Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG JALAN HIDUP SIAPA YANG TAHU

Status
Please reply by conversation.
EPISODE 24

Tiba-tiba fokus Farhan menyetir menjadi terganggu. Apalagi kalau bukan karena jawaban istrinya yang sangat mengejutkan. Di dalam pikiran Farhan memang ada khayalan tersebut. Mertuanya bersetubuh dengan istri-istrinya bersamaan. Tetapi pikiran itu dibuang jauh-jauh melihat bagaimana religiusnya keluarga itu. Dari ketiga istri, hanya Fitri yang nampak tidak terlalu religius. Dua lainnya selalu berpakaian panjang, tertutup, dan longgar. Sama sekali tidak menampakkan bentuk tubuh. Kini Ia mendapati fakta bahwa mertuanya pernah main bertiga dengan istri-istrinya. Pertanyaannya kemudian siapa dua orang yang ada dalam persetubuhan itu. Ia tak ingin menduga lagi. Kesabarannya makin tipis menunggu jawaban Aisyah yang terus menggoda.


"Bikin penasaran sih."

"Habisnya Mas kelihatan antusias sekali."

"Gimana nggak antusias. Fakta yang mengejutkan itu."

"Nunggu sampai rumah saja, ah."

"Kalau nanti ada apa-apa karena aku nggak fokus gimana?"

"Bisa saja bikin alasan."


Aisyah akhirnya buka suara. Kejadian itu berlangsung saat Ia SMA. Malam itu selesai jadwal diniyah, Ia tinggal sebentar untuk berbicara dengan pengurus pondok. Hal itu membuat Ia pulang sedikit terlambat. Sampai di rumah kondisi sepi sekali. Sudah pada lelap semua mungkin. Aisyah segera bersih-bersih sebelum beranjak tidur. Melewati kamar Ibunya, Ia mendengar suara yang sangat familiar. Karena sudah biasa, Ia cuek saja. Namun, ada yang aneh di telinganya. Ada dua suara wanita berbeda di dalam sana. Pikirannya mulai menebak berbagai kemungkinan. Daripada tidur membawa rasa penasaran yang entah kapan menemukan jawaban, Aisyah memutuskan tetap melek hingga kegiatan itu berakhir.


Setengah jam kemudian, ada suara pintu terbuka. Ada celah yang bisa dimanfaatkan untuk mengintip siapa yang keluar dari kamar itu. Hal yang selama ini tidak ada dalam pikiran ternyata dilakukan oleh orang tuanya. Dengan jelas, Aisyah melihat Fitri, istri ketiga dari Ustad Bagir keluar dari sana. Hasnah menyusul di belakang, Ia membukakan pintu lalu menuju kamar mandi dan kembali ke kamar. Setelahnya hanya ada sedikit percakapan dan suasana menjadi hening. Sedikit tidak percaya, Aisyah masih menerawang. Soal persetubuhan antara suami istri adalah hal yang disadari olehnya. Tapi bercinta dengan dua wanita adalah hal lain. Malam itu pandangannya terhadap keluarga menjadi berbeda. Begitu juga dengan seks. Dalam lingkungan yang sangat religius, seorang pengasuh pesantren, Ustad Bagir melakukan seks dengan 2 orang istrinya dalam waktu bersamaan. Desahan-desahan itu masih tertinggal dalam otak Aisyah. Birahinya sedikit naik tapi Ia berusaha melawan. Ini sudah larut, pikirnya.


"Wow. Ternyata bayanganku ada yang benar."

"Mas punya pikiran itu?"

"Jujur iya, sih."

"Ih, mesum."

"Namanya juga imajinasi."

"Tetap saja mesum."

"Tapi setelah itu kamu gimana?"

"Apanya?"

"Melihat Ibu sama Mama."

"Biasa saja, sih. Tapi awal-awal setelah kejadian itu memang ada perasaan aneh saja."

"Pernah ketemu kejadian yang sama setelah itu?"

"Enggak. Sekali itu saja."

"Seru juga Abah ternyata."

"Mas mau juga?"

"Aduh, pertanyaan susah ini."

"Ganti deh. Mas pengin?"

"Setelah dengar ceritamu jadi penasaran, sih."


Aisyah mencubit suaminya. Ia berpura-pura kesal terhadap jawaban Farhan. Di dalam lubuk hati terdalam, hal tersebut tertanam sejak peristiwa malam itu. Ia tahu Ia menginginkan juga. Sampai rumah, mereka seperti sepasang singa birahi. Tak ada kegiatan lain yang mendesak untuk dilakukan selain memuaskan nafsu masing-masing. Rasa lelah perjalanan bukan jadi masalah besar. Panas sekali persetubuhan malam itu. Mereka bercinta di ruang tamu, di dapur, dan di kamar mandi. Entahlah. Seperti ada tenaga tambahan yang luar biasa merasuki keduanya. Perbincangan di perjalanan tadi membuat libido mereka memuncak. Farhan orgasme dua kali, Aisyah jelas lebih banyak. Mereka menutup malam ini dengan lelap. Berselimut, berpelukan tanpa sehelai benang menutupi.


***


"Mas jadi berangkat besok?"

"Iya, Sya. Pak Dibyo nggak jadi ikut soalnya."

"Sama siapa saja?"

"Bu Rima, Lulu, dan Mbak Arum."

"Jadi bodyguard ini ceritanya?"

"Begitulah. Jadi korban."

"Perlu aku siapkan apa?"

"Baju aja deh. Pakai koper saja kan tiga hari."

"Oke sayang."


Sore itu Farhan bersama tiga orang wanita di kantornya berangkat ke Bandung. Tiba di hotel, mereka segera menuju kamar masing-masing. Farhan jelas sendiri saja. Lulu akan sekamar dengan Arum. Dan tentu saja Rima sendirian. Ini adalah kesempatan terbaik bagi Rima setelah sekian lama. Sejak menikah, Farhan memang terkesan menghindarinya. Ia pun menghargai itu. Pemenuhan birahi kemudian diambil alih oleh dildo-dildo miliknya sembari melakukan panggilan video dengan sang suami. Jika tidak tahan, Ia akan berangkat ke luar kota dan menemui laki-laki panggilan langganannya. Hanya itu yang bisa dilakukan. Mengincar orang-orang di kotanya sendiri akan terlalu berisiko. Ia tidak yakin rahasia itu akan terjaga dengan baik. Dan hari ini kesempatan itu datang. Meski Ia tak tahu apakah Farhan akan mau atau tidak.


"Ini ke Bandung tujuannya kerja apa belanja ya?"

"Kan ya mumpung, Han."

"Tau nih si Farhan. Mbok ya beliin istrinya sana."

"Mending ajak orangnya langsung lah."


Setelah lelah berbelanja, empat orang itu kembali ke hotel. Mereka menempati kamar di lantai yang sama meski letaknya berpencar. Rima deg-degan. Ia menginginkan hal itu tapi tak menemukan pembuka yang baik untuk menghubungi Farhan. Kangen sekali Ia dengan penis itu. Harus diakui permainan Farhan cukup mengesankan. Itulah yang membuat Rima tak bisa lupa.


"Han."

"Iya, Bu?"

"Besok aja deh."

"Saya tahu arahnya ke mana."

"Jadi malu."

"Saya ke sana satu jam lagi."

"Oke."


Rima makin tak karuan. Demi mengurangi gugup, Ia memilih mandi. Segera Ia memakai baju yang menurutnya cukup seksi. Sebuah baju tidur dengan bahan tipis dan tali kecil di kedua sisinya. Ia tak mengenakan bra. Sebuah celana dalam putih menutupi vagina.


"Aman kan, Han?"

"Tadi sih nggak ada orang."

"Sudah lama sekali ya."

"Kesempatannya yang nggak ada, Bu."

"Saya pikir kamu sudah nggak mau."

"Siapa yang nggak mau kalau bentukannya begini."

"Istrimu cantik. Pasti seksi juga."

"Sensasinya beda, Bu."


RIMA

Mereka tidak membuang waktu. Bibir itu segera bertemu dan saling memagut. Rima kangen sekali dengan anak muda ini. Badannya makin bagus. Ia melucuti kaos Farhan. Membelai tubuh laki-laki yang kini telah beristri. Sementara Farhan tidak tahan untuk tidak memainkan payudara besar milik Rima. Ternyata Ia kangen juga. Satu demi satu pakaian mereka tanggal. Kini hanya Rima yang menyisakan celana dalam. Farhan telah telanjang bulat. Dengan buas, istri tentara itu menghabisi penis Farhan. Ia bagai kucing kelaparan. Farhan hanya bisa meringis sambil membelai, kadang mencengkeram rambut milik Rima.


"Haaaaan. Saya kangen sekali."


Rima mendapatkannya lagi. Lidah Farhan menari-nari sambil jarinya cekatan keluar masuk vagina di hadapannya. Lenguhan, desahan, hingga teriakan kecil memenuhi kamar itu.


"Ooouuuuhhhh. Akhirnyaaa. Ooohhhh."


Sambil tengkurap, vagina basah milik Rima menerima sodokan penis Farhan. Ritme cepat diambil demi membuat Rima lekas mendapatkan orgasme. Dua tubuh manusia itu menyatu diiringi desahan tak henti-henti.


"Han sedikit lagi. Oohh."


Farhan malah melepaskan penisnya. Rima kesal bukan kepalang. Tapi tentu itu sebentar saja. Lelaki itu mengangkat tubuh Rima dan mendudukkan di pangkuannya. Tanpa kesulitan, dua alat kelamin itu kembali bertemu. Suara khas pertarungan birahi turut meramaikan suasana. Farhan melahap dua benda kenyal di hadapannya. Ah, nikmat sekali. Bergantian Ia hisap dan penuhi benda itu dengan air liurnya.


"Han. Ah. Ah. Ah. Aduuuuh."


Orgasme itu akan tiba sebentar lagi. Penis Farhan juga gatal. Rima mendorong tubuh lelakinya rebah. Ia ingin bergoyang. Farhan hanya bisa menikmati sambil memegangi pinggul Rima. Orgasmenya sudah di ujung. Ia tak bisa dan tak mau melawan.


"AAAAAHHHHHH"


Teriakan itu terdengar bersamaan. Kedua tubuh itu menyatu. Mereka lekat seperti ada perekat yang melumuri. Hanya suara nafas ngos-ngosan yang kemudian tersisa.


"Enak sekali, Han."

"Bu Rima juga makin luar biasa."

"Punya istri bikin kamu tambah pintar ya."

"Kan prakteknya setiap saat, Bu."

"Enak sekali jadi istrimu."


Farhan tak menjawab. Ia hanya mencium wanita yang masih nyaman berada di atasnya. Penisnya telah keluar dari sarang itu. Mereka belum ingin beranjak.


Sementara di kamar sebelah ada seorang wanita yang sedang kesal. Ia tidak fokus. Harusnya malam ini Ia bisa tenang menyelesaikan makalah yang akan dipresentasikan esok hari. Konsentrasinya kacau setelah hampir satu jam mendengarkan desahan, lenguhan, hingga teriakan sejoli yang sedang menggapai puncak birahi. Sebenarnya Ia mencoba acuh dengan memasang earphone di telinga saat suara itu mulai nyaring. Tapi ternyata tidak mudah. Otaknya kadung kacau. Pikirannya kemana-mana. Laptop masih terbuka, tapi Ia mandek. Lama-kelamaan, wanita itu malah lebih fokus mendengarkan suara dari kamar sebelah. Tak disadari, birahinya ikut naik. Ia jadi ingat, sudah beberapa minggu tak dapat jatah dari suami. Makin pusing saja.


Teriakan pamungkas kemudian terdengar. Tidak ada suara lagi setelahnya. Keduanya sudah orgasme, batin wanita itu yakin. Berarti Ia bisa lanjut melakukan aktivitasnya yang tertunda. Syukurlah. Tapi ternyata tidak. Otaknya masih mengingat suara-suara itu. Desahan itu jujur sekali. Ah, betapa nikmatnya jadi wanita di sebelah sana. Ia makin tidak fokus.


"Sialan. Masak harus dikeluarkan sendiri? Astagfirullah."


Wanita itu istighfar banyak-banyak. Ia berusaha keras memikirkan hal lain. Laptop sudah ditutup. Tidak akan berhasil. Sekuat tenaga Ia memerintahkan matanya lelap. Tidak mudah, tapi berhasil juga.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd