fokus sama film semi yang kuputar.

Tanpa kusadari mbak Sri ternyata sudah ambil posisi duduk di depanku ikutan nonton.
"Iih.. mas Baron sudah tua masih suka nonton begituan.." katanya sambil memandangku dengan sinis.

Aku hanya membalas dengan menatapnya tajam..
Terus terang aku sudah jengkel betul dengan tetangga macam gini.

"Kenapa mas liat Sri kayak gitu..? Emang nafsu yah..?" Selorohnya..
Jdug..!! Ntah mengapa aku merasa ditantang sama janda Jablay ini.

Seketika itu kusergap dia dari belakang dan mencium pipinya.
Sontak dia terkaget-kaget.. lalu berusaha melepaskan cengkramanku.

"Loh mas..! Koq saya dicium..!? Mo ngapain..? Lepasin nda.. ato saya teriak..!? Mo saya laporin ke polisi yah..?"
Katanya terdengar panik.

"Kalo hanya mencium kamu saja saya dilaporin ke polisi.. mending kamu saya pake aja sekalian.."
Balasku setengah berbisik.

Mulutnya kubekap.. dan tubuhnya kubanting ke belakang.. sehingga ambruk di kasur.
Dia meronta.. mukaku disorongnya ke belakang.. kadang dengan tamparan.

Sementara tangan kiriku masih membekapnya.. tangan kananku mengunci tangan kirinya..
Tapi posisiku sudah berada di atasnya.. –seperti posisi petarung UFC MMA brow..! Ha.. ha.. ha..–

Entah mengapa saat itu aku kayak kesetanan.. Aku terus merangsek masuk.. berusaha menciumnya..
Karena dia masih meronta.. maka aku langsung mencekiknya.. menutup jalur pernapasannya sambil berbisik..

"Kamu jadi mayat pun tetap kupake.. bahkan berulang-ulang sampe aku puas.." ancamku.
Mendapat perlakuan itu.. perlawanannya sudah mulai berkurang. Dia pun lantas menangis menggigit bibirnya.

"Setelah ini aku tak peduli kamu lapor sama siapa. Yang penting aku sudah puas menikmati tubuhmu ini.
Dan kalo mbak Sri lapor ke polisi.. sama saja mbak Sri membuka aib sendiri.
Coba bayangkan tanggapan orang terhadap mbak Sri nanti.." bisikku dengan nada kubuat sedingin mungkin.

Sambil terisak dia bertanya dengan suara pelan.. "Hiks.. terus saya harus gimana..?"
Aku lalu berkata dengan perasaan menang.. "Tutup matamu, mbak. Dan nikmati apa yang akan terjadi.
Jangan kuatir.. aku orangnya cukup romantis, kog.." –Jiah.. mana ada perkosa orang bisa romantis he.. he.. he..–

Meskipun perlawanannya kurasa sudah kendur.. tetapi aku tetap mengunci kedua tangannya dengan tangan kananku..
Sementara itu bibirku sudah mulai menciumi dan menjilati wajah sampe lehernya.. sedangkan dia terus memalingkan wajahnya..

–Masa bodoh.. emang perkosa orang cuma muka yang dincar..? Memek dong..! Hehehe..–

Sementara itu tangan kiriku bergerilya.. meremas toketnya yang padat kenyal dan berisi di balik bajunya.
Mbak Sri hanya mengeliat-geliat.. entah melawan ato keenakan.. tapi tanganku terus bergerilya meremas toketnya..
kadang lembut.. kadang keras.. –Lebih sering kuremas keras, gemes sih.. he.. he..–

Sementara itu.. kontolku juga sudah mengeras.. seakan meminta giliran untuk bekerja.
Maka tangan kiriku pun mulai bergerilya ke bagian bawah.

Kurasakan tubuh mbak Sri menegang dan berusaha berontak..
Tapi setelah tangan kiriku mencengkram kulit perutnya dan kupelintir.. dia merintih kesakitan.

Sepertinya dia mengerti maksudku agar tidak usah melawan.
Dia kembali diam.. dan hanya bisa menangis.

Tangan kiriku melanjutkan tugasnya meraba-raba memeknya sambil menyibak celana dalamnya..
sementara tubuhku menindih tubuh mbak Sri.. sehingga dia sulit untuk mengubah posisinya.

"Mmmmh.. mmmmh.. mas.. aduh.. mas.. eemmmmh.." Hanya itu yang keluar dari mulutnya..
sambil matanya terpejam dan menitikkan air mata.. ketika jemariku bermain dengan kasar di memeknya..

Sampe kurasa agak basah.. seketika itu kukeluarkan kontolku dari celana.. dan kuarahkan ke belahan memeknya..
Mungkin dia merasakan kepala kontolku sudah merapat di memeknya.. dan sedang mencari jalan masuk dia mencoba untuk berontak.

Tanpa babibu lagi kusorong paksa kontolku ke liang memeknya..
–agak sakit juga sih.. karena sempit belum becek..– dengan sekali hentakan.. Jebless..!

Kontolku merangsek masuk ke dalam memeknya. "Aaaaaaa..!!"
Mbak Sri sontak teriak kesakitan. Tanganku langsung membekap mulutnya.

Tubuhnya menegang bergetar.. matanya melotot tajam ke arahku.. yang kubalas dengan senyum kemenangan.
"Sekarang kamu mau apa..? Kontolku sudah menemukan jalannya.." kataku dengan dingin.

Mbak Sri hanya bisa terisak menangis tertahan. Sementara aku menahan napas..
Sambil merasakan remasan memek yang berdenyut kencang di batang kontol yang terendam di dalamnya.

"Uwaahh.. enak.. enak.. memekmu enak Sri.." kataku. Mbak Sri hanya terdiam membatu.
Agak lama kubiarkan kontolku terdiam di dalam kehangatan dan jepitan memeknya..

Setelah kurasakan denyutannya mulai berkurang.. aku mulai memompa pelan tapi pasti.. masih seret karena kurang becek.
Pelan tapi pasti aku mulai menggoyang tubuh mbak Sri.. walaupun dia masih memake baju..

–Yang penting jebol dulu. Masalah telanjang ato gaya.. urusan belakangan.. he.. he.. he..–
Goyanganku semakin kencang.. apalagi posisiku sudah nyaman karena kedua tanganku sudah bebas bergerilya..

Sementara mbak Sri hanya pasrah terlentang.. digoyang sama Satpam kurang tidur.. hehe..
Tangannya hanya bisa meremas seprai ato bantalku..

Memeknya sudah terasa sudah mulai becek.. hingga aku merasakan tubuhnya menegang dan kembali bergetar..
Nyutt.. nyutt.. nyutt.. memeknya berdenyut mpot-mpotan.. –Wow.. dia orgasme..! Ha.. ha.. ha..–

"Gimana..? Enak juga kan ternyata..?" kataku dengan senyum bangga.
"Bajingan.." katanya pelan sambil menutup matanya rapat.

Mendengar itu membuatku emosi. Langsung kuhentak-hentak kontolku ke memeknya dengan kasar.
Jlebb.. jlebb.. jlebb.. jlebb..!! "Aaaaa.. sakiiiit..!" Teriaknya pelan. Tapi aku tak peduli.

Terus kuhentak liang memeknya sampai dia meminta ampun agar aku berhenti..
Tapi aku tak peduli.. kuhentak.. kusodok terus liang memeknya dengan kasar sampe mentok di dalam memeknya.

Clokk.. clokk.. clopp..clopp.. clopp.. crokk.. hentakan batang kontolku merojok liang memeknya..
menimbulkan bebunyian unik dan khas per-ngentot-an.. Hahaha..

Kedua tanganku memegang kedua tangannya agar tidak melawan.
Beberapa saat kemudian aku merasa akan mulai keluar..

Aku langsung memompa dengan cepat sangat cepat.. Napasku ngos-ngosan.
clekk-kclekk-clekk-clebb-clebb-clebb-clebb-crebb-clebb-clobb-clobb-clobb-crebb..

"Aah.. aah.. aduh.. mas.. aah.."
Hanya itu yang keluar dari mulut mbak Sri.. apa kesakitan ato enak.. –masa bodoh–

Nda lama kemudian.. Coot..!! Crooot..!! Crrroooot..!! "Ough.. uuuuhhh.. ouuuuuhhh.. enaaaaaakk.."
Tubuhku bergetar.. pinggulku ngilu.. kakiku terasa dingin..

Aku pun langsung ambruk di atas tubuh mbak Sri yang napasnya juga tersengal-sengal mandi keringat.
"Mas Baron.." katanya lirih. Aku tak peduli.. dan entah mengapa aku merasa ini belum selesai.

Walau badan masih ngilu.. aku bangkit.. membuka celanaku hingga telanjang bulat.
Mbak Sri hanya menatapku dengan nanar.

Aku lalu berlutut di depannya.. kubuka Celana Dalamnya dan kubuka bajunya.
Sementara mbak Sri hanya pasrah.. tak ada perlawanan. Kini kami sudah telanjang bulat-lat-lat..!

Dengan senyum kemenangan aku kembali menindihnya dan mulai bermain dengan toketnya.
Kuremas.. kucium.. kujilat.. kuisap.. kugigit.. –pokoknya terserah gue..–

"Sss..udah mas cukup..” Mbak Sri memohon dengan lirih. Airmatanya kembali menetes.
Tapi apa juga gunanya.. karena aku sudah kembali on..

Bosan bermain dengan susu gantung.. aku bermain di bawah dengan memeknya.
Tapi sebelumnya kulap maniku sampe bersih yang ada di situ. Memeknya kujilat dengan nafsu.

Ya..! Aku on lagi..!! Kujilat dengan liar.. kuisap itilnya.. kugigit gemas.
Mbak Sri mengeliat-geliat.. "Aaah.. mmmmh.. mas Baron.. adduuuuh.."

Ha.. ha.. ha.. Mbak Sri sudah mulai berdesah.. tangannya menjambak rambutku.. tapi tidak menolak kepalaku.
Aku terus menjilat memeknya sampe becek.

Seketika itu aku berhenti menjilat memek mbak Sri.. membuatnya bisa sedikit bernapas.
Lalu kubuka kakinya.. kuarahkan kontolku ke memeknya.. dan tanpa kesulitan.. Jlebb..!

Kontolku kembali menyeruak ke dalam liang memeknya dengan mulus tanpa perlawanan.
Maka adegan pompa memompa kembali berlanjut dengan berbagai gaya.

Terasa mbak Sri orgasme berkali-kali. Dia kini sudah mulai memelukku saat dia tidak tahan keenakan.
Kami bergelut dan berdesah.. tubuh kami basah dengan keringat.. hingaa aku crooot lagi di dalam memeknya.

Akhirnya kami ambruk dengan napas tersengal-sengal. Puas.. puas..! Itulah yang kurasakan.
Kami pun tertidur. Aku merangkul tubuhnya dari belakang.

Siang harinya.. ketika kami terbangun mbak Sri diam seribu bahasa.
Setelah mandi dia menatapku sambil berkata.. "Mas Baron jahat.."

Plakk..! Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat telak di pipiku.
"Bangsat..!" Kataku kaget. Kutarik tangannya dan kucengkeram lehernya..

Dia pun kaget dan ekspresi ketakutan terpancar dari wajahnya..
Sambil tersenyum aku berkata.. "Makanya jangan ganggu tidurnya Satpam ngantuk.. Ngerti..!" Hardikku.

Kudorong dia keluar dari kamarku tak lupa kusempatkan untuk meremas pantatnya..
sambil melempar Celana Dalamnya pas di mukanya.

"Kamu siap-siap saja kalo aku minta jatah lagi.. oke zayaaang.." kataku berseloroh.
"Anjing..!" Kata mbak Sri pelan sambil terisak dan menahan sakit di tangan dan lehernya.
Dia pun pergi dengan langkah gontai menghilang dari pandanganku..

Yah.. sudah beberapa hari berlalu sejak kejadian itu.. aku menunggu kejadian apa yang akan menimpaku.
Apakah dikeroyok massa ato ditangkap polisi. Tapi entah kenapa hal itu tak terjadi..

Yang ada hanya mbak Sri diam seribu bahasa setiap berpapasan denganku.. –emang gue pikirin..–
Namun kadang ada perasaan bersalah juga di hatiku karena sudah bersikap binatang terhadapnya..

Tapi yah.. nasi sudah jadi bubur yang basi.. –live must go on he.. he.. he..–
'Kan aku masih bisa minta 'jatah reman' lagi kapan pun aku mau.. hehehe.. (. ) ( .)

Sekian brow..! Mohon maap kalo ada yang salah ato kurang.
----------------------------------oOo---------------------------------
 
---------------------------------------------------------------------------

Cerita 144 – "Izinkan Aku Menjamahmu.." Part 1

Perkenalkan..
namaku Sutiono. Namun teman-teman biasa memanggilku dengan sebutan Tio.
Biar terdengar keren.. sekaligus menyesuaikan dengan fisikku yang rupawan. Haha.. ‘ngalem’.

Saat ini umurku 21 tahun.. tinggi 173cm.. berat 65kg. Hidung lumayan mancung..
kuning langsat dan berwajah cukup manis.. terlebih gigiku juga gingsul.

Saat ini aku hanyalah seorang pengangguran.. karena aku memang tidak mau kuliah..
meskipun Ortu terus memaksa.. bahkan dengan iming-iming sebuah mobil.

Praktis.. tanpa adanya kegiatan membuat imajiku bersemi. Aku sering mengkhayal..
Berandai-andai.. dan membayangkan sesuatu yang jauh dari akal. Tidak terkecuali dalam urusan seks.

Untuk masalah seks.. biasanya aku lakukan dengan coli sambil menonton bokep.
Phone sex.. atau membayangkan seseorang. Karena kebetulan pacarku memang jauh di luar kota.

Salahsatu obyek favoritku dalam berimaji adalah Mbak Fitri..
Yang tak lain adalah tetangga sebelah rumahku sendiri.

Umurnya sekitar 25 tahunan. Tinggi 160an.. kulit putih bersih.. hidung mancung..
Rambut lurus sebahu dan berwajah cukup manis serta imut..
Bertolak belakang dengan toketnya yang super jumbo.. –mungkin ukuran BHnya 36C..–

Dia sudah menikah sejak berumur 20 tahun.. atau beberapa waktu setelah lulus SMA.
Dan kini dikaruniai seorang anak yang berumur 3 tahunan.

Meski begitu.. bodi dan penampilanya masih terjaga.
Bahkan melebihi bodi remaja yang ada di daerahku.. karena dia memang suka beraerobik.

Sementara suaminya bernama Wawan.. berusia sekitar 35 tahun dan bekerja di sebuah kapal penyeberangan..
sebagai seorang teknisi.. serta sebulan sekali pulangnya.

Setiap pagi dan sore aku selalu standby di dalam kamar yang berada di lantai 2.
Aku berbugil-ria.. sambil memaju-mundurkan kocokan di kontol..

Sambil memandangi tubuh seksi Mbak Fitri yang berpakaian mini nan press body..
berlenggak-lenggok mengikuti irama music di headphone-nya.

Bisa dibilang aku selalu rutin coli.. minimal duakali dalam sehari.
Hingga membuat kontolku jadi kekar dan kasar.. meskipun panjangnya standart..

–panjang 16cm dan diameter 3,5cm..–
Kecuali di bagian ujung bekas jahitan waktu disunat.. ukurannya lebih besar.

Banyak yang bilang mengkhayal dan membayang adalah temannya setan..!
Karena.. tidak mau berusaha.. namun memimpikan sesuatu yang lebih.. alias bermimpi di siang bolong.

Namun semua itu tidak sepenuhnya benar.
Salahsatu contohnya adalah aku. Meskipun itu mungkin hanya satu di antara beribu.

Hal itu bermula saat ada kabar mendadak dari keluarga suaminya..
di mana mengharuskan Mbak Fitri untuk secepatnya pergi ke rumah mertuanya karena Ibunya Wawan sedang sakit keras.

Karena tidak bisa naik motor.. maka dia pun memintaku untuk mengantarkan ke rumah mertuanya siang itu juga.
Agar lebih cepat.. dia pun memintaku mengambil jalan pintas yang melewati sebuah kawasan hutan dengan jalan yang berbatu.

Jujur.. sebenarnya aku ogah banget begitu mengetahui melewati jalan itu.. karena sudah rusak parah.
Ditambah cukup sepi dan jauh dari perumahan penduduk.
Namun karena Mbak Fitri merengek dan memohon.. aku pun menyanggupinya.

Pada akhirnya firasatku terbukti. Tepat di saat berada di tengah hutan tiba-tiba ban motorku kempes..
Hingga memaksa kami untuk berjalan sambil menuntun motor dengan kondisi jalan naik-menanjak serta berbatu.

Untung ada pemandangan yang sangat indah di depan mataku..
sehingga mampu mengikis rasa kesal dan sesalku yakni tubuh Mbak Fitri yang dipenuhi peluh..
sehingga membuat bajunya sedikit basah dan menampakan tali BH dan CDnya meskipun samar-samar.

Maklum ajalah dia berjalan sambil menggendong anaknya yang saat itu sedang menangis.
Di luar dugaan.. ban kempes itu bukan akhir dari kesengsaraan kami melainkan menjadi sebuah awal yang buruk bagi Mbak Fitri.

Setelah hampir 40 menit berjalan kami memutuskan untuk sejenak beristirahat..
di sebuah Pos Perhutani yang sepertinya sudah terbengkalai.

Lumayan bisa beristirahat sejenak untuk mengambil nafas dan mengamati tubuh Mbak Fitri dengan lebih fokus..
Gumamku dalam hati sambil terus-terusan mencuri pandang.

Namun tak berapa lama datang 4 orang yang berboncengan dengan mengendarai 2 buah sepeda motor..
Sepertinya pemburu karena mereka membawa senapan angin.. entahlah..

Awalnya mereka berbasa-basi ingin membantu kami.. namun entah apa yang terjadi..
satu di antara mereka berbuat tidak senonoh setelah melihat toket jumbo Mbak Fitri pada saat ingin menyusui anaknya.

Sebenarnya anaknya mengonsumsi susu formula.. namun karena habis dan terus menangis..
maka Mbak Fitri berinisiatif memberikan ASInya.

Spontan akupun marah dan mendorongnya hingga jatuh terjerembab ke tanah.
Namun sedetik kemudian kedua temannya memegangi aku dan seorang lagi menendang perutku..
hingga membuatku terjungkal memuntahkan air yang baru saja kuminum.

Melihat aku yang sudah tidak berdaya.. mereka pun semakin menjadi mengerjain Mbak Fitri..
tanpa mempedulikan anaknya yang menangis histeris.

Dengan sebuah pisau salah seorang pemburu itu memaksa Mbak Fitri untuk membuka toketnya lebar-lebar..
dan langsung menyambarnya dengan remasan-remasan kuat hingga membuat Mbak Fitri meringis kesakitan.

Aku yang merupakan pengagum Mbak Fitri sekaligus memendam rasa cinta mendadak menjadi seorang pemberani..
dan kembali melakukan perlawanan dengan berlari menabrakan diri ke arah lelaki itu hingga kembali membuatnya terjatuh.

Usahaku menjadi seorang pahlawan cukup berhasil karena Mbak Fitri langsung menyambutku dengan pelukan hangat dan erat.
“Ooo.. mau menjadi pahlawan ya..?” Kata orang yang aku tabrak sambil mengacungkan pisau

“Udah.. jangan lama-lama Bro.. penuhi saja keinginannya menjadi pahlawan..!” Kata seorang lainnya.
“Maksudmu apa..? Jangan ikut campur..!” Bentak orang itu.

“Harus mati dulu biar bisa disebut pahlawan..” sahut seorang lagi.
Mendengar itu keringat dinginku keluar.. kakiku gemetar dan jantungku berdebar..
membayangkan pisau itu akan menusuk dan memotong-motong aku.

Belum hilang rasa gemetar itu mendadak sebuah motor kembali berhenti di depan Pos itu..
Dilihat dari penampilannya sepertinya dia teman mereka.

Ternyata yang datang itu lebih dari teman mereka.. tetapi Bos atau ketua mereka.
Hal itu aku lihat dari bahasa dan percakapan mereka.

Aku dan Mbak Fitri tetap dalam posisi berpelukan bahkan semakin aku pererat untuk mencuri-curi kesempatan.
Lumayanlah.. sebelum mati aku bisa sedikit merasakan pantatnya yang bohay dan empuk toket jumbonya.

“Ngapain kalian mengganggu isteri orang..? Bagaimana jika dia adalah isteri atau keluarga kalian..!?”
Bentak orang yang baru datang.

“Tapi .. tapi sayang banget kalau wanita secantik itu dicuekin..!” Kata orang yang aku tabrak.
“Pokoknya jika kalian mengganggu suami-isteri itu maka aku akan menembak kalian..!” Bentaknya.

“Tolong jangan ganggu isteriku.. aku mohon.. ambil saja barang-barang kami jika kalian mau..!”
Kataku memanfaatkan situasi.

Orang itu cukup disegani dan dari pembicaraanya itu aku simpulkan bahwa dia cukup menghargai status suami-isteri..
sehingga mendorongku untuk memanfaatkan kesempatan:
dengan cara mengakui Mbak Fitri sebagai isteriku.. sambil berharap dilepaskan.

Sebuah colekan aku layangkan ke toket Mbak Fitri sebagai isyarat pada mbak Fitri..
Maksudku agar gar dia juga menganggap aku sebagai suaminya.. tentu sambil mencuri kesempatan.

Dengan sigap Mbak Fitri menyebut aku sebagai suaminya dan akan berkunjung ke rumah mertuanya..
–ibuku..#pura-pura..– yang sedang sakit.

Usaha kami cukup sukses. Disamping menjamin keselamatan kami..
dia juga menghukum keempat orang itu dengan meminta memasangkan roda sepeda motor mereka ke motorku..
agar kami segera dapat menjenguk ibuku.

“Om Tio ayo pulang.. aku takut Om..!” Kata Anak Mbak Fitri polos.
Bagaikan disambar petir.. mendadak aku dan Mbak Fitri diam terpaku sambil menutup mulut anaknya..
begitupula dengan mereka yang melotot saling memandang.

Sesaat kemudian orang yang paling belakang datang itu.. –ketuanya..–
menghampiri kami dan memukul perutku dengan kuat hingga membuatku kembali tersungkur.

Dengan kata kasar dan makian dia terus memarahiku karena telah menipunya.
Meski begitu.. Mbak Fitri tetap aman tak tersentuh.. karena dia tetap berkomitmen;
bahwa Mbak Fitri adalah seorang isteri.. meskipun dia bukan isteriku.

Sepertinya dia anggota Suami-Suami Takut Isteri.. atau mungkin juga dia memang sangat menghargai wanita..
sehingga tidak mau menyakiti atau menyentuhnya.

Dan karena itulah dia menghukum kami dengan meminta kami berhubungan intim..
dengan harapan itu bisa membuat kami berdosa dan merasa sangat bersalah.
Dengan begitu.. dia tetap bersih tanpa menyentuh Mbak Fitri namun bisa menghukum.

Tentu saja itu ditentang Mbak Fitri dan kembali memohon ampunan.
Tak lupa aku pun berakting menolak ML.. dengan menyebut bahwa Mbak Fitri sudah aku anggap kakak kandungku sendiri.

Kata-kataku cukup melegakan Mbak Fitri.. dan membuat ketua pemburu itu terpancing..
serta berpikir dengan tetap memaksa kami bercinta.. maka aku akan dihantui bersalah seumur hidupku.

YES.. AKU BERHASIL MEMANCING DI AIR YANG KERUH..!!
Gumamku dalam hati dengan perasaan senang dan lupa sakit yang kurasakan.

“Aku hitung sampai tiga.. jika kalian tidak segera melucuti pakaian kalian dan bercinta..
maka aku akan membiarkan mereka memerkosa kamu..!” Ancam ketua pemburu itu.

“Udahlah Bos.. biar aku aja yang mengeksekusi wanita jalang ini..!” Sambung lelaki satunya.
“Maaf Mbak, jika memang salah.. salahkan saja aku, jika berdosa.. biar aku saja yang menanggungnya..!
Daripada mereka berlima.. mending biar aku saja.. Aku mohon.. izinkan aku menjamahmu..”
Kataku membisik ke telinga Mbak Fitri.

“Apalagi yang kalian bisikkan..!? Cepat lakukan..! Satu.. duaaa.. tiiii ..!!”
Bentak ketua pemburu sambil mulai menghitung.
“I-iya.. iya Pak..!!” Jawabku sambil memeluk Mbak Fitri.

Kedua tangan langsung aku daratkan di kedua toket jumbonya..
yang kenyal dan membulat sempurna hingga membuat mereka semua tergoda.

Sementara bibirku mulai menciumi leher putihnya.. menjilat dan juga mengisapnya..
sambil membisik lirih ke telinganya. Hemmmm.. anehnya aku sangat menikmati permainan itu.

Aku malah tak merasa risih terlihat terangsang di depan mereka..
Bahkan terasa semakin menggairahkan bisa memamerkan kebolehanku mencumbu di depan mereka.

Tak lupa aku terus menenangkan Mbak Fitri dengan bisikan-bisikan lirih yang berisi kata maaf..
Dan meyakinkanya bahwa itu memang yang terbaik.. aku memang yang terbaik..

Dan aku akan bertanggungjawab atas semua yang aku lakukan.. meskipun itu di bawah paksaan..
dengan akan menikahinya jika dia hamil atau merasa berdosa dengan suaminya.

Mbak Fitri tetap terdiam tanpa jawaban ataupun gerakan balasan.
Namun perlahan-lahan dia mengurangi penolakannya hingga benar-benar diam karena pasrah.

“Emuah.. emuah.. emuah..” Ciumanku semakin menjadi dan tiada henti..
menjelajahi bibir.. leher dan dadanya.. mili demi mili.

Hingga akhirnya membuat tangannya bergetar serta mengepal..
pertanda dia sedang menahan sensasi nikmat yang kuberikan.

Benar saja.. Begitu tangan terampilku melepaskan ikat pinggang serta memelorotkan celana longgarnya..
kudapati CDnya sudah basah oleh lendir kenikmatan.

“Hahahahahaa.. dasar munafik kalian berdua..! Tadi ogah-ogahan sekaranga malah ogah berhenti..!”
Teriak orang itu sejenak membuat Mbak Fitri seperti terbangun dari mimpi basahnya.

“Hahaha.. benar Bos, mereka terlihat sangat menikmatinya..!” Kata salah seorang.
“Kenapa berhenti, mau aku tembak..??” Kata ketua itu.

“Jika kamu tidak segera melanjutkan maka aku yang yang akan melanjutkannya..!” Sambung seorang lainnya.
“Bagaimana ini Mbak..?” Tanyaku membisik.

“Terserah kamu Tio, aku tidak tau harus bagaimana lagi..” Jawabnya pasrah.
“Tapi.. aku gak mau NN (anaknya) melihatku begini..” Tambahnya.

Akupun duduk berjongkok dan sejenak berbincang dengan NN untuk membujuknya..
agar mau masuk menunggu kami di luar Pos.. namun dia menolak sambil memegangi kaki Ibunya.

Untung otakku cukup encer untuk hal-hal seperti itu. Aku membujuk NN untuk menunggu ayahnya di tepi jalan..
sambil memberikan selembar uang 5.000an untuknya membeli es krim jika ada penjual lewat.

Dengan pandangan polosnya dia menatap ibunya yang sudah acak-acakan..
dan kemudian berlalu dengan keluar Pos.. untuk menunggu kedatangan ‘Ayahnya’ sambil duduk di samping motor.

“Tio.. tolong cepat selesaikan ini..” kata Mbak Fitri.
“Lalu anuku langsung dimasukin apa tidak sakit Mbak..??” Tanyaku sambil menunjuk kontol.
“Setelah semua ini usai.. aku ingin bicara banyak denganmu..” katanya.

Belum sempat kujawab tangan terampil Mbak Fitri langsung menangkap kontolku..
yang masih terbungkus oleh celana dan CD.. serta mengelusnya dengan gerakan seperti mengurut-urut.

Aaaaaahhh.. mimpi yang sempurna..!

Pukulan telak di perutku sudah tidak begitu terasa..
Malah kini langsung berganti nikmat yang teramat sangat menyebar ke seluruh tubuh.

Bahkan tanpa mempedulikan ejekan dan makian para pemburu itu..
Mbak Fitri semakin bergerak aktif meskipun matanya tertutup rapat.

Dengan segera dia mengambil posisi jongkok dan langsung memelorotkan celanaku hingga ke lutut.
Sluuurrppp.. sluuuuuuuurppp.. Isapan Mbak Fitri terasa sangat berbeda, tidak lagi ada beban terpaksa yang kurasakan.

Yang ada hanyalah nafsu.. nafsu dan nafsu yang membuat gairahnya semakin terarah pasrah.

Sekilas kulihat Mbak Fitri sangat kagum dengan keadaan kontolku yang terlihat macho dan jantan.
Begitu juga dengan pemburu itu yang tak sungkan memuji ukuran dan bentuk kontolku yang menurutnya sering kupakai ML.

Ingin lebih menghayati isapan bibirnya.. maka akupun mengikuti sikapnya..
yang memejamkan mata namun tetap mencumbu dan meraba.

Dalam ..sekejap aku lupa segalanya.. lupa sedang disandera oleh para pemburu..
Lupa berada di tengah hutan.. dan lupa bahwa Mbak Fitri bukanlah pacar yang selama ini aku rindukan.

Yang kurasakan hanya nikmat syahwat sejuta watt.. yang menyengat sekujur tubuhku.

Tanpa sadar akupun menggumam dan mendesah nikmat..
Sambil terus memaju-mundurkan kepala Mbak Fitri yang melumat habis kontolku.
“Uhuuukkk.. uhuuukkkk..!!” Suara Mbak Fitri batuk akibat tersedak.

“Hahaha.. dasar wanita jalang.. giliran ngisep kontol aja merem-melek sampai tersedak..!”
Kata salah seorang pemburu itu sambil merasa gemes dan meremas toket Mbak Fitri.

“Aduuuhh.. sakiiitt.. aauuwwhh..!!” Teriak Mbak Fitri sambil menghindar menuju pelukanku.
“Kamu mau apa..? Ayo keluar sekarang juga..!” cBentak kepala pemburu sambil menjambak rambut orang tersebut.

“Kalian jangan macam-macam.. lanjutin aja perintah Bos..!!” Bentak salah seorang kepadaku.
“Iya Pak..” jawabku sambil mendekap Mbak Fitri.

“Kamu gak apa-apa Mbak..??” Tanyaku kepada Mbak Fitri.
Ketiga orang lainya mengikuti ketua pemburu itu menuju keluar Pos..
dan aku tidak tau apa yang terjadi di luar POS karena aku tidak berani keluar dan melihatnya.

Sambil memeluk dan menenangkan isak tangisnya.. aku kembali memanfaatkan situasi itu..
untuk meraih simpatinya dan menuntutnya melanjutkan perintah para pemburu itu untuk ML.

Tidak ada kata yang terucap atau anggukan kepala pertanda setuju darinya..
namun aku tidak peduli.. karena nafsuku sudah meninggi.

Maka dengan mengatasnamakan pemburu itu..
aku memaksa untuk kembali mencumbunya dan mengelus daerah selangkanganya.

Dalam sekejap Mbak fitri kembali menutup mata.. dan menggigit bibirnya..
untuk menahan desah serta gairah yang semakin mewabah.

Tak berapa lama akupun berhasil memelorotkan CDnya dan menjamah jembutnya untuk yang pertamakalinya.
WOOWW..!!! Teriakku dalam hati mendapati jembutnya berwarna merah.. alias diberi cat rambut.
Sangat lebat dan cukup panjang namun tidak terlalu keriting.. sehingga cukup enak untuk dibelai.

Aksi agresif tanganku yang terus menggesek memek membuatnya kewalahan menahan geli..
hingga akhirnya diapun meracau lirih sambil meremas pundakku serta sedikit-demi sedikit mundur..
hingga mentok di sudut dinding Pos itu.

“Aku masukin ya Mbak,. Biar cepat selesai.. keburu sore..” kataku yang dia jawab dengan anggukan.
“Berbalik Mbak.. agak nungging sedikit ininya..” kataku menata posisinya.

Akupun bersorak gembira karena akan segera menusuk memeknya dengan kontolku yang sudah sangat amat keras sekali.
Slebb.. BLESSKK..!! Sekali hentak kontolku langsung menyeruak bibir memeknya dan melenggang masuk ke dalam
memeknya yang ternyata masih cukup sempit.. sama seperti memek pacarku.

Sungguh itu di luar dugaan.. karena aku berpikir memek orang yang telah melahirkan anak akan cenderung lebar atau kendur.
Dugaanku salah.. memeknya terasa sangat nikmat.. bahkan melebihi sensasi yang kudapatkan dari pacarku sendiri.

Mungkin yang membuatnya berbeda adalah pengalaman dan hobinya beraerobik.
Remasan.. himpitan.. urutan.. emutan dan juga isapan.. terasa menyelimuti kontolku yang semakin terbiasa keluar-masuk di memeknya.

PLAKK.. PLAKK.. PLAKK..!! Kecipak bunyi becek dan tumbukan pahaku di pantatnya terdengar sangat indah..
layaknya melodi surgawi yang mengiringi aksi cabul kami.

Auw..auwww.. aaahhh.. kami meracau bersahut-sahutan tanpa mempedulikan pemburu itu masih ada ataupun tidak.
Dan beberapa saat kemudian pengalamanku yang terbatas begitu jelas terlihat.

Aku tidak mampu menahan denyutan di ujung kontolku hingga akhirnya spermaku menyemprot hebat ke dalam memeknya.
CROT.. CROOT.. CROOOOTTTTT.. “AAAAAAAAAAAAAAHHHHH..!”

Teriakan tertahanku membuat Mbak Fitri terkesiap dan membuka mata lebar-lebar..
sambil meliukkan pantatnya berusaha mengeluarkan kontolku dari dekapan liang vaginanya.

“Aduuuwwhhh.. kok dikeluarin di dalam sih..!? Aku sedang subur nih..!” Katanya terkejut.
“Aku.. aku gak tahan Mbak..” jawabku sambil terengah.

Mbak Fitri tampak semakin terkejut dan menyesal menyadari bahwa:
sebenarnya para pemburu itu tidak pernah kembali ke dalam Pos sesaat setelah keluar.

Diapun melongok keluar untuk melihat anaknya yang ternyata masih setia menunggu ayahnya sambi..l
bermain dedaunan di pinggir sepeda motor.

Sambil menghela nafas lega dia pun kembali fokus pada spermaku yang masih ada di dalam memeknya.
Dia lalu berinisiatif mengeluarkan spermaku dengan mengangkat sebelah kakinya ke bilah jendela..
sehingga membuat memeknya terlihat merah menganga.

Spontan aku pun kembali terangsang dibuatnya..
Dan tanpa izin langsung mengambil posisi duduk berjongkok di depan memeknya.

Sluuurrppp.. sluuurrrppp.. dengan segera aku mencium.. menyeruput dan mengisap memek beceknya..
sambil menusukkan jari telunjuk ke dalamnya,, maju-mundur mengorek liang dalam memeknya.

Mbak Fitri sempat bergidik menolak..
Namun itu hanya formalitas belaka agar terlihat tetap menolak meskipun hanya sesaat saja.

Karena hanya dalam hitungan detik..
Mbak Fitri kembali melenguh nikmat meresapi setiap isapan dan kocokanku.

Dan endingnya bisa ditebak.. pada akhirnya dia menjambak rambutku dan menuntun kontolku ke arah memeknya.
BLESSSSSSSSSSS.. “AAAAAAHHHH..!”

Kali ini matanya tidak lagi memejam tetapi menatapku dengan penuh mesra dan berbinar penuh gairah.
Namun sialnya tiba-tiba anaknya datang sambil berteriak-teriak memanggilnya dan menyebut ada sebuah truk yang datang.

Spontan dia pun mendorongku menjauhi tubuhnya dan bergegas memakai celana serta merapikan bajunya yang koyak.
Begitu juga denganku yang langsung mengenakan celana dan baju.. tanpa sempat mengenakan CD.

Dan untuk menutupi bajunya yang koyak akupun memberikan jaketku untuk dipakai.
Ternyata truk itu milik Perhutani yang akan mengambil kayu hasil tebangan menuju ke arah rumah mertuanya.

Dengan dibantu beberapa orang motorku dinaikan ke dalam bak truk dan kamipun diantar sampai ke halaman rumah mertuanya.
Di depan para keluarga suaminya kami menceritakan baru saja dibegal dan dipaksa menyerahkan barang bawaan.

Untung ada anaknya.. –NN..– yang polos membenarkan ceritaku sambil mencontohkan:
Bagaimana aku dipukul dan ditendang.. sehingga mereka tidak berprasangka atau curiga.

Ini adalah awal dari affairku dengan Mbak Fitri.. CONTIECROTT..!!
-------------------------------------oOo-------------------------------------
 
Terakhir diubah:
:beer: .. malaM dooG
Eperibadi...

Noh.. di ataas Nobi posting Cerita 144.

Sualkan dikenyot.. n KEEP SEMPROT..!!
 
---------------------------------------------------------------------------

Cerita 140 – Bantuan Benih Ekonomi


Para pemeran di serial cerita ini:
1. Citra Agustina (26).. Seorang wanita cantik berambut hitam panjang sepunggung..
berkulit putih, tubuh kurus namun memiliki payudara ekstra besar berukuran 36 D.
2. Utet (52).. Lelaki tua mesum yang sangat jatuh cinta kepada Citra.
3. Darjo (46).. Pemilik kontrakan mesum tempat Citra tinggal.
-------------------------------------------------------------------------------


Berulangkali Darjo menatap layar handphonenya.. berharap ada balasan SMS dari Citra Agustina..
Istri Marwan Sudiro.. penghuni rumah kontrakannya. Namun tetap saja NIHIL. Sama sekali tak ada respon darinya.

“Telatnya sudah mau dua bulan..” ucap Darjo kesal.
“Kalau tak segera ditagih.. mau sampai kapan mereka akan menunggak..?” Tambahnya lagi sambil berjalan menuju rumah Citra.

Darjo adalah seorang pria tengah baya.. beristri 3. Berusia 46 tahun..
Ia tak lain adalah pemilik kompleks rumah kontrakan tempat Citra.. Seto dan beberapa tetangganya tinggal saat ini.
Tubuhnya gemuk.. kulitnya hitam.. dengan tinggi rata-rata kebanyakan orang pribumi.

“Janjinya minggu depan.. Preeeettt..!! Ini sudah hampir lewat seminggu dari janjinya.. eh belum juga memberi kabar..”
Gerutunya di jalan.. sambil berulangkali melihat layar handphonenya.

Memang, akhir-akhir ini sepertinya Marwan dan Citra sedang mengalami masalah ekonomi..
namun bukan berarti hal itu bisa selalu dijadikan alasan buat menunggak bayar sewa kontrakan.

Kembali otak Pak Darjo mengingat-ingat sosok Citra.
Dari awal kepindahannya.. wanita gemulai itu memang langsung menyita tempat di hatinya.

Wajah cantiknya.. senyum manisnya.. suaranya yang lemah lembut membuatnya selalu betah jika berlama-lama main ke rumahnya.
Tubuhnya yang ramping.. kulitnya yang mulus.. ketiaknya yang tak berbulu dan aroma tubuhnya yang wangi..
Juga membuat dirinya tak ingin cepat-cepat meninggalkan rumahnya.

Terlebih.. ketika melihat ukuran payudara besarnya.. wah bakal membuat celana dalam lelaki manapun menyempit.
TETEK ITU BESAR SEKALI.

Namun sayang sekali.. Citra telah menikah. Menikah dengan Marwan..
Lelaki bermasa depan suram yang memiliki banyak utang di sana-sini.

Seorang calo tanah yang tak pernah tau kapan ia akan mendapatkan penghasilannya.
oOo

Sebenarnya Citra tau jika ia di-SMS oleh Pak Darjo. Namun karena Marwan belum juga memberikan hasil dari pekerjaannya..
Citra sengaja tak membalas semua SMS dari Pak Darjo.
Toh.. ujung-ujungnya ntar juga ia bakal datang kerumah.. Batin Citra setiapkali Pak Darjo SMS.

Citra dan Marwan sudah tinggal cukup lama di kontrakan Pak Darjo. Dan selama itu pula ia jarang sekali telat.
Entah kenapa.. hanya akhir-akhir ini suaminya agak sedikit kesulitan untuk bisa menyediakan uang bayaran kontrakan tepat waktu.
Mungkin karena banyak sekali saingan.. sehingga mas Marwan sering kalah tender.. Pikir bijaknya lagi.

Dan memang benar.. Pak Darjo juga mengakui hal itu.
Citra dan Marwan adalah pasangan yang cukup kooperatif dalam hal pembayaran.
Oleh karena itu mereka agak dijadikan sebagai anak mas olehnya.

Berbeda dengan tetangga lainnya yang harus membayar..
buat Citra dan Marwan hampir bisa mendapatkan semua fasilitas perumahan dengan tanpa menambah bayaran sepeserpun.
AC.. TV.. Kulkas.. semuanya ditambahkan oleh Pak Darjo dengan gratis.. walau pembayaran listriknya tetap diharuskan membayar.

Tapi kalo misalnya Marwan tetap tak bisa bayar.. Apa aku harus mengusir neng Citra ya..?
Bimbang Pak Darjo.. Istri Marwan itu terlalu cantik untuk dilewatkan begitu saja..

Berulangkali.. otak mesum Pak Darjo memikirkan segala kemungkinan yang terjadi..
jika Marwan tak mampu membayar uang kontrakan.

Bingung dan galau. Pak Marwan.. yang walaupun sudah memiliki 3 orang istri..
tetap saja selalu tergiur setiapkali ia berkunjung ke rumah Citra.

Tak jarang, ia mencuri-curi pandang untuk sekedar menikmati kemolekan tubuh istri Marwan itu.
Dan Citra pun seolah mengerti.. jika Pak Darjo sering melirik kepadanya.. tetapi dia tidak begitu terlalu mempedulikan.

Bahkan akhir-akhir ini.. supaya berhasi merajuk mood lelaki gemuk itu supaya mau memperlunak tagihan rumahnya..
Citra semakin berani memamerkan bagian-bagian tubuhnya yang dapat mengundang hasrat birahi lelaki gemuk itu.

Tak jarang.. ketika Pak Darjo melirik aurat-aurat tubuhnya..
Citra balas menatap lirikan mesum Pak Darjo.. sehingga akhirnya mereka berdua saling bertatapan.

Cantik sekali tubuhmu Mbak.. Andai aku bisa menjadi suamimu..
Kata Pak Darjo dalam hati sambil berulangkali menelan air ludah birahinya.

Melihat tatapan matanya dibalas oleh Citra.. Pak Darjo hanya bisa tersenyum kecut.
oOo

Tak lama.. Pak Darjo tiba di pekarangan kompleksnya.
Dengan santai, ia berjalan sambil melihat-lihat kompleks perumahannya.
Itu dia.. rumah wanita idamanku.. rumah nomor 2 dari ujung.. Gumamnya dalam hati.

TOK TOK TOK..
“Mbak Citra..? Mmbakkk..?” Panggil Pak Darjo.

Sepi. Tak terdengar kehidupan apapun. Padahal ini hari Sabtu.. seharusnya mereka ada di rumah..
Batin lelaki tua itu.. yang tau jika Sabtu-Minggu adalah hari libur kantor Citra.

Namun setelah beberapakali mencoba mengetuk pintu rumah Citra..
Namun sama sekali tak ada respon.. ia mulai merasa putus asa.. ”Wah sia-sia nih aku datang ke sini..”

TOK TOK TOK.. “Mbaaaak..?” Panggil Pak Darjo lagi.
“Apa mungkin neng Citra ada di belakang ya..?”

Dengan ragu-ragu Pak Darjo memutari rumah Citra.. menuju pintu belakang dan mencoba mencoba mengetuk pintu lagi.
TOK TOK TOK.. Tetap saja hening.

Namun tak lama kemudian.. terdengar suara Maryati.. istri Sunarto..
penghuni sebelah rumah kontrakan Citra.. berteriak dari samping rumahnya.

“Eh Pak Darjo.. Nyariin mbak Citra ya..!?”
“Iya bu Mar.. tau nggak Mbak Citra pergi ke mana..?”

“Kayanya sih tadi sedang pergi makan siang bareng Pak Utet..”
“Pak Utet..?”

“Iya.. Pak Utet.. Ojek pribadi Mbak Citra..”
“Masuk sini aja pak.. Tunggu di dalam rumah saya.. Mbak Citra mungkin sebentar lagi pulang..” ajak Maryati.
“Nggak apa-apa bu.. Saya tunggu di depan saja..” jawab Pak Darjo kembali ke teras rumah Citra.

Benar.. tidak begitu lama terlihat sebuah sepeda motor butut muncul dari ujung kompleks.. seorang lelaki tua membonceng wanita jelita.
Busyet.. Pakaiannya seksi sekali..!! Batin Pak Darjo. Sambil melihat ke arah wanita itu tanpa mengedipkan mata.

Siang itu.. Citra hanya mengenakan sebuah daster bali berkain katun tipis warna-warni yang pendek.
Saking pendeknya.. bawahan dasternya tak mampu menutupi paha mulusnya dengan sempurna.

“Bentar ya pak saya mau turun.. Tahan.. Jangan digoyang-goyang motornya.. Ntar saya jatuh..” pinta Citra pada pak utet.
“Hak hak hak .. Kalo digoyang mah yang ada mah moncrot keluar neng.. Bukan jatuh..” balas Pak Utet mesum.

“Idih.. maunya tuh moncrot terus.. Khan barusan juga udah dapet.. Ntar abis tuh peju..”
“Yaaa.. Namanya juga nafsu Neng.. Pasti minta dikeluarin terus.. Apalagi kalo maennya ama Neng Citra..
Sampe nginep-nginep juga bapak mau neng..”

“Bener yaaaa.. Awas aja kalo nanti tau-tau minta pulang.. Hihihi..”
“Nggak bakalan neng.. hak hak hak..”

Beruntung.. karena melihat sosok Citra lekat-lekat.. Pak Darjo tak mendengar perkataan mesum Citra dan Pak utet.
Melihat Citra yang turun dari motor.. mata Pak Darjo seolah mau lepas dari tempatnya.

Selain itu.. karena Citra menurunkan beberapa macam belanjaan dari motor..
membuat ia berulangkali harus menundukkan badannya.

Dan dari depan.. jaket kain Citra yang tak tertutup rapat.. Payudara besar Citra seolah turut menyapanya.
Payudara tanpa bra itu kelihatan bergoyang-goyang seiring gerakan Citra.

Busetttt tuuh teteeeekkk..!! Pasti enak tuh kalo dikenyot-kenyot..!!
Batinnya lagi.. makin Mupeng.

“Ehem.. Pak Darjo..” Kaget Citra yang sama sekali tak menyadari jika di teras rumahnya ada bapak pemilik kontrakan.
“Tumben Pak dateng ke sini..?” Sela Citra membuyarkan lamunan lelaki gemuk itu ketika melihat ke arah payudaranya.
“Eeh iya mbak..”

“Ada perlu apa ya..?” Sapa Citra berusaha sopan sambil melewati Pak Darjo yang sedang duduk di bangku teras rumahnya..
membuka rumah.. lalu mengambil air putih.. suguhan ala kadarnya buat Pak Darjo dan Pak Utet.

Lagi-lagi.. ketika Citra menyuguhkan air minum itu..
Pak Darjo melihat payudara Citra yang bergelantungan manja dari luar dasternya yang berleher rendah.

Uuuhhh.. Jadi ngaceng aku melihat tubuh semok ini..!!
Ujar Pak Darjo dalam hati lagi.. sambil membetulkan benda yang mulai mengeras di selakangannya.

Citra sebenarnya tau jika maksud kedatangan Pak Darjo adalah untuk menagih rumah..
Cuman demi menjaga hubungan baik mereka.. tetap saja ia harus menyembunyikan wajah kurang menyenangkannya.
Dan dari ekor matanya.. ia juga tau jika sedari awal tadi Pak Darjo tak henti-hentinya menatap mesum ke arahnya.

“Silakan diminum pak..”
Kata Citra mempersilakan tamu-tamunya menikmati suguhan air putih sambil duduk di kursi teras di seberang kursi Pak Darjo.

Namun karena dasternya yang pendek.. membuat paha putih mulus Citra kembali terlihat.
“Pak..?” Tanya Citra sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah Pak Darjo.

Membuyarkan lamunan pak Darjo yang sudah mulai absurd.
“Ehh.. Eh iya mbak.. Begini ..” kembali Pak Darjo membetulkan selangkangannya.

“Begini mbak Citra yang cantik.. Maksud kedatangan saya kemari adalah.. sekedar Silaturahmi..
sekaligus.. ingin menagih janji mbak Citra..”
“Oooo.. mau menagih duit kontrakan..?”

“Hehehe.. Iya mbak.. Berhubung si Srinah, tau Srinah khan..?” Jelas Pak Darjo sok akrab.
Citra menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Si Srinah.. istri ketiga saya akan melahirkan.. otomatis saya harus menyiapkan segala macam kebutuhan buat biaya lahiran.
Nah oleh sebab itu saya kemari..” kata Pak Darjo menjelaskan dengan meta jelalatan menatap lawan bicaranya.
“..Mau minta bayaran sewa rumah dua bulan kemaren..”

Lagi-lagi mata mesumnya melirik tajam ke arah selangkangan Citra yang sedikit terbuka.
Mencoba merekam setiap jengkal paha mulus itu di dalam benaknya.

“Ooohhh gitu ya pak.. Sebenernya sih saya mau bayar..
Cuman kok ya.. saya masih belum ada duit yang bisa dibayarkan..” jelas Citra.

“Memangnya suami neng nggak pernah kasih duit..?”
“Ngasih sih pak.. Cuman khan hanya buat hidup sehari-hari..”

“Lalu duit kontrakannya..?”
“Yaaah.. boro-boro ngasih duit kontrakan pak.. Wong buat makan aja kadang susah.
Apalagi, akhir-akhir ini malah Mas Marwan juga jarang pulang..”

“Loooh..? Kok bisa jarang pulang.. ?”
“iya..”

“Berarti mbak Citra kesepian dong..” Celetuk Pak Darjo berusaha melucu.
“Enggak juga sih pak.. Khan masih ada Pak Utet yang menemani..”
Jawab Citra lagi sambil menujuk ke arah Pak Utet yang sedari tadi sibuk mengelapi motor bututnya.

Pak utet yang merasa namanya dipanggil Citra segera menengok sambil tersenyum ke arah Pak Darjo.
“Mas Marwan masih sibuk dengan kerjaannya pak.. jadi belum banyak bisa ngasih duit..”
“Masa’ kerja mulu tapi ga ngasih duit. Aneh..”

“Ya gitu deh pak.. Namanya juga pekerja lapangan.. Jadi ya jarang di rumah..”
“Lalu kira-kira kapan saya bisa dapet kepastian tanggal Mbak Citra bisa bayaran kontrakannya..?”
Tak menjawab, Citra hanya bisa menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.

“Waaduuuhhh.. Ya ngak bisa gitu juga mbak. Saya udah tidak bisa memberikan toleransi lagi mbak.
Mbak sudah menunggak duit kontrakan lebih dari dua bulan. Otomatis kalo mbak nggak bisa mbayar..
Mbak harus angkat kaki dari rumah ini secepatnya..!” Ancam Pak Darjo.

“Ayolah pak…Saya mohon ya pak..”
“Nggak bisa Mbak.. Orang yang mau nempatin rumah ini sudah banyak yang mengantre..”

“Janji deh pak.. Beri saya waktu seminggu lagi..”
“Hmmm.. Gimana ya.. Sebenarnya saya juga senang mbak.. Rumah kontrakan saya ditempati oleh Mbak Citra yang cantik ini.
Tapi kalo terus-terusan menunggak begini.. bisa digoreng saya sama si Srinah dan istri-istri saya lainnya..”

“Saya bakal usahakan pak. Seminggu lagi mas Marwan pasti udah dapat duit buat bayar kontrakan kok.. Percaya deh..”
“Kalo misalnya belum dapet duit juga..?”

Terdiam.. citra tak mampu mengatakan apa-apa. Masalah ekonomi memang selalu menjadi masalah pelik buatnya.
Terlebih saat ini.. ia sudah tak memiliki barang berharga lagi.

Dengan menarik nafas panjang.. Citra menawarkan sebuah solusi yang tak mungkin dapat ditolak oleh Pak Darjo.
“Hhhmmm.. Kalo minggu depan saya masih belum bisa bayar duit kontrakan ..”

Citra menarik nafas lalu mengembuskan pelan.. “Terserah bapak mau apakan saya..”
“Mau apakan gimana neng..?”

“Ya.. saya bersedia melakukan apa pun pak..”
“Apapun..? Termasuk ..”

Citra mengangguk. Mengiyakan.
“Terserah bapak. Daripada saya harus tinggal di jalanan..”

Merasa percakapan antara pak Darjo dan Citra mulai mengarah ke arah yang kurang jelas.. pak Utet langsung turun tangan.
“Memangnya tagihan kontrakan Neng Citra berapa pak..!?” Tanya Pak Utet dengan nada cukup lantang.

Pak Darjo menatap tajam ke arah Pak Utet dengan tatapan merendahkan. “Utangnya banyak pak..!” Jawab Pak Darjo ketus.
“Sebanyak apa..?” Tanya Pak Utet lagi.

“Duit kontrakan rumah ini sebulannya 600 rebu.. Ini mbak Citra sudah menunggak lebih dari dua bulan..
dan sekarang mau masuk tagihan bulan ketiga..!” Jelas Pak Darjo..

“Kenapa pak..? Bapak mau bayarin..? Kaya sanggup saja..” tambah Pak Darjo melecehkan.
Sambil tersenyum.. Pak Utet mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantongnya.

“Ini saya ada duit 400 rebu.. buat sekedar jaminan..” kata lelaki tua itu sambil menyodorkan gepokan uang receh pada pa Darjo..
“Santai saja pak.. Neng Citra pasti bakal bayar kok..”

“Pak Utet.. Gak usah repot repot pak..” cegah Citra sambil menahan tangan pak Utet mendekat ke tubuh Pak Darjo.
“Nggak apa-apa neng.. Santai saja..” ucap Pak Utet sambil tersenyum.

“Ini pak terima saja uangnya..”
Dengan perasaan malu.. Pak Darjo segera menyembar semua uang receh dari tangan Pak Utet.
Lalu ia memperiksa lembaram-lembaran uang itu sambil beberapakali menerawang uang tersebut ke arah langit.

Kampret..!! Gara-gara lelaki tua sialan.. aku jadi gagal mendekati istri Marwan itu..
Gerutu Pak Darjo dalam hati sambil beranjak pergi.

”Okelah kalo begitu.. Saya pergi dulu..!”
Tutup Pak Darjo sembari langsung beranjak pergi menginggalkan Citra dan Pak Utet.

“Pak.. Makasih ya..” ucap Citra sambil tak henti-hentinya tersenyum simpul.
“Makasih apaan neng..?”

“Makasih udah mbantuin aku. Seharusnya bapak nggak perlu ngelakuin itu semua.
Aku yakin kok bentar lagi mas Marwan pulang bawa banyak duit..”

“Hak hak hak.. Halaaah.. Ga usah dipikirin Neng..”
“Kalo gitu saya balas dengan MPPPFFF ..”

Kecup Citra melahap habis bibir tebal Pak Utet.. sambil menggiringnya masuk ke dalam rumah.
oOo

“Semprul..!! Kakek-kakek kampret..!!”
Serapah Pak Darjo berulangkali sambil menyeruput secangkir kopi panasnya yang sudah mulai dingin.

“Ada apa toh mas..? Kok mukanya kusut gitu..?” Tanya Limun.. si pemilik warung kopi.
“Berantakan Munnn.. Pokoknya.. Berantakan..!”

“Opone yang berantakan mas..?” Tanya Limun lagi.
“Aku baru saja dipermalukan oleh tukang ojek jeleknya si Citra..?” Jelas Pak Darjo.

“Dipermalukan..? Maksudnya..?”
“Iya.. Gara-gara lelaki kerempeng itu.. aku tak bisa mendekati si Citra..”

“Owalaaahh.. Emangnya bapak naksir istri Mas Marwan itu ya..?” Tebak Limun.
“Kekekekekek.. Kenapa kamu..? Kaget..?” Tawa Pak Darjo lagi.

“Boleh donk aku perlihara wanita jelita itu.. Toh dia sering diterlantarkan oleh suaminya.
Bayangin.. punya bini secantik Citra.. ga bakalan aku bolehin jalan ke mana-mana. Sepanjang hari kerjanya cuman .. Kekekekekek..”

“Hahahaha.. Ngimpi kowe mas..”
“Wah.. gara-gara mbayangin si Citra.. aku jadi ngaceng. Udah-udah Mun. Berapa totalannya..?
Aku mau pulang ke istri-istriku saja kalo gitu..”

Segera saja Limun menghitung semua pesanan Pak Darjo. “Cuman limabelas ribu aja mas..”
“Eh.. Mun.. Sek sek.. Handphone aku mana ya..?”

Sambil kebingungan.. tiba-tiba ingatan Pak Darjo kembali ke rumah Citra.
Sepertinya handphone itu tertinggal di sana.

Pak Darjo buru-buru membayar kopinya dan segera balik lagi ke rumah Citra.
oOo

Tak berapa lama, Pak Darjo sudah sampai di depan pintu pagar rumah Citra.
“Kok sepi ya..?” Kata Pak Darjo sambil celingukan. “Tapi pintu depannya kok masih terbuka..?” Tambahnya lagi sambil celingukan.

“Nah.. itu dia Handphone aku..!!”
Girang Pak Darjo yang melihat telephon genggamnya masih berada di atas meja teras.

Tanpa mengetuk pintu pagar.. Pak Darjo masuk ke halaman rumah Citra..
mengambil handphonenya lalu memasukkannya ke dalam saku celana.

Melihat pintu rumah yang melompong begitu saja.. membuat keisengan pak Darjo muncul.
Ia ingin mencari tau.. istri Marwan yang cantik jelita itu sedang apa di cuaca yang panas seperti ini.

“Neng Cit ..” Tak sempt menyelesaikan panggilannya.. mata Pak Darjo seketika itu langsung melotot.
Terbelalak lebar menatap pemandangan di balik pintu ruang tamu.

Nampak.. kedua insan yang bertelanjang bulat itu sedang melakukan sebuah permainan..
Yang sangat melanggar norma-norma kesopanan.

Tubuh Pak Utet rebahan di kursi sofa.. sementara Citra duduk di atas selangkangannya.
Pinggulnya dengan lincah bergerak maju-mundur..

Sambil kedua tangannya meremas-remas payudaranya yang menggelantung besar.
Sementara mulutnya menceracau tak jelas.. sambil terus menjilati payudaranya yang besar.

Karena terlena melihat persetubuhan Citra dan Pak Utet.. Pak darjo membuka pintu depan itu lebih lebar lagi.
Namun tak dikira.. ternyata pintu itu berbunyi berisik sekali. KKKRRRRIIIEEETTTT..!!

Mendengar derit pintu rumahnya terbuka makin lebar.. Citra buru-buru menengok ke arah suara itu berasal.
Setelah tau jika ada seseorang yang sedang mengintip perselingkuhannya.. buru-buru ia meloncat..
mencabut tusukan penis Pak utet yang masih bersarang di vaginanya.. lalu berlari ke dalam kamar.

Begitupula dengan Pak Utet.
Sadar jika tunggangannya berlari panik.. ia juga ikut-ikutan lari tunggang langgang menyusul Citra ke dalam kamar.

“Mampus aku Neeeeng.. Yang punya kontrakan dateng..!!” Bingung Pak Utet.
“Tenang pak.. Tenang.. Mungkin Pak Darjo tidak melihat kita..”

“Nggak mungkin Neng. Pasti bapak itu tadi melihat persetubuhan kita.
Bapak langsung pergi saja ya Neng. Khawatir bapak itu memanggil seluruh warga kampung..”

“Mbak..? Mbak Citra..? Permisi..!!” Suara panggilan Pak Darjo dari arah ruang tamu.
“Mbak.. Saya masuk ya..? Ada yang ingin saya omongkan..” ucap Pak Darjo lagi.

Dan beberapa saat kemudian.. sosok lelaki itu sudah berada di depan pintu kamarnya.
Perlahan.. jemari gempal Pak Darjo menyibak horden.

Seketika.. mata Pak Darjo kembali melotot ketika melihat pemandangan yang nampak di dalam kamar tidur Citra.
Wanita seksi itu.. hanya berdiri kaku sambil termenung bingung..
menatap sosok tua yang sedang tergesa-gesa mengenakan pakaian di depannya.

Seumur-umur.. Pak Darjo tak pernah melihat wanita dengan tubuh sesempurna Citra.
Untuk sesaat.. mereka bertiga hanya bisa saling memandang satu dengan yang lain. Saling terkesima.

Pak Darjo terbelalak menyaksikan pemandangan Citra dan Pak Utet yang masih dalam keadaan telanjang.
Pak utet masih kaget karena perselingkuhannya tertangkap basah..
Dan Citra.. hanya diam seribu bahasa.. karena tidak tau apa yang harus dilakukannya.

“HEH BANGSAT.. SEDANG APA KAMU DI SITU..!!?” Teriak pak Darjo lantang sambil menyerbu masuk ke kamar Citra.
Dengan satu gerakan.. Pak Darjo langsung membekuk Pak utet yang masih berusaha mengenakan pakaiannya.

“KAMU SEDANG MEMPERKOSA ISTRI MARWAN YA..!?”
“Memperkosa..?” Tanya Pak Utet bingung.

Dengan sekuat tenaga ia berusaha melepas cengkraman tangan besar Pak Darjo.. sambil terus memakai semua pakaiannya.
“Enak aja.. Saya nggak memperkosa.. Neng Citra yang ngajak ngentot..!”

Kaget sekaget-kagetnya.. Pak Darjo sama sekali tak menyangka jika wanita secantik dan seanggun Citra..
mau mengajak bercinta lelaki tua renta seperti Pak Utet. Seketika.. Pak Darjo merasa kalah.

Namun karena gengsi untuk meminta maaf.. Pak Darjo tetap saja memelintir tangan lelaki tua itu.
“BANGSAT.. NGGAK MUNGKIN..!! MBAK CITRA NGGAK MUNGKIN MINTA DITIDURIN OLEH LAKI-LAKI RENTA SEPERTIMU..!
AYO.. IKUT AKU KE KANTOR POLISI..!!”

“Jangan Pak. Jangan lapor ke kantor Polisi..!!”
Tiba-tiba Citra mendekat dan menyentuh lengan tebalnya.. ia seolah berusaha membebaskan Pak Utet dengan rayuannya.

Luluh.. Pak Darjo lalu melepaskan cengkeraman tangannya.
Setelah bebas, buru-buru Pak Utet melanjutkan memakai pakaiannya lagi.

“Waduh.. nggak bisa Mbak. Saya tak bisa membiarkan rumah kontrakan saya dijadikan sebagai tempat mesum oleh lelaki tua ini..!”
Jawab Pak Darjo dengan intonasi nada rendah.

Lagi-lagi.. Citra menarik nafas panjang.
”Maafin Pak Utet Pak.. Memang saya kok yang mengajak dia meniduri saya..”

Kembali.. pak Darjo kaget. Ia benar-benar tak mengira jika wanita yang sedang bertelanjang bulat di depannya itu bakal senakal itu.
“Enggak Mbak. Saya tetap harus melaporkan kejadian ini.. Paling tidak.. saya harus melaporkan kepada Pak RT atau Pak RW..”
“.. Waduh Neng.. Gimana nih..?” Tanya Pak Utet bingung. “Kita bakal diarak warga keliling kampung..”

“Sebentar-sebentar.. Nama anda siapa pak..? Anda sepertinya bukan warga sekitar sini khan..?”
Tak menjawab, pak utet terus saja mengenakan semua pakaiannya dengan buru-buru.

“Heh.. Pak tua..!! JAWAB PERTANYAANKU..!!”Hardik Pak Darjo sambil mendorong pak utet jatuh ke arah kasur.
“Aku pulang saja ya Neng..” kata Pak Utet tak menggubris pertanyaan Pak darjo.

Dengan batang penisnya yang masih berlumuran cairan vagina Citra.. ia terus mengenakan pakaiannya.
Dan setelah semuanya terpakai.. dengan buru-buru Pak Utet pergi meninggalkan Citra.

Dengan kecepatan super cepat.. Pak Utet sudah bertengger di motor.. siap-siap mengengkol mesin motor bututnya.
Merasa tak digubris.. Pak Darjo langsung naik pitam.

Ia buru-buru menghambur keluar rumah dan menangkap Pak Utet yang hendak kabur.
“HEH BANGSAT..!! SINI.. JANGAN KABUR..!!”

Tak ingin insiden ini semakin panas.. Citra pun segera mengejar Pak Darjo keluar rumah dan memeluk tubuh lelaki gemuk itu.
Dengan tak mempedulikan tubuh telanjangnya.. ia menarik tangan Pak Darjo supaya melepas Pak Utet pergi.

“Pak.. Jangan pak.. Tolong biarin Pak Utet pergi..!” Cegah Citra sambil memeluk tubuh pak Darjo dari belakang.
“Tidak bisa Mbak.. Saya tetap harus melaporkan lelaki BANGSAT ini ke pihak berwajib..!”

Pak Darjo heran dengan apa yang dilakukan Citra.
Mengapa wanita cantik itu begitu ingin dirinya melepaskan lelaki tua ini.
“Pak jangan Pak..”

Tanpa mendengar teriakan Citra, Pak Darjo terus saja mencekik leher pak Utet..
lalu menyeret tubuh lelaki tua itu supaya turun dari motornya.

Merasa usahanya sia-sia.. Citra lalu melepaskan pelukannya lalu merentangkan tangannya lebar-lebar..
mencegat kedua pria itu supaya tak bertengkar semakin panas.

“PAK DARJO.. TOLONG LEPASIN PAK UTET..!!” Teriak Citra lantang.
“Minggir Mbak..”

“Aku mohon pak.. Lepaskan Pak Utet..”
Citra sadar jika usahanya sama sekali tak membuahkan hasil.

Ia juga sadar.. jika Pak Darjo tetap tak mau melepaskan selingkuhannya..
keributan ini bakal menjadi lebih panjang.. dan bisa menarik perhatian tetangga sekitarnya.
Sehingga ujung-ujungnya.. banyak orang yang tau jika selama ini Citra sudah berbuat serong dengan lelaki lain.

Merasa tak ada jalan keluar.. Citrapun akhirnya menggunakan jalan satu-satunya.
“Jika bapak sudi melepaskan Pak Utet.. bapak boleh memilikiku jika bapak mau..”

Kalimat terakhir Citra sepertinya sangat ampuh meredam amarah Pak Darjo.
“Ke..Kenapa Mbak..?” Tanya lelaki gemuk itu seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.

“Barusan.. Mbak bilang apa..?”
“Pak Darjo boleh memilikiku jika mau..”

Bak memenangkan undian togel.. hati pak Darjo mendadak berbunga-bunga.
Sebuah senyuman terukir di wajah gelap Pak Darjo. Lebar sekali.. hingga ujung bibirnya bisa menyentuh telinga.

Mimpi apa ya aku semalam..? Citra agustina akhirnya menyerahkan dirinya padaku..!
“Kamu sadar khan mbak maksud dari perkataanmu barusan..?”

Tak menjawab.. Citra hanya menganggukkan kepala.
Perlahan Darjo melepas cengkraman tangannya pada leher Pak Utet.. membiarkan lelaki tua itu kembali pergi.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.. Pak Utet buru-buru menstater motornya..
lalu kabur meninggalkan kompleks rumah kontrakan Citra.

“Sudah mbak.. aku sudah melepaskan lelaki bajingan itu..”
Kata pak Darjo sambil terus-terusan mengembangkan senyum liciknya..

“Lalu.. Sekarang gimana..?” Masih dengan diam.. Citra buru-buru membalikkan badannya..
Lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya.. dengan wajah kusut.

Tampak kebingunan di wajah cantiknya. Ujung kedua alisnya bertaut.
Dan kerut di dahinya benar-benar terlihat jelas. Wanita jelita itu benar-benar bingung.

Ia tak menyangka jika perselingkuhannya dengan Pak Utet bisa ketauan karena ketelodarannya.
Mendadak.. terlintas di benak Citra.. semua akibat dari perselingkuhan yang terlah ia lakukan.

Mas Marwan murka.. dan langsung menceraikan dirinya. Nama baiknya rusak.
Tak ada kepercayaan lagi oleh orang sekitar terhadap dirinya. Dikucilkan dari masyarakat.

Duduk di sofa ruang tamu.. Citra hanya diam.
Dewi keberuntungannya kali ini sama sekali tak bisa membantu masalahnya ini.

Melihat Citra yang sedang bingung.. Pak Darjo buru-buru mendekat ke arah Citra.
Ia lalu mengajak Citra pergi ke kamar tidurnya.

Masih dalam kondisi bingung.. Citra menuruti permintaan lelaki gemuk itu.
Dan sesampainya di dalam kamar.. Pak Darjo segera menubruk tubuh ramping Citra.

Ia memeluk tubuh wanita cantik itu erat-erat.. sambil mulai mengecupi kening dan pipi mulusnya.
Seketika.. Citra tau apa yang sedang pak Darjo mulai lakukan pada dirinya.

Itu adalah konsekwensi dari kalimat terakhirnya.
Iya.. ia harus menyerahkan semua kehormatan dirinya kepada pemilik kontrakan bertubuh tambun ini.

Kehormatan..? Tanya citra dalam hati. Memangnya aku masih punya kehormatan..?
Setelah bersetubuh dengan Pak Utet.. Seto.. dan sekarang Pak Darjo..?
Masih adakah kehormatan dari diriku yang masih tersisa..?


Dalam menit-menit terakhir.. akhirnya Citra menyerah.
Setelah susah-susah berusaha mencari jalan keluar dari semua masalah yang menimpanya..

Mendadak Citra tersenyum. Tak apalah.. jika aku harus melayani para lelaki-lelaki hidung belang itu..
Karena.. paling tidak aku tak harus pusing-pusing memikirkan beban ekonomi yang harus aku tanggung.


Melihat wanita yang sedang dipeluknya mendadak senyum-senyum sendiri..
Pak Darjo kembali menatap raut wajah dan tubuh telanjang Citra dalam-dalam.

“Akhirnya aku bisa mendapatkan dirimu mbak..”
Ucap Pak Darjo sebelum akhirnya ia memeluk kembali tubuh jelita Citra lagi.

Citra dapat merasakan desah embusan nafas birahi lelaki gemuk itu menerpa keningnya.. matanya.. pipinya, hingga lehernya.
Tak ingin terlihat malu-malu.. Citra lalu memejamkan mata.. tak tau harus menolak atau menikmati kecupan mesra lelaki gemuk itu.

Perlahan birahi Citrapun mulai terusik kembali..
apalagi setelah kecupan Pak Darjo mulai merambat sampai pada bibir tipisnya.

Hangat sekali kecupanmu.. Pak Darjo..
Batin Citra sambil mulai mempersilakan lidah lelaki tua itu bermain dalam mulutnya.

Tangan nakal Pak Darjo pun tak tinggal diam.. mulai merayapi payudara.. perut.. pantat.. vagina.. hingga paha Citra.
Mencoba meresapi kehalusan kulit istri Marwan itu.

“Ehhhhmmm..” Desah Citra.. menikmati usapan dan belaian serta kecupan bibir Pak Darjo.
Melihat Citra hanya diam pasrah.. Pak Darjo semakin bersemangat.

Dari gerakan yang awalnya hanya mengusap dan membelai.. hingga pada akhirnya ia mulai meremas.. memilin dan mencubit.
Apa saja ia remas. Pantat.. perut.. pinggul hingga payudara Citra tidak luput dari remasannya.

Hal ini semakin membuat Citra menjadi lemah tidak berdaya.
Nafsunya yang sempat padam karena ditinggal oleh lelaki pengecut seperti Pak Utet.. perlahan mulai terbakar lagi.

Sedikit demi sedikit Pak Darjo mendorong tubuh Citra ke arah kasur.
Citra yang sudah dimabuk birahi itu hanya bisa menurut saja ketika ia diminta Pak Darjo untuk menurunkan tubuhnya dan duduk di kasur.

Pak Darjo lalu mengikuti Citra duduk di tepi tempat tidur.. lalu mulai memainkan lidahnya di seputar puting payudaranya.
Dengan sekali dorong.. Pak Darjo merebahkan tubuh indah Citra ke belakang. Membuatnya telentang.

Sekali lagi, lelaki tua itu mengamati keindahan tubuh Citra. Mengagumi setiap pori-pori kulitnya yang mulus tanpa luka.
Mengagumi payudara besarnya yang membuncah indah. Mengagumi bibir vagina Citra yang gemuk seperti kue apem

Dalam diam.. Citra mulai menggapai tubuh pak Darjo yang masih berdiri di samping tempat tidurnya.
Berusaha meraih tonjolan daging yang tumbuh di selangkangan Pak Darjo.

“Buka bajunya pak..” ucap Citra lembut.
Melihat Citra mulai berinisiatif.. Pak Darjo segera memelorotkan celana panjang beserta dalemannya.

Tak lupa ia juga melucuti kemeja lusuhnya dan melemparnya ke sudur kamar.
Pada akhirnya.. tampaklah oleh Citra, tubuh hitam nan gemuk milik Pak Darjo.

Walau penisnya tak terlalu panjang.. tetap saja Citra merasa kagum akan kegemukannya.
Mirip ubi jalar. Kepalanya kecil.. tapi batangnya benar-benar besar.

Perlahan Pak Darjo mulai mengulik vagina Citra. Menggelitik mesra.. sambil sesekali menjilat klitorisnya.
Citra tak mengira jika gaya pemainan lelaki yang temperan itu benar-benar sopan.

Sepertinya.. Pak Darjo bisa berlaku romantis juga.. Kata Citra dalam hati.
Tak seperti permainan seks mas Marwan yang asal gabruk.. tubruk.. tusuk.. dan akhirnya ambruk. Seruntulan.

Tidak puas hanya dengan hanya mengusap vaginanya..
Pak Darjo mulai menusuk-nusukkan jemarinya ke vagina Citra yang telah basah oleh cairan birahinya.

“Eeehhmmm.. Pak..” Panggil Citra pelan.
“Hmmmm..”

“Jangan laporin kejadian tadi ke Mas Marwan ya pak..”
“Kekekekek.. Kita lihat saja nanti..” kekeh lelaki gemuk itu.

“Tolong ya pak.. Jangan..”
“Trus kalo aku nggak lapor ke suamimu.. aku dapet apa..?”

“Apa aja pak..”
“Apa saja itu gimana..? Aku nggak ngerti..”

CLOK CLOK CLOK. Rupanya vagina Citra sudah benar-benar basah..
Karena tak terasa.. kocokan jemari Pak Darjo sudah diiringi oleh lendir-lendir liang vaginanya.

“Aku rela pak jadi MADUMU..”
“Kekekekekek .. Kalo aku nggak mau gimana..?”

“Kamu nggak mau pak..?”
“Buat apa wanita tukang selingkuh sepertimu dijadikan maduku..?” Ejek Pak Darjo.

Citra hanya diam.

“Kamu pasti wanita murahan.. Sama lelaki tua aja mau diajak ngentot..”
“Ayo coba ngaku.. kamu sudah berselingkuh ama berapa orang..?”

Lagi-lagi Citra diam, tak menjawab,

“Kekekekekek.. Aku yakin kamu sudah dipake banyak orang..!”
Ejek Pak Darjo sambil terus mengocok vagina banjir Citra cepat-cepat.

CLOK CLOK CLOK.. “Dasar LONTE..!”
Mendengar hinaan Pak Darjo.. Citra buru-buru bangkit. Ia langsung berdiri dan meninggalkan pak Darjo.

Walau ia sudah benar-benar bernafsu.. namun panggilan Pak Darjo buat dirinya tadi membuatnya emosi.
“Heh.. Lonte.. Mau ke mana..?” Tanya Pak Darjo sambil mengamit tangan kecil Citra.

Dengan sekali kibas.. lelaki gemuk itu membanting tubuh kecil Citra keras-keras ke kasur.
“Aaaawww..!! Pakk..!” Rintih Citra begitu tubuhnya terhempas ke atas kasur.

“Kasar banget kamu pak..!”
“Jangan sok suci Mbak.. Lonte sepertimu harusnya tak aku perbolehkan tinggal di sini..”

“Lepasin..!”
“Udahlah Mbak.. Ga usah banyak bacot..”

“Aku bisa teriak pak..”
“Kekekekek.. Teriak saja mbak.. Biar sekalian orang kampung tahu, betapa binalnya dirimu..” ujar Pak Darjo..

“Udah nggak bisa bayar kontrakan.. pamerin tubuh telanjang biar nggak jadi ditagih duit sewa. Gitu ya..?
Orang-orang pasti bakalnya berpikir seperti itu.. Kekekekekek..”

Sialan.. Apa yang dikatakan lelaki busuk ini ternyata cukup masuk akal.. Gerutu Citra dalam hati.

“Ayo.. Sekarang kamu nungging..” Pinta Pak Darjo kasar.
“Kalo kamu mau jadi MADUKU.. Kamu harus layani aku dengan segenap hatimu.. LONTE MURAHAN..”

Tak pernah seumur-umur Citra dilecehkan seperti ini. Lonte.
Dengan tatapan penuh amarah.. Citra tak menjawab pertanyaan Pak Darjo.

Ia hanya terus menatap tajam ke arah lelaki gemuk itu.
“Gimana..? Mbak Citra Agustina yang terhormat.. Apakah kamu mau kamu jadi lonteku..?”
Goda Pak Darjo semakin mempercepat kocokan jemarinya ke liang kenikmatan Citra.

CLOK CLOK CLOK .. “Jawab..!” Bentak Pak Darjo lagi. “Mau nggak kamu jadi lonteku..?”
Tanpa menunggu jawaban Citra, Pak Darjo segera membekuk tangan Citra ke samping tubuh rampingnya.

Lalu dengan satu tangan lainnya.. ia menindih dan memasukkan alat kelaminnya ke dalam kemaluan istri Marwan itu dalam-dalam.
Vagina Citra yang sudah benar-benar basah.. segera saja menyambut penis gempal pak Darjo.
CLEBB..!!

Tak mampu bergerak.. Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya.
Dalam penolakannya.. ia berusaha merasakan kenikmatan tusukan kasar dari penis gemuk Pak Darjo.

Walau penis itu tak sebesar dan sepanjang penis Pak Utet..
Namun tetap saja mampu membuat birahinya kembali menggelegak.

Tak lama.. Jlebb..! Kemaluan Pak Darjo berhasil melesak seluruhnya.
Sejenak mereka terdiam.. sambil saling merasakan kenikmatan persetubuhannya.

“Gimana mbak..? Kamu mau jadi LONTEKU..?”
Tak menjawab. Citra hanya diam sambil terus menatap tajam ke arah Pak Darjo.

Citra sama sekali tak mengira.. jika lelaki yang dihormatinya itu bakal melakukan tindakan hina seperti ini.
Pak Darjo tega memperkosa Citra di rumahnya sendiri..
Di atas kasur yang biasa ia gunakan untuk bersetubuh dengan suaminya.

“Nggak usah kamu jawab juga aku sudah tau mbak..” ucap Pak Darjo penuh keyakinan.
“Liat aja memek kamu yang membanjir seperti ini.. aku tau jika kamu suka diperlakukan seperti ini ya..? Kekekekek..”

Sekali lagi.. Citra dibuat malu oleh lelaki gemuk itu. Apa yang dikatakan oleh lelaki gemuk itu benar.
Walau wajahnya menunjukkan penolakan terhadap apa yang sedang dilakukan Pak Darjo pada dirinya.. tubuhnya tidak sama sekali.

Tubuh moleknya justru menikmatinya. “Aku tau.. Kamu bakal bersedia Mbak.. Kekekekek..” Tawa Pak Darjo.
Dengan kecepatan tinggi.. lelaki gemuk itu mulai menggenjot penisnya ke liang vagina Citra.

Menusuk dan mencabut batang gemuknya dengan kecepatan tinggi.
“Wuuuoooooo.. Sempit banget memekmu mbak..” puji Darjo..

Yang seumur-umur belum pernah merasakan vagina sesempit milik Citra.
Walaupun ia telah sering menikah.. tak satupun dari ketiga istrinya yang memiliki vagina seperet Citra.

“Aku nggak ngira.. Lonte Cantik sepertimu punya memek yang menggigit seperti ini..”
“Ehhmmm.. Ssshhshhhhsss..”

Mendapat tusukan cepat seperti itu.. mau tak mau membuat Citra akhirnya mulai mendesah keenakan.
Rupanya ia tak kuat juga menahan gempuran birahi penis Pak Darjo.

Perlahan.. erangan dan desahan kenikmatan meluncur dari bibir tipis Citra.
“Kekekek.. Kenapa mbak..?” Goda Pak Darjo yang tiba-tiba mencabut penisnya dari vagina Citra.

“Ooohhh..” Erang Citra.. ”Paakk..”
“Kenapa mbak..? Pengen lagi..?”

CLOBB..! Pak Darjo kembali menusukkan penisnya lalu mencabut kembali.
“Ooohhhmmm.. Ssshhh.. Pak..”

“Kekekek.. Mukamu lucu sekali mbak..” CLOBB..! Lagi-lagi Pak Darjo menggoda Citra.
Dengan santai ia menghujamkan penis gemuknya lalu mencabutnya kembali. “Kekekekekek..”

Merasa dipermainkan seperti itu.. membuat Citra meronta-ronta nikmat.
“PAK DARJO.. ENTOT AKU PAAKK..!! JANGAN PERMAINKAN NAFSUKU..!!” Jerit Citra.

“Kekekekekek.. Gimana Mbak..? Kamu bersedia jadi LONTEKU..?”
“Ooohh.. Iya pak..”

“Iya Apa..?”
“IYA PAAAKK.. AKU BERSEEEDDDIIIAAAAA..” Erang Citra lagi.
“Kekekekekek..”

Mendengar lawan bercintanya mulai mendesah-desah.. Pak Darjo pun semakin cepat menggerakkan pinggulnya.
Jlebb..!! Menghujamkan batang penisnya dalam-dalam ke vagina sempit Citra.

“Enak ya mbak..?”
“Ehhmmmm..”
“Kekekekek.. Dasar lonte..”

Suhu Sabtu siang yang sudah panas.. semakin dibuat panas oleh kelakuan bejat mereka.
Dan tak lama kemudian.. desahan lantang pun mulai terdengar nyaring di kompleks yang sedang sepi begini.

Mendengar panggilan kasar Pak Darjo kali ini.. entah kenapa tak membuat Citra sakit hati.
Malah ia semakin bernafsu untuk dapat mengalahkan stamina lelaki gemuk yang batang penisnya sedang mencucuki liang vaginanya.

Namun apa daya.. persetubuhan dengan Pak Utet sebelumnya cukup membawa dampak besar bagi Citra.
Terbukti.. gelombang orgasmenya langsung menerpa.

Dari pangkal pahanya.. rasa panas mulai menjalar naik ke rahimnya.. Membawa sengatan-sengatan orgasme semakin mendekat.
Begitupun oleh Pak Darjo.. gelinjang tubuh Citra yang hendak orgasme sangat terasa olehnya.

Istri Marwan itu lalu berulangkali mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi.. disertai gerakan kepalanya yang tak terkontrol.
Dan benar.. beberapa detik kemudian tubuh Citra bergetar hebat.. disertai cengkraman kukunya pada punggung gemuk Pak Darjo.

“Pak.. Aku keluar.. AKU KELUUUUAAAARRRR PAAAAKKKK..!!”
CREET CREET CREECETT. Semprotan lendir birahi keluar dari vagina sempit Citra..

Diiringi oleh kedutan hebat dinding-dinding rahimnya.. meremas batang penis yang terbenam di sana.
Merasakan pijatan vagina yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.. Pak Darjo pun tiba-tiba merasa ingin orgasme.

Dengan kecepatan maksimal ia kemudian memacu gerakan pinggulnya naik turun..
Sembari menindih dan memainkan payudara Citra yang nampak tak berdaya sama sekali setelah ia mendapatkan orgasmenya.

“Aku juga keluar Mbak.. AAARRRRGGGGHHHH..!!” CROT CROT CROCOOOT..
Tak terbayangkan nikmat yang dirasakan Pak Darjo ketika menyemburkan benih-benih kejantanannya ke dalam rahim Citra.

Nikmat di ujung penisnya berasa langsung menyebar ke seluruh penjuru syaraf tubuhnya.
Menghantarkan getaran-getaran enak yang tak mampu terlukiskan dengan kata-kata.

Ini adalah orgasme terhebatku. Orgasme yang tak pernah aku dapatkan dari ketiga istriku..
Batin Pak darjo sembari menghempas-hempaskan pinggul gemuknya.. memerah semua spermanya untuk masuk ke dalam rahim Citra.

Sejenak Pak Darjo terdiam. Sambil terus menatap wajah ayu Citra yang damai.. karena baru mendapatkan orgasmenya..
Pak Darjo pun tersenyum penuh arti. Keduanya nampak begitu capai. Terkulai lemas.
Hingga akhirnya Pak Darjo menghempaskan tubuh gemuknya di samping tubuh ramping Citra.

Tak lama kemudian.. mereka berdua tertidur di bawah panasnya udara siang yang begitu menyengat.
Tertidur dengan tanpa mengenakan selembar pakaianpun.

Tertidur dengan pintu depan yang masih terbuka lebar. (. ) ( .)
---------------------------------------oOo--------------------------------

Carita anu moal bosen di baca,
Carita paling pas keur coli,
Terbaoksss...!!!!
 
------------------------------------------------------------------------

Cerita 144 – "Izinkan Aku Menjamahmu.." Part 2

Karena
hari yang sudah terlalu sore..
dengan terpaksa akhirnya akupun mengikuti saran keluarga Mas Wawan untuk menginap di rumahnya dan kembali esok harinya.

Malam itu semua keluarga yang datang tidur diruang tamu dengan beralaskan karpet lantai..
Tidak terkecuali aku dan juga Mbak Fitri ikut serta standby menjaga Ibu Mas Wawan yang sakit.

Namun hingga menjelang jam 01:00 mataku sulit terpejam.. pikiranku melayang..
mengingat kejadian siang itu di mana aku dan Mbak Fitri beradu nafsu meskipun di bawah ancaman para pemburu itu.

Sejalan dengan itu.. kontolku menegang hebat..
seakan-akan ingin kembali merasakan memek Mbak Fitri dalam balutan suka sama suka.

Oooohhh.. indahnya jika itu terjadi.. Gumamku dalam hati sambil menyalakan sebatang rokok..
Sambil memandangi Mbak Fitri yang tidur terlelap membelakangiku.

Ingin sekali saat itu tanganku meraba dan meremas pantat sintalnya yang berada tak jauh dari tanganku..
tapi entah mengapa aku seakan tidak mempunyai keberanian untuk itu.

Kenapa gak matiin lampu aja..? Bisik setan cabul merespon kegelisahan dalam hatiku.
Dan.. lagi-lagi aku menurutinya.. Terlebih aku sudah mempunyai jawaban jika ada yang menegurku.

Maaf ya Mbak.. aku ketagihan..! Gumamku dalam hati sambil merebahkan diri sejejar tepat di belakangnya.

Hal pertama yang kulakukan adalah menempelkan telapak tanganku di pantatnya.. seperti sebuah ketidaksengajaan..
sebelum akhirnya sedikit menggeseknya pelan.

Reaksinya yang diam membuatku semakin berani dengan mulai menggaruk-garuk belahan pantatnya..
sambil sesekali menekan tepat di belakang memeknya.

Terus dan terus.. namun sama sekali tidak ada gerakan..
baik itu penolakan maupun respek.. yang mana justru semakin membuatku nekat menyingkap dasternya.

Sialan..!! Umpatku.. mendapati sebuah legging ketat mengamankan sepertiga kakinya..
Padahal untuk menyingkap daster saja aku sudah cukup kesulitan. Ahh.. masa bodoh ajalah.. batinku kesal..

Maka.. sambil tiduran miring kukeluarkan kontolku dari celah ritsleting celana lalu menyusupkan tepat di belahan.
Meski gak masuk ke dalam memek.. namun aksi gesek-gesekku membuat sekujur tubuhku menghangat berselimut nikmat.

Rasa geli dan sensasi takut ketahuan berpadu apik.. mengiringi nafsu briahiku yang sudah menyala-nyala.
Aaahhh.. sensasi itu semakin menjadi.. terutama di bagian ujung Palkon..

Serr.. serr.. serasa ada percikan-percikan layaknya kembang api yang menyala.
Sesekali aku merasakan kedutan dan jepitan dari belahan pantatnya..
Sebuah isyarat jika Mbak Fitri merasakan gesekan kontolku.. baik sadar maupun tidak sadar..!

Sebenarnya Mbak Fitri tau dan menikmati.. namun tetap memilih diam karena sedang di rumah mertuanya..!
Bisik setan meyakinkan dan melambungkan kenekatanku..
hingga membuatku lupa diri sedang apa, di mana dan dengan siapa.

Saking bernafsunya aku.. sampai-sampai membuatku hilang kontrol..
hingga hanya dalam sekejap dipenuhi rasa nikmat yang teramat sangat..

Dan puncaknya adalah.. crott.. crott..crott.. crott..
Semprotan sperma segar.. bagai gumpalan lahar yang panas nan kental menyirami selangkangannya.

Sialan.. aromanya menyengat banget..!? Kataku dalam hati.
Lalu dengan sedikit panik dan buru-buru aku menarik mundur kontolku beserta menutup kembali dasternya.

Pura-pura tidur ajalah.. kataku lagi dalam hati.. sambil memejamkan mata..
Kemudian berakting sok pulas.. padahal nafsuku masih sangat mengganas.

Setelah puas ngecrot akupun tertidur pulas.. hingga tanpa sadar jarum jam sudah menunjuk angka 07:30.
Dan ketika terbangun aku pun buru-buru ke kamar mandi untuk membasuh diri agar segar serta fresh.

Saat berpamitan pulang Mbak Fitri nampak biasa saja bahkan cenderung berseri..
Padahal dia menyadari siapa pemilik sperma yang menempel di CD dan selangkanganya.

“Ini sekedarnya buat bensin..” katanya sambil memberikan sebuah amplop dengan setengah memaksa..
karena aku sempat menolaknya.

Sesampai rumah aku baru membuka amplop itu dan rupanya bukan hanya berisi uang bensin..
namun juga secarik kertas berisi tentang sebuah kejujuran dari hatinya yang terdalam.

Pada intinya sejak awal dia respek denganku.. sehingga memeknya mudah lubrikasi..
Namun karena kami lakukan di depan orang, rasa malu dan risih mengikis nikmat yang ada.

Sementara mengenai aksi kenekatanku semalam.. dia rasakan sebagai sesuatu yang fenomenal..
sensasional serta benar-benar menggugah adrenalin.

Meski mengakui semuanya.. namun pada akhirnya dia menutup surat itu dengan kata yang menyakitkan.
Dengan mengatakan bahwa itu adalah pertama dan terakhir.. mengingat statusnya yang isteri orang.
oOo

Hingga hampir seminggu lamanya tidak ada kabar dari Mbak Fitri. SMS.. chat dan telepon tak satupun yang dia balas.
Sialnya.. keadaan itu membuatku semakin kepikiran.
Semakin teringat dan semakin terbayang bagaimana merdu suaranya ketika mendesah penuh nikmat.

Tidak sampai di situ.. beberapa waktu kemudian aku melihatnya berjalan di depan rumah..
bersama suami yang sedang menggendong anaknya.

“Monggo Mas..!” Teriak Mas Wawan menyapaku.. namun aku diamkan..
Karena saat itu aku termangu dengan Mbak Fitri yang memilih menunduk tidak ikut menyapaku.

Sialan.. bakalan lebih susah nih. Pantes aja dia gak mau bales chat atau jawab telponku..!
Batinku.. dengan hati penuh cemburu dan semakin membara ketika membayangkan tubuh mulusnya sedang dientot suaminya.

Malamnya.. aku nekat melompati pagar rumahnya dan merayap menuju arah jendela kamarnya untuk mengintip ke dalam.
Logikanya.. pasangan suami-isteri yang lama tidak pulang pasti akan dipenuhi kerinduan dan birahi..
namun nyatanya tidak demikian adanya.

Meski Mbak Fitri seperti sengaja berpakaian lingerie nan seksi dan sempat memberikan pelukan..
namun Mas Wawan hanya membalasnya dengan ciuman dan lebih memilih menunduk..
menutupi wajahnya yang sepertinya dipenuhi beban pikiran.

Ngapain juga ngintip kalau cuma begini..!? Pikirku.. sambil melompati pagar..
Kemudian kembali ke dalam rumah dengan penuh bahagia karena kecemburuanku tidak terbukti.

Esoknya.. samar-samar aku mendengar pembicaraan Mbak Fitri dengan penjual sayuran yang menawarkan ikan segar..
namun dijawab dengan gelengan kepala karena suaminya kembali ke rumah ibunya dan mungkin lusa baru pulang kembali.

KALAU SUDAH REJEKI MEMANG TIDAK KE MANA..!
Tekadku penuh antusias untuk kembali menyapanya dengan kerinduan dan juga gairah yang membara.

Tak lupa aku menyempatkan diri untuk membeli sekotak donut favorit anaknya..
dan bertamu untuk basa-basi sekedar menanyakan kabar mertuanya.

“Sudahlah Tio.. lebih baik kamu pulang saja, gak enak dilihat tetangga..” katanya mengusirku.
“Gak usah alasan.. aku tau apa yang kamu pikirkan..” jawabnya.

“Iya Mbak.. jujur pikiranku memang mesum.. tapi yang akan aku bicarakan lebih dari itu..” jawabku.
“Oke.. buruan ngomong biar semuanya cepat selesai..” katanya tidak sabaran.

“Orang yang kemarin.. –pemburu..– menelepon dan mengancam akan menyebarkan video kita..!” Kataku.
“Apa..!? Kamu bercanda kan..?” Tanya Mbak Fitri panik.. yang kujawab gelengan kepala.

“Enggak. Mereka merekam dan barusan telepon aku..” kataku sambil memasang wajah serius.
“Apa yang harus kita lakukan..?” Tanya Mbak Fitri lemas.

“Nih baca sendiri Mbak..” kataku sambil menunjukan sebuah chat.
Tentu saja semua itu hanya sandiwara semata.

Dengan sebuah nomer baru aku membuat akun chat berbeda..
lalu berkirim chat kepada diriku sendiri dengan sebuah peran ganda.

Intinya.. chat itu meminta kami live streaming.. atau minimal membuat video ‘bercinta’ ..
dengan durasi minimal 45 menit.. agar mereka tidak mengupload permainan terlarang yang direkam di hutan.

Raut panik.. kesedihan dan pasrah terlukis jelas di wajahnya yang sayu memucat..
pertanda ideku telah berhasil mengenai sasaran.

–Lakukan sekarang atau aku upload ke youtube..!!–
Chat terbaruku dari akun kedua semakin membuat Mbak Fitri syok..!

“Masa’ sekarang..? Kan ada Nana..?” Katanya semakin panik.
“Sayaaang.. ayo dihabisin donatnya.. abis itu cuci kaki cuci tangan terus bobok..!” Kataku kepada Nana.

“Masa’ makan sambil tidur Om..? Nanti kerubutin semut..!” Katanya dengan mulut manyun.
“Kalo Nana mau bobok siang.. nanti sore Om belikan es krim deh..” kataku merayu Nana.

“Es krim kotak ya Om..?” Katanya memilih.
“Okey deh.. buruan bobok yuuk..!” Ajakku.

“Ayo Mah..” katanya sambil menarik tangan Mbak Fitri menuju sleeping bed depan TV.
“Sama juga bohong.. malah ngajakin mamah..” kataku menggeleng dan memilih mengalir saja mengikuti alur pikiran Nana.
Setidaknya Mbak Fitri sudah mau.. namun menunggu anaknya tidur.

“Om ikut nonton Upin-Ipin yah..??” Kataku turut duduk di belakang Mbak Fitri yang sedang ngelonin Nana..
sehingga pantatnya nampak menantang ke arahku.

Tanpa membuang waktu aku langsung menggerayangi punggungnya.. mencari tali BH-nya dan melepaskan pengaitnya..
sehingga membuat toketnya bebas bergelantungan di dalam daster.

Di bawah.. aku menyingkap bagian belakang dasternya..
lalu langsung meraba-raba pahanya yang dipenuhi bulu lembut nan halus.

Ketat banget CD-nya..? Gumamku dalam hati.. sambil menengok ke sana ke mari.
Hingga akhirnya menemukan sebuah gunting kuku dan menggunakanya untuk merobek CD-nya.

Menyadari itu.. Mbak Fitri sempat menoleh dan memegangi tanganku..
agar tidak melakukan lebih dari itu namun tidak aku hiraukan.

Justru tangannya yang berada di belakang aku paksakan untuk menggenggam kontolku..
Yang sudah aku keluarkan dari celana.

Dia sempat menarik tangannya menjauhi kontolku..
namun tangan kananku yang menjambak jembutnya lembut membuatnya menurut.

Cuihhh.. cuiiihhh..!! Dengan ludah yang aku lumurkan ke jari aku mulai menyerang selangkangannya.
Menggelitik dan menusuk-nusuk di sekitaran bibir memeknya..
yang mana langsung dia sambut dengan tarikan nafas panjang serta genggaman kuat di kontolku.

Pada akhirnya kami saling mengocok kemaluan tanpa malu-malu..
Maklum.. sebenarnya dia juga menginginkan sentuhan namun penuh gengsi dan ketakutan.

Tapi semua langsung berubah saat nikmat dan syahwat mulai memenuhi hatinya.
Kocokan penuh penghayatan dia berikan dengan mengikuti irama kocokanku di memeknya.

Jika aku mengocok cepat.. diapun melakukan hal yang sama dengan kontolku.
Begitu juga ketika aku memijit-mijit klitorisnya.. diapun mengusap-usap palkon..
Sehingga kamipun saling mendesis dan menyembunyikan itu dari Ana.

“Nana udah tidur Mbak..” kataku mengintip Nana lalu membisik di telinganya.
“Ayo balik badan..” kataku menariknya ke belakang hingga terlentang.

Tak ada jawaban darinya.. dan itu bukan masalah bagiku..
karena keinginanku adalah sambutan hangatnya bukan sekedar jawaban kata-kata.

Srattt..! Dengan sekali tarik celana kolorku langsung luruh ke lantai.
Hingga aku pun leluasa mengangkangi tubuhnya sambil menyuapi mulutnya dengan hidangan kontol yang super ngaceng.

“AYO BUKA MBAK..” pintaku yang sempat dia jawab dengan gelengan kepala..
sehingga untuk sementara waktu aku memilih menaruh kontolku tepat di tengah-tengah toketnya..
menjepitnya di kiri dan kanan sebelum akhirnya aku goyangkan maju-mundur.

Dalam sekejap embus nafas Mbak Fitri semakin tidak terkendali..
dan otomatis membuat bibirnya menganga penuh rasa dahaga.

HLEBBB.. kontolku ditelanya bulat-bulat maju-mundur teratur..
menikmati mulutnya yang basah.. hangat dan tentu saja kelembutan bibirnya.

Meski sudah direspon positif.. namun aku tidak menurunkan rangsanganku.
Justru sebaliknya.. tanganku menjadi leluasa meraba dan menjamah pinggang beserta selangkangannya.

Meski masih tersekat kain dasternya namun gesekan dan pijitan tanganku mampu melambungkan birahinya ke awang-awang.
Hal itu terlihat dari kuatnya isapan di Palkon serta remasan tangannya di pantatku.

“OOOUUGHHH.. ENAK BANGET MBAK..!!”
Pujiku seraya memberikan senyum tulus penuh sayang ke arah pandangan matanya yang teduh berselimutkan nafsu.

Untuk membuatnya menggila.. akupun berbalik dalam posisi merangkak untuk ber-69 style..
mencicipi memek yang sangat aku rindukan.

OOUUGGHMMM.. aroma khas kewanitaanya menyeruak begitu dasternya aku singkap..
begitu pun dengan jembutnya yang ramai-ramai menyapaku dari sela pori-pori CD-nya yang berenda.

HMMMM.. EMUAH.. EMUAH.. sambil meniupkan hawa panas nafasku untuk memberikan rangsangan lebih..
aku membenamkan wajahku tepat di tengah-tengah pahanya yang masih merapat.

Dengan ujung lidahku aku menjilati himpitan pahanya, maju-mundur di sepanjang jangkauan lidahku..
hingga diapun mengejang dan merespon dengan membuka pahanya lebar-lebar.

Emuah.. emuah.. emuah.. sambil terus menekankan wajah aku menciumi dan membasahi CD-nya..
memancing respon memeknya dengan kehangatan yang basah.

“AAAAAAAAAHHH.. MMM.. YOOO.. UDAH AKU GAK KUAT LAGI..”
Rengeknya terbata meminta untuk menghentikan aksi nakalku.

Namun aku menjawabnya dengan berbeda.. sebaliknya tidak hanya bibir dan lidah..
namun jari-jariku juga mulai menggerayangi pahanya, meraba dan mengelus..
Sebelum akhirnya finish ditempat yang sama yakni memeknya.

Dari sela-sela CD aku menyusupkan kedua jari telunjukku.. memijit dan membuka bibir memeknya..
sebelum akhirnya memainkan klitorisnya yang membulat kenyal.

“AUUWHH..!” Pekikku merasakan gigitan di kontol..
Beruntung itu hanya sekali dan tidak lebih dari sebuah respon keterkejutan semata.

Selanjutnya Mbak Fitri menelan penuh kontolku..
bahkan mengisapnya dalam-dalam sebagai jawaban atas permainanku di klitorisnya.

Meski sudah berselimut nikmat.. namun sepertinya itu belum cukup bagi kami.
Aksi saling berguling berpindah posisi atas dan bawah berulang kami lakukan untuk melampiaskan hasrat syahwat.

Endingnya.. kami mencapai klimaks hampir bersamaan.
Memek Mbak Fitri secara tidak terduga merekah dan menyemburkan tigakali cairan bening ke mulutku.
Sesaat kemudian.. disusul oleh semprotan pejuh kental nan hangat dari kontolku meluncur deras ke dalam tenggorokannya.

CROOOTTT.. CROOOTTT.. aku menahannya sekuat tenagaku..
meskipun Mbak Fitri berusaha menggeleng dan meronta menghindarinya.

“Uhuukkkk.. uhukkkkk.. mmm.. hoeeekkkk.. mmm.. jorok kamu Yo..! Masa sperma dikeluarin di mulut..?”
Katanya sesaat kemudian berusaha memuntahkan sperma namun tidak bisa.

“Maaf Mbak.. biar adil aja, aku juga minum semprotan Mbak..” Kataku
“Biar menyatu dalam tubuh Mbak.. aku dan kamu.. kita satu Mbak..” Kataku sambil melumat bibirnya.

Dalam kondisi setengah terengah aku memilih duduk di pangkuannya,
menghadap ke arahnya dan membungkamnya dengan ciuman yang bertubi.

Tidak butuh waktu lama.. dalam sekejap diapun membalas ciumanku dengan ganasnya.
Tidak ada keraguan.. tidak ada pemaksaan dan kali ini kami benar-benar menyatu.

Selanjutnya bisa ditebak.. dengan sendirinya dia melucuti pakaiannya hingga tidak bersisa..
Lalu kamipun sama-sama aktif menjamah penuh dengan gairah.

Bahkan jika boleh jujur.. sejak detik itu Mbak Fitri yang lebih dominan menyusuri sekujur tubuhku..
dengan ciuman dan jilatan padahal mulai berkeringat.

“Udah cukup Yo.. buruan tiduran di sofa..”
Pintanya mengambil inisiati duluan dan dengan segera diapun duduk mengangkangi tubuhku.

BLESSSS..! Seluruh kontolku masuk secara perlahan jauh ke dalam ruang di memeknya..
merasakan sedikit demi sedikit dinding memeknya yang hangat, becek dan nikmat.

Dengan geolan maju-mundur dia membuka permainan kami sambil bertumpu dengan cengkeraman di dadaku.
‘Yo.. kenapa kita jadi begini Yo..!?” Katanya sejenak mendongak ke atas
“Begini gimana Mbak..?" Tanyaku.

"Kemarin aku merasakan keterpaksaan.. begitupun tadi di awal.. itu sebagai pilihan terakhir agar video itu tidak disebar..!"
Katanya sambil sesekali memejam meredam nikmat

“Tapi kini, kenapa aku yang jadi bernafsu ya..? Apa iya gara-gara abis minum pejuhmu..? Jangan-jangan kamu pelet aku ya..?”
Tanya Mbak Fitri ngacau meracau

“Sebaliknya Mbak.. Mbak Fitrilah yang memelet aku.. karena aku selalu terbayang-bayang kamu Mbak..” jawabku jujur
“Sejujurnya aku juga sama.. tapi keadaanlah yang membuatku bilang tidak. Aku tidak mau jatuh cinta lagi karena aku sudah bersuami..”
Jelasnya tanpa sadar goyangannya semakin cepat.

“OOOUUGGHHH.. gilaaaa.. enak banget Mbak..!” Pujiku sambil merem melek
‘Sudahlah.. semua sudah terjadi. Kita tanggung bersama yah..?” Katanya dengan napas terengah di sela desahannya.
“iya.. pasti Mbak, aku siap dengan semua resikonya..” kataku meyakinkan hatinya

Obrolan ringan itu terbukti manjur membuatnya semakin total.
Menjadikanya semakin binal.. dan tentu saja semakin memberikan nikmat yang seutuhnya.

PLAKK.. PLAKK.. PLAKK.. Naik-turun dia memacu kocokannya dengan gerakan liar.
Melonjak dan berjingkrak.. tanpa mempedulikan hentakan pantatnya sesekali menghantam telurku.

“MMMHHHH.. AAARRGGHHH..!!” Pekiknya sambil mengejang dan membungkuk..
meredam gelora birahi dengan melumat bibirku dengan sangat kasar.
“Emuah.. emuah..” dengan posisi pantat sedikit menungging aku menghujam memeknya dari bawah dengan kecepatan tinggi.

PLOKK-PLOKK-PLOK..!! Benturan pangkal pahaku di pantatnya yang keras membuat tubuhnya terguncang dan terdorong..
sehingga kerap menarik serta bibirku yang memang sedang dia isap.

Terus dan terus.. aku semakin menggenjotnya dengan kuat dan dalam.
Sampai-sampai dia pun mengerang menahan rangsangan hebat yang menderanya.

Imbasnya.. rambutku dijambaknya kuat-kuat seraya menggigit dan mengisap leherku sekuat tenaganya.
Meski sempat terhenti sejenak karena kehabisan nafas..
namun hal itu tidak menurunkan libido kami yang memang telah berkobar hebat.

Berbagai posisi telah kami ganti, baik konvensional.. doggy sampai dengan menggendongnya di depan..
telah kami lakukan tapi tidak juga mendapatkan klimaks seperti sebelumnya.

Apa iya spermaku habis..? Tanyaku dalam hati. Mengingat baru saja menyemprot hebat ke dalam tenggorokanya..
Padahal jika normal.. sudah pasti muncrat kembali.. karena di sekujur tubuhku sudah merasakan penurunan fungsi..

Mulai dari kesemutan.. kaku.. dan bahkan bermandi keringat. Namun tetap saja tidak.. atau belum muncrat.
Berbeda dengan Mbak Fitri yang beberapakali mengeluarkan lendir lubrikasi.

Entah setan mana yang membisik.. tiba-tiba aku menatap tajam ke arah anusnya yang membuka menutup..
mengikuti tarikan ototnya yang tegang.

Memerah dan bersih.. pujiku memaklumi garis lingkaran kecoklatan yang membatasi sekelilingnya.
Cuihhh.. aku meludahi lubang anusnya dan mulai mencolek-colek dengan ujung jariku penuh kelembutan.

JLEBBBBBBBBBBBB.. meski sempat bergidik dan menengok kesakitan namun tidak ada nada protes dari mulutnya..
Kenikmatan telah nyata membungkam mulutnya.

Berkat lendir yang aku ambil dari sekitaran memeknya..
Akhirnya jariku berhasil maju-mundur teratur ke dalam anusnya yang semakin lama semakin menganga.

ZLEEEEBBBBB.. tanpa permisi kontol yang sudah bermandikan lendir aku cabut dan tusukan ke dalam anusnya.
Meski tersentak namun Mbak Fitri tidak memprotesnya, bukti bahwa first anal tidak selalu berbuah perih dan sakit.

Mungkin juga karena ukuran kontolku yang masih standart (diameter 4-4,5cm)..
sehingga tidak terlalu memberikan efek kejut baginya.

Meski begitu aku merasakan sensasi yang sangat berbeda di mana di sekujur kontolku..
dari ujung sampai pangkal terhimpit sempurna, begitu berasa dan sangat dahsyat.

ZLEBBBBB.. ZLEEEBBBBB.. . aku mempercepat kocokan kontolku..
tanpa menghiraukan aroma khas anus yang sempat sekilas menyeruak di hidung.

“SETAN KAMU YO.. BIADAB KAMU APAIN S*LETKU (jawa_Anus) BRENGSEEKKKK.. AAAAHHHH..!”
Umpatnya meracau.. pasca aku berikan serangan ganda dengan menggesek-gesek klitorisnya dengan gerakan memutar.

“OOUUUWHHH..!!” Sambil mengejang hebat dia pun menjatuhkan diri ke sofa..
karena tumpuan tangan dan lututnya tidak mampu lagi menyangga besarnya nikmat..
yang mana otomatis menarik kontolku turut ke bawah.

“AUUWHH..!!” Kataku spontan.. tidak sakit.. namun sebaliknya berupa sensasi baru yang berkali lipat nikmatnya..
karena bongkahan pantatnya turut menjepit kontolku saat dirinya dalam posisi tengkurap.

Efeknya dahsyat. Tak lebih dari lima menit pasca itu.. mendadak pandanganku berkunang.
Begitupun nafasku yang tersengal-sengal.. diikuti hilangnya tenaga dan keseimbangan tumpuan di tubuhku.

CROT.. CROOOOOOOTTT.. CROT.. untuk keduakalinya spermaku meluncur kuat dengan kentalnya.
Saking kentalnya.. sampai-sampai membuat saluran kencingku kesakitan dan perih.
Tanpa daya akupun luruh jatuh ke atas tubuhnya dan untuk beberapa saat kamipun terdiam dalam pelukan.

Obrolan ringan dengan saling mengerti dan memahami kami lontarkan di sela puja dan puji..
Sehingga kemesraan yang baru saja terjadi terus terjaga.

Hal itu terbukti ketika kami mandi bersama dan kembali mengulang khilaf yang sama di saat sore menjelang..
meskipun hal itu kerap terganggu oleh Ana yang datang tiba-tiba.

Sampai cerita ini ditulis.. hubungan ini semakin menjadi.
Terlebih pasca kehadiran sang buah hati sebagai prasasti cinta terlarang kami.

Begitupun dengan suaminya. Hubungan kami juga semakin dekat dan erat..
pasca kepercayaanya dalam mensupport modal bagi usaha warung makan rintisanku.

Entah harus bagaimana menyikapinya.. ISTERINYA SUDAH AKU SELINGKUHI..
NAMUN JUSTRU DIBERIKAN BONUS MODAL USAHA.. MAAF YA, MAS..!!! (. ) ( .)
---------------------------------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd