Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG JALAN HIDUP SIAPA YANG TAHU

Status
Please reply by conversation.

johnykecil

Adik Semprot
Daftar
25 Jul 2018
Post
141
Like diterima
11.306
Bimabet
Selamat Pagi teman-teman. Bagaimana kabar? Ah. Lama sekali tidak ikut berbagi cerita. Demi menyambut bulan ramadhan dan untuk menemani waktu puasa teman-teman sekalian, kebetulan saya ada cerita yang dibagikan. Tidak terlalu panjang tapi semoga bisa jadi teman puasa.

Oh ya, segala gambar yang saya sisipkan nanti hanya mulustrasi ya. Bukan gambar sebenernya dari tokoh-tokoh di bawah ini. Jadi harap bertanggungjawab dan tidak menyebarkan ke tempat lain.

Selamat membaca. Jangan lupa mandi besar ya.

INDEKS.
EPISODE 1
EPISODE 2
EPISODE 3
EPISODE 4
EPISODE 5
EPISODE 6
EPISODE 7
EPISODE 8
EPISODE 9
EPISODE 10
EPISODE 11
EPISODE 12
EPISODE 13
EPISODE 14
EPISODE 15
EPISODE 16
EPISODE 17
EPISODE 18
EPISODE 19
EPISODE 20
EPISODE 21
EPISODE 22
EPISODE 23
EPISODE 24
 
Terakhir diubah:
EPISODE 1.

"Besok kita berangkat pagi saja ya, Han. Jangan lupa jas hitam dibawa ya,"


"Siap, Pak. Saya ambil sore ini saja ya, Pak?"


"Boleh. Tapi di rumah kayaknya nggak ada orang. Ibu tadi bilang mau keluar"


"Ada Mbak Yuni kan, Pak?"


"Oh iya, ada. Ya sudah kamu ambil saja. Yuni tahu tempatnya. Saya berangkat ke tempat Pak Asisten dulu kalau begitu,"


"Siap, Pak"


"Eh, kamu mau naik apa ke rumah?"


"Naik Kijang saja rencananya Pak"


"Oh ya sudah. Pak Trimo ikut saya ya berarti"


"Siap, Pak"


Enam bulan terakhir hidup Dibyo cukup tenang. Ia akhirnya menemukan orang yang bisa diandalkan untuk segala keperluannya. Mulai dari urusan pekerjaan hingga berbagai hobi yang Ia senangi. Asisten terakhirnya Ia pindah ke tempat lain karena tidak becus mengurus kesenangannya. Sebelumnya juga sama. Tapi kasusnya karena Sang Asisten ikut bermain proyek yang membuat Ia hampir diperiksa Inspektorat. Sepertinya Ia menemukan solusi dalam diri Farhan. Sebagai seorang Kepala Dinas, pebisnis, dan juga tokoh masyarakat yang cukup disegani, Dibyo punya segudang kegiatan. Mulai dari urusan pekerjaan utama, pertemuan informal dengan tokoh-tokoh penting, lobi-lobi proyek, hingga pemenuhan hobi. Farhan dengan cekatan mengurus semuanya. Semuanya. Farhan tahu apa yang harus disiapkan jika bertemu dengan Bupati. Farhan juga tahu bagaimana cara berkoordinasi dengan dinas-dinas lain untuk memudahkan proyek. Dan tentu, Farhan memiliki daftar lengkap tempat pijat, karaoke, dan kontak wanita penghibur di setiap kota yang mereka singgahi. Itulah Farhan. Dan Dibyo amat kagum dengan cara kerjanya. Meski baru 6 bulan bekerja bersama, Dibyo sangat percaya dengan pemuda berusia 25 tahun itu.


"Assalamualaikum. Tok. Tok. Tok"


"Waalaikumsalam. Sebentar."


"Mbak Yuni. Saya diminta Bapak buat ngambil jas hitam untuk dinas besok"


"Oh iya, silakan masuk, Mas. Barusan Ibu juga sudah bilang,"


Rumah dua lantai ini sangat mewah bagi Farhan. Meski bukan sekali ini berkunjung, Ia masih selalu kagum. Dibyo pernah bilang semua, desain rumah dan pemilihan interior Ia serahkan ke istrinya. Selera yang sangat mahal, pikir Farhan. Sesuai dengan paras orangnya.


"Ini Mas Farhan, jasnya. Ada lagi yang perlu dibawa?"


"Kayaknya kemeja putih cadangan sama sepatu pantofel saya bawa juga deh, Mbak. Takut besok Bapak lupa"


"Kalau begitu saya ambilkan dulu, Mas"


Farhan masih ingat ketika pertama kali diajak Dibyo ke rumah ini. Matanya tak henti memandang sekeliling. Gubuknya yang hanya berukuran 5×12 jelas tak ada apa-apanya. Kalau jadi orang kaya, rasanya apa saja bisa dilakukan.


"Loh Farhan, saya pikir sudah diambil dari tadi"


"Eh, Bu. Tadi diminta menemani Bapak dulu ke pembukaan acara,"


"Sudah, Yun?"


"Sudah, Bu. Mas Farhan juga minta dibawakan kemeja sama sepatu, buat jaga-jaga."


"Kamu itu memang selalu well prepared ya. Pantas Bapak sangat percaya"


"Jaga-jaga saja, Bu. Bapak kadang lupa soalnya,"


"Eh, kasih minum dulu lah, Yun. Masak dibiarin kering gitu"


"Waduh tidak usah, Bu. Saya langsung saja habis ini"


"Ngapain buru-buru. Ada agenda lagi?"


"Tidak sih, Bu. Bapak sedang ke rumah Pak Asisten diantar Pak Trimo tadi"


"Ya sudah minum dulu, nanti kalau dicari Bapak saya yang bilang"


Farhan hanya bisa mengangguk. Yuni kemudian datang dengan kopi hitam tanpa gula. Itu minuman favorit Farhan. Yuni sudah hafal tanpa diminta.


"Saya ganti baju dulu ya, Han. Jangan buru-buru kembali ke kantor"


Farhan selalu menjaga pandangan ketika bertemu Winda, istri Dibyo yang cantik itu. Bukan apa-apa, Ia suka tidak bisa mengontrol matanya jika bertemu wanita cantik. Awalnya, Winda suka protes dengan gestur Farhan. Ia menganggap tidak sopan. Tapi setelah diberi penjelasan oleh Dibyo dan Farhan, Ia mulai mengerti. Dan perlahan, Farhan mulai terbiasa, meski masih saja ada gestur kaku. Begitulah pemuda itu. Suka canggung kalau sudah bertemu wanita.


Winda adalah potret wanita idaman siapapun. Ia cukup semampai dengan bodi yang bikin menelan ludah. Menjadi istri seorang kaya dan terpandang membuatnya punya modal untuk merawat diri. Ia sadar harus tampil tidak mengecewakan ketika menemani Sang Suami. Apalagi Dibyo memiliki posisi penting di beberapa tempat. Dan Dibyo juga paham hal itu. Ia menyunting Winda setelah cerai dengan istri pertamanya. Sejak awal pernikahan Dibyo sudah bilang jika Winda juga representasi dirinya. Maka Winda harus tampil mempesona.


"Berapa hari dinasnya, Han?"


"Dua hari rencananya, Bu. Bapak sekalian ada agenda bertemu dengan eksportir kayu"


"Jelas ada agenda entertainment ya berarti?"


"Waduh, saya jawab bagaimana ya, Bu"


Mereka berdua tertawa. Winda sudah berpakaian kasual. Ia baru saja pulang arisan tadi. Bertemu kawan-kawan sosialitanya. Istri-istri pengusaha, pejabat, dan orang kaya lainnya. Winda sudah tahu betul kelakuan suaminya. Dibyo juga tidak pernah mengelak meski tidak juga memberi tahu secara terang-terangan. Kata entertainment adalah kodenya. Winda sadar itu adalah bagian dari pekerjaan dan posisi Sang Suami. Awalnya Ia protes tapi ya buat apa. Dengan begitu, Ia bisa hidup seperti ini sekarang. Berlimpah fasilitas dan mau apa saja bisa terpenuhi.


"Saya titip buat jagain Bapak saja ya. Dia kan sudah tidak muda lagi"


"Itu tugas saya memang, Bu"


"Baru kali ini sepertinya Bapak nemu orang yang bisa diandalkan"


Farhan hanya tersenyum. Kalimat itu sudah beberapa kali Ia dengar. Baik dari Winda, rekan kerja Dibyo yang lain, atau orang-orang yang akrab dengan Dibyo. Farhan selalu mencoba untuk tidak terlena. Tujuannya hanya bekerja dengan baik. Ia ingin memperbaiki nasib.


"Saya pamit dulu kalau begitu, Bu. Tadi ada pekerjaan yang belum selesai di Kantor"


"Ya sudah hati-hati. Kalau ada apa-apa sama Bapak kabari saya saja ya"


"Baik, Bu. Assalamualaikum"


"Waalaikumsalam"


Farhan berlalu. Winda berdiri di depan pintu hingga mobil yang dinaiki Farhan menghilang. Ia menghela nafas panjang.


"Besok kita ketemu Pak Reynold jam 8 malam ya Han"


"Tempatnya, Pak?"


"Saya belum dikasih tahu, katanya besok saja. Emang kacau orang itu. Paling juga ngajak pijat kayak biasa"


"Semua tempat pijat di sana sudah kenal sama Pak Reynold kayaknya, Pak"


"Itu pasti. Sudah tau rasanya semua dia"


Salah satu yang disuka Dibyo dari Farhan adalah pemuda itu selalu bisa menempatkan diri. Jika sedang berdua dan membicarakan hal remeh temeh, Farhan bisa sangat konyol. Tapi jika sedang dalam mode bekerja, Farhan sangat formal. Pembawaannya juga menyenangkan dalam berbagai kondisi.


"Tapi Bapak sepertinya harus hati-hati sama Pak Tomi. Terakhir ketemu itu gesturnya kurang menyenangkan Pak. Waktu saya ngobrol sama Vincent, anak buahnya Pak Reynold, katanya Pak Tomi pernah sabotase orangnya Vincent"


"Soal apa?"


"Transport barangnya, Pak"


"Itu salah satu yang vital. Tapi dia ada bisnis di situ?"


"Kalau langsung sih, tidak Pak. Waktu saya cek profilnya, dia cuma invest sedikit-sedikit. Belum ketemu benang merahnya"


"Kamu pantau ya. Saya rencananya mau ngajak Wilson buat handle logistik"


"Dicopy, Pak."


"Oh ya, tadi kamu cuma ketemu Yuni?"


"Waktu mau pulang, Ibu datang, Pak. Saya dipaksa ngopi dulu"


"Setelah pulang dari Jakarta kamu saya kasih tugas nemenin Ibu ya"


"Agenda apa ini Pak?"


"Saya curiga saja dengan teman-teman arisannya yang baru. Ada istrinya Dodi yang agak liar"


"Siap, Pak."


"Mereka mau ada acara di luar kota, katanya sehari saja"


"Ada perintah khusus, Pak?"


"Tidak. Kamu pantau saja. Saya masih percaya sama Ibu. Saya akan kasih tugas Pak Slamet biar ada alasan buat kamu ikut"


"Buat antar sampel ke Mr. Bertrand saja Pak"


"Kamu selalu punya ide cemerlang"


Farhan selalu bisa diandalkan. Dan dipercaya. Paling tidak setelah pensiun sebagai pns nanti, Dibyo tau siapa yang bisa Ia rekrut. Tapi Ia hanya tidak yakin Farhan mau meninggalkan pekerjaannya kini. Sudahlah itu dipikir nanti. Ia tiba-tiba kangen dengan istrinya yang cantik itu. Jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Dibyo pamit pulang. Farhan masih membereskan berkas untuk dinas besok.
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd