-----------------------------------------------------
Cerita 106 – Hasrat Tak Tertahan
Part 03
“Ohh..!?” Ternyata.. di halaman belakangnya.. telah berkumpul hampir 10 lelaki. Semuanya adalah tetangganya yang sudah dia kenal.
Sementara Sari menghitung siapa saja yang ada di situ.. di depannya.. Pak RT memandang tubuhnya tanpa berkedip.
Begitu juga dengan kesembilan orang yang lain.
Bahkan Mbah Kosim.. orang tertua yang ada di situ.. sampai menjatuhkan pentungannya karena saking terkejutnya.
Berdiri di antara celah-celah pintu.. Sari tampak lupa dengan tubuhnya yang telanjang.
Dia cuma menyembunyikan pinggulnya karena di situ ada Budi yang sekarang asyik menjilati memeknya.
Sementara payudaranya yang besar tetap dia biarkan terburai keluar.. hingga menjadi pemandangan yang mengasyikkan bagi kesepuluh orang itu.
“Eh, m-mbak Sari t-tidak apa-apa..?” Tanya Pak RT gelagapan sambil kesulitan menelan ludahnya. Matanya terpaku pada payudara Sari yang putih mulus.
Meski cuma terlihat.. sedikit, tapi itu sudah cukup untuk membuat laki-laki setengah baya itu berkeringat dingin.
Di belakangnya, para peronda malam berjalan mendekat agar bisa melihat pemandangan itu lebih jelas lagi.
“I-iya, pak. Tadi ada tikus, auw..!” Sari terpekik saat di belakangnya Budi mencucup memeknya yang basah dengan keras.
“A-ada apa, mbak..?” Pak RT bertanya ragu, bingung antara rasa khawatir dan kepingin.
“B-bukan apa-apa..” Sari mencoba tersenyum. tapi rasa nikmat di selangkangannya mustahil untuk dielakkan.
Akibatnya.. wanita itu kembali mendesah.. ”Ahhhhh..!” Membuat kesepuluh orang di depannya ikutan mendesah.
Bahkan ada beberapa yang sudah gak tahan, mulai mengelus-elus kontolnya sendiri.
“M-mbak hati-hati ya..” kata Pak RT lagi sambil matanya tetap tak berkedip merayapi tonjolan buah dada wanita di depannya..
berusaha mencari-cari putingnya yang bersembunyi di balik bayang-bayang.
“Tadi ada maling di sini..” lanjutnya serak dengan muka merah padam menahan gairah.
Sari mengangguk tanpa suara.
Dia bukannya tidak menyadari arah pandangan mata pak RT dan semua laki-laki yang ada di sana.. dia tau itu sejak pertamakali dia membuka pintu.
Sari cuma tidak mengira.. di malam yang gelap ini, dan dengan celah yang cuma sedikit.. tubuhnya akan terlihat jelas.
Padahal sebenarnya itulah yang terjadi.. tubuh Sari seperti menyala di malam tanpa bulan ini.
“Mau saya bantuin nangkepin tikusnya, Mbak..?” Tanya seorang lelaki pendek gempal yang sering dilihat Sari nongkrong di warung Yu Ijah.
Tampak tonjolan daging di selangkangan laki-laki itu sudah sedemikian besarnya.
“Iya, Mbak. Biar nggak nakutin mbak Sari lagi..” sahut temannya yang lain, seorang lelaki berkulit gelap dengan rambut panjang dikuncir ke belakang.
“Kalo soal nangkep tikus, saya jagonya mbak..” timpal yang lain.
Sari tidak tau siapa yang bersuara.. karena tiba-tiba saja semua mengajukan diri untuk membantu menangkap tikusnya.
“Hush, sudah-sudah..!!” Pak RT melerai. “Kita di sini ini mau nangkep maling, bukan nangkep tikus..” ketus laki-laki itu pada anak buahnya.
Tapi dalam hati juga tidak menolak seandainya Sari tiba-tiba meminta dirinya untuk membantu menangkap tikus itu.
Siapa tau nanti dapat imbalan tubuh Sari yang montok. Uhh.. membayangkannya saja sudah membuat laki-laki setengah baya itu menelan ludah.
“Ehm.. m-makasih bapak-bapak. Tapi, ahhhhh.. t-tikusnya sudah pergi kok..” jawab Sari terbata-bata dengan tubuh menggelinjang.
Di bawahnya.. tersembunyi di balik pintu.. Budi terus mengobok-obok kemaluannya.
Bukan hanya dengan lidah.. sekarang bocah itu juga menggunakan dua jarinya untuk mengocok memek Sari.. membuat benda itu makin basah dan panas.
Pak RT sudah akan berkata lagi ketika Sari mulai menutup pintunya. “Maaf ya, Pak. Sudah malam, saya mau tidur dulu..” pamitnya ramah.
Raut kekecewaan langsung terpancar di wajah para tetangganya begitu mengetahui kalau pemandangan indah itu akan segera berakhir.
“I-ya, Mbak. Silakan..” sahut Pak RT.
“Semoga malingnya cepat tertangkap, Pak..” Sari tersenyum dan menutup pintunya, kemudian menguncinya dari dalam.
Di belakangnya, Pak RT menghela nafas panjang. Begitu juga dengan beberapa orang yang lain.
Sisanya, tanpa permisi langsung ngacir ke rumah masing-masing untuk meniduri istri-istri mereka..
yang meski tidak secantik Sari tapi cukup lumayan sebagai tempat pelampiasan hasrat.
“Sebaiknya kita pulang juga..” Pak RT akhirnya memutuskan saat melihat cuma tersisa 2 orang di tempat sepi itu.
“Malingnya gimana, Pak..?” Tanya Mbah Kosim sambil benerin letak kacamatanya.
“Besok aja. Kita tunggu kalau dia beraksi lagi..”
Akhirnya, beriringan mereka pergi meninggalkan tempat itu..
memberi keleluasaan bagi Sari dan Budi untuk melanjutkan hasrat mereka yang tadi sempat tertunda.
“Kak, jilatin ya, mau kan..?” Budi mengecup leher Sari yang jenjang, lalu terus merambat naik ke pipi dan bibirnya.
Sari membalas ciuman itu dengan lembut. Lidah mereka bertemu sebentar untuk saling menyentuh dan mengisap.
“Gede banget kontolmu, Bud..” bisik Sari lirih sambil membelai-belai daging hitam itu.
“Iya, Kak. Cepet diisep, ya..?” Budi tidak menanggapi pujian kakak iparnya.
Dia menyerahkan kontol hitamnya pada Sari.. membiarkan wanita cantik itu untuk menggenggam dan mengelusnya pelan.
Terasa begitu kuat dan kokoh, membuat Sari jadi takjub. Mungkin dia akan benar-benar mendapat kepuasaan kali ini.
“Ayo, Kak, cepet diisep..” pemuda itu mendorong penisnya, sedikit memaksa saat memasuki bibir mungil Sari.
“Hmmph..” dengan agak kesulitan Sari membuka mulutnya dan menelan daging panjang itu.
“Iya, gitu, Kak. Isep terus..” Budi mendesah. “Enak, Kak..” matanya merem melek merasakan gesekan bibir Sari di batang penisnya.
Tidak menjawab, Sari terus mengulum benda hitam itu. Dia juga menyukainya.
Kontol itu begitu panjang dan gemuk, membuat mulutnya yang mungil jadi tidak sanggup untuk menampung semuanya.
Batang itu juga terus bergetar dan berkedut-kedut di dalam mulutnya tiapkali Sari mengisap ujungnya..
ujung yang gundul dan tumpul.. yang pasti akan terasa nikmat sekali saat menembus memeknya nanti.
“Suka ngisep kontol ya, Kak..?” Budi bertanya kurang ajar saat melihat kakak iparnya yang tampaknya bernafsu sekali menggarap penisnya.
“Ehm, ahmmph..!” Cuma itu jawaban dari Sari karena sekarang mulutnya penuh oleh kontol pemuda itu.
Sambil mengulum, wanita cantik itu juga mengocoknya pelan..
malah kadang-kadang jilatannya turun menuju buah pelir Budi untuk sekedar mencucup dan menjilatinya sebentar
“Oouhh, Kak..” Budi kembali mendesah. Dia tidak pernah menyangka jilatan kakak iparnya akan begitu nikmat seperti ini.
Melihat keseharian Sari yang bersih dan rapi, sepertinya mustahil bagi wanita cantik itu untuk mau berbuat kotor seperti ini.
“Apa Kakak nggak jijik..?” Tanya pemuda itu dengan suara bergetar.
Sari mendongak. “Kontolmu enak. Kakak suka..”
Clopp..! Dan selesai menjawab.. dia kembali mencaplok daging panjang itu..
membuat Budi kembali mendesah dan menggeliat-geliat dengan mata merem melek keenakan.
“S-sudah, Kak. Aku sudah nggak tahan..” Budi menarik kepala Sari.. meminta wanita untuk berhenti. “Aku nggak mau keluar di mulut Kakak..”
Sari tersenyum dan mengelap bibirnya yang basah dengan baju tidurnya.
“Terus, maunya keluar di mana..?” Dia memancing.
“Di sini..!” Jawab Budi cepat sambil mengelus-elus memek Sari yang sudah sangat basah.
Begitu basahnya hingga beberapa menetes membasahi lantai di mana wanita itu tadi berjongkok.
“Mau melakukannya sekarang..?” Sari bertanya sambil mulai naik ke atas meja makan.
“Iya, Kak. Aku sudah nggak tahan..” sahut Budi sambil melotot memperhatikan kakak iparnya..
yang dengan gerakan indah dan erotis berbaring di atas meja dan membuka belahan pahanya lebar-lebar.
“Lakukanlah, Bud. Kakak sudah siap..”
Sari mengelus-elus vaginanya yang basah, yang tetap terlihat indah dan menggoda meski saat itu suasana begitu gelap.
Budi yang sudah menunggu saat-saat itu, segera memposisikan penisnya.
Dia berdiri di tepi meja, tepat di depan Sari.. dengan ujung penis menempel di bibir kemaluan wanita cantik itu.
“Ayo, lakukan..” pinta Sari sambil menggerakkan pinggulnya ke depan..
untuk menyambut datangnya penis itu yang perlahan mulai mendesak lubang kencingnya.
Slebbh..! “Uughhh..” Budi mendorong terus, berusaha memaksa kontol besarnya untuk terus masuk.
“Tekan lebih kuat..!” Sari memberi semangat.
Dia juga sudah tak sabar ingin segera merasakan kontol besar Budi mengisi dan memenuhi liang rahimnya.
“Tahan ya, Kak..” Budi berpegangan pada payudara Sari yang besar dan mendorong.
Blessepph..! Penis besarnya menyeruak masuk, merobek dan mengiris kemaluan Sari yang sempit dan legit.
“Uaargghhgggh..!” Mereka menjerit berbarengan.
“Ssstt..” Sari menyambar bibir tebal Budi, menyuruh pemuda itu untuk diam.
“Jangan keras-keras, nanti abangmu bangun..”
Dia membiarkan Budi melumat bibirnya.. sementara di bawah..
penis raksasa milik pemuda itu mulai bergerak pelan.. menggesek.. menerobos dan menjelajahi memeknya.
“Habisnya..” Budi mempercepat goyangannya. “Tubuh Kakak nikmat sekali..” bisik pemuda itu sambil meremas payudara Sari keras-keras.
“Auw..!” Sari memekik kesakitan, tapi tidak marah.
Dia malah tersenyum.. “K-kamu suka tubuh Kakak..?” Tanyanya kemudian.
“S-suka banget, Kak..” Budi menunduk untuk mencium dan menjilati puting payudara Sari yang tampak mencuat indah di depannya.
Seperti bayi yang kehausan, pemuda itu mencucup dan mengisap-isapnya dengan penuh nafsu.
“Uhh, geli, Bud..” Sari merintih, tapi tetap membiarkan pemuda itu melakukannya.
Dia bahkan menekan kepala Budi.. seperti menyuruhnya untuk menjilat dan mengisap lebih keras lagi.
Siapapun orangnya.. pasti juga akan suka diserang atas bawah seperti itu, tak terkecuali Sari.
Tubuh wanita itu terlonjak-lonjak dan menggelinjang ke sana-kemari mendapat serangan beruntun dari adik iparnya.
Dia menceracau panjang pendek menikmati genjotan dan sodokan Budi pada tubuh sintalnya.
“Aahhh.. Yaa, terus, Bud. Terus..” rintih Sari tiapkali paha Budi menabrak pantatnya.
Kontol pemuda itu terus bergerak liar.. menggesek dan menggelitik dinding rahimnya..
Makin lama makin cepat hingga membuat Sari makin menggeliat-liat keenakan.
Rasa geli.. nikmat dan entah apalagi.. berbaur menjadi satu di dalam tubuhnya.
Dia bisa melihat bagaimana batang penis adik iparnya yang besar itu keluar-masuk dengan lancar di dalam liang kemaluannya.
Meski tidak bisa menampung semuanya..
tapi itu sudah cukup untuk membuat Sari menahan nafas tiapkali benda itu meluncur masuk menusuk ke dalam miliknya.
“Oohhhh.. memek Kakak enak banget..” gumam Budi di sela-sela genjotannya.
“Sudah dari dulu aku membayangkan ini..”
“Ah, benarkah..?” Sari tidak pernah menyangka kalau diam-diam ternyata dia menjadi fantasi liar adik iparnya.
Tapi Budi tidak salah juga sih.. siapapun pasti akan melakukan hal yang sama kalau punya kakak ipar secantik dan seseksi Sari.
“Sejak pertama lihat Kakak, saya sudah bayangin bisa ngentot bareng gini..” Budi berterus-terang.
Dia sudah tidak malu lagi untuk mengungkapkan isi hatinya. Sari cuma bisa bersemu merah saat mendengarnya.
Selain tak menyangka dengan kejujuran adik iparnya.. dia juga sudah mulai tak tahan.
Gesekan penis Budi di lubang memeknya benar-benar nikmat.. membuat dia tak tahan untuk menahan lebih lama lagi.
“Kakak nggak marah kan..?” Budi bertanya saat melihat Sari yang cuma diam dengan mata terpejam.
Sari menggeleng.. “Kalau Kakak marah.. apa bisa kamu ngentoti kakak sekarang..?” Tanyanya balik.
Budi tersenyum lega. “Terimakasih, Kak..” Dia menunduk untuk melumat bibir tipis Sari dengan mesra.
Tangannya kembali meremas-remas payudara besar milik kakak iparnya yang membusung.
“Jangan kecewakan Kakak. Tunjukkan kalau kamu bisa menjadi laki-laki sejati. Puaskan aku..” bisik Sari dengan nafas memburu.
Keringat sudah membanjiri tubuh sintalnya yang telanjang..
padahal saat itu udara malam begitu dingin. Itu tanda kalau Sari sebentar lagi sudah mau orgasme.
“Iya, Kak..” Budi mengangguk.
“Emang Mas Tarno nggak bisa muasin Kakak ya..?” Tanya pemuda itu sambil terus mengoyang pinggul.
Seingatnya Mas Tarno juga punya penis yang besar. Nggak kalah dengan miliknya. Sepertinya nggak mungkin kalau dia tidak bisa muasin istrinya.
“Bang Tarno sedang tidur..” hanya itu jawaban dari Sari, sebuah jawaban yang tidak jelas sama sekali.
Tapi Budi tidak ambil peduli. Yang penting sekarang dia bisa merasakan kehangatan tubuh bugil Sari, tanpa harus tau apa alasannya.
Dia akan menikmati saat-saat indah ini sebaik mungkin karena bisa saja sewaktu-waktu abangnya bangun dan memergoki mereka berdua.
Budi tidak mau itu terjadi karena itu bisa sangat berbahaya.
Jadi bocah itu segera memompa pinggulnya lebih cepat lagi dan menusukkan penisnya lebih dalam..
berharap dengan begitu ia bisa segera meraih orgasmenya bersamaan dengan Sari yang sekarang mulai menjerit-jerit.
“Ahh, Bud, Ugghhhgh.. A-aku dapet, Bud..!!”
Vagina wanita itu terasa makin berkedut-kedut dan makin lama terasa makin kencang hingga dua detik kemudian..
“AARRGGHHHRGGHHHH..!!” Sari pun melengking tinggi dan melepas.
Tubuh wanita itu melengkung ke belakang saat vaginanya meledak..
menyemburkan cairan cinta lengket yang langsung merendam kontol besar milik Budi hingga ke ujung pangkalnya..
beberapa bahkan merembes menetes di lantai karena saking banyaknya.
“Enak, Kak..?” Tanya Budi sambil terus menggerakkan pinggulnya..
membuat penisnya yang besar terus bergesekan dengan dinding rahim Sari yang sekarang sudah begitu basahnya.
“Ehh, hahh.. hahh.. hahh..” cuma itu jawaban yang keluar dari bibir mungil Sari.
Wanita itu bernafas pendek-pendek untuk menikmati sisa-sisa orgasme yang masih melanda tubuh sintalnya.
Matanya sedikit terpejam dengan tubuh masih setengah gemetar.
Dia pasrah saja ketika Budi menarik tubuhnya dan menyuruhnya untuk nungging di sebelah meja makan.
"Masih lama, Bud..?” Tanya Sari sambil menahan nafas saat adik iparnya itu kembali memasukkan penisnya, kali ini dari belakang.
Jlegg..! “Ughh..!” Dia melenguh pelan saat merasakan benda itu menerobos masuk dan meluncur cepat hingga mentok menabrak dinding rahimnya.
“Ehm, pelan-pelan, Bud..” Sari mengernyit kesakitan, tapi di sisi lain juga menggelinjang kegelian karena gesekan kontol itu.
“Engh, s-sebentar lagi, Kak. Tinggal sedikit lagi..”
Budi meraih payudara Sari yang menggantung indah dan meremas-remasnya pelan.
“Mau dikeluarin di mana, di dalam apa di luar..?” Tanyanya sambil mulai menggoyangkan pinggul.
Dari belakang seperti ini, memek Sari terasa lebih menggigit, jepitannya terasa semakin kencang.
“N-nggak usah buru-buru, Bud. Santai saja. Kita nikmati malam ini sepuasnya..” sahut Sari manja.
Dia mendesah sambil meremas-remas taplak meja menikmati genjotan adik iparnya yang terasa makin mantab.
Di belakangnya, Budi menggeleng. Mana bisa dia menahan lebih lama lagi kalau penisnya terus diremas dan diurut seperti ini.
Memek Sari terasa berkedut-kedut makin kencang membungkus kontolnya.. membuat Budi yang sudah kegelian menjadi semakin geli.
Geli tapi nikmat. Begitu nikmatnya hingga pemuda itu menggeram saat tak bisa lagi menahannya.
“UAARRGGGHHHHHHH..!!” Jlebb.. Dengan tusukan dalam.. spermanya yang daritadi rasanya sudah berada di ujung akhirnya terlepas..
meledak dan menyembur menyiram memek Sari yang hangat.. membuat benda itu menjadi semakin penuh dan lengket sekarang.
Crettt.. croott.. crott.. croott.. sprrtt..! “Ehmmm..”
Sari merintih saat perlahan Budi menarik penisnya dan memberikannya untuk dikulum.
“Bersihkan ya, Mbak..” Bocah itu meminta.
Sedikit mendesah.. Sari meraih kontol Budi yang basah dan lengket.
Dengan mata masih setengah terpejam, wanita cantik itu segera menelannya.
Jarum jam menunjukkan pukul 2 dinihari ketika dua insan manusia itu akhirnya terbaring lemas di lantai..
dengan tubuh telanjang berpelukan beralaskan pakaian masing-masing.
“Terimakasih, Bud..” bisik Sari manja sambil mencium kening adik iparnya.
“Saya yang terimakasih, Kak..” Budi meremas pelan payudara Sari yang menempel di bahunya, terasa begitu lembut dan kenyal.
“Saya sudah diijinin ngerasain tubuh Kakak..”
Dengan gemas dia memijit dan memilin-milin putingnya yang mencuat indah.
“Kamu suka tubuh Kakak yang kaya gini..?” Sari menunjuk perut hamilnya yang sedikit membusung.
“Kakak tetap cantik kok. Tubuh kakak selalu bisa memancing gairahku, apapun keadaannya..” terang Budi.
“Beneran..?” Sari bertanya tak percaya.
“Nih buktinya..” Bocah itu menarik tangan Sari dan mengarahkan ke selangkangannya.
“Auw..!?” Wanita itu menjerit kaget saat merasakan kontol Budi yang kembali menegang dahsyat dalam genggamannya.
“Sudah bangun lagi..? Padahal baru juga 5 menit..!?” Sari berseru.. kagum bercampur senang.
“Lima menit atau sepuluh menit nggak ada bedanya, Kak. Aku ingin ngentotin Kakak sepuasnya. Boleh kan..?”
Bisik Budi sambil mengendus leher jenjang kakak iparnya.
“Ouh, lakukan, Bud. Lakukan apa yang kamu inginkan..” Sari mendesah.
“Aku milikmu malam ini..” kejantanan bocah itu telah membuat Sari terbuai.
Berapakalipun Budi menginginkannya, Sari akan dengan senang hati memberikan tubuhnya karena dia juga menikmati permainan pemuda itu.
Sangat menikmati malah.
Jadi saat Budi membaringkan kembali tubuhnya di atas meja makan, Sari pun langsung menurut dan pasrah saja.
--------
“Sayang, bangun. Kok tidur di sini sih..?” Tarno menepuk-nepuk bahu sang istri yang terlelap duduk di kursi meja makan.
“Nggak pake baju lagi. Nanti masuk angin lho..”
Laki-laki itu memunguti baju Sari yang berserakan dan menyampirkan ke tubuh sang istri.
Tarno luput mengamati sebuah kain penutup wajah berwarna hitam yang tergeletak di bawah kursi yang tampak basah penuh dengan sperma.
“Ehm, oaahmm..” Sari menguap dan mengucek matanya.
“Jam berapa sekarang, Mas..?” Dia menggeliat untuk melemaskan tubuhnya yang seperti remuk redam setelah dihajar Budi 3 ronde selama semalam suntuk.
Baru setengah jam lalu mereka selesai.
Budi pulang lewat pintu belakang dan Sari yang kelelahan akhirnya tertidur di kursi tanpa sempat mengenakan bajunya kembali.
“Jam 7 pagi..” sahut Tarno sambil mencolek mesra dada sang Istri.
Saat laki-laki itu ingin meremasnya, Sari menghindar. “Aku mau minum dulu, Mas. Haus..” Wanita itu beranjak menuju kulkas.
Sambil pura-pura mencari botol air, Sari mengelap sisa-sisa sperma Budi di payudaranya yang tampak masih belum kering benar.
Tadi, di permainan terakhir, bocah itu menyemprot di wajah dan payudaranya.
Sementara suaminya mandi.. Sari segera mengelap tubuhnya dengan air hangat untuk menghilangkan bau dan jejak perselingkuhannya semalam.
Biasanya.. kalau malam nggak dapat jatah, Bang Tarno akan meminta di pagi hari sebelum berangkat kerja.
Kalau sampai dia mencium bau sperma laki-laki lain di atas tubuhnya, dia bisa marah. Sari tidak mau itu terjadi.
Dia masih ingin mengulangi lagi petualangannya yang mengasyikkan dengan Budi.
“Lagi apa, sayang..?” Tarno keluar dari kamar mandi dengan tubuh telanjang. Penisnya yang besar terlihat tegak mengacung.
Dia berjalan menghampiri Sari sambil mengocok dan mengurut-urut benda itu.
“Nungguin Abang..” bisik Sari manja. Dia melirik penis sang suami dan mau tak mau membandingkannya dengan milik Budi dan Pak Karta.
Ketiga-tiganya sama-sama besar dan panjang, dan semuanya sanggup untuk memuaskannya dengan cara masing-masing.
Sari tidak bisa kalau disuruh memilih salahsatu. Dia ingin tiga-tiganya. Selamanya.
-------------
Itu sama seperti Budi yang juga menginginkan tubuh montok Sari. Sepulang dari rumah Sari tadi, bocah itu langsung pergi ke sekolah.
Namun dia tak sanggup untuk berkonsentrasi karena selalu terbayang-bayang peristiwa mendebarkan semalam.
Akibatnya.. dia jadi dihukum oleh guru.
Setelah disuruh berdiri di depan kelas, Budi akhirnya disuruh pulang lebih cepat karena terlihat malas dan ogah-ogahan.
Tentunya sambil sang guru menitipinya surat peringatan dari kepala sekolah.. meminta kepada Sari atau Tarno untuk datang esok ke sekolah.
Bukannya menyesal, Budi malah terlihat senang. Keinginannya untuk segera berjumpa lagi dengan Sari akhirnya tercapai.
Untung seringainya yang nakal itu tidak dilihat oleh bapak kepala sekolah.. kalau tidak ia pasti akan ditambah hukuman lagi..
bahkan bisa-bisa di skors karena dianggap mengejek.
Dengan langkah ringan Budi lekas beranjak pulang menuju rumah sang kakak.
Cuaca di hari itu yang sedikit mendung dan berangin tidak ia hiraukan.. malah itu seperti mendukung rencananya.
Bukankah enak sekali kalau ngentot pas dingin-dingin kayak gini, betul nggak..?
Karena jarak rumah ke sekolah cukup dekat, sebentar saja Budi sudah sampai.
Ia agak heran saat melihat sebuah becak karatan terparkir di jalan masuk rumah Sari.
Hmm.. lagi ada tamu rupanya. Namun ia tetap nekad meneruskan langkah karena sama sekali tidak melihat ada orang di ruang tamu.
Ke mana semua penghuni rumah..? Budi membatin dalam hati.
Penasaran, ia pun terus masuk. Dan jawaban dari pertanyaannya itu baru ia ketahui begitu menginjak ruang tengah.
Sayup-sayup ia mendengar suara rintihan yang cukup samar dari kamar Sari.
Tanpa perlu mengintip.. Budi bisa memastikan kalau itu adalah suara lenguhan nikmat kakak iparnya yang sedang asyik berhubungan badan.
Jantung Budi jadi berdebar. Namun yang membuatnya bingung adalah:
bang Tarno sedang bekerja sekarang, terbukti dari tidak adanya bajaj butut yang biasa terparkir di halaman depan di bawah pohon jambu.
Jadi kalau begitu, dengan siapa Sari bersetubuh sekarang..? Pikirnya berkecamuk
Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, Budi pun mengintip.
Kebetulan pintu kamar tidak tertutup rapat.. rupanya Sari begitu yakin kalau tak bakal ada orang yang memergoki ulahnya hingga jadi bertindak sembrono.
Di situlah Budi meletakkan mata dan apapun yang sedang terjadi di dalam kamar.. bisa dilihatnya dengan jelas sekarang.
Di sana.. berbaring bertindihan di atas ranjang.. tampak Sari tengah bergumul mesra dengan seorang lelaki tua.
Dari perawakannya.. sepertinya itu adalah Pak Karta.
Budi mengenalnya.. karena ia sering disuruh oleh ibunya untuk memberikan sarapan kalau lelaki itu kebetulan lewat di depan rumah.
Kehidupan Pak Karta memang kurang beruntung.. ia hidup sebatang kara dengan makan hanya mengandalkan dari hasil menarik becak..
yang tentunya itu sangat tidak cukup.
Namun kehidupan yang melarat itu rupanya berbanding terbalik dengan kehidupan seks-nya.
Pak Karta adalah salahsatu orang yang beruntung karena bisa merasakan tubuh molek perempuan cantik seperti Sari..
yang bahkan dalam mimpi orang waras manapun.. itu sangat tidak mungkin.
Bayangkan.. Pak Karta yang sudah sepuh.. –bahkan Budi tidak yakin kalau orang itu akan hidup sampai 2 tahun lagi..–
bisa menindih Sari yang cantiknya seperti bidadari.
Budi jadi tidak bisa berpikir.. cara apa yang digunakan oleh Pak Karta hingga bisa melakukannya.
Bahkan Budi jadi lebih kaget lagi saat melihat Anita.. salahsatu tetangganya yang cukup kaya dan berada.. ternyata ikut bergumul bersama mereka.
Perempuan berambut pendek yang baru memiliki satu orang anak itu tampak telentang kelelahan di tepi ranjang.
Memeknya tampak basah memerah, sementara di sekujur tubuhnya yang montok dan putih mulus penuh oleh cupangan-cupangan rakus Pak Karta.
Rupanya ia sudah dihajar duluan sebelum kemudian Pak Karta mengalihkan perhatiannya kepada Sari.
Gila..! Ini sungguh keterlaluan. Budi saja mungkin tidak akan bisa mendapatkan keberuntungan seperti ini.
Lalu kenapa Pak Karta bisa..? Itu yang harus ia cari tahu.
Tapi itu untuk nanti..
sekarang Budi lebih bernafsu mengintip kelanjutan permainan mereka daripada sibuk mengurusi tetek-bengek yang membingungkan pikirannya.
Menahan napas, Budi pun memperhatikan bagaimana Sari meringkik setiapkali Pak Karta menggenjotkan pinggulnya kuat-kuat.
“Ahh.. Pak.. ohh.. nikmatnya..!!” Dia melolong panjang.
Pak Karta tersenyum sambil terus menggoyangkan pinggulnya.. semakin lama menjadi semakin cepat.
“Ohh.. enak banget, Neng.. sempit, legit.. padahal udah nggak perawan..” desahnya penuh nafsu.
“Hhh.. hh.. i-iya, Pak.. auw.. auw..!” Sari sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiapkali Pak Karta menggerakkan tubuhnya..
gesekan demi gesekan di dinding dalam liang memeknya sungguh membuatnya jadi seperti terbang tinggi.
Mereka bersetubuh lama dan mesra sekali. “Oh, neng Sari.. seret banget memeknya..!!” Puji Pak Karta di tengah genjotannya.
Sari hanya bisa memejamkan mata sambil terus mendesah.
Dia terlihat sangat menikmati goyangan kontol besar Pak Karta yang mengebor tajam di dalam liang senggamanya.
Bahkan dia sekarang mulai ikut menggoyang-goyangkan pantat di atas penis hitam panjang itu.
“Oh, Pak.. ohh.. ohh.. hhh.. e-enak..!!” Desah Sari serak.
Dia terus berupaya memacu dan menggoyangkan pinggulnya di pangkuan Pak Karta dengan penuh semangat.
Ketika memandang ke depan.. dilihatnya wajah orang tua itu sedang menatapnya dengan takjub.. segaris senyum terlihat pada bibirnya yang tebal.
Sebuah senyum kemenangan karena telah berhasil menikmati perempuan muda cantik seperti Sari dan Anita..
yang tidak setiap orang bisa mendapatkannya.
“Neng Sari cantik..” ujar Pak Karta.
“Teteknya juga bagus..” tambahnya sambil kembali mengenyot puting payudara Sari yang sudah sedari tadi menjadi mainannya.
Remasan dan gigitannya yang terkadang kasar membuat Sari jadi semakin melayang.
Goyangan pinggulnya yang sudah di ambang klimaks berubah menjadi semakin cepat..
dan tanpa sadar Sari memeluk tubuh renta Pak Karta dan mengejang keras begitu melepas orgasmenya.
“Ohh.. Pak! A-aku.. augh.. auwh..!!” Jeritnya dengan tubuh meliuk-liuk, matanya membeliak dan ia terus berkelejotan..
sementara Pak Karta masih terus menggenjotnya hingga orgasme yang begitu nikmat itu pun perlahan berlalu.
“Ohh.. Neng..”
Pak Karta ikut mendesah merasakan memek sempit Sari yang masih berdenyut kencang.. seolah mengisap batang penisnya.. mencengkeramnya keras sekali.
Meski begitu, entah apa yang menjadi doping Pak Karta.. kontolnya tetap saja berdiri tegak seperti tongkat baja.
Benda panjang itu seperti tidak bisa lemas.
Budi yang masih setia mengintip jadi ikutan takjub.
Penis itu terus menyodok vagina Sari yang sudah basah membanjir.. bahkan sampai membuat kakak iparnya itu jadi kepayahan.
Saat Sari sudah terlihat hampir pingsan.. barulah Pak Karta menghentikan sodokannya.
Ia lalu mendekap tubuh telanjang Sari dan memberinya pagutan mesra di bibir.
Mereka berciuman lembut sebentar sebelum kemudian Pak Karta mencabut batang penisnya..
kemudian beralih kembali kepada Anita yang kelihatannya sudah kembali bergairah.
“Ahh.. geli, Pak..” rintih Anita saat tangan kasar Pak Karta memenuhi bulatan payudaranya dan meremas-remas lembut di sana.
“Tetek Neng cantik banget.. bening, kenyal lagi..” sambut Pak Karta sambil memilin-milin pelan putingnya yang mungil kemerahan.
“Asal Pak Karta bisa terus memuaskanku, barang ini akan selamanya jadi milik bapak..” goda Anita nakal.
“Benar nih..?” Tanya pengayuh becak itu seolah-olah tak percaya.
“Iya..” Anita mengangguk dan mengarahkan kepala Pak Karta menuju ke bongkahan payudaranya.
Pak Karta yang sudah sedemikian terangsang segera menciumi payudara itu.. dengan rakus ia menjilat.. mengenyot.. dan mengisap lembut di sana.
“Pak.. aah.. auhh.. e-enak..” desah Anita manja karena kegelian.
“Iya, Neng.. pentilnya manis nih..” sahut Pak Karta sambil sesekali juga menggigiti puting Anita yang mungil kemerahan secara bergantian.
“Nikmati sepuasnya, Pak.. ahh..!!” Desah Anita. Sementara mulutnya melahap rakus bongkahan payudara perempuan cantik itu..
tangan Pak Karta juga mulai merambah ke paha Anita yang halus dan putih mulus.
Dirabanya sebentar paha yang terasa begitu kencang itu sebelum kemudian tangannya menemukan celah vagina Anita yang masih basah..
yang terpampang jelas hingga menyebarkan aroma amis ke seputar kamar sempit itu.
“Neng, memeknya wangi..” bisik Pak Karta.
“Bapak mau..? Jilat aja, Pak..” jawab Anita sambil menunjuk ke arah kelaminnya.
“Hmm.. mau banget dong..”
Tanpa membuang waktu, segera Pak Karta membaringkan tubuh montok Anita di tempat tidur..
bersisian dengan Sari yang hanya bisa menonton permainan mereka sambil tersenyum.
Istri Tarno itu nampak begitu kelelahan.. namun juga sangat puas.
Pak Karta melotot melihat tubuh telanjang Anita yang tersaji pasrah di depan hidungnya.
Meski sudah sering merasakannya.. tak urung ia tetap takjub juga.
Tubuh itu begitu sempurna.. bahkan nyaris menyembunyikan fakta yang sebenarnya bahwa Anita sudah pernah hamil dan melahirkan satu orang anak.
Tubuhnya begitu mulus.. putih dan kencang.. sungguh merangsang mata lelaki manapun yang memandangnya.
Tak berkedip Pak Karta menatap, hingga tak terasa nafasnya mulai berubah menjadi semakin liar dan darahnya menggelegak semakin cepat.
“Ayo jilat, Pak.. kok cuma dipandangi aja..?” Rengek Anita.
“Eh.. i-iya, Neng..” Pak Karta segera berlutut di depan perempuan itu.. kepalanya diarahkan ke vagina Anita yang telah basah dan memerah.
Anita menahan nafas menantikan perlakuan tukang becak langganannya.
“Oooh.. OOHH.. aduh.. enak..!” Teriaknya keras begitu Pak Karta menyapukan lidah pada bibir kemaluannya.
Lidah itu terasa semakin liar saja, terus merangsek memasuki liang senggamanya dan akhirnya bertemu dengan biji klitorisnya.
“Auw.. Pak..!” Badan Anita langsung bergetar seperti tersengat arus listrik begitu Pak Karta yang sudah berpengalaman menaklukkan wanita..
mengerjai liang vaginanya tidak hanya dengan lidah.. tapi juga dengan jari.
Jadi sambil menjilat.. jari Pak Karta juga aktif mengorek-ngorek liang senggama Anita hingga semakin membuatnya basah dan berlendir.
Anita hanya bisa merem-melek keenakan.
Perempuan yang sudah terangsang berat itu mengelus-elus kepala Pak Karta seraya membuka pahanya lebih lebar..
sehingga apapun yang sedang bergerak di lorong kewanitaannya bisa menelusur lebih jauh lagi ke dalam.
“Ooh.. enak, Pak..! Hebat banget sih jilatnya.. ohh.. ohh..” desah Anita penuh rasa suka.
Anita.. istri pengusaha yang sangatcantik dan jadi idaman setiap lelaki di kompleks..
kini dibuat tak berkutik oleh seorang tukang becak tua yang kusam dan dekil.
Bahkan di sinetron yang lebay pun.. tidak ada cerita yang seperti ini.
Memang ini sangat di luar nalar.. dan hanya bisa terjadi bila hasrat sudah benar-benar tak tertahan.
Sambil terus menjilat.. kedua tangan Pak Karta meraih ke atas untuk menggenggam dan meremas-remas masing-masing satu payudara Anita.
Rangsangan itu terbukti benar-benar ampuh membuat basah memek sempit Anita.
Wajah Pak Karta pun jadi ikutan basah.. namun ia terus menjilat dengan liar hingga Anita benar-benar pasrah mengikuti seluruh permainannya.
“Ooh.. jangan berhenti, Pak..” rengek Anita saat merasakan Pak Karta menarik kepala dari himpitan pahanya secara tiba-tiba.
Hal ini membuatnya jadi merasa kehilangan.
Anita sebenarnya ingin marah.. tapi dia segera tersenyum begitu melihat laki-laki tua mulai mempersiapkan penisnya.
“Ayo, Pak.. aku juga dah nggak tahan..” Anita segera meraih penis itu dan mengocoknya perlahan.
“Tangan Neng halus.. enak..” desah Pak Karta. Pelan-pelan, Anita memajukan wajahnya.
Dia melanjutkan kocokannya sambil menyapukan lidahnya pada kepala penis itu.
“Ehm, Neng..!” Pak Karta mendesah merasakan belaian lidah basah milik Anita pada batang penisnya..
juga kehangatan yang diberikan oleh ludah dan bibirnya.
Dan ia semakin merintih begitu Anita mulai mengulumnya.
“Yah, begitu.. terus, Neng..!” Lenguh Pak Karta Anita terus memaju-mundurkan kepalanya untuk mengulum batang penis itu..
Tangannya juga ikutan bekerja dengan mengocok ringan..
sambil sesekali memijat serta mengusap-usap gemas buah pelir Pak Karta yang menggantung indah.
Pria tua itu merasa semakin keenakan..
sehingga tanpa sadar ia menggerak-gerakkan pinggulnya sampai batang penisnya menyodoki mulut manis Anita seolah menyetubuhinya.
Kini Anita berhenti memaju-mundurkan kepalanya..
dan hanya pasrah membiarkan mulutnya disenggamai oleh tukang becak tua yang sering mangkal di depan kompleks itu.
“Uuh.. gitu.. enak, Neng.. mmm..” gumam Pak Karta sambil terus memaju-mundurkan pinggulnya.
Ia juga memegangi kepala Anita.. sehingga perempuan itu jadi tidak bisa melepaskan diri.
Anita merasakan wajahnya semakin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Pak Karta yang berbulu lebat..
bahkan penis di dalam mulutnya terasa semakin menyentuh batang kerongkongannya.
"Ohh.. Neng Anita, terus.. terus..” desah Pak Karta sambil membelai rambut pendek Anita.
Saking enaknya, pertahanan Pak Karta langsung jebol dalam waktu kurang dari 5 menit.
Wajahnya menegang dan cengkeramannya pada pundak perempuan itu semakin mengeras.
Anita yang menyadari lawan mainnya akan segera keluar segera mempergencar serangannya..
Ia memaju-mundurkan kepalanya semakin cepat dan.. croot.. croot.. croot..
Seperti harapannya.. sperma Pak Karta yang kental dan panas langsung menyemprot deras di dalam mulutnya.
Dengan lihai Anita menelan semuanya tanpa ada sedikit pun yang menetes keluar.
Di lain pihak.. sungguh kenikmatan oral terdahsyat yang pernah dialami oleh Pak Karta bisa meledak di mulut perempuan cantik seperti Anita.
Ia pun terus terkejang-kejang sambil melenguh tak karuan. “Uohh.. sedot terus, Neng.. enak banget.. arghh..!!”
Anita melakukan cleaning servicenya dengan sempurna.. seluruh batang itu ia bersihkan dari sisa-sisa sperma.
Setelah mulutnya lepas.. tak terlihat sedikitpun cairan putih milik Pak Karta menetes keluar. Sungguh teknik yang sempurna.
Anita kemudian tersenyum genit ke arah tukang becak tua itu.
“Neng memang istri nakal ya..” gumam Pak Karta yang masih mendengus-dengus keenakan.
“Buat Bapak, semua akan saya berikan..” sahut Anita dengan masih tersenyum menggoda. “Terimakasih, Neng..”
Setelah mengecup bibir Anita yang masih bau sperma..
Pak Karta kemudian ikut rebahan di ranjang dengan diapit oleh dua bidadari cantik yang sudah setia menemaninya.
Namun Anita yang masih kegatelan.. mencoba merangsang kembali lelaki tua itu.
Dia meraba dan meremas-remas penis Pak Karta untuk membangunkannya.. tapi sepertinya sia-sia.
Sari yang melihatnya jadi tertawa. “Istirahat dulu, Mbak Nita..” lirihnya.
“Masa’ mau terus-terusan..? Nanti dilanjut lagi. Sebentar.. aku ambilkan minum dulu..”
Perempuan yang sedang hamil 4 bulan itu pun bangkit. Hanya dengan berbalut handuk.. Sari melangkah pelan menuju dapur.
Saat itulah, matanya tertumbuk pada sosok Budi yang duduk tenang di depan meja makan.
Seringai nakal bocah itu menunjukkan kalau Sari sudah tertangkap basah.
“Lho, Bud.. kapan datang..?” Tanyanya rikuh dengan wajah berubah sedikit merah.
Budi tersenyum. “Cukup lama untuk melihat kak Sari yang sedang bersenang-senang..” katanya sambil tertawa sedikit.
“T-tunggu..” kata Sari, wajahnya sekarang merah cerah. “K-kakak bisa menjelaskan ..”
Budi menggeleng, ia berhenti sejenak untuk memperhatikan kaki panjang sempurna milik Sari yang mengintip dari balik handuk.
“Jelaskan saja pada bang Tarno, kak..” katanya mengancam. Ekspresi ketakutan langsung datang di wajah cantik Sari.
“J-jangan, Bud. Jangan laporin ini pada bang Tarno. Cukup kita saja yang tau..” pintanya memelas.
“Tapi video ini bisa saja tersebar..” Budi mengeluarkan hapenya dan memutar rekaman perselingkuhan sang kakak ipar.
Sari menyaksikannya dengan ngeri.
“J-jangan tunjukkan itu pada bang Tarno, Bud. Aku mohon. Dia pasti akan sangat marah.. bahkan bisa menceraikanku.
Aku masih butuh ayah untuk bayi ini..” Sari mengelus perutnya yang mulai membuncit.
Budi tersenyum. “Tenang saja, Kak, semua bisa dirundingkan kok..” Ia membiarkan kata-kata itu tenggelam dalam pikiran Sari.
Setelah beberapa detik, baru Sari menyadarinya. “Baik, apa yang kau inginkan..?” Tanyanya dengan bahu merosot.
Budi memilih kata-katanya dengan hati-hati.
“Aku mau main bertiga; aku, kakak, dan mbak Anita.. sama seperti yang kakak lakukan dengan Pak Karta barusan. Bagaimana..?”
Mata Sari berkilat. “Tapi itu nggak mungkin, Bud. Kalau aku sih nggak masalah.. tapi bagaimana dengan Anita.. apa dia mau..?”
“Itu urusan kakak..” Budi mendengus, “aku tidak peduli bagaimana caranya.
Asal kak Sari bisa mewujudkannya.. aku akan langsung menghapus video ini dan juga nggak akan lapor sama bang Tarno..”
Sari tampak kesal.. namun tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah berpikir sejenak, ia pun mengangguk. Sepertinya syarat itu mudah untuk dipenuhi.
Anita suka kontol gede, dan Budi termasuk dalam kriteria itu.
Ditambah Anita yang sekarang lagi terangsang, jadi makin mudahlah bagi Sari untuk membujuknya.
“Tunggu di sini, aku ngomong dulu sama Anita..” kata Sari lirih.
Budi tersenyum gembira. “Aku harap berhasil, kak..”
“Diamlah..!” Sari menghardik pelan sebelum kemudian berbalik dan melangkah ragu menuju kamar tidur.
Sepuluh menit kemudian.. Budi melihat Pak Karta yang tergopoh-gopoh keluar dari dalam kamar.
Dengan hanya bercelana panjang saja.. ia melangkah cepat untuk menghindari Budi.. sama sekali tidak berani menoleh apalagi menyapa.
Budi tersenyum dan membiarkan saja lelaki itu berlalu.
Ada hal yang lebih penting sekarang.. karena di detik berikutnya.. giliran Sari dan Anita yang datang menghampirinya.
Kedua perempuan cantik itu sudah mengenakan pakaian.. namun tetap terlihat menggoda di mata Budi karena bahan dan potongannya yang begitu minim.
“Apa kabar, Mbak Anita..?” Sapa Budi.. berusaha untuk tidak tampak terlalu bersemangat.
Anita tersenyum. “Kata Sari.. punyamu lebih gede dari milik Pak Karta ya. Benarkah..?”
Budi tersenyum. “Coba aja mbak buktikan sendiri..” dengan itu.. dia menarik tangan halus Anita dan menaruhnya di atas celananya.
“Hei..!?” Sedikit terkejut.. Anita memekik..
namun kemudian mulai membelai batang penis Budi yang terasa mengencang panjang di dalam genggaman tangannya.
Tanpa perlu melihat.. ia bisa menebak kalau benda itu sangatlah besar. Sari memang tidak bohong.
Budi melirik kakak iparnya. Perempuan itu menatapnya gugup sambil menggigit bibirnya.. tapi tidak mengatakan apa-apa.
Termasuk saat Budi mulai memlorotkan celananya ke bawah dan membiarkan kontol besarnya melambai-lambai.. dia tetap diam.
“Ini sudah maksimal.. atau masih bisa lebih gede lagi..?” Tanya Anita sambil kembali membelainya gemas.
“Tergantung usaha mbak Anita..”
Budi menyeringai dan merasakan penisnya semakin mengeras.. seiring tangan lentik Anita yang mulai menggosok perlahan di sana.
Dan hanya butuh sekitar 20 detik untuk membuatnya menjadi tegang sepenuhnya hingga jadi sekeras batu.
--------------------------------------------