Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karena Hasrat Harus Dibayar Tuntas

Status
Please reply by conversation.
Wokey, vroh! Thanks atas penerangannya. Dah macam sinar petromax! Oke klo sy itung, voting kli ini pling bnyk no. 1 y???? Siap mluncur, hati2 bnyk kedjoetan di sana-sini.
 
Vote no.1 kisanak....

Wira harus diajari bagaimana lelaki harus lembut dengan perempuan...
 
Donjuan, anda bisa menebak langkah saya selanjutnya, sungguh luar binasa. Itulah sekelumit skenarionya. Saya akan munculkan sosok figuran yg baik hati, yg memberitahu Wira tentang menjadi jantan.
 
Terakhir diubah:
Sabar. Doain mg mlm ni bs update. Maunya tiap kelipatan 5, biar bacanya kelen bisa menghayati. Haha tp g boleh y klo umpama saya tulis "update page 15" gitu?
Sepertinya nggak boleh suhu menjanjikan page untuk update.. Bisa di spam sama pecinta cerita ini biar lekas sampai page yg dijanjikan (no offence ya guys). Dan bikin kena semprit.
Jangan sampe kembaran saya jadi anak band suhu
 
Sepertinya nggak boleh suhu menjanjikan page untuk update.. Bisa di spam sama pecinta cerita ini biar lekas sampai page yg dijanjikan (no offence ya guys). Dan bikin kena semprit.
Jangan sampe kembaran saya jadi anak band suhu
Ooo begono??? Baiklah, seperti pepatah tua Zimbabwe, dimana bumi dipijak, disitu susu diremas. Sebagai nubi hina dina yang pipis aja masih muncrat-muncrat saya nurut saja. Thanks, dah kasih tahu, vroh suhu Wira.
 
Sambungan...

Part 5: Bu Asmi


“Achh…..ehmm….hmmm……dah keambil belum, sayang?”

“Belum bu, kayaknya susah banget…..gelap lagi…..”

“Achhh…..yess….bener….be…nerr disitu sayang…..ach…..gelap ya?”

“Iya, item banget sih lubang anus ibu?”

“Ja….ja……janganahhhhhhhh meng…..hinahhhh…, semuaaahhh cowokkk pas…ahhh ti keta..gihannn”

“Nah ketemu…….pantes susah. Dia pegangan pake capitnya. Aku ambil ya bu….”

“Iya sayang……ahhhhhhhhhhhhhh yesss………abdul…..entot hambamu abdul…..hamba butuh…….kon….”

Tiba-tiba ibu menutup mulutnya.

“Ibu ngomong apa tadi?”

“Ga papa kok sayang, ga penting juga.” Mama lalu terlentang. Kedua tangannya ditaruh di kedua dadanya. Lalu perlahan meremas dua dada itu perlahan.

“Kamu ga capek Tuan?”

“Kok Tuan sih bu?”

“Udah diem. Pokoknya sekarang kamu tuannya, ibu jadi budak kamu. Tuan ga capek?”

“Enggak, kan cuma ngambil kumbang aja.”

“Yaudah buang kumbangnya.”

Aku lalu berjalan beberapa langkah. “Kumbang bangsat!” aku memaki.

Setelah cukup jauh, aku bermaksud melempar kumbang itu sejauh-jauhnya. Tetapi kemudian aku mendengar suara. Aku tajamkan indera pendengaranku. Apa ini hanya halusinasi akibat ngaceng tanpa bisa mengeksekusi ibu, atau memang suara ini nyata?

Aku segera memalingkan muka ke ibu. Tampak ibu sedang tertidur dengan posisi terlentang.

“Baiklah, akan kucari asal suara ini.”

Ternyata suara itu berasal dari sebuah gubuk yang nampaknya lama tidak terpakai.

“Ah….asu…..babi…..ahh…..anjing….ba-jing…..an kalian…..kenapa tidak dari dulu…..ah….”

“Bagaimana Bu, enak?”

“Udah jangan banyak bacot. Ah….fuck me…..ahhh….shit….enak……”

“Dasar guru bahasa Inggris, sange juga ngomong Inggris.”

“Udah, sekarang kita bagi tugas. Faizal, kowe rogol empiknya. Ahmad Syakir, kowe bagian cangkem. Perkosa dan puaskan mulut guru kita ini pake kontol kamu.”

“Siap, komandan.”

“Ah…..slurbbbb….slurpppp……..achh………pelaaaan…..ibu tidak terbiasa dientot kasar….ah…”

“Nanti juga ketagihan. Komandan Zai, dirimu bagian apa?”

“Aku ini saja.” Lalu Zai yang nama aslinya Zainudin naik ke tubuh Ibu Asmi. Dengan rakus ia menyedot susu kiri istri pak camat itu, sedang kedua tangannya meremas susu kanannya.

“Ahhhh……………..tidak…………”

“Bangsat, guru laknat, anjing kau…..”

“ahmm…….. yesss……..it’s comingggg..”

Lalu kulihat Bu Asmi kelonjotan dan meronta. Faizal ia tendang dan langsung jatuh terpelanting. Syakir menjerit kesakitan karena kontilnya nampakya digigit Bu Asmi. Sedang hanya Zai yang masih di atas tubuh Bu guru yang ukuran nenennya sangat brutal itu.

“Ibu kenapa?”

“Ibu puas sayang. Kalian murid yang hebat. Bagus. Kalau kalian bisa memuaskan ibu, kalian ibu kasih nilai bagus.”

“Ibu jahat, masak kontol aku digigit?”

“Gemes sayang….ah…puas banget.”

“Bu Asmi ga seru, ga kaya Bu Ratri. Kalo Bu Ratri bisa ngentot jam pelajaran pertama sampai Mahgrib.”

"Iya, sedotan ibu juga ga lezat. Ibu ga bisa nyepong ya?"

“Bangsat, ga tau diuntung. Coba ngomong lagi. Anjing kalian. Kalian pikir wanita cuma buat mainan, buat buang pejuh. Masih mending peju kalian kentel, encer! Itu kontol juga cuma sekelingking, makanya saya minta keroyok bertiga.”

“Pokoknya ibu ga seru, empiknya kurang ngempot.”

Tak dinyana, Bu Asmi langsung naik pitam. Sebenarnya Bu Asmi ini cantik, hanya saja bentuk mukanya yang tirus dan alisnya yang tebal membuatnya kelihatan galak. Bu Asmi bukan orang asli Desa Suromenggalan. Ia orang ibukota. Katanya, ibunya istri ketiga seorang pengusaha Arab. Lalu, bu Asmi menikah dengan Achmad Hasyim Jamal, Camat sekaligus dedengkot PPK tingkat kecamatan.

Sehari-hari, istri keempat Pak Hasyim ini bekerja sebagai guru bahasa Inggris di SD dan SMP Karya PPK. Sekolah kami memang sekolah swasta dan dimiliki oleh Yayasan Pendidikan PPK. Beliau umur 34 tahun, setahun lebih muda dari Ibu. Rambutnya hitam legam, seperti jembutnya.

Lalu kulihat Bu Asmi bangkit tiba-tiba. Zai yang dari tadi masih sibuk mengulum pentil gurunya itu terjengkang. Setelah itu, dengan satu gerakan, ia banting Syakir. Gerakannya mirip seperti pemain gulat professional.

“Aduh….”

“Sabar bu, sabar.” Zai berusaha melerai.

Belum puas, Bu Asmi lalu menginjak batang leher Syakir. Anak yang delapan kali tinggal kelas itu langsung mati seketika. Kemudian, wajah Bu Asmi berpaling pada Faizal.

“Jangan bu….ampun….”

Dengan dingin Bu Asmi mencengkeram titit anak Pak Bahrul itu. Setelah itu ia meremasnya sekuat tenaga.

“Ibu……………..Bapak………….”

Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi tiba-tiba Fai langsung pingsan.

“Peler kerdil minta menang banyak. Dasar telur cicak. Pecah kau sekarang.”

Lalu Bu Asmi mengambil sebuah cangkul, dan ia ayunkan sekuat tenaga.

prak…prakkk..prakkk…prak…

Empat kali ayunan dan pecahnya kepada Fai. Otak dan darahnya berceceran.

“Sekarang giliranmu, komandan laknat.”

“Ampun, bu guru….”

“Mana nyalimu ketika kau merogol Ratri? Kau cuma bisa keroyokan kan? Lanang banci macam kalian ini cuma jadi aib dunia. Udah diem, jangan nangis! Eh malah ngompol. Makanya, lihat-lihat ceweknya. Kalau Ratri itu memang turunan bangsawan, kalian entot dia ga akan sanggup melawan. Lha kalo saya, sejak kecil sudah jadi preman PPK. Kamu lupa ya, Bu Asmi ini ketua Laskar Teratai Hitam.” Ucap Bu Asmi sedikit congkak sambal menunjukkan tato teratai di atas memeknya.

“Ampun bu, ampun….”

“Lhadalah, cuma seperti ini orang yang disebut calon komandan Angkatan Muda PPK? Gimana kamu mau berhadapan dengan anak-anak Satrio Buddhi?” Udah aku kasih kesempatan. Entotin empikku, kalo enak aku kasih idup kamu”

Zai menyeringai

“Kalo gelut, saya cuma berani keroyokan. Tapi masalah kente perkentuan, komandan Zai jagonya. Siap-siap ya bu….”

Sejurus kemudian,

“ach…………….uyessss………….lidahmu emang belut. Licin dan nikmaaaaatttt………..”

Untuk yang ini, entah kenapa aku tidak tertarik. Aku justru tertarik pada pakaian yang teronggok di depan pintu. Pasti itu milik Bu Asmi.

Dengan mengendap-endap aku mendekatinya, lalu mengambilnya.

“Lumayan, supaya ibu tidak masuk angin dan kontilku tidak ngaceng terus.” gumamku.

Tak lupa aku taruh kumbang jahil tadi di celana dalam Zai. Aku mengenal celana itu, celana dalam dengan jahitan nama ‘Zai’.

Setelah itu akupun pergi menuju tempat ibu. Ternyata ibu sedang mengigau. Tangan kirinya mengkobel meki, sedang yang kanan memelintir putingnya sendiri.

“Ibu….”

“Oh….genjot….genjot……”

“Ibu!” Aku teriak!

“Ah…..entot boolku, rogol empikku”

“Hei budak!” Aku sedikit marah.

“Siap tuan. Loh, Wira?” Ibu langsung terbangun.

“Ibu ngapain?”

“Ibu ngimpi ngentot nak. Apa itu?”

“Baju bu, udah ayo kita pergi.”

“Baju siapa nak?”

“Nemu….”

“Oh….dimana?”

“Udah, keburu malam. Ayo bu, lekas kita lanjutkan.”

“Baik tuan….

Lalu kamipun melanjutkan perjalanan menuju Dorosewu.



(Setelah Wira pergi, dua puluh menit kemudian persenggamaan Bu Asmi dan Zai usai.)

“Bagaimana bu?”

“Lumayan nikmat. Nanti bantu aku kubur dua kawan kau yang bangsat ini ya…”

“Baik bu…..tapi saya jangan dibunuh ya….”

“Ga mungkinlah…..malah mungkin besok saya yang akan memohon untuk jadi budak seks kamu”.

“Asyik, bu Ratri mati, datang Bu Asmi….”

“Dah, pulang yuk. Kita kubur besok saja….”

“Baik bu…..”

Kemudian…….

“Lho, klambiku endi….bangsat….pasti digondol kucing ini.”

“Haha, udah ibu tidur sini saja, nanti malam aku temanin.”

“Gitu ya, bawain baju ya…”

“Beres….aachhhhh ahhhhhhhh ibu…..ahhhhh”

“Kenapa….?

“Kontolku, ahhh….. pas lubangnya…..”

“Mana, coba lihat. Lha ini wangwung. Kok bisa ada kumbang wangwung di sempakmu. Ga pernah kamu cuci ya….”

“Ah…..sakit bu….lubangku…..capitnya merobek lubangku…”

“Ihh …. iya….waduh keluar banyak darah….*** dapet genjotan kontol remaja lagi ini. Eh kamu diem, jangan teriak, entar kita bisa kegrebek!”

“Sakit…..sakit…..ibu….bapaaaak!”

“Diem, bangsat!

“sakitttt sakitttt ……………..sak….”

SLOBBB.....

Sebuah gagang pacul menghujam ke mulut Zai, tembus ke kepala bagian belakang. Mampuslah anak itu.

“Dibilangin jangan rame kok. Mati deh kamu.”
 
Terakhir diubah:
Wow tragedi banget..ramai yg tewas udah kenikmatan..
 
Njiiiirr galak bener bu asmi

Guru killer dalam arti sebenarnya ini.. Wkwkwk
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd