Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

------------------------------------------------------

Cerita 106 – Hasrat Tak Tertahan

Part 06

“Hmm.. hmm..” sebagai imbalan.. Karin membelai kemaluan Pak Karta dengan sedikit lebih cepat.

Dan ia semakin memekik ketika tangan nakal Pak Karta perlahan berpindah ke bagian dalam pahanya..
untuk kemudian dengan lembut mencengkeram dan membelai celah mungil yang ada di sana.. menggeseknya pelan dari atas ke bawah.

“Auwh..!” Karin terkesiap.. namun suaranya teredam oleh tusukan batang kontol Pak Karta di dalam mulutnya.
Terpaksa ia nikmati belaian laki-laki itu dalam diam.

Jari Pak Karta kini menggosok bibir luarnya.. membuat Karin jadi sangat basah oleh cairannya sendiri.. gosok.. menjelajahi..
sebelum kemudian jari itu menyelinap ke dalam.

Awalnya satu.. namun kemudian dua. Pak Karta menusuk-nusuk lembut di sana..
seperti ingin mencocokkan iramanya dengan laju mulut Karin yang masih mengulum halus.

“Eh, Pak..!!” Pekik Karin saat merasakan kontol Pak Karta yang tiba-tiba berubah menjadi lebih kaku.. juga terasa sedikit memanjang.
Tanpa perlu diberitau.. ia bisa menebak kalau laki-laki itu sudah dekat dengan klimaksnya.

Kesadaran ini bukannya membuat Karin mundur.. melainkan malah semakin kuat mendorongnya ke tepian.
“N-nduk..?” Erangan gelisah keluar dari bibir pak Karta.. sebelum kemudian dia meledak di dalam mulut Karin..
mengisi tenggorokan si perempuan muda dengan spermanya yang kental dan panas.. juga rasa asin yang datang secara tiba-tiba.

Glekk.. Karin menelannya dengan lapar.. semuanya.. dengan sambil mengerang dan mendesah terengah-engah.
Pinggulnya bergetar untuk menekan jari-jari kurus Pak Karta agar menusuk semakin dalam di liang nikmatnya yang membasah.

Nikmatnya kocokan itu terasa berlipat ganda.. sampai akhirnya semburan lain datang. Namun kali ini.. Karin yang meledak.
“Ahgmph..” perempuan muda itu ingin menjerit.. namun karena kontol pak Karta masih berada di dalam mulutnya.. teriakannya jadi teredam.

Hanya terlihat pinggul Karin yang terus bergoyang melawan arah tusukan Pak Karta..
sementara gelombang demi gelombang cairan bening terus meluber dari dalam liang memeknya.. lagi dan lagi.. seperti tiada berakhir.
Sampai akhirnya goyangan itu melambat.. lalu Karin berhenti bergerak.

Dengan satu isapan terakhir.. ia biarkan kontol pak Karta yang mulai melunak tergelincir dari mulutnya..
dan juga jari-jari laki-laki itu yang perlahan menyelinap pergi dari liang vaginanya.

Karin berbalik untuk melihat Pak Karta yang menatapnya takjub.. ekspresinya sukar untuk dijelaskan; campuran antara lega dan puas.
Lalu laki-laki itu tersenyum dan mengulurkan tangan untuk membelai rambut panjang Karin yang sekarang terlihat awut-awutan.

Karin balas tersenyum kembali. “Terimakasih, nduk..” bisik Pak Karta.
Karin tak tau harus berkata apa.. jadi ia diam saja ketika Pak Karta sedikit memiringkan tubuh ke depan untuk mencium keningnya..
kemudian pipinya.. dan akhirnya bergeser ke arah mulut Karin yang tipis terbuka.

Laki-laki itu melumatnya sejenak.. sebelum kemudian menjulurkan lidah dan mulai mengisapnya rakus.
Dengan napas tersengal Karin berusaha untuk mengimbangi.

Namun hanya cukup sampai di situ.. karena jarum jam menunjukkan kalau sebentar lagi dokter akan datang berkunjung.
Jadi Karin lekas membenahi bajunya.. juga baju dan kain sarung Pak Karta, dan mereka tidak berkata-kata lagi sampai seseorang mengetuk pintu kamar.
Dokter telah datang..!

Karin meninggalkan Pak Karta untuk diperiksa.
Dokter memutuskan bahwa laki-laki itu bisa pulang besok.. tapi melarang untuk langsung bekerja keras; kan kakinya masih patah.

Karin tersenyum senang.. begitu juga dengan Anita yang pagi itu datang berkunjung.
“Maaf sudah merepotkan kamu ya, Rin..” kata Anita yang memakai baju terusan pendek agak ketat dan tanpa lengan.. hmm.. terlihat sangat menantang.
“Nggak apa-apa, mbak. Hanya dengan cara ini saya bisa membalas kebaikan hati mbak Nita..” jawab Karin jujur.

”Kamu sudah makan..?” Anita bertanya.
”Iya, sebentar lagi, mbak.. sekalian pulang. Sudah dua hari saya di sini, mau nengok suami dulu..”

Anita tersenyum.. “Pulanglah dan istirahat.. biar saya yang menemani Pak Karta..”
Karin mengangguk penuh rasa terimakasih.. “Nanti siang saya balik ke sini..”

“Nggak usah buru-buru.. istirahatlah secukupnya. Jangan sampai nanti kamu malah ikut sakit..” kata Anita.
Karin tersenyum.. ”Kalau begitu saya akan balik sore aja.. setelah suami pulang dari kantor..”

"Nah, gitu donk..” Anita mengerling nakal.. “Suamimu pasti juga kangen kamu..”
Karin tertawa dan kemudian pamit.. meninggalkan Anita berdua dengan Pak Karta di dalam kamar.

Selepas kepergiannya.. Anita segera mengunci pintu kamar dan dengan sedikit tak sabar menghambur ke dalam pelukan Pak Karta..
lalu penuh nafsu ia membungkuk dan menciumi bibir tebal Pak Karta yang hanya terkekeh-kekeh saja menerimanya.

“Dah nggak tahan ya, neng..?” Bisiknya sambil membelai lembut wajah cantik Anita dengan satu tangan..
dan mulai mengendurkan baju tipis yang dikenakan olehnya dengan tangan yang lain.

Bibir Anita terasa lembut dan hangat saat mengisap, mulut itu juga terasa sangat manis.
Anita meraba selimut yang menutupi tubuh kurus Pak Karta.. dan dalam hitungan detik telah membebaskan kontol panjang yang ada di sana.
Benda itu sudah membesar dan berdiri keras.. yang tentu saja langsung ditatap oleh Anita dengan penuh keinginan.

“Lebih dari nggak tahan, Pak.. memekku dah gatel banget.. pengen digaruk sama yang ini..”
gumam Anita sambil melepas beha dan celana dalamnya.. mengekspos tubuh indahnya yang begitu sempurna dan luar biasa kepada Pak Karta.

“Bapak juga, neng..” sambut Pak Karta dengan senyum mesum terpecah di wajahnya yang keriput..
sementara tangannya terulur untuk menyambut pelukan mesra Anita.

Perempuan yang sudah bersuami itu jatuh kembali ke atas tempat tidur.
Mereka berpelukan dan berciuman rakus, dengan cepat lidah keduanya saling menjulur untuk mengisap dan menjilat satu sama lain.
Di bawah.. tangan Pak Karta dengan senang hati merambat untuk mulai meraba-raba tonjolan payudara Anita yang terasa menghimpit kencang.

“Isep, neng..” bisik Pak Karta saat bibir mereka terpisah. Tanpa membantah Anita segera membungkuk dan menurunkan bibir..
untuk menelan batang kontol Pak Karta yang semakin mengacung tegak.. dan mulai mengisapnya dalam-dalam begitu sudah melahap semuanya.

“Ahh.. enak banget, neng!” erang Pak Karta penuh kenikmatan. Anita terus melumat benda panjang itu dengan kaki terbuka lebar..
membuka dirinya bagi jari-jari nakal Pak Karta yang mulai menyerang lembut di lubang vagina.

Dari satu jari.. kemudian menjadi dua.. meluncur dengan mudah ke dalam lorong vagina Anita yang sudah sangat-sangat basah.
“Ughh.. pak..!” Anita mendesis sambil mengencangkan otot-ototnya.. meremas jari-jari itu sekuat mungkin.

Pinggulnya menggeliat saat Pak Karta menggoda klitorisnya.. yang mana itu semakin membuatnya merintih dalam sensasi.
Dengan kepala terus bergerak ke atas dan ke bawah.. Anita melumat habis batang kontol Pak Karta.

Sesekali ia juga mengusap-usap telurnya.. menjilatinya.. sebelum lidahnya yang lincah kembali melingkar di batang penis..
lalu mendorong benda itu jauh ke dalam mulutnya.. bahkan sampai terasa menembus ke tenggorokan.

“Eh, neng..!?” Pekik Pak Karta saat merasakan tubuh Anita yang tiba-tiba menjadi kaku dan kemudian gemetar..
pinggul perempuan itu memutar.. sementara otot-otot di dalam liang vaginanya berkontraksi keras.

“Pak..! Arghmph.. ahmhp..” Anita mengerang sambil terus mengisap.
Waktu beberapa detik yang ia butuhkan untuk menggiring orgasmenya hingga sampai ke puncak ia habiskan dengan menjerit-jerit pelan.

Namun dorongan itu masih terus terjadi.. lagi dan sekali lagi.. sampai akhirnya mulai melambat dan kemudian berhenti sama sekali.
Sebagai hasilnya.. jari-jari Pak Karta jadi belepotan sekarang.

Anita melepaskan kulumannnya dan mengerang.. tubuh mulusnya masih terlihat gemetar saat Pak Karta kembali menggoda klitorisnya.
Ia lekas mencabut tangan nakal itu karena begitu kegelian.. lalu didorongnya masuk ke mulut Pak Karta.. meminta laki-laki itu agar mencicipinya.
“Gurih, neng..” kekeh Pak Karta sambil menjilatinya.. hingga bersih.

Anita segera menempatkan pinggulnya di antara kedua kaki Pak Karta dan berbisik mesra..
“Masukkan sekarang, pak..” pintanya dengan tangan menarik lembut batang kontol Pak Karta yang tampak basah oleh air liur.

Slebbb.. Pelan ia mendorong benda panjang itu ke bibir kewanitaannya dan menekan.
“Aughh..” Anita langsung mengerang dalam kesenangan saat ujung kontol Pak Karta mulai memenuhi lubangnya.

Butuh waktu lebih lama daripada yang ia harapkan sampai benda itu terbenam sempurna.
“Memek neng Nita memang yang terbaik..!”
Puji Pak Karta menanggapi otot-otot kewanitaan Anita yang mengembang dan mengempis memijiti batang penisnya.

Mereka terdiam untuk sesaat sebelum kemudian dengan satu gerakan pelan.. Anita mulai menggoyangkan pinggulnya.
Butuh waktu lama bagi Pak Karta untuk mencapai klimaks.. karena tadi ia sudah klimaks bersama Karin..
Namun justru itu yang sangat disukai oleh Anita. Semakin lama semakin baik.. semakin memuaskan dahaga birahinya.

Sambil terus menggoyang.. Anita tersenyum menatap Pak Karta yang berbaring tak berdaya di bawah tubuhnya.
Hanya tangan dan kontol laki-laki itu yang terlihat aktif.. selebihnya pasrah menerima apapun perlakuan Anita.

Perempuan itu sekarang memutar pinggulnya dengan sedikit lebih keras.. seperti ingin mengisap batang kontol Pak Karta lebih kuat lagi.
Klitorisnya yang mungil tampak menggoda indah.. terselip di antara rambut-rambut halus yang tercukur rapi di bagian atas.

“Ughh.. neng..” Pak Karta menyentakkan kepala ke belakang saat sebuah dorongan mulai terbentuk di ujung penisnya.
Anita yang mengetahuinya segera mendorong pinggulnya lebih cepat lagi.
Pak Karta membantu dengan meraih bagian belakang bokong Anita.. dan ikut mengayunkannya ke atas ke bawah.

Dengan antusias mereka terlihat sama-sama ingin saling memuaskan. “Mmm..”
Anita menunduk untuk mengambil bibir Pak Karta ke dalam mulutnya.

Sambil melumat.. pinggulnya juga terus bergerak secepat mungkin.. menabrak paha Pak Karta yang masih memegang bokongnya erat-erat.
Di saat Anita semakin melayang.. ketika itulah penis Pak Karta mulai memuntahkan segala isinya.

Semburan demi semburan cairan kental mengisi liang rahim perempuan cantik itu..
sementara Anita hanya bisa mendengus seperti binatang yang terluka.. sampai akhirnya ia ikut meledak juga melepaskan segala bebannnya.

Terengah-engah.. Pak Karta melepaskan pegangannya di pinggul Anita.. namun kini ganti memenceti kedua gundukan payudaranya secara bergantian.
Anita tersenyum dan mencium laki-laki tua itu sekali lagi..
sambil perlahan-lahan memisahkan tautan alat kelamin mereka yang terasa sangat lengket dan basah.

“Nikmat sekali, Pak..” ucap Anita sambil tersenyum.
“Maaf kalau bapak mencet bokong neng terlalu keras, habis enak banget sih..” balas Pak Karta.

“Nggak apa-apa, malah itu yang aku suka..” Anita tertawa.
“Kalau yang ini..?” Tanya Pak Karta sambil meremas-remas gemas tonjolan buah dada Anita yang terlihat membulat indah.

“Malah lebih suka lagi, apalagi kalau putingnya yang dimainin..” Anita meminta.
“Begini..?” Dan Pak Karta dengan senang hati mengabulkannya.

Dan begitulah, selama beberapa jam berikutnya.. Anita berkali-kali meminta kepuasan dari Pak Karta.
Dia tertawa seperti anak kecil ketika Pak Karta memuntahkan sperma di seluruh wajah dan rambutnya.

Anita juga tak ragu untuk mengisap dan menelan semua cairan itu begitu Pak Karta meledak di dalam mulutnya.
Meski masih sakit.. terbukti kalau Pak Karta begitu jantan dan memuaskan. Membuat Anita jadi tak menyesal telah bela-belain datang ke rumah sakit.

Sorenya Karin datang. Anita segera pamit pulang setelah terlebih dahulu mengurus biaya administrasi ke bagian keuangan.
Saat memandikan Pak Karta.. Karin sedikit heran mendapati kontol Pak Karta yang tak bisa berdiri tegak.

“Tumben, pak..?” Tanya Karin dengan tubuh setengah telanjang.
Kaos dan behanya sudah teronggok di lantai.. hanya menyisakan celana dalam saja.. menampakkan tubuh indahnya yang sungguh sempurna.

Namun.. meski sudah disuguhi pemandangan seindah itu dan juga dengan jari-jari tangan terus memenceti payudara Karin yang bulat padat..
kontol Pak Karta tetap saja layu.
Gimana nggak lemes, lha wong isinya sudah terkuras habis. Haha.. Karin sempat berpikir.. jangan-jangan ini ulah Anita.

Namun dia hanya memendam prasangka itu tanpa berani menanyakannya kepada Pak Karta.
Toh ia juga tidak punya bukti. Namun dalam hati ia bertekad untuk terus mencari tau.
---------

Pak Karta terbangun oleh sinar matahari sore yang menyelinap melalui jendela kamar tidur.
Ia memandang sekeliling.. menemukan dirinya berada di kamar tamu rumah Anita. Sudah dua hari sejak kepulangannya dari rumah sakit.

Untuk mempercepat kesembuhannya dan juga kemudahan perawatan.. Anita meminta Pak Karta agar tinggal di rumahnya.
Banyak kamar kosong di sana.

Karin masih merawatnya.. namun hanya di siang hari. Menjelang malam, perempuan muda itu akan pulang untuk menemani sang suami.
Mereka memang semakin akrab.. dan sudah tak terhitung berapakali tidur bersama.

Tapi Karin masih nampak malu-malu.. karena itulah Pak Karta tak ingin memaksa untuk mengumbar hubungan mereka.
Sampai detik ini.. Anita masih belum tau tentang hubungan itu.

Pak Karta melirik tempat tidur kosong di sampingnya. Karin sudah pulang rupanya.
Hanya ada catatan kecil yang ditempelkan di atas meja.. berisi intruksi cara meminum obat.

Juga sebuah benda yang seandainya saja Pak Karta memperhatikannya..
pasti ia tidak akan berani menggoda Anita yang sebentar kemudian masuk ke dalam kamar.

“Sudah bangun, Pak Karta..” sapa ibu muda beranak satu tersebut.
Pak Karta tersenyum mengiyakan.. dan segera menarik tubuh montok Anita ke dalam pelukannya.

“Suami neng masih lama kan pulangnya..?”
Anita membiarkan saja tangan nakal Pak Karta yang mulai meremas-remas gemas gundukan payudaranya.

Lelaki itu memang paling suka bermain-main di sana.. karena itulah Anita jarang memakai beha selama Pak Karta dirawat di sini..
terutama bila mereka sedang berdua seperti saat ini. “Masih 2 minggu lagi..” jawab Anita manja.. “Itupun kalau nggak molor lagi..”

Pak Karta sudah akan mempreteli pakaian perempuan itu saat Anita menepisnya..
“Makan dulu, Pak..” Anita berbisik. “Nggak boleh nunda-nunda, ntar Pak Karta malah gak sembuh-sembuh..“

“Aku mau makan ini aja..”
Dengan gemas Pak Karta menyundul-nyundul bulatan payudara Anita yang terasa empuk di depan hidungnya.

“Ihh.. Pak Karta gitu deh..” Anita menggelinjang..
terpaksa dibiarkannya lelaki itu menyusu sejenak sebelum ia menarik lepas putingnya dan memasukkannya kembali ke balik lindungan baju.

“Ayo, Pak..” Cepat ditariknya tubuh renta itu berdiri.
“Pengen..” Pak Karta menggelinjang manja dan ganti meremas-remas bongkahan bokong Anita yang sore itu hanya dibalut rok pendek tipis.

Dengan mudah ia menyingkapnya hingga bisa dipegangnya daging bokong Anita secara langsung.
“Pak Karta kebiasaan deh..” Menghela napas.. Anita membiarkan saja tangan lelaki itu bergerilya di bagian belakang tubuhnya..
sementara ia mulai menyuapi Pak Karta dengan nasi rawon yang ia bawa.

“Salah sendiri, punya tubuh kok bagus kayak gini..”
Sambil mengunyah makanannya.. Pak Karta tak henti-henti menggerakkan tangannya.

Ia jelajahi seluruh tubuh mulus Anita meski otot-ototnya masih terasa sakit dan kepalanya masih berdengung akibat kebanyakan tidur.
Namun itu sepertinya sama sekali tidak mengurangi gairah si lelaki tua.

Di luar.. mendung yang menggantung membuat udara berubah menjadi lembab dan hangat.
Pohon besar di depan rumah Anita berubah menjadi hijau setelah beberapa bulan lalu meranggas karena musim kemarau.

Angin lembut gemerisik menggerakkan dedaunan.. menutupi sinar matahari yang sudah sejak siang seperti enggan untuk menampakkan diri.
Tiba-tiba entah dari mana.. puluhan kupu-kupu berwarna-warni mengepakkan sayap mereka dalam hiruk-pikuk aktivitas.

Kemudian hampir berbarengan.. mereka mendarat di rumput di sekitar rumah Anita..
dengan pengecualian satu kupu-kupu tunggal yang bersayap paling indah. Dia mendarat di sebuah kelopak bunga mawar yang baru saja mekar.

Anita menatap kupu-kupu itu sambil membungkuk rendah..
membiarkan Pak Karta terus nenen di atas bongkahan payudaranya yang kini berubah menjadi sangat basah dan memerah.

“Satu lagi, Pak..” Anita memberikan suapan terakhir dan kemudian menaruh piringnya di atas meja.
Lalu sesuai instruksi di pesan Karin.. ia memberikan obat yang harus diminum oleh Pak Karta.

“Nggak usah minum obat..” namun Pak Karta mencoba menolak.. “Nenen gini terus, aku pasti cepat sembuh..”
Anita tersenyum.. “Pak Karta sembuh, ganti aku yang sakit..”

“Lho..?” Pak Karta mendongak.. namun tetap dengan puting Anita berada di dalam kenyotan genggaman mulutnya.
“Habisnya.. kan sakit terus diisep kayak gini. Bisa-bisa putingku habis dimakan sama Pak Karta..” Anita tertawa.

“Haha..” Pak Karta ikut tertawa dan meneruskan isapannya. “Lebih banyak enaknya daripada sakitnya..”
Anita terdiam tidak membantah karena itu memang benar.

Persetubuhannya dengan Pak Karta selalu diawali dengan saling isap seperti ini..
yang ujung-ujungnya pasti membuat Anita jadi tak tahan.. hingga akhirnya pasrah saja begitu didekap oleh Pak Karta.

Sama seperti saat ini.. di mana Anita sudah berbaring lemas di dalam pelukan lelaki tua itu..
siap menerima apapun perlakuan Pak Karta pada tubuh sintalnya.

Anita dengan cepat membuka mulutnya saat Pak Karta mulai menciumnya dengan penuh gairah.
Ia juga bisa merasakan kemaluan laki-laki itu yang mulai mengeras di depan perutnya saat mereka saling menggeliat di dalam pelukan.

Kemudian Anita kembali merasakan tangan Pak Karta yang meraih bulatan payudaranya..
meremas-remasnya lembut setelah sejak tadi mencucupinya.

“Ughh.. Pak..!” Ia pun mengerang oleh sentuhan itu..
apalagi setelah putingnya yang kini berubah menjadi keras dan sensitif dipilin-pilin ringan oleh Pak Karta.

“Ehm.. ahhh..!!” Pak Karta ikut mengerang.. suka dengan payudara telanjang Anita yang terasa begitu empuk dan hangat saat terkena himpitan jari-jarinya.
Ia terus mempermainkannya, tak peduli dengan kondisi kamar yang berangsur menjadi gelap karena hilangnya cahaya matahari sore.

“Isap lagi Pak..!” Anita menarik kepala Pak Karta ke gundukan payudaranya yang sudah terekspos jelas.
Dia mengerang saat merasakan bibir lelaki itu menangkap putingnya dengan keras dan mulai menyedot-nyedotnya ringan penuh nafsu.

Anita menarik kepala Pak Karta erat ke dadanya, memaksa lelaki itu agar menelan gundukannya sebanyak mungkin.
Sementara di bawah.. pantat Anita menggeliat kegelian.. menggesek keras kontol Pak Karta yang sudah semakin terbangun dan menegang kencang.

"Ohh.. Pak, a-aku pengen sekarang..” Anita mengerang. “M-masukkan ke dalam bokongku..!” Desahnya nyaris berteriak.
“Eh, b-bokong..?” Pak Karta mendelik, menyadari apa yang barusan dikatakan oleh Anita.

“Neng pengen bapak masuk di bokong..?” Tanyanya dengan suara gemetar.
“Ya..” Anita mengangguk yakin.. “aku mau kontol Pak Karta nusuk di pantat, sekarang..!”

“K-kenapa, emang memek neng sakit..?”
Tanya Pak Karta lugu.. takut percintaan mereka yang ugal-ugalan selama beberapa hari terakhir membuat kemaluan Anita robek atau apa.
“Sudah.. pokoknya lakukan saja..!” Dengus Anita sambil tangannya terulur ke bawah dan mulai membuka kain sarung Pak Karta.

Dengan cepat ia pun mendapatkan kontol hitam panjang yang sudah menegak dan mengeras sepenuhnya..
menempel indah di antara kedua pahanya yang putih mulus.

“Cepat lakukan, Pak..” Anita merintih sambil menjepit kontol Pak Karta di antara pangkal pahanya.

Dengan gerakan maju-mundur ia basahi ujung benda yang berdenyut kencang itu dengan cairan lembut..
yang mulai mengalir keluar dari bagian tengah celah kewanitaannya.

“Ahh.. neng Nita..!” Pak Karta mengerang saat merasakan memek Anita seperti mengisapnya.. perlahan menelannya meski cuma sebatas ujung.

Anita mengulurkan tangan dan meremas lubang kencingnya erat-erat.. memaksa lebih banyak lagi cairan kental yang keluar..
sebelum kemudian melarikan jarinya di kepala penis Pak Karta yang masih menyundul-nyundul ringan dan menutupi ujung benda itu dengan jus licinnya.

Sisanya ia oleskan ke lubang pantatnya sendiri hingga jadi sama-sama basah.
“Masukinn sekarang, Pak..!” Anita bangkit dan membiarkan batang kontol Pak Karta pindah ke lubang duburnya. “Tembus bokongku..!”

“Neng..” Pak Karta mengerang saat merasakan pantat Anita terbuka di atas kepala kemaluannya.
Dia merasakan betapa lubang itu begitu mungil dan sempit.. seperti meremas kuat batang kemaluannya hingga jadi sudah untuk digerakkan.

“Ohh..!!” Anita ikut mengerang. Dia sepertinya merasa sedikit kesakitan namun memaksa untuk terus menekan secara perlahan-lahan.
Menelan batang penis Pak Karta untuk yang pertamakali ke dalam pantatnya ternyata sangat sukar untuk dilakukan..
tidak sesuai dengan bayangannya saat menonton video porno tadi.

Namun dengan usaha yang terus-menerus dan tak kenal lelah.. pantat Anita yang awalnya kering dan menolak..
perlahan mulai membasah dan terbuka.. membiarkan kepala penis Pak Karta menyelinap masuk saat pelumas mereka mulai bekerja.

“Augh.. neng..!” Pak Karta memekik tanpa ragu.. tak pernah merasakan sesuatu yang senikmat ini.
Ia bisa merasakan lubang hangat Anita seperti mengisap kuat batang kemaluannya.. memintanya untuk pergi lebih dalam dan lebih dalam lagi..
bahkan jauh hingga ke pangkal pantat.

Pak Karta tidak bisa percaya betapa hangat dan ketatnya benda mungil itu.. jadi seperti main dengan perawan saja layaknya.
Tapi ngomong-ngomong.. lubang dubur Anita memang masih perawan, ding..!

“Pelan-pelan, Pak.. ahhh..” Anita merintih saat merasakan kontol Pak Karta terus bergerak masuk ke dalam tubuhnya.
Benda yang besarnya hampir duakali lipat dari milik suaminya itu seperti merobek dan menghancurkan duburnya.

Namun Anita bertekad tidak menyerah.. karena memang itu yang ia cari.
Kontol panjang Pak Karta menyentuhnya di semua tempat yang tepat.. sesuatu yang tak pernah bisa dilakukan oleh Danu.

“Ahh..” Keduanya mengerang saat Anita mulai menggerakkan pantatnya naik-turun.
Payudaranya tampak berayun bebas saat ia terus menekan.. yang langsung dipegangi dan diremas-remas gemas oleh Pak Karta.

“Ehm.. enak banget, neng..” gumam Pak Karta sambil merem melek menikmati tusukan batang penisnya yang jauh di dalam rongga pantat Anita.

Mereka terus saling menghujamkan pinggul masing-masing.. ketika pintu kamar tiba-tiba terbuka.
Tanpa permisi.. Karin menyalakan lampu kamar tanpa pernah tau ada sesuatu yang sedang terjadi.

Suasana kamar yang gelap membuatnya mengira kalau di sana tidak ada orang.. karena Pak Karta memang lebih suka tidur dengan lampu tetap menyala.
Pyarr..!! “Eh..!? A-apa.. m-maaf..” Karin memekik kaget dan mencoba untuk berbalik.

“Lho..?” Pak Karta mendesah bingung.. sementara Anita cepat-cepat menarik roknya yang ke bawah..
untuk mencoba menutupi bulatan pantatnya yang masih terisi penuh oleh batang penis Pak Karta.

Namun Karin sudah telanjur melihat semuanya.
Meski sekarang Anita tampak hanya duduk di atas pangkuan Pak Karta.. Karin tau kalau sebenarnya alat kelamin mereka masih saling bertaut erat.
Apalagi tonjolan payudara Anita juga masih tetap menggantung bebas.. menunjukkan apa yang sebenarnya sedang mereka lakukan.

Pak Karta terlihat sangat malu. Meski tak keberatan hubungannya dengan Anita terkuak.. namun ia tetap rikuh juga dipergoki seperti ini.
Apakah yang akan dia lakukan dengan penis masih tertanam dalam di lubang pantat mulus Anita..?
Adakah alasan yang bisa ia gunakan sebagai pembenar perbuatan nista ini..?

Di saat masih berupaya memikirkan alasan yang masuk akal.. Karin sudah berkata.. “Oh, maaf..” perempuan muda itu mundur selangkah ke belakang.
“Aku tidak tau kalau ada orang..” katanya lirih. “Maaf kalau mengganggu..”

“Eh.. tidak, eh.. kami hanya.. hanya menikmati sore berdua..” kata Anita.. berusaha untuk tidak tertawa.
Dia tetap duduk diam pada batang kontol Pak Karta, namun dengan dinding-dinding kemaluan digerakkan seperti memijat.

Alhasil.. Pak Karta jadi ikut memekik tertahan.
Penisnya yang seharusnya menyusut.. tetapi dengan memek Anita yang terus berdenyut seperti itu.. malah menjadikannya jadi sekeras batu.

Pak Karta berharap bahwa Anita akan menjelaskan semuanya kepada Karin.. tapi ternyata perempuan itu tidak mengatakan apa-apa.
Padahal Karin sudah menanti sambil bersandar di pintu.. dengan mata terus menatap tanpa berkedip kepada mereka berdua.

“Tumben malam-malam ke sini..” tanya Anita sambil berusaha untuk tidak tersenyum.
Posisi duduknya sekarang berubah; sedikit mengungkapkan belahan pahanya yang putih mulus.. yang bermandikan oleh lendir bening.
Karin bahkan hampir bisa menatap vagina telanjang milik Anita yang sepertinya sangat membutuhkan sebuah sentuhan.

“Ehm.. k-kunci rumahku ketinggalan..” Karin menunjuk dua buah anak kunci yang tergeletak di samping kertas pesan..
dengan mata masih menatap tak berkedip dan celah vagina yang mulai berdenyut-denyut pelan.

“Kau suka dengan apa yang kau lihat..?” Tanya Anita santai.. seperti mendustakan belahan memeknya yang menetes semakin deras.
“Itu.. eh, eh.. entahlah..” suara Karin meninggi.. namun sangat yakin bakal menyukai apapun yang sedang terjadi di bawah rok pendek Anita.

“Sini..” Anita melambaikan tangannya.. mengajak Karin untuk ikut bergabung.
“Ah, a-aku..” Karin nampak tergagap.. namun kakinya sudah melangkah maju ke depan.

“Perhatikan saja, nanti kamu akan dapat giliran..” Mengerang tertahan.. Anita mulai menggerakkan pinggulnya kembali.
Ia membenamkan wajahnya yang rupawan di leher kurus Pak Karta begitu alat kelamin saling bergesekan.

“Ehm, neng Nita..” bisik Pak Karta karena merasakan pantat Anita yang mulai memeras batang kemaluannya secara berirama.
Di balik hamparan rok.. pinggul Anita terus bergerak maju-mundur.. hampir tak kentara.

Pak Karta menggigil saat merasakan lidah perempuan itu yang perlahan-lahan bergerak dari leher menuju ke telinga..
dan tubuhnya langsung merinding begitu Anita mencucupnya kuat-kuat.

“Ughh..” lelaki itu mengerang. Ia balas menggerakkan pinggulnya melawan naik sedikit..
hingga bisa ia rasakan ujung batang penisnya yang berkali-kali membelai lembut pangkal pantat Anita.

Rasanya sungguh luar biasa.. apalagi saat Anita ternyata tidak cuma mengayun..
tapi juga menyelingi genjotannya dengan mulai bergerak memutar dalam lingkaran kecil.

Kenikmatan itu hampir terlalu banyak bagi seorang Pak Karta yang tidak biasa dimanjakan.
Ia pun mengerang tertahan dalam bisikan serak.. tapi cukup keras bagi Karin untuk mendengarnya. “Terus, neng..! Ughh.. enak bener..!”

Mata Karin terbuka lebar menyaksikan semua itu.
Dengan rok Anita yang kini kembali tersingkap.. bisa dilihatnya batang penis Pak Karta yang terus bergerak..
menembusi lubang mungil di bokong bulat perempuan cantik itu.

Sudah lama sebenarnya Karin mendambakan hal serupa; ditusuk oleh kontol besar di lubang belakang..
namun ia tidak pernah kuasa untuk mengutarakannya.. baik kepada Pak Karta maupun kepada suaminya sendiri.
Padahal.. semua pria pasti juga senang kalau misalnya diminta.

Dan sekarang.. begitu menatap dengan mata kepala sendiri..
– dan menyaksikan dengan tidak percaya bahwa Anita berani melakukannya..– Karin jadi kepingin juga.

“Ughh.. terus, Pak Karta.. enak..” erang Anita sambil terus menggoyang.. sementara kepalanya kembali dibenamkan di leher laki-laki tua itu.

Pak Karta senang dengan kepala Anita yang menghalangi pandangannya.
Ia tidak ingin Karin melihat wajahnya yang sekarang sedang berkerut penuh nafsu.. berusaha mati-matian agar tidak klimaks dalam waktu dekat.

Namun pantat ketat Anita yang terus memerah batang kemaluannya benar-benar membuat Pak Karta jadi melenguh sengsara.
“Ehmm..” Karin tetap menatap dengan rasa kegembiraan yang terus tumbuh.

Dan seiring waktu yang berlalu.. ia pun jadi tidak tahan lagi.
Pelan Karin menggelincirkan satu tangannya ke bawah dan menyelipkan di antara kedua kakinya.

Jari-jarinya dengan pintar merambat tepat ke bibir vagina yang mulai membengkak dan meneteskan cairan bening.
“Oughh..” Perempuan muda itu mengerang pelan dan semakin membuka kakinya begitu mulai memasturbasi diri sendiri.

Anita yang mendengar erangan itu, segera menoleh dan memandang takjub.
Dia tersenyum saat mata mereka bertemu. Bisa dilihatnya tangan lentik Karin yang sekarang bergerak cepat di antara kedua kakinya.

Jari-jarinya bergetar untuk semakin menarik lebih banyak cairan kewanitaannya yang mengalir keluar.
Pemandangan itu kontan membuat Anita terpesona.

Memang dia sudah sering melihat wanita lain memuaskan diri sendiri –terutama Sari..– tapi menonton perempuan muda seperti Karin bermasturbasi..
seperti memiliki keasyikan tersendiri.. yang tak terasa semakin membuat liang vaginanya berdenyut cepat..
dan meneteskan cairan bening ke telur kembar Pak Karta yang tersia-sia.

Tidak ada lagi rahasia mengenai apa yang sedang terjadi.
Karin menatap penuh pengertian pada Anita yang terus menancapkan diri ke kontol besar Pak Karta.

Dengan tak tau malu.. nafsu tampak memenuhi kedua matanya.
Begitu juga dengan Karin.. hingga mereka pun saling melempar senyum saat pandangan keduanya kembali bertemu.

Sementara itu.. Pak Karta berusaha mati-matian untuk menahan klimaksnya.
Matanya tertutup rapat.. dan sepertinya itu tidak sia-sia karena beberapa detik kemudian bisa didengarnya Anita yang mengerang di lehernya. .
“Oh, Pak.. aku nggak tahan lagi..” Memek perempuan itu berdenyut cepat saat memuntahkan cairan orgasmenya.

“Ohh.. ohh.. ahh..” Hampir delapankali.. Anita mengirim cairan cinta itu untuk membasahi tubuh dan perut Pak Karta.
Sambil mengerang, ia seperti sengaja meremas-remas batang penis lelaki itu yang masih menancap kuat di lubang pantatnya.

Pak Karta mengertakkan gigi.. tapi tidak ada yang bisa ia lakukan untuk menghentikan klimaksnya.
Begitu lubang dubur Anita membelai kemaluannya dari atas ke bawah.. crott.. crott.. crott..
ia pun melepaskan semua spermanya yang terpendam jauh ke dalam lubang pantat perempuan beranak satu tersebut.

“Ohh.. aduh, aduduh.. auw.. aughh..”
Anita semakin mengerang saat merasakan pantatnya terisi oleh cairan sperma Pak Karta.. membuat klimaks lain kembali menyalip dirinya.

Pak Karta merasa seperti sedang melepaskan jiwanya ke pantat perempuan cantik itu.
Kemaluannya terus berdenyut dan menyemprot berkali-kali.. hingga ia tak bisa menghitung lagi.

Setiapkali kemaluannya berdenyut.. pantat Anita menjawab dengan meremas dan memaksanya mengeluarkan semburan berikutnya.
Tubuh renta Pak Karta terus terkejang-kejang.. tidak tau lagi kalau saat itu ia sedang ejakulasi di pantat mulus Anita.
Atau ia sudah tak peduli lagi karena rasanya memang sama-sama nikmat.

“Wow..” bisik Anita saat merasakan kontol Pak Karta terus berdenyut dan menyemprotkan segala isinya.
Dia pun menunduk dan mencium lelaki itu dengan penuh gairah.
-----------------------------------
 
--------------------------------------------------------

Cerita 106 – Hasrat Tak Tertahan

Part 07

Ketika bibir mereka terpisah.. barulah Pak Karta melirik ke arah pintu. Sudah tidak ada orang di sana.. Karin telah pergi.
Pak Karta menggeleng masih dengan kepala seperti berputar.
Apakah Karin benar-benar berada di sana..? Pikirnya. Itu bisa saja hanya mimpi.. ya.. mimpi yang sangat menyenangkan.

Namun Anita yang bangkit berdiri segera menemukan Karin yang duduk menunggu di ruang tamu.
Semua memang nyata.. senyata peristiwa bahwa kini mereka sudah sama-sama tau rahasia masing-masing.

Merasa tidak bisa mundur lagi.. Anita pun melangkah mendekat dan duduk di samping perempuan muda itu.
“Maaf kalau sudah membuatmu tidak nyaman..” Pelan.. Anita berkata terus terang.. menceritakan segala hubungannya dengan Pak Karta.

Dan Anita juga mendengarkan dengan cermat saat Karin juga mengatakan hal yang sama.. sesuatu yang sudah bisa diduganya sedari dulu.
Tidak mungkin Pak Karta yang berdarah panas akan membiarkan saja gadis cantik seperti Karin tidak terjamah.. pasti akan ada apa-apa diantara mereka.
Dan semuanya terbukti sekarang.

Namun Anita masih bersikap hati-hati.. tidak ingin memaksa kalau Karin memang tidak ingin.
Sepertinya dia tipe pemalu.. tidak seperti Sari yang langsung mau begitu memergoki Anita yang sedang berselingkuh.

Khusus untuk gadis ini.. Anita akan berlaku lebih sabar.
Karin memang tidak menolak seks; dia hanya takut untuk mengumbar nafsunya.

Mereka terus berbincang sambil menikmati minuman yang disajikan oleh Anita. Keakraban yang mulai terjalin membuat keduanya jadi seperti tak berjarak..
Anita memanfaatkan hal tersebut dengan mulai menggiring Karin untuk mengikuti rencananya.
Dan Karin yang pada dasarnya memang lugu.. dengan mudah terjebak.

“Kenapa tadi nggak langsung gabung..?” Tanya Anita.
“S-saya masih malu, mbak..” jawab Karin.

“Sekarang masih malu..?” Goda Anita.
Karin tersenyum kikuk. “Nggak sih, cuma ..”

“Kau percaya padaku..?” Desak Anita. Karin mengangguk.
“Kalau begitu, lakukan apa yang kuminta..”

Anita tersenyum 'culas' dan melanjutkan.. “Buang semua keraguanmu di belakang dan ikutlah denganku.
Aku tidak keberatan berbagi tubuh Pak Karta denganmu..”

Karin mendelik.. namun tetap mengangguk mengiyakan. “B-baik, mbak..”
“Oke, kita mulai besok. Sekarang Pak Karta masih capek..”

Anita tersenyum gembira, lalu berbisik pelan.. “Begini rencananya..”
Ia menyampaikan apa yang harus dilakukan Karin besok agar mengubah hidup mereka menjadi lebih baik.
---------

Pagi-pagi, Anita sudah masuk ke kamar Pak Karta. Biasanya Karin yang datang lebih dulu, tapi hari ini beda.
“Ada apa, neng..?” Tanya Pak Karta heran.. dia bahkan masih tertidur lelap tadi.

“Aku punya kejutan buat Pak Karta..” jawab Anita dengan mata berkilau.
“Apa..?” Pak Karta menatap penasaran.
“Tunggu di sini..”
Anita mencium laki-laki itu dengan cepat dan kemudian melangkah keluar untuk menjemput Karin yang sudah menunggu di ruang tengah.

Di dalam kamarnya.. Pak Karta bertanya-tanya apa sekiranya kejutan yang telah disiapkan oleh Anita.
Apakah Sari yang datang kemari..? Karena sejak kehamilannya yang semakin beranjak besar.. istri Tarno itu jadi jarang mampir.
Pak Karta jadi sangat merindukannya.. sama sekali tidak tau kalau sebenarnya Sari sudah dipuaskan oleh Budi.. adik iparnya sendiri.

Lagi enak-enaknya melamun.. pintu kamar tiba-tiba terbuka.
Pak Karta segera mendongak dan melihat seorang wanita cantik berdiri di ambang pintu.

Dia mengenakan sweater putih ketat dengan beberapa kancing dibuka untuk menampakkan gundukan dadanya yang begitu besar dan curam.
Dari rambutnya yang terpotong pendek dan berwarna coklat.. Pak Karta bisa menduga kalau itu adalah Anita.

“Apa kejutannya, neng..?” Ia segera menagih janji perempuan itu.
Namun yang ditanya tidak menjawab. Pak Karta sudah akan bertanya lagi saat dilihatnya Anita mengintip dari sudut pintu.

Tiba-tiba ia pun tersadar; perempuan yang sekarang berdiri di hadapannya ini bukanlah Anita. Lalu siapa?
“Pagi, Pak Karta..” sapa perempuan itu. “Apa bapak suka dengan penampilanku yang baru..?”

Ia berbalik dan memutar tubuhnya yang sungguh indah. “K-Karin..?” Gumam Pak Karta dengan mata melebar.
“Nggak usah melongo, Pak. Nanti kemasukan laler lho..” canda Anita sambil mendorong tubuh mulus Karin ke dalam kamar dan menutup pintunya.

“A-aku nggak tau harus bilang apa, tapi...kau nampak cantik..” puji Pak Karta.
“Dan tentunya semakin menggairahkan juga, kan..?” Senyum Anita.

“I-iya, tentu saja..” jawab Pak Karta masih sambil tak berkedip..
sama sekali tak menyangka akan diberi kejutan seperti ini di pagi buta yang masih teramat dingin ini.
“Terimakasih..” kata Karin, wajahnya berubah menjadi merah.

“Karin ingin gabung dengan kita..” kata Anita.. “Pak Karta nggak keberatan kan..?”
“Eh, tidak.. tentu saja tidak.. mm, maksudku..” Pak Karta tergagap.

Anita berjalan mengitari ranjang dan membuka jendela yang berada di sudut. “Karin, kemarilah..” perintahnya lembut.
“Eh, i-iya..” Karin menjawab malu-malu. Dia melangkah ragu dan berdiri di depan Pak Karta yang masih berbaring diam.

“Ayo, aku akan membantumu..” kata Anita memberi semangat.
Pak Karta menyaksikan dengan takjub dan mata terbelalak begitu Karin duduk di kakinya.

Dia menatap wajah Anita yang masih tersenyum.. “Ada apa ini..?” Tanyanya bingung.
“Ssst..” Namun Anita hanya memberinya gelengan kepala.. “Ayo, Karin, lakukanlah..” bisiknya pada si perempuan muda.

Sekali lagi Pak Karta mengamati saat Karin mengulurkan tangannya yang gemetar dan mulai membuka kain sarungnya.
“K-Karin..” gagap Pak Karta tak percaya.

“Lanjutkan, Rin, nggak usah takut. Ambil dan keluarkan kontol Pak Karta..” kata Anita.
Pak Karta jadi tak bisa berkata lagi.

Dengan mata tak berkedip diperhatikannya Karin yang duduk di antara kedua kakinya dan mulai membuka kain sarungnya.
Baik dia maupun Karin langsung melompat begitu tangan hangat perempuan muda itu menyentuh batang kontol Pak Karta yang masih meringkuk dingin.
Namun karena sensasinya.. sebentar saja benda itu sudah mulai mengeras begitu Karin menariknya keluar.

Karin tidak percaya bisa melakukan ini. Memang sudah sering ia memegang kontol besar Pak Karta..
bahkan juga menikmatinya.. namun tidak pernah berpikir akan ditonton oleh perempuan lain seperti Anita.

Karin bisa merasakan jantungnya berdebar-debar kencang..
apalagi saat melihat kemaluan Pak Karta yang terus tumbuh membesar di dalam genggamannya.

“Kocok, Rin..” Anita berkata.. dan tanpa membantah Karin melakukannya. Dia mulai menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah..
membuat kepala penis Pak Karta berubah menjadi kemerahan dan membengkak lebih besar lagi.

Ketika didengarnya lelaki itu mengerang, Karin tau bahwa dia sudah melakukan hal yang benar.
Selarik cairan bening tampak mulai muncul dari celahnya yang sempitnya.. Karin menatapnya sebelum kemudian berpaling kepada Anita.

Wanita yang lebih tua itu mengangguk dan tersenyum.. memberi keleluasan bagi Karin untuk melakukan apa saja.
Ikut mengangguk, perempuan muda itu pun mencondongkan tubuhnya ke depan dan menggunakan lidahnya untuk menjilat tetesan lengket tersebut.

“Ohh.. Karin..!” Pak Karta mengerang tak tahan melihat Karin yang mulai menjilati batang kemaluannya.
“Telan semua, Rin.. masukkan ke dalam mulutmu..!” Anita memerintahkan.

Karin tampak ragu-ragu untuk sesaat.. ia menghela napas panjang untuk mengumpulkan keberaniannya yang terserak.
Setelah beberapa detik.. barulah dia membuka mulut dan menelan ujung kontol Pak Karta pelan-pelan.

Bisa didengarnya Pak Karta yang terus mengerang ketika benda itu semakin masuk ke dalam mulutnya.
Meski sedikit tidak bisa bernapas.. Karin terlihat gembira karena sudah bisa melakukannya.

Dia pun mengencangkan bibirnya di sekitar kepala penis Pak Karta dan mulai mengisap pelan-pelan.. bahkan sampai pipinya ikut tertarik ke dalam.
Pak Karta yang sudah sering merasakan isapan Karin.. mencoba untuk tidak menggerakkan pinggulnya.

Bisa dirasakannya lidah basah perempuan muda itu yang mulai bekerja pada celah kecil di ujung kejantanannya.
“Ohh..” Pak Karta mengerang.
“Ya begitu.. jilat terus, Rin..” kata Anita.. masih bertindak seperti guru yang pintar.

Karin melepas kontol Pak Karta dari dekapan mulutnya dan mengacungkannya di depan wajah.
Matanya terlihat berkaca-kaca oleh nafsu. Lidahnya perlahan menjulur keluar dan mulai menjilati kemaluan Pak Karta dari bawah ke atas.

Dia juga memegang kontol itu dengan begitu ketat dan mengocok-ngocoknya ringan..
sementara mulutnya terus menjilat seperti sedang menikmati es krim batangan.

“Aughh..” Pak Karta mengigau senang menyaksikan Karin yang terus membasahi batang kemaluannya.
Lidah perempuan muda itu terus bergerak bebas sementara air liur kental mulai menetes-netes melapisi di sana.

“Buka bajumu, Rin..” bisik Anita. Karin duduk kembali dan perlahan-lahan mulai membuka sweternya.
Tangannya gemetar saat ia meraba-raba di setiap kancing.

Pak Karta yang selama ini tidak menyadari betapa besar payudara Karin karena ia hanya memegang dan menikmatinya saja..
tanpa pernah tau ukuran yang sebenarnya..
sekarang memperhatikan dengan mata tak berkedip begitu Karin sudah duduk diam di depannya dengan tubuh telanjang.

Perempuan muda itu menunduk untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.
“Ohh..” Pak Karta tersentak saat ia menatap sepasang payudara tercantik yang pernah dilihatnya.

Benda itu terlihat begitu putih.. juga mulus sekali.. jelas tidak pernah terkena sinar matahari.
Putingnya yang memerah memang masih sangat mungil.. namun justru itu yang semakin menambah keindahannya..
menunjukkan kalau payudara Karin memang masih utuh dan jarang terjamah.

Pak Karta merasa kemaluannya semakin berdenyut di kala ia terus menatap.
Anita mendekat untuk ikut membantu. “Cantik, kan..?” tanyanya sambil menyentuh bahu Karin.

Ia bisa merasakan tubuh perempuan muda itu sedikit menegang..
namun Anita terus melanjutkan aksinya dengan menyelipkan tangan ke bawah bulatan payudara Karin dan menyentuhnya ringan.

Anita terkejut ketika menyadari puting Karin sudah sangat menegang. Tubuh Karin gemetar dengan wajah semakin memerah.
Dadanya naik-turun oleh kegembiraan melihat Pak Karta yang memandang gundukan payudaranya tanpa berkedip sedikit pun..
terlihat begitu menyukai dan sangat menginginkannya.

Karin belum pernah merasa begitu bergairah seperti saat ini..
melihat kontol besar Pak Karta yang berkedut semakin cepat hanya dengan memandangi gundukan payudaranya.

“Kocok kontol Pak Karta dengan susumu, Rin!” Anita kembali berbisik. Karin tersentak oleh perintah itu, namun segera melaksanakannya.
Tanpa melihat ke atas, ia naik ke lutut Pak Karta dan mencondongkan tubuhnya ke depan.

Karin menggumam tak jelas begitu merasakan payudaranya mulai menyentuh kontol besar laki-laki tua itu.
Dia melihat Pak Karta bergeser sedikit untuk memberinya sudut yang lebih baik.

Karin menyambut dengan menggunakan gundukan payudaranya untuk menjepit batang penis si lelaki tua dan mulai menggosoknya..
naik-turun secara perlahan-lahan.

“Ahh..” Pak Karta mendesah tak percaya menyaksikan Karin yang biasanya ‘sopan’ kini menggosokkan bulatan payudara di batang kemaluannya.
Kenikmatan kulit halus Karin di kemaluannya membuat Pak Karta ingin menutup mata.. namun ia juga tidak ingin melewatkan peristiwa langka ini.

Jadi ia pun tetap menatap untuk menyaksikannya dengan sepuas mungkin.
“Enak nggak, Pak..?”

Tanya Anita begitu melihat Karin mengambil salahsatu bulatan payudaranya dan menggosokkan ujung batang kemaluan Pak Karta ke sana.
“Ohh, nikmat sekali..” erang Pak Karta kegelian.

Setelah tonjolan putingnya menjadi basah oleh cairan pre-cum.. Karin kembali meremaskan kedua bukit payudaranya ke batang Pak Karta.
Ia membungkus kontol panjang itu dengan dagingnya yang lembut dan hangat..
sebelum kemudian mulai menggerakkannya kembali ke atas dan ke bawah secara berulang-ulang.

“Jilat lagi, Rin. Tuh, masih ada ujungnya yang nongol dikit..” kata Anita yang melihat dari atas bahu Karin.
“Mmm..” Karin mengerang saat ia membuka mulut untuk menelan kepala penis Pak Karta yang terasa semakin berdenyut kencang.

Dia terus menggerakkan payudaranya naik turun sambil mulai mengisapnya keras-keras. Dengan lidahnya.. Karin menutupi ujung penis itu.
“Oh, Karin..” Pak Karta mengerang memperingatkan. “Eh.. a-aku.. mau.. arghh..!!”
“Keluarin aja, Pak. Nggak usah ditahan. Karin juga pengen minum spermamu, bener kan, Rin..?” Kata Anita nakal.

“Mmm..” Karin mengerang lagi, ia tidak bisa menjawab karena mulutnya penuh oleh ujung kontol Pak Karta.
Namun dia terus menekan gundukan payudaranya.. menggiring Pak Karta agar semakin dekat dengan titik klimaksnya.

“Oh ya, ohh.. a-aku akan.. oh di sini.. sekarang..!" Pak Karta mengerang saat kemaluannya semakin berdenyut kencang.

Dia bisa merasakan aliran lahar panas mulai meninggalkan telurnya dan dengan cepat mengalir ke atas batang penis. Crott.. crott.. crott..
Rasanya seperti kepala kemaluannya akan meledak oleh sebuah semburan kencang saat spermanya menyemprot ke dalam mulut Karin.

Karin merasakan hantaman pertama.. lalu disusul oleh semburan berikutnya yang tidak kalah kencang.. dan kemudian lagi dan lagi.
Begitu banyak dan kental. Karin pasti akan tersedak andai tidak mempersiapkan diri dengan menutup saluran tenggorokannya.

Mulutnya dengan cepat menjadi penuh.. Gglukk.. Karin segera menelan semuanya begitu sperma itu mulai berhenti mengalir.
“Arghh..” Saat itulah, tiba-tiba Karin merasakan lubang vaginanya ikut berdenyut kencang. Ia segera menutup lutut begitu tubuhnya mulai menggigil.

Namun tetap saja.. cairan cintanya menyembur deras.. membasahi paha dan kaki Pak Karta yang masih tersentak-sentak pelan.
Karin melongo bingung..
tak pernah menyangka akan bisa klimaks hanya dengan menjepit kontol besar Pak Karta menggunakan mulut dan bongkahan payudaranya.

“Uhh.. s-sudah..” Pak Karta mengerang dan mendorong mulut Karin dari batang penisnya yang kini mulai menjadi layu.
Karin melepasnya setelah terlebih dahulu menjilat tetes terakhir dari kemaluan itu dan menelannya dalam satukali tegukan cepat.
Mulutnya terasa begitu lengket.. namun anehnya Karin sangat menyukai sensasi tersebut.

“Wow..” hanya itu yang bisa dikatakan oleh Pak Karta. Dia menunduk dan melihat Karin menatapnya untuk pertamakali.
Perempuan muda itu menggunakan punggung tangan untuk menyeka mulutnya yang masih nampak basah dan kemudian tersenyum malu-malu.

“Ok, cukup untuk saat ini..” kata Anita sambil membantu Karin bangun dan memakaikan kembali sweternya.
“Nanti kita lanjut lagi. Tapi sekarang, Karin harus membantuku memasak sarapan..”

Anita mencium pipi Pak Karta sekilas dan mengedipkan matanya.
“Tunggu kami kembali..” katanya pelan sambil keluar dari pintu, dan Karin mengikutinya.

Sehabis sarapan.. Karin mengajak Pak Karta untuk pindah ke ruang tengah.
Di sana mereka berbincang sambil menonton televisi. Anita menemani dengan duduk di samping kiri Pak Karta.

Ia menggapit tubuh kurus lelaki tua itu sambil sesekali tangannya bertindak nakal;
dari celah celana pendek, jari-jarinya mulai bergerak naik ke atas, tepat ke arah selangkangan Pak Karta yang masih melemas malas.

Pak Karta melirik ke samping untuk melihat apakah Karin menyadari aktivitas mereka.
Ketika ia melihat bahwa perempuan muda itu asyik menonton film..
ia pun santai dan meluruskan kakinya agar tangan Anita semakin mudah meluncur masuk ke celana pendeknya.

Pak Karta harus menekan erangan ketika tangan Anita mencapai kemaluannya yang perlahan mulai membengkak dan memanjang penuh.
Dan benda itu semakin menegang begitu Anita melilitkan tangan di sana untuk mulai mengocoknya sedikit lebih cepat.

“Hihi..” Anita tersenyum. Sambil terus membelai.. ia berpura-pura tetap menonton film.
Dia bisa merasakan vaginanya mulai membanjir saat ia memainkan batang kontol Pak Karta.

Di setiap kocokannya.. Anita bisa merasakan kalau benda panjang itu mulai berdenyut-denyut pelan.
Ia pun menggunakan jari-jarinya untuk mengusap kepalanya yang gundul.. mencoba menciduk cairan kental yang keluar dari lubangnya yang mungil.

“Aghh..” perbuatan itu membuat Pak Karta jadi susah untuk berkonsentrasi. Dia berusaha untuk tetap bersikap santai..
Tapi masih bisa merasakan wajahnya terbakar saat ia duduk hampir telanjang di antara dua perempuan cantik.

Matanya tertutup dalam kenikmatan saat Anita menggunakan telapak tangannya..
untuk mengoleskan cairan jusnya yang berlimpah di permukaan batang penisnya yang sensitif.

“Pak Karta nggak apa-apa..?” Tanya Karin saat melihat napas Pak Karta yang tiba-tiba berubah menjadi berat.
“Ah, iya, aku..” Pak Karta terduduk kaku.. tak tau harus menjawab apa..
Huahh..! Iia langsung terlonjak ketika merasakan tangan lentik Karin ikut membelai belahan pahanya yang lain.

Diliriknya perempuan muda itu.. Karin balas menatap sambil tersenyum.
Lalu perlahan tangannya bergerak naik ke atas.. tepat menuju ke batang penis Pak Karta yang sedang diremas-remas gemas oleh Anita.

Napas Pak Karta menjadi semakin tidak menentu begitu tangan Karin meluncur lebih dekat dan lebih dekat dengan batang kemaluannya.
Ketika ia pikir tangan perempuan muda itu akan bersentuhan dengan jari-jari mulus Anita.. secara misterius Anita memindahkan tangannya.

Ia melepaskan batang penis Pak Karta dari dalam genggamannya. Seperti sudah bersepakat.. Anita membiarkan Karin melanjutkan pekerjaannya.
“Ughh..!” Pak Karta hampir melompat begitu Karin mulai melilitkan tangan di batang kemaluannya yang terasa semakin menegang.

Dia tidak bisa menahan erangan saat Karin meremas benda panjang itu dan perlahan-lahan mulai menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah seperti yang dilakukan oleh Anita beberapa detik sebelumnya.

Anita mencoba menahan tawa saat duduk di sana.. mengetahui apa yang sedang terjadi.
Dia tau bahwa Pak Karta sangat malu tetapi juga begitu bersemangat.

Setelah beberapa menit.. Anita pun menjatuhkan tangannya untuk ikut bergabung bersama Karin mempermainkan batang penis Pak Karta.
Bersama-sama mereka membelai dan meremas-remasnya lembut secara bergantian.

“Augh..” Pak Karta jadi semakin mengerang. Dengan pandangan berputar ia menatap Anita.. matanya liar penuh oleh nafsu.
Pak Karta hampir saja klimaks ketika Anita berbisik di telinganya. “Suka diginiin..?” Tanyanya manja.

Pak Karta hanya bisa mengerang saat menjawab. Ia bahkan pasrah saja saat Anita menarik kepalanya dan menciumnya rakus.
Jantung Pak Karta berdetak semakin cepat manakala Karin ikut-ikutan mencium.. namun dengan sasaran yang lain.

Bersamaan dengan lidah Anita yang memasuki rongga mulutnya.. Pak Karta merasakan mulut mungil Karin mulai menutupi batang kemaluannya.
Perempuan muda itu mengisap rakus di sana.. menjilat dengan sebisanya hingga membuat Pak Karta mengerang keras ke dalam mulut basah Anita.

“Ohh.. nikmatnya..” lelaki tua itu mengerang melepas segala nikmat yang diterimanya.
Ia melemparkan kepalanya ke belakang sambil menutup mata saat kepala Karin terus bergerak naik dan turun.. mengulumnya.

“Enak jilatannya..?” Tanya Anita. Pak Karta mengerang. “Pak Karta bisa muncrat sekarang kalau memang nggak tahan..” imbuh Anita lagi.
Pak Karta mengerang kembali saat biji zakarnya mulai menegang.

“Keluarkan saja, Pak.. nggak usah ditahan-tahan.. Karin mau kok minum spermamu..” Anita mengerling nakal.
Pak Karta tidak tahan lagi mendengar rayuan itu.
Ia pun menggerakkan pantatnya ke wajah Karin.. dengan kemaluan terasa semakin berdenyut dan mengetat kencang.

“Ohhh...!!” Pak Karta menjerit keras saat spermanya meluncur keluar, menyemprot deras ke dalam mulut Karin yang sudah siap sedia.
“Hgmp..!” Karin mengerang saat merasakan ledakan pertama, lalu cepat menelannya.

Dan dia kembali menelan, tepat pada waktunya untuk yang kedua.
Dia terus meminum dan meneguknya sambil bertanya-tanya dalam hati.. kapan itu akan berakhir..?

Meski sedikit kelabakan.. Karin terlihat sangat menyukai setiap tetesnya.
Ketika tidak ada lagi cairan yang keluar, Karin lekas melepas kemaluan Pak Karta dari mulutnya.

Lalu ia meletakkan kepalanya di perut lelaki tua itu dan menciumi batang penis yang mulai layu tersebut.
“Enak nggak, Pak..?” Anita berbisik.
“Oh.. nikmat banget..!” Pak Karta mengerang.

Karin melirik dan tersenyum pada Anita dan Pak Karta. “Pejuh Pak Karta gurih..” Ia mengusap sedikit sperma dari sudut mulutnya.
“Ahh..” Pak Karta mendesah dalam kenikmatan dan menarik Karin mendekat.

Mereka berciuman mesra sejenak. “Aku sudah lama pengen yang seperti ini..” bisiknya.

“Masih kuat untuk satu ronde lagi..?” Anita berkata sambil meremas batang kontol Pak Karta yang masih basah.
“Jangankan sekali, sampai malam juga kulayani..” jawab Pak Karta penuh percaya diri.

“Tapi pertama-tama, ininya dibangunkan dulu..” kata Anita sambil menarik Karin dari sofa dan mengajaknya berlutut berdampingan..
Ia membungkuk untuk menempatkan bibirnya pada batang kontol Pak Karta dan mulai mengisap secara perlahan-lahan.
Karin ikut membantu dengan menjilati kantung zakarnya yang menggantung indah.

Akibat rangsangan kedua perempuan cantik itu.. dalam beberapa menit saja ..
kontol Pak Karta yang tadinya melemas.. perlahan mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Kedua wanita itu kagum pada kualitas birahi Pak Karta yang seperti tiada habisnya. Padahal umurnya sudah renta.. tapi nafsunya masih seperti perjaka.
Dengan gembira mereka terus mengisapnya secara bergantian sampai kemaluan Pak Karta jadi benar-benar mengeras kembali.

Ketika akhirnya benar-benar siap.. Karin bangun untuk mempersilakan Anita agar memakainya terlebih dulu.
Namun Anita malah mendorongnya hingga Karin terjatuh ke atas sofa.

Karin menatap Anita dan tersenyum, menyadari kalau ternyata dia yang diberi giliran pertama.
“Ayo, Pak.. tuh Karin sudah siap..” bisik Anita.

Pak Karta segera ikut naik ke atas sofa dan mengambil Karin ke dalam pelukannya.
Dia merasa tegang saat mulai mencium bibir perempuan muda itu..

Namun ia kemudian beranjak santai begitu tangan Anita menekan punggungnya agar menempel di bongkahan payudara Karin..
yang terlihat putih mengkal menggiurkan.

“Ahh..” Karin mengerang ketika ciuman Pak Karta berpindah dari leher ke payudaranya.
Ia biarkan lelaki tua itu mendorong satu puting ke mulutnya yang sepertinya sangat lapar.

Anita yang berbaring di sebelah mereka, demi melihat Pak Karta yang mulai menyusu dengan rakus.. jadi ikut tak tahan.
Ia pun Ia pun mendekat dan mulai mengisap puting yang lain.

“Eh.. Mbak..!?” Karin kaget dengan kelakuan Anita.. namun ya cuma sebatas itu. Karena alih-alih merasa risih.. ia malah merasa lebih panas lagi.
Vaginanya berdenyut kenyang merasakan isapan di kedua puncak payudaranya.

Rasanya seperti Pak Karta dan Anita sedang berlomba siapa yang bisa mengisap lebih baik.
Karin tidak peduli siapa pemenangnya.. karena ia merasakan dua-duanya telah melakukan pekerjaan yang sungguh sempurna.

“Oh Pak, aku pengen kontolmu..” desah Karin pada akhirnya.
Pinggulnya bergerak memutar.. menunjukkan kalau telah siap untuk ditusuk dan diobrak-abrik.

Pak Karta menghela napas senang.
Dia pun bergerak cepat untuk menempatkan diri di antara kaki Karin yang sudah mengangkang terbuka.

Dengan lembut Pak Karta berbaring di atas tubuh mulus perempuan muda itu dan mencium bibirnya sekali lagi.
Di belakang.. ia merasakan Anita ikut membantu dengan meraih batang penisnya yang basah kuyup dan mengarahkannya ke memek Karin yang terbuka.

“Ohhh, ya..” Karin mengerang saat Pak Karta perlahan-lahan meluncurkan batang kemaluannya.
Slebb.. “Ughhh..” Pak Karta ikut mendesah merasakan daging hangat Karin yang kini mulai melingkupi batang penisnya.

Dengan mata setengah menutup ia menunduk dan mencium mulut manis Karin.. kali ini lebih panjang dan lambat.
Ketika bibir mereka terpisah.. Pak Karta ganti mencium Anita dan kemudian Karin lagi.

Bergantian ia memperhatikan kedua perempuan itu.. sementara pinggulnya mulai bergerak mengayun secara perlahan.
Karin menanggapi dengan melingkarkan lengan dan kakinya di badan lelaki tua itu.

“Terus, Pak, tusuk lebih dalam..!” Karin mengerang.. pinggulnya bergerak naik untuk memenuhi setiap dorongan Pak Karta.
“Ya, Pak, yang keras..” bisik Anita ikut merasa gembira.

Karin akhirnya klimaks dalam beberapa menit..
Tubuhnya kejang-kejang secara berulang saat Pak Karta terus menumbuk sengit ke dalam lubang vaginanya yang berdenyut-denyut kencang.

“Ohh, Rin, aku juga pengen keluar..” keluh Pak Karta sesaat kemudian.
“Keluarkan saja di dalam, nggak apa-apa..!” Karin menjerit saat klimaks lain merobek dirinya.

Anita menurunkan tangan ke vaginanya sendiri sambil menonton mereka.
Jeritan Karin dan Pak Karta yang bersahut-sahutan membuatnya ikut klimaks dalam waktu cepat.

Ia pun menyemburkan cairannya yang berjumlah banyak ke arah Karin dan Anita.. membasahi keduanya hingga ke sekujur tubuh.
“Ahh..” Pak Karta runtuh dalam kelegaan.. kemaluannya mengempis dengan cepat saat ia menarik diri dari tubuh mulus Karin.

Dia berbaring di samping perempuan muda itu.. napasnya masih berat dan matanya tertutup rapat.
Namun Pak Karta segera membuka matanya begitu mendengar Karin mengerang secara tiba-tiba.

Dilihatnya Anita sudah menunduk di antara kedua kaki Karin.. tengah menjilat dan mengisap cairan sperma yang berleleran di sana.
Setelah bersih.. bertiga mereka meringkuk bersama-sama di depan televisi.
---------

Pak Karta sedang berbaring di samping Anita untuk menikmati kehangatan dan kemulusan tubuh perempuan itu..
ketika ia mendengar ketukan lembut di pintu kamar.. kemudian melihat Karin mengintip dari sana.

Perempuan muda itu tersenyum dan membuka pintu.. lalu masuk ke ruangan sambil melambaikan selembar kertas.
Itu adalah seminggu setelah mereka memutuskan untuk membagi keperkasaan Pak Karta.

“Coba tebak ini apa..?” Katanya gembira.
Anita duduk tegak.. memamerkan tubuhnya yang telanjang sempurna.

“Apa itu..?” Tanyanya dengan penuh perhatian.
“A-aku pergi ke dokter hari ini..” Karin berkata dan berhenti.. senyumnya terlihat semakin lebar.

“Oh, k-kamu hamil..?” Tebak Anita.
Karin mengangguk cepat.. “Sudah jalan 2 minggu..!” Serunya terburu-buru sebelum tersenyum lagi.

“Wah.. selamat ya..!” Anita berkata gembira. “Suamimu pasti senang..”
Karin tersenyum kikuk, “Oh, i-itu.. ini bukan anak Mas Dedi..” ia berbisik malu-malu.

Anita langsung tertegun dan melirik Pak Karta.. “Jangan-jangan ..”
“Ya, memang benar..” Karin mengangguk mengiyakan.

Dan Pak Karta hanya bisa mengelus dada sambil terdiam menyadari keberadaannya yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah.
---------

Pintu kamar mandi terbuka.. dan Sari berjalan keluar.
Ia mengenakan jubah mandi dari sutra biru untuk menutupi perutnya yang mulai membuncit.
Sari bisa merasakan wajahnya memerah memikirkan apa yang dia kenakan di bawah jubah mandi tersebut.

Itu adalah sebuah beha putih transparan yang mendorong payudara besarnya hingga terekspos lebih jelas lagi..
lengkap dengan putingnya yang menonjol indah dan nampak selalu mengeras.

“S-sudah, Kak, jangan terus menggodaku..” Budi menggeleng lemah. “Aku sudah begitu capek..”
“Benarkah..?” Sari mendesah dan perlahan-lahan mulai melepaskan jubahnya.

“Aku selalu siap menjadi pelacurmu, Bud..!”
“Kau bukan pelacur, Kak. Kau lebih mulia dari itu..” jawab Budi.

Sari menggeleng, “Jika seorang pria meniduri banyak wanita.. ia disebut pejantan.
Namun jika perempuan yang melakukannnya.. ia disebut pelacur. Sesederhana itu..”

“Terserah kakak sajalah..” Budi meraih tangan sang kakak ipar dan menariknya ke dalam pelukan.
Bisa dirasakannya puting telanjang Sari yang mendesak lembut di depan dadanya.

Jantung Budi mulai berdetak sedikit lebih cepat. Dia pun mundur dan menatap mata Sari.
Ingin ia mengatakan sesuatu, tapi kata-kata itu tersangkut di tenggorokannya.

Kepala Budi mulai berputar dan seolah-olah ditarik oleh kekuatan yang tidak ia ketahui.. bibirnya mulai bergerak menuju mulut manis Sari.

Mata mereka terpaku pada satu sama lain sampai bibir mereka bersentuhan..
keduanya lalu mengerang ke mulut masing-masing begitu mulai saling melumat dan mengisap rakus.

Mereka terengah-engah saat ciuman itu berlangsung secara terus-menerus.
Namun ciuman mereka terpecah ketika terdengar bel pintu depan berbunyi.

Keduanya segera memisahkan diri dengan wajah masih sama-sama memerah dan bibir kesemutan akibat dari kontak yang sebentar tadi.
“Uh.. sebaiknya aku keluar sebentar..” kata Sari.
“Benahi dulu baju kakak.. pake yang lebih pantas..” Budi tersenyum sambil merapikan kembali jubah mandi Sari.

Setelah mengganti bajunya dengan daster yang lebih longgar.. Sari segera membuka. Di sana, berdiri sang suami dengan melempar senyum lebar..
“Lho, kok s-sudah pulang, Bang..?” Sambut Sari takut-takut. Ia berusaha untuk tersenyum.. namun cuma setengah hati.

“Iya, aku ada berita bagus..” jawab Tarno.
Saat melangkah ke dalam ruangan.. ia meraih pinggang gemuk Sari dan membawa perempuan itu ke dalam pelukannya.

Sebelum Sari sempat memprotes.. Tarno sudah keburu melumat bibirnya dengan tangan mulai meremas-remas pantatnya perlahan.
Sari mendorong Tarno kembali dan berkata terengah-engah..

“Apa beritanya..?” Tanyanya dengan mata melirik ke sofa ruang tengah di mana tadi Budi berada.
Bocah itu sudah tidak nampak lagi.. entah bersembunyi di mana.

Tarno tersenyum.. “Aku tadi bertemu ayahmu.. dan dia menawarkan sebuah pekerjaan..”
“B-benarkah..?” Mata Sari berbinar. “Berarti ayah sudah memafkanku..?” Tak terasa airmata Sari mulai mengalir.

Tarno segera menyekanya dengan punggung tangan.. “Sepertinya begitu. Malah katanya, dalam waktu dekat ia ingin berkunjung kemari..”
“Syukurlah.. memang itulah yang kuharapkan sedari dulu..” Sari terisak dalam kebahagiaan.

“Tapi yang sulit ..” Tarno berhenti, tak kuasa untuk meneruskan kalimatnya.
“Ada apa, bang..?” Kejar Sari penasaran.

“Emm.. begini.. ayah menyuruhku untuk mengurusi bisnisnya yang baru berkembang.
Letaknya di luar kota, jauh di pelosok. Karena itulah.. sepertinya kita harus berjauhan..”

Sari mengangguk.. “Nggak apa-apa Bang. Aku bisa mengerti. Yang penting ayah sudah memberi kepercayaan pada Abang.
Nanti pelan-pelan.. kalau abang berprestasi.. pasti juga akan dipindah ke bisnis ayah yang dekat-dekat sini..”

“Aku juga berpikir begitu..” kata Tarno. “Kalau kamu memang setuju, aku bisa langsung berangkat besok..”
“Secepat itukah..?” Desah Sari kaget.

“Kata ayah, semakin cepat semakin baik..” jawab Tarno.
“Begitu ya..” Sari termenung dan kemudian tersenyum. “Kalau begitu, biarkan aku melayani abang untuk yang terakhirkali sebelum abang berangkat..”

Dia pun menunduk dan dengan cepat menarik lepas celana panjang Tarno.
“Tapi, Dek..” Sebelum Tarno sempat memprotes.. ia lekas menelan batang penis laki-laki itu dan melumatnya rakus.
Hingga akhirnya.. Tarno pun terdiam dan hanya bisa merem-melek menikmati isapan mulut sang istri.

Sari terus mengulumnya sampai ia rasakan batang penis itu berubah menjadi kaku dan mengeras penuh..
baru pada saat itulah ia berbaring telentang dan menyebar kakinya terbuka.

“Pelan-pelan aja, Bang..” bisik Sari begitu Tarno berlutut di antara kedua kakinya..
lallu perlahan bergerak ke depan sampai kemaluan yang sudah sekeras batu tiba di pintu vagina Sari yang meneteskan cairan bening.

Kalau saja Tarno melihat dengan lebih teliti.. bisa ia saksikan sisa-sisa sperma Budi yang masih menempel di sana.
Namun karena sudah keburu nafsu, Tarno jadi tidak memperhatikannya.

“Tahan, Dek..”
Slebb.. Tarno menusukkan kepala kemaluannya dan perlahan-lahan mendorong sampai semua batangnya terbenam di dalam.

Ughh..!! Perasaan luar biasa langsung menyelimuti tubuh mereka berdua.
Vagina Sari serasa meremas-remas kuat.. sementara kemaluan Tarno terasa begitu ketat.

“Lagi, Bang.. lagi..” Sari mengerang tak jelas.
Tarno mulai menggoyangkan pinggulnya hingga ruangan sempit itu dengan cepat terisi oleh suara lolongan dan rintihan dari keduanya.

Dan itu tidak berhenti sampai malam menjelang tiba.
Entah berapakali sperma Tarno muncrat mengisi seluruh lubang si tubuh Sari.. sementara Sari membalas dengan terus terkencing-kencing berulangkali.

“Terimakasih, Dek, aku mencintaimu..” bisik Tarno tak tega. Ia merasa tertekan saat Sari membantu mengemasi bajunya.
Mungkin mereka akan berpisah selama lebih dari tiga bulan. Saat Tarno kembali, bayi yang dikandung Sari pasti telah lahir.
Tarno terpaksa tidak bisa menemani.. tapi ayah Sari sudah memastikan kalau akan ikut menjaga. Itulah yang membuat Tarno sedikit mendesah lega.
-----------------

Sehari setelah kepergian Tarno.. Anita datang berkunjung. Ia tampak malu-malu saat mengutarakan niatnya.
Berjuang dengan emosinya sendiri, Anita merasa bersalah namun juga tak bisa menutup-nutupi betapa ia menikmati berhubungan seks dengan Tarno.

Namun begitu tau kalau Tarno tidak ada.. Anita terpaksa harus memendam kekecewaannya.
“Aku akan merindukannya..” lirihnya.. namun lekas meralat. “M-maksudku.. kau pasti bakal kesepian ditinggal sama suamimu..”
Sari tersenyum maklum.. “Masih ada Budi yang menemaniku..” jawabnya.

“Kalau mbak Nita sendiri gimana..? Seneng dong bisa serumah dengan Pak Karta..”
Anita mengangguk, lalu kemudian menggeleng pelan. “Pak Karta sekarang tinggal di rumah Karin..”
“Oo begitu..” Sari ikut merasa sedih.

Mereka duduk berdekatan dan berbicara lagi selama beberapa saat. Anita menjelaskan tentang kehamilan Karin..
juga soal Dedi yang sekarang harus kerja di luar kota hingga untuk menemani sang istri.. ia menyuruh Pak Karta agar tinggal di rumahnya.

Pemuda itu sama sekali tidak curiga kalau sudah ada hubungan khusus antara Karin dan Pak Karta..
entah karena benar-benar bodoh atau memang pura-pura tidak tahu.

Yang jelas.. Anita jadi kesepian sekarang. Karena itulah pagi ini ia pergi ke rumah Sari untuk meminta jatah dari Tarno.
Namun yang dicari ternyata sudah pergi jauh.

“Sabar ya, mbak. Nanti siang aja kita tunggu Budi..” Sari mengelus lembut punggung Anita yang meringkuk di dalam pelukannya.
“Terimakasih, Sar..” Anita menempatkan tangannya di paha Sari yang terbuka.

“Hih, rasanya geli..” bisik Sari saat Anita mengelusnya perlahan.
“Kalau begini..?”

Sari bersandar ke bahu Anita.. terdiam saat menyaksikan tangan Anita yang perlahan bergerak ke arah pangkal pahanya.
Sari menarik napas panjang begitu jari-jari Anita mulai menyapu celana dalamnya yang sudah basah.

“Lepas, Sar..” bisik Anita lirih.
“Mbak Nit..!” Sari berkata, matanya membuka kaget.
“Kumohon..” kata Anita.

Sari melihat sekeliling untuk memastikan tidak ada yang melihat sebelum ia mengangkat dan menyelipkan celana itu ke bawah.
Ketika Sari ingin menaruhnya ke lantai.. Anita menghentikannya. Ia merampas benda itu dan membawa ke hidungnya.

Sari melihat dengan takjub ketika Anita menghirupnya.
Perbuatan itu membuat tubuh Sari menggigil dan otot-otot vaginanya bergetar hebat.

“Wangi, Sar..” Anita tersenyum.
“Mbak..!” Sari hanya mengerang.

Anita meletakkan tangannya di paha Sari lagi dan meluncur ke depan sampai jari-jarinya mengenai bibir memek Sari yang sudah membengkak basah.
“Oh, Mbak Nita!” Sari mengerang saat Anita menusukkan dua jari ke dalam liang vaginanya yang basah.

Sari masih terengah-engah saat kemudian Anita berbisik.. “Aku ingin makan anusmu, Sar..” bisiknya.. hampir malu.
“A-apa..?!” Sari bertanya.. mengira kalau Anita cuma bercanda.

“Iya.. anusmu.. lubang dubur.. di pantatmu ini..” kata Anita lagi.
“Oh, mbak Nita..” Sari merintih dan dia mengerang lagi ketika merasakan tangan Anita mulai bergerak membelai bulatan pantatnya.

Perempuan itu menyebarkannya melebar, mengekspos lubang kecil Sari yang tersembunyi tepat di bagian tengahnya.
“Ohh..” Sari merengek begitu lidah basah Anita mulai menyentuh mawarnya yang sedikit sensitif.

Dan dia semakin mengerang saat lidah Anita bergerak seperti cacing.. berusaha untuk membuka lubangnya.
Sementara perempuan itu terus menjilat.. Sari memindahkan tangannya ke bawah dan mulai menggosok klitorisnya sendiri.

Dalam hitungan detik tubuhnya sudah menegang.. siap untuk klimaks.
“Jilat terus pantatku, mbak..!!” Jerit Sari saat tubuhnya mulai mengejang. “Ohh.. hhh.. a-aku.. kelu...arrgghh..!”

Dengan tak kenal lelah.. Anita terus menjelajahi pantat mulus Sari. Ia mencium dan mengisapnya rakus sampai gemetar di tubuh Sari berhenti.
Barulah setelah itu ia melepaskannya dan berbisik.. “Sekarang giliranku..”

Sari mengangguk mengiakan dan mendorong tubuh Anita telentang.. lalu ia angkat kedua kaki perempuan itu ke udara.
Para tetangga pasti bisa mendengar jeritan kepuasan dari Anita saat mulut Sari mulai turun ke lubang kecilnya yang sudah membengkak parah.

Kedua perempuan itu menghabiskan sepanjang siang dengan bercinta tiada henti.
Mereka bahkan mengambil jam-jam berikutnya untuk tinggal bersama dan terus berbaring telanjang di atas tempat tidur..
hampir tidak keluar bahkan sekedar untuk makan.

Selama beberapa hari berikutnya.. Sari dan Anita menghabiskan hampir setiap pagi di pelukan masing-masing.
Mereka menjelajahi segala sesuatu yang bisa dilakukan oleh dua wanita untuk saling memuaskan satu sama lain.

Sementara di sore dan malam hari.. mereka berlomba untuk mendapatkan kenikmatan dari Budi..
yang sebagai pejantan muda tampak tak kenal lelah memuaskan nafsu mereka berdua.

Sementara itu.. hubungan Karin dan Pak Karta jadi semakin mesra saja. Di luar.. mereka memang terlihat seperti ayah dan anak.
Namun di dalam.. tubuh telanjang mereka seperti tak terpisahkan.

Ketiadaan suami Karin membuat perselingkuhan mereka semakin menjadi-jadi. Dan Dedi yang tidak curiga, membiarkannya saja.
Dalam pikirannya.. mana mungkin Karin akan berbuat macam-macam dengan Pak Karta yang usianya hampir tigakali lipat.

Hingga buntutnya..
Dua bulan kemudian.. diadakanlah kenduri di rumah Karin untuk mendoakan bayi dalam kandungannya yang kini genap berusia 3 bulan.

Dedi tampak sumringah menerima kedatangan para tamu undangan dengan ditemani oleh Pak Karta.
Para tetangga dan kenalan sama sekali tidak tau..
kalau lelaki tua yang sedang mereka salami saat itu adalah ayah sebenarnya dari bayi yang sedang dikandung oleh Karin..! (. ) ( .)
==============================

Mohon Mangap All.. karena bagian akhir Cerita 106 ini ternyata ngga terlalu panjang..
maka Nubi masukin saja pada Part 7 yaa..


:Peace:

Oke.. C U All around..!
Semoga Terhibur.. n KEEP SEMPROT..!!
 
Terakhir diubah:
-----------------------------------------------

Cerita 107 – AXE versi Dante

Anda masih ingat iklan AXE..?

Di mana seorang lelaki dan wanita yang bertemu dalam lift.. saling memandang..
si wanita dengan pandangan begitu horny sambil menggigit bibir bawahnya. Sementara si cowo juga memandang..
mendeteksi kemungkinan ntuk menggarap wanita yang bersamaan dengannya di dalam lift tersebut.

Well.. kisah itu tidak berlebihan jika hanya merupakan sebuah iklan komersial.
Tapi bagaimana jika kukatakan bahwa aku pernah mengalaminya..? Almost real.. selain bahwa aku memang suka mengkhayal.

Saat itu.. pukul 3 pagi. Sekembalinya aku dari sebuah club malam di Singapore.
Sangat mabuk.. aku ingat. Dan dalam perjalanan pulang itu.. aku diantar oleh temanku.

Duduk di bagian belakang dengan keadaan antara sadar dan tidak.

Seorang Singaporean girl teman kencanku.. mengulum bibirku dalam ciuman panjang..
satu jemarinya meremas kuat batang kemaluanku yang juga menantang keras melawan remasannya.

Dan aku semakin melayang.. terbanting keras ke kiri-kanan.. dengan deru kendaraan yang menerjang setiap tikungan dengan kecepatan tinggi.
Kulepaskan ciuman panjang yang menyesakkan nafas itu dengan sedikit kasar.

Pengaruh alkohol membuatku tidak merasakan kenyamanan lidahnya dalam rongga mulutku. Selain bantingan kuat saat mobil itu menikung tajam.
Semakin payah rasanya tubuhku menghadapi serangan mabuk yang mendera.

Hingga kurebahkan tubuhku mendominasi hampir keseluruhan panjang jok belakang.
Wanita Singapore itu berlutut di sisiku.. memasukkan dengan segera keseluruhan penisku dalam lumatan kuat bibirnya.
Tidak pernah kusadari, kapan dia membuka restleting celanaku.

Desahanku menggelegar, membuatku jadi perhatian gadis manis pacar temanku yang duduk di bagian depan..
entah bagaimana perasaannya menyaksikan adegan di mana aku menggeliat dan mengerang dengan bebas..
menikmati ketegangan penisku yang mengejang dalam isapan dan jilatan temannya.

Dalam keadaan mabuk.. kenakalanku tetap hadir.
Sengaja tidak kubiarkan gadisku mengulum habis penisku.. tapi hanya menjilati bagian luarnya saja.

Dengan menempatkan jariku di sana.. seakan ikut mengocok, sambil sesekali meremas buah zakarku.
Yang sebenarnya kumaksudkan untuk dapat menjadi tontonan yang lebih menarik dalam pandangan gadis manis di bangku depan.
Dia terus melirik dan aku menikmatinya.. antara sadar dan tidak.

Tiba-tiba.. setengah terbanting.. aku terlepas dari fantasi kenikmatanku sendiri.. bersamaan dengan lepasnya penisku dari kuluman erat si gadis..
saat mobil yang kutumpangi berhenti mendadak di tengah laju kencangnya.

“Damned..!!” Aku mengutuk keras. Mungkin ini adalah malam terburuk yang kualami.
Sambil mendongakkan kepala dengan mata yang berkunang kunang.. memandang berkeliling.. mencoba mengenali lingkungan tempat kami berada.

Temanku tertawa-tawa membukakan pintu.. baru aku menyadari sepenuhnya kalau aku telah tiba di apartmentku.
Dibantunya aku turun dari mobil itu. Dengan masih memapahku.. memberikan kesempatan padaku untuk dapat menguasai diri dan berdiri tegak.

Aku hanya terfokus pada wajah manis gadis Singapore yang tidak lama berselang asik menikmati penisku.. memandang jauh ke dalam lubuk hatinya.
Melihat sesuatu yang hilang.. geliat dari kesenangannya yang tidak terselesaikan.
Pandangannya mungkin menantikan undangan untuk menginap di apartmentku. Tapi, aku mungkin terlalu mabuk tuk mengundangnya, hihihi..

Aku membalikkan badan.. menggumamkan lagu yang tak jelas.. dan berjalan terseok-seok.
Tidak kupedulikan deru mobil yang bergerak meninggalkanku.. diikuti oleh pandangan gadis yang kecewa karena sikap masa bodohku.

Aku terbawa dalam alunan lagu yang mendesah.. yang secara perlahan keluar dari bibirku tanpa kuperintahkan.
Semakin lama.. semakin jelas dan kukenali pula sosok yang menanamkannya ke dalam kepalaku.
Sebuah lagu kenangan.. pemberian dari seorang gadis.

A Different Corner.
I would promise you all of my life
But to lose you would cut like a knife
So I don’t dare, no I don’t dare
La.. la.. I’m so scared.. of this love..
La.. la.. you’re the only one who’ll stop my tears..


Tiba-tiba sebuah sorot lampu dari mobil lain menghentikan dendang laguku yang tidak jelas urutannya.
Aku membalikkan badan perlahan.. menyipitkan mata.. memandang dalam silaunya.
Hingga lampu mobil itu dipadamkan dan aku menikmati sosok bergaun merah itu bergerak keluar dari mobilnya.

Aku terpana.. rambutnya yang disanggul ke atas.. jatuh beberapa helai di depan wajahnya.
Hihi.. Tuhan mengirimkan lagi seorang bidadarinya. Kataku dalam hati. Aku tertawa riang menikmati malamku.

Kemudian senyum juga kembali berganti menghiasi ujung bibirku.. saat kecantikan..
bahkan keanggunannya tertutupi oleh langkahnya yang juga tidak membumi.. terseok-seok seakan melayang di atas tanah.. haha..
Hihi.. Aku nyengir.. mengingatkan diriku sendiri yang dalam kondisi yang sama..

Ssaat dia terhuyung ke arahku dengan senyumnya.. “Mungkin kita bisa saling bantu, tuk bisa sampai ke atas sana..” aku mengomentarinya.
Dia memang tersenyum lucu.. tapi terasa menggemaskan senyum itu dalam pandanganku.

Aku lalu menjajari langkahnya menuju lift yang terbuka pintunya. Saling cengar-cengir mabuk.. kita berjalan bersamaan memasuki lift.
Dengan yakin kutekan tombol 36 yang merupakan puncak tertinggi dari apartment itu tanpa maksud berlebihan.. hanya
keinginan tuk lebih lama bersamanya.

Sementara dia tampaknya tidak peduli atau mungkin terlena dalam pengaruh alkohol.
Kami lantas bersandar pada masing-masing satu sisi dinding.. saling bertukar pandang.

Dia menggigit bibir bawahnya.. sementara mataku.. –mata Dante yang hornynya belum tuntas hueeheuheueheuehue..– menantang balik.
Pandangannya tajam ke arah bawah tubuhku, yang membuatku mengikuti pandangannya, meneliti tubuhku sendiri.

Hihi.. Aku nyengir dengan mimik lucu.. saat menyadari kalau seluruh kancing bajuku terbuka bebas..
dengan celana yang agak turun karena tidak dikancingkan dengan sempurna.

Menekukkan sedikit tulang punggungku untuk ikut serta memperhatikan tatoo naga yang terekspos bebas tepat di atas bulu pubisku.
Hihihi.. Untung penisku sudah kembali beringsut ke balik celana dalam.. pikirku geli.

Kemudian dengan masih nyengir.. pandanganku bertemu dengannya yang masih menggigit bibir bawahnya.
Pipi dan hidungnya yang bersemu merah terlihat kontras dengan kulit wajahnya yang putih.

Aku ikut terbawa suasana itu.. seketika senyuman hilang dari wajahku.

Kita saling meneliti.. dia dalam pikirannya.. dan aku menjajaki kemungkinan ntuk menyerbu ke dalam pelukannya..
menuntaskan gairah yang tak terselesaikan tadi.

Dia membusungkan dada,, memenuhinya dengan oksigen.. mencoba mengatasi perasaannya.
Kemudian pandangannya kembali pada bagian bawah tubuhku..
sementara kudongakkan kepalaku untuk menantangnya.. dengan lirikan tajam tetap pada belahan buah dadanya.

Semakin nakal.. perlahan kutarik turun retsliting yang menutupi sebagian dari keseluruhan tatoo itu.
Tanpa menunggu aku menggodanya lebih jauh.

Dia melangkah pelan mendekatiku yang hanya bertahan pada dinding tempat aku bersandar.
Hei.. Dia meraba tatoo itu.. mengikuti retlsiting yang turun.. menggantikan tanganku.

Menggelitik sebentar di bagian lidah naga yang merah menjulur ke bawah..
sebelum menyusup lebih dalam, melewati bulu pubis, langsung pada penisku..!

Memang belum sempat dia menggeliat bangun.. tapi aku percaya mungkin dia akan tergoda ntuk memberinya kecupan perkenalan..
dan kemudian penisku akan bergerak bangun saat dalam kuluman bibir nakalnya.. haha..

Kuyakin dia akan tersenyum senang.. merasakannya memenuhi rongga mulutnya secara perlahan.
Bergerak mendesak.. membesar dan masuk semakin ke dalam. Begitu khayalku menari.. dalam ke-diam-anku.

Sementara dia hanya mengecup bibirku pelan.. dan membiarkannya saling bersentuhan tanpa lumatan.
Bola matanya tajam meneliti ke dalam hatiku lewat tatapanku yang stunning.. dari jarak yang begitu dekat.

Nafasnya berat menyapu keseluruhan wajahku. Lamat lamat masih kuingat aroma menthol yang menguar dari mulutnya..
yang bersaput lipstik merah maroon.. – apa yang diminumnya tadi.. grasshopper..??..–

Mungkin bola api gairah ditemukannya dalam mataku.. ataukah dia melihat juga khayalku menari di dalam sana..
hingga akhirnya dia bergerak turun dan memenuhi khayalku tadi.

Persis seperti yang aku bayangkan.. dan memang persis.. persis begitu yang terjadi.
Bagaimana penisku bergerak.. mengembang perlahan dalam jilatan bibir seksinya.

Aku mulai mengerang kembali dalam kenikmatan.. dan bersyukur kalau lift tua ini bergerak cukup pelan ntuk sampai ke puncak gedung.
Sedikit kasar aku menariknya berdiri dan langsung menyerbu mengulum bibirnya.. kami berciuman dengan gairah yang tak tertahankan.

Berat tubuhku mendorongnya berpindah.. setengah terhuyung dan terbanting.. bersandar pada dinding lainnya.
Lidahnya menari, mengarungi kedalaman mulutku.. sesekali lidah itu menegang dalam isapan kuat yang kulakukan.

Suara lenguhannya menyanyikan kepasrahan. Tangannya pun tak tinggal diam..
meremas kuat pada batang penisku.. seakan ingin membalas perlakuanku.
Kedua bukit buah dadanya menyembul keluar dari belahan rendah gaunnya.. memerah dalam remasan kuat jemariku.

Tingg..! Denting lift yang berbunyi sejenak sebelum pintu akan terbuka menyadarkan kami.
Kurapatkan tubuhnya pada sudut samping pintu.. mengawasi keadaan. Seperti dugaanku kalau suasana memang sepi.

Segera kutekan angka satu dan kembali kotak lift itu meluncur pelan ke bawah.

Kali ini.. aku bergerak cepat. Menyingkapkan belahan gaunnya..
menarik turun secarik kain hitam berenda yang tampak indah membungkus bagian pinggulnya.

Jariku dengan lincah bergerilya mencari liang basah yang ingin segera kutembusi..
sementara dia menendang turun celana yang masih tersangkut pada lututnya.

Plepp.. Perlahan kutempatkan penisku di sana.. kuangkat satu tungkainya.. melingkarkannya pada pinggangku.. dan jlebb..!
Dengan satu hentakan kuat.. penisku menerjang.. membelah masuk kerapatan belahan vaginanya.

“Akkhh..!!” Ia menjerit.. matanya terbeliak oleh hentakan kuat yang tidak diduganya.
Lalu dijambaknya rambutku dan menarik kepalaku ke dalam belahan payudaranya.

Tak kusia-siakan apa yang terhidang di depan mataku.. kuisap dan kugigit gigit kecil puting payudaranya..
yang segera mengacung tegak oleh sayatan lidahku..
sementara dia semakin liar dengan jeritan-jeritan kecil dan remasan-remasan tangannya pada rambutku.

Masih pada satu sudut dalam lift itu dia bersandar.. Kemudian ketika berat tubuhnya menekan ke bawah ..
Jlebb..! Dengan satu hentakan kuat di pinggul.. penisku kembali menerjang kuat ke dalam liang vaginanya..

HHHH.. sekaligus mengangkat keseluruhan tubuhnya 'mendarat' tersandar di dinding lift.
Satu kakinya yang semula menjejak lantai.. terangkat.. segera kuraih.. untuk kemudian juga kutempatkan pada pinggangku.

Sekarang.. dengan kedua tungkainya menjepit pingangku dan tubuhnya yang bersandar pada dinding..
jlebb.. clebb.. clebb.. clebb.. clebb.. aku terus mendesaknya dalam terjangan kuat penisku membelah liang nikmatnya.

Beberapakali teriakan histeris dari orgasmenya yang hadir terlalu dini, tidak kupedulikan.
Suasana seperti ini memang tidak tertahankan untuk permainan panjang. Terlalu besar sensasi kenikmatan yang hadir.

Pandangannya semakin sayu, nafasnya tinggal satu-satu. Kuhentikan sejenak gerakanku, membiarkan kepalanya terkulai pada bahuku.
Aku menantikan pintu lift yang kembali akan terbuka, menjelang tiba di lantai dasar.

Segera ketika angka 36 kembali kutekan.. wajahku sudah terbenam dalam leher jenjangnya.
Jlebb.. jlebb.. Hentakan kuat penisku kembali menekan klitorisnya.. dibantu dengan tekanan dari berat tubuhnya.

Keadaan mabuk membuatku terasa begitu jantan. Dengusan nafasku semakin tak karuan.
Sensasi ini begitu indah.. dengan hentakan yang begitu kuat. Otakku terasa mati.. aku tak mampu berpikir.

Aku hanya bisa menjerit saat terasa badai itu akan segera menghantamku. Sementara dia bergerak semakin cepat.. menarikan tubuhnya.
Pinggulnya bergerak kuat.. menekan dengan jepitan kedua tungkainya.

Tubuhnya terhentak-hentak di dinding lift itu.. sementara tangannya menggapai-gapai mencari tempat untuk bertumpu.
Kesemua gerakannya itu menggodaku tuk melepaskan orgasmeku.

“Haarrgghh..!!” Aku yakin suaraku terdengar menggelegar dalam ruang sempit itu.
Dan ikut memacu birahinya ntuk segera menyusul dalam orgasmenya sendiri.

Cratt.. cratt.. cratt.. cratt.. “Nghhh..ohhh..!”
Sperma hangatku menerjang dinding rahimnya.. diiringi oleh teriakannya yang tertahan dan tubuhnya yang mengejang.

Kepalaku terdongak, membiarkan sinar lampu neon di ceiling itu memasuki otakku lewat mata.
Dan perlahan membiaskan warna putih bersih, membuatku terasa melayang.

Tidak terasa beban berat tubuhnya dalam rengkuhanku. Seperti melayang dalam udara hampa. Dan di sana, gadis ini melayang bersamaku, telanjang.
Aku tersenyum memandang tubuh indahnya yang berkilat basah oleh keringat.

Perlahan.. di antara ketidaksadaran.. kami bergerak turun dari posisi berdiri tadi. Dan berakhir dengan terduduk pada lantai di satu sudut.. berpelukan.
Kepalanya disembunyikan dalam dadaku dan semakin erat ia kurengkuh.

“Hi.. aku Dante..” bisikku sambil mengelus rambut yang terurai lepas dari sanggulnya. Dia tersenyum.. manis sekali.
Membuatku ikut menyunggingkan senyum membalasnya.. saat dia mendongakkan kepalanya.. dan menjawab.. “Aku Serena..”

Pandangannya lama.. membius. Hingga kuakhiri dengan kecupan lembut pada bibirnya yang masih tersenyum.
Aku ingat, kalau kami masih terduduk di sana untuk waktu yang lama.

Pintu lift terbuka lebar.. dan udara malam yang dingin.. di lantai 36 menerpa masuk.. memaksanya kembali mengeliat manja dalam pelukanku.
Terlalu malas tuk bergerak bangun.

“15th floor..” aku bergumam, tentang letak apartmentku.
Sambil semakin merapatkan tubuhnya, dia menjawab.. “Third floor..” tapi kami tidak bergerak.

Aahh.. 36th floor tampaknya menjadi tempat yang lebih indah. Hehe.. (. ) ( .)
----------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Bimabet
---------------------------------------------------

Cerita 108 – Kutak-Kutik Asmara

Enny Arrow – Bacaan Khusus Orang Dewasa

“PENASARAN..!”
Kata Hilda dan Emi kalau menginap di rumah Anis.. suka diganggu adiknya.
Kata mereka yang pernah tidur di sana.. adik Anis itu suka menggerayangi.. bahkan memperkosanya.

Wah, gawat..! Malam ini aku ingin coba-coba menginap di rumah Anis.
Aku ingin menuntaskan rasa penasaran. Seperti apa sih tampang adiknya yang syaraf itu.

Kutunggu Anis yang lagi piket malam. Tak seberapa lama kemudian.. diapun keluar menghampiriku.
”Kau belum pulang, Laras..? Sudah jam sebelas malam, lho..?” Kata Anis kepadaku.

”Hari ini aku tak dapat pintu.. Nis. Hmm.. nginap di rumahmu saja, boleh..?” Kataku beralasan.
”O ya..? Yang bener, nih..?” Sambutnya kurang percaya.

”Betul Nis, aku serius lho..” balasku meyakinkannya.
Karena kebetulan.. memang dari sebanyak kawan-kawan yang bekerja di Konfeksi ini.. hanya akulah yang belum pernah menginap di rumahnya.

Sebenarnya rumah Anis tidak jauh dari rumahku. Masih bertetanggalah. Paling berkelang 5 rumah saja.
Tetapi aku penasaran.. rasanya seperti apa sih ‘dikutak kutik’ oleh lelaki.. apalagi oleh adiknya yang katanya ‘menyeramkan’ itu.

Ketika kami sampai di rumah Anis.. di teras duduk seorang lelaki sedang asyik main gitar sendirian.
”Belum tidur kau, Rinto..?” Sapa Anis pada adiknya.
”Belum, mbak .. belum ngantuk..” jawabnya sedikit cuek.

”Siapa itu, Nis..?” Tanyaku pura-pura nggak tau.
”Adikku satu-satunya, Ras. Bandelnya minta ampun..!”
”Ahh.. anak lelaki itu bandel biasa, Nis..”

Aku pura-pura tidak menaruh perhatian pada kata-kata Anis mengenai tingkah laku adiknya.
Bagiku.. justru menyenangkan sekali dekat dengan anak yang suka usil seperti Rinto ini. Hihihi..

Anis membuat kopi panas untukku, tapi tidak segera kuminum.
Karena kulihat Rinto mengintipku dari balik jendela kaca, maka sengaja pahaku kubuka agak lebar-lebar. Nah.. rasakan..! Nafsu ’nggak lu anak bandel..!

Tiba-tiba Anis datang dengan membawa kue-kue di piring. ”Ayo diminum kopinya.. obat ngantuk Ras..?” Ujarnya kepadaku.
”Tapi mataku sudah tidak tahan, Nis. Percuma minum kopi. Karena aku memang tidak biasa tidur terlalu malam..?” Ujarku pura-pura.

Padahal aku biasa semalaman suntuk bersetubuh di kamar. Hehe..
”O ya. Kalau begitu cepatlah tidur Laras.. nanti kamu sakit, lagi..” tawar Anis.

Saat yang kutunggu tunggu telah tiba. Kamar tamu yang kutempati sengaja tak kukunci. Sedang Anis tidur di kamarnya sendiri.
Lampu kamar sengaja tak kupadamkan.. biarin aja terang benderang..
agar Rinto dapat jelas memandangi pahaku yang putih dan mulus ini sengaja kubuka lebar.. hihihi..

Mataku pura-pura kupejamkan. Kudengar pintu kamar didorong seseorang dari luar. Dalam hatiku.. siapa lagi kalau bukan Rinto.
Pucuk dicinta ulampun tiba. Benar juga kata Hilda dan Emi. Rinto mulai menarik celana dalamku ke bawah. Kubuka mataku lebar lebar mengawasi ulahnya.

”Haaah..!?” Aku pura pura terperanjat. Lalu secara tiba-tiba Rinto mengeluarkan pisau lipat dan meletakkan di perutku.
Akkh, matilah aku..! Jangan jangan ia ingin membunuhku.

”Diem.. jangan banyak bicara kalau tidak mau, pisau ini akan merobek perutmu, Laras..!” Ancamnya.
”Ampuuun, aku jangan dibunuh..!”

Aku benar-benar ngeri..! Tak bisa kubayangkan tajamnya pisau cukur itu kalau benar-benar merobek perutku.
”Awas, kalau teriak kubunuh kau..! Aku tidak pernah main-main..!”

Srettt.. Rinto mulai menarik celana dalamku ke bawah sampai terlepas.
Tak susangka kalau Anis mempunyai adik lelaki yang tampangnya seram seperti pembunuh berdarah dingin.

Namun di balik keseramannya Rinto memang tampan sekali wajahnya.
Mata Rinto nampak bertambah liar dan jalang menatap memekku yang terpampang di depannya.

Ia kemudian menyuruhku telanjang. ”Ayo buka semua..!” Katanya sambil menempelkan pisau cukur itu ke dadaku.
Aku bertambah ngeri oleh perlakuannya yang bahaya itu.

”Iya.. iya.. aku mau telanjang.. dan terserahlah deh mau kau apakan tubuhku ini asalkan jangan sampai engkau melukainya dengan pisau cukurmu itu Rinto..
Aku lebih senang pisau cukur itu kau letakkan di meja, sayang..” bujukku hati-hati.

”Baik. Tapi awas, kalau kau berani coba-coba menipuku, kubunuh kau nanti..!” Kembali Rinto mengancamku.
Wah, gawat..! Sedikit sedikit bunuh, sedikit bunuh. Dianggapnya aku ini ayam goreng ’kali..! Gerutuku.
”Tidak, Rin, Aku tak pernah dusta pada siapapun..” kataku meyakinkan.

Perlahan lahan Rinto segera menaruh pisaunya di sebelah tempat tidurku.
”Di sini saja, kalau kau nanti teriak, tinggal menusukkan pisau tajam ini ke perutmu, Laras..!” Gertaknya lagi.
”Ya, di situ juga tidak apa-apa..! Yang penting jangan didekatkan dengan tubuhku, aku takut..” ujarku sambil menanggalkan kutang yang kukenakan.

Sepintas kulirik benda hitam yang bergelayutan di selangkangannya. Hmmm .. tak begitu besar.. tetapi kelihatan bengkak dan kaku.
Pertanda bahwa Rinto sudah sangat bernafsu untuk segera membenamkan batang ke maluannya ke liang memekku..
yang kini sudah menganga.. siap untuk ditusuk.

Dengan sangat terburu-buru sekali, si brengsek itu menjebloskan batang kontolnya ke liang memekku yang sempit.
”Akkkkhhhs..!” Jlebb - Slepph - Blllesseph..!

”Akhsss.. Rin.. pelan pelan, sayang. Ssssh.. eeeh..” rintihku sedikit perih karena memekku belum begitu basah.
Namun tak lama berselang terasa tusukan batang kemaluannya mulai lancar di lorong sempit milikku.

Tanpa kusadari lelaki muda yang tampan namun brutal ini kemudian kembali mengambil pisau cukurnya, lalu ditempelkan di bagian leherku.
Wah, Breengseeeekh..! Lagi nikmat nikmatnya, konsentrasiku langsung buyar gara-gara kekonyolannya.

”Jangan mengeluarkan suara, Laras. Aku sembelih lehermu ini nanti..!” Ujarnya.
”I-ya sssh eeegh.. tidak.. tidak sssh.. akh.. aku sudah pasrah kepadamu, Rin. Terserah mau kau apakan aku ini, asal jangan kau lukai kulitku..”
rintihku setengah takut setengah nikmat.

Rinto hanya membisu, matanya nampak sangar menatapku.
Gerakan pantatnya naik turun dengan cepat sekali.. sehingga menimbul-kan rasa nikmat di bagian lorong memekku karena tergesek gesek topi bajanya.

Yang bikin aku kesal adalah karena dia tak pernah melepaskan pisau cukurnya yang terus menempel di leherku..
Bagaimana jadinya kalau nanti benar benar menggores kulit leherku, coba..!? Ihh.. aku bergidik.
Padahal tanpa diperkosapun.. aku dengan senang hati akan melayaninya.

Mendadak Rinto menggeram hebat di atas tubuhku, dan gerakan pantatnyapun jadi semakin lamban.
”Akkkhhhhss.. sialan.. akkhhuu keluarrrr, Larraassss.. oogh.. nikmat sekali..” Crooots..! Croooots..! Crooooots..!

Rinto terengah-engah, dan keringatnya bercucuran karena benteng pertahanannya telah bobol.
Walau aku telah bersusah payah untuk mencapai puncak kenikmatan.. namun selalu gagal karena pisau itu terus menempel di lehe..
dan membuatnya hilang konsentrasi.

Tak dabat tertolong lagi.. batang kemaluan Rinto semakin mengecil dan tambah mengecil..
sehingga tentu saja tak bisa lagi menggelitik lorong memekku yang kurasa semakin gatal ingin digaruk kontol.
Hingga akhirnya ia mencabutnya.. Plopp..!

Sialan..! Nafsu sih menggebu gebu, gayanya pakai main ancaman segala. Eh, nggak taunya baru kegoyangkan beberapa menit saja sudah bocor..!
Payah..!
Rutukku tak sudah-sudah.

Rinto tidur membelakangiku. Nafasnya yang tadinya tersengal-sengal sudah mulai normal kembali. Perlahan lahan kutarik tubuhnya.
”Rin .. tolong dong.. tolong aku, Rin. Aku belum keluar.. kepalaku pusing sekali sayang..” rintihku memohon.

Rinto hanya membisu. Tubuhnya nampak letih karena habis memuntahkan air maninya.
Tiba-tiba rasa takutku hilang menghadapi lelaki brutal yang ternyata tidak mempunyai kemampuan tentang sex ini, dan hanya bikin gatal memekku ini saja.

Aku jadi berang sikapkupun jadi liar dan binal, melebihi Srigala yang hendak menerkam mangsanya.
”Ayo, Rin.. main.. Letoy amat, kau ini..!” Ajakku lagi setengah membentak.

Dia menatapku, tatapannya tak lagi sangar.. ”Aku lemas, Laras. Aku sudah tak kuat lagi..”
”Makanya jangan cari gara-gara..! Lagak sok jadi jagoan. Eh, baru semenit saja sudah keok tak berdaya..!” Umpat serapahku.

Duuh.. sebel benar aku. Kepalaku semakin berat saja rasanya. Aku benar-benar jadi putus asa melihat batang kontol Rinto yang tak mampu tegang lagi.
”Ayo, lagi doong.. sekali saja. Asal masuk terus sudah, nanti biar aku yang goyang terus biar aku cepat keluar, sayang..” bujukku sampai sundul langit.

Namun laki-laki sial itu benar-benar sudah tak bergairah lagi untuk melayaniku.
”Besok saja, Laras. Kau akan aku layani sampai pagi, kalau kau mau..” Rinto kembali menolak ajakanku, namun masih sempat sombong di depanku..!

Huh.. Hilda dan Emi boleh kau kibuli. Tetapi kalau sama aku.. jangan coba-coba..!
Dengan kemampuan apa sih, kau melayani aku sampai pagi..?


Tapi aku tak mau kehilangan akal.. dengan tak sabar lagi kuraih batang kemaluannya yang lembek. lalu kuusap usap dengan penuh kasih sayang.
Kuurut urut dari ujung sampai ke pangkalnya secara berulang-ulang.. lalu kuciumi dan kukulum topi bajanya.

“Hup.. nyaem.. nyaem.. nyaem.. sssh nyaem.. ufh..!” Aku bertambah bersemangat dan bernafsu.
Batang kontol itu sedikit demi sedikit mulai bengkak keras dan ngaceng lagi seperti semula.

Whoofhh..! ”Ayo, tidak usah menunggu besok-besok, Rinto.. batang kemaluanmu kini sodah ngaceng lagi..” bujukku.
Benar-benar brengsek.. walau kontol Rinto sudah ngaceng, tapi dia masih ogah-ogahan melayani ajakanku.

Nggak kupedulikan keengganannya.. aku segera naik ke atas tubuh Rinto yang sudah rebah terlentang.
”Kalau begitu biar aku yang di atas, sayang..” kataku lagi.

Tanpa aba-aba atau malu-malu lagi kududuki kemaluannya yang kini telah kembali tegak perkasa.
Akhhss.. Sleeseeep - Jlebbs - Slebb..! Ough.. asyiik sekali rasanya.

Aku segera menaik-turunkan pantatku.. menggoyang tonggak kejal di selangkangannya dengan bernafsu sekali.
Jlebb.. jlebb..! Kutekan pantatku kuat-kuat..
sehingga batang kemaluannya yang panjang itu terasa menyeruak lebih ke dalam lorong memekku yang selalu gatal.

Tak seberapa lama kami melakukan persetubuhan, tiba-tiba Rinto kembali menggeram hebat..
kedua tangannya mencengkeram kedua buah bongkahan pantatku.
”Laras, enak sekali.. Ouugh.. tobat ammpuuuun.. akkhhhhss.. akhu kelluuarr, lagi.. akhhsss..!” Croot..! Croooot..! Crooooots..!

Wah, celaka.. Rinto keluar lagi..! Hari ini aku benar-benar sial.
Baru kali ini aku menghadapi laki-laki model Pel-crot atau begitu ditempel langsung moncrot semacam Rinto ini.

”Kau sungguh keterlaluan sekali, Rinto..! Benar-benar pemuda tak berguna.. lebih baik kontolmu dipotong buat makan kucing..!
Masa’ baru semenit aja sudah bocor lagi begini..!?” Umpatku kesal.

”Aku benar-benar tak tahan oleh permainanmu yang hebat, Laras.. memekmu.. benar-benar luar biasa nikmatnya..” pujinya lemas padaku.
”Ah, biasa. Lelaki kalau sudah diberi kenikmatan sok memuji. Pokoknya, ayo kita ulangi lagi..!” Pintaku memaksanya.

”Aku nyerah, Laras..! Aku tak sanggup lagi, kontolku sudah tak bisa ngaceng..!”
”Aduh, bagaimana ini, Rin.. kepalaku rasanya pusing minta ammpuun, kepalaku terasa berat sekali..!” rintihku.

Lelaki yang lagaknya sok seram itu benar-benar tak berkutik.. batang kemaluannya dan semakin mengecil lagi, sedang nafsuku menggelora hebat.
”Rin, tolongin aku sayang.. padahal tadi sedang enak-enaknya, kau keluar duluan..!”

Rinto kemudian bangkit.. lalu mengenakan kain anduk dan melangkah keluar..
”Tunggulah sebentar Laras.. kuambilkan sesuatu untukmu..?” Katanya sambil jalan.

Dalam pikirku.. apa lagi yang mau diambilnya. Sedang pisau cukurnya masih tergeletak di kasur.
Wah, jangan-jangan laki-laki brengsek itu mau ngambil golok atau parang untuk mencincangku.
Aku jadi khawatir pada Rinto yang berwajah seram itu.

Tak seberapa lama dengan terburu-buru dia melangkah masuk menghampiriku.
Di genggamannya terdapat sebuah benda tumpul terbuat dari karet mirip peluru kendali.
”Ayo.. bersiaplah..!” Katanya sambil menggenggam benda tumpul itu diacungkan di depanku.

”Siap apaan..!? Lagi-lagi kau menggertakku.. lagi-lagi kau mau membunuhku.. aku seorang perempuan yang lemah Rinto..
tak perlu kau bunuh pakai senjata begitu.. cukup kau cekik atau kau tendang pakai kakimu saja sudah aut..!”
Ujarku emosi karena nafsu birahiku semakin memuncak dan tak tersalurkan.

”Bunuh apaan sih..? Benda ini adalah kontol-kontolan karet.. akan kugunakan untuk menusuk lorong memekmu yang sudah gatal itu, Laras..!”
Seru Rinto sambil mendorong tubuhku ke kasur sehingga aku jatuh telentang.

”Ya amplop, kukira kau ingin mencabut nyawaku, Rin..?” Ujarku lega. Rupanya Rinto membawa kontol-kontolan karet yang gede dan panjang.
Oough ssshh.. Tentu saja aku segera mengangakan pahaku.

”Ayo, tusuk Rin, lubang memekku sudah gatal bukan kepalang..!”
Rinto buru-buru menempelkan ujung benda tumpul itu ke lubang memekku dan perlahan-lahan membenamkan ke dalam.
Sreset - sreset - sleeep..! ”Akkhh.. ssshhhh.. nikmaaaat, Rin..!”

Lelaki bertampang seram itu diam membisu.. sambil matanya memandangi lubang memekku yang tengah dimasuki oleh benda cumpul dan bulat.
Kontol kontolan karet itu terus ditimbul-tenggelamkan ke dalam memekku. Ughh.. Tak kusangka rasanya nikmat sekali.

”Terus sayang, sodok terus memekku masukkan yang dalam.. aah.. eeh.. ssshh, nikmat sekali rasanya..!”
Benda itu tidak begitu keras dan tidak lembek, cukup untuk mengobrak-abrik seluruh isi memekku.
Rasanya pun nikmat sekali, asyik untuk diresapi. Tidak jauh berbeda dengan kehangatan kontol lelaki.

Rinto semakin cepat merojok-rojokkan kontol kontolan karet, rasanya pun semakin bertambah nikmat. Tetapi kurasakan air maniku keluar.
”Akh..! Ufh.. ssshhh, Rin.. nikmat terus sayang.. tekan.. tekan.. congkel-congkelkan ujungnya..!”

Maka dua-tiga detik kemudian.. Serrr.. srrr.. srrr.. srrr.. Bocorlah memekku yang pertamakali.
Namun semangatku masih menggebu-gebu untuk mengulangi kenikmatan lagi.

Maka waktu Rinto bertanya, ”Sudah keluar Laras, sudah apa belum..?”
Lalu kujawab saja dengan tidak jujur. ”Belum sayang, aku susah keluar air maninya, yang penting tusuk-tusukan yang lebih cepat dan dalam, Rinto..” balasku.
Aku terpaksa dusta.. karena buat apa capek-capek menginap di rumah Anis, kalau cuma keluar air maninya sekali saja..!?

Lelaki bertampang seram itu agaknya geram dan penasaran pada memekku yang kubilang belum keluar air maninya.
Ditusuk-tusuknya lebih cepat dan lebih dalam. ”Nih.. mampus lu.. biar mampus lu Laras..!” Sumpah Rinto yang bermaksud menyakiti memekku.

Namun tak terpikir oleh Rinto kalau aku sesungguhnya sedang merasakan nikmat yang luar biasa.
Akhhh.. bocorlah memekku yang keduakalinya. Crrrottt – crrrottt - crrrottt.

”Aduh Riiiin, ongh enak sayang, nikmat sekali, terus sayang, terus hantamkan benda tumpul itu lebih kuat dan dalam..!”
Air maniku sudah keluar banyak sekali namun semangatku masih menyala-nyala ingin mengulangi kemesraan kembali.

”Jangan tinggalkan aku sendiri Rinto, ayo kita main lagi sayang.. sampai pagi..” ajakku.
Rinto masih saja terpaku menatap keindahan memekku yang dihiasi jembut tebal.

”Ayo lagi..!” Ajakku lagi.
”Ah, gila kamu Laras..!”

”Alla.. pura-pura kamu Rinto..! Kata Hilda dan Emy, kamu mainnya kuat sampai pagi..!”
”Mereka bilang begitu padamu..? Sejak kapan mereka ketemu aku..!?” Ujar Rinto membela diri.

”Katanya waktu dulu ketika mereka menginap di sini..” ujarku. Rinto mendadak mukanya menjadi merah
”Bohong..! Mereka pada fitnah, awas kalau sampai mbak Anis tau.. kubunuh semuanya nanti..!” Ancam Rinto di depanku.
Wah, kumat lagi dia rupanya lelaki seram itu juga ada yang ditakutinya.

Dalam keadaan lengah, kudorong tubuh Rinto hingga jatuh terlentang di kasur.
Dan tanpa buang waktu lagi, segera kutindih kemaluannya yang tengah mengacung ke atas dengan daging belah memekku.

Jleeeph..! Sressets..! Bleeseeekh..! Tak menunggu reaksinya lagi.. langsung kuputar-putar pantatku dengan lincahnya..
Sehingga bonggol batang kontolnya menyentuh.. dan menggesek-gesek itilku yang sejak tadi mencuat keluar.
Bahkan jembutnya yang lebat itupun ikut menggelitik bibir memekku. Ufh.. geli tapi nikmat.

”Ayo, angkat pantatmu tinggi-tinggi, sayang.. ssssh.. eegh..!” Kukomandoi Rinto.
Rinto menuruti perintahku.. blessebb..! clebb.. clebb.. clebb..
Maka makin menyeruaklah batang kontolnya yang hangat itu lebih ke dalam lagi di liang memekku.

Namun tak lama kemudian lorong memekku berdenyut-denyut cepat sekali.
Dan akhirnya.. Serr.. srrr.. srrr.. srrr.. kembali menyemburlah cairan kenikmatan dari lorong vaginaku.

”Akhh.. Rin.. ough.. akhu kellluarr akh..!” Creeets.. Crreeets.. Creeeets..!
Aku langsung ‘terjerembab’ lemas di atas tubuh Rinto. Dengan berakhirnya cairan nikmatku yang keluar.. maka selesailah ‘misi penasaranku’.

Usai beres-beres.. aku segera pulang pagi-pagi sekali tanpa sepengetahuan Anis.. kakak Rinto.
oOo

Semenjak kejadian itu, tak pernah kudengar lagi kabar mengenai kebrutalan Rinto.. mungkin dia benar-benar telah jera.
Hidup terus menerus seperti aku ini memang tidak enak. Ke sana kemari.. yang ada di otak hanya kontol lelaki.

Walaupun sebenarnya setelah mendapatkan kenikmatan.. namun aku selalu menyesali perbuatanku sendiri ini.
Dan kini yang terlebih memusingkan lagi.. adalah memikirkan Fitri temanku. Dia cewek bandel seperti aku juga.

”Khabar gembira bagi kamu yang mau ikutan, Laras..!” Ujarnya konyol saat bertemu denganku.
”Eh, sok serius sekali kau ini, Fitri..! Ada kabar berita apa sih..?” Tanyaku serius.

”Rumahku lagi kosong. Kedua orangtuaku sedang pulang kampung urusan warisan..!”
”Sloompreeet..! Itu sih kabar gembira untuk kamu doangan, perek..!” Cemoohku mengejeknya.

”E.. e.. eeeh, tunggu dulu..! Bukan itu maksudku, nyong monyong..!”
”Lalu maksudmu apa, Fitri..?”

”Kita bawa saja si Dino ke rumah, Ras..” bisiknya kepadaku.
”Tega benar kamu, Fitri. Dino kan masih sekolah. Jangan ganggu dia..!”

”Ah, persetan..! Anak itu pernah mencium pipiku sekali, waktu aku buang air besar di WC Umum..!” Ujarnya serius.
”Tidak sengaja barangkali, Fitri. Jangan mengada-ada kamu..!” Sangkalku.

”Tidak sengaja apaan, Dino tidak hanya mencium pipiku, melainkan meremas indo-milkku..!”
”Hihihi.. salah siapa, tetek segede paya bangkok..!” Ejekku.

Fitri terus memaksaku agar rencananya terlaksana. ”Kita kerubuti berdua, Laras..! Biar kapok ?!”
Akh.. itung-itung teman masuk ke neraka.. kuiyakan saja ajakan Fitri.

Malam harinya aku datang ke rumah Fitri.. yang juga tak jauh dari rumahku.
Ternyata Dino berhasil dibujuknya. Namun nampaknya mereka masih ngobrol biasa.

”Berdua dengan siapa kau, Fit..? Kok asyik betul..?” Sapaku pura-pura nggak tau.
”Berdua Dino.. adik keponakanku..?” Kata Fitri mulai tengal.

Lagaknya kaya betulan punya adik keponakan. Setelah kupandangi dengan seksama ternyata wajah Dino sangat tampan.
Keci-kecil berkumis, banyak bulunya, aku jadi bergairah untuk mengerubutinya.

Tak seberapa lama Dino ingin pulang karena memang hari sudah malam.
Tetapi mana bisa lolos dari cengkeraman kami. Fitri buru-buru menyergapnya.

”Kenapa buru-buru pulang, Dino..?” Tanya Fitri sambil menarik tangan Dino.
”Malu, mbak.. ada mbak Laras..” bisik Dino pada Fitri.. seolah takut terdengar olehku.

”Tidak apa-apa, Dino. Mbak Laras baik orangnya, dia biasa main kemari..” bujuk Fitri.
Akhirnya Dino kembali duduk.. sedang Fitri berbisik kepadaku:

”Kita peras dulu santannya, Ras. Baru kita lepaskan buronan kami ini..”
”Buronan, Fit..?”

Fitri mengangguk, ”Apalagi namanya..?”
Tentu saja aku mengangguk setuju apa yang dikata Fitri. ”Ya.. ya.. siiplah..” ujarku semangat.

Dino terpaku melihat aku mengunci pintu.. sedang Fitri duduk berpelukan menemaninya di sofa.
”Eeeeh.. kok dikunci..?” Tanya Dino kepadaku.
”Biar.. biar aman Dino..” Namun dalam hatiku.. biar tidak bisa keluar kau anak manis. Hihihi..

Tiba-tiba.. tanpa tedeng aling-aling Fitri menyerang duluan.. Dino ditubruknya dengan sangat bernafsu dan kasar.
Aku segera mendekati mereka. Dino dalam keadaan tak berdaya menahan serangan

Fitri yang buas dan kesetanan. Lelaki muda belia seumur tujuhbelas-delapanbelas itu bagai dirajang oleh Fitri yang pengalaman Seksnya setaraf denganku.
”Sabar.. mbak..! Aah.. aduh.. a-aku kok ditelanjangi begini sih..!?” Ujar Dino serak tapi pasrah.
Rupanya lelaki muda yang tampan itu tahu maksud keinginan Fitri.

”Tenang Dino.. tenang sajalah.. kamu menurut saja, ya sayang. Ingin kutelanjangi tubuhmu. Pokoknya nikmattt..” desis Fitri tanpa malu-malu.
”Nanti.. dilihat mbak Laras. Malu, ah..!”
Kembali Dino bersunggut dan mencoba melawan.. namun Fitri lebih cepat menarik celana kolor Dino.. tapi cukup kerepotan kelihatannya.

Maka aku berjalan lebih dekat mereka.. tiba-tiba Fitri yang tengah kerepotan membuka celana kolor Dino itu berteriak minta tolong kepadaku.
”Laras, ayo bantu aku ini ******..! Malah bengong kaya’ patung.. cepat tarik celana Dino yang tinggal sedikit lagi terlepas..!” Bentak Fitri kepadaku.

”O.. iya.. iya..!” Sambil senyum-senyum segera kutarik celana kolor Dino ke bawah lututnya hingga terlepas.
Blass..! Fitri tidak tau kalau aku sesungguhnya tidak sedang bengong.. melainkan kepingin.

Karena dengan sikap Fitri yang serba main paksa begitu memandang nafsu birahiku.
Sifat lamaku jadi kambuh. Lagi-lagi berebut lelaki dengan Fitri yang brengsek itu.

Aku tak mau kalah duluan untuk mengerjai Dino yang nampak segar bugar menggairahkan sekali itu.
Hatiku masih diliputi balas dendam tempo hari pada Fitri.. yang main serobot lelaki teman kencanku di rumahnya.

Kudorong tubuh Fitri ke samping hingga terlepas dari pergumulan.
”Aks.. sialan lu, Ras.. main serobot saja. Bagianmu belakangan monyet..!” Sumpahnya kepadaku.

Mana aku mau peduli. Kini gantian aku yang berada di atas tubuh Dino.
Sedang Dino tak bisa apa-apa.. hanya tatapan matanya diliputi keheranan melihat sikapku dan sikap Fitri.

Namun hal itu tentu saja tidak mengurangi semangatku untuk menggumuli tubuhnya.
Fitri gantian mencoba untuk menarik tubuhku. Namun aku lebih kuat mencengkram tubuh Dino.

Maka segera saja terjadilah tarik menarik antara aku dan Fitri. ”Aku duluan, Laras..!”
”Nggak Fit..! Aku duluan saja yang naik ke atas tubuh Dino..!” Tolakku.

Dino hanya diam saja sambil memperhatikan kami yang sedang berebut tempat.
”Sebentar saja, Ras. Asal masuk beberapa putaran.. pasti aku mencapai puncak kenikmatanku..” rengek Fitri merayuku.
”Pokoknya, nggak boleh. Aku tidak mau bekas kamu, Fit..!”

Kulihat batang kemaluan Dino semakin tegak ke atas.. menantang mangsanya.
Fitri lalu menarikku lagi. Gantian aku yang tersungkur di lantai.. lalu kubalas lagi dan dibalas lagi.

Kami tak ada yang mau mengalah. Karena kami sama-sama merebutkan ‘obat awet muda’.
Kalau begini caranya akan repot, menghabiskan waktu saja. Timbul dalam pikiranku untuk memecahkan masalah ini kepada Fitri yang keras kepala.

”Kalau tidak mau gantian, kita kerjain bareng saja, Fit..! Aku yang bagian bawah.. kau yang bagian atas..” ujarku menawarkan solusi.
”Hmm.. oke.. Deal..!” Jawab Fitri setuju.

Kami lantas sama-sama menyerang tubuh Dino. Fitri jongkok dengan menyodorkan memeknya ke mulut Dino.
Sedang aku asyik mengulum batang kemaluan Dino yang telah bengkak dan keras ujungnya mirip jamur.

Slruppp.. slrupp.. langsung kusedot-sedot..
kukulum-kulum sambil sebelah tanganku meremas-remas pantat Fitri yang montok.. mengembang-mengempis kurangajar membelakangiku.

Fitri memang juga keranjingan. Belahan memeknya yang gede bulat telah berlendir itu ditempelkan ke mulut dan hidung Dino.
Sehingga pernapasan Dino tersumbat dan tersengal-sengal oleh daging hangat yang berbulu lebat itu

”Ayo issssaap, anak manniiss. Sedooot.. Sedoott daging yang mencuat merah di depanmu itu, sayang..”
rintih Fitri menyemangati sambil mengusap-usap rambut Dino.
"Nah begitu.. itu namanya itttiill.. sayangg.. ayooh isaaap terus, Dinno.. ouuggh.. nikkkmmmaatnya..” Fitri hanyut dalam kenikmatannya.

Dalam posisi seperti itu sangat menguntungkan bagiku. Kusedot-sedot dengan lembut sekali.. sehingga menggelepar-geleparlah tubuh Dino.
Kemudian kedua kakinya mengejang hebat, Dino merintih-rintih menahan nikmat yang luar biasa oleh isapan mulutku yang hangat.

”Adddduuh.. mbak.. nikmat sekaliii..” rintih Dino sambil menjilati lubang memek Fitri.
Maka memek Fitri yang menanggung amukan kebuasan mulut dan lidah Dino..
sebagai pelampiasan gejolak nafsunya akibat serangan mulutku pada batang kontolnya.

”Diiiinnooo. Nafsu amat sih kamu..!?” Seru Fitri tak kuasa menahan nikmat sambil menggelinjang-gelinjangkan tubuhnya ke sana kemari.
”Terrrruss sayangku, isap terus memekku. Gimana..? Gurih kan sayang..?” Kembali Fitri mengomentari Dino penuh semangat.

Namun Dino gerakan mulut dan lidahnya tak selincah tadi. Tiba-tiba Dino menjerit dan kedua matanya melotot.
”Akkkkhhhh.. nnniiikmmmat sekaliii.. Aakhh..aku tiddddaakk taahhhann, mbbaak.. ouugh asyiknyyyaaa..!” Maka bobollah pertahanan Dino.

Air maninya yang putih dan kental meluncur cepat sekali. Tentu saja kusambut dengan ngangaan mulutku yang lebar.
Crrrrroooottt.. crrrroot.. crorroott..! Auuffh.. gurihnya.. nyam.. nyam.. nyam.. lezat sekali air mani Dino ini.

Glukk.. glukk..! Kutelan semuanya sampai kering. Fitri sengaja tak kusisai. Ooouch.. asyiknya..
Seketika tubuhku menjadi segar akibat meneguk air mani Dino.

Ketika cairan jezat itu habis Dino tubuhnya menjadi lemas sedang keadaan Fitri sedang memuncak birahinya.
Maka ia jadi kalang kabut sendirian ”Ayo, Diinoo..? Kenapa berhenti isapanmu..?” Tanya Fitri agak marah dan kebingungan.

”Ngghh.. aku lemesss, mbak..” jawab Dino serak.
”Kenapa tiba-tiba lemas, Din..?” Tanya lagi Fitri sambil menengok ke belakang.

Ia melihat mulutku yang asyik menikmati sisa-sisa air mani Dino yang tertumpah.
”Hmm.. pantas kau lemas, Din. Pejumu sudah keluar, ya..?”
Senjata makan tuan, kini aku dan Fitri sama-sama menahan gejolak nafsu birahi yang belum tersalurkan.

Akhirnya tanpa memikir panjang lagi.. kuserang tubuh Fitri yang padat dan seksi itu.
Kutarik tubuhnya ke lantai, kemudian dengan sangat bernafsu kuremas-remas susunya yang gede bulat seperti pepaya bangkok.

Oughh.. indah sekali, padat dan berisi.. aku bernafsu untuk mengisapnya.
”Akhsss, Larrraass.. ough nikmatnya..” Fitri terus mengerang menahan nikmat.

Buah dadanya semakin mengeras karena nafsu. Sejak tadi Dino belum sempat menyentuhnya.
Kini mulai kuisap isap pentil susunya dan kuremas-remas dengan gemas. ”Terrruus. Larrras.. ough.. nikmat sekali rasanya..”

Fitri tak mau tinggal diam.. kedua tangannya ikut menggerayangi buah dadaku yang tak kalah montoknya dengan punyanya.
Fitri juga sangat bernafsu meremas-remasi bulatan susuku..

Kemudian diselingi dengan pelintiran-pelintiran pada pentil susuku yang runcing dan berwarna merah jambu.
Asyik sekali rasanya..! ”Sssssshh.. Fiiit.. Oouh nikmatnyaa..” Kami berdua sama-sama saling meremas payudara.

Dan setelah aku merasa puas.. pandanganku beralih pada perut Fitri bagian bawah.
Gumpalan daging yang menggunduk di selangkangannya yang sudah basah oleh lendir itu segera kuusap-usap dengan mesra.

Jembutnya yang tebal subur itu kugerai-geraikan dengan lembut.
“Akhh.. ssssh.. oough..” Sontak Fitri menggelinjangkan tubuhnya menerima rangsangan itu. Hmm.. betapa indahnya memek Fitri ini..!

Tanpa membuang waktu lagi, segera kutundukkan kepalaku agar lebih dekat pada memeknya..
lalu kutempelkan bibirku pada bibir kemaluannya yang basah.

”Laras.. ssssh.. oogh.. akhh..” rintih Fitri mulai merasakan kenikmatan yang lebih intens.
Hidung dan lidahku yang panjang mulai mengendus-endus dan menjilati lorong memeknya yang penuh lendir.

Seketika itu juga bibir memeknya mengembang-menguncup dengan indahnya.
Namun begitu mulutku juga tidak ketinggalan untuk mengecup sekerat daging merah yang mencuat di atas lubang memeknya.

”Ough.. itttiillkuu.. itilku terrassaaa nikmat sekali kau sedot-sedot begitu..!” Fitri mulai meracau tak karuan.
Sedang nafsuku semakin menggelora mengerjainya..
lidah kutusuk-tusukkan lebih kedalam lagi ke dalam lubang memeknya yang berbau harum dan terasa gurih.

”Ah.. sssh.. Larasssh.. ampuuun.. nikmat sekali rasanya.. kau hebat, sayang.. eeegh akhhss.. enaakk..!”
Rupanya pertahanan Fitri kuat sekali.. mumgkin hampir setengah jam kujilati memeknya masih belum mencapai puncaknya juga..!?

Akhirnya untuk melampiaskan rasa penasaranku.. kutusuk tusuk lubang memeknya dengan jari jariku.
”Nih, rasakan anak bandel..!” Jleep.. sreseeet.. jleeeeep.. sreeets..!

”Laarraaaas.. tooobbaaaat.. aakkuuu tidak kuaattt.. sayaang. Ogh.. aku keelllluuaaarr..!”
Fitri berteriak sejadi-jadinya sambil menjepit jari telunjukku dengan memeknya kuat sekali.

Dan seketika itu juga menyemburlah cairan nikmatnya yang bening dan kental dari lubang memeknya.
”Akkhhs..!” Croooot..! Croooott..! croooots..!
Jari telunjukku segera kucabut.. kemudian sambil nungging kureguk cairan kental itu dengan lahapnya.

Namun ketika aku sedang asyik asyiknya menikmati air mani Fitri.. tiba-tiba Dino menubrukku dari belakang..
dan kontolnya yang telah kembali ngaceng itu langsung ditusuk-tusukan ke lubang memekku dari belakang dengan penuh nafsu.

Tentu saja aku senang sekali, karena dapat mengobati liang memekku yang sangat gatal. Jlebb..! Slebb..! Jlesebb..! Sreeseeet..!
”Aghh.. Dino.. kau pintar amat, sih..! Tanpa disuruh kau sudah tau kalau memek mbak Laras sedang kegatalan batang kontolmu, ya..!?”
Erangku penuh nikmat menerima sodokan batang kontol Dino di liang memekku.

Dan tanpa banyak membuang tenaga bobollah benteng pertahananku.. karena memang sudah sejak tadi nafsuku sudah membara.
”Niikmmaaaat.. nikmaatt sekali, Dino teruuuss sayaaang.. hantaam yang kuaaaat.. sayang..hhhh..” Creeets..! Creeets..! Crreeeets..!

Dino bagaikan mendapatkan kekuatan dari dewa. Semangatnya berkobar kobar menyetubuhiku dari belakang.
Mungkin dia juga senang dengan posisi nungging yang sedang kami lakukan saat ini..

Karena tak seberapa lama kemudian air mani Dinopun menyembur membasahi lubang memekku..
Crott.. crott.. crott.. ”Akh.. ssssh.. nikmat sekali, mbak. Memekmu enak sekali.. sssh.. eghh.. wuo.. oough aku keluarrr..!” Dino memujiku.
”Terus, sayangku, keluarkan yang banyak aku senang sekali basah oleh air manimu..?”
oOo

Hari sudah larut malam ketika aku meninggalkan rumah Fitri.. aku pulang sendiri..
Di tengah jalan aku dihadang oleh lelaki. Siapa lagi kalau bukan Edy.. yang bernafsu akan mengawiniku.

”Heii.. Ras..! Yuk nonton film layar tancap..” ajaknya.
”Yuk..” aku sih tau maksudnya.. paling-paling ia ingin memamerkan kecantikanku.
oOo

Edy yang semula kukira alim.. ternyata sangat buas. Dalam keremangan malam.. di bawah pohon kecapi..
tangannya yang tak mau diam itu dengan lihai mulai melorotkan celana dalam.. kemudian menaikkan rok bikiniku ke atas.

Lalu entah dengan ilmu apa lagi.. aku tidak perhatikan.. tau-tau saja lubang memekku yang teramat sempit ini sudah kemasukan kontolnya yang hangat.
”Auihsss.. Edddyy.. eeeennak..” bisikku lirih.. tak bisa melepaskan suara dengan keras..
karena kanan-kiriku padat oleh penonton yang asyik melihat film komedi.

Namun keadaan seperti itu tak mengurangi semangat Edy untuk memaju mundurkan pantatnya dari arah belakang.
Memang asyik sekali, menonton film, sambil menikmati kehangatan kontol Edy yang menyusup ke lubang memekku.

Namun aku penasaran..! Bagai dendam tak terbalas.. kubiarkan Edy sendiri yang tengah kesetanan menggerayangiku dari belakang.
Walau keadaan yang bagaimanapun aku tetap berdiri tegak membelakangi Edy.

Hanya sesekali aku menjingkitkan pantatku kalau kurasakan kemaluan Edy yang gede panjang itu merojok terlampau ke dalam.
”Eddyyy.. aahh sssh..!” Kerap kali aku merintih.

Persetubuhan seperti yang kami lakukan ini memang asyik kalau dilakukan sambil menonton layar tancap..
Orang lain tak menyangka kalau kami sedang asyik bersetubuh. Seolah-olah seperti orang yang sedang berpacaran saja.

Karena disamping nikmat yang tiada tara.. kami bisa sama-sama menikmati film komedi.
Yang sangat lucu.. tanpa banyak mengeluarkan tenaga.. aku bisa mudah mencapai puncak kenikmatan.

Cairan nikmatku keluar banyak sekali.. tentu saja rasa kenikmatannya berkepanjangan.
Benar-benar aku merasakan nikmatnya sorga dunia yang tiada tara.

Edy memang sangat luar biasa orangnya.. ia sangat jempolan untuk mentrapkan keadaan dan posisi.
Dalam situasi yang menyulitkan begini.. masih bisa kami lalui dengan kenikmatan.
Tidaklah heran kalau teman temannya pada menjuluki SI SETAN MEMEK LAYAR TANCAP..! Hihihi..

Sekitar pukul empat pagi tontonan sudah bubar. Sejak tadi aku geram pada Edy..!
Awas nanti kalau melewati rumah kosong di dekat sawah itu..! Ancamku.. dalam hati.
Lumayan.. disamping tempatnya sepi.. sana sini ditumbuhi pepohonan yang rimbun.

Aku sengaja memperlambat jalan.. kupeluk tubuh Edy mesra sekali.
Setelah kurasakan sangat sepi kutarik tubuh Edy memasuki rumah kosong yang tidak dikunci.

Di lantai telah tersedia tikar.. mungkin bekas orang lain bersetubuh..! Hihihi.. Betul juga.. di sana sini berceceran air mani yang masih hangat..
Ditambah aroma yang menyebar pun seolaah membenarkan seperti baru saja terjadi pertempuran sengit di sini.

Rupanya Edy si buaya darat itu sudah tau maksudku. Dia buru-buru menanggalkan pakaiannya hingga bugil.
Demikian pula dengan aku.. tak sehelai benangpun menempel di tubuhku.

Akh.. gila..! Aku benar-benar terperanjat melihat benda antik yang bergelayutan di antara kedua pangkal pahanya.
Ya, ampuuuun..! Pantas gedenya seperti gada Menak Jingga..! Dan tentu saja aku segera menyambutnya dengan gembira.

“Ufhh.. ssssh..” Nyaem - nyaem - nya-emm.. duuh nikmatnya rasa daging hangat milik Edy ini.
Batang kemaluannya yang gede panjang itu kukulum dengan mesra.

Memang paling lezat sarapan pagi dengan menguyah-nguyah daging alot.
Benda hitam itu kukeluar masukkan ke dalam mulutku. Slrupp.. slrupp.. clopp.. clopp..

Kusedot-sedot ujungnya yang berbentuk topi baja.. Mekar dan mengkilap sangat merangsang sekali.
Dari ujung lubangnya mengalir cairan lendir yang bening. Rasanya gurih, nikmat sekali untuk diresapi.

Benda lunak namunkejal dan keras itu terus kusedot-sedot..
hingga akhirnya keluarlah cairan yang lebih kental banyak sekali.. mirip santan, rasanya sangat gurih dan lezat..!
Aku memang sangat doyan cairan seperti ini.

”Aufh sssssh, Larrrrras, nikmat sekali, sayang..!!” Edy terpekik menahan nikmat..
Crott.. crott.. crott.. crott.. Air maninya menyembur banyak sekali.

Aku jadi ketagihan. Kembali kuurut-urut batang kontolnya yang mulai tegang lagi.
Sekarang mampus lu.. kubikin habis pejuhmu hari ini..! Demikian ancamku dalam hati.

Setelah batang kontol Edy benar benar telah ngaceng.. segera kukeluar-masukkan ke dalam mulutku dengan penuh nafsu.
”Ufh.. gurihnya kontolmu, sayang.. egh.. ufh.. sssh..!”
Aku benar benar bernafsu melayani Edy dengan mulutku. Karena memang sudah lama aku tak mengulum kontol.

Di rumah kosong itu Edy aku bikin tidak berdaya.. karena aku melayaninya dengan bersungguh sungguh.
Dalam hatiku.. rasakan pembalasanku yang lebih kejam.. tapi nikmat ini..!
Begitu.. terus berulang ulang.. sampai setetes lendirpun tak mampu keluar dari ujung topi bajanya.

”Toobuaaaat, Laras..! Sssu-sudddaahh jangan diisap lagi kontolku.. akhhh..!” Erangnya serak.
”Kalau begitu kau tak pantas jadi suamiku, Dy. Kau tak bisa memenuhi syarat..!”

”Ya-ya.. nggak papa. Yang penting lepaskan batang kontolku, Ras. Aku benar-benar sudah tidak kuat..” rintihnya.
Akupun segera melepaskan kulumanku.. Plophh..! (. ) ( .)
------------------------------------------------------

Monggo dikenyot.. :nenen: All..
Ini.. -di atas- Nubi apdetin satu Cerita karya Maestro Enny Arrow..
Lumayanlah.. sekedar 'bernostalgila..' haha..

Moga Terhibur n KEEP SEMPROT..!!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd