Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karena Hasrat Harus Dibayar Tuntas

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Ayo om bikin wira kuat seperti kakek nya biar bisa ngelindungi ibunya si ratri.... Ayo om kasih wira kekuatan lewat......... Dengan ibunya om. .. Ayo lanjut om
.......
 
ayo semangat suhu untuk updet ditunggu upupup tannya
 
Ayo om lanjut lagi makin seru... Di tunggu updatenya om
 
Sambungan...

Part 8: Ajian Nogo Gombyok


Pagi itu, desa Dorosewu masih terlelap dari tidurnya. Mentari belum bersinar dan bahkan wajah bulan masih menghiasi langit. Entah kenapa, pagi itu udara terasa sangat dingin, membuat warga lebih suka tidur di peraduannya.

Tapi berbeda dengan kediaman Prasetyo Kusumo. Tiga orang sudah bersiap melakukan perjalanan. Mereka adalah Ratri dan Pras yang duduk di depan, lalu Wira yang duduk di belakang. Setelah semua siap, mobil Chevrolet kuno berwarna hijau kusam itu meluncur.

Sepanjang perjalanan, tak henti Pras membual mengenai keperkasaannya. Baik di atas lapangan, maupun di tempat tidur. Sebagai seorang pemilik ajian Nogo Gombyok, kontol Pras memang buas. Tidak cukup Isyana, perawan desa Dorosewu yang ia persunting, ia juga berhasil merebut Raisya, seorang istri saudagar minyak wangi asal Yaman.

“Bagaimana sayang, apa punya suamimu sehebat ini?”

“Punya babang Dawud….ah……sebe….nar….anya……achhhh….juga besar, tapi punya tuan Pras…..lebih buas….”

“Tinggalkan suamimu dan akan kuberi kau sodokan kontol Nogo Gombyok setiap hari.”

“Awh…achh..yes….ahhh…baik….baik tuan….”

Bagi Pras, meki adalah seni. Maka memasukinya harus dengan cara yang tidak biasa. Selain memiliki ajian yang membuat setiap memek tergelepar, ia juga telah mempermak rudal brangasannya. Dengan bantuan Mak Kiut, pewaris ilmu Mak Empot, ia perpanjang ukuran penisnya. Sedang dengan bantuan Ki Edan Pamulung, ia tanamkan tiga buah gotri tembaga. Ketiga gotri itulah yang akan berotasi sekaligus berevolusi ketika pisang ambon Pras masuk ke meki, membuat wanita tergelepar tidak berdaya memohon ampun agar tidak berhenti.

Tak terkecuali Ratri.

Bagi Ratri tak ada yang mengalahkan Abdul, baik golok pusakanya maupun cara entotannya. Tapi Pras, ia seperti terhipnotis. Ukurannya tidak sebesar Abdul, tapi sensasi putaran maut tri gotri pemecah birahi dikombinasikan dengan ajian Nogo Gombyok, membuat memiawnya menjerit.

Selain membual, tak henti tangan kiri Pras mengelus paha Ratri. Juga dada. Juga pinggang. Juga memiawnya.

Ia memang menyuruh Ratri memakai rok tanpa semvak. Baginya, itu akan sangat memudahkan jika ia ingin mengentot Ibu dari Wira Surapita itu.

Kemudian Pras menghentikan mobinya. Ia menyuruh Ratri dan Wira keluar.

“Aku dah kebelet, ayo ngentot!”

“Aku akan melayanimu sesampai di kediaman Kakek Nogo.”

“Hahaha, bangsat! Kau Pandanwangi, berani kau memerintah seorang Suromenggolo? Aku akan merogolmu kapanpun aku mau, hahahaha, dasar lonte!”

“Baik, tapi aku mohon dengan sangat, jangan pakai anusku dulu. Rasanya dindingnya ada yang terluka.”

“Habis dientot ramai-ramai itu ya? Baiklah, tapi kau harus janji memberi anus rasa memekmu itu setelah sembuh.”

Ratri diam saja.

Plakkkk!!! Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kanan Ratri.

“Jawab aku!”

“Baik… akan kuberi kau nanti”

Plakkk!!!! Plakkk!!!! Kali ini dua buah tamparan!

“Pandanwangi bajingan. Apa seperti itu berbicara dengan tuanmu?”

“Baik tuan….hamba akan layani semua kemauan tuan…” Kali ini Ratri menjawab dengan menangis.

“Anjing kau!!!” Tiba-tiba Wira menerjang. Rasa kemanusiaannya tumbuh dan membuatnya maju menuntut bela bagi ibunya.

Sebuah tendangan mendarat tepat di dada Pras. Sempat pria berbadan tegap itu mundur dua langkah, lalu tertawa. Andai yang menendang itu Hartomo, Pras pasti langsung tewas.

“Hahaha, anjingkah aku sehingga harus melawan banci sepertimu?”

“Kau sudah jahat terhadap ibuku. Terima ini!” Kali ini Wira menerjang dengan jurus Labrakan Simo Gendheng. Itu adalah jurus yang diajarkan Mas Tomo kepada Wira. Gerakannya tepat, tapi tenaganya tidak ada.

Simo Gendheng ya? Jurus sederhana tapi mematikan. Menyerang musuh dengan cara menerjang, menendang dengan dua kaki bergantian untuk menghajar dua titik lemah musuh, kepala dan dada. Hebat, tapi menjijikan.”

Kali ini Pras ganti menendang. Wira tersungkur. Wira berusaha bangkit, tapi Pras memitingnya, mengangkat tubuhnya, dan membantingnya ke tanah. Lalu dengan kaki kanan, ia injak tangan kiri Wira.

“Siapapun yang mengajarkan jurus itu lupa memberitahumu, banci tidak akan bisa menggunakan jurus itu, dasar cacing lemah….”

“Cukup, ini kan yang kau mau….cepat….kita lakukan……” Dengan berurai air mata, Ratri membuka roknya. Ia lalu membuka bajunya. Kemudian terlentang di tanah.

“Cepat lakukan, lalu antar kami ke rumah Kakek Nogo!”

“Kenapa tidak dari tadi, pecun. Ehm….susu mantab, Raisya dan warga Dorosewu sudah tersirep ajian munyuk mendhem ciu jadi ia lupa menyiapkan susu hangat buat aku. Hahah… dan kau siput banci, diam dan lihatlah bagaimana seharusnya seorang Suromenggolo mengentot budaknya. Nanti kalau ada kesempatan, lakukan itu pada pecun semok ini. Supaya kau jadi lanang sejati, bukannya banci.”

Tok! Jari telunjuk Pras menotok leher Wira. Tiba-tiba saja Wira mati syaraf. Matanya terbuka, kesadarannya penuh, tapi ia tidak mampu menggerakkan tubuhnya. Ia hanya ndlosor di tanah.

“Sekarang emut dulu palkonku”

“Baik tuan…”

Dengan sepenuh hati Ratri mengemut kontol Pras. Ia sebenarnya menyukai Pras. Ia kagum dengan entotan pemilik jurus Nogo Gombyok itu dan tidak berkeberatan untuk dientot setiap saat. Tapi cara Pras memperlakukan dirinya, sungguh sangat menyakitkan. Ia rela menjadi budak seks, tetapi ketika suasana hatinya sedang tepat.

“Mhhhhhh…..ahh….aku tidak menyuruhmu mengulum pelerku dan menjilati anusku…… ahh….kau memang hebat…..ah…..”

Lalu Pras meminta Ratri berdiri, dan ia menamparnya lagi. Dengan sungguh-sungguh!

Plakkkk. Plak..Plakkk….Ceplaaaaakkkkkkkkkkkkkkkk!!!!

Ratri jatuh tersungkur, darah membasahi hidungnya.

“Sekarang, berjalan seperti anjing!”

“Baik tuan, hamba anjing tuan Pras…”

“Bagus!”

Lalu pras menjambak rambutnya, kemudian meminta servis sepong lagi. Kali ini ia yang mengendalikan pergerakan kepala Ratri.

“Nah begitu, lebih keras….keras…” Padahal itu hanya pengalih perhatian. Pras sedang merapal mantra.

Bawuk ijo, watu kungkum, wader njepat bawuke mbukak. Alas kulon dewi ndlosor, kimcil kedanan timun, rondo nangis gerung.

Setelah rapalan yang kesekian, Ratri makin edan.

“Bediri dan menari!”

Tanpa perintah yang kedua, Ratri berdiri. Ia menari dengan penuh gairah. Pinggulnya bergerak. Kiri. Kanan. Kiri. Ia remas sendiri payudaranya, bahkan ia pelintir pentilnya.

“Ahhhh…….tuanku….ah…..hamba anjing, hamba budak seks tuan…..”

Ia elus itilnya sambal tak berhenti bergoyang.

Lalu Pras mendorong tubuh Ratri. Ia mulai dengan posisi Man On Top. Benar-benar top markotop. Ratri ginjal-ginjal. Susunya bergetar tidak karuan. Kontol gombyok isi gotri merogol liang tempat Wira keluar. Rahim Ratri menangis bahagia.

Ronde kedua, Ratri berdiri memeluk pohon sengon, sedang di belakangnya Pras menghimpitnya. Kedua tangannya memijat dan meremas susu Ratri, yang walau tak sebesar Isyana, tapi lebih merekah dari Raisa. Di bagian bawah, kontol Pas tak henti menjalankan tugasnya, menyodok memiawnya dengan brutal, liar, brangasan. Awalnya hanya masuk setengah, lalu ia mentokkan, dengan kecepatan 10000 rpm! Ratri ambrol, ia terginjal-ginjal kedua kalinya. Ketika Pras melepas kontolnya, Ratri melonjak-lonjak, sementara itu dari memeknya, cairan wanitanya keluar dengan deras, seperti luapan bengawan solo ketika banjir.

“Sudah, sekarang pakai bajumu!”

“Tuan..arghhh…..arghhhhh…….aghhhh….hamba mohon, sudilah kiranya mengentot hamba sekali lagi….”

“Edan, kalau cewek yang lain biasanya sekali sudah tepar. Kau memang wanita haus seks Ratri. Ayo, kita pakai jurus belitan ular binal!”

Ratri langsung paham. Ia berdiri, lalu melompat ke tubuh besar Pras. Kakinya melingkar ke pinggang Pras, Pras mundur mencari tatakan. Ketemu. Ia menggunakan sebuah pohon jati untuk membantunya tetap kokoh. Sementara itu, Ratri menggenjotkan vaginanya ke kontol tuannya yang baru.

“Iyahhhhhh, yess, kontol gotri.” Ia mulai meracau. Susunya gondal-gandul tidak keruan.

“Abdul sayaaaang……selamat….ting….***l….tunggu aku ya, aku pasti datang untuk memotong kepalamu!”

“Yessssssssssssssssssssssss”

“Ahhhhhhh……..”

Kedua insan itu sama-sama mencapai pucuk kenikmatan.

Ratri puas. Pras lemas. Wira memelas.

Setelah itu mereka tertidur barang satu jam. Tampak Pras memeluk Ratri, dan Ratri mencium leher Pras.

Wira Cuma menangis dalam hati.

Satu jam berlalu, mereka lanjutkan perjalanan. Kini Pras terdiam, sedang Ratri menyender di bahu pak supir itu. Nogo Gombyok telah memakan kurban baru.

“Sudah sampai, kalian berjalanlah lurus, sampai menemui sebuah rumah yang besar. Di sana tinggal Eyang Nogo dan Mbak Kirana.

Sebelum pulang, Ratri mencium lembut bibir tuannya yang baru.

“Seperti itu seharusnya, lanang sejati. Ibumu sudah jadi milikku. Kau heran ya, sama. Biasanya Nogo Gombyok juga tidak sehebat itu. “ Pras menampar lembut pipi Wira. Dua kali. Sungguh penghinaan yang sempurna.

Lalu berdua mereka melanjutkan perjalanan.

Sepuluh menit kemudian, Ratri melihat seorang wanita menyapu di halaman.

“Budhe Kirana……”

“Siapa itu?”

“Ini aku Budhe, Ratri, istri Mas Hardjono Surodarpito.”

“Ratri dari Suromenggalan?”

bersambung…………………………
 
Mantap..:mantap:

Lanjutkan.:polisi:

Jadikan wira melebihi pras. Habisi semua musuhnya..
 
Edann....kasiman wira..sabar wir...waktumu akan tiba untk semuanya...
 
Warbyasa SS nyaaaa suhu

"Kampreeeeett aku kapan TS?" kata wira
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd