Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT SERTIFIKASI BIRAHI

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
EPISODE 5
BABAK KETIGA

Kami berciuman cukup lekat. Masih dengan memakai pakaian lengkap, kami sudah bergumul di ranjang. Ia berada di atasku. Tanganku sudah kemana-mana meski awalnya tak menyangka akan terjadi seperti ini. Kuraba pantatnya, ternyata besar juga. Mungkin pakaian yang Ia kenakan cukup berhasil menutupi. Apalagi dengan kondisi seperti ini, Ia sedang telungkup dan menjelajahi mulutku. Yang mengejutkan, tak ada celana dalam ketika aku menelusurinya. Entah di mana barang itu, yang pasti ini membuatku yakin Ia baru saja memacu birahi. Anehnya, dengusan nafasnya tak menandakan itu. Ia terasa masih lapar. Terbukti tak sedikit pun bibirnya terlepas dari pagutan. Sampai aku hampir kehabisan nafas, Ia baru melepaskannya. Kami terengah-engah. Matanya sayu, mulutnya belepotan air liur. Dikecupnya lagi bibirku. Aku tahu ini bekas laki-laki lain, tapi ciumannya membuatku tak menghiraukan. Ia ganas, bagai singa betina kelaparan. Kami memulai percumbuan lagi. Ia nampak masih belum puas.

Tak ada kata yang terucap selama kami bertukar air liur. Tangannya mulai menjelajah. Ia lepasi kaosku. Aku yang hanya mengenakan celana pendek tak dapat menyembunyikan kerasnya Si Johny. Dengan posisi di tindih begini, Ia tahu ada benda keras mengganjal di tubuhnya. Pelan-pelan, Ia melepaskan ciumannya. Ditelusuri tubuhnya yang sudah bertelanjang dada. Ia terus menjelajah dengan aksi lidahnya yang cukup mengagumkan. Susuku diputari dengan tekun, tangannya ikut menggerayangi bagian tubuh lainnya. Aku merinding, bulu romaku berdiri. Aku hanya tak menyangkan mendapatkan serangan seperti ini. Padahal, niatku tadi hanya untuk mengerjainya, membuat Ia takut karena aku berhasil mendapatkan kartu as. Namanya rezeki, datangnya selalu tak terduga. Kadang tak sesuai harapan, tapi dapatnya lebih dari cukup.

Ia masih terus saja membasahi tubuhku dengan air liurnya. Tangannya sudah mendarat lebih dulu di penisku. Ia mengurut si Johny dari luar celana kain yang kukenakan. Tak ada celana dalam di sana. Sengaja memang, namanya juga mau tidur. Mata kami bertemu, makin sayu, makin menggairahkan. Ia mulai membukanya perlahan. Tak butuh waktu lama, jari-jarinya mulai bermain. Dengan dibantu ludah yang Ia semburkan terlebih dahulu, tangannya bermain dengan lincah. Menelusuri tiap jengkal penisku. Permainannya membuatku makin melayang. Aku sedang tak ingin membandingkannya dengan siapapun. Kenikmatan ini harus dirasakan dengan utuh.

Tak butug waktu lama, Ia sudah menambah serangan dengan memainkan lidahnya. Penisku basah, Ia makin lancar mengerjainya. Aku hanya bisa meringis keenakan. Sesekali, Ia kombinasikan permainannya dengan menjilati buah zakarku, lalu turun ke sekitar lubang anusku. Perempuan ini binal juga. Entah setan apa yang sedang merasukinya. Nafasnya kian memburu. Nafsunya nampak tak tertahankan. Dengan sigap, penis sudah ditelannya mentah-mentah.

"Uuuhhhh" aku hanya bisa melenguh sambil memegangi kepalanya

Mulutnya maju mundur sempurna mengikuti bentuk penisku. Tak lupa, lidahnya menari mencari titik-titik sensitifku. Dengan ukuran penis normal dan hanya sedikit gemuk, Ia mudah saja menelan semuanya.

"Ssshhhhh" mulutku mulai mendesis tak terkontrol

Reflek, tanganku memandu kepalanya untuk naik turun lebih cepat. Juga memajumundurkan penisku. Bentuk mulutnya yang agak lebar dan bibirnya yang tebal membuat semuanya lebih lancar. Lubang ini saja begitu nikmat, apalagi yang bawah. Fantasiku mulai tak karuan. Aku tak sabar menikmatinya.

"Oaaaahhh hueeekkk aaaauuuh" Ia nampak hampir muntah, penisku menyentuk kerongkongannya

Matanya memandangku sayu. Nafsu sudah menguasainya penuh. Meski pakaiannya masih lengkap, plus jilbab lebar yang sama sekali tak berubah bentuk, birahinya tak dapat disembunyikan. Setelah istirahat sejenak, Ia lanjut mengerjai penisku dengan semangat.

Aku tak ingin mengeluarkan kata-kata apapun selain lenguhan dan desisan kenikmatan. Ia begitu menikmati mengoral penisku seperti anak kecil mendapatkan lolipop kesenangannya. Sampai kemudia tiba-tiba ia bangkit dan jongkok di atasku. Diangkat pakaiannya ke atas, terpampang pantat semok yang tak terbungkus apa pun. Juga rambut vaginya yang begitu rimbun hingga menutupi bentuk lubang nikmat itu. Aku ingin berontak karena seharusnya giliranku memainkan peran. Ia tahu dan langsung mencegahku. Matanya melotot, mengisyaratkanku untuk diam dan mengikuti permainannya.

Perlahan diturunkan tubuhnya hingga penisku menyentuk sebuah lubang hangat yang sangat basah. Aku tak percaya liang kenikmatannya sudah sebasah itu, padahal sama sekali belum kusentuh. Perempuan ini cepat sekali panas, atau sebenarnya birahinya belum benar-benar terpuaskan. Digesekkan vaginanya ke penisku yang sudah tegang sempurna. Ia mendesis keenakan, satu tangannya memegangi gaunnya agar tetap terangkat, tangan lainnya meremasi payudaranya sendiri. Pemandangan yang menakjubkan. Perempuan berpakaian muslimah lengkap sedang keenakan menggesekka vaginanya di penisku. Aku sengaja hanya memandangi, karena tahu Ia sedang ingin memuaskan dirinya sendiri.

"OOHHHHHHHHH"

Tak kuduga, Ia tiba-tiba memasukkan penisku ke vaginanya dengan hentakan yang kuat. Tanpa sadar aku ikut melenguh. Perempuan ini penuh kejutan. Dengan satu tangan tetap memegangi bajunya, Ia terus bergoyang ke sana ke mari menikmati penisku. Matanya terpejam sempurna. Bibirnya digigit mengikuti irama. Aku memilih diam dengan sesekali menggerakkan otot pangkal pahaku. Ia masih diam, masih dengan ritme sedang. Sedotan vaginanya lumayan juga. Dindingnya terasa mengapit penisku dengan lekat. Belum lagi efek goyangan yang ditimbulkan, Si Johny serasa ditelan lalj dimuntahkan lagi.

Tak tahan diam saja, tanganku berusaha meraih payudaranya. Awalnya aku ditolak mentah-mentah karena Ia begitu asyik memuaskan diri sendiri. Tapi aku tak menyerah. Ia kemudian membiarkan dua tanganku mendarat di sana. Matanya masih terpejam, pinggulnya terus bergoyang. Aku tak puas memainkan payudaranya dari luar, kumasukkan tangaku dari bawah bajunya. Gundukan itu masih terbungkus bra tipis. Kulepaskan kaitannya terlebih dulu baru memainkannya dengan bebas.

""Ohhhhh uhhhhh terusssss ohhhhh" mulutnya mulai mengeluarkan kata

Merasa terpacu, kumainkan lebih cepat. Juga pinggulku ikut bergerak. Ia makin liar. Gerakannya makin cepat, goyangannya makin gemulai.

"Ahhhh ahhhh ahhhh" hanya itu yang keluar dari mulutnya berulang kali

Kami terus memacu. Ia menurunkan tubuhnya, dibiarkan pakaiannya jatuh. Bibirnya mencari lawan main dan kutangkap dengan baik. Kami berpagutan sembari alat kelamin terus beradu cepat. Matanya terbuka sesekali, seperti memohon untuk tak mengakhiri.

Kupercepat tempo gerakanku, Ia melambat, menikmati sodokan penisku yang sudah sangat panas. Darahku rasanya mendidih menikmati vagina perempuan satu ini.

"Ahhhh ahhhh ahhhh aku mauhh sampaaii ohhhh" gerakan tubuhnya naik lagi

Timbul niat isengku. Tiba-tiba, kulepas penisku dan menggulingkan tubuhnya. Matanya melotot karena hilang sudah kesempatannya untuk segera orgasmu. Kurespon dengan cepat, kuposisikan Ia menungging, dan kumasukkan penisku segera

"AAAAAUUUUWWW" Ia sedikit berteriak

Kupacu Si Johny dengan kecepatan tinggi. Vaginya sudah basah sekali. Tapi dengan posisi seperti ini, jepitannya masih mumpuni. Ia justru merapatkan kakinya yang membuatku makin tak kuasa menahan nikmat. Sesekali melirik ke belakang, wajahnya sangat bergairah. Ditelungkupkan wajahnya di ranjang untuk menghindari teriakan. Aku sama sekali tak menurunkan intensitas pompaanku.

"Aduuuuh ohhhhhhh aku mau sampaaai pleaseee jangan dicabut lagi ohhhhhh"

Ia memohon. Tangannya memainkan sebelah payudaranya lalu bergerak ke vagina. Digosok klitorisnya untuk menambah rangsangan. Aku makin kacau, gerakanku juga makin cepat cenderung kasar. Beberapa hari tak mendapat penyaluran, rasanya aku juga sudah tak tahan lagi. Kupercepat lagi, kupompa lagi.

"AAAAAAHHHHHHHHH OOOOHHHHH"

"EEHHHHHHH OOOOHHHHH"

Kami melolong, bersamaan. Penisku dijepit dengan maksimal lalu disiram sekuat-kuatnya. Nampaknya ada cairan lebih banyak yang keluar.

Kami terengah-engah berusaha menyangga tubuh untuk tetap pada posisinya. Usaha itu gagal, kami ambruk. Kutindih sebentar lalu aku ringsek di sampingnya. Nafasnya masih tak karuan, begitu pun aku. Sebenarnya vaginya perempuan ini standar, tapi karena nafsu yang sudah memuncak, rasanya luar biasa. Permainannya juga tak bisa dibilang biasa. Mataku menengadah ke langit-langit. Satu lagi liang kenikmatan kumasuki. Dengan kejadian yang cukup lucu dan tak kuduga. Perempuan itu masih membenamkan wajahnya pada bantal yang Ia tarik saat bercinta tadi. Ia belum pulih benar atau sebenarnya malu untuk menatapku.

Mungkin sekitar 15 menit kami sama-sama terdiam. Aku memutuskan bangkit menuju kamar mandi untuk membersihkan kelaminku. Kembali ke kamar, kulihat Ia sudah berselimut rapat.

"Plis, yang tahu ini cuma kita berdua" Ia membuka pembicaraan setelah dalam persetubuhan tadi hanya lenguhan yang keluar

Aku hanya tersenyum dan menganggukan kepala. Kupakai baju dan celana pendekku lalu beringsut di sampingnya. Kini, kami berada dI ranjang yang sama setelah sesi birahi yang cukup memuaskan. Tak ada dalam pikiranku untuk melakukan ini sebelumnya. Kemarin, setelah memergoki Dewi keluar dari kamar Ihsan, aku berharap bisa menikmatinya dalam waktu dekat. Dua jam lalu, aku yakin semakin dekat dengan harapanku. Tapi ternyata kejutan bisa terjadi kapan saja. Tak ada Dewi yang keluar dari kamar Ihsan malam ini. Desahan yang kudengar tadi adalah perempuan lain. Perempuan yang secara tiba-tiba menarikku untuk bersetubuh setelah trik yang kujalankan untuk menubruknya berhasil. Pikiranku makin liar tentang Ihsan. Laki-laki yang terlihat alim itu ternyata sudah menyetubuhi 2 perempuan selama pelatihan ini berlangsung. Setelah Dewi, kini Nadia. Ia adalah perempuan saat aku bertemu di bandara, bersama Mbak Aisyah. Aku tak tahu pasti usianya berapa. Tapi nampaknya lebih tua dariku. Sejak pertama kali bertemu, Ia memang terlihat pendiam. Apalagi dengan pakaiannya yang cenderung tertutup. Meski sama-sama memakai jilbab, tapi Mbak Aisyah nampak lebih modis. Dengan jilbab yang lebih lebar, aku tak berani membayangkan menjahili perempuan ini. Tapi kenyataan seringkali tak sesuai harapan. Aku malah menemukannya mendesah di atas tubuhku, dan tentu di kamar Ihsan. Baru kusadari setelah bercinta tadi, Nadia memiliki tubuh yang menarik. Tubuhnya memang cenderung kecil, tapi payudaranya bulat sempurna dan cenderung besar untuk ukuran tubuhnya. Baju longgarnya mampu menutupi kelebihan ini dengan sempurna. Aku sempat kaget ketika merabanya tadi. Juga pinggulnya yang ternyata menggoda. Perempuan ini pintar menyembunyikan daya tarik seksualnya.

Kami masih terdiam hingga membuatku malah membayangkan keindahan tubuhnya yang baru saja kunikmati. Nadia terpejam, entah tidur atau hanya sedang merenungkan kejadian yang baru saja menimpanya. Dalan waktu singkat, dua laki-laki telah menikmati tubuhnya. Alu tak tahu apakah ini yang pertama Ia lakukan dengan Ihsan atau tidak. Diamnya menyimpan banyak sekali misteri. Tanpa sadar, aku terlelap memikirkan perempuan yang sedang berada seranjang denganku ini.
Seru ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd