Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karir di Dunia Modeling

Bagian 12


Sebuah mobil melaju kencang melewati jalanan ibu kota. Seolah tidak memperdulikan pengendara yang lain yang berjalan berdampingan, mobil yang dia kemudikan terus tancap gas melewati persimpangan. Tidak butuh lama sampai polisi mengejar dari belakang dengan menyuruhnya menepi.

Berjalan menuju mobil yang baru saja dia tepikan, polisi itu mendekat dan mengetuk kaca, “selamat pagi, bisa dibuka kaca jendelanya,” ucap polisi itu.

Butuh beberapa saat sampai kaca mobil itu terbuka, kemudian polisi itu terkejut melihat pemandangan dua orang cewek yang tengah duduk di barisan depan dengan kondisi tubuh bagian atasnya yang telanjang dan memperlihatkan payudaranya yang sempurna dengan ukuran 36B yang menggoda imannya.

“Maaf pa, kita lagi buru-buru nih, please jangan ditilang,” ucap cewek yang berada di balik kemudi dengan wajah memohon.

“Iya pak, tolong ya pak,” lanjut cewek di sampingnya.

Polisi itu tampak kebingungan mendapati pengemudi mobil itu yang tampil dengan kondisi yang vulgar sampai tidak bisa berkata-kata. “E-eh, m-mohon maaf ibu-ibu eh maksud saya neng, s-saya hanya menjalankan tugas,” ucap polisi dengan terbata-bata.

Melihat respon polisi itu yang gelagapan, kedua cewek itu memberikan senyuman manis dan memberikan penawaran, “aduh gimana ya pak, kalau engga gini deh gimana bapak boleh pegang dada kita tapi gantinya bapak jangan tilang kita?”

Keringat dingin mulai mengucur dari dahi polisi itu. Penawaran ini tidak bisa dia sia-siakan, namun tanggung jawab pekerjaannya haruslah menjadi yang utama. Tapi namanya momen berharga tidak mungkin dia abaikan, “s-sebentar, g-gimana kalau saya boleh ngisep susunya, nanti saya lolosin kalian deh.”

Kedua cewek itu berhadapan satu sama lain dan mulai menganggukan kepalanya saling setuju. Kembali menghadapkan wajah ke polisi yang sudah bernafsu di luar pintu mobilnya, kedua cewek itu memberikan jawaban mereka, “deal pak, yaudah pak masuk di belakang yuk!”

Kunci pintu belakang mobil itu terbuka, polisi itu langsung masuk dan sudah tidak sabar mendapatkan pembayaran dari kedua gadis mahasiswi itu. Memastikan kondisi sekitar aman, secara bergantian cewek itu melompat ke kursi belakang dan menyodorkan dadanya ke wajah pria itu membiarkannya dengan mudahnya menghisap puting yang berwarna pink dan kenyal itu.

“Bye-bye pak! Makasih ya kita jadi engga ditilang!” teriak cewek di kursi penumpang sambil melambaikan tangan. Kemudian mobil itu kembali tancap gas menjauh.

Mengambil tisu yang ada di dashboard, cewek itu kemudian mengelap area dada dan payudaranya dari bekas hisapan polisi itu. Tidak lupa dia ikut membantu mengelap dada temannya yang sedang fokus mengemudi.

“Gila bapak tadi, nyedotnya kenceng banget haha. Sampai merah nih susu gue,” ucap dirinya.

“Iya, kayak engga pernah dikasih nenen, haha,” balas temannya yang mengemudi.

Mereka kemudian tertawa sambil membahas kejadian sebelumnya. Tampaknya mereka masih bersemangat untuk melakukan banyak hal hari ini. “Ngomong-ngomong selanjutnya kita kemana nih? Mau langsung makan atau lo perlu kemana gitu?

“Hmm, sebentar.. gimana kalau kita ke mall ****, gue lagi butuh bikini baru nih buat photoshoot nanti,” ucap diriku.

“Ah, bener juga, yuk lah kita cuss,” balasnya sambil tancap gas.

Mereka pun kembali melanjutkan perjalan menuju mall dengan kondisi yang sama seperti sebelumnya. Mereka duduk di mobil dengan kondisi telanjang dada, seolah tidak peduli dengan orang lain yang melintas, dengan sengaja mereka memamerkan aset mereka di balik kaca mobil yang gelap ini untuk memuaskan fantasi mereka.


Aku berjalan melihat-lihat koleksi bikini yang baru saja dirilis. Setelah membandingkan satu sama lain, aku memutuskan untuk membawa tiga untuk aku coba di ruang ganti. Menghadap ke arah cermin aku lebih dulu memperhatikan diriku yang tampil cantik dan seksi. Sesekali aku mencoba berpose menunjukan pesona dari lekuk tubuhku sebelum akhirnya aku menanggalkan semua pakaianku dan berdiri telanjang.

“Modelnya sih cantik tapi ukurannya terlalu pas banget, ngetat banget ke dada,” ucap diriku ketika mencoba sebuah setelan bikini.

Melepaskan bikini ini aku berganti ke bikini selanjutnya dan membandingkan mana bikini yang kubeli. Mencoba beberapa pose, aku membayangkan bagaimana aksiku besok untuk memakai bikini ini di depan banyak kru yang memfoto diriku, ahh membayangkannya aja udah membuatku basah.

“Val, lo masih di dalem?” ucap seseorang dari luar.

“Iya Lyn, udah nemu bikini yang lo cari?” balasku sambil mencoba pasangan bikini selanjutnya.

“Udah nih, gue sekalian masuk ya, penuh semua nih,” kata Selyn dengan mencoba masuk.

Membiarkan Selyn masuk rasanya ruangan ini terasa jauh lebih sempit dan tubuhku kita saling menempel. Menggantungkan bikini yang dia bawa, Selyn kemudian menanggalkan pakaian luar dan celana jeansnya dan terlihatlah tubuhnya yang seksi dalam kondisi telanjang. Sama sepertiku, Selyn tidak memakai daleman sama sekali.

“Yang itu bagus Lyn, pas banget sama tubuh lo,” pujianku kepada Selyn.

“Thank you, bagus sih tapi rasanya kayak ada yang kurang, kurang berani gitu model bikininya,” balas Selyn sambil terus berputar memandangi tubuhnya.

“Kurang berani? Nih biar berani, mending lo telanjang sekalian,” kataku menggodanya sambil menarik bra yang dia pakai yang membuat payudaranya terbuka.

“Ah parah lo, Val kita couple lan bikini yuk, model yang ini,” kata Selyn sambil membetulkan branya yang hampir terlepas dan menunjukan bikini yang dia bawa di dalam keranjangnya.

Mengambil bikini di tangannya aku melihat bentuk bikini itu yang sangatlah seksi dengan banyak menunjukan banyak area kulit pemakainya. Model bikini ini adalah slingshot thong berbentuk (Y), hanya ada tali tipis yang yang dapat menutupi area putingku dan membiarkan payudaraku terekspos yang melingkar ke area pantatku. Bisa dibilang kalau memakai bikini ini sama halnya dengan telanjang, dari belakang bikini ini hanya terlihat seperti tali tipis yang memperlihatkan pantatku yang terbuka.

Setelah memikirkannya aku memutuskan, “engga ah gila, terbuka banget gak sih?” ucapku menolak namun penasaran membayang diriku memakainya.

“Yah takut lo, coba dulu! Nih gue tunjukin ke lo,” kata Selyn menantangku sambil memakai bikini itu.

Karena bikini itu berupa satu setelan, otomatis dengan mudah bikini itu terpakai. Aku terpukau dan terasa area pribadiku mulai basah melihat pemandangan Selyn dibalik bikini itu. Tubuhnya yang cantik dan sempurna menjadi fokus utama dan bikini itu membuat kesan seksinya semakin menonjol. Payudaranya tampak tergantung indah dan aku bisa melihat garis pantatnya yang mengintip.

Karena rasa penasaran aku mulai mencobanya, “yaudah gue coba ya.”

Selyn kemudian melepas bikini itu dan memberikannya kepadaku, aku yang masih belum berpakaian langsung mencobanya. Ugh, rasanya begitu nakal untuk memakai bikini seperti ini seolah mempertontonkan tubuhku yang telanjang. Apalagi tali yang tipis ini sedikit kencang di area bawah yang membuat bibir vaginaku bergesekan dengan bikini ini membuat diriku terangsang.

“Sial, godaan lo memang susah gue tolak, yaudah deh gue sekalian beli bikini ini,” jawabku merasa puas.

“Haha, udah gue bilang lo pada dasarnya emang binal, yaudah gue beli yang hitam terus lo yang merah ya,” ucap Selyn menertawaiku.

“Oke,” balasku singkat dan melanjutkan pembayaran.

Selesai melakukan pembelian kita menghabiskan siang itu dengan makan dan sedikit berbelanja kebutuhan kita di apartemen. Sepanjang perjalanan, aku merasakan banyak tatapan yang diarahkan kepada kita berdua terutama dari cowok-cowok yang melintas, huh padahal saat ini aku lagi memakai kaos dan celana jeans panjang, well mungkin terlalu ketat dan menonjolkan lekuk tubuhku. Seru juga melihat cowok yang lagi pacaran dan dimarahi oleh pacarnya ketika melihat kita berjalan.

“Hitung mundur ya 3.. 2.. 1.. mulai!” ucap diriku memulai aba-aba.

Kita berdua sedang berjongkok di balik sebuah mobil van besar. Sebelumnya kita membuat tantangan untuk berjalan di area basement parkiran dengan telanjang sampai kita masuk ke mobil. Memperhatikan kondisi basement yang sepi dari pengunjung, aku mulai menanggalkan pakaianku yang kusimpan di dalam tas belanja.

Sekarang jantungku terasa berdebar, bagaimana tidak, baik aku dan Selyn saat ini sedang dalam kondisi tanpa busana di parkiran sebuah mall dengan banyak mobil terparkir. Cairan tubuhku menetes dari vaginaku serta tubuhku basah oleh keringat dari ruangan yang panas.

“Kita mulai, lo ke kanan terus gue ke kiri, let’s go!” ucapku sambil berjalan mengendap-endap dan berjalan melewati beberapa mobil yang terparkir.

Tangan kananku yang membawa tas belanja kusimpan di area dadaku dan tangan kiriku digunakan untuk menutupi area pantatku. Tetap saja mau bagaimanapun kondisiku yang telanjang mustahil aku tutupi tapi disitulah keseruannya. Aku berharap untuk tidak bertemu orang lain dan terus berjalan ke area mobil.

“Uh, akhirnya nyampe di mobil, Selyn kok belum nyampe ya?” ucapku dengan nafas terengah-engah di dalam mobil.

Aku kemudian menyalakan mobil dan membiarkan ac mendinginkan diriku dan tak lupa mengelap keringat yang membasahi tubuhku. Sesekali aku melihat ke arah kaca memperhatikan kondisi sekitar dan mencari Selyn yang belum balik juga. Sampai berapa lama Selyn pun akhirnya tiba.

“Lo kok lama banget sih, nyasar?” tanyaku kepada Selyn yang tertawa lebar.

“Haha, fuck lo tau gak gue malah ketemu satpam, kita depan-depanan terus bengong gitu, langsung gue lari cabut ke sini,” kata Selyn tertawa.

“Sial banget lo, untung gak kenapa-napa, yaudah kita pulang nih?” tanyaku sambil memundurkan mobil.

Selyn hanya menganggukan kepalanya karena sibuk mengelap dirinya yang basah oleh keringatnya. Langsung saja kita berjalan pulang ke apartemen Selyn dengan perasaan senang.

Sesampainya di apartemen, aku dan Selyn memutuskan untuk mandi dan membersihkan tubuh kita. Hanya memakai handuk aku kemudian berbaring di atas sofa sambil melihat laptop. Terdapat notifikasi pesan dari e-mail dan betapa terkejutnya kalau aku lupa bahwa malam ini ada deadline tugas, mau tidak mau aku harus mengerjakan tugasku dulu.

Ding.. Dong.. (suara bel pintu)

Aku yang masih berbaring kemudian berjalan ke pintu depan tanpa peduli kalau tubuhku hanya tertutupi handuk. Membuka pintu aku melihat seorang cowok yang berpakaian rapi sedang menunggu dibukakan pintu.

“Eh Angga, sini masuk. Selyn nya masih di kamar,” ucap diriku memintanya masuk.

“Oke thanks ya Val,” balas Angga.

Kemudian aku memutuskan untuk kembali berbaring di atas sofa dan melanjutkan tugasku. Angga tanpa rasa malu melihat diriku yang hanya tertutupi sebuah handuk.

“Ya udah gue mau ketemu Selyn ya, ngomong-ngomong pantat lo seksi banget,” ucap Angga yang langsung masuk ke dalam kamar.

“Hus-hus,” ucapku menyuruhnya pergi.

Di ruang tengah aku mengambil cemilan dan kembali fokus mengerjakan tugas sampai waktu berlalu dan tugasku selesai. Sepanjang malam aku hanya mendengar suara musik yang terus diputar tanpa henti. Karena penasaran aku mencoba mendekati pintu kamar Selyn dan sedikit mengintip.

“Ahh.. ahh.. Anggaa! Enak.. ah!” racau Selyn.

Dari posisi ini aku bisa melihat Selyn yang sedang menungging dan sedang disetubuhi oleh Angga. Angga terlihat bersemangat dengan terus memaju mundurkan pinggulnya dan mengarahkan penisnya ke dalam lubang vagina Selyn.

Angga kemudian menindih tubuh Selyn dan mengarahkan tangan menuju area dada Selyn dan meremasnya. Payudaranya yang besar itu dimanjakan oleh Angga dan diremas, area putingnya ditarik membuat tubuhnya bergetar seirama dengan hentakan penis di dalam vaginannya.

“Aah.. Angga batang lo memang yang terbaik.. ahh.. mphhh..” sebelum bisa melanjutkan racauannya mulutnya direbut oleh Angga dan mereka berciuman mesra.

Hanya dengan melihat mereka tubuhku terasa panas dan cairan vaginaku mulai menetes turun. Handuk yang kupakai perlahan terlepas dan tanganku ku arahkan ke dadaku dan tangan lainnya yang ke arah vaginaku.

Memilin pelan putingku sambil melihat Selyn yang menikmati digenjot oleh Angga, aku terus terangsang dan membiarkan jariku bermain di bibir vaginaku. Jari tengahku aku putar di atas klistorisku dan membiarkan jari lainnya menyusuri area bibir vaginaku.

“Ahh.. ahh..” aku menahan suara desahan supaya tidak terdengar oleh mereka.

image.png


Sudah tidak bisa menahan nafsuku aku mendorong jari tengah ke dalam vaginaku dan perlahan aku masuk dan keluarkan. Perlahan aku mengocok jariku di dalam vaginaku yang sudah begitu basah sambil melihat pertunjukan di depanku.

Plak.. plak.. plak..

Pantat Selyn yang kencang dan padat itu terus dia tampari. Kanan ke kiri, secara bergantian pantatnya dielus lalu ditampar dengan kasar. Tubuhku terus bergetar merasakan kenikmatan ini sambil vaginanya terus diisi sebuah batang penis yang keluar masuk di dalam tubuhnya.

“Mmhh..” menahan desahanku aku mempercepat kocokan jariku dan lebih keras memilin putingku. Aku langsung memasukan jari telunjuk dan membiarkan kedua jari bermain di dalam vaginaku. Kocokan jariku semakin cepat bersamaan cairan yang terus mengalir keluar dari vaginaku.

“Lyn gue udah mau nyampe, ah fuck!” racau Angga yang sudah mencapai klimaksnya.

“Ah.. ahh.. iya.. enak!” desah Selyn yang menikmati sodokannya.

Bersamaan dengan mereka, aku hampir mencapai puncak klimaks. Jariku tanpa hentinya terus aku kocokan dengan cepat keluar masuk dari lubang vaginaku. Tidak butuh waktu lama sampai aku akan keluar.

Angga terus menghentakan penisnya keluar masuk vagina Selyn. Penisnya terasa nikmati merasakan kehangatan dan sempitnya vagina Selyn yang memanjakannya. Tubuhnya begitu panas dan terasa dia sudah mencapai klimaksnya. Mempercepat tempo permainannya dia sudah akan ejakulasi,

“Ah Lyn, gue keluar agh!” teriak Angga sambil menghentakan penisnya.

Crot.. crot.. crot..

Penisnya berkedut dan dengan cepat Angga menarik penisnya dan mengarahkannya ke atas pantat Selyn. Mengocok penisnya, cairan sperma keluar dari dari lubang penisnya yang dia tumpahkan ke atas Selyn yang mencapai klimaksnya.

“Mphh.. ahh..” bersamaan dengan Angga yang mencapai klimaksnya, cairan vaginaku mengalir deras dari vaginaku. Tubuhku bergetar seiring cairanku yang terus menetes keluar. Dengan cepat aku menggunakan handukku dan mengeringkan cairanku yang membasahi lantai ini dan kembali ke atas sofa seolah tidak terjadi apa-apa.

Angga mengelap penisnya di atas pantat Selyn sebelum berbaring di samping dan kembali berciuman. Mereka mengakhiri malam itu dengan berpelukan dan cuddle sampai pagi.

“Pagi-pagi lo udah mandi aja,” kata Angga yang berjalan ke arah kamar mandi.

“Gue mau balik ke rumah gue, tadi malem enak banget ya sampai batang lo loyo gitu,” ucapku sambil menyiapkan tasku dan sesekali memperhatikan Angga yang tengah berdiri di depan pintu.

“Eh sorry engga sengaja,” kata Angga yang lupa kalau dia masih telanjang dan mulai menutupi penisnya. “Besarkan batang gue?” tanyanya seolah menggodaku.

Membuang pandanganku dan sesekali melirik ke arah penisnya, “lumayan,” jawabku yang tidak berbohong kalau penisnya jauh lebih panjang dari rata-rata, pantas aja Selyn mau sama Angga.

“.. ngomong-ngomong tubuh lo mantap juga, sampai lo keenakan gitu tadi malam,” ucap Angga tanpa basa-basi.

Deg, aku terkejut kalau Angga tahu aku bermasturbasi melihatnya bercinta, aku mencoba berpikir kalau aku terlalu berisik, tidak aku baru menyadari ada sebuah cermin di kamar Selyn yang menghadap ke arah pintu. Berarti semaleman Angga bisa bisa melihatku sedang bermasturbasi, sial.

“Kapan-kapan gue pengen nyobain ngewe sama lo, kayaknya enak tuh,” kata Angga yang seolah menantangku.

“No, no, and no, ya udah bilangin ke Selyn gue ke rumah duluan, bye-bye!” kataku yang langsung pergi meninggalkan apartemennya.

Sepanjang perjalanan aku berpikir apakah aku rela disetubuhi oleh Angga. Aneh sih kalau aku bercinta dengan teman FWB (Friends With Benefit) nya Selyn, tapi ugh membayang penisnya masuk ke dalam vaginaku, shit gue harus fokus.



“Oke Valerie tahan posisinya good 1.. 2.. 3..!”

“Coba berpose sedikit lebih terbuka, yes benar oke kita take ya!”

“Oke itu tadi yang terakhir, thank you Valerie,” ucap fotografer kepadaku.

Memakaikan handuk luaran aku berjalan keluar area set dan melihat gambar yang dia ambil sebelumnya. Walaupun hanya berupa foto mentah, tapi hasilnya jauh melebihi ekspektasi. Tubuhku terlihat lebih mempesona dan aku tidak habis pikir kenapa aku berani mengambil pose seberani itu.

“Val, habis ini lo mau kemana? mau ikut gue jalan-jalan gak?” tanya Chandra fotografer yang sudah beberapa kali bersamaku dalam photoshoot.

“Eh sorry Chan, gue ada ketemuan nih. Pas balik ke Jakarta kali ya,” ucapku kepada Chandra sambil berjalan mengambil tas yang kubawa.

“Yaudah Val, have fun ya selama di Bali,” balas Chandra yang putus asa.

“Oke, bye Chandra! Bye semua!” ucapku sambil berpisah dengan seluruh kru yang sudah bersamaku dua hari ini.

Mengemas seluruh barang bawaan yang kubawa aku bergegas untuk memesan taksi online menuju hotel yang sudah direservasi sebelumnya. Tidak butuh waktu lama sampai aku akhirnya tiba di hotel, setelah menyelesaikan proses check in aku langsung bergegas ke kamar.

“Ah enaknya,” ucapku sambil merebahkan tubuhku di atas kasur.

Mengistirahatkan tubuhku yang lelah, aku sebentar saja memejamkan mataku. Rasanya nyaman sekali untuk dapat tidur bersantai tanpa memikirkan banyak pekerjaan. Semula aku hanya ingin tidur sebentar dan tanpa kusadari aku sudah tertidur lelap dan melupakan segalanya.

“Sial, aku ketiduran,” umpatku dalam hati ketika membuka ponselku.

Terdapat banyak notifikasi yang kuterima dan belum kubaca khususnya dari Selyn,
Selyn : Gue udah landing nih.
Selyn : Kita nanti ketemuan di ***** jam 15.30 ya!
Selyn : Val, lho kok gak jawab?
Selyn : P .. P.. P .. P .. Oy!

(Saat aku sudah terbangun)
Valerie : Sorry baru jawab Lyn, ketemuannya besok aja kali ya.
Selyn : Eh anjir, lo kenapa dah?
Valerie : Gue ketiduran, hehe.
Selyn : Matamu ketiduran, oke deh besok kita ketemuannya. Gue maafin.
Valerie : Thank you Lyn, Sorry banget.
Selyn : Jangan sampai lupa dan jangan sampai ketiduran, besok lo gue hukum,
Valerie : Ampuuun.

Untung saja Selyn tidak marah dan tidak masalah untuk bertemu besok, pokoknya besok aku harus minta maaf deh. Melihat ke arah jam aku menyadari saat ini sudah pukul 16.40, rasanya sayang untuk menghabiskan sisa hari ini hanya untuk berbaring di atas kasur. Melihat arah taman, aku memutuskan untuk sedikit menyegarkan pikiranku dengan berenang.

Berjalan ke arah luar, aku mulai menanggalkan pakaianku satu persatu hingga tidak menyisakan apapun. Dalam kondisi telanjang bulat, aku langsung melompat ke dalam kolam renang dan menghabiskan sisa soreku dengan bersantai di kolam renang.

Rasanya nikmat sekali memiliki fasilitas kolam pribadi yang hanya dapat diakses oleh diriku pribadi. Aku tidak perlu repot memikirkan bikini yang kupilih atau harus membawa baju ganti ke mana-mana. Tinggal bugil terus langsung nyebur, ah enaknya.

Meskipun kolam renang ini tidaklah besar, aku bisa sedikit meregangkan otot tubuhku dan bersantai. Setelah beberapa putaran perutku berbunyi dan aku merasa sangat lapar, disitulah aku menyadari kalau aku belum makan sejak tadi siang.

Aku memiliki sebuah ide. Naik ke atas, aku diam sebentar membiarkan air turun dari tubuhku sebelum kembali masuk ke kamar. Membuka telepon, aku mencoba menelpon room service dan memesan makanan yang dikirimkan ke kamarku. “.. ya nanti di kirim ke kamar nomor **, oke makasih,” ucapku mengakhiri telepon.

Mengakhiri pesananku aku langsung kembali masuk ke dalam kolam sambil menunggu dengan tidak sabar akan kejadian selanjutnya. Tidak butuh waktu lama sampai suara bel kamarku berbunyi.

“Sore, ini pesanan untuk ibu Valerie,” ucap staf hotel di depan pintu kamar.

“Sebentar ya mas,” ucapku sambil berjalan menuju pintu.

“Sore bu, i-ini p-pesanannya ..” staf hotel itu terkejut melihat penampilanku yang masih basah dalam kondisi telajang sedang berdiri di depannya.

“Ah iya mas, silahkan .. ngomong-ngomong saya mau lanjut berenang lagi ya,” balasku sambil memberikan senyuman menggoda dan berbalik ke arah kolam.

Saat aku berjalan masuk ke kolam, aku melirik ke arah belakang dan melihat staf hotel itu tidak bisa menutupi pandangannya yang dia arahkan ke pantatku. Meskipun dia membuang muka dia sepertinya tidak ingin menyia-nyiakan momen ini.

image.png


“Baik bu, s-saya persiapkan dulu,” kata staf hotel itu sambil menyiapkan meja makan dan menyajikan hidangan yang kupesan.

“Iya mas, ngomong-ngomong mas udah kerja disini berapa lama?” tanyaku membuka obrolan sambil membiarkan tubuh bawahku di dalam air dan menunjukan dadaku yang terbuka.

“S-saya baru magang disini dua minggu,” jawabnya.

Rupanya masih baru disini pantes aja masih kaku kalau ngeliat tamunya senakal ini, haha. Tidak butuh waktu lama sampai makanan sudah selesai disiapkan di atas meja makan. Sebelum itu aku ingin menggodanya ah.

“Eh aduh,” ucapku.

“A-ada apa?” tanya staf hotel itu dengan panik.

“Mas bisa tolong tarikin saya ke atas, pinggiran kolamnya lumayan licin nih,” ucapku berbohong sambil mengarahkan tanganku ke atas.

“S-ebentar bu .. saya tarik ya .. tiga .. dua .. satu .. aduh, ehh ibu gak papa?” staf itu kemudian berjalan ke arahku dan menarik tanganku dengan malu-malu.

Karena lantainya yang licin dan aku tidak menjaga keseimbanganku, saat aku ditarik aku secara tidak sengaja terpeleset dan terjatuh ke depan tepat di atas tubuhnya. Karena aku sedikit melompat saat terjatuh, sekarang tubuh telanjangku ada di atas tubuhnya dan payudaraku tepat berada di depan wajahnya.

“Eh maaf mas, aduh ..” aku mencoba berdiri namun kembali lagu aku terpeleset dan wajahnya sekarang terbenam di payudara.

“Ah mantap .. eh, ibu gapapa?” dia sebenarnya menikmati ini dan mencoba profesional.

Aku sekarang mencoba berdiri dan berhasil dan meminta maaf kepadanya, sebelum dia kembali bekerja aku berjalan ke arah tasku dan mengambil dompet. Aku sebenarnya ingin tetap telanjang namun memutuskan untuk memakai handuk yang tersimpan di lemari demi bersikap seperti cewek normal.

“Kalau ibu melakukan pembayaran dengan kartu kredit otomatis pembayaran sudah terpotong langsung,” jawabnya yang sudah lebih tenang ketika aku menyodorkan uang.

“Ah, ini buat tip masnya, makasih ya,” ucapku sambil menyodorkan tanganku dan otomatis lilitan handuk ini perlahan terlepas dan handuk ini melorot dan kembali menunjukan tubuh telanjangku.

“T-terima kasih,” ucapnya dengan cepat menjauh.

Karena perutku sudah sangat kelaparan, aku langsung saja menghabiskan makananku dan setelah selesai makan aku beristirahat. Tidak ada hal yang berarti pada sisa sore hingga malam, aku hanya berada di kamarku dan bersantai.



“Lyn, gapapa nih kita pake bikini kaya gini disini?” tanyaku sambil mengintip keluar dan melihat banyak pengunjung yang sedang bersantai.

“Santai aja kali lagian kita juga lagi di pantai, kalau kita di tengah kota pakai beginian baru boleh takut, haha. Ayo Val, kita keluar,” ucap Selyn mencoba menenangkanku dan mengajakku keluar.

Aku sekali lagi mencoba mengintip dari celah pintu ruang ganti ini. Rasanya masih mendebarkan walaupun aku sudah telanjang di depan banyak orang berkali-kali. Meskipun ini adalah private pool yang mayoritasnya adalah bule yang cukup liberal, tetap saja bikini ini terlalu vulgar.

“Ayo,” kata Selyn.

Memberanikan diriku, aku melangkahkan kaki dan berjalan ke luar dari ruang ganti ini. Udara pantai yang berhembus langsung terasa di kulitku yang terekspos langsung. Mata mata langsung tertuju dan diarahkan kepada kita berdua dari ujung kepala sampai ujung kaki yang membuat diriku terangsang.

Bikini ini sangatlah terbuka dan banyak menunjukan kulit tubuhku kepada siapa saja yang melihat. Bulatan payudaraku yang besar tidak dapat ditutupi oleh tali bikini yang membiarkan gunung kembarku tergantung indah dilihat dari sisi manapun dengan putingku yang mengeras dibaliknya. Perutku yang ramping terlihat seksi dengan tali merah ini yang membelah area intimku yang sedikit memperlihat area vaginaku yang mengintip tidak tertutupi. Dari arah belakang pantatku secara jelas terlihat dengan hanya tali tipis yang membelah garis pantatku dan menunjukan kulit punggungku yang putih dan mulus.

image.png


“Aahh,” aku sedikit mendesah seiring kakiku melangkah. Bikini ini terlalu ketat yang membuat kesulitan bergerak dan terus bergesekan dengan bibir vaginaku. Melirik ke arah Selyn, dia menunjukan ekspresi kalau dia menikmati rangsangan ini.

“Look at that girl, so sexy.”

“Tuh cewek udah hampir telanjang, mantap.”

“Damn i want to fuck her really bad.”

Pujian serta ucapan vulgar diucapkan oleh lelaki di sekitar kita ataupun para cewek yang berusaha menghalangi pandangan pasangannya yang mengintip ke arah kita berdua. Rasanya jauh lebih seru dan menantang dibandingkan tampil telanjang di depan kamera. Tidak butuh waktu lama sampai aku nyaman dengan bikini ini.

619-Wc7-ZNWCL-AC-UY741.jpg


Kita terus berjalan sampai menemukan spot duduk yang cukup nyaman dan jauh dari keramaian. Duduk diatas kursi santai yang tertutupi payung pantai, kita menikmati pemandang pantai putih dan laut biru yang tersaji di hadapan kita.

“Lyn, tolong balurin gue sunscreen dong,” ucapku sambil memutar tubuhku.

Tidak menjawab ucapanku, Selyn langsung mengambil botol itu dan menuangkannya di tangannya. Karena bikini ini sangatlah terbuka, dengan mudahnya Selyn bisa membaluri seluruh tubuhku tanpa kesulitan. Secara perlahan dia mengusap tangannya di punggungku dan membiarkan sunscreen menutupi tubuhku, begitupun dengan Selyn yang aku lakukan bergantian.

“Seru ya bisa santai gini,” ucap Selyn.

“Iya nih, santai kayak di pantai .. eh, emang kita lagi di pantai haha,” balasku dengan senang.

Membiarkan pasir pantai yang terbawa dan semilir angin yang mengalir membuat diriku terasa tenang dan nyaman. Disaat itulah sebuah bola terjatuh tidak jauh dari kursi kita berdua.

“So-sorry, are we bothering you?” ucap seorang pria bule.

“No-no problem, wow,” aku mencoba tidak memperdulikannya dan mengintip di balik kacamata hitam yang menutupi wajahku. Mengalihkan padanganku ke arahnya, aku terkejut melihat pria bule berkulit gelap yang tinggi dan besar berdiri di sampingku. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya. Kemudian dia mendekatiku dan mengajakku untuk ikut bergabung dengan mereka. Menggigit bibir bawahku, aku membayangkan keseruan yang akan terjadi selanjutnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd