Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

-----------------------------------------------------

Cerita 106 – Hasrat Tak Tertahan

Part 03

Ohh..!?” Ternyata.. di halaman belakangnya.. telah berkumpul hampir 10 lelaki. Semuanya adalah tetangganya yang sudah dia kenal.
Sementara Sari menghitung siapa saja yang ada di situ.. di depannya.. Pak RT memandang tubuhnya tanpa berkedip.

Begitu juga dengan kesembilan orang yang lain.
Bahkan Mbah Kosim.. orang tertua yang ada di situ.. sampai menjatuhkan pentungannya karena saking terkejutnya.

Berdiri di antara celah-celah pintu.. Sari tampak lupa dengan tubuhnya yang telanjang.

Dia cuma menyembunyikan pinggulnya karena di situ ada Budi yang sekarang asyik menjilati memeknya.
Sementara payudaranya yang besar tetap dia biarkan terburai keluar.. hingga menjadi pemandangan yang mengasyikkan bagi kesepuluh orang itu.

“Eh, m-mbak Sari t-tidak apa-apa..?” Tanya Pak RT gelagapan sambil kesulitan menelan ludahnya. Matanya terpaku pada payudara Sari yang putih mulus.
Meski cuma terlihat.. sedikit, tapi itu sudah cukup untuk membuat laki-laki setengah baya itu berkeringat dingin.

Di belakangnya, para peronda malam berjalan mendekat agar bisa melihat pemandangan itu lebih jelas lagi.
“I-iya, pak. Tadi ada tikus, auw..!” Sari terpekik saat di belakangnya Budi mencucup memeknya yang basah dengan keras.

“A-ada apa, mbak..?” Pak RT bertanya ragu, bingung antara rasa khawatir dan kepingin.
“B-bukan apa-apa..” Sari mencoba tersenyum. tapi rasa nikmat di selangkangannya mustahil untuk dielakkan.

Akibatnya.. wanita itu kembali mendesah.. ”Ahhhhh..!” Membuat kesepuluh orang di depannya ikutan mendesah.
Bahkan ada beberapa yang sudah gak tahan, mulai mengelus-elus kontolnya sendiri.

“M-mbak hati-hati ya..” kata Pak RT lagi sambil matanya tetap tak berkedip merayapi tonjolan buah dada wanita di depannya..
berusaha mencari-cari putingnya yang bersembunyi di balik bayang-bayang.
“Tadi ada maling di sini..” lanjutnya serak dengan muka merah padam menahan gairah.

Sari mengangguk tanpa suara.
Dia bukannya tidak menyadari arah pandangan mata pak RT dan semua laki-laki yang ada di sana.. dia tau itu sejak pertamakali dia membuka pintu.

Sari cuma tidak mengira.. di malam yang gelap ini, dan dengan celah yang cuma sedikit.. tubuhnya akan terlihat jelas.
Padahal sebenarnya itulah yang terjadi.. tubuh Sari seperti menyala di malam tanpa bulan ini.

“Mau saya bantuin nangkepin tikusnya, Mbak..?” Tanya seorang lelaki pendek gempal yang sering dilihat Sari nongkrong di warung Yu Ijah.
Tampak tonjolan daging di selangkangan laki-laki itu sudah sedemikian besarnya.

“Iya, Mbak. Biar nggak nakutin mbak Sari lagi..” sahut temannya yang lain, seorang lelaki berkulit gelap dengan rambut panjang dikuncir ke belakang.
“Kalo soal nangkep tikus, saya jagonya mbak..” timpal yang lain.
Sari tidak tau siapa yang bersuara.. karena tiba-tiba saja semua mengajukan diri untuk membantu menangkap tikusnya.

“Hush, sudah-sudah..!!” Pak RT melerai. “Kita di sini ini mau nangkep maling, bukan nangkep tikus..” ketus laki-laki itu pada anak buahnya.
Tapi dalam hati juga tidak menolak seandainya Sari tiba-tiba meminta dirinya untuk membantu menangkap tikus itu.
Siapa tau nanti dapat imbalan tubuh Sari yang montok. Uhh.. membayangkannya saja sudah membuat laki-laki setengah baya itu menelan ludah.

“Ehm.. m-makasih bapak-bapak. Tapi, ahhhhh.. t-tikusnya sudah pergi kok..” jawab Sari terbata-bata dengan tubuh menggelinjang.

Di bawahnya.. tersembunyi di balik pintu.. Budi terus mengobok-obok kemaluannya.
Bukan hanya dengan lidah.. sekarang bocah itu juga menggunakan dua jarinya untuk mengocok memek Sari.. membuat benda itu makin basah dan panas.

Pak RT sudah akan berkata lagi ketika Sari mulai menutup pintunya. “Maaf ya, Pak. Sudah malam, saya mau tidur dulu..” pamitnya ramah.
Raut kekecewaan langsung terpancar di wajah para tetangganya begitu mengetahui kalau pemandangan indah itu akan segera berakhir.
“I-ya, Mbak. Silakan..” sahut Pak RT.

“Semoga malingnya cepat tertangkap, Pak..” Sari tersenyum dan menutup pintunya, kemudian menguncinya dari dalam.
Di belakangnya, Pak RT menghela nafas panjang. Begitu juga dengan beberapa orang yang lain.
Sisanya, tanpa permisi langsung ngacir ke rumah masing-masing untuk meniduri istri-istri mereka..
yang meski tidak secantik Sari tapi cukup lumayan sebagai tempat pelampiasan hasrat.

“Sebaiknya kita pulang juga..” Pak RT akhirnya memutuskan saat melihat cuma tersisa 2 orang di tempat sepi itu.
“Malingnya gimana, Pak..?” Tanya Mbah Kosim sambil benerin letak kacamatanya.
“Besok aja. Kita tunggu kalau dia beraksi lagi..”

Akhirnya, beriringan mereka pergi meninggalkan tempat itu..
memberi keleluasaan bagi Sari dan Budi untuk melanjutkan hasrat mereka yang tadi sempat tertunda.

“Kak, jilatin ya, mau kan..?” Budi mengecup leher Sari yang jenjang, lalu terus merambat naik ke pipi dan bibirnya.
Sari membalas ciuman itu dengan lembut. Lidah mereka bertemu sebentar untuk saling menyentuh dan mengisap.

“Gede banget kontolmu, Bud..” bisik Sari lirih sambil membelai-belai daging hitam itu.
“Iya, Kak. Cepet diisep, ya..?” Budi tidak menanggapi pujian kakak iparnya.

Dia menyerahkan kontol hitamnya pada Sari.. membiarkan wanita cantik itu untuk menggenggam dan mengelusnya pelan.
Terasa begitu kuat dan kokoh, membuat Sari jadi takjub. Mungkin dia akan benar-benar mendapat kepuasaan kali ini.

“Ayo, Kak, cepet diisep..” pemuda itu mendorong penisnya, sedikit memaksa saat memasuki bibir mungil Sari.
“Hmmph..” dengan agak kesulitan Sari membuka mulutnya dan menelan daging panjang itu.

“Iya, gitu, Kak. Isep terus..” Budi mendesah. “Enak, Kak..” matanya merem melek merasakan gesekan bibir Sari di batang penisnya.
Tidak menjawab, Sari terus mengulum benda hitam itu. Dia juga menyukainya.

Kontol itu begitu panjang dan gemuk, membuat mulutnya yang mungil jadi tidak sanggup untuk menampung semuanya.
Batang itu juga terus bergetar dan berkedut-kedut di dalam mulutnya tiapkali Sari mengisap ujungnya..
ujung yang gundul dan tumpul.. yang pasti akan terasa nikmat sekali saat menembus memeknya nanti.

“Suka ngisep kontol ya, Kak..?” Budi bertanya kurang ajar saat melihat kakak iparnya yang tampaknya bernafsu sekali menggarap penisnya.
“Ehm, ahmmph..!” Cuma itu jawaban dari Sari karena sekarang mulutnya penuh oleh kontol pemuda itu.

Sambil mengulum, wanita cantik itu juga mengocoknya pelan..
malah kadang-kadang jilatannya turun menuju buah pelir Budi untuk sekedar mencucup dan menjilatinya sebentar

“Oouhh, Kak..” Budi kembali mendesah. Dia tidak pernah menyangka jilatan kakak iparnya akan begitu nikmat seperti ini.
Melihat keseharian Sari yang bersih dan rapi, sepertinya mustahil bagi wanita cantik itu untuk mau berbuat kotor seperti ini.

“Apa Kakak nggak jijik..?” Tanya pemuda itu dengan suara bergetar.
Sari mendongak. “Kontolmu enak. Kakak suka..”

Clopp..! Dan selesai menjawab.. dia kembali mencaplok daging panjang itu..
membuat Budi kembali mendesah dan menggeliat-geliat dengan mata merem melek keenakan.

“S-sudah, Kak. Aku sudah nggak tahan..” Budi menarik kepala Sari.. meminta wanita untuk berhenti. “Aku nggak mau keluar di mulut Kakak..”
Sari tersenyum dan mengelap bibirnya yang basah dengan baju tidurnya.

“Terus, maunya keluar di mana..?” Dia memancing.
“Di sini..!” Jawab Budi cepat sambil mengelus-elus memek Sari yang sudah sangat basah.
Begitu basahnya hingga beberapa menetes membasahi lantai di mana wanita itu tadi berjongkok.

“Mau melakukannya sekarang..?” Sari bertanya sambil mulai naik ke atas meja makan.
“Iya, Kak. Aku sudah nggak tahan..” sahut Budi sambil melotot memperhatikan kakak iparnya..
yang dengan gerakan indah dan erotis berbaring di atas meja dan membuka belahan pahanya lebar-lebar.

“Lakukanlah, Bud. Kakak sudah siap..”
Sari mengelus-elus vaginanya yang basah, yang tetap terlihat indah dan menggoda meski saat itu suasana begitu gelap.

Budi yang sudah menunggu saat-saat itu, segera memposisikan penisnya.
Dia berdiri di tepi meja, tepat di depan Sari.. dengan ujung penis menempel di bibir kemaluan wanita cantik itu.

“Ayo, lakukan..” pinta Sari sambil menggerakkan pinggulnya ke depan..
untuk menyambut datangnya penis itu yang perlahan mulai mendesak lubang kencingnya.

Slebbh..! “Uughhh..” Budi mendorong terus, berusaha memaksa kontol besarnya untuk terus masuk.
“Tekan lebih kuat..!” Sari memberi semangat.

Dia juga sudah tak sabar ingin segera merasakan kontol besar Budi mengisi dan memenuhi liang rahimnya.
“Tahan ya, Kak..” Budi berpegangan pada payudara Sari yang besar dan mendorong.

Blessepph..! Penis besarnya menyeruak masuk, merobek dan mengiris kemaluan Sari yang sempit dan legit.
“Uaargghhgggh..!” Mereka menjerit berbarengan.

“Ssstt..” Sari menyambar bibir tebal Budi, menyuruh pemuda itu untuk diam.
“Jangan keras-keras, nanti abangmu bangun..”

Dia membiarkan Budi melumat bibirnya.. sementara di bawah..
penis raksasa milik pemuda itu mulai bergerak pelan.. menggesek.. menerobos dan menjelajahi memeknya.

“Habisnya..” Budi mempercepat goyangannya. “Tubuh Kakak nikmat sekali..” bisik pemuda itu sambil meremas payudara Sari keras-keras.
“Auw..!” Sari memekik kesakitan, tapi tidak marah.

Dia malah tersenyum.. “K-kamu suka tubuh Kakak..?” Tanyanya kemudian.
“S-suka banget, Kak..” Budi menunduk untuk mencium dan menjilati puting payudara Sari yang tampak mencuat indah di depannya.

Seperti bayi yang kehausan, pemuda itu mencucup dan mengisap-isapnya dengan penuh nafsu.
“Uhh, geli, Bud..” Sari merintih, tapi tetap membiarkan pemuda itu melakukannya.

Dia bahkan menekan kepala Budi.. seperti menyuruhnya untuk menjilat dan mengisap lebih keras lagi.
Siapapun orangnya.. pasti juga akan suka diserang atas bawah seperti itu, tak terkecuali Sari.

Tubuh wanita itu terlonjak-lonjak dan menggelinjang ke sana-kemari mendapat serangan beruntun dari adik iparnya.
Dia menceracau panjang pendek menikmati genjotan dan sodokan Budi pada tubuh sintalnya.

“Aahhh.. Yaa, terus, Bud. Terus..” rintih Sari tiapkali paha Budi menabrak pantatnya.

Kontol pemuda itu terus bergerak liar.. menggesek dan menggelitik dinding rahimnya..
Makin lama makin cepat hingga membuat Sari makin menggeliat-liat keenakan.

Rasa geli.. nikmat dan entah apalagi.. berbaur menjadi satu di dalam tubuhnya.
Dia bisa melihat bagaimana batang penis adik iparnya yang besar itu keluar-masuk dengan lancar di dalam liang kemaluannya.

Meski tidak bisa menampung semuanya..
tapi itu sudah cukup untuk membuat Sari menahan nafas tiapkali benda itu meluncur masuk menusuk ke dalam miliknya.

“Oohhhh.. memek Kakak enak banget..” gumam Budi di sela-sela genjotannya.
“Sudah dari dulu aku membayangkan ini..”
“Ah, benarkah..?” Sari tidak pernah menyangka kalau diam-diam ternyata dia menjadi fantasi liar adik iparnya.

Tapi Budi tidak salah juga sih.. siapapun pasti akan melakukan hal yang sama kalau punya kakak ipar secantik dan seseksi Sari.
“Sejak pertama lihat Kakak, saya sudah bayangin bisa ngentot bareng gini..” Budi berterus-terang.

Dia sudah tidak malu lagi untuk mengungkapkan isi hatinya. Sari cuma bisa bersemu merah saat mendengarnya.
Selain tak menyangka dengan kejujuran adik iparnya.. dia juga sudah mulai tak tahan.
Gesekan penis Budi di lubang memeknya benar-benar nikmat.. membuat dia tak tahan untuk menahan lebih lama lagi.

“Kakak nggak marah kan..?” Budi bertanya saat melihat Sari yang cuma diam dengan mata terpejam.
Sari menggeleng.. “Kalau Kakak marah.. apa bisa kamu ngentoti kakak sekarang..?” Tanyanya balik.

Budi tersenyum lega. “Terimakasih, Kak..” Dia menunduk untuk melumat bibir tipis Sari dengan mesra.
Tangannya kembali meremas-remas payudara besar milik kakak iparnya yang membusung.

“Jangan kecewakan Kakak. Tunjukkan kalau kamu bisa menjadi laki-laki sejati. Puaskan aku..” bisik Sari dengan nafas memburu.
Keringat sudah membanjiri tubuh sintalnya yang telanjang..
padahal saat itu udara malam begitu dingin. Itu tanda kalau Sari sebentar lagi sudah mau orgasme.
“Iya, Kak..” Budi mengangguk.

“Emang Mas Tarno nggak bisa muasin Kakak ya..?” Tanya pemuda itu sambil terus mengoyang pinggul.
Seingatnya Mas Tarno juga punya penis yang besar. Nggak kalah dengan miliknya. Sepertinya nggak mungkin kalau dia tidak bisa muasin istrinya.

“Bang Tarno sedang tidur..” hanya itu jawaban dari Sari, sebuah jawaban yang tidak jelas sama sekali.
Tapi Budi tidak ambil peduli. Yang penting sekarang dia bisa merasakan kehangatan tubuh bugil Sari, tanpa harus tau apa alasannya.

Dia akan menikmati saat-saat indah ini sebaik mungkin karena bisa saja sewaktu-waktu abangnya bangun dan memergoki mereka berdua.
Budi tidak mau itu terjadi karena itu bisa sangat berbahaya.

Jadi bocah itu segera memompa pinggulnya lebih cepat lagi dan menusukkan penisnya lebih dalam..
berharap dengan begitu ia bisa segera meraih orgasmenya bersamaan dengan Sari yang sekarang mulai menjerit-jerit.
“Ahh, Bud, Ugghhhgh.. A-aku dapet, Bud..!!”

Vagina wanita itu terasa makin berkedut-kedut dan makin lama terasa makin kencang hingga dua detik kemudian..
“AARRGGHHHRGGHHHH..!!” Sari pun melengking tinggi dan melepas.

Tubuh wanita itu melengkung ke belakang saat vaginanya meledak..
menyemburkan cairan cinta lengket yang langsung merendam kontol besar milik Budi hingga ke ujung pangkalnya..
beberapa bahkan merembes menetes di lantai karena saking banyaknya.

“Enak, Kak..?” Tanya Budi sambil terus menggerakkan pinggulnya..
membuat penisnya yang besar terus bergesekan dengan dinding rahim Sari yang sekarang sudah begitu basahnya.

“Ehh, hahh.. hahh.. hahh..” cuma itu jawaban yang keluar dari bibir mungil Sari.
Wanita itu bernafas pendek-pendek untuk menikmati sisa-sisa orgasme yang masih melanda tubuh sintalnya.

Matanya sedikit terpejam dengan tubuh masih setengah gemetar.
Dia pasrah saja ketika Budi menarik tubuhnya dan menyuruhnya untuk nungging di sebelah meja makan.

"Masih lama, Bud..?” Tanya Sari sambil menahan nafas saat adik iparnya itu kembali memasukkan penisnya, kali ini dari belakang.
Jlegg..! “Ughh..!” Dia melenguh pelan saat merasakan benda itu menerobos masuk dan meluncur cepat hingga mentok menabrak dinding rahimnya.

“Ehm, pelan-pelan, Bud..” Sari mengernyit kesakitan, tapi di sisi lain juga menggelinjang kegelian karena gesekan kontol itu.
“Engh, s-sebentar lagi, Kak. Tinggal sedikit lagi..”

Budi meraih payudara Sari yang menggantung indah dan meremas-remasnya pelan.
“Mau dikeluarin di mana, di dalam apa di luar..?” Tanyanya sambil mulai menggoyangkan pinggul.

Dari belakang seperti ini, memek Sari terasa lebih menggigit, jepitannya terasa semakin kencang.
“N-nggak usah buru-buru, Bud. Santai saja. Kita nikmati malam ini sepuasnya..” sahut Sari manja.

Dia mendesah sambil meremas-remas taplak meja menikmati genjotan adik iparnya yang terasa makin mantab.
Di belakangnya, Budi menggeleng. Mana bisa dia menahan lebih lama lagi kalau penisnya terus diremas dan diurut seperti ini.

Memek Sari terasa berkedut-kedut makin kencang membungkus kontolnya.. membuat Budi yang sudah kegelian menjadi semakin geli.
Geli tapi nikmat. Begitu nikmatnya hingga pemuda itu menggeram saat tak bisa lagi menahannya.

“UAARRGGGHHHHHHH..!!” Jlebb.. Dengan tusukan dalam.. spermanya yang daritadi rasanya sudah berada di ujung akhirnya terlepas..
meledak dan menyembur menyiram memek Sari yang hangat.. membuat benda itu menjadi semakin penuh dan lengket sekarang.

Crettt.. croott.. crott.. croott.. sprrtt..! “Ehmmm..”
Sari merintih saat perlahan Budi menarik penisnya dan memberikannya untuk dikulum.
“Bersihkan ya, Mbak..” Bocah itu meminta.

Sedikit mendesah.. Sari meraih kontol Budi yang basah dan lengket.
Dengan mata masih setengah terpejam, wanita cantik itu segera menelannya.

Jarum jam menunjukkan pukul 2 dinihari ketika dua insan manusia itu akhirnya terbaring lemas di lantai..
dengan tubuh telanjang berpelukan beralaskan pakaian masing-masing.

“Terimakasih, Bud..” bisik Sari manja sambil mencium kening adik iparnya.
“Saya yang terimakasih, Kak..” Budi meremas pelan payudara Sari yang menempel di bahunya, terasa begitu lembut dan kenyal.
“Saya sudah diijinin ngerasain tubuh Kakak..”

Dengan gemas dia memijit dan memilin-milin putingnya yang mencuat indah.
“Kamu suka tubuh Kakak yang kaya gini..?” Sari menunjuk perut hamilnya yang sedikit membusung.
“Kakak tetap cantik kok. Tubuh kakak selalu bisa memancing gairahku, apapun keadaannya..” terang Budi.

“Beneran..?” Sari bertanya tak percaya.
“Nih buktinya..” Bocah itu menarik tangan Sari dan mengarahkan ke selangkangannya.

“Auw..!?” Wanita itu menjerit kaget saat merasakan kontol Budi yang kembali menegang dahsyat dalam genggamannya.
“Sudah bangun lagi..? Padahal baru juga 5 menit..!?” Sari berseru.. kagum bercampur senang.

“Lima menit atau sepuluh menit nggak ada bedanya, Kak. Aku ingin ngentotin Kakak sepuasnya. Boleh kan..?”
Bisik Budi sambil mengendus leher jenjang kakak iparnya.

“Ouh, lakukan, Bud. Lakukan apa yang kamu inginkan..” Sari mendesah.
“Aku milikmu malam ini..” kejantanan bocah itu telah membuat Sari terbuai.

Berapakalipun Budi menginginkannya, Sari akan dengan senang hati memberikan tubuhnya karena dia juga menikmati permainan pemuda itu.
Sangat menikmati malah.

Jadi saat Budi membaringkan kembali tubuhnya di atas meja makan, Sari pun langsung menurut dan pasrah saja.
--------

“Sayang, bangun. Kok tidur di sini sih..?” Tarno menepuk-nepuk bahu sang istri yang terlelap duduk di kursi meja makan.
“Nggak pake baju lagi. Nanti masuk angin lho..”

Laki-laki itu memunguti baju Sari yang berserakan dan menyampirkan ke tubuh sang istri.
Tarno luput mengamati sebuah kain penutup wajah berwarna hitam yang tergeletak di bawah kursi yang tampak basah penuh dengan sperma.

“Ehm, oaahmm..” Sari menguap dan mengucek matanya.
“Jam berapa sekarang, Mas..?” Dia menggeliat untuk melemaskan tubuhnya yang seperti remuk redam setelah dihajar Budi 3 ronde selama semalam suntuk.

Baru setengah jam lalu mereka selesai.
Budi pulang lewat pintu belakang dan Sari yang kelelahan akhirnya tertidur di kursi tanpa sempat mengenakan bajunya kembali.
“Jam 7 pagi..” sahut Tarno sambil mencolek mesra dada sang Istri.

Saat laki-laki itu ingin meremasnya, Sari menghindar. “Aku mau minum dulu, Mas. Haus..” Wanita itu beranjak menuju kulkas.
Sambil pura-pura mencari botol air, Sari mengelap sisa-sisa sperma Budi di payudaranya yang tampak masih belum kering benar.

Tadi, di permainan terakhir, bocah itu menyemprot di wajah dan payudaranya.
Sementara suaminya mandi.. Sari segera mengelap tubuhnya dengan air hangat untuk menghilangkan bau dan jejak perselingkuhannya semalam.

Biasanya.. kalau malam nggak dapat jatah, Bang Tarno akan meminta di pagi hari sebelum berangkat kerja.
Kalau sampai dia mencium bau sperma laki-laki lain di atas tubuhnya, dia bisa marah. Sari tidak mau itu terjadi.
Dia masih ingin mengulangi lagi petualangannya yang mengasyikkan dengan Budi.

“Lagi apa, sayang..?” Tarno keluar dari kamar mandi dengan tubuh telanjang. Penisnya yang besar terlihat tegak mengacung.
Dia berjalan menghampiri Sari sambil mengocok dan mengurut-urut benda itu.

“Nungguin Abang..” bisik Sari manja. Dia melirik penis sang suami dan mau tak mau membandingkannya dengan milik Budi dan Pak Karta.
Ketiga-tiganya sama-sama besar dan panjang, dan semuanya sanggup untuk memuaskannya dengan cara masing-masing.
Sari tidak bisa kalau disuruh memilih salahsatu. Dia ingin tiga-tiganya. Selamanya.
-------------

Itu sama seperti Budi yang juga menginginkan tubuh montok Sari. Sepulang dari rumah Sari tadi, bocah itu langsung pergi ke sekolah.
Namun dia tak sanggup untuk berkonsentrasi karena selalu terbayang-bayang peristiwa mendebarkan semalam.

Akibatnya.. dia jadi dihukum oleh guru.
Setelah disuruh berdiri di depan kelas, Budi akhirnya disuruh pulang lebih cepat karena terlihat malas dan ogah-ogahan.
Tentunya sambil sang guru menitipinya surat peringatan dari kepala sekolah.. meminta kepada Sari atau Tarno untuk datang esok ke sekolah.

Bukannya menyesal, Budi malah terlihat senang. Keinginannya untuk segera berjumpa lagi dengan Sari akhirnya tercapai.
Untung seringainya yang nakal itu tidak dilihat oleh bapak kepala sekolah.. kalau tidak ia pasti akan ditambah hukuman lagi..
bahkan bisa-bisa di skors karena dianggap mengejek.

Dengan langkah ringan Budi lekas beranjak pulang menuju rumah sang kakak.
Cuaca di hari itu yang sedikit mendung dan berangin tidak ia hiraukan.. malah itu seperti mendukung rencananya.
Bukankah enak sekali kalau ngentot pas dingin-dingin kayak gini, betul nggak..?

Karena jarak rumah ke sekolah cukup dekat, sebentar saja Budi sudah sampai.
Ia agak heran saat melihat sebuah becak karatan terparkir di jalan masuk rumah Sari.

Hmm.. lagi ada tamu rupanya. Namun ia tetap nekad meneruskan langkah karena sama sekali tidak melihat ada orang di ruang tamu.
Ke mana semua penghuni rumah..? Budi membatin dalam hati.

Penasaran, ia pun terus masuk. Dan jawaban dari pertanyaannya itu baru ia ketahui begitu menginjak ruang tengah.
Sayup-sayup ia mendengar suara rintihan yang cukup samar dari kamar Sari.

Tanpa perlu mengintip.. Budi bisa memastikan kalau itu adalah suara lenguhan nikmat kakak iparnya yang sedang asyik berhubungan badan.
Jantung Budi jadi berdebar. Namun yang membuatnya bingung adalah:
bang Tarno sedang bekerja sekarang, terbukti dari tidak adanya bajaj butut yang biasa terparkir di halaman depan di bawah pohon jambu.

Jadi kalau begitu, dengan siapa Sari bersetubuh sekarang..? Pikirnya berkecamuk

Untuk memuaskan rasa ingin tahunya, Budi pun mengintip.
Kebetulan pintu kamar tidak tertutup rapat.. rupanya Sari begitu yakin kalau tak bakal ada orang yang memergoki ulahnya hingga jadi bertindak sembrono.

Di situlah Budi meletakkan mata dan apapun yang sedang terjadi di dalam kamar.. bisa dilihatnya dengan jelas sekarang.
Di sana.. berbaring bertindihan di atas ranjang.. tampak Sari tengah bergumul mesra dengan seorang lelaki tua.

Dari perawakannya.. sepertinya itu adalah Pak Karta.
Budi mengenalnya.. karena ia sering disuruh oleh ibunya untuk memberikan sarapan kalau lelaki itu kebetulan lewat di depan rumah.

Kehidupan Pak Karta memang kurang beruntung.. ia hidup sebatang kara dengan makan hanya mengandalkan dari hasil menarik becak..
yang tentunya itu sangat tidak cukup.

Namun kehidupan yang melarat itu rupanya berbanding terbalik dengan kehidupan seks-nya.
Pak Karta adalah salahsatu orang yang beruntung karena bisa merasakan tubuh molek perempuan cantik seperti Sari..
yang bahkan dalam mimpi orang waras manapun.. itu sangat tidak mungkin.

Bayangkan.. Pak Karta yang sudah sepuh.. –bahkan Budi tidak yakin kalau orang itu akan hidup sampai 2 tahun lagi..–
bisa menindih Sari yang cantiknya seperti bidadari.
Budi jadi tidak bisa berpikir.. cara apa yang digunakan oleh Pak Karta hingga bisa melakukannya.

Bahkan Budi jadi lebih kaget lagi saat melihat Anita.. salahsatu tetangganya yang cukup kaya dan berada.. ternyata ikut bergumul bersama mereka.
Perempuan berambut pendek yang baru memiliki satu orang anak itu tampak telentang kelelahan di tepi ranjang.

Memeknya tampak basah memerah, sementara di sekujur tubuhnya yang montok dan putih mulus penuh oleh cupangan-cupangan rakus Pak Karta.
Rupanya ia sudah dihajar duluan sebelum kemudian Pak Karta mengalihkan perhatiannya kepada Sari.

Gila..! Ini sungguh keterlaluan. Budi saja mungkin tidak akan bisa mendapatkan keberuntungan seperti ini.
Lalu kenapa Pak Karta bisa..? Itu yang harus ia cari tahu.

Tapi itu untuk nanti..
sekarang Budi lebih bernafsu mengintip kelanjutan permainan mereka daripada sibuk mengurusi tetek-bengek yang membingungkan pikirannya.

Menahan napas, Budi pun memperhatikan bagaimana Sari meringkik setiapkali Pak Karta menggenjotkan pinggulnya kuat-kuat.
“Ahh.. Pak.. ohh.. nikmatnya..!!” Dia melolong panjang.

Pak Karta tersenyum sambil terus menggoyangkan pinggulnya.. semakin lama menjadi semakin cepat.
“Ohh.. enak banget, Neng.. sempit, legit.. padahal udah nggak perawan..” desahnya penuh nafsu.

“Hhh.. hh.. i-iya, Pak.. auw.. auw..!” Sari sungguh tak kuasa untuk tidak merintih setiapkali Pak Karta menggerakkan tubuhnya..
gesekan demi gesekan di dinding dalam liang memeknya sungguh membuatnya jadi seperti terbang tinggi.

Mereka bersetubuh lama dan mesra sekali. “Oh, neng Sari.. seret banget memeknya..!!” Puji Pak Karta di tengah genjotannya.
Sari hanya bisa memejamkan mata sambil terus mendesah.
Dia terlihat sangat menikmati goyangan kontol besar Pak Karta yang mengebor tajam di dalam liang senggamanya.

Bahkan dia sekarang mulai ikut menggoyang-goyangkan pantat di atas penis hitam panjang itu.
“Oh, Pak.. ohh.. ohh.. hhh.. e-enak..!!” Desah Sari serak.

Dia terus berupaya memacu dan menggoyangkan pinggulnya di pangkuan Pak Karta dengan penuh semangat.
Ketika memandang ke depan.. dilihatnya wajah orang tua itu sedang menatapnya dengan takjub.. segaris senyum terlihat pada bibirnya yang tebal.

Sebuah senyum kemenangan karena telah berhasil menikmati perempuan muda cantik seperti Sari dan Anita..
yang tidak setiap orang bisa mendapatkannya.

“Neng Sari cantik..” ujar Pak Karta.
“Teteknya juga bagus..” tambahnya sambil kembali mengenyot puting payudara Sari yang sudah sedari tadi menjadi mainannya.

Remasan dan gigitannya yang terkadang kasar membuat Sari jadi semakin melayang.
Goyangan pinggulnya yang sudah di ambang klimaks berubah menjadi semakin cepat..
dan tanpa sadar Sari memeluk tubuh renta Pak Karta dan mengejang keras begitu melepas orgasmenya.

“Ohh.. Pak! A-aku.. augh.. auwh..!!” Jeritnya dengan tubuh meliuk-liuk, matanya membeliak dan ia terus berkelejotan..
sementara Pak Karta masih terus menggenjotnya hingga orgasme yang begitu nikmat itu pun perlahan berlalu.

“Ohh.. Neng..”
Pak Karta ikut mendesah merasakan memek sempit Sari yang masih berdenyut kencang.. seolah mengisap batang penisnya.. mencengkeramnya keras sekali.

Meski begitu, entah apa yang menjadi doping Pak Karta.. kontolnya tetap saja berdiri tegak seperti tongkat baja.
Benda panjang itu seperti tidak bisa lemas.

Budi yang masih setia mengintip jadi ikutan takjub.
Penis itu terus menyodok vagina Sari yang sudah basah membanjir.. bahkan sampai membuat kakak iparnya itu jadi kepayahan.

Saat Sari sudah terlihat hampir pingsan.. barulah Pak Karta menghentikan sodokannya.
Ia lalu mendekap tubuh telanjang Sari dan memberinya pagutan mesra di bibir.

Mereka berciuman lembut sebentar sebelum kemudian Pak Karta mencabut batang penisnya..
kemudian beralih kembali kepada Anita yang kelihatannya sudah kembali bergairah.

“Ahh.. geli, Pak..” rintih Anita saat tangan kasar Pak Karta memenuhi bulatan payudaranya dan meremas-remas lembut di sana.
“Tetek Neng cantik banget.. bening, kenyal lagi..” sambut Pak Karta sambil memilin-milin pelan putingnya yang mungil kemerahan.

“Asal Pak Karta bisa terus memuaskanku, barang ini akan selamanya jadi milik bapak..” goda Anita nakal.
“Benar nih..?” Tanya pengayuh becak itu seolah-olah tak percaya.

“Iya..” Anita mengangguk dan mengarahkan kepala Pak Karta menuju ke bongkahan payudaranya.
Pak Karta yang sudah sedemikian terangsang segera menciumi payudara itu.. dengan rakus ia menjilat.. mengenyot.. dan mengisap lembut di sana.

“Pak.. aah.. auhh.. e-enak..” desah Anita manja karena kegelian.
“Iya, Neng.. pentilnya manis nih..” sahut Pak Karta sambil sesekali juga menggigiti puting Anita yang mungil kemerahan secara bergantian.

“Nikmati sepuasnya, Pak.. ahh..!!” Desah Anita. Sementara mulutnya melahap rakus bongkahan payudara perempuan cantik itu..
tangan Pak Karta juga mulai merambah ke paha Anita yang halus dan putih mulus.

Dirabanya sebentar paha yang terasa begitu kencang itu sebelum kemudian tangannya menemukan celah vagina Anita yang masih basah..
yang terpampang jelas hingga menyebarkan aroma amis ke seputar kamar sempit itu.

“Neng, memeknya wangi..” bisik Pak Karta.
“Bapak mau..? Jilat aja, Pak..” jawab Anita sambil menunjuk ke arah kelaminnya.
“Hmm.. mau banget dong..”

Tanpa membuang waktu, segera Pak Karta membaringkan tubuh montok Anita di tempat tidur..
bersisian dengan Sari yang hanya bisa menonton permainan mereka sambil tersenyum.
Istri Tarno itu nampak begitu kelelahan.. namun juga sangat puas.

Pak Karta melotot melihat tubuh telanjang Anita yang tersaji pasrah di depan hidungnya.
Meski sudah sering merasakannya.. tak urung ia tetap takjub juga.

Tubuh itu begitu sempurna.. bahkan nyaris menyembunyikan fakta yang sebenarnya bahwa Anita sudah pernah hamil dan melahirkan satu orang anak.
Tubuhnya begitu mulus.. putih dan kencang.. sungguh merangsang mata lelaki manapun yang memandangnya.

Tak berkedip Pak Karta menatap, hingga tak terasa nafasnya mulai berubah menjadi semakin liar dan darahnya menggelegak semakin cepat.
“Ayo jilat, Pak.. kok cuma dipandangi aja..?” Rengek Anita.
“Eh.. i-iya, Neng..” Pak Karta segera berlutut di depan perempuan itu.. kepalanya diarahkan ke vagina Anita yang telah basah dan memerah.

Anita menahan nafas menantikan perlakuan tukang becak langganannya.
“Oooh.. OOHH.. aduh.. enak..!” Teriaknya keras begitu Pak Karta menyapukan lidah pada bibir kemaluannya.

Lidah itu terasa semakin liar saja, terus merangsek memasuki liang senggamanya dan akhirnya bertemu dengan biji klitorisnya.
“Auw.. Pak..!” Badan Anita langsung bergetar seperti tersengat arus listrik begitu Pak Karta yang sudah berpengalaman menaklukkan wanita..
mengerjai liang vaginanya tidak hanya dengan lidah.. tapi juga dengan jari.

Jadi sambil menjilat.. jari Pak Karta juga aktif mengorek-ngorek liang senggama Anita hingga semakin membuatnya basah dan berlendir.
Anita hanya bisa merem-melek keenakan.

Perempuan yang sudah terangsang berat itu mengelus-elus kepala Pak Karta seraya membuka pahanya lebih lebar..
sehingga apapun yang sedang bergerak di lorong kewanitaannya bisa menelusur lebih jauh lagi ke dalam.

“Ooh.. enak, Pak..! Hebat banget sih jilatnya.. ohh.. ohh..” desah Anita penuh rasa suka.
Anita.. istri pengusaha yang sangatcantik dan jadi idaman setiap lelaki di kompleks..
kini dibuat tak berkutik oleh seorang tukang becak tua yang kusam dan dekil.

Bahkan di sinetron yang lebay pun.. tidak ada cerita yang seperti ini.
Memang ini sangat di luar nalar.. dan hanya bisa terjadi bila hasrat sudah benar-benar tak tertahan.

Sambil terus menjilat.. kedua tangan Pak Karta meraih ke atas untuk menggenggam dan meremas-remas masing-masing satu payudara Anita.
Rangsangan itu terbukti benar-benar ampuh membuat basah memek sempit Anita.

Wajah Pak Karta pun jadi ikutan basah.. namun ia terus menjilat dengan liar hingga Anita benar-benar pasrah mengikuti seluruh permainannya.
“Ooh.. jangan berhenti, Pak..” rengek Anita saat merasakan Pak Karta menarik kepala dari himpitan pahanya secara tiba-tiba.

Hal ini membuatnya jadi merasa kehilangan.
Anita sebenarnya ingin marah.. tapi dia segera tersenyum begitu melihat laki-laki tua mulai mempersiapkan penisnya.

“Ayo, Pak.. aku juga dah nggak tahan..” Anita segera meraih penis itu dan mengocoknya perlahan.
“Tangan Neng halus.. enak..” desah Pak Karta. Pelan-pelan, Anita memajukan wajahnya.

Dia melanjutkan kocokannya sambil menyapukan lidahnya pada kepala penis itu.
“Ehm, Neng..!” Pak Karta mendesah merasakan belaian lidah basah milik Anita pada batang penisnya..
juga kehangatan yang diberikan oleh ludah dan bibirnya.

Dan ia semakin merintih begitu Anita mulai mengulumnya.
“Yah, begitu.. terus, Neng..!” Lenguh Pak Karta Anita terus memaju-mundurkan kepalanya untuk mengulum batang penis itu..
Tangannya juga ikutan bekerja dengan mengocok ringan..
sambil sesekali memijat serta mengusap-usap gemas buah pelir Pak Karta yang menggantung indah.

Pria tua itu merasa semakin keenakan..
sehingga tanpa sadar ia menggerak-gerakkan pinggulnya sampai batang penisnya menyodoki mulut manis Anita seolah menyetubuhinya.

Kini Anita berhenti memaju-mundurkan kepalanya..
dan hanya pasrah membiarkan mulutnya disenggamai oleh tukang becak tua yang sering mangkal di depan kompleks itu.

“Uuh.. gitu.. enak, Neng.. mmm..” gumam Pak Karta sambil terus memaju-mundurkan pinggulnya.
Ia juga memegangi kepala Anita.. sehingga perempuan itu jadi tidak bisa melepaskan diri.

Anita merasakan wajahnya semakin tertekan ke selangkangan dan buah pelir Pak Karta yang berbulu lebat..
bahkan penis di dalam mulutnya terasa semakin menyentuh batang kerongkongannya.

"Ohh.. Neng Anita, terus.. terus..” desah Pak Karta sambil membelai rambut pendek Anita.
Saking enaknya, pertahanan Pak Karta langsung jebol dalam waktu kurang dari 5 menit.
Wajahnya menegang dan cengkeramannya pada pundak perempuan itu semakin mengeras.

Anita yang menyadari lawan mainnya akan segera keluar segera mempergencar serangannya..
Ia memaju-mundurkan kepalanya semakin cepat dan.. croot.. croot.. croot..

Seperti harapannya.. sperma Pak Karta yang kental dan panas langsung menyemprot deras di dalam mulutnya.
Dengan lihai Anita menelan semuanya tanpa ada sedikit pun yang menetes keluar.

Di lain pihak.. sungguh kenikmatan oral terdahsyat yang pernah dialami oleh Pak Karta bisa meledak di mulut perempuan cantik seperti Anita.
Ia pun terus terkejang-kejang sambil melenguh tak karuan. “Uohh.. sedot terus, Neng.. enak banget.. arghh..!!”

Anita melakukan cleaning servicenya dengan sempurna.. seluruh batang itu ia bersihkan dari sisa-sisa sperma.
Setelah mulutnya lepas.. tak terlihat sedikitpun cairan putih milik Pak Karta menetes keluar. Sungguh teknik yang sempurna.

Anita kemudian tersenyum genit ke arah tukang becak tua itu.
“Neng memang istri nakal ya..” gumam Pak Karta yang masih mendengus-dengus keenakan.
“Buat Bapak, semua akan saya berikan..” sahut Anita dengan masih tersenyum menggoda. “Terimakasih, Neng..”

Setelah mengecup bibir Anita yang masih bau sperma..
Pak Karta kemudian ikut rebahan di ranjang dengan diapit oleh dua bidadari cantik yang sudah setia menemaninya.

Namun Anita yang masih kegatelan.. mencoba merangsang kembali lelaki tua itu.
Dia meraba dan meremas-remas penis Pak Karta untuk membangunkannya.. tapi sepertinya sia-sia.

Sari yang melihatnya jadi tertawa. “Istirahat dulu, Mbak Nita..” lirihnya.
“Masa’ mau terus-terusan..? Nanti dilanjut lagi. Sebentar.. aku ambilkan minum dulu..”

Perempuan yang sedang hamil 4 bulan itu pun bangkit. Hanya dengan berbalut handuk.. Sari melangkah pelan menuju dapur.
Saat itulah, matanya tertumbuk pada sosok Budi yang duduk tenang di depan meja makan.
Seringai nakal bocah itu menunjukkan kalau Sari sudah tertangkap basah.

“Lho, Bud.. kapan datang..?” Tanyanya rikuh dengan wajah berubah sedikit merah.
Budi tersenyum. “Cukup lama untuk melihat kak Sari yang sedang bersenang-senang..” katanya sambil tertawa sedikit.

“T-tunggu..” kata Sari, wajahnya sekarang merah cerah. “K-kakak bisa menjelaskan ..”
Budi menggeleng, ia berhenti sejenak untuk memperhatikan kaki panjang sempurna milik Sari yang mengintip dari balik handuk.

“Jelaskan saja pada bang Tarno, kak..” katanya mengancam. Ekspresi ketakutan langsung datang di wajah cantik Sari.
“J-jangan, Bud. Jangan laporin ini pada bang Tarno. Cukup kita saja yang tau..” pintanya memelas.

“Tapi video ini bisa saja tersebar..” Budi mengeluarkan hapenya dan memutar rekaman perselingkuhan sang kakak ipar.
Sari menyaksikannya dengan ngeri.

“J-jangan tunjukkan itu pada bang Tarno, Bud. Aku mohon. Dia pasti akan sangat marah.. bahkan bisa menceraikanku.
Aku masih butuh ayah untuk bayi ini..” Sari mengelus perutnya yang mulai membuncit.

Budi tersenyum. “Tenang saja, Kak, semua bisa dirundingkan kok..” Ia membiarkan kata-kata itu tenggelam dalam pikiran Sari.
Setelah beberapa detik, baru Sari menyadarinya. “Baik, apa yang kau inginkan..?” Tanyanya dengan bahu merosot.

Budi memilih kata-katanya dengan hati-hati.
“Aku mau main bertiga; aku, kakak, dan mbak Anita.. sama seperti yang kakak lakukan dengan Pak Karta barusan. Bagaimana..?”

Mata Sari berkilat. “Tapi itu nggak mungkin, Bud. Kalau aku sih nggak masalah.. tapi bagaimana dengan Anita.. apa dia mau..?”
“Itu urusan kakak..” Budi mendengus, “aku tidak peduli bagaimana caranya.
Asal kak Sari bisa mewujudkannya.. aku akan langsung menghapus video ini dan juga nggak akan lapor sama bang Tarno..”

Sari tampak kesal.. namun tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah berpikir sejenak, ia pun mengangguk. Sepertinya syarat itu mudah untuk dipenuhi.

Anita suka kontol gede, dan Budi termasuk dalam kriteria itu.
Ditambah Anita yang sekarang lagi terangsang, jadi makin mudahlah bagi Sari untuk membujuknya.

“Tunggu di sini, aku ngomong dulu sama Anita..” kata Sari lirih.
Budi tersenyum gembira. “Aku harap berhasil, kak..”
“Diamlah..!” Sari menghardik pelan sebelum kemudian berbalik dan melangkah ragu menuju kamar tidur.

Sepuluh menit kemudian.. Budi melihat Pak Karta yang tergopoh-gopoh keluar dari dalam kamar.
Dengan hanya bercelana panjang saja.. ia melangkah cepat untuk menghindari Budi.. sama sekali tidak berani menoleh apalagi menyapa.

Budi tersenyum dan membiarkan saja lelaki itu berlalu.
Ada hal yang lebih penting sekarang.. karena di detik berikutnya.. giliran Sari dan Anita yang datang menghampirinya.

Kedua perempuan cantik itu sudah mengenakan pakaian.. namun tetap terlihat menggoda di mata Budi karena bahan dan potongannya yang begitu minim.
“Apa kabar, Mbak Anita..?” Sapa Budi.. berusaha untuk tidak tampak terlalu bersemangat.
Anita tersenyum. “Kata Sari.. punyamu lebih gede dari milik Pak Karta ya. Benarkah..?”

Budi tersenyum. “Coba aja mbak buktikan sendiri..” dengan itu.. dia menarik tangan halus Anita dan menaruhnya di atas celananya.
“Hei..!?” Sedikit terkejut.. Anita memekik..
namun kemudian mulai membelai batang penis Budi yang terasa mengencang panjang di dalam genggaman tangannya.
Tanpa perlu melihat.. ia bisa menebak kalau benda itu sangatlah besar. Sari memang tidak bohong.

Budi melirik kakak iparnya. Perempuan itu menatapnya gugup sambil menggigit bibirnya.. tapi tidak mengatakan apa-apa.
Termasuk saat Budi mulai memlorotkan celananya ke bawah dan membiarkan kontol besarnya melambai-lambai.. dia tetap diam.

“Ini sudah maksimal.. atau masih bisa lebih gede lagi..?” Tanya Anita sambil kembali membelainya gemas.
“Tergantung usaha mbak Anita..”
Budi menyeringai dan merasakan penisnya semakin mengeras.. seiring tangan lentik Anita yang mulai menggosok perlahan di sana.

Dan hanya butuh sekitar 20 detik untuk membuatnya menjadi tegang sepenuhnya hingga jadi sekeras batu.
--------------------------------------------
 
Terakhir diubah:

-----------------------------------------------

Cerita 106 – Hasrat Tak Tertahan

Part 04

Anita menatap setiap urat yang bertonjolan di penis Budi tanpa berkedip.
“Gedenya..” gumamnya tanpa sadar dengan mata terkunci dan terpana di sana.

Budi tersenyum puas dan nyaris tak bisa menahan kegembiraan.
Perlahan ia menarik dagu Anita di tangannya.. bersandar dan menciumnya.

Anita membalas dengan gemas sambil mulai mengusapkan tangannya ke atas dan ke bawah di pangkal kontol ‘bocah’ itu.
Budi melakukan hal yang sama di selangkangan Anita yang ternyata sudah sangat basah.

Di samping mereka.. Sari menyaksikan semua itu dengan perasaan kagum.
Dia berdiri menonton sampai Budi –tanpa melepaskan ciuman dengan Anita..– meraih tonjolan payudaranya dan meremas-remasnya secara perlahan.

Sari melenguh kaget, namun tidak menolak. Malah yang ada ia ikut bergeser mendekat dan bersama dengan Anita..
jongkok menghadapi batang penis Budi yang terayun bebas hanya beberapa centi di depan wajah mereka.

Sari kemudian mencengkeram pantat sang adik ipar dan menariknya ke depan sampai penis itu menempel di mulutnya.
Bergantian dengan Anita.. ia mulai menciuminya. Sekejap saja, benda panjang itu sudah berleleran basah oleh air liur harum.

Anita meremasnya dengan satu tangan dan mulai membelainya lembut..
sementara Sari terus memandikan kepalanya yang gundul sampai jadi begitu basah dan mengkilap..
sebelum kemudian mulai ‘memakannya’ secara perlahan.. yang diikuti oleh Anita dengan menciumi biji zakarnya berkali-kali.

“Auhh..” Budi kontan melenguh keenakan, ia bagai berada di surga.
Bahkan jiwanya ikut melayang ketika selama dua atau tiga menit.. mereka terus melakukannya.

Bergantian.. Sari dan Anita memasukkan batang penisnya ke dalam mulut mereka.
Selain mengisap.. kedua perempuan itu juga memutar-mutar lidahnya sambil sesekali berpindah ke biji zakar..
dan mengambil satu-satu di mulut masing-masing.

Tubuh Budi bergetar.. apalagi saat Sari mulai menelan lebih dalam sambil lidahnya terus bergerak cepat seperti ular..
yang diikuti oleh Anita dengan mencucupi salahsatu bolanya naik dan turun.. sampai tiba-tiba mulutnya bergeser ke lubang pantat Budi.
Di sana.. lidah basah Anita berusaha untuk menyeruak masuk.

Mereka terus seperti itu untuk sementara waktu: Sari di depan.. memberi Budi isapan nikmat di batang penis.. sementara Anita di belakang..
mencucupi kedua bolanya sambil sesekali juga menusuk ke lubang pantat.

Budi jadi kesulitan untuk membuka mata.. bahkan sekedar bernafas pun ia seperti tak sempat.
Rangsangan nikmat ini begitu tak mungkin untuk dilawan.. apalagi dilewatkan.

Lewat lirikan mata Budi melihat tangan Anita yang perlahan terulur untuk menarik lepas celana pendek Sari..
Juga baju tidur tipis yang dikenakan oleh kakak iparnya.. hingga dalam waktu singkat Sari sudah terduduk telanjang di depan mereka.

Ingin Budi meraih bulatan payudara Sari.. namun terhalang oleh Anita yang kini melebarkan kaki Sari..
lalu perlahan-lahan wajahnya bergerak ke arah celah vagina perempuan cantik itu.
Rasanya begitu mengherankan melihat Anita yang mulai menjilati liang kelamin Sari.. sementara Sari hanya merem melek saja menikmatinya.

Sungguh sangat sukar untuk dipercaya.. kedua perempuan itu mulai saling memuaskan satu sama lain.
Kalau saja tak melihat sendiri.. Budi pasti juga menganggapnya guyonan.

“Uhh..” Sari merintih.. sekarang mati-matian ia berusaha mengisap batang kontol Budi sambil mengangkat kaki kanannya..
untuk memberikan akses yang lebih mudah bagi Anita.. sementara tangan kanannya balas meraba-raba payudara Anita yang menggantung indah.

Budi menatap takjub.. memperhatikan bagaimana lidah panjang Anita terus terjulur untuk menjilati liang vagina Sari dengan rakus.
Perbuatannya itu membuat Sari mengerang.. tapi langsung terbungkam oleh batang penis Budi yang masih menjorok tajam di dalam mulutnya.

“Hmm.. hmh..” Anita mulai menjilat dengan lebih sensual.. ia ratakan celah kewanitaan Sari dari atas ke bawah.
Begitu berkali-kali.. sampai akhirnya ia memiliki seluruh lubang mungil itu di dalam mulutnya.

Sekarang, satu-satunya petunjuk yang menunjukkan kalau serangan itu begitu nikmat..
adalah erangan dan jeritan Sari yang sesekali terdengar sambil ia terus berusaha mengisap kejantanan Budi.

Setelah beberapa menit, karena begitu tak tahan, Sari menarik keluar penis Budi dari dalam mulutnya dan memegangnya di tangan.
Ia mengocoknya cepat sambil menonton air liurnya yang menetes-netes dari benda panjang itu.

Sari terpaksa melakukannya.. karena ingin lebih menikmati jilatan Anita pada lubang senggamanya.
Budi mengambil kesempatan itu dengan membungkuk untuk mencaplok kedua puting Sari yang terlihat basah menggemaskan.

Ia memutar-mutarkan lidahnya di sana sambil sesekali mengisap keras-keras sebelum kemudian menggigit-gigitnya rakus berkali-kali.
Sari terlihat suka dengan perlakuannya.. terlebih ditambah isapan Anita yang semakin dalam di liang senggamanya..

Jadilah ia semakin menggeliat keenakan. Namun meski begitu.. ia tampak ingin mendapatkan yang lebih lagi.
Sari menjambak rambut pendek Anita dan menariknya berdiri. Wajah cantik Anita tampak basah berantakan oleh cairan kental.

“Buka bajunya, mbak..” ia berbisik. Anita menurut.. lekas ia preteli bajunya yang pada dasarnya sudah minim dengan secepat mungkin.
Budi ikut-ikutan dengan melepas bajunya juga. Kini mereka sudah sama-sama telanjang.

Sari mengajak untuk berpindah ke kamar. Anita disuruhnya untuk berbaring telentang di ranjang dengan kaki menyebar terbuka.
Tampaknya Sari ingin membalas perbuatan Anita barusan.

Perlahan wajahnya turun hingga hanya berjarak beberapa centi dari celah kemaluan Anita yang sudah nampak basah kuyup kemerahan.
“Apa yang kau tunggu, Bud..?” Sari berpaling pada Budi yang masih terbengong-bengong keheranan.
“Cepat setubuhi aku..!” Pintanya sambil mulai menjilat lubang senggama Anita.. sementara bokongnya yang bulat besar ia berikan kepada sang adik ipar..
memintanya untuk lekas ditusuk dari belakang.

“Eh, i-iya, kak..” Tanpa perlu diminta duakali, Budi segera memposisikan diri. Sedikit menekuk lutut..
ia menyiapkan batang penisnya di belakang pintu masuk kewanitaan Sari yang tampak mungil menggiurkan..
indah rapat terjepit di antara dua pahanya yang putih mulus.

Blessep.. "Nghh.." Sambil menusuk lipatan daging sempit berledir Sari..
Budi memperhatikan kepala Sari yang sekarang menempel ketat di celah paha Anita dan bergerak terangguk-angguk dari atas ke bawah.

Anita mendongak mendapat perlakuan itu dan mengerang panjang..
tubuh sintalnya terlonjak-lonjak bersamaan dengan penis Budi yang mulai meluncur membelah memek sempit hangat milik Sari.

Dengan mudah ia melakukannya.. karena selain penisnya masih sangat basah oleh air liur..
memek Sari juga sudah sedemikian lengketnya.. setelah tadi ‘dimakan’ oleh Anita.

Dengan cepat alat kelamin mereka saling bertautan.. dan Sari menyambutnya sambil merintih tertahan..
Tapi Anita lekas merenggut rambutnya untuk memaksanya kembali berlutut ke dalam celahnya.

Budi tersenyum dan dengan berirama mulai menusuk memek Sari keras-keras dari arah belakang. Slebb.. clebb.. clebb.. clebb..
Erghh.. Terasa batangnya menggesek pelan klitoris sang kakak ipar.. namun tidak sampai menyakitinya.
Malah yang ada Sari jadi terlihat tambah keenakan karenanya.

Mereka tidak berkata apa-apa lagi. Sari terus menjilati daerah kewanitaan Anita.. menyeruput dan mengisapnya keras-keras..
hingga membuat Anita jadi semakin menggeliat dan mengerang penuh rasa suka.

Sementara Budi.. sambil memegangi bongkahan pantat Sari yang bulat sempurna.. kian menusuk liang nikmat Sari tanpa ampun.
Diliriknya juga lubang pantat Sari yang mengerucut kecil tiapkali batang penisnya meluncur masuk..
membelah dan merobeknya menjadi dua bagian yang teramat nikmat.

“Ehhm..” Budi mengerang keenakan.. yang diikuti oleh Anita dengan merintih keras.. sepertinya dia akan segera mendapatkannya.
Dan benar saja, hanya dengan jilatan Sari.. tubuh Anita tiba-tiba terkejang-kejang pelan.

“Duh.. aduh.. aduduh.. auw.. aahh...!!” Keluhnya sambil memegangi bagian belakang kepala Sari begitu erat.
Budi jadi takut kakak iparnya itu akan mati lemas karena kehabisan napas.

Tapi untunglah itu tidak terjadi..
malah yang ada Budi jadi ikut bergairah begitu melihat cairan kewanitaan Anita yang mengucur deras membasahi mulut manis Sari.

Sambil terus memompa.. ia merasakan suatu aliran mulai ikut naik ke batang penisnya..
membuatnya jadi semakin bersemangat dalam menusukkan kontolnya sedalam yang ia bisa ke celah kewanitaan Sari..
yang terasa begitu rapat dan seolah mengigit batang penisnya di dalam sana.

Dan tidak sampai satu menit kemudian.. menyusul melepaskan bebannya. “Arghh..” Crott.. crott.. crott.. cratt..!!
Budi mengerang dengan tubuh terhentak-hentak begitu airnya maninya menyembur kencang.. mengisi liang rahim Sari hingga ke celahnya yang terdalam.

Ia meremas-remas pantat bulat sang kakak ipar untuk menambah rasa nikmatnya..
sementara Sari hanya bisa merintih pelan begitu merasakan semburan cairan hangat yang mengisi liang sempit di dalam tubuhnya..
baik di atas maupun di bawah.

Ketika akhirnya selesai.. Budi tidak mencoba untuk menarik keluar batang penisnya.
Dinikmatinya pijitan-pijitan halus dinding kewanitaan Sari sambil meremas-remas bulatan bokong sang kakak ipar..
sampai akhirnya tautan alat kelamin mereka terlepas dengan sendirinya begitu kontolnya melemas.

“Ahh..” Budi terduduk dengan tubuh lemas.. namun sangat puas.
Sementara Sari segera berbaring mengangkang sambil menggosok cepat biji klitorisnya.

Tampaknya ia ingin menuntaskan sendiri hasrat birahinya yang terpotong..
tidak peduli dengan sperma Budi yang terus menetes-netes keluar dari bagian bawah liang vaginanya.

Anita yang melihatnya, tanpa menunggu lama segera berlutut di depan Sari.
“Sini aku bantu..” bisiknya penuh pengertian sambil mulai menjilati lelehan sperma Budi yang berleleran di lantai..
juga yang masih ada di seputar liang memek Sari.

Ia menatap Budi sejenak untuk menunjukkan apa yang telah didapatnya sebelum kemudian menelan cairan putih kental itu dengan sekali tegukan.
Budi balas menatap sambil tersenyum. Dirabanya bongkahan payudara Anita yang menggantung indah..
sementara perempuan itu kembali melahap memek Sari dengan begitu rakus.

Dan yang tidak disangka oleh Budi adalah; Anita melakukannya sambil meraih batang penis si bocah untuk kemudian ikut dimasukkannya ke dalam mulut.
Rupanya Anita juga tertarik untuk menyantap sisa-sisa sperma yang ada di selangkangan Budi.
Ulahnya itu membuat Sari dan Budi saling berpandangan takjub.

Namun akhirnya Budi hanya tersenyum dan melengkungkan punggungnya untuk memeluk tubuh montok sang kakak ipar..
lalu mencium bibirnya rakus.. serakus mulut Anita yang terus memberikan kesenangan pada mereka berdua.

Tak henti Budi melumat mesra bibir tipis Sari.. mencucup dan mengisapnya dengan senang hati..
sampai didengarnya napas perempuan itu mulai menjadi berat.. juga perutnya yang membuncit tampak ikut bergerak naik dan turun secara perlahan-lahan.

“Ohhh.. geli.. t-tapi enak..! Teruskan, mbak..!” Kata Sari.. dan tubuhnya bergetar cepat saat orgasmenya datang.
Cairan itu berhamburan membasahi mulut tipis Anita yang langsung ditelan semuanya oleh ibu muda tersebut.

Sementara Sari masih terduduk di ranjang dengan bingung.. Anita berpaling kepada Budi.
Wajahnya tampak basah, namun terlihat semakin cantik.

Ia menatap batang penis Budi yang kini kembali mengencang akibat jilatannya.. lalu tersenyum. “Bisa kan itu dipakai..?” Tanyanya menggoda.
Budi mengangguk cepat.. ia juga tak sabar ingin merasakan kehangatan tubuh montok Anita yang sangat menggiurkan selera.

“Mbak berbaring sini..” perintahnya.
Anita menurut. Ia berbaring di tepi ranjang dengan kaki terbuka lebar.. menampakkan liang vaginanya yang sudah menganga sempurna.

Budi menjilatinya sebentar.. sebelum kemudian menerjunkan batang penisnya ke dalam celahnya yang mungil dengan sekali tusukan cepat.
Terasa lengket dan begitu basah, namun nyatanya tidak kalah ketat dengan milik Sari.

Blessepp..! “Auwhh..!!” Mereka merintih secara bersama-sama.
Budi baru mulai akan menggerakkan penisnya saat dilihatnya Sari yang tiba-tiba merangsek mendekat.. ingin ikut bergabung.

Kakak iparnya itu tengkurap di atas tubuh montok Anita dan mulai menjilati liang vagina si tetangga..
padahal sudah ada kontol Budi yang menancap di sana.

Akibatnya.. begitu Budi mulai menggerakkan pinggul untuk menyetubuhi Anita..
beberapakali ia rasakan kantung zakarnya menghantam wajah cantik Sari.

“Hhm..” Sari menerimanya dengan sesekali mencucup ringan, bahkan ia berusaha menjilati kontol Budi yang terus bergerak cepat.
Namun karena merasa kesulitan.. ia akhirnya menyerah dan fokus pada klitoris Anita.

“Ohhh..” Diserang dua arah seperti itu kontan membuat Anita mengerang panjang. Tidak perlu waktu lama, ia pun kembali menjemput orgasmenya.
Budi terus menusuk keras saat cairan perempuan itu mengucur deras.. yang mana itu malah semakin menambah rasa nikmatnya.

Anita tidak bisa berteriak karena mulutnya sekarang terbungkam oleh liang memek Sari..
ia hanya bisa mengeluh pelan di sana dengan tubuh terus terkejang-kejang.. sampai akhirnya Budi melepaskannya.

Terengah-engah.. Anita tak sanggup untuk bergerak saat dilihatnya Budi berpaling kepada Sari.
Tubuhnya sudah terlalu lelah setelah menyembur tigakali dalam waktu kurang dari satu jam.

“Sini, Kak..” Budi menarik tubuh bugil Sari untuk didudukkan di dalam pangkuannya dengan posisi membelakangi.
“Ehmm..” Slrebb.. Sari merintih begitu mulai menurunkan dirinya ke penis Budi yang masih mengacung keras.

Dia hanya duduk di sana selama satu menit.. menikmati nuansa kontol panjang Budi yang mengisi kaku di sepanjang lorong kewanitaannya.
“Oh, Bud..” bisik Sari. “Rasanya memekku jadi penuh..”

“Memek kak Sari enak..”
jawab Budi riang seraya mengulurkan tangan untuk meremas-remas bulatan payudara sang kakak ipar yang membengkak luar biasa.

Perlahan Sari mulai menggerakkan pinggulnya naik dan turun.. menggenjot batang kontol Budi yang terasa menusuk semakin dalam.
Dalam posisi begini, benda itu bagai menikam hingga ke mulut rahim. Sari sangat menyukainya.. begitu juga dengan Budi.

Keduanya terus berusaha memacu tubuh masing-masing untuk mendapatkan kenikmatan yang lebih memuaskan lagi.
Sambil terus menggoyang.. Budi melirik Anita yang perlahan mulai bisa membuka mata..
“Nggak pengen nyicipi memek kak Sari lagi, mbak..?” Tanyanya bercanda.

Di luar dugaan.. Anita memberinya senyum kotor dan tanpa berkata apa-apa lagi mulai merangkak mendekati Sari.
Hal pertama yang dirasakan Budi adalah lidah Anita yang bergerak melingkar di bagian bawah batang penisnya..
mulai menjilat pelan di sana.. sementara Sari terus melompat-lompat untuk menggenjot kuat.

Detik berikutnya..
Anita melanjutkan dengan menciumi secara bergantian alat kelamin Sari dan Budi yang masih bertautan dan saling menggesek cepat satu sama lain.
Menggunakan ludahnya.. Anita bagai ingin memperlancar proses tersebut.

Budi mencoba untuk melihat.. tapi tidak bisa.
Jadi terpaksa ia hanya bisa menikmati dengan mencondongkan tubuh ke depan dan menanam ciuman panjang di leher Sari yang jenjang..
juga meraih bulatan payudara kakak iparnya yang cantik itu dan mengusap-usapnya kembali entah untuk yang keberapakalinya.

“Ehm.. jilat itilku, Mbak..” Sari mengerang dan mendorong kepala Anita lembut ke dalam liang vaginanya.

Anita segera memakannya dengan rakus.. sementara Budi mencoba menambahkan kenikmatan ke dalam permainan mereka..
dengan cara mencubiti puting Sari yang kaku mungil secara bergantian.. hingga Sari jadi menjerit dan terkikik sedikit.

“Terus, Mbak..! Isap yang kuat..! Yah, di situ..” desahnya. Anita mencucup lebih keras.. dan Sari mengerang semakin kuat.
Apalagi saat Budi menambahkan dengan menggerakkan penisnya semakin cepat..
menusuk keluar-masuk di liang vagina Sari yang sudah terasa panas.. membuatnya jadi semakin basah dan lengket saja.

Hingga akhirnya perempuan itu menjerit tak karuan dengan tubuh memantul naik-turun setiapkali menerima sodokan tajam batang penis Budi..
dan Anita terus menjilati klitorisnya. “Ughh..” Sari menyandarkan kepala ke belakang, tubuhnya mulai bergetar.

Budi merasakan vagina sang kakak ipar mulai menegang di sekitar batang penisnya.. menggiringnya cepat menuju ke tepian.
Saat Sari berteriak penuh kenikmatan.. Budi ikut menggeram begitu air maninya mengucur deras..

Crott.. crott.. crott.. memancar dan terus meledak bertubi-tubi untuk dipertemukan dengan air cinta Sari yang masih mengalir cepat.
Budi terus menyodorkan batang penisnya.. bahkan hingga Sari melambat.. dan terus sampai dia sendiri selesai.

Saat tautan alat kelamin mereka terlepas.. Sari memutar tubuhnya untuk memberi Budi ciuman mendalam di bibir.
Mereka saling mencucup dan melumat satu sama lain.. sementara Anita dengan telaten membersihkan kemaluan keduanya..
hingga menjadi bersih seperti semula.

Cglukk.. glukk.. Anita menelan semua cairan yang ia temukan sebelum kemudian berdiri untuk berbagi ciuman dengan Sari dan Budi.

Beberapa menit mereka saling berpelukan sampai akhirnya Anita memisahkan tubuhnya dengan enggan dan duduk di tepi ranjang..
sedangkan Sari tetap duduk di pangkuan Budi.. sambil berusaha mengambil napas dalam-dalam untuk meredakan ketegangannya.

Selanjutnya Sari berdiri dan tanpa banyak bicara.. dia pergi ke kamar mandi dan menutup pintu.
“Mari, mbak..” Budi menarik tubuh telanjang Anita ke dalam pelukannya dan diajaknya untuk ikut beranjak menuju kamar mandi.

Bertiga mereka saling membersihkan badan sebelum ditutup dengan Budi menumpahkan sperma sekali lagi ke mulut kedua perempuan cantik itu.
Baru setelah hari beranjak sore mereka berpisah. Anita harus pulang karena suaminya sebentar lagi balik dari kantor..
Sedang Sari harus menyiapkan makan malam untuk Tarno yang sudah seharian bekerja keras menarik bajaj.

Budi.. ‘bocah’ itu dengan nakalnya terus menggoda Sari dengan sesekali menepuk dan memijit-mijit bokongnya sambil pura-pura membantu di dapur.
Untung masakan bisa tersaji tepat waktu hingga Tarno jadi tidak curiga..

Ia hanya heran menyaksikan adiknya yang tiba-tiba saja pengen menginap..
tanpa pernah tau kalau Budi melakukannya karena masih ingin merasakan kemolekan tubuh hamil Sari malam itu.

Namun nyatanya Budi tidak hanya menginap semalam. Tapi molor hingga seminggu..
Dan selama seminggu itu pula Sari harus pintar-pintar menyembunyikan kelakuan bejat mereka dari Tarno.

Nafsu Budi memang ugal-ugalan.. tidak kenal tempat dan waktu.
Kapan pun ingin, ia akan langsung menindih tubuh molek Sari yang memang selalu sanggup memancing gairahnya.

Tak peduli meski saat itu Tarno ada atau lagi pergi. Kalau pengen ya langsung tancap aja.
Dan Sari sama sekali tidak sanggup untuk menolak.. karena diam-diam dia juga menginginkannya.

Entah kenapa.. di usia kandungannya yang semakin beranjak.. nafsunya juga ikutan berlipat.
Rasanya memeknya jadi sering gatal.. pengen terus digaruk dan disumbat kontol besar milik Budi maupun Tarno.

Dua-duanya sama memuaskan.. dan Sari tidak berniat untuk melepaskan salahsatu.
Ia ingin semuanya.. bahkan kalau bisa ditusuk secara bersamaan.

Namun nampaknya itu tidak mungkin.. karena Tarno pasti tidak rela membagi tubuhnya dengan pria lain, termasuk dengan adiknya sendiri.
Jadi yang bisa dilakukan Sari hanya menjalani ini dengan hati-hati.. berharap suatu hari nanti akan ada jalan keluar yang bisa diterima ihlas oleh semuanya.

Dan nampaknya ia tidak mesti menunggu lama.. karena pada suatu hari Anita memberinya sebuah ide yang tidak mungkin untuk ditolak.
Siapa tau dengan ide ini Tarno bisa diajak berunding.

Maka malam itu.. sehabis menguras sperma sang suami.. Sari mengajak Tarno bicara.
“Bang, tadi mbak Anita nelepon.. ngajak kita buat makan bareng di rumahnya..” ia memulai.

“Ada acara apa..?” Tanya Tarno dengan ogah-ogahan.
“Nggak tau, kayaknya sih suaminya baru dapet rejeki..” jawab Sari berbohong.

“Mungkin baru dapat tender besar..” tebak Tarno. “Kan suaminya pengusaha sukses..”
“Iya kali..” Sari tersenyum.. senang karena usahanya mulai menampakkan hasil.

“Kapan acaranya..?” Tanya Tarno.
“Besok sore..” sambut Sari.

Tarno tampak berpikir sejenak sebelum kemudian mengangguk. “Boleh, biar aku juga makin kenal sama mereka..”
Sari tersenyum dan mengecup pipi Tarno penuh rasa sayang.. “Sekarang tidur dulu ya, aku capek..”

“Jangan capek-capek.. ingat sama kandunganmu..”
Tarno mengelus pelan perut Sari yang mulai membuncit.. dan elusan itu terus berlanjut hingga ke payudara Sari yang tampak tumbuh semakin besar.

“Ah, mas mancing mulu nih..” Sari menggeliat begitu Tarno mulai memilin kedua putingnya secara bergantian.
“Cuma pegang-pegang aja kok..” Tarno tersenyum.

”Kontolku udah nggak bisa ngaceng, isinya udah habis kamu kuras habis..” terangnya jenaka.
Sari tertawa dan membiarkan Tarno terus membelai bulatan payudaranya sampai mereka akhirnya mereka tertidur pulas beberapa menit kemudian.
------------------

Esok sorenya.. mereka benar-benar datang ke rumah Anita. Bahkan tidak cuma makan malam.. mereka juga diundang untuk menginap.
Sari hanya tertawa saja menanggapi karena memang itulah yang ia rencanakan dari kemarin.
Sementara Tarno yang tidak tau apa-apa terpaksa menerima dengan berat hati setelah melihat sang istri oke-oke saja.

Begitulah, sehabis makan, dua pasangan itu pun berkumpul di ruang tengah untuk melanjutkan ngobrol-ngobrol agar lebih santai.
Ternyata benar.. Danu, suami Anita memang baru dapat proyek besar di luar Jawa.

Nilainya miliaran. Lelaki itu tampak bangga dan sumringah.. berkebalikan dengan kondisi Anita yang sepertinya memikul beban berat..
karena sebentar lagi akan ditinggal pergi oleh sang suami selama berbulan-bulan.

“Sudahlah, mbak. Toh cuma sementara..” hibur Sari.
“I-iya, Sar. Tapi tetap saja..” Anita tersenyum dengan terpaksa.
“Kalau ada apa-apa, mbak bisa datang ke tempat kami..” dukung Tarno.. sama sekali tidak tau kalau muka melas Anita hanya pura-pura.

“Atau kami saja yang sering-sering nginap di sini nemeni mbak..” tambah Sari sambil tersenyum penuh arti.
Anita mengangguk penuh rasa terimakasih.. “Kalian baik sekali..”

“Iya, Mama ini.. kayak nggak pernah ditinggal pergi aja. Ini kan bukan yang pertama Papa pergi lama..” kata Danu sambil menyenggol bahu mulus Anita.
Perempuan cantik beranak satu itu langsung terlihat rikuh.. takut rencana besarnya terbongkar oleh ungkapan sang suami barusan.

Namun untung Tarno tidak menanggapi.. malah yang ada lelaki itu sahut mengejek.. “Mungkin takut nggak dapet jatah kali, Mas..”
“Ah, ngomong apa sih, Bang..?” Sari pura-pura mendelik marah.. membuat semua orang jadi tertawa..
Anita cepat-cepat ikut tertawa untuk menutupi rasa leganya yang tak terkira.

Mereka terus mengobrol ringan sampai hari semakin beranjak malam.
Beberapakali Anita berusaha menunjukkan keseksian tubuhnya pada Tarno.. berharap suami Sari itu akan sedikit tertarik.

Dan usahanya itu sepertinya berhasil karena setelah beberapa saat..
terlihat ekor mata Tarno mulai mengikuti gerak tubuh Anita yang malam itu mengenakan baju minim..
–atau setidaknya yang paling minim..– yang pernah dilihat oleh Tarno.

Sari juga ikut mendesah lega..
mengetahui sang suami tak melepas pandangan dari gundukan payudara Anita yang seperti mau tumpah karena saking gedenya.
Sementara di bawah.. Anita hanya mengenakan rok pendek tipis yang selalu tersingkap setiapkali ia duduk.

Karena Anita duduknya sembarangan.. –yang mana itu memang disengaja..–
jadilah Tarno bisa dengan puas menyantap kemulusan kulit paha dan bokong perempuan cantik itu.
Bahkan Sari juga yakin kalau Tarno berhasil mengintip celah celana dalam Anita yang malam itu memakai g-string tipis berwarna kuning.

Tarno tampak kesulitan memusatkan konsentrasinya.. godaan Anita benar-benar manjur untuk membuatnya bertekuk lutut.
Tak lama.. ia sudah tergagap-gagap mengucapkan guyonan-guyonan mesum yang hanya ditanggapi sekedarnya oleh Danu..
sementara Sari dan Anita dengan antusias mendengarkannya.

“Pokoknya malam ini nggak boleh tidur..” ucap Anita sambil melirik sang suami.. yang dilirik hanya mesam-mesem saja.
“Wuih, tancap terus.. mumpung masih bisa ketemu..” canda Sari.. yang disambut Anita dengan pelototan mata.

“Kuras sampai habis..” timpal Tarno. “Biar suamimu nggak bisa selingkuh di sana..”
Danu hanya tertawa saja mendengarnya.. ia merangkul mesra tubuh mulus Anita yang tampak kontras dengannya.

Danu sangat gendut, sedang Anita begitu ramping dan seksi.
Mending Tarno.. meski hitam tapi cukup berotot. Kontolnya juga gede.. tidak seperti Danu yang kecil mungil.
Tapi mendengar pernyataan Tarno barusan, para istri langsung terdiam.

“Eh, aku ambilkan minum dulu ya..” ucap Anita untuk menyembunyikan rasa bersalahnya.
Memang bukan suaminya yang selingkuh.. tapi dia. Dan malam ini.. Anita berniat untuk melakukannya lagi.

“I-iya, mbak. A-aku pesen yang dingin ya..” Sari ikut tergagap.
Diliriknya sang suami.. Tarno terlihat tenang-tenang saja.. sama sekali tidak merasa telah menyindir telak.
Ia pun menghela napas lega dan kembali menunggu kedatangan Anita dengan hati tenang.

Tak lama Anita kembali. Ia memberikan minuman kepada masing-masing orang.. namun khusus untuk Tarno..
Anita melakukannya sambil membungkuk lebih dalam.. seperti sengaja menumbukkan payudara besarnya ke bahu laki-laki itu.

Meski sedikit kaget.. Tarno terlihat menikmatinya. Malah dengan pintar ia memasang muka tak bersalah..
menganggap kalau itu memang benar-benar keberuntungannya.

Di sebelah mereka.. Danu terlihat tak peduli. Mungkin karena saat itu ia sudah melepas kacamatanya hingga jadi tidak bisa melihat dengan jelas.
Ditambah keadaannya yang mulai mengantuk.. ia jadi semakin tak peduli.

Sari yang melihatnya segera berkata.. “Ndang masuk aja, mbak. Nanti keburu tidur duluan lho..”
Anita dengan tersenyum malu mengakui..
“Kalian nggak apa-apa kan kutinggal di sini..? Nanti pakai aja kamar depan..” katanya sambil membimbing Danu untuk bangkit.

Lelaki gendut itu menurut saja tanpa membantah. “Maaf ya, nggak bisa nemeni lama..” kata Danu sebelum pergi.
“Nggak apa-apa, Mas. Kami bisa mengerti kok..” balas Tarno.

Sepeninggal pasangan itu.. ia segera merangkul mesra tubuh mulus Sari.
“Enak ya punya rumah gede kayak gini..” bisiknya menerawang.

“Kalau saja Papaku mau membagi sedikit hartanya dengan kita..” sahut Sari.
“Tapi itu kayaknya nggak mungkin, aku sudah terlanjur membuatnya malu..”

“Sudah, jangan dipikirkan..” Tarno mengecup pelan pipi perempuan itu.
“Setiap orang punya takdir sendiri-sendiri. Kita nikmati aja apa yang ada, aku akan berusaha sekuat tenaga membahagiakanmu..”

Sari meletakkan kepalanya di bahu Tarno. Lelaki itu benar-benar mulia.. namun Sari malah membalasnya dengan hina.
Akankah perbuatannya sebentar lagi akan membuat kesalahannya terampuni.. atau malah semakin menjerumuskannya ke dalam jurang kenistaan.
Sari tidak dapat menebak.. tapi mudah-mudahan saja yang pertama yang akan terjadi.

Mereka masih saling berangkulan erat saat tiba-tiba saja pintu kamar Anita terbuka.
Terlihat perempuan berambut pendek itu keluar dengan hanya mengenakan daster putih pendek selutut.

Baju dan rambutnya sedikit awut-awutan.. namun sama sekali tidak membuatnya jelek.
Malah yang ada ia jadi tambah merangsang dan mempesona.

Tarno saja sampai melongo. Ditambah keadaan Anita yang seperti tidak mengenakan daleman..
jadilah Tarno semakin sulit untuk sekedar memalingkan muka.

Sari hanya tersenyum saja menanggapi kelakuan sang suami. Ia diam saja karena memang ini yang sudah ia tunggu-tunggu dari daritadi.
Inilah pertaruhannya.. perjudian masa depannya. Dan tampaknya.. Tarno sudah terjerat.

Anita tersenyum kepada mereka sambil berjalan mendekat.
Sepertinya ‘pertempurannya’ sudah selesai.. tapi kok, cepat sekali..? Belum juga ada sepuluh menit.

“Lho, katanya mau semalaman..?” Pancing Sari.
“Ah, Mas Danu payah..” Anita berbisik frustasi.
“Sama sekali nggak ngapa-ngapain.. langsung aja tidur duluan. Aku kan jadi gatel sendiri jadinya..” dumel Anita.

“Mau digarukin..?” Canda Sari.
“Mau donk..” Anita mengangguk cepat.
“Tapi kamu kan cewek, nggak enak ah. Aku maunya digaruk sama lelaki, lebih berasa..” katanya sambil melirik pada Tarno.

Yang dilirik jadi salah tingkah. “Eh, a-apaan sih..?” Ucap Tarno dengan muka memerah.
“Iya nih. Enak aja ngerebut suami orang..” Sari pura-pura keberatan.
“Plis, Sar. Aku lagi butuh banget. Sudah dua minggu ini mas Danu nyuekin aku..” Anita memelas.

Tarno jadi tak bisa berkata apa-apa.
Di hadapannya tersaji hidangan spesial yang sangat tidak mungkin untuk ditolak.. namun tanpa seijin Sari.. mana mungkin ia berani menyentuhnya.

Jadi Tarno lebih memilih untuk bersikap pasif. Biarlah Sari yang memutuskan.. ia akan ikut saja.
Kalau memang sudah takdirnya.. pasti kemolekan tubuh Anita bisa ia nikmati malam ini.

Sari menggeleng.. “Enggak ah.. enak aja..” Bagaimana pun ia harus mempertahankan sandiwaranya selama mungkin..
Dengan begitu Tarno jadi tidak curiga kalau semua sebenarnya sudah diatur.

“Kamu kan sahabatku yang paling baik, Sar.. masa gitu aja nggak boleh..?” Rengek Anita.
“Aku yakin Tarno juga pasti mau. Iya kan, Mas..?” Tanyanya pada Tarno.

Tarno langsung tersedak.. “I-iya.. eh.. m-maksudku.. e-enggak.. bukan begitu.. tapi ..”
“Sudah ah..” Sari memotong cepat. “Emangnya suamiku barang, bisa dipinjam-pimjam..” sewotnya.

“Kalau nggak boleh pinjam, kita tukeran deh..” Anita tetap bersikeras.
Sari mendelik.. sementara Tarno semakin melongo. Ini benar-benar sudah di luar dugaannya.

“Sori ya, Mbak. Tapi aku sama sekali nggak tertarik sama mas Danu..” ketus Sari, masih tetap pura-pura.
Anita terduduk lemas.. kemudian berkata dengan suara lirih.. “Kamu sungguh tega, Sar..”

“Bukan begitu, mbak, aku..” Ucapan Sari terpotong oleh Anita yang mulai menangis pelan.
“Sudah nasibku jadi begini.. biarlah aku yang menanggung. Maaf sudah merepotkanmu, Sar..”

Dia sudah akan beranjak balik lagi ke kamar saat Sari tiba-tiba mencekal tangannya.
“Mbak, aku..” Sari bingung harus berkata apa.. “Emm.. mungkin..” Ia berpaling pada sang suami.

“Bagaimana, bang..?” Tanyanya pada Tarno.
“A-apanya..?” Tanya Tarno bingung.

“Aku sebenarnya berat mengatakan ini, tapi ..” Sari melirihkan suaranya. “Nggak tega juga ngeliat mbak Nita menangis. Jadi..”
“Nggak usah memaksa, Sar. Aku nggak apa-apa kok..” Anita berusaha ‘tegar’ dengan menyeka air mata palsunya.

Namun Tarno sudah terlanjur termakan. Dan lagi ia juga penasaran ingin merasakan tubuh montok Anita.
Maka yang bisa dikatakannya hanya.. “Kalo abang sih terserah adek..”

Sari mencoba tersenyum.. namun tetap terlihat gugup. “Emm...gimana ya, apa ini bener..?”
Anita menggeleng.. “Jangan dilakukan kalau kamu nggak ikhlas..”

“Sst.. aku hanya ingin membantu mbak Nita..” bisik Sari.. aktingnya terlihat sangat meyakinkan.
Lalu dengan serius ia berpaling pada Tarno.. “Kalau misalnya aku mengijinkan, emang abang mau..?”

Tarno tidak langsung menjawab. Ia terlihat sungkan.. takut dikira terlalu antusias.
“Gimana, bang..?”

Baru setelah Sari bertanya untuk yang keduakalinya, ia berani membuka mulut.
Itupun hanya dengan ucapan singkat.. “Terserah adek..”

Sari menoleh kepada Anita dan tersenyum.. “Tuh, Mbak. Kayaknya malam ini mbak dapet rejeki..”
Begitu juga aku, Dek.. timpal Tarno dalam hati.

Memang tidak sembarang orang bisa meniduri perempuan cantik seperti Anita.. yang masa mudanya dulu merupakan model papan atas ibukota.
Dan sekarang Tarno akan merasakannya.. bukankah itu sungguh suatu keberuntungan yang sangat luar biasa..?

“B-benarkah, Sar..?” Anita menatap dengan berbinar. “T-terimakasih ya..” dikecupnya pipi Sari sebagai tanda sayang.
Ia kemudian berpaling pada Tarno dan berbisik.. “Jangan salahkan istrimu ya, ini adalah murni permintaanku..”

Tarno mengangguk. “Justru aku senang bisa membantu mbak Nita..” katanya keceplosan.. yang langsung dapat hadiah jeweran dari Sari.
“Hmm.. jadi gitu ya..?” Dengusnya pura-pura kesal.
“Eh.. b-bukan begitu, Dek. Kamu salah paham..” Tarno mencoba menjelaskan.

Namun saat melihat Sari tersenyum, ia pun buru-buru ikut tersenyum. “Dek, aku ..”
“Sana buruan..” potong Sari.. “Mumpung aku belum berubah pikiran..”

Tarno jadi tidak ingin menunda-nunda lagi. Lekas didekatinya Anita yang masih berdiri canggung di depan mereka.
Ditatapnya perempuan yang sudah melahirkan satu orang anak itu.

Anita terlihat sangat cantik dengan rambut hitam pendek membingkai wajahnya yang tirus dan lucu.
Hidungnya runcing dan matanya bulat ceria.. sungguh tak pernah bosan untuk ditatap.

Meski bodinya kecil.. tapi posturnya yang tinggi semampai membuatnya jadi memiliki payudara berukuran raksasa.
Ke sanalah pandangan Tarno terarah dan sepertinya ke sana juga tangannya akan terulur.

“Cepat copot celana abang.. mbak Nita pasti udah nggak sabar pengen ngelihat kontol abang yang super duper panjang itu..” kata Sari lugu..
mengagetkan semua orang.

Anita mengangkat alisnya sejenak.. terlihat terkejut namun juga gembira.. sebelum kemudian pulih dan cepat tertawa gugup.
“Buru-buru amat, Sar..?” Katanya lirih.

Sari menatapnya penuh tanya, “Lha terus kapan, nunggu suami mbak bangun..?”
“Hehe, bukan begitu..” Anita tersenyum.

Sementara kedua perempuan itu berdebat, Tarno merasakan penisnya mulai mengeras.
Apakah ini benar-benar terjadi..?

Suasana hening untuk sejenak.. sampai kemudian Anita berbicara..
sambil matanya terkunci pada tonjolan aneh yang mulai tumbuh di celana panjang Tarno.

“Yah.. memang lebih cepat lebih baik..”
“Nah.. kalau begitu, tunggu apa lagi..?” Kata Sari tak sabar. “Ayo, bang, copot celananya..!”

Tanpa banyak bicara, Tarno menarik turun celana panjangnya.
Sebentar saja.. tuink..! Batang kontolnya yang tadi terlindungi sudah terlontar keluar..
Dengan gagah muncul bebas di depan mata Anita yang memandanginya tanpa berkedip sedikit pun.

Laki-laki itu berdiri dengan canggung karena di sebelahnya Sari juga ikut menatap.
Inilah untuk pertamakalinya Tarno pamer kontol di depan wanita lain dengan ditonton oleh sang istri.
Yang anehnya.. bukannya takut.. itu malah membuatnya jadi semakin bergairah.

“Eh, bangun tuh..!” Pekik Anita begitu melihat kejantanan Tarno semakin menegang dan berdenyut-denyut panjang.
Yang mengejutkan.. dengan tanpa permisi Anita langsung mengulurkan tangan untuk meraihnya.

“Nggak sabat amat, mbak..” seloroh Sari tanpa keberatan.
“Habis ngegemesin banget sih..”
Anita melanjutkan dengan mengangkat batang penis Tarno dan mengelus-elusnya mesra di dalam genggaman tangannya yang lentik.

“Ehm..” Tarno mengerang.. terlihat begitu keenakan.
“Pelan-pelan, mbak..” bisik Sari. “Jangan dirusakin lho, itu nggak ada gantinya..”

Anita tertawa.. “Tenang saja, aku pinter kok kalo mainin yang beginian..”
Dengan tak sabar dia mulai mengocok batang penis Tarno.

Tarno ternganga.. sama sekali tak bisa berkata apa-apa.
Bahkan dalam pikiran terliarnya pun ia tak pernah membayangkan akan mengalami yang seperti ini.

Namun Tarno tidak bisa berpikir lebih jauh..
karena sekarang pandangannya terpaku pada belahan dada Anita yang terlihat menyembul indah di bagian atas dasternya.
Ia berdoa, semoga saja tali daster itu putus hingga ia bisa melihat semuanya.

Dan yang menjawab doa itu adalah Sari.
Dengan pelan ia tersenyum dan menarik turun daster Anita hingga teronggok tak berguna di bawah kaki.

Dalam sekejap payudara Anita yang berukuran raksasa langsung menjatuhkan diri dalam segala kemuliaannya..
memamerkan bulatan serta putingnya yang berwarna merah muda kecoklatan.

Tarno memandangnya tanpa berkedip.. “Ohh.. indahnya..” ia berbisik.
“Lebai ah..” dengus Sari cemburu.. “kayak nggak pernah ngelihat yang lebih bagus aja..”

Tarno tertawa.. “Punya adek memang lebih bagus, tapi tetek mbak Nita juga memiliki keindahan tersendiri..”
Sari terdiam.. sementara Anita membiarkan tangannya jatuh ke sisi tubuh.

Dipersilakannya Tarno untuk memperhatikan seluruh tubuhnya secara utuh.
Dari payudara.. pandangan laki-laki itu turun ke bawah untuk melihat liang vaginanya yang sudah tercukur rapi.
Tarno mendesah.. sedang Anita segera menyenggol lengan mulus Sari.

“Dari kita bertiga, tinggal kamu yang masih berpakaian..” sindirnya.
“Buat apa telanjang..?” Sari membela diri.. “aku kan nggak ikut main..”

“Beneran nih..?” Goda Anita.. “awas ya kalau nanti pengen..”
“Nggak bakalan..” balas Sari.. namun terdengar tidak yakin.

Terlanjur canggung.. Anita tidak ingin menyerah.
“Aku berani taruhan, celanamu pasti sudah basah sekarang..”

Sari menggeleng.. “Coba saja kalau berani, mbak Nita pasti kalah..”
Anita tersenyum.. “Kalau kering, aku akan balik ke kamar.. nggak akan ganggu kalian lagi.
Tapi kalau basah.. kau harus menuruti semua kata-kataku malam ini. Bagaimana..?” Tantangnya.

Tarno menatap kosong.. tanpa sadar berdoa dalam hati agar celana dalam Sari bernoda basah.
Dengan begitu ia akan bisa meneruskan kenikmatan ini.. karena terus terang saja.. ia tidak sanggup untuk menghentikannya sekarang.

Tubuh montok Anita sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja hanya karena sebuah taruhan konyol. Di depannya.. Sari terlihat menunduk gugup.
“Ayo, perlihatkan celanamu..” desak Anita.

Sari perlahan-lahan membuka kakinya. Dan doa Tarno terjawab saat terlihat sebuah noda hitam di celana dalam Sari yang berwarna merah marun.
Istrinya itu ternyata sudah basah kuyup sedaritadi.. bahkan karena saking basahnya.. beberapa cairannya sampai ada yang menetes di pangkal paha.

“Gitu aja pake ngeles segala..” ejek Anita. “Ayo lepas bajumu..!” Sari tersenyum malu-malu, namun tetap menepati janjinya.
Karena Anita menyuruhnya telanjang, maka ia pun melakukannya.

Pelan ia melepas baju hamil yang ia kenakan untuk mengungkapkan bulatan payudara yang berukuran besar seperti semangka.
Putingnya terlihat lebih gelap daripada terakhirkali Anita melihatnya.

Sari memamerkannya sejenak sebelum kemudian mengangkat lututnya dan perlahan-lahan melepas celana dalamnya..
hingga mereka jadi sama-sama telanjang sekarang.
-----------------------------------
 
----------------------------------------------------

Cerita 106 – Hasrat Tak Tertahan

Part 05


Tarno tidak bisa percaya..
Sungguh beruntung dirinya malam ini.. diapit oleh dua perempuan cantik telanjang yang selalu jadi bahan fantasi laki-laki se-kompleks.
Di dalam pelukannya.. Anita tersenyum. Perempuan itu terlihat gembira karena bisa memenangkan pertaruhan dengan Sari.

“Sar, boleh kupinjam suamimu malam ini..?” Tanyanya tanpa ingin dibantah.
Sari mengangguk mengiyakan.. namun kemudian memekik ragu-ragu saat mendengar permintaan Anita selanjutnya.

“A-apa..!? Aku harus berdiri telanjang di teras selama 5 menit..? I-itu nggak mungkin..” tanyanya tak percaya.. namun memang itulah yang mesti ia lakukan.
“Santai aja..” kata Anita menenangkan. “Pagar rumahku tinggi.. nggak akan ada yang ngelihat. Lagian sudah larut gini, siapa yang mau keluyuran..?”

“T-tapi..” Sari masih terlihat ragu. Ia berpaling pada Tarno.. mencoba untuk mencari perlindungan..
namun laki-laki itu ternyata sedang terpejam-pejam menikmati kocokan lembut Anita pada batang penisnya.

“Janji adalah janji..” Anita tersenyum kejam. Merasa kalah.. Sari pun mengundurkan diri.

Ditinggalkannya Anita bersama Tarno yang menunggu di ruang tamu.. sementara ia berjalan pelan menuju teras.
Sari memberi mereka goyangan pantat bulat nan mulus menggoda saat melangkah menjauh.

Tiba di luar.. dia menjulurkan kepalanya untuk melihat sekeliling. Jalanan terlihat terang oleh lampu..
namun teras rumah Anita yang terlindungi pagar tinggi tetap sedikit gelap, alhasil jadi cukup menyamarkan keberadaan Sari.

Tapi hanya sebatas itu.. karena siapapun yang kebetulan melintas dan menolehkan pandangannya lewat pintu pagar..
dapat dengan mudah menemukan sesosok bidadari cantik yang berdiri canggung di teras rumah lengkap dengan segala ketelanjangannya.

Dan yang beruntung adalah seorang tukang gorengan tua.. yang memang selalu lewat di jam-jam segini.
Dia langsung berhenti dan tanpa diminta.. segera mendekat ke pintu pagar.

“Woah.. apa-apaan..!?” Ujarnya kaget bercampur senang.
Matanya terlihat melotot kagum sementara air liur mulai menetes di mulut hitamnya yang bau tembakau.

Tidak menjawab, Sari berusaha berbalik masuk ke dalam rumah.
Namun Anita dengan cepat menghalangi dan mendorongnya balik keluar pintu.. lalu menutupnya dengan cepat dan menguncinya.
Sari melotot melalui jendela.. namun hanya ditanggapi dengan senyum oleh Anita.

“Neng, nggak dingin apa..?” Sapa si tukang gorengan sambil mulai mengelus batang kontolnya.
Sari menunduk tidak menanggapi. Ia berusaha sebaik mungkin menyembunyikan bagian-bagian tubuhnya yang vital..
namun tetap saja tonjolan payudaranya yang nakal meloncat melesat ke sana-kemari.

Melihatnya.. si lelaki tua yang semakin penasaran mencoba untuk membuka pintu pagar.. namun ternyata terkunci.
Dia mencoba untuk memanjatnya.. namun juga tidak bisa. Diam-diam.. itu membuat Sari bersyukur dalam hati.

Tarno ikut berdiri di samping Anita untuk menonton sang istri.
Melihat Sari yang jadi santapan mata si pedagang tua.. bukannya membuatnya marah dan cemburu.. malah semakin menambah gairahnya.

Tidak masuk akal memang.. tapi memang itulah yang terjadi.
Dipandanginya bulatan payudara Sari yang memantul naik-turun saat perempuan itu mencoba membuka pintu.
Tapi karena waktu lima menit belum berlalu.. tentu saja Anita masih menguncinya.

“K-kumohon, mbak Nit. A-aku takut..” lirihnya ingin menangis karena di luar sana..
si tukang gorengan sudah mengeluarkan batang kontolnya yang keriput dan mulai mengocoknya cepat sambil menatap tubuh telanjang Sari.

“Dua menit lagi..” Anita menunjukkan waktu yang tersisa.. senang melihat sahabat dan tetangganya itu menjadi bahan onani orang lain.
Sari ganti menatap Tarno.. berharap untuk bisa mendapatkan bantuan. Tapi lelaki itu hanya mengangguk sebagai tanda persetujuannya.

Tetap ia biarkan Sari berada di luar.. sementara ia berdiri berdampingan dengan Anita di ruang tamu yang lampunya sudah dimatikan..
hingga orang dari luar tidak dapat melihat apapun yang terjadi di dalam.
Di sebelahnya.. Anita mengulurkan tangan untuk meremas-remas batang penis Tarno yang semakin mengacung keras..

“Gimana kalau kita biarkan Mang Kandar masuk..?” Tanya Anita santai.
Membiarkan si tukang gorengan masuk berarti sama dengan membolehkannya menyetubuhi Sari.

Meski sebenarnya penasaran.. tapi Tarno tetap berat juga.
Ia tak ingin membagi kemolekan tubuh sang istri dengan orang lain yang tidak ia kenal.. paling tidak untuk saat ini.
Lagian.. taruhannya kan cuma berdiri telanjang.. tidak lebih.

Jadi sambil menghela napas lambat Tarno pun menjawab.. “Nggak ah.. itu keterlaluan..”
Anita tertawa, “Mungkin lain kali..”
“Iya, lain kali..” angguk Tarno dan tidak berkata-kata lagi.

Lima menit berlalu. Sari segera berbalik ke arah pintu begitu mendengar bunyi anak kunci yang diputar pada tempatnya.
Dengan cepat ia melesat masuk dan berlindung di kegelapan ruang tamu.. napasnya terengah dengan muka pucat pasi seperti habis melihat hantu.

Sementara di luar sana, si tukang gorengan yang dipanggil mang Kandar oleh Anita.. menggeram saat memuncratkan air maninya.
Tubuh tuanya terhentak-hentak pelan sebentar sebelum kemudian terdiam.

“Gila..! Gimana kalau dia masuk dan memperkosaku..?” Semprot Sari saat sudah sedikit tenang.
“Sst.. jangan keras-keras, nanti suamiku bangun..” Anita mengingatkan.

“Biar aja..” Sari masih terlihat marah.. “Permainan mbak hampir membuatku celaka..”
“Yakin begitu..?” Anita tersenyum. “Aku berani pastikan.. memekmu pasti jadi sangat basah sekarang..”

Sari tidak membantah saat Anita menyuruhnya untuk duduk di sofa..lalu membuka kedua kakinya lebar-lebar untuk memperlihatkan keadaan memeknya.
Dan benar saja.. benda itu memang sudah sangat basah.
Bahkan saking basahnya sampai seperti habis diguyur minyak seliter; begitu licin dan lengket sekali.

Tarno saja sampai mendelik memandanginya.. tak pernah rasanya sepanjang pernikahan mereka, Sari sebasah ini.
Masa’ karena dipandangi tukang gorengan tua.. istrinya jadi sangat terangsang..?
Kalau saja tidak melihat sendiri.. pasti Tarno tidak akan percaya. Namun memang begitulah adanya.

“A-adek..” lirih Tarno.. tak menyangka dengan orientasi seksual Sari yang melenceng.
“M-maafkan aku, bang..” Sari menunduk malu.

Namun Tarno tidak bisa marah.. karena jauh di lubuk hatinya yang terdalam ia juga menikmati saat istrinya menjadi bahan tontonan.
Bahkan ia menjadi sangat terangsang dibuatnya.. sesuatu hal yang semestinya tidak boleh terjadi.

Anita membuyarkan lamunan mereka dengan berkata mengagetkan.. “Tugas berikutnya, mainin memekmu sampai muncrat..!”
“Hei, mbak..!” Sari mencoba untuk memprotes.
Tarno juga ingin menyela.. namun Anita langsung memotong cepat.. “Ingat, Sar, kamu harus mematuhi seluruh perintahku malam ini..”

Keduanya langsung terdiam.. dan tanpa membantah lagi Sari segera menggosok liang vaginanya yang sudah basah kuyup dengan menggunakan dua jari.
Saat biji klitorisnya tersentuh, mau tak mau ia tidak bisa menahan untuk tidak mengeluarkan suara erangan.
Selain karena gesekannya yang begitu nikmat, juga karena Anita yang mulai membelai dan menjilati batang penis Tarno tepat di depannya.

Sambil memuaskan diri sendiri.. Sari tak berkedip menatapnya..
melihat bagaimana sang tetangga yang cantik jelita sedang memandikan batang penis Tarno sesuka hati.
Itulah yang membuatnya jadi semakin bergairah.

Bahkan Sari tidak menolak saat Anita mengulurkan sebuah botol parfum bening dan menyuruh untuk menggunakannya.
“Masukkan ke dalam memekmu.. anggap aja ini kontol si tukang gorengan tadi..” kata Anita sambil menatap Sari dengan ‘senyum iblisnya’.

Tarno memperhatikan bagaimana Sari dengan antusias meraih botol itu dan dengan menanggalkan semua kepura-puraannya..
Blupp.. segera mendorongnya masuk ke dalam liang vagina.

Tubuh bugil Sari langsung tersentak-sentak begitu ia mulai menggerakkannya maju-mundur.
Itu sungguh luar biasa.. Tarno yang sedang diisap oleh Anita jadi tidak bisa berkata apa-apa.

Namun beberapa menit kemudian Anita tiba-tiba menghentikannya.. padahal saat itu Sari sudah hampir mencapai titik orgasmenya.
“Jangan terburu-buru..” katanya sambil menarik botol itu kembali.

“Mbak!” Sari mendongak memprotes, tidak rela puncak pendakiannya terpotong begitu saja.
“Sini..” Anita melambai.. “Cium dan jilati tetekku sampai jadi sebasah mungkin..”

Seolah-olah tanpa berpikir.. Sari berjalan dan pergi ke depan bulatan payudara Anita yang membusung indah.

Hanya perlu waktu sedetik baginya untuk mengagumi betapa angkuh dan membusungnya benda putih itu..
sebelum kemudian dengan air liur menetes-netes mulai mencucup dan menjilatinya rakus..
Terutama tonjolan putingnya yang terlihat memerah mungil menggemaskan.
Sari mengisapnya dengan sepenuh hati.. bergantian antara yang kiri dan yang kanan sampai membuatnya jadi sama-sama mengkilat.

Tarno kembali terpana melihat sisi lain sang istri.
Setelah tadi terangsang karena diintip seorang lelaki tua.. sekarang Sari bercinta dengan sesama wanita tanpa terlihat keberatan sama sekali..
seperti sudah sering melakukannya.

Tarno jadi bertanya-tanya, apa lagi yang disembunyikan oleh Sari yang tidak ia ketahui..?
Namun ia tidak sempat berpikir lebih jauh..
karena ketika Anita akhirnya puas.. perempuan itu menyuruhnya untuk duduk di sofa berdampingan dengan Sari.

“Pernah diginiin..?” Tanya Anita sambil berlutut dan membungkuskan bulatan payudaranya yang terasa empuk di sekitar batang penis Tarno.
Sari hanya menonton saat Anita mulai menggerakkannya naik-turun..
air liurnya yang membasahi benda bulat itu membuat Anita jadi mudah dalam melakukannya.

“Ahh..” Tarno mengerang begitu menerima rasanya yang sungguh menakjubkan.
Meski Sari juga berpayudara besar.. tapi istrinya itu memang belum pernah melakukan yang seperti ini.
Paling banter hanya menjilatinya dengan menggunakan lidah.. atau menggesek-gesekkannya ke ujung puting sampai Tarno meledak.

Sekarang.. begitu dipijat oleh gunung kembar Anita yang seperti melon berdaging.. Tarno jadi mengerang tak tahan.
Rasanya sungguh teramat nikmat.. mirip dengan kocokan tangan tapi dengan rangsangan berpuluh-puluhkali lipat.

Apalagi saat Anita menambah dengan membungkuk dan menjilati ujung penis Tarno yang menyundul-nyundul nakal dengan ujung lidahnya..
Ahh.. itu sungguh sangat mengagumkan.

Sari menatap dengan terpaku.. matanya tak berkedip memandangi payudara Anita yang sedang merangsang penis sang suami..
juga lidah perempuan itu yang terus berputar-putar di sekitar ujungnya.. sebelum
kemudian pergi jauh untuk melahap batang penis Tarno dengan sekali telan.

“Hgghk..!!” Anita terlihat hampir tersedak.. namun ternyata sanggup mengatasi.
Malah ia tersenyum puas saat ujung penis Tarno menusuk kuat di bagian belakang mulutnya.. menunjukkan betapa panjang dan kuatnya benda hitam itu.

“Ahh.. mbak..!” Tarno mengerang ketika Anita mulai mengisap dan menjilatinya rakus.
Dan dia hampir mati kaku saat Anita menyambar kepala Sari dan menyuruhnya untuk ikut menjilat.

“Isap telurnya..” bisiknya tanpa mau dibantah.
Sari segera menempatkan satu telur Tarno ke dalam mulutnya.. dan mulai mengisap pelan.. lalu yang satunya lagi..
dan kemudian menelan dua-duanya begitu melihat Anita yang semakin rakus menjilati batang penis sang suami.

“Ahh.. hhh..” Tarno hanya bisa mengejang-ngejang keeenakan menikmatinya.
Tangannya terulur untuk menggapai bulatan payudara kedua wanitanya dan meremas-remasnya gemas secara berganti-ganti.

Bisa dibandingkannya kalau kedua payudara itu sama-sama padat dan hangat.. namun Sari terlihat lebih unggul.. karena ukurannya yang sedikit lebih besar.
Selebihnya sama.. mereka sama-sama mempesona dan menggairahkan.

Setelah beberapa menit.. Anita berhenti mengisap.
Sari mengikuti dan memandang cemas untuk melihat apa yang akan diperintahkan oleh Anita selanjutnya.

Tanpa bicara Anita berdiri dan meletakkan tangannya di sofa.. lalu membungkuk.
“Mas, masukkan sekarang..” bisiknya parau.. terlihat sudah benar-benar tak tahan.

Tarno sudah akan melakukannya saat ia terkejut melihat Sari yang tiba-tiba meraih batang penisnya dan menciumnya sebentar..
sebelum kemudian memposisikan ujungnya yang tumpul tepat di celah memek Anita.

Dengan anggukan sang istri.. Tarno pun meneruskannya.
Jlebb..! Ia menusukkannya keras ke atas hingga Anita yang tertembus jadi mengerang lirih keenakan.

“Goyang, Mas..” Anita berbisik.. yang diikuti oleh Tarno dengan mengayunkan pinggulnya sejauh mungkin.
Mulai ia setubuhi perempuan matang tapi berasa perawan itu hingga dirinya berdebar.

Tarno bisa melihat payudara Anita yang besar menjatuhkan diri dengan indahnya di sekitar dada.
Terlihat sangat menakjubkan.. dan ternyata sangat nikmat juga saat dipegangi.

Tarno terus mendesaknya hingga Anita memberinya isyarat untuk berhenti beberapa menit kemudian.
Perempuan itu berdiri dan tanpa kata memberi Tarno ciuman panjang di bibir.. begitu dahsyat dan penuh gairah.

Setelah itu ia berkata.. “Berbaringlah telentang, Mas..”
Tarno menurut.. dikiranya Anita akan naik ke atas penisnya.. namun ternyata tidak.

Sebaliknya, Anita malah berkata.. “Sar, giliranmu. Aku nggak mau enak sendirian.." Sari tersenyum dan mengangguk.
Pelan ia naik ke atas tubuh kurus Tarno.. dan mulai menurunkan dirinya begitu batang penis sang suami sudah tepat berada di celah liang senggamanya.

Anita mengamati selama beberapa saat sebelum ikut naik dan berjongkok di depan wajah Tarno.
Mengerti apa maksudnya.. dengan penuh semangat Tarno mulai menjilati vagina kecil yang terlihat begitu menggemaskan tersebut.

Ia berfokus pada tunas kecil yang mulai tumbuh di celah liang kelamin Anita..
sambil sesekali juga memutar lidahnya untuk benar-benar menikmati keseluruhan lubang sempit itu.
Hmm.. rasanya ternyata begitu lezat.

Sementara Sari mulai bergerak pelan mengayunkan pinggulnya.. Tarno memutuskan untuk mendapatkan yang lebih lagi.
Ia membungkus biji klitoris Anita dengan bibirnya dan mengisapnya keras-keras.. membuat Anita jadi terkesiap dan menjerit keenakan.

Perempuan itu berusaha melawan dengan memutar pinggulnya dan menekannya kuat di wajah Tarno hingga isapannya jadi lebih berasa lagi.
“Hmmph..” Dan Tarno memberikannya dengan senang hati.

Ia gerakkan lidahnya melingkar-lingkar guna mencucup klitoris Anita dalam waktu lama..
sampai tubuh perempuan itu mulai bergetar.. dan kemudian Anita berteriak keras.
Begitu kerasnya hingga Tarno takut akan membangunkan Danu.

Tapi untung itu tidak terjadi hingga Anita yang sudah lemas turun dari wajah Tarno.
Perempuan cantik berambut pendek itu lalu membungkuk dan mencium Tarno ringan.

Mereka saling melumat dan bertukar lidah sebentar sebelum Anita berbisik mesra.. “Mmm.. enak banget, Mas. Aku puas..”
Dengan itu.. ia berbalik dan ganti menjilati celah kewanitaan Sari yang sedang berkuda di atas tubuh kurus Tarno.

Tarno jadi tidak bisa menjawab.. selain karena keenakan akibat sang istri yang masih sibuk mengendarai batang penisnya..
juga bisa dirasakannya lidah basah Anita yang sesekali menggelitik kantung telurnya. Itu adalah sensasi yang sungguh sangat menakjubkan.

Dan ternyata bukan ia saja yang merasakannya.. karena jilatan Anita juga sanggup menggiring Sari ke tepian.
Istri Tarno itu mulai memekik keras dengan tubuh terus bergetar dan terhentak-hentak dalam nikmat api orgasme.

Sari terus menaiki penis Tarno.. sampai akhirnya air cintanya yang tadi mengucur deras mulai berhenti mengalir. Barulah saat itu Sari turun.
“Masih lama..?” Tanya Anita sambil meraih batang penis Tarno yang sudah berubah warna menjadi kemerahan.
“Sebentar lagi..” Tarno menggeram begitu Anita menempatkan benda itu di dalam mulutnya dan mulai mengisap rakus.

Tidak perlu waktu lama, Tarno pun meledak. Crott.. crott.. crott.. crott..
Spermanya yang begitu kental dan panas berhamburan di rongga mulut Anita.
Begitu banyak dan mengejutkan hingga beberapa ada yang mengalir dari sudut mulut perempuan cantik itu.

Anita mencoba untuk menampung sebanyak mungkin..
sebelum kemudian mengisap beberapa tetes terakhir yang masih menyembur dari batang penis Tarno.

Saat Anita membuka mulut, terlihat seluruh gigi dan lidahnya basah oleh lendir putih kental milik Tarno.
Lalu dia menutup mulut dan menelan semuanya dalam sekali tegukan.

Tarno menunjuk tetesan spermanya yang menempel di dada mulus Anita..
perempuan itu tersenyum dan langsung mengambilnya untuk dioleskan ke ujung putingnya yang runcing menggemaskan.
“Hmm.. sperma paling gurih yang pernah kutelan..” desahnya manja. Ia kembali mencium Tarno dan memeluknya mesra.

Malam itu mereka duakali lagi melakukannya; di kamar dan di depan teve.. sebelum kemudian Anita bangkit berdiri untuk berjalan balik ke kamarnya.
“Besok harus bangun pagi buat nganter mas Danu ke Bandara..” katanya memberi alasan.

Dan Tarno tidak membantah karena ia juga begitu kelelahan.
Melayani dua perempuan yang sama-sama haus seks secara bersamaan benar-benar menguras staminanya.
---------

Kepergian Danu selama berminggu-minggu seperti ‘melegalkan’ perselingkuhan yang dilakukan oleh Anita.
Ia kini tidak sungkan lagi mengundang Tarno.. Budi.. maupun Pak Karta ke rumahnya. Tentunya tak secara bersamaan.
Senakal-nakalnya dirinya.. Anita masih risih kalau harus melayani dua atau tiga lelaki sekaligus.

Kalau dengan sesama wanita sih dia oke-oke saja..
terbukti dari seringnya ia melayani ketiga lelaki tersebut bersama dengan Sari yang kini usia kandungannya semakin beranjak besar.
Perut perempuan itu sudah semakin membuncit.. alhasil semakin membuat tubuh Sari menonjol indah di sana-sini.

Namun hari ini, Anita hanya berdua saja dengan Tarno. Sari tidak ikut karena memang tidak ada rencana.
Hari ini Tarno mampir secara tak sengaja.. mereka bertemu di depan gang saat Anita baru balik dari mall.

Mengetahui kalau Tarno lagi nggak ada penumpang.. Anita segera mengajaknya masuk ke dalam rumah.
Lumayan buat mengisi waktu di siang yang terik menyengat seperti ini.

Dan begitulah.. “Ahh.. shh.. terus, Mas.. auw..! Dikit lagi.. ahhhh..” Anita mengejang saat mengalami orgasmenya..
sedangkan Tarno tetap memompakan batang penisnya dengan cepat dalam lubang memek perempuan cantik itu.

Tetek besar Anita tampak bergoyang indah.. makin menambah semangat Tarno dalam menusuk.
Sampai akhirnya lima menit kemudian ia pun ikut terkulai lemas..
setelah mengeluarkan spermanya yang kental dan hangat di memek sempit Anita yang terasa membanjir deras.

Mereka berciuman mesra sebentar.. sebelum kemudian berbaring untuk memulihkan stamina masing-masing.
Napas keduanya baru mulai tenang ketika terdengar hape Anita berbunyi.. mungkin dari suaminya.
Sering Danu menelepon di saat Anita sedang berselingkuh.. tapi untungnya tidak pernah curiga.

Anita dengan malas bangkit dan meraih hapenya. Dilihatnya nama yang tertera di layar sebelum kemudian menunjukkannya pada Tarno.
“Dari istri, Mas..” katanya.
“Apa.. Ngapain dia nelepon..?” Heran Tarno.

"Nggak tau.. coba aku terima aja..” Anita menekan tombol hijau dan menjawab.
Tidak terdengar suara apa-apa.. namun dari raut muka Anita yang berubah menjadi serius.. sepertinya ada masalah gawat.

“Ada apa..?” Tanya Tarno ketika Anita mematikan hape-nya.
“Pak Karta kecelakaan.. sekarang ada di rumah sakit..” jawab Anita tanpa berpikir.. namun langsung menutup mulut begitu menyadari ucapannya.

Memang akan terlihat aneh kalau dua perempuan cantik yang jarang naik becak.. tiba-tiba saja perhatian pada sesosok lelaki tua seperti Pak Karta.
Tapi Tarno sepertinya tidak curiga.. karena dia langsung berkata.. “Kalau begitu cepat, kita harus segera pergi ke rumah sakit..”

Rupanya Tarno menganggap kalau perhatian Sari dan Anita terdorong oleh rasa kasihan melihat Pak Karta yang hidup sendirian..
tanpa anak dan sanak saudara yang mendampingi.

Merasa lega, Anita lekas mengangguk mengiyakan dan mengajak Tarno untuk bangun.
Mereka menuju kamar mandi untuk sama-sama membersihkan badan.

Namun dasar Tarno lelaki berdarah panas, melihat tubuh mulus Anita yang basah oleh busa sabun membuatnya jadi tak tahan.
Jadilah ia menyodok istri Danu itu sekali lagi dengan posisi saling bertindihan di lantai kamar mandi yang licin.
Setelah puas, barulah ia berbenah dan mengajak Anita ke rumahnya untuk menjemput Sari.

“Lho, kok bisa barengan..?” Tanya Sari heran melihat Anita yang menumpang di bajaj Tarno.
“Tadi ketemu di jalan..” jawab Tarno singkat.

Tapi melihat rambut keduanya yang basah, Sari langsung mencibir. “Bener nih ketemunya di jalan..?”
Anita hanya tersenyum dan tidak menjawab. Dia lekas mengalihkan perhatian dengan menyuruh Sari agar segera bersiap.
Tak lama, mereka pun meluncur menuju rumah sakit.

Pak Karta ternyata ada di ruang IGD.. namun kondisinya tidak parah. Hanya sedikit lecet dan patah kaki, selebihnya baik-baik saja.
Namun untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.. Anita meminta untuk dilakukan observasi lebih lanjut.
Jadilah Pak Karta menginap dengan dibiayai oleh Anita.

Di depan IGD, mereka menjumpai sepasang suami-istri muda.
Rupanya Pak Karta ditabrak oleh sang istri yang baru bisa nyetir motor. Perempuan itu terlihat pucat dan sangat takut.

“M-maafkan saya, mbak..” katanya kepada Anita.. mengira Anita adalah anak Pak Karta.
“S-saya benar-benar nggak sengaja..”
“Iya, mbak. Mohon dimaklumi..” tambah sang suami.. “Mengenai biaya rumah sakit, kami ..”

Melihat dari tampilan keduanya, Anita bisa menebak kalau mereka pasangan muda yang baru merintis rumah tangga.
Bukannya meremehkan.. tapi biasanya pasangan seperti itu masih kesulitan dalam keuangan. Jadi Anita dengan bijak mengangguk dan tersenyum.

“Nggak usah dipikirkan, semuanya saya yang tanggung. Tapi ..” Anita menggantung kalimatnya.
“Iya, mbak..?” Tanya sang suami.

“Saya tidak ada waktu untuk menunggui Pak Karta, jadi bisakah..”
“Bisa, mbak, bisa..” potong sang istri cepat. “Saya akan nunggui ayah mbak sampai sembuh..”

Sari dan Tarno tersenyum melihat kelegaaan di mata perempuan muda itu. Suaminya yang berdiri di samping.. ikut mendesah senang.
Bayangan harus mengeluarkan uang jutaan rupiah, sirnalah sudah.
Tergantikan oleh sedikit waktu yang harus mereka sisihkan untuk menemani Pak Karta di rumah sakit sampai sembuh.

Namun Anita masih meminta yang lain.. “Bukan hanya di rumah sakit, aku minta kamu juga nemani Pak Karta di rumahnya..
sampai dia kembali sehat seperti sediakala. Aku akan mengganti tenagamu dengan imbalan yang pantas. Bagaimana..?”

“Nggak masalah, mbak. Saya melakukan ini dengan ihlas, nggak dibayar pun tidak apa-apa.
Anggap saja sebagai penebus rasa bersalah saya karena sudah mencelakakan ayah mbak..” kata perempuan muda itu.

Anita tersenyum dan segera menyalami tangan keduanya. “Terimakasih.. nama saya Anita..”
“Saya Karin, mbak. Dan ini Dedi, suami saya..” Perempuan muda itu ikut tersenyum.
Sari dan Tarno juga ikut memperkenalkan diri. Tak lama.. mereka sudah menjadi akrab.

Kesediaan Karin untuk merawat Pak Karta membuat Sari dan Anita bisa menerima kehadirannya.
Sementara Tarno lebih tertarik pada penampilan Karin yang meski sederhana.. namun terlihat sangat menarik.

Kulitnya putih mulus dengan rambut hitam panjang sepunggung.
Matanya yang selalu berkedip cepat sangat serasi dengan bibir merahnya yang terlihat sensual dan sedikit tebal.

Namun yang terutama menarik perhatian Tarno adalah bulatan payudara Karin yang nampak lebih besar dari ukuran rata-rata perempuan seusianya..
juga pantatnya yang terpahat sempurna hingga menjadikannya gelembung daging yang sangat indah.
Kaki panjang jenjang menopang tubuh tinggi langsing itu.. menjadikan Karin seolah model profesional tapi dengan tampilan apa adanya.

Tarno tidak berkedip menatap.. seperti ingin menelanjangi perempuan muda itu.
Namun suara panggilan perawat yang terdengar dari ruang IGD segera menghentikannya.
Bersama-sama mereka mengiringi Pak Karta yang masih terlihat lemas untuk dipindahkan ke kamar kelas I.

“Terimakasih ya, neng Nita..” bisik Pak Karta dengan muka masih pucat.
“Sebaiknya bapak istirahat saja..” sahut Anita sambil membetulkan bantal lelaki tua itu.

Setelah berbasa-basi sejenak, Anita mengajak Sari dan Tarno untuk pulang.
Ia membekali Karin uang 200 ribu sebagai ongkos transport, dan menitipkan Pak Karta kepadanya.

“Akan saya jaga ayah mbak dengan baik..” ucap Karin sungguh-sungguh..
sama sekali tidak mengetahui kalau sejak detik itu kehidupannya akan sangat-sangat berubah.
---------

Hari pertama dan kedua berjalan normal.. Karin dengan senang hati melaksanakan tugasnya.
Ia menyuapi laki-laki tua itu dan memenuhi segala kebutuhannya.. termasuk juga memandikan Pak Karta tiap pagi dan sore.
Semuanya berjalan normal.. karena selain kondisi Pak Karta yang masih belum begitu sehat..
juga karena mereka baru saja kenal.. jadi masih canggung dan rikuh.

Namun di hari ketiga.. di saat hubungan keduanya sudah mulai cair dan akrab.. barulah Pak Karta menunjukkan belangnya.
Pagi itu.. Karin terbangun karena merasa ada seseorang yang memenceti gundukan payudaranya.. mencoba untuk mencari putingnya.

Begitu membuka mata.. Karin menemukan Pak Karta sudah duduk selonjor di tempat tidur..
sambil tangannya terulur ke tubuh Karin yang masih tergolek lemas.. menyentuh buah dadanya dengan lembut.

“Kukira kamu akan tidur sampai siang..” kata Pak Karta sambil tersenyum menjengkelkan.. sama sekali tidak berniat untuk menarik jari-jarinya.
Karin segera menepisnya.. namun dengan pandangan meminta maaf. “Mari mandi, Pak..” Ia bangkit dan merapikan baju tidurnya yang sedikit kedodoran.

Guncangan payudaranya membuat Pak Karta kembali tersenyum mesum. “Kamu cantik, nduk..” ucap laki-laki tua itu.. sama sekali tidak merasa bersalah.
Muka Karin bersemu merah.. namun lekas ia mencari baskom baskom berisi air hangat, handuk, sabun dan kain lap.
Entah kenapa, menghadapi Pak Karta perasaannya jadi dag-dig-dug sendiri.

“Mari, Pak..” Karin meletakkan baskom di kursi di samping tempat tidur dan mengamati Pak Karta..
yang saat itu hanya mengenakan piyama katun dan kain sarung.

Setelah menata handuk dan sabun pada tempatnya.. ia pun memulai ritualnya. Karin mengawali dengan menyeka wajah dan leher Pak Karta.
Sentuhannya yang lembut membuat lelaki itu mendesah senang. Harus diakui; mulai dari bau, sentuhan..
hingga ketenangan Karin yang selalu bersenandung di kala melaksanakan tugasnya.. membuat Pak Karta jadi seperti dimanjakan.

Karin kembali membilas kainnya.. lalu memeras dan mengusapkannya ke busa sabun yang masih mengotori wajah keriput Pak Karta.
Belaiannya berlanjut ke setiap lengan Pak Karta.. setelah sebelumnya mencopot baju yang dikenakan oleh laki-laki tua itu.

Karin memegangi tangan Pak Karta agar dapat membersihkan semua sisinya..
tanpa menyadari kalau dalam posisi seperti itu jari-jari nakal Pak Karta bisa dengan mudah menggapai bulatan payudaranya.

Dan Pak Karta memang melakukannya.. sementara Karin mengusap ketiak..
ia dengan pura-pura tak sengaja mulai memenceti payudara perempuan muda itu satu per satu.

Terasa begitu liat dan empuk.. meski masih terlindung di dalam baju.. membuat Pak Karta jadi tersenyum karena begitu menyukainya.
“Pak..!” Karin bukannya tak menyadari gelagat tersebut.. namun ia sama sekali tidak bisa mengelak.
Disekanya dua tangan Pak Karta secepat mungkin.. sebelum kemudian berpindah ke dada dan bahu laki-laki itu.

“Iya, nduk..?” Pak Karta terkekeh. Senang melihat baju tidur Karin yang kancingnya mulai terbuka akibat perbuatannya..
memberinya pandangan yang sungguh menggiurkan meski masih terhalang oleh beha putih tipis.

Dipandangi seperti itu.. entah mengapa malah membuat puting mungil Karin mulai mengeras dalam kegembiraan.
Sambil memalingkan muka.. terus ia seka tubuh kurus Pak Karta.. sementara laki-laki itu tak berkedip menatap gundukan payudaranya.

Begitu tubuh bagian atas selesai.. sekarang saatnya Karin pindah ke bawah.
Ia sudah berhenti bersenandung untuk beberapa waktu hingga ruangan kamar jadi hening sekarang..
kecuali suara Karin yang sesekali memercikkan air ke kaki Pak Karta dan gemerisik kain sarungnya yang disingkap hingga ke paha.

“Permisi ya, pak..” Dengan nuansa licin busa sabun.. Karin mulai mencuci kaki kiri Pak Karta.. berusaha berhati-hati agar bajunya tidak ikut basah.
Lalu beralih ke kaki kanan.. kaki yang patah. Karin menyangganya dengan lengan.. agar Pak Karta tidak kesakitan.
Berat memang.. karena itulah Karin segera menyandarkan kaki itu ke bahunya.

Lalu pelan ia mulai menyeka; berawal dari jari.. kemudian lutut.. dan terus naik hingga ke paha Pak Karta yang terbuka.
“Eh..!?” Karin sedikit memekik saat tangannya tanpa sengaja menyenggol apapun yang sedang beranjak mengeras di selangkangan Pak Karta.

“Ada apa, nduk..?” Tanya Pak Karta pura-pura tak mengerti.. jari-jari kakinya dengan ringan menyapu lubang telinga Karin..
membuat si cantik itu mulai merasa berat dan pusing.

Karin buru-buru memindahkan kaki Pak Karta kembali ke tempat tidur.. namun dengan lutut tetap menekuk..
untuk menjaga agar busa sabun yang masih menempel di sana tidak mengotori tempat tidur.

Karin mencuci kain lap dan segera digunakan untuk mengusapnya hingga bersih.
Ia sama sekali tak berani memandangi kain sarung Pak Karta yang kini tampak menggembung semakin tinggi.

Menunduk.. Karin perlahan melepas lilitannya. Pak Karta sama sekali tidak memprotes..
bahkan terlihat tak sabar ingin segera tampil telanjang di depan perempuan muda itu.

Kemarin-kemarin semuanya biasa-biasa saja. Dimandikan seperti ini sama sekali tak memancing hasrat birahi Pak Karta.
Penisnya yang hitam legam tetap meringkuk mungil.. bersembunyi di antara bulu-bulu kemaluannya yang tak pernah dicukur.

Namun kali ini.. dengan tubuh semakin sehat dan juga penampilan Karin yang tampak semakin menarik.. Pak Karta jadi tak kuasa untuk menahan nafsunya.
Kontolnya tanpa perlu disuruh langsung menegak keras.. menunjukkan segala keperkasaan dan otot-otot kejantanannya.

“Maaf, pak..” Karin masih tak berani menatap.. namun tangannya terus bergerak di seputar benda panjang itu.
Ia mengusap pangkal paha Pak Karta berkali-kali.. tapi sama sekali tak berani menyentuh pusatnya.

“Nduk..” Pak Karta mengubah posisi tubuhnya.. memberi Karin pemandangan yang terbaik dari batang kontolnya..
yang sekarang ia pegang dengan hati-hati di antara jari telunjuk dan ibu jari.

“Pak..!?” Karin sedikit tersentak.. suaranya terdengar tebal dan sedikit parau. Lalu lekas mengalihkan pandangan.. sama sekali tak berani menatap lama.
Pak Karta bisa mengetahui kalau jantung perempuan muda itu berdebar kencang.. tangan Karin terlihat gemetar saat membilas kain lap.

Semua bagian di tubuh Pak Karta sudah bersih.. kecuali bagian yang itu.. yang masih tidak berani dipandang olehnya.
Bisa saja Karin menyerahkan kain lap dan menyuruh Pak Karta agar mencuci kontolnya sendiri.. tapi itu akan menyalahi janjinya kepada Anita.

Karin tidak mau disebut ingkar janji.. apalagi Anita sudah sangat menolongnya.
Selain itu.. meski risih dan sedikit takut.. ada beberapa bagian dalam dirinya yang ingin menatap penis pak Karta.. atau bila perlu menyentuhnya.

“Nduk..” Pak Karta kembali memanggil.. kali ini sambil memaksa Karin menoleh.
Mau tak mau Karin berpaling dan melihat.. tak berkedip ia menatap batang penis Pak Karta yang.. ohh.. begitu panjang dan bengkak.

Ukurannya begitu luar biasa.. benar-benar milik seorang pria sejati; selain besar.. juga begitu kaku dan keras.
Rambut keriting kasar yang tumbuh semrawut di bagian pangkalnya malah semakin menegaskan kalau benda itu sangatlah perkasa.

“Ahh..” cuma menatap saja sudah mengirim gelombang kejut pada Karin..
tak terasa tubuhnya mengejang dan tangannya terulur dengan sedikit bersemangat.

Dengan jari berlapis kain lap.. Karin segera menyeka bagian pangkalnya.
Tepat di bagian rambutnya yang keriting rimbun.. mencucinya dengan sabun dan air.

Setelah bersih.. Karin melanjutkan dengan membelai pelan di sekitar batangnya.. juga biji zakar Pak Karta yang anehnya terasa lembut dan hangat.
Karin bisa merasakan kalau penis panjang itu mulai berkedut pelan di dalam genggaman tangannya.

Lalu lagi.. dan lagi.. dan terus berkedut ringan.. seiring Karin yang mulai mengocoknya perlahan.
Busa sabun membuatnya jadi mudah dalam melakukannya.

Sesekali Karin berhenti untuk membilasnya dengan air hangat.. sebelum kemudian mengocoknya kembali sampai lama kelamaan benda itu berubah warna..
menjadi kemerahan dan terasa lebih bengkak dari sebelumnya.

“Ehmm.. nduk..” Pak Karta melenguh.. matanya terpejam menikmati kocokan lembut Karin pada batang penisnya.
Sementara napas Karin sendiri juga sudah semakin berat.

Kontol Pak Karta terasa kaku dan licin di dalam genggamannya..
membuatnya jadi membayangkan rasa benda itu apabila masuk ke dalam liang vaginanya.. yang kini mulai basah dan sedikit meradang.

Pada titik ini.. tidak ada jalan untuk kembali. Sambil terus mengocok.. Karin melirik wajah Pak Karta.
“Teruskan, Nduk.. enak..” gumam laki-laki tua itu menenangkan.

Tidak berkata apa-apa.. tangan Karin tampak terus bergerak dengan sendirinya. Ia usap busa sabun dari bulunya.. juga di telor dan batangnya..
sebelum kemudian membilas benda itu untuk yang terakhirkali dan menyingkirkan kain lapnya ke dalam baskom.

“Lakukan, nduk..” Pak Karta menyemangati begitu melihat Karin yang masih ragu.
Tak berkedip Karin menatap batang penis Pak Karta yang mengacung panjang di depan hidungnya, tampak terlihat jelas sangat mengaguminya.

Sambil diam-diam meminta maaf pada sang suami.. perlahan Karin mengulurkan tangan dan menyentuhnya.
Ctap..! Jari-jarinya yang lentik dengan lembut melingkar dan membungkus benda itu tanpa campur tangan kain.

“Ehm..” Karin mendesah begitu merasakan kekenyalannya.
Memegangnya secara langsung seperti ini benar-benar memberi sensasi yang sangat berbeda.. membuatnya jadi tak dapat menahan diri lagi.

Kontol itu terasa semakin berdenyut.. juga begitu kaku dan keras namun sekaligus lembut dan terasa hidup di dalam genggaman tangannya.
Pak Karta tersenyum puas.. terlihat sangat santai dan menikmati.

Apalagi saat Karin mulai menggerakkan tangannya perlahan..
mengocoknya ke atas dan ke bawah sambil sesekali naik ke kepala untuk mengusap cairan pre-cumnya yang mulai meleleh keluar.

Belaian perempuan muda tersebut memang terasa ringan.. namun karena tidak ada rasa malu atau jijik di dalamnya.. nikmatnya malah jadi berlipat ganda.
Dan semuanya jadi bertambah indah begitu Karin melakukan sesuatu yang tidak pernah dibayangkan oleh Pak Karta.

Perempuan muda itu menunduk dan miring ke depan.. lalu mencium kepala penis Pak Karta.
Memang hanya sekilas.. namun rasanya sungguh luar biasa. Karin menjilat.. berusaha mencicipi cairan precum Pak Karta dengan lidahnya.

Dan dia menciumnya lagi.. lalu lagi, dan lagi.. sampai akhirnya serangkaian ciuman itu mulai mengalir ke bagian bawah..
menjilat lembut dari ujung hingga ke pangkal penis.. dan berakhir saat bibir tipis Karin mendarat di kedua telur Pak Karta.

“Augh..” laki-laki tua itu langsung menggelinjang keenakan.. tapi kakinya yang patah membuatnya jadi sukar untuk bergerak.
Dengan erangan lembut Pak Karta menikmati saat Karin mulai menyelipkan kepala kemaluannya ke dalam mulut.

Namun perempuan muda itu berhenti sebentar.. tidak langsung mengulumnya.
Karin seperti ingin mencicipinya terlebih dahulu.. memastikannnya semuanya telah bersih dan sesuai dengan seleranya.

Setelah yakin.. barulah dia menjalankan lidahnya di sekitar ujung penis Pak Karta yang berbau harum akibat busa sabun.
“Terus nduk..” Pak Karta menggeram.. meminta Karin agar mengambil lebih jauh ke dalam mulutnya.

Dan perempuan muda itu melakukannnya. Slrupp.. Pelan ia mulai mengisap.. menggunakan bibir dan lidahnya untuk menjilat..
hingga Pak Karta jadi semakin mengerang dan menggelinjang dalam kenikmatan.

Jilatan Karin yang begitu lembut.. namun dengan jari-jari terus mengusap-usap di dasar penis.. membuat Pak Karta jadi semakin merasa panas.
Pelan ia sentuh rambut halus Karin dan mendorongnya lembut agar mengisap semakin dalam.. mesra ia mengelus kepala perempuan muda itu.

Karin menatapnya.. namun terus menjilat.
Lidahnya dengan pintar bergerak.. seperti semakin bersemangat saat mengetahui kalau Pak Karta menyukai perbuatannya.

Lelaki tua itu memindahkan tangan ke bagian belakang leher Karin.. lalu ke bahunya dan berdiam lama di sana..
sebelum kemudian jari-jarinya merogoh leher baju tidur Karin untuk melepasnya.

“Pak..” Karin terlihat sedikit kaget.. tapi karena dia sibuk menjilat.. Pak Karta jadi dengan mudah bisa menelanjanginya.
Kain biru itu teronggok jatuh ke lantai.. disusul kemudian beha tipis Karin yang juga bernasib sama.

Tak sanggup untuk melawan.. Karin juga membiarkan rok pendeknya ikut ditarik.. juga celana dalamnya..
hingga sebentar saja ia sudah berdiri telanjang bulat di depan pak Karta yang masih berbaring dengan mata menatap lapar.

Tak berkedip ia memandangi tubuh mulus Karin; mulai dari payudara.. bokong.. punggung..
hingga ke bulatan pinggul Karin yang masih nampak ramping dan seksi.. karena memang ia belum pernah melahirkan.

“Jilat lagi, nduk..” pinta Pak Karta sambil kembali menekan bahu Karin.. menyuruhnya agar membungkuk lagi.
Karin langsung mengisap dengan lebih mendesak begitu dari bahu.. tangan Pak Karta meluncur perlahan ke punggungnya.

Karin menyambut dengan mengayunkan pinggulnya.. mengundang tangan Pak Karta agar terus bergeser ke sana.
Laki-laki itu memenuhinya.. berlama-lama ia di pantat Karin.. untuk membelai dan meremas lembut..
merasakan betapa halus permukaannya yang membulat seperti kulit bayi.
---------------------------------------------
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd