Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

---------------------------------------------------------------------------

Cerita 140 – Bantuan Benih Ekonomi


Para pemeran di serial cerita ini:
1. Citra Agustina (26).. Seorang wanita cantik berambut hitam panjang sepunggung..
berkulit putih, tubuh kurus namun memiliki payudara ekstra besar berukuran 36 D.
2. Utet (52).. Lelaki tua mesum yang sangat jatuh cinta kepada Citra.
3. Darjo (46).. Pemilik kontrakan mesum tempat Citra tinggal.
-------------------------------------------------------------------------------


Berulangkali Darjo menatap layar handphonenya.. berharap ada balasan SMS dari Citra Agustina..
Istri Marwan Sudiro.. penghuni rumah kontrakannya. Namun tetap saja NIHIL. Sama sekali tak ada respon darinya.

“Telatnya sudah mau dua bulan..” ucap Darjo kesal.
“Kalau tak segera ditagih.. mau sampai kapan mereka akan menunggak..?” Tambahnya lagi sambil berjalan menuju rumah Citra.

Darjo adalah seorang pria tengah baya.. beristri 3. Berusia 46 tahun..
Ia tak lain adalah pemilik kompleks rumah kontrakan tempat Citra.. Seto dan beberapa tetangganya tinggal saat ini.
Tubuhnya gemuk.. kulitnya hitam.. dengan tinggi rata-rata kebanyakan orang pribumi.

“Janjinya minggu depan.. Preeeettt..!! Ini sudah hampir lewat seminggu dari janjinya.. eh belum juga memberi kabar..”
Gerutunya di jalan.. sambil berulangkali melihat layar handphonenya.

Memang, akhir-akhir ini sepertinya Marwan dan Citra sedang mengalami masalah ekonomi..
namun bukan berarti hal itu bisa selalu dijadikan alasan buat menunggak bayar sewa kontrakan.

Kembali otak Pak Darjo mengingat-ingat sosok Citra.
Dari awal kepindahannya.. wanita gemulai itu memang langsung menyita tempat di hatinya.

Wajah cantiknya.. senyum manisnya.. suaranya yang lemah lembut membuatnya selalu betah jika berlama-lama main ke rumahnya.
Tubuhnya yang ramping.. kulitnya yang mulus.. ketiaknya yang tak berbulu dan aroma tubuhnya yang wangi..
Juga membuat dirinya tak ingin cepat-cepat meninggalkan rumahnya.

Terlebih.. ketika melihat ukuran payudara besarnya.. wah bakal membuat celana dalam lelaki manapun menyempit.
TETEK ITU BESAR SEKALI.

Namun sayang sekali.. Citra telah menikah. Menikah dengan Marwan..
Lelaki bermasa depan suram yang memiliki banyak utang di sana-sini.

Seorang calo tanah yang tak pernah tau kapan ia akan mendapatkan penghasilannya.
oOo

Sebenarnya Citra tau jika ia di-SMS oleh Pak Darjo. Namun karena Marwan belum juga memberikan hasil dari pekerjaannya..
Citra sengaja tak membalas semua SMS dari Pak Darjo.
Toh.. ujung-ujungnya ntar juga ia bakal datang kerumah.. Batin Citra setiapkali Pak Darjo SMS.

Citra dan Marwan sudah tinggal cukup lama di kontrakan Pak Darjo. Dan selama itu pula ia jarang sekali telat.
Entah kenapa.. hanya akhir-akhir ini suaminya agak sedikit kesulitan untuk bisa menyediakan uang bayaran kontrakan tepat waktu.
Mungkin karena banyak sekali saingan.. sehingga mas Marwan sering kalah tender.. Pikir bijaknya lagi.

Dan memang benar.. Pak Darjo juga mengakui hal itu.
Citra dan Marwan adalah pasangan yang cukup kooperatif dalam hal pembayaran.
Oleh karena itu mereka agak dijadikan sebagai anak mas olehnya.

Berbeda dengan tetangga lainnya yang harus membayar..
buat Citra dan Marwan hampir bisa mendapatkan semua fasilitas perumahan dengan tanpa menambah bayaran sepeserpun.
AC.. TV.. Kulkas.. semuanya ditambahkan oleh Pak Darjo dengan gratis.. walau pembayaran listriknya tetap diharuskan membayar.

Tapi kalo misalnya Marwan tetap tak bisa bayar.. Apa aku harus mengusir neng Citra ya..?
Bimbang Pak Darjo.. Istri Marwan itu terlalu cantik untuk dilewatkan begitu saja..

Berulangkali.. otak mesum Pak Darjo memikirkan segala kemungkinan yang terjadi..
jika Marwan tak mampu membayar uang kontrakan.

Bingung dan galau. Pak Marwan.. yang walaupun sudah memiliki 3 orang istri..
tetap saja selalu tergiur setiapkali ia berkunjung ke rumah Citra.

Tak jarang, ia mencuri-curi pandang untuk sekedar menikmati kemolekan tubuh istri Marwan itu.
Dan Citra pun seolah mengerti.. jika Pak Darjo sering melirik kepadanya.. tetapi dia tidak begitu terlalu mempedulikan.

Bahkan akhir-akhir ini.. supaya berhasi merajuk mood lelaki gemuk itu supaya mau memperlunak tagihan rumahnya..
Citra semakin berani memamerkan bagian-bagian tubuhnya yang dapat mengundang hasrat birahi lelaki gemuk itu.

Tak jarang.. ketika Pak Darjo melirik aurat-aurat tubuhnya..
Citra balas menatap lirikan mesum Pak Darjo.. sehingga akhirnya mereka berdua saling bertatapan.

Cantik sekali tubuhmu Mbak.. Andai aku bisa menjadi suamimu..
Kata Pak Darjo dalam hati sambil berulangkali menelan air ludah birahinya.

Melihat tatapan matanya dibalas oleh Citra.. Pak Darjo hanya bisa tersenyum kecut.
oOo

Tak lama.. Pak Darjo tiba di pekarangan kompleksnya.
Dengan santai, ia berjalan sambil melihat-lihat kompleks perumahannya.
Itu dia.. rumah wanita idamanku.. rumah nomor 2 dari ujung.. Gumamnya dalam hati.

TOK TOK TOK..
“Mbak Citra..? Mmbakkk..?” Panggil Pak Darjo.

Sepi. Tak terdengar kehidupan apapun. Padahal ini hari Sabtu.. seharusnya mereka ada di rumah..
Batin lelaki tua itu.. yang tau jika Sabtu-Minggu adalah hari libur kantor Citra.

Namun setelah beberapakali mencoba mengetuk pintu rumah Citra..
Namun sama sekali tak ada respon.. ia mulai merasa putus asa.. ”Wah sia-sia nih aku datang ke sini..”

TOK TOK TOK.. “Mbaaaak..?” Panggil Pak Darjo lagi.
“Apa mungkin neng Citra ada di belakang ya..?”

Dengan ragu-ragu Pak Darjo memutari rumah Citra.. menuju pintu belakang dan mencoba mencoba mengetuk pintu lagi.
TOK TOK TOK.. Tetap saja hening.

Namun tak lama kemudian.. terdengar suara Maryati.. istri Sunarto..
penghuni sebelah rumah kontrakan Citra.. berteriak dari samping rumahnya.

“Eh Pak Darjo.. Nyariin mbak Citra ya..!?”
“Iya bu Mar.. tau nggak Mbak Citra pergi ke mana..?”

“Kayanya sih tadi sedang pergi makan siang bareng Pak Utet..”
“Pak Utet..?”

“Iya.. Pak Utet.. Ojek pribadi Mbak Citra..”
“Masuk sini aja pak.. Tunggu di dalam rumah saya.. Mbak Citra mungkin sebentar lagi pulang..” ajak Maryati.
“Nggak apa-apa bu.. Saya tunggu di depan saja..” jawab Pak Darjo kembali ke teras rumah Citra.

Benar.. tidak begitu lama terlihat sebuah sepeda motor butut muncul dari ujung kompleks.. seorang lelaki tua membonceng wanita jelita.
Busyet.. Pakaiannya seksi sekali..!! Batin Pak Darjo. Sambil melihat ke arah wanita itu tanpa mengedipkan mata.

Siang itu.. Citra hanya mengenakan sebuah daster bali berkain katun tipis warna-warni yang pendek.
Saking pendeknya.. bawahan dasternya tak mampu menutupi paha mulusnya dengan sempurna.

“Bentar ya pak saya mau turun.. Tahan.. Jangan digoyang-goyang motornya.. Ntar saya jatuh..” pinta Citra pada pak utet.
“Hak hak hak .. Kalo digoyang mah yang ada mah moncrot keluar neng.. Bukan jatuh..” balas Pak Utet mesum.

“Idih.. maunya tuh moncrot terus.. Khan barusan juga udah dapet.. Ntar abis tuh peju..”
“Yaaa.. Namanya juga nafsu Neng.. Pasti minta dikeluarin terus.. Apalagi kalo maennya ama Neng Citra..
Sampe nginep-nginep juga bapak mau neng..”

“Bener yaaaa.. Awas aja kalo nanti tau-tau minta pulang.. Hihihi..”
“Nggak bakalan neng.. hak hak hak..”

Beruntung.. karena melihat sosok Citra lekat-lekat.. Pak Darjo tak mendengar perkataan mesum Citra dan Pak utet.
Melihat Citra yang turun dari motor.. mata Pak Darjo seolah mau lepas dari tempatnya.

Selain itu.. karena Citra menurunkan beberapa macam belanjaan dari motor..
membuat ia berulangkali harus menundukkan badannya.

Dan dari depan.. jaket kain Citra yang tak tertutup rapat.. Payudara besar Citra seolah turut menyapanya.
Payudara tanpa bra itu kelihatan bergoyang-goyang seiring gerakan Citra.

Busetttt tuuh teteeeekkk..!! Pasti enak tuh kalo dikenyot-kenyot..!!
Batinnya lagi.. makin Mupeng.

“Ehem.. Pak Darjo..” Kaget Citra yang sama sekali tak menyadari jika di teras rumahnya ada bapak pemilik kontrakan.
“Tumben Pak dateng ke sini..?” Sela Citra membuyarkan lamunan lelaki gemuk itu ketika melihat ke arah payudaranya.
“Eeh iya mbak..”

“Ada perlu apa ya..?” Sapa Citra berusaha sopan sambil melewati Pak Darjo yang sedang duduk di bangku teras rumahnya..
membuka rumah.. lalu mengambil air putih.. suguhan ala kadarnya buat Pak Darjo dan Pak Utet.

Lagi-lagi.. ketika Citra menyuguhkan air minum itu..
Pak Darjo melihat payudara Citra yang bergelantungan manja dari luar dasternya yang berleher rendah.

Uuuhhh.. Jadi ngaceng aku melihat tubuh semok ini..!!
Ujar Pak Darjo dalam hati lagi.. sambil membetulkan benda yang mulai mengeras di selakangannya.

Citra sebenarnya tau jika maksud kedatangan Pak Darjo adalah untuk menagih rumah..
Cuman demi menjaga hubungan baik mereka.. tetap saja ia harus menyembunyikan wajah kurang menyenangkannya.
Dan dari ekor matanya.. ia juga tau jika sedari awal tadi Pak Darjo tak henti-hentinya menatap mesum ke arahnya.

“Silakan diminum pak..”
Kata Citra mempersilakan tamu-tamunya menikmati suguhan air putih sambil duduk di kursi teras di seberang kursi Pak Darjo.

Namun karena dasternya yang pendek.. membuat paha putih mulus Citra kembali terlihat.
“Pak..?” Tanya Citra sambil melambai-lambaikan tangannya ke wajah Pak Darjo.

Membuyarkan lamunan pak Darjo yang sudah mulai absurd.
“Ehh.. Eh iya mbak.. Begini ..” kembali Pak Darjo membetulkan selangkangannya.

“Begini mbak Citra yang cantik.. Maksud kedatangan saya kemari adalah.. sekedar Silaturahmi..
sekaligus.. ingin menagih janji mbak Citra..”
“Oooo.. mau menagih duit kontrakan..?”

“Hehehe.. Iya mbak.. Berhubung si Srinah, tau Srinah khan..?” Jelas Pak Darjo sok akrab.
Citra menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Si Srinah.. istri ketiga saya akan melahirkan.. otomatis saya harus menyiapkan segala macam kebutuhan buat biaya lahiran.
Nah oleh sebab itu saya kemari..” kata Pak Darjo menjelaskan dengan meta jelalatan menatap lawan bicaranya.
“..Mau minta bayaran sewa rumah dua bulan kemaren..”

Lagi-lagi mata mesumnya melirik tajam ke arah selangkangan Citra yang sedikit terbuka.
Mencoba merekam setiap jengkal paha mulus itu di dalam benaknya.

“Ooohhh gitu ya pak.. Sebenernya sih saya mau bayar..
Cuman kok ya.. saya masih belum ada duit yang bisa dibayarkan..” jelas Citra.

“Memangnya suami neng nggak pernah kasih duit..?”
“Ngasih sih pak.. Cuman khan hanya buat hidup sehari-hari..”

“Lalu duit kontrakannya..?”
“Yaaah.. boro-boro ngasih duit kontrakan pak.. Wong buat makan aja kadang susah.
Apalagi, akhir-akhir ini malah Mas Marwan juga jarang pulang..”

“Loooh..? Kok bisa jarang pulang.. ?”
“iya..”

“Berarti mbak Citra kesepian dong..” Celetuk Pak Darjo berusaha melucu.
“Enggak juga sih pak.. Khan masih ada Pak Utet yang menemani..”
Jawab Citra lagi sambil menujuk ke arah Pak Utet yang sedari tadi sibuk mengelapi motor bututnya.

Pak utet yang merasa namanya dipanggil Citra segera menengok sambil tersenyum ke arah Pak Darjo.
“Mas Marwan masih sibuk dengan kerjaannya pak.. jadi belum banyak bisa ngasih duit..”
“Masa’ kerja mulu tapi ga ngasih duit. Aneh..”

“Ya gitu deh pak.. Namanya juga pekerja lapangan.. Jadi ya jarang di rumah..”
“Lalu kira-kira kapan saya bisa dapet kepastian tanggal Mbak Citra bisa bayaran kontrakannya..?”
Tak menjawab, Citra hanya bisa menarik nafas panjang sambil menggelengkan kepalanya.

“Waaduuuhhh.. Ya ngak bisa gitu juga mbak. Saya udah tidak bisa memberikan toleransi lagi mbak.
Mbak sudah menunggak duit kontrakan lebih dari dua bulan. Otomatis kalo mbak nggak bisa mbayar..
Mbak harus angkat kaki dari rumah ini secepatnya..!” Ancam Pak Darjo.

“Ayolah pak…Saya mohon ya pak..”
“Nggak bisa Mbak.. Orang yang mau nempatin rumah ini sudah banyak yang mengantre..”

“Janji deh pak.. Beri saya waktu seminggu lagi..”
“Hmmm.. Gimana ya.. Sebenarnya saya juga senang mbak.. Rumah kontrakan saya ditempati oleh Mbak Citra yang cantik ini.
Tapi kalo terus-terusan menunggak begini.. bisa digoreng saya sama si Srinah dan istri-istri saya lainnya..”

“Saya bakal usahakan pak. Seminggu lagi mas Marwan pasti udah dapat duit buat bayar kontrakan kok.. Percaya deh..”
“Kalo misalnya belum dapet duit juga..?”

Terdiam.. citra tak mampu mengatakan apa-apa. Masalah ekonomi memang selalu menjadi masalah pelik buatnya.
Terlebih saat ini.. ia sudah tak memiliki barang berharga lagi.

Dengan menarik nafas panjang.. Citra menawarkan sebuah solusi yang tak mungkin dapat ditolak oleh Pak Darjo.
“Hhhmmm.. Kalo minggu depan saya masih belum bisa bayar duit kontrakan ..”

Citra menarik nafas lalu mengembuskan pelan.. “Terserah bapak mau apakan saya..”
“Mau apakan gimana neng..?”

“Ya.. saya bersedia melakukan apa pun pak..”
“Apapun..? Termasuk ..”

Citra mengangguk. Mengiyakan.
“Terserah bapak. Daripada saya harus tinggal di jalanan..”

Merasa percakapan antara pak Darjo dan Citra mulai mengarah ke arah yang kurang jelas.. pak Utet langsung turun tangan.
“Memangnya tagihan kontrakan Neng Citra berapa pak..!?” Tanya Pak Utet dengan nada cukup lantang.

Pak Darjo menatap tajam ke arah Pak Utet dengan tatapan merendahkan. “Utangnya banyak pak..!” Jawab Pak Darjo ketus.
“Sebanyak apa..?” Tanya Pak Utet lagi.

“Duit kontrakan rumah ini sebulannya 600 rebu.. Ini mbak Citra sudah menunggak lebih dari dua bulan..
dan sekarang mau masuk tagihan bulan ketiga..!” Jelas Pak Darjo..

“Kenapa pak..? Bapak mau bayarin..? Kaya sanggup saja..” tambah Pak Darjo melecehkan.
Sambil tersenyum.. Pak Utet mengeluarkan beberapa lembar uang dari kantongnya.

“Ini saya ada duit 400 rebu.. buat sekedar jaminan..” kata lelaki tua itu sambil menyodorkan gepokan uang receh pada pa Darjo..
“Santai saja pak.. Neng Citra pasti bakal bayar kok..”

“Pak Utet.. Gak usah repot repot pak..” cegah Citra sambil menahan tangan pak Utet mendekat ke tubuh Pak Darjo.
“Nggak apa-apa neng.. Santai saja..” ucap Pak Utet sambil tersenyum.

“Ini pak terima saja uangnya..”
Dengan perasaan malu.. Pak Darjo segera menyembar semua uang receh dari tangan Pak Utet.
Lalu ia memperiksa lembaram-lembaran uang itu sambil beberapakali menerawang uang tersebut ke arah langit.

Kampret..!! Gara-gara lelaki tua sialan.. aku jadi gagal mendekati istri Marwan itu..
Gerutu Pak Darjo dalam hati sambil beranjak pergi.

”Okelah kalo begitu.. Saya pergi dulu..!”
Tutup Pak Darjo sembari langsung beranjak pergi menginggalkan Citra dan Pak Utet.

“Pak.. Makasih ya..” ucap Citra sambil tak henti-hentinya tersenyum simpul.
“Makasih apaan neng..?”

“Makasih udah mbantuin aku. Seharusnya bapak nggak perlu ngelakuin itu semua.
Aku yakin kok bentar lagi mas Marwan pulang bawa banyak duit..”

“Hak hak hak.. Halaaah.. Ga usah dipikirin Neng..”
“Kalo gitu saya balas dengan MPPPFFF ..”

Kecup Citra melahap habis bibir tebal Pak Utet.. sambil menggiringnya masuk ke dalam rumah.
oOo

“Semprul..!! Kakek-kakek kampret..!!”
Serapah Pak Darjo berulangkali sambil menyeruput secangkir kopi panasnya yang sudah mulai dingin.

“Ada apa toh mas..? Kok mukanya kusut gitu..?” Tanya Limun.. si pemilik warung kopi.
“Berantakan Munnn.. Pokoknya.. Berantakan..!”

“Opone yang berantakan mas..?” Tanya Limun lagi.
“Aku baru saja dipermalukan oleh tukang ojek jeleknya si Citra..?” Jelas Pak Darjo.

“Dipermalukan..? Maksudnya..?”
“Iya.. Gara-gara lelaki kerempeng itu.. aku tak bisa mendekati si Citra..”

“Owalaaahh.. Emangnya bapak naksir istri Mas Marwan itu ya..?” Tebak Limun.
“Kekekekekek.. Kenapa kamu..? Kaget..?” Tawa Pak Darjo lagi.

“Boleh donk aku perlihara wanita jelita itu.. Toh dia sering diterlantarkan oleh suaminya.
Bayangin.. punya bini secantik Citra.. ga bakalan aku bolehin jalan ke mana-mana. Sepanjang hari kerjanya cuman .. Kekekekekek..”

“Hahahaha.. Ngimpi kowe mas..”
“Wah.. gara-gara mbayangin si Citra.. aku jadi ngaceng. Udah-udah Mun. Berapa totalannya..?
Aku mau pulang ke istri-istriku saja kalo gitu..”

Segera saja Limun menghitung semua pesanan Pak Darjo. “Cuman limabelas ribu aja mas..”
“Eh.. Mun.. Sek sek.. Handphone aku mana ya..?”

Sambil kebingungan.. tiba-tiba ingatan Pak Darjo kembali ke rumah Citra.
Sepertinya handphone itu tertinggal di sana.

Pak Darjo buru-buru membayar kopinya dan segera balik lagi ke rumah Citra.
oOo

Tak berapa lama, Pak Darjo sudah sampai di depan pintu pagar rumah Citra.
“Kok sepi ya..?” Kata Pak Darjo sambil celingukan. “Tapi pintu depannya kok masih terbuka..?” Tambahnya lagi sambil celingukan.

“Nah.. itu dia Handphone aku..!!”
Girang Pak Darjo yang melihat telephon genggamnya masih berada di atas meja teras.

Tanpa mengetuk pintu pagar.. Pak Darjo masuk ke halaman rumah Citra..
mengambil handphonenya lalu memasukkannya ke dalam saku celana.

Melihat pintu rumah yang melompong begitu saja.. membuat keisengan pak Darjo muncul.
Ia ingin mencari tau.. istri Marwan yang cantik jelita itu sedang apa di cuaca yang panas seperti ini.

“Neng Cit ..” Tak sempt menyelesaikan panggilannya.. mata Pak Darjo seketika itu langsung melotot.
Terbelalak lebar menatap pemandangan di balik pintu ruang tamu.

Nampak.. kedua insan yang bertelanjang bulat itu sedang melakukan sebuah permainan..
Yang sangat melanggar norma-norma kesopanan.

Tubuh Pak Utet rebahan di kursi sofa.. sementara Citra duduk di atas selangkangannya.
Pinggulnya dengan lincah bergerak maju-mundur..

Sambil kedua tangannya meremas-remas payudaranya yang menggelantung besar.
Sementara mulutnya menceracau tak jelas.. sambil terus menjilati payudaranya yang besar.

Karena terlena melihat persetubuhan Citra dan Pak Utet.. Pak darjo membuka pintu depan itu lebih lebar lagi.
Namun tak dikira.. ternyata pintu itu berbunyi berisik sekali. KKKRRRRIIIEEETTTT..!!

Mendengar derit pintu rumahnya terbuka makin lebar.. Citra buru-buru menengok ke arah suara itu berasal.
Setelah tau jika ada seseorang yang sedang mengintip perselingkuhannya.. buru-buru ia meloncat..
mencabut tusukan penis Pak utet yang masih bersarang di vaginanya.. lalu berlari ke dalam kamar.

Begitupula dengan Pak Utet.
Sadar jika tunggangannya berlari panik.. ia juga ikut-ikutan lari tunggang langgang menyusul Citra ke dalam kamar.

“Mampus aku Neeeeng.. Yang punya kontrakan dateng..!!” Bingung Pak Utet.
“Tenang pak.. Tenang.. Mungkin Pak Darjo tidak melihat kita..”

“Nggak mungkin Neng. Pasti bapak itu tadi melihat persetubuhan kita.
Bapak langsung pergi saja ya Neng. Khawatir bapak itu memanggil seluruh warga kampung..”

“Mbak..? Mbak Citra..? Permisi..!!” Suara panggilan Pak Darjo dari arah ruang tamu.
“Mbak.. Saya masuk ya..? Ada yang ingin saya omongkan..” ucap Pak Darjo lagi.

Dan beberapa saat kemudian.. sosok lelaki itu sudah berada di depan pintu kamarnya.
Perlahan.. jemari gempal Pak Darjo menyibak horden.

Seketika.. mata Pak Darjo kembali melotot ketika melihat pemandangan yang nampak di dalam kamar tidur Citra.
Wanita seksi itu.. hanya berdiri kaku sambil termenung bingung..
menatap sosok tua yang sedang tergesa-gesa mengenakan pakaian di depannya.

Seumur-umur.. Pak Darjo tak pernah melihat wanita dengan tubuh sesempurna Citra.
Untuk sesaat.. mereka bertiga hanya bisa saling memandang satu dengan yang lain. Saling terkesima.

Pak Darjo terbelalak menyaksikan pemandangan Citra dan Pak Utet yang masih dalam keadaan telanjang.
Pak utet masih kaget karena perselingkuhannya tertangkap basah..
Dan Citra.. hanya diam seribu bahasa.. karena tidak tau apa yang harus dilakukannya.

“HEH BANGSAT.. SEDANG APA KAMU DI SITU..!!?” Teriak pak Darjo lantang sambil menyerbu masuk ke kamar Citra.
Dengan satu gerakan.. Pak Darjo langsung membekuk Pak utet yang masih berusaha mengenakan pakaiannya.

“KAMU SEDANG MEMPERKOSA ISTRI MARWAN YA..!?”
“Memperkosa..?” Tanya Pak Utet bingung.

Dengan sekuat tenaga ia berusaha melepas cengkraman tangan besar Pak Darjo.. sambil terus memakai semua pakaiannya.
“Enak aja.. Saya nggak memperkosa.. Neng Citra yang ngajak ngentot..!”

Kaget sekaget-kagetnya.. Pak Darjo sama sekali tak menyangka jika wanita secantik dan seanggun Citra..
mau mengajak bercinta lelaki tua renta seperti Pak Utet. Seketika.. Pak Darjo merasa kalah.

Namun karena gengsi untuk meminta maaf.. Pak Darjo tetap saja memelintir tangan lelaki tua itu.
“BANGSAT.. NGGAK MUNGKIN..!! MBAK CITRA NGGAK MUNGKIN MINTA DITIDURIN OLEH LAKI-LAKI RENTA SEPERTIMU..!
AYO.. IKUT AKU KE KANTOR POLISI..!!”

“Jangan Pak. Jangan lapor ke kantor Polisi..!!”
Tiba-tiba Citra mendekat dan menyentuh lengan tebalnya.. ia seolah berusaha membebaskan Pak Utet dengan rayuannya.

Luluh.. Pak Darjo lalu melepaskan cengkeraman tangannya.
Setelah bebas, buru-buru Pak Utet melanjutkan memakai pakaiannya lagi.

“Waduh.. nggak bisa Mbak. Saya tak bisa membiarkan rumah kontrakan saya dijadikan sebagai tempat mesum oleh lelaki tua ini..!”
Jawab Pak Darjo dengan intonasi nada rendah.

Lagi-lagi.. Citra menarik nafas panjang.
”Maafin Pak Utet Pak.. Memang saya kok yang mengajak dia meniduri saya..”

Kembali.. pak Darjo kaget. Ia benar-benar tak mengira jika wanita yang sedang bertelanjang bulat di depannya itu bakal senakal itu.
“Enggak Mbak. Saya tetap harus melaporkan kejadian ini.. Paling tidak.. saya harus melaporkan kepada Pak RT atau Pak RW..”
“.. Waduh Neng.. Gimana nih..?” Tanya Pak Utet bingung. “Kita bakal diarak warga keliling kampung..”

“Sebentar-sebentar.. Nama anda siapa pak..? Anda sepertinya bukan warga sekitar sini khan..?”
Tak menjawab, pak utet terus saja mengenakan semua pakaiannya dengan buru-buru.

“Heh.. Pak tua..!! JAWAB PERTANYAANKU..!!”Hardik Pak Darjo sambil mendorong pak utet jatuh ke arah kasur.
“Aku pulang saja ya Neng..” kata Pak Utet tak menggubris pertanyaan Pak darjo.

Dengan batang penisnya yang masih berlumuran cairan vagina Citra.. ia terus mengenakan pakaiannya.
Dan setelah semuanya terpakai.. dengan buru-buru Pak Utet pergi meninggalkan Citra.

Dengan kecepatan super cepat.. Pak Utet sudah bertengger di motor.. siap-siap mengengkol mesin motor bututnya.
Merasa tak digubris.. Pak Darjo langsung naik pitam.

Ia buru-buru menghambur keluar rumah dan menangkap Pak Utet yang hendak kabur.
“HEH BANGSAT..!! SINI.. JANGAN KABUR..!!”

Tak ingin insiden ini semakin panas.. Citra pun segera mengejar Pak Darjo keluar rumah dan memeluk tubuh lelaki gemuk itu.
Dengan tak mempedulikan tubuh telanjangnya.. ia menarik tangan Pak Darjo supaya melepas Pak Utet pergi.

“Pak.. Jangan pak.. Tolong biarin Pak Utet pergi..!” Cegah Citra sambil memeluk tubuh pak Darjo dari belakang.
“Tidak bisa Mbak.. Saya tetap harus melaporkan lelaki BANGSAT ini ke pihak berwajib..!”

Pak Darjo heran dengan apa yang dilakukan Citra.
Mengapa wanita cantik itu begitu ingin dirinya melepaskan lelaki tua ini.
“Pak jangan Pak..”

Tanpa mendengar teriakan Citra, Pak Darjo terus saja mencekik leher pak Utet..
lalu menyeret tubuh lelaki tua itu supaya turun dari motornya.

Merasa usahanya sia-sia.. Citra lalu melepaskan pelukannya lalu merentangkan tangannya lebar-lebar..
mencegat kedua pria itu supaya tak bertengkar semakin panas.

“PAK DARJO.. TOLONG LEPASIN PAK UTET..!!” Teriak Citra lantang.
“Minggir Mbak..”

“Aku mohon pak.. Lepaskan Pak Utet..”
Citra sadar jika usahanya sama sekali tak membuahkan hasil.

Ia juga sadar.. jika Pak Darjo tetap tak mau melepaskan selingkuhannya..
keributan ini bakal menjadi lebih panjang.. dan bisa menarik perhatian tetangga sekitarnya.
Sehingga ujung-ujungnya.. banyak orang yang tau jika selama ini Citra sudah berbuat serong dengan lelaki lain.

Merasa tak ada jalan keluar.. Citrapun akhirnya menggunakan jalan satu-satunya.
“Jika bapak sudi melepaskan Pak Utet.. bapak boleh memilikiku jika bapak mau..”

Kalimat terakhir Citra sepertinya sangat ampuh meredam amarah Pak Darjo.
“Ke..Kenapa Mbak..?” Tanya lelaki gemuk itu seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar tadi.

“Barusan.. Mbak bilang apa..?”
“Pak Darjo boleh memilikiku jika mau..”

Bak memenangkan undian togel.. hati pak Darjo mendadak berbunga-bunga.
Sebuah senyuman terukir di wajah gelap Pak Darjo. Lebar sekali.. hingga ujung bibirnya bisa menyentuh telinga.

Mimpi apa ya aku semalam..? Citra agustina akhirnya menyerahkan dirinya padaku..!
“Kamu sadar khan mbak maksud dari perkataanmu barusan..?”

Tak menjawab.. Citra hanya menganggukkan kepala.
Perlahan Darjo melepas cengkraman tangannya pada leher Pak Utet.. membiarkan lelaki tua itu kembali pergi.

Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.. Pak Utet buru-buru menstater motornya..
lalu kabur meninggalkan kompleks rumah kontrakan Citra.

“Sudah mbak.. aku sudah melepaskan lelaki bajingan itu..”
Kata pak Darjo sambil terus-terusan mengembangkan senyum liciknya..

“Lalu.. Sekarang gimana..?” Masih dengan diam.. Citra buru-buru membalikkan badannya..
Lalu melangkah masuk ke dalam rumahnya.. dengan wajah kusut.

Tampak kebingunan di wajah cantiknya. Ujung kedua alisnya bertaut.
Dan kerut di dahinya benar-benar terlihat jelas. Wanita jelita itu benar-benar bingung.

Ia tak menyangka jika perselingkuhannya dengan Pak Utet bisa ketauan karena ketelodarannya.
Mendadak.. terlintas di benak Citra.. semua akibat dari perselingkuhan yang terlah ia lakukan.

Mas Marwan murka.. dan langsung menceraikan dirinya. Nama baiknya rusak.
Tak ada kepercayaan lagi oleh orang sekitar terhadap dirinya. Dikucilkan dari masyarakat.

Duduk di sofa ruang tamu.. Citra hanya diam.
Dewi keberuntungannya kali ini sama sekali tak bisa membantu masalahnya ini.

Melihat Citra yang sedang bingung.. Pak Darjo buru-buru mendekat ke arah Citra.
Ia lalu mengajak Citra pergi ke kamar tidurnya.

Masih dalam kondisi bingung.. Citra menuruti permintaan lelaki gemuk itu.
Dan sesampainya di dalam kamar.. Pak Darjo segera menubruk tubuh ramping Citra.

Ia memeluk tubuh wanita cantik itu erat-erat.. sambil mulai mengecupi kening dan pipi mulusnya.
Seketika.. Citra tau apa yang sedang pak Darjo mulai lakukan pada dirinya.

Itu adalah konsekwensi dari kalimat terakhirnya.
Iya.. ia harus menyerahkan semua kehormatan dirinya kepada pemilik kontrakan bertubuh tambun ini.

Kehormatan..? Tanya citra dalam hati. Memangnya aku masih punya kehormatan..?
Setelah bersetubuh dengan Pak Utet.. Seto.. dan sekarang Pak Darjo..?
Masih adakah kehormatan dari diriku yang masih tersisa..?


Dalam menit-menit terakhir.. akhirnya Citra menyerah.
Setelah susah-susah berusaha mencari jalan keluar dari semua masalah yang menimpanya..

Mendadak Citra tersenyum. Tak apalah.. jika aku harus melayani para lelaki-lelaki hidung belang itu..
Karena.. paling tidak aku tak harus pusing-pusing memikirkan beban ekonomi yang harus aku tanggung.


Melihat wanita yang sedang dipeluknya mendadak senyum-senyum sendiri..
Pak Darjo kembali menatap raut wajah dan tubuh telanjang Citra dalam-dalam.

“Akhirnya aku bisa mendapatkan dirimu mbak..”
Ucap Pak Darjo sebelum akhirnya ia memeluk kembali tubuh jelita Citra lagi.

Citra dapat merasakan desah embusan nafas birahi lelaki gemuk itu menerpa keningnya.. matanya.. pipinya, hingga lehernya.
Tak ingin terlihat malu-malu.. Citra lalu memejamkan mata.. tak tau harus menolak atau menikmati kecupan mesra lelaki gemuk itu.

Perlahan birahi Citrapun mulai terusik kembali..
apalagi setelah kecupan Pak Darjo mulai merambat sampai pada bibir tipisnya.

Hangat sekali kecupanmu.. Pak Darjo..
Batin Citra sambil mulai mempersilakan lidah lelaki tua itu bermain dalam mulutnya.

Tangan nakal Pak Darjo pun tak tinggal diam.. mulai merayapi payudara.. perut.. pantat.. vagina.. hingga paha Citra.
Mencoba meresapi kehalusan kulit istri Marwan itu.

“Ehhhhmmm..” Desah Citra.. menikmati usapan dan belaian serta kecupan bibir Pak Darjo.
Melihat Citra hanya diam pasrah.. Pak Darjo semakin bersemangat.

Dari gerakan yang awalnya hanya mengusap dan membelai.. hingga pada akhirnya ia mulai meremas.. memilin dan mencubit.
Apa saja ia remas. Pantat.. perut.. pinggul hingga payudara Citra tidak luput dari remasannya.

Hal ini semakin membuat Citra menjadi lemah tidak berdaya.
Nafsunya yang sempat padam karena ditinggal oleh lelaki pengecut seperti Pak Utet.. perlahan mulai terbakar lagi.

Sedikit demi sedikit Pak Darjo mendorong tubuh Citra ke arah kasur.
Citra yang sudah dimabuk birahi itu hanya bisa menurut saja ketika ia diminta Pak Darjo untuk menurunkan tubuhnya dan duduk di kasur.

Pak Darjo lalu mengikuti Citra duduk di tepi tempat tidur.. lalu mulai memainkan lidahnya di seputar puting payudaranya.
Dengan sekali dorong.. Pak Darjo merebahkan tubuh indah Citra ke belakang. Membuatnya telentang.

Sekali lagi, lelaki tua itu mengamati keindahan tubuh Citra. Mengagumi setiap pori-pori kulitnya yang mulus tanpa luka.
Mengagumi payudara besarnya yang membuncah indah. Mengagumi bibir vagina Citra yang gemuk seperti kue apem

Dalam diam.. Citra mulai menggapai tubuh pak Darjo yang masih berdiri di samping tempat tidurnya.
Berusaha meraih tonjolan daging yang tumbuh di selangkangan Pak Darjo.

“Buka bajunya pak..” ucap Citra lembut.
Melihat Citra mulai berinisiatif.. Pak Darjo segera memelorotkan celana panjang beserta dalemannya.

Tak lupa ia juga melucuti kemeja lusuhnya dan melemparnya ke sudur kamar.
Pada akhirnya.. tampaklah oleh Citra, tubuh hitam nan gemuk milik Pak Darjo.

Walau penisnya tak terlalu panjang.. tetap saja Citra merasa kagum akan kegemukannya.
Mirip ubi jalar. Kepalanya kecil.. tapi batangnya benar-benar besar.

Perlahan Pak Darjo mulai mengulik vagina Citra. Menggelitik mesra.. sambil sesekali menjilat klitorisnya.
Citra tak mengira jika gaya pemainan lelaki yang temperan itu benar-benar sopan.

Sepertinya.. Pak Darjo bisa berlaku romantis juga.. Kata Citra dalam hati.
Tak seperti permainan seks mas Marwan yang asal gabruk.. tubruk.. tusuk.. dan akhirnya ambruk. Seruntulan.

Tidak puas hanya dengan hanya mengusap vaginanya..
Pak Darjo mulai menusuk-nusukkan jemarinya ke vagina Citra yang telah basah oleh cairan birahinya.

“Eeehhmmm.. Pak..” Panggil Citra pelan.
“Hmmmm..”

“Jangan laporin kejadian tadi ke Mas Marwan ya pak..”
“Kekekekek.. Kita lihat saja nanti..” kekeh lelaki gemuk itu.

“Tolong ya pak.. Jangan..”
“Trus kalo aku nggak lapor ke suamimu.. aku dapet apa..?”

“Apa aja pak..”
“Apa saja itu gimana..? Aku nggak ngerti..”

CLOK CLOK CLOK. Rupanya vagina Citra sudah benar-benar basah..
Karena tak terasa.. kocokan jemari Pak Darjo sudah diiringi oleh lendir-lendir liang vaginanya.

“Aku rela pak jadi MADUMU..”
“Kekekekekek .. Kalo aku nggak mau gimana..?”

“Kamu nggak mau pak..?”
“Buat apa wanita tukang selingkuh sepertimu dijadikan maduku..?” Ejek Pak Darjo.

Citra hanya diam.

“Kamu pasti wanita murahan.. Sama lelaki tua aja mau diajak ngentot..”
“Ayo coba ngaku.. kamu sudah berselingkuh ama berapa orang..?”

Lagi-lagi Citra diam, tak menjawab,

“Kekekekekek.. Aku yakin kamu sudah dipake banyak orang..!”
Ejek Pak Darjo sambil terus mengocok vagina banjir Citra cepat-cepat.

CLOK CLOK CLOK.. “Dasar LONTE..!”
Mendengar hinaan Pak Darjo.. Citra buru-buru bangkit. Ia langsung berdiri dan meninggalkan pak Darjo.

Walau ia sudah benar-benar bernafsu.. namun panggilan Pak Darjo buat dirinya tadi membuatnya emosi.
“Heh.. Lonte.. Mau ke mana..?” Tanya Pak Darjo sambil mengamit tangan kecil Citra.

Dengan sekali kibas.. lelaki gemuk itu membanting tubuh kecil Citra keras-keras ke kasur.
“Aaaawww..!! Pakk..!” Rintih Citra begitu tubuhnya terhempas ke atas kasur.

“Kasar banget kamu pak..!”
“Jangan sok suci Mbak.. Lonte sepertimu harusnya tak aku perbolehkan tinggal di sini..”

“Lepasin..!”
“Udahlah Mbak.. Ga usah banyak bacot..”

“Aku bisa teriak pak..”
“Kekekekek.. Teriak saja mbak.. Biar sekalian orang kampung tahu, betapa binalnya dirimu..” ujar Pak Darjo..

“Udah nggak bisa bayar kontrakan.. pamerin tubuh telanjang biar nggak jadi ditagih duit sewa. Gitu ya..?
Orang-orang pasti bakalnya berpikir seperti itu.. Kekekekekek..”

Sialan.. Apa yang dikatakan lelaki busuk ini ternyata cukup masuk akal.. Gerutu Citra dalam hati.

“Ayo.. Sekarang kamu nungging..” Pinta Pak Darjo kasar.
“Kalo kamu mau jadi MADUKU.. Kamu harus layani aku dengan segenap hatimu.. LONTE MURAHAN..”

Tak pernah seumur-umur Citra dilecehkan seperti ini. Lonte.
Dengan tatapan penuh amarah.. Citra tak menjawab pertanyaan Pak Darjo.

Ia hanya terus menatap tajam ke arah lelaki gemuk itu.
“Gimana..? Mbak Citra Agustina yang terhormat.. Apakah kamu mau kamu jadi lonteku..?”
Goda Pak Darjo semakin mempercepat kocokan jemarinya ke liang kenikmatan Citra.

CLOK CLOK CLOK .. “Jawab..!” Bentak Pak Darjo lagi. “Mau nggak kamu jadi lonteku..?”
Tanpa menunggu jawaban Citra, Pak Darjo segera membekuk tangan Citra ke samping tubuh rampingnya.

Lalu dengan satu tangan lainnya.. ia menindih dan memasukkan alat kelaminnya ke dalam kemaluan istri Marwan itu dalam-dalam.
Vagina Citra yang sudah benar-benar basah.. segera saja menyambut penis gempal pak Darjo.
CLEBB..!!

Tak mampu bergerak.. Citra hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya.
Dalam penolakannya.. ia berusaha merasakan kenikmatan tusukan kasar dari penis gemuk Pak Darjo.

Walau penis itu tak sebesar dan sepanjang penis Pak Utet..
Namun tetap saja mampu membuat birahinya kembali menggelegak.

Tak lama.. Jlebb..! Kemaluan Pak Darjo berhasil melesak seluruhnya.
Sejenak mereka terdiam.. sambil saling merasakan kenikmatan persetubuhannya.

“Gimana mbak..? Kamu mau jadi LONTEKU..?”
Tak menjawab. Citra hanya diam sambil terus menatap tajam ke arah Pak Darjo.

Citra sama sekali tak mengira.. jika lelaki yang dihormatinya itu bakal melakukan tindakan hina seperti ini.
Pak Darjo tega memperkosa Citra di rumahnya sendiri..
Di atas kasur yang biasa ia gunakan untuk bersetubuh dengan suaminya.

“Nggak usah kamu jawab juga aku sudah tau mbak..” ucap Pak Darjo penuh keyakinan.
“Liat aja memek kamu yang membanjir seperti ini.. aku tau jika kamu suka diperlakukan seperti ini ya..? Kekekekek..”

Sekali lagi.. Citra dibuat malu oleh lelaki gemuk itu. Apa yang dikatakan oleh lelaki gemuk itu benar.
Walau wajahnya menunjukkan penolakan terhadap apa yang sedang dilakukan Pak Darjo pada dirinya.. tubuhnya tidak sama sekali.

Tubuh moleknya justru menikmatinya. “Aku tau.. Kamu bakal bersedia Mbak.. Kekekekek..” Tawa Pak Darjo.
Dengan kecepatan tinggi.. lelaki gemuk itu mulai menggenjot penisnya ke liang vagina Citra.

Menusuk dan mencabut batang gemuknya dengan kecepatan tinggi.
“Wuuuoooooo.. Sempit banget memekmu mbak..” puji Darjo..

Yang seumur-umur belum pernah merasakan vagina sesempit milik Citra.
Walaupun ia telah sering menikah.. tak satupun dari ketiga istrinya yang memiliki vagina seperet Citra.

“Aku nggak ngira.. Lonte Cantik sepertimu punya memek yang menggigit seperti ini..”
“Ehhmmm.. Ssshhshhhhsss..”

Mendapat tusukan cepat seperti itu.. mau tak mau membuat Citra akhirnya mulai mendesah keenakan.
Rupanya ia tak kuat juga menahan gempuran birahi penis Pak Darjo.

Perlahan.. erangan dan desahan kenikmatan meluncur dari bibir tipis Citra.
“Kekekek.. Kenapa mbak..?” Goda Pak Darjo yang tiba-tiba mencabut penisnya dari vagina Citra.

“Ooohhh..” Erang Citra.. ”Paakk..”
“Kenapa mbak..? Pengen lagi..?”

CLOBB..! Pak Darjo kembali menusukkan penisnya lalu mencabut kembali.
“Ooohhhmmm.. Ssshhh.. Pak..”

“Kekekek.. Mukamu lucu sekali mbak..” CLOBB..! Lagi-lagi Pak Darjo menggoda Citra.
Dengan santai ia menghujamkan penis gemuknya lalu mencabutnya kembali. “Kekekekekek..”

Merasa dipermainkan seperti itu.. membuat Citra meronta-ronta nikmat.
“PAK DARJO.. ENTOT AKU PAAKK..!! JANGAN PERMAINKAN NAFSUKU..!!” Jerit Citra.

“Kekekekekek.. Gimana Mbak..? Kamu bersedia jadi LONTEKU..?”
“Ooohh.. Iya pak..”

“Iya Apa..?”
“IYA PAAAKK.. AKU BERSEEEDDDIIIAAAAA..” Erang Citra lagi.
“Kekekekekek..”

Mendengar lawan bercintanya mulai mendesah-desah.. Pak Darjo pun semakin cepat menggerakkan pinggulnya.
Jlebb..!! Menghujamkan batang penisnya dalam-dalam ke vagina sempit Citra.

“Enak ya mbak..?”
“Ehhmmmm..”
“Kekekekek.. Dasar lonte..”

Suhu Sabtu siang yang sudah panas.. semakin dibuat panas oleh kelakuan bejat mereka.
Dan tak lama kemudian.. desahan lantang pun mulai terdengar nyaring di kompleks yang sedang sepi begini.

Mendengar panggilan kasar Pak Darjo kali ini.. entah kenapa tak membuat Citra sakit hati.
Malah ia semakin bernafsu untuk dapat mengalahkan stamina lelaki gemuk yang batang penisnya sedang mencucuki liang vaginanya.

Namun apa daya.. persetubuhan dengan Pak Utet sebelumnya cukup membawa dampak besar bagi Citra.
Terbukti.. gelombang orgasmenya langsung menerpa.

Dari pangkal pahanya.. rasa panas mulai menjalar naik ke rahimnya.. Membawa sengatan-sengatan orgasme semakin mendekat.
Begitupun oleh Pak Darjo.. gelinjang tubuh Citra yang hendak orgasme sangat terasa olehnya.

Istri Marwan itu lalu berulangkali mengangkat tubuhnya tinggi-tinggi.. disertai gerakan kepalanya yang tak terkontrol.
Dan benar.. beberapa detik kemudian tubuh Citra bergetar hebat.. disertai cengkraman kukunya pada punggung gemuk Pak Darjo.

“Pak.. Aku keluar.. AKU KELUUUUAAAARRRR PAAAAKKKK..!!”
CREET CREET CREECETT. Semprotan lendir birahi keluar dari vagina sempit Citra..

Diiringi oleh kedutan hebat dinding-dinding rahimnya.. meremas batang penis yang terbenam di sana.
Merasakan pijatan vagina yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.. Pak Darjo pun tiba-tiba merasa ingin orgasme.

Dengan kecepatan maksimal ia kemudian memacu gerakan pinggulnya naik turun..
Sembari menindih dan memainkan payudara Citra yang nampak tak berdaya sama sekali setelah ia mendapatkan orgasmenya.

“Aku juga keluar Mbak.. AAARRRRGGGGHHHH..!!” CROT CROT CROCOOOT..
Tak terbayangkan nikmat yang dirasakan Pak Darjo ketika menyemburkan benih-benih kejantanannya ke dalam rahim Citra.

Nikmat di ujung penisnya berasa langsung menyebar ke seluruh penjuru syaraf tubuhnya.
Menghantarkan getaran-getaran enak yang tak mampu terlukiskan dengan kata-kata.

Ini adalah orgasme terhebatku. Orgasme yang tak pernah aku dapatkan dari ketiga istriku..
Batin Pak darjo sembari menghempas-hempaskan pinggul gemuknya.. memerah semua spermanya untuk masuk ke dalam rahim Citra.

Sejenak Pak Darjo terdiam. Sambil terus menatap wajah ayu Citra yang damai.. karena baru mendapatkan orgasmenya..
Pak Darjo pun tersenyum penuh arti. Keduanya nampak begitu capai. Terkulai lemas.
Hingga akhirnya Pak Darjo menghempaskan tubuh gemuknya di samping tubuh ramping Citra.

Tak lama kemudian.. mereka berdua tertidur di bawah panasnya udara siang yang begitu menyengat.
Tertidur dengan tanpa mengenakan selembar pakaianpun.

Tertidur dengan pintu depan yang masih terbuka lebar. (. ) ( .)
---------------------------------------oOo----------------------------------------
 
Terakhir diubah:
-----------------------------------------------------------------

Cerita 141 – Dendam Sang Janda

Rukiah..
janda beranak tiga. Ia baru saja dicerai oleh suaminya.
Dia bekerja sebagai pedagang keliling dengan membawa dagangannya.

Awalnya dia naik sepeda motor.. sampai dia mampu menyekolahkan hingga menikahkan ketiga anaknya.
Dan kini semua sudah berpisah dengannya.

Berkat kerja kerasnya dia mampu membeli sebuah mobil Suzuki Carry.
Bukan untuk bersenang-senang.. melainkan untuk membawa barang daganganya.

Setiap hari dia pergi ke berbagai tempat sesuai harinya.. mulai pasar Senenan.. pasar Selasaan..
Pasar Reboan.. Kamisan dan sebagainya. Hanya Minggu dia beristirahat dan bisa berleha-leha.

Tapi juga tidak santai betul.. karena tetap harus mempersiapkan barang dagangan..
yang berupa pakaian jadi untuk dijual keesokan harinya.

Sejak dia menjanda dan anak-anaknya masih kecil-kecil.. beberapa tetangga selalu mencibirnya.
Janda genitlah.. janda gatallah.. Harus hati-hati.. karena Rukiah digambarkan akan mengganggu rumah tangga mereka.

Rukiah ditakutkan akan menggoda suami mereka.. karena butuh uang atau butuh seks.
Sakit sekali hati Rukiah mendengar gosip-gosip itu.
Namun dia tetap tabah dan sabar.. walau dendam di dadanya semakin lama semakin berkarat.

Dalam usianya yang 40 tahun, dia semakin matang dan dandanannya tetap cantik, dia memang selalu menjaga dirinya tetap cantik.
Rukiah selalu berpenampilan bersih karena dia seorang pedagang, jadi harus selalu tampil dengan bersih dan rapi.

Cemoohan semakin menjadi-jadi atas dirinya.. namun Rukiah selalu menebar senyum..
membuat tetangganya semakin kepanasan..
Terlebih setelah dia membawa mobil sendiri dan jika di rumah.. dia suka memakai daster yang sexy.

Ada para tetangga yang sama seperti dia.. menjanda karena dicerai oleh suami..
Bahkan ada yang karena suami mereka meninggal dunia.
Satu per satu mereka mulai mendekat pada Rukiah.. akibat kesusahan hidup.

Dengan tajam.. Rukiah sesekali menyindir juga.
“Kenapa tidak bergenit-genit aja, Bu. Cari laki-laki di luar.. bisa dapat duit..!”
Kata Rukiah kepada Bu Neneng.. yang pernah mengatakan demikian kepadanya.

“Kan lebih enak menggoda suami orang.. dapat duitnya dapat kontolnya..!”
Kata Rukiah pula kepada Bu Teteh.. ketika Bu Teteh meminjam uang kepadanya.

Ucapannya itu sengaja dikembalikan Rukiah sebagai imbalan sakit hatinya.
Namun pada akhirnya Bu Teteh belum juga mengembalikan uang pinjamannya.

Atas kesepakatan bersama.. anak Bu Teteh, Sabirin, yang baru saja selesai ujian SMA..
menjadi pembantu Rukiah mengangkati barang-barang, memajang pakaian dan menutup dagangan.

Kepada Sabirin akan diberikan gaji Rp15.000,- per hari plus dapat makan dan minum..
Sementara Rp10.000,- per hari dipotong untuk pembayar utang Bu Teteh.
Bu Teteh sangat setuju dengan usul itu dan Sabirin juga setuju.

Hari pertama.. Sabirin sudah sampai di rumah Rukiah..
untuk membantu mengangkati barang-barang naik ke atas mobil Suzuki Carry..

Kemudian mereka berangkat dan Sabirin harus menurunkan barang dan memajangnya.
Setelah semua siap sesuai apa yang diajarkan Rukiah, Sabirin boleh duduk-duduk.

Jadi menurut Sabirin, kerjanya sangat enteng dan enak, dan dapat duit lagi.
Sabirin merasa enak dagang bersama Rukiah.

Baru tiga hari mereka jalan bersama, kelihatan keduanya sudah semakin akrab dan semakin dekat.
Rukiah mulai memancing mengucapkan kata-kata agak kotor dan menjurus porno.
Mulanya Sabirin agak kikuk juga.. lama kelamaan jadi biasa dan membalas dengan ucapan porno juga.

“Ah, kamu hanya ngomong doang. Bisa-bisa kontolmu juga hanya sebesar kelingking..” Pancing Rukiah lebih berani.
Sabirin merasa terhina dan membuka retsleting celananya.. memamerkan kontolnya yang belum menegang penuh..
sementara mobil terus berjalan menuju pulang.

“Kalau hanya segitu gedenya, mana bisa aku puas kalau seandainya kamu entot..” kata Rukiah sembari tertawa kecil.
“Ini kan belum digedein..” kata Sabirin.

“Coba digedein.. aku mau lihat apa nanti bisa pas sama punyaku apa tidak..” pancing Rukiah pula.
Sabirin mulai mengelus-elus kontolnya.

Saat mengoper persneling.. Rukiah sempat mengelus dan memegang kontol Sabirin..
membuat Sabirin menjadi horny dan kontolnya semakin mengeras tajam. “Nih, udah gede kan..?” Kata Sabirin bangga.

Rukiah melihat ke arah kontol itu dan berkata.. “Apa tahan lama kalau dimasukin ke aku punya..?
Aku takut belum apa-apa, kamu udah muntah… hihihi..” Rukiah semakin berani.

“Aku yakin pasti pas..” kata Sabirin menirukan iklan Pertamina. Keduanya tertawa.
“Aku ingin cepat sampai di rumah dan kamu harus buktikan.” Rukiah mulai memberi ultimatum.

“Boleh. Siapa takut..?” Sabirin menjawab tantangannya. Rukiah tersenyum.
Kalau ibu Sabirin mengejeknya mau merebut suaminya.. kini malah anaknya yang akan dia pakai.

Rukiah pun mempercepat laju kendaraannya.
Sebenarnya melihat batang Sabirin, dia sendiri sudah basah dan horny.

Begitu mendekati rumah.. mobil segera ia arahkan langsung ke garasi.
Dia perintahkan Sabirin cepat membuka gerbang. Setelah mobil masuk..
Sabirin secepatnya menutup gerbang dan menutu pintu garasi. Sabirin pun bersiap-siap.

Mesin dimatikan, Rukiah langsung menyergap Sabirin..
memeluknya.. dan membisikkan sebuah kata ke telinga pemuda itu.

“Hayo, buktikan ucapanmu tadi..!” Kata Rukiah.. lalu dia menyerbu bibir Sabirin dengan mulutnya.
Mereka berciuman, juga saling raba dan saling remas.

Perlahan Rukiah melepas celana Sabirin..
Lalu melepas celana jins yang dipakainya sendiri.. sekaligus celana dalamnya.
Mereka sudah setengah bugil.

Dengan ganas Sabirin menidurkan Rukiah di lantai. “Aku mau diapain..?”
Rukiah pura-pura tak mengerti.. walau dalam hatinya tersenyum. Sabirin diam saja.

Setelah Rukiah terlentang.. Sabirin langsung menindihnya dari atas..
Lalu mengangkangkan kedua kaki Rukiah dengan kedua kakinya.

Cepat dia menusuk memek Rukiah. ”Ohhh” Rukiah mendesah.
Tusukan Sabirin pada memek Rukiah semakin kuat dan buas.

Rukiah menandinginya.. walau usianya sudah mendekati 40 tahun beberapa bulan lagi..
tapi dia juga tak mau melepaskan kenikmatan itu.

Rukiah lebih buas lagi.. hingga dia cepat orgasme. Sabirin terus menggenjotnya dengan membabi buta..
lalu dia menyemprotkan spermanya beberapakali di dalam memek Rukiah.. sampai Sabirin jadi lunglai dan lemas.

Rukiah tersenyum mengejek.. walau sebenarnya dia sudah orgasme.
Karena Sabirin masih pemula.. dia tidak mengetahui Rukiah sudah orgasme.

“Kamu masih butuh latihan. Tapi kamu sudah mulai hebat. Besok atau lusa kita ulangi sebagai latihanmu.
Satu yang kamu harus pegang.. agar kamu menjaga rahasia ini dengan sebaik-baiknya..”
Kata Rukiah sembari memakai celananya dan memerintahkan pada Sabirin untuk memberesi barang-barang.

Sabirin mengerjakannya. Dia sebenarnya puas sekali.
Mendengar dia harus latihan, dia sedikit tersinggung juga.
Selesai mengerjakan pekerjaannya, dia pulang ke rumahnya yang tak berapa jauh dari rumah Rukiah.

Pagi-pagi sekali.. Sabirin sudah berada di garasi mobil rumah Rukiah.
Dia mulai mencuci mobil, setelah mengisi air radiator dan mengecek segalanya sesuai apa yang diajarkan oleh Rukiah.

Kain dagangan juga sudah dinaikkan ke dalam mobil box untuk dibawa ke pasar.
Hari ini mereka tidak akan pulang, karena pasar malam baru dimulai pukul 15.00 dan akan ditutup pukul 22.00 WIB.

Sedang besoknya pagi-pagi sekali mereka akan berangkat ke kecamatan lain dan buka di sana.
Jadi malam ini mereka akan menginap di Hotel.
Namun mereka harus cepat sampai di kecamatan itu guna membooking hotel, baru membuka pasar.

Setelah sarapan.. mereka pun pergi menuju kecamatan.
Hampir dua jam mereka dalam perjalanan hingga tiba di hotel melati yang bersih dan asri.

Rukiah sudah terbiasa menginap di sana, hingga kenal dengan semua karyawan hotel.
Rukiah pun memperkenalkan Sabirin sebagai anak kakaknya yang membantunya jualan.

Sebuah kamar bersih, namun kisi-kisinya cukup bagus, dan tiupan angin dari laut membuat kamar itu menjadi sejuk.
Mereka memasuki kamar dan segera meminta dua gelas kopi susu.

Rukiah mandi.. sementara Sabirin menyiapkan segalanya, untuk jualan.
Rukiah sengaja keluar hanya dililit handuk saja.. hingga pangkal pahanya yang putih mulus dan pangkal teteknya terlihat jelas.

Rukiah tau kalau mata Sabirin meliriknya. Dia tenang saja.. mengambil pakaian dari tasnya..
sebentar-sebentar ia membungkuk.. hingga bulu-bulu di selangkangannya terlihat samar-samar.

Sabirin seperti kesetanan. Dia berdiri lalu menyergap Rukiah dengan buas.
Rukiah pura-pura terkejut.. padahal hatinya sangat menginginkan itu.

“Duh, kamu kenapa, Sayang..?” Rayu Rukiah seperti terkejut.
“Aku ngaceng..” jawab Sabirin pendek.

Didorongnya Rukiah ke tempat tidur.. lalu dilepasnya lilitan handuk dari tubuh wanita itu.
Secara terang-terangan.. Sabirin melihat sekujur tubuh Rukian dengan jelas.

Liku-liku tubuh dan mulusnya tubuh yang putih itu..
Dengan tetek yang besar dan pentilnya yang besar dan hitam pula.

Aroma sabun mandi masih semerbak wanginya.. membuat nafsu Sabirin semakin menjadi-jadi.
Cepat dia lepas pakaiannya sampai bugil.

Saat Sabirin mau menindih tubuhnya.. Rukiah menangkap kepala remaja itu dan diarahkannya kepala itu ke memeknya.
“Jilatin dulu memekku, Sayang. Kamu berani nggak..?” Tantang Rukiah.

Sabirin yang terbiasa nonton bokep.. langsung menjilatinya dengan rakus.
Rukiah juga mengarahkan tangan Sabitin untuk meremas-remas teteknya..
Kemudian Rukiah mengelus-elus kepala Sabirin dengan lembut, seperti rasa sayang seorang ibu pada anaknya.

Setelah sekian lama Sabirin menjilati klitoris Rukiah.. Rukiah pun menjemput orgasmenya.
Ia menggapit kepala pemuda itu kuat-kuat saat dari dalam memeknya keluar lendir hangat yang sangat banyak..
meleleh hingga membasahi paha dan bokongnya.

Setelah mereda.. segera dituntunnya Sabirin untuk menindih tubuhnya.
Dengan sabar ia bimbing kontol Sabirin menuju ke lubang memeknya.

Slebb.. Memek yang basah itu langsung dimasuki oleh kontol Sabirin.. begitu si pemuda mendorong pinggulnya..
kemudian dengan cepat mereka saling bergelut.. memeluk dan saling jilat satu sama lain.

Sabirin dengan buasnya menggenjot tubuh Rukiah sampai badan keduanya dibanjiri oleh keringat.
Kecipak bunyi keluar-masuk kontol Sabirin pada memek Rukiah membuat keduanya semakin bersemangat.

“Duh, kamu harus lebih kuat lagi, Sayang. Harusss… harussss… Lebih kuat lagi..”
Kata Rukiah pada Sabirin. Sabirin semakin ganas dan buas. Dia terus menggenjot memek Rukiah dengan ganas.

Tak lama keduanya saling berpelukan dengan eratnya.. Crott. crott... crott.. peju Sabirin muncrat..
Lalu keduanya terkulai setelah sperma Sabirin memenuhi ruang memek Rukiah.

Saat itu Rukiah tersenyum puas.. sembari membayangkan ibu Sabirin yang dulu suka menyindir-nyindirnya..
sebagai perempuan yang suka menggoda suaminya.

Kini Rukiah tidak hanya menggoda suami orang..
tapi justru sedang bersetubuh dengan seorang anak laki-laki ganteng dan masih muda, anak yang pernah meremehkannya.

Seiring perjalanan waktu.. Rukiah semakin sukses. Hartanya semakin banyak.
Beberapa rumah di kompleks itu sudah dia beli. Mobilnya juga sudah diganti, menjadi L-300 Pick Up..
selain mobil sedan pribadi tentunya. Dia dan Sabirin sudah berjalan hampir setahun.

Sabirin sudah bisa membawa mobil dan utang orangtuanya pun sudah lunas.
Namun Sabirin tak mau meninggalkan pekerjaannya.. karena selain dapat uang Rp25.000,- per hari..
ia juga dapat makan.. minum dan rokok.. serta dapat seks juga tentunya.

Terutama Seks yang membuat Sabirin tak mau meninggalkan juragannya, Rukiah.
Kepadanya sudah diserahi tugas baru.. yakni membawa sebuah mobil pick up lain dan berjualan.

Tentu saja Rukiah menghitung berapa potong yang dibawa.. kemudian berapa laku, lalu dihitung untungnya.
Untuk belanja.. Rukiah selalu sendiri.. karena dia tetap merahasiakan berapa harga pengambilan barang..
sementara Sabirin hanya tau menjual dengan harga tertentu.

Sabirin juga senang.. kalau seharusnya dia menjual pakaian seharga Rp 25.000,- tapi bisa dia jualkan Rp30.000,- atau Rp27.500,-
Maka keuntungan itu akan dia ambil sendiri. Untuk itu, Sabirin yang diberikan kepercayaan, tidak mau meninggalkan Rukiah.

Bu Salmah sudah benar-benar bangkrut dan suaminya sudah pensiun juga mendapat tekanan darah tinggi..
karena hutang-hutangnya yang membludak.

Selama masih jadi pejabat kecil.. hidup mereka terlalu mewah. Kini semuanya sudah berakhir.
Tanpa malu-malu.. Bu Salmah mendatangi Rukiah..

Ia bercerita kalau anak bungsunya yang masih baru tiga bulan masuk SMP.. tak mau pindah ke kampung.
Dengan cucuran air mata, ia memohon bantuan Rukiah agar menjadikan Totok sebagai anak sendiri, walau hanya tamat SMP saja.

Dengan senyum, Rukiah menerimanya dan berjanji akan menyekolahkan Totok sampai tamat.
Kalau perilaku Totok baik dan penurut.. mungkin akan disekolahkan sampai SMA.

Bukan main senangnya hati Bu Salmah. Mereka pun pindah ke kampung.
Dalam penyerahan untuk diangkat jadi anak angkat.. Bu salmah menasehati Totok agar menurut apa kata Bulik Rukiah.
Totok pun mengiyakan dan berjanji. Sejak pagi itu, Totok pun tinggal bersama Rukiah.

Kembali Rukiah mengenang apa yang pernah dilakukan oleh Bu Salmah pada dirinya.
Sindiran, ejekan serta hinaan yang pernah dia terima dari wanita itu.

Haruskah Rukiah membalaskan dendamnya pada Totok..? Bukankah Totok masih kelas 1 SMP dan baru berusia 13 tahun..?
Setelah berpikir lama, Rukiah akhirnya mengambil keputusan..

Totok akan dia ajari ngeseks sebagai pelampiasan dendam lamanya terhadap Bu Salmah.
Biar Bu Salmah tau rasa bagaimana ejekan masa lalunya.. ternyata kini berakibat fatal. Anak bungsunya akan digarap oleh Rukiah.

Rukiah mengajak Totok menemaninya untuk berenang. Totok dibelikan celana renang yang sesuai dengan umurnya.
Walau masih 13 tahun.. Totok bertubuh tinggi, walau sedikit kurus.
Saat berenang, Rukiah melihat kalau Totok boleh juga. Dia harus memperdaya bocah itu.

Malamnya.. ia ajak Totok menemani dirinya nonton film semi BF.
Rukiah sengaja tidak memakai bra dan selana dalam saat memakai daster tipisnya.

Totok disuruhnya memakai sarung dan kaos oblong saja.. biar tidurnya enak dan tubuhnya bebas.
Katanya, saat tidur itulah terjadi pertumbuhan tubuh.

Mereka nonton mulai dari awal. Pada pertengahan, adegan demi adegan percintaan mulai terjadi,
Ada adegan cium-ciuman, raba-rabaan, termasuk adegan isap tetek segala.

Saat itu.. Rukiah melirik Totok yang gelisah dan sebentar-sebentar memegang Anu-nya.
Rukiah tersenyum. Segera dipeluknya Totok yang duduk di sebelah kirinya.

Dengan cepat ia masukkan tangannya ke dalam kain sarung Totok.
“Wah, sotong-mu besar juga, Tok..” rayu Rukiah. Totok malu dan tersipu.. ia berusaha melepaskan tangan Rukiah.

Tapi dengan kasar Rukiah melepas kain sarung Totok.. hingga tinggal celana dalam saja yang dikenakan bocah kurus itu.
Totok masih malu-malu juga. Sekali sentak, celana dalam itupun juga sudah melorot ke bawah.

Rukiah turun dari sofa dan jongkok di lantai.. ia langsung memasukkan kontol Totok ke dalam mulutnya.
“Kamu diam aja. Jangan berisik..” Rukiah merayu.. namun setengah mengancam.

Rukiah tau bagaimana memperlakukan laki-laki sesuai dengan umurnya.
Totok pun diam.. menikmati kontolnya yang tengah dipermainkan Rukiah di dalam mulutnya.

Dan tak lama ia mengejang saat melepaskan spermanya di dalam mulut Rukiah beberapa kali.
“Wah, kamu ternyata hebat juga.” kata Rukiah senang.

“Maafkan saya, Bulik. Saya…” Totok terbata.
“Udah, nggak perlu minta maaf. Kapan-kapan kita ulangi lagi.. sampai kamu merasa enak dan nyaman.
Asal, kamu jangan cerita kepada siapapun juga, termasuk kepada ibumu..” rayu Rukiah yang juga bernada setengah mengancam.

“Iya, Bulik. Saya janji..” kata Totok. Rukiah tersenyum. “
Sudah, untuk seterusnya, kamu tidur sama bulik saja. Kecuali ada tamu, baru kamu tidur di kamarmu sendiri.”
Totok pun mengangguk.

Malam itu mereka tidur dengan aman-aman saja. Sebelum tidur.. tentu saja Rukiah menelanjangi Totok dan dirinya..
lalu mereka bersembunyi di bawah selimut dengan AC yang disetel sepoi-sepoi sejuk.

Begitulah.. setiap malam mereka tidur bersama. Jika libur, Totok ikut membantu Rukiah ke pasar untuk berdagang.
Selesai belajar.. mereka nonton bareng dulu.. kemudian mereka tidur.

Tugas rutin Totok adalah menetek.. sampai Rukiah tertidur.
Lama kelamaan netek itu bukan tugas rutin lagi.. malah Totok menjadikannya sebagai sebuah kebutuhan.

Secara perlahan namun pasti, Rukiah terus membimbing Totok untuk belajar. Belajar untuk sekolah, juga belajar ngeseks.
Bagaimana cara menghisap tetek dan mempermainkannya dengan baik.

Bagaimana menjilati memek dengan baik serta mempermainkan klitorisnya. Mumpung Totok masih kecil..
Totok juga diajari bagaimana ngentot duburnya dengan mengolesinya baby oil terlebih dahulu.

Totok juga mengerti.. kalau Rukiah capek, dia langsung memijatnya.
Totok pun senang karena dia setiap pagi dapat jajan Rp5.000,- ke sekolah selain ongkos angkot.
Totok juga sudah mengerti.. bila Rukiah menciumi dirinya dan menjilati lehernya.. dia juga harus meresponsnya.

Sering pula.. tengah malam.. Totok horny. Dia akan menetek dan menjilati memek Rukiah..
Kemudian setelah basah dan Rukiah lama-kelamaan terbangun untuk memberikan respons..

Totok langsung menindih tubuh Rukiah dan mengentotnya dari atas.
Totok sudah mampu mengatur permainan, padahal dia baru tiga bulan bersama Rukiah.

Liburan semester.. betapa senangnya perasaan Bu Salmah melihat anaknya berpakaian bagus.. tubuhnya bersih.. raportnya juga bagus.
Saat datang menjenguknya.. ia membawa oleh-oleh dari kampung hasil ladang suaminya..
yang diperoleh dari hasil korupsi semasa jadi pejabat kecil. Ayah Totok tak bisa ikut, karena penyakitnya semakin parah saja.

Masa liburan itulah Totok banyak membantu Rukiah jualan..
Bu Salmah rela saja Totok tak pulang ke kampung agar bisa membantu Rukiah jualan.

Dendam membuat hidup Rukiah menjadi semakin semangat. Semangat bekerja keras, semangat juga untuk ngesek.
Baginya ngeseks adalah hiburan yang menyenangkan.. nikmat dan indah.

Selain itu.. nampaknya Rukiah juga mendapat kelainan jiwa. Dia hyperseks.
Jika Totok dan Sabirin mampu melayaninya.. mungkin Rukiah akan meminta jatah masing-masing empatkali sehari setiap orang.

Tapi Rukiah berusaha untuka menahannya, agar pada puncaknya, dia bisa menikmati mereka dengan tenang.
Buktinya.. jika dia menginginkannya, di atas mobil dia sudah bilang kepada Sabirin agar bersiap-siap.

Begitu sampai di garasi.. Sabirin sudah tau apa tugasnya.
Biasanya.. Rukiah langsung menungging dan Sabiring langsung pula menusuk dari belakang memek Rukiah yang sudah basah karena horny.
Sedangkan Totok adalah kesayangan Rukiah, karena ukuran kontol Totok sangat pas untuk duburnya.
oOo

Bagaimana pula dengan kisah Bondan..? Bondang adalah adik laki-laki dari Bu Surti.
Bu Surti dulu suka membagikan kabar burung dari rumah ke rumah di kompleks itu.

Ada saja kabar burung tentang Rukiah yang disebarkannya.
Setelah suaminya menceraikannya, karena dia kawin lagi.. Bu Surti mulai diam.

Jika berpapasan dengannya.. Rukiah selalu tersenyum manis.. sebaliknya malah Surti yang malu.
Jika melihat Rukiah datang dari arah berlawanan, Surti selalu mengambil jalan pintas untuk menghindar.

Sore itu.. nampaknya tak ada jalan lain. Ia harus mendatangi rumah Rukiah.
Rukiah punya rumah sewa di belakang rumahnya. Bondan, adik kandung Surti, mau menikah.

Untuk itu, dia harus punya rumah kontrakan. Setelah harga sesuai, Surti pun berterimakasih.
Besoknya.. Bondan mulai membersihkan rumah dan melakukan pengecetan agar rumah kelihatan kinclong.

Rukiah datang memeriksa rumah yang sedang dicat. Dengan gaya genitnya, ia mulai merayu.
Rukiah menanyakan segalanya dan segera mengetahui kalau usia Bondan baru 24 tahun.

Dengan malu-malu.. Bondan mengatakan kalau belum pernah gituan dengan gadis mana pun.
Pernikahannya adalah hasil perjodohan dengan famili sendiri.

Rukiah segera tidak tinggal diam. Dia terus merayu dan merayu..
Sampai akhirnya Bondan mau diajak ke rumahnya untuk beristirahat.

Begitu memasuki pintu rumah.. Rukiah mulai beraksi.
“Kamu harus belajar.. agar nanti tidak kikuk menghadapi istrimu..” kata Rukiah.

Ia ingat betul.. saat dulu Bondan masih kecil.. saat pemuda itu masih SMP..
ia pernah ikut juga mendiskreditkan dirinya. Inilah saat yang tepat bagi Rukiah untuk membalas dendam.

Dia mulai memancing Bondan dengan duduk sembarangan. Diliriknya pemuda itu, tampak Bondan sudah gelisah.
Rukiah tersenyum, dalam hati ia bertekad, hari itu juga dia harus dapat menggarap Bondan.
Bondan yang tinginya berkisar 177 cm itu rasanya pas untuk memek Rukiah.

“Kamu ngaku saja.. kalau kamu sudah ngaceng..” kata Rukiah. Bondan tertunduk malu sebagai jawabannya.
“Ya sudah.. kalau kamu mau.. aku bisa ajari kamu bagaimana ngelakuin malam pertama..” kata Rukiah.

Lagi-lagi Bondan tertunduk. Saat itulah Rukiah mengambil inisiatif.. walau sebenarnya Bondan juga sudah horny.
Didatanginya kursi Bondan dan dipeluk tubuh pemuda itu dari belakang, lalu diciumnya pipi Bondan bertubi-tubi.

“Tante, nanti ketahuan gimana..?” Tanya Bondan takut-takut.
“Kalau bukan kamu yang beritau.. mana mungkin ada yang tahu..”
Kata Rukiah sembari membalik tubuh Bondan setelah dibimbingnya untuk berdiri.

Mereka pun berhadap-hadapan. Rukiah menarik tali daster yang terikat ringan di kedua bahunya..
Blugg.. daster itu pun langsung melorot jatuh ke lantai.

Rukiah juga melepaskan Branya dan menyodorkan pentil teteknya ke mulut Bondan..
setelah terlebih dahulu tengkuk Bondan ditariknya mendekat sampai pemuda itu membungkuk karena tubuhnya yang terlalu tinggi.

Desah nafas Bondan mulai tak beraturan. Dia menyedot-nyedot pentil tetek Rukiah dengan penuh nafsu.
Rukiah membalas dengan meraba kontol Bondan dan melorotkan celana dalam serta celana bocah itu.

Dalam waktu singkat, keduanya sudah telanjang bulat.
Rukiah pun berjinjit.. agar tubuhnya bisa setidaknya menyamai tubuh Bondan.

Rukiah merasakan ada benda yang menggelitik-gelitik perutnya. Kontol Bondan rupanya sudah keras betul..
Rukiah berusaha menggoda agar Bondan yang meminta untuk dimasukkan penisnya.

Bukan permintaan yang terjadi. Bondan ternyata gelap mata.
Dengan kasar, dia mengangkat tubuh molek Rukiah ke atas meja makan dan menelentangkannya..

Kemudian dikangkangkannya kedua paha wanita itu.. lalu ditusuknya memek Rukiah keras-keras.
Memek yang sudah basah kuyup itu dimasukinya dengan kasar.

Rukiah merasakan kehangatan yang luar biasa dalam rahimnya.
Perlakukan kasar Bondan justru membuat Rukiah sangat menikmati.
Tak pernah Sabirin apalagi Totok dan suaminya memperlakukannya seperti ini.

Setelah semua kontolnya tenggelam.. Jlebb.. jlebb.. jlebb..!!
Dengan kuat Bondan mulai mengocoknya dalam liang memek Rukiah..
Itu membuat tubuh Rukiah bergoyang-goyang indah karenanya.

Bondan yang berdiri bebas di lantai, membuatnya semakin mudah untuk menusuk-nusuk memek Rukiah.
"Akhh... akkhh.. okhh.. okhh.." Rukiah merintih-rintih dan menikmati semua tusukan kasar itu.

“Sayang… kamu hebat sekali. Puasin aku, Sayang…” Rukiah seakan menghiba-hiba.
Bondan terus memompanya tanpa memberikan jawaban.
Baginya bekerja lebih baik daripada berbicara.. dan menikmati lebih enak daripada menusuk tanpa dinikmati.

“Kalau kamu bisa memuaskan aku.. aku akan kurangi kontrak rumahmu seperempatnya..” kata Rukiah.
Mendengar itu Bondan pun semakin bersemangat 'menggasak' memek Rukiah.

Dia terus menusuk memek Rukiah semakin cepat dan cepat. Kontolnya terus keluar-masuk di memek sempit Rukiah..
sampai Rukiah menjepitkan kedua kakinya ke pinggang Bondan sembari melepas cairan cinta dari dalam tubuhnya.

”Huuuuuuhhhhhh…!!” Rukiah menggumam nikmat.
Bondan terus saja memompanya tanpa henti.. sepertinya tiada rasa lelah bagi pemuda itu dan tiada rasa puas.
Dari tubuhnya mengalir keringat dan otot-otot tubuhnya kelihatan mengkilap.

Jlebb.!! Crott.. crott.. crott.. Dengan sebuah tekanan yang kuat..
Bondan pun melepaskan spermanya beberapakali ke dalam lubang Rukiah yang teramat dalam itu.

Rukiah terdiam tak mampu mengucapkan apa-apa.. selain menikmati saja.
Bondan membiarkan kontolnya tetap berada dalam memek Rukiah..
walau pun spermanya mulai meleleh keluar dari celah memek itu.

Setelah kontolnya mengecil dan terlepas.. Bondan cepat memakai kembali pakaiannya.
Rukiah tersenyum dan menyatakan,
”Kamu hanya harus membayar uang kontrakan dua per tiga dari harga yang sudah ditetapkan, sebagai hadiah percintaan kita.”
Bondan pun tersenyum senang.

Setelah pindah rumah.. beberapa malam kemudian.. ia mengirimkan SMS kepada Rukiah..
”Memek tante lebih nikmat daripada memek istriku..”

Rukiah pun tersenyum puas..
Kau tak akan puas dengan isterimu. Aku akan memuaskanmu, bila kau juga memuaskanku.. batin Rukiah.

Akhirnya.. dalam seminggu, Bondan harus melayani Rukiah sebanyak tigakali.
Mungkin saja jatah isterinya duakali seminggu tak tepenuhi.. karena tenaga Bondan habis dikuras sebelumnya.

Jika ada kesempatan.. Rukiah langsung meng SMS Bondan.. dan secepat kilat Bondan datang.. kemudian melayani Rukiah.
Bondan merasa beruntung karena mampu mendapatkan seks dari Rukiah.

Tapi.. sesungguhnya dia tidak tau.. kalau dia adalah kuda tunggangan bagi Rukiah.
Terlebih Bondan dan isterinya sudah punya utang sebanyak tiga juta yang harus dibayar cicil tanpa bunga.
Bunganya.. Bondan cukup memuaskan nafsu Rukiah.. sebagaimana yang diinginkan oleh janda cantik itu.

Kejadian itu terus berlangsung.. hingga muncullah Sularto. Demikian nama kakek itu. Umurnya sudah 69 tahun.
Walau sudah tua.. tubuhnya masih kelihatan berotot.

Sularto adalah ayah dari Bu Ningsih yang mulutnya mirip burung betet. Masih pagi sekali sudah nyindir.
Siang nyindir.. sore nyindir.. malam juga nyindir. Mau sholat nyindir.. usai sholat juga nyindir.
Pokoknya jantung Rukiah terpacu terus karenanya.

Tak ada perempuan yang mampu melawan Bu Ningsih bila bertengkar.
Mungkin memeknya lebih lebar dari mulutnya.. membuat dia bisa merepet-repet terus menerus. Pet-pet-pet

Suaminya tertangkap menjual narkoba dan pengadilan menghukumnya 7 tahun penjara.
Sebelumnya dia yakin sekali.. petugas bisa disuap.. hingga dia menjual semua hartanya.

Setelah semua harta terjual kecuali rumah.. masih juga dia dihukum 7 tahun penjara.
Ningsih pun merepet-repet, Udah dikasih uang.. tetep aja dijatuhi hukuman berat.

Dasar negara ini sudah tidak beres. Dasar koruptor.. dasar setan, dasar iblis dan sejuta makian lainnya.
Baginya pengedar dan bandar narkoba itu mungkin sama dengan malaikat, hingga dia bisa memaki-maki orang lain.

“Bu Rukiah.. katanya Ibu mau mengecat rumah ya..?” Tanya Bu Ningsih suatu hari.
“Kenapa Bu..?” balas Rukiah.

“Kalau memang mau ngecat rumah.. biar bapak aku aja yang ngecet. Dia ahli mengecet rumah lho, Bu..”
“Kalau harganya cocok, okelah…” kata Rukiah.

Mulailah mulut jeber Ningsih bermain.
“Ooaalah bu, bu… Sama tetangga aja kok sombong. Baru minta kerjaan ngecat aja kok sombong sekali?”

“Kalau begitu.. silakan cari objekan lain. Cat aja rumah orang lain..” kata Rukiah lembut namun tajam di balik senyumnya.
“Bukan begitu, Bu… kan lebih baik dikasih aja sama tetangga..” kata Bu Ningsih.

“Tergantung bagaimana negosiasinya..” kata Rukiah.
“Gak usah nege-negeoanlah, Bu. Boleh gak..!?” Nada suara Ningsih meninggi.

“Kalau tidak mau memang kenapa..?” Kata Rukiah tak kalah sengit.
“Bukan begitu, bu… Boleh dong..? Iya ya..?” Akhirnya Ningsih mulai melembut.

“Kalau harganya cocok, kenapa tidak..? Itu pun harus bagus.. kalau tidak.. aku pasti komplein..” kata Rukiah.
“Alaaahh… sombong banget sih..”

“Kalau sombong kenapa..? Apa gak boleh aku sombong..!?” Rukiah mulai marah.
“Ya sudah.. bicara saja sama bapakku..” Ningsih mengalah.

Pertemuan itu akhirnya menyepakati harga dan Totok diminta membeli cat sesuai ukuran dan warna.
Sularto pun mulai membuat tangga-tangga. Yang dicet lebih dulu bagian atas.

Sebagai duda.. Sularto kelihatannya masih kuat lahir batin. Rukiah tersenyum.
Dia akan buat kontol bapak Ningsih itu merepet di dalam memeknya.

Mereka naik ke lantai atas dan Ningsih ingin masuk ke dalam rumah Rukiah.
“Maaf bu, ini rumah saya. Ibu gak boleh sembarangan masuk. Ibu di luar saja..”
Kata Rukiah ketus sambil menatap tajam Ningsih.

“Alaaahh… baru rumah begini aja..” kata Ningsih sambil membalikkan tubuhnya dan pergi.
“Besok belilah rumah yang lebih besar dari rumah ini..” kata Rukiah tak kalah tajamnya.

Setelah mengunci pintu gerbang.. Rukiah mengganti pakaiannya dengan daster mini tanpa bra dan celana dalam.
Hari ini juga dia harus menuntaskan Sularto.. atau tidak untuk selamanya. Dendamnya pada Ningsih harus terlampiaskan.

Saat menaiki tangga ke lantai atas.. Rukiah sengaja seperti melompat-lompat..
agar dasternya yang mengembang itu terangkat-angkat.. dan pantatnya yang mulus bisa dilihat oleh Sularto.
Benar saja.. jakun Sularto naik turun dan Rukiah melihatnya.

Begitu sampai di lantai atas.. Rukiah langsung menggenggam burung Sularto dari balik celananya.
“Sudah lama puasa.. pasti sedang mau-maunya ini..!” Kata Rukiah genit.

Sularto terkejut juga diperlakukan demikian.. namun dia tidak bisa menolak..
saat Rukiah menekan tubuhnya ke dinding dan menurunkan celananya dengan cepat..
hingga burung hitam legamnya yang sudah mulai ngaceng langsung terlompat keluar.

Clopp..! Clrupp.. clrupp.. Rukiah segera mengulumnya sampai menjadi keras
. Setelah keras.. semua celana Sularto ia lepas.

“Hayo, Pak, masukin kontolmu ke memekku. Pasti kontolmu merasa puas..”
Kata Rukiah dengan kasar tanpa tedeng aling-aling.

Ditariknya tubuh Sularto sambil Rukian menelentangkan diri di lantai.
Sularto yang sudah lama tidak ngentot.. seperti kerbau dicucuk hidungnya..

Langsung saja ia menindih tubuh mulus janda cantik itu.
Rukiah segera menuntun kontol Sularto agar cepat masuk ke dalam lubang memeknya.

Blesekk..! Terhenyak juga Rukiah menghadapi kontol besar yang berurat itu.
“Kalau kamu bisa memuaskan nafsuku, upahmu akan aku tambahi...” katanya.

Mengangguk mengerti.. Sularto segera memompa memek basah Rukiah dengan penuh nafsu.
Dia berupaya agar Rukiah bisa puas.

Pompaan demi pompaan Sularto diimbangi oleh Rukiah dengan goyangan erotis dari bawah.
Rintihannya membuat Sularto semakin bernafsu.. sementara desah nafas Sularto membuat Rukian semakin bersemangat.

Mereka terus menerus saling goyang dan saling isap.. sampai akhirnya terjadi lelehan lendir..
Dan tembakan sperma di alat kelamin keduanya. Baik Rukiah maupun Sularto benar-benar merasa puas.

Sejak saat itu.. selama dua minggu Sularto bekerja di rumahnya.. pagi-pagi sekali.. sebelum jualan..
Rukiah minta dientot lebih dulu oleh Sularto.. baru kemudian dia bekerja.

Setelah dientot.. Rukiah keluar dan mengunci gerbang agar Ningsih tak bisa masuk.
Dia dendam sekali pada wanita itu.
Pada saat ngentot dengan Sularto.. dendamnya kepada Ningsih membuat Rukiah semangat untuk ngentot dan dientot.

“Kenapa sih aku tak bisa masuk ke rumah Bu Rukiah.. aku kan hanya pengen melihat bapakku bekerja..?”
Kata Ningsih memprotes saat mereka bertemu.
“Rahasia dong…” balas Rukiah dengan genitnya.

“Bapakku itu orang alim tau. Tak mungkin siapa pun bisa menggodanya..!” Kata Ningsih membanggakan bapaknya.
“Oh yaa..?” kata Rukiah mengedipkan matanya. “Alim ulama, kalee…” tambah Rukiah genit pula.

Dia pun lalu masuk ke dalam mobilnya dan duduk di sebelah Sabirin.
Dalam mobil, dia mulai ngomong yang dibuat-buat.

”Dasar perempuan tolol. Mana mungkin aku mau menggoda bapaknya yang tua bangka bau tanah itu.
Ningsih itu tidak tahu, kalau aku punya pacar yang namanya Sabirin, iya kan sayang..?”
Kata Rukian pada Sabirin.. genit. Sabirin pun tersenyum.

Mereka melaju meninggalkan rumah menuju pasar tempat jualan. Baru saja mereka sampai ke pasar..
Mereka dapat kabar kalau Pak Sularto jatuh dari atas rumah dan kepalanya pecah, lalu meninggal dunia.

Dalam percakapan antara Sabirin dengan tetangga yang menyaksikan peristiwa itu..
katanya Sularto itu keletihan, tapi dipaksakan terus memanjat, akhirnya jatuh dan mati.

Rukiah terkejut mendengar berita itu.
Tapi di baliknya dia tersenyum, karena tadi pagi dia memaksa Sularto mengentotnya duakali.
Mungkin itu yang membuat Sularto jadi keletihan.

Hari itu.. mereka tak jadi membuka dagangan. Mereka langsung pulang untuk menghadiri pemakaman Sularto.
Semua orang memuji Rukiah karena Rukiah mau menanggung semua biayanya.

Sebaliknya orang menyalahkan Ningsih yang memaksa Bapaknya cari makan, padahal sudah tua.
Rukiah hanya tersenyum saja dan pulang ke rumahnya.

Di rumah.. dia sudah disambut oleh Totok dan malamnya mereka tidur pulas berdua sehabis ngentot tigakali. (. ) ( .)
------------------------------------oOo-----------------------------------
 
Cerita Rukiyah ini sebenernya bagus. Ada adegan analnya lagi. Tapi kenapa nggak didetailin... Kenapaaaa... Sungguh aku tak mengerti...

Hahahahaaa... Kacau dah gue.
 
Cerita Rukiyah ini sebenernya bagus. Ada adegan analnya lagi. Tapi kenapa nggak didetailin... Kenapaaaa... Sungguh aku tak mengerti...

Hahahahaaa... Kacau dah gue.
:berbusa: Haaaaaaa.. mohon dimangapkan brada..
Nyang senpat Nubi save n edit emang segitu..
Pingin Nubi tambahin SS-nya sebenernya.. tapi beneran sdg belum 'mood'
Plus juga belum punya luang waktu..
:sembah:
 
Bimabet
Akhirnya kutemukan lagi cerita Rukia ini....Jadi teringat someone on the past.. Terima kasih banyak suhu...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd